Anda di halaman 1dari 9

ONE-DIMENTIONAL MOTION

(GERAK SATU DIMENSI)

Mechanics (Mekanika) adalah cabang ilmu Fisika yang mempelajari tentang gerak, terdiri dari
Kinematics (Kinematika) yang mempelajari gerak benda tanpa meninjau penyebabnya dan Dynamics
(Dinamika) yang mempelajari gerak benda, gaya-gaya yang menyebabkannya, serta sifat-sifat benda
yang bergerak itu sendiri.

2.A KINEMATIKA PARTIKEL

Dalam mempelajari gerak benda ada beberapa asumsi yang digunakan, yaitu
1. Benda dianggap sebagai partikel tunggal, secara matematis partikel didefinisikan sebagai titik atau
benda bervolume nol.
2. Gerak yang dialami partikel tidak mengandung rotasi dan vibrasi.

Beberapa istilah dasar yang akan digunakan dalam membahas gerak partikel adalah:
1. displacement (pergeseran), vektor
2. distance (jarak), skalar
3. velocity (kecepatan), vektor
4. speed (kelajuan), skalar
5. acceleration (percepatan), vektor
6. average (rata-rata)
7. instantaneous (sesaat)

2.B AVERAGE VELOCITY (KECEPATAN RATA-RATA)

Perhatikan Gambar 2.1 berikut ini

Gambar 2.1 Part ikel yang bergerak dari A ke B yang mengalami pergeseran ∆𝑟 dalam waktu Δt.

Sebuah partikel (digambarkan sebagai titik hitam) mula- mula berada di A saat t 1 kemudian bergerak ke
B saat t 2 . Vektor posisi di A adalah 𝑟1 sedangkan di B adalah 𝑟2 sehingga vektor pergeseran yang
menyatakan perubahan posisi partikel dapat dituliskan sebagai

∆𝑟 = 𝑟2 − 𝑟1

sedangkan selang waktu yang ditempuhnya untuk bergeser adalah

∆𝑡 = 𝑡2 − 𝑡1
Kecepatan rata-rata (average velocity) didefinisikan sebagai laju/rasio (rate) perubahan posisi
terhadap waktu, secara matematis dinyatakan sebagai

∆r pergeseran (vektor)
v= =
∆𝑡 selang waktu (skalar)
(2-1)

Perhatikan huruf v dan r yang dicetak tebal menandakan besaran vektor sebagai ganti tanda anak
panah di atas, sedangkan garis datar di atas huruf v menandakan harga rata-rata.

Sebagai vektor, kecepatan mengandung besar (magnitude) dan arah (direction). Besarnya v yaitu
v = ∆r ∆𝑡 atau jarak dibagi waktu dinyatakan dalam satuan jarak per satuan waktu, misalnya
meter/sekon (m/s).

Kecepatan rata-rata yang didefinisikan dalam Pers. (2-1) sama sekali tidak memberikan informasi
terperinci tentang gerak partikel itu sendiri karena hanya mengukur kondisi awal dan kondisi akhir.
Selain itu ada hal unik yang perlu diperhatikan pada vektor pergeseran Δ r. Jika partikel berpindah
posisi ke berbagai tempat, lalu kemudian akhirnya kembali ke titik awal, maka pergeserannya adalah
nol dan kecepatan rata-ratanya menjadi nol.

Perhatikan pula bahwa perubahan kecepatan dapat terjadi tidak hanya karena perubahan besar atau
nilai kecepatan saja, tetapi juga perubahan arah, mengingat kecepatan adalah besaran vektor.

Gambar 2.1 mengambil bentuk gerak dua dimensi sebagai contoh umum yang teknik analisisnya dapat
dengan mudah disederhanakan menjadi gerak satu dimensi ataupun diperluas menjadi gerak tiga
dimensi yang lebih rumit.

2.C INSTANTANEOUS VELOCITY (KECEPATAN SESAAT)

y
Δr” Δr‟
v B”,t2”
A,t1
B’,t2'

Δr
r2”
r1 B,t2
r2'

r2

O x
Gambar 2.2 Memperkecil pergeseran dan selang waktu.

Tinjau kembali Pers. (2-1). Dalam pengukuran, kita dapat memilih pergeseran dan selang waktu yang
„lebar‟ ataupun „sempit‟. Namun, semakin „lebar‟ pergeseran dan selang waktu yang dipilih, semakin
samar pula informasi kecepatan yang kita dapatkan. Sebaliknya, dengan semakin memperkecil
pergeseran dan selang waktu, diharapkan semakin terperinci informasi kecepatan yang didapatkan.

Pada gambar 2.2, titik-titik B, B’, dan B” memperlihatkan keadaan yang berbeda-beda saat t 2 , t2 ’, dan
t 2 ” yang masing- masing dinyatakan oleh vektor posisi r, r‟, dan r”. Vektor pergeseran Δr, Δr‟, dan
Δr” arahnya berbeda dan semakin pendek, demikian pula dengan selang waktunya Δt (= t 2 – t 1 ), Δt‟ (=
t 2 ‟ – t 1 ), dan Δt” (= t 2 ” – t 1 ) menjadi semakin kecil. Sehingga kecepatan rata-rata di masing- masing
titik akan berbeda besar dan arahnya pula.

Dengan membuat B semakin mendekat ke titik A, perbandingan antara pergeseran dan selang waktu
mendekati harga limit tertentu. Meski pergeseran dan selang waktu sangat kecil, mendekati nol, namun
hasil perbandingannya belum tentu kecil. Harga limit Δr/Δt dengan Δt yang menuju nol inilah yang
disebut sebagai kecepatan sesaat (instantaneous velocity) partikel di titik A pada saat t, yang secara
matematis dituliskan sebagai

∆r
v = lim
∆𝑡→0 ∆𝑡

Dalam Kalkulus, harga limit menuju nol tersebut disebut turunan (derivative) r terhadap t

∆r 𝑑r
v = lim =
∆𝑡→0 ∆𝑡 𝑑𝑡
(2-2)

Besar kecepatan sesaat disebut sebagai kelajuan (speed) dan diartikan sebagai harga mutlak dari v,
yaitu

𝑑r
𝑣= v =
𝑑𝑡
(2-3)

Perhatikan perbedaan notasi v, dicetak tebal yang berarti vektor kecepatan sesaat, dengan v, dicetak
miring yang berarti kelajuan atau besar dari vektor kecepatan sesaat. Tanda mutlak pada Pers. (2-3)
berarti kelajuan selalu berharga positif.

Gerak Satu Dimensi/Gerak Lurus

Sejauh ini, persamaan-persamaan dituliskan untuk sistem koordinat tiga dimensi. Pada aplikasinya kita
hanya butuh sedikit penyesuaian bergantung koordinat yang dianalisis. Sebagai contoh, untuk partikel
yang bergerak pada arah horizontal (sepanjang sumbu x), kita tinggal menuliskan

∆𝑥 𝑑𝑥
𝑣𝑥 = lim =
∆𝑡→0 ∆𝑡 𝑑𝑡
(2-4a)

sedangkan untuk gerak partikel pada arah vertikal (sepanjang sumbu y)

∆𝑦 𝑑𝑦
𝑣𝑦 = lim =
∆𝑡→0 ∆𝑡 𝑑𝑡
(2-4b)

Gerak satu dimensi pada arah vertikal akan dibahas tersendiri nanti.

Perhatikan, pada kedua persamaan gerak satu dimensi tersebut besaran vektor digantikan oleh besaran
skalar yang bersesuaian dengan sumbu koordinatnya. Dengan kata lain, dalam analisis gerak satu
dimensi kita cukup menggunakan besaran skalarnya saja. Namun harus tetap diingat bahwa pada
dasarnya besaran tersebut adalah vektor.
2.D ACCELERATION (PERCEPATAN)

Percepatan (acceleration) sebuah partikel didefinisikan sebagai laju/rasio (rate) perubahan kecepatan
terhadap waktu. Percepatan muncul karena selama geraknya partikel dapat mengalami perubahan
kecepatan baik besar maupun arahnya. Perhatikan Gambar 2.3 berikut ini

Gambar 2.3 Contoh partikel yang bergerak dengan kecepatan yang berubah .

Sebuah partikel bergerak dengan kecepatan yang berubah. Di titik A kecepatannya v1 , dimana vektor
kecepatannya menyinggung lintasan partikel di titik A, dalam waktu t 1 . Sedangkan di titik B
kecepatannya v2 , vektor kecepatannya juga menyinggung lintasan partikel di titik B, dalam waktu t 2 .
Gambar segitiga di kanan adalah diagram vektor perubahan kecepatannya Δv = v2 – v1 .

Seperti halnya kecepatan, percepatan adalah besaran vektor yang juga ditentukan oleh besar dan
arahnya. Pe rcepatan rata-rata dinyatakan sebagai

v 2 − v1 ∆v
a= =
𝑡2 − 𝑡1 ∆𝑡
(2-5)

Arah percepatan sama dengan arah Δv dan besarnya adalah ∆v ∆𝑡 yang dinyatakan dalam satuan
kecepatan dibagi oleh satuan waktu, misalnya meter per sekon per sekon atau meter per sekon kuadrat
(m/s2 ).

Karena percepatan bisa berubah-ubah besar dan arahnya, maka perlu didefinisikan percepatan partikel
di suatu saat sembarang yang disebut sebagai percepatan sesaat, yaitu

∆v 𝑑v
a = lim =
∆𝑡→0 ∆𝑡 𝑑𝑡
(2-6)

Dengan demikian, percepatan partikel pada saat t adalah harga limit Δv/Δt untuk Δv dan Δt yang
menuju nol. Arah dari percepatan sesaat a adalah arah limit dari perubahan vektor kecepatan Δv. Besar
percepatan sesaat a adalah a = 𝑑v/𝑑𝑡 . Perhatikan bahwa hubungan a dan v pada Pers. (2-6) sama
dengan hubungan r dan v pada Pers. (2-2).
Ditinjau dari besarnya percepatan (a), terdapat tiga kemungkinan gerak satu dimensi/lurus yang dapat
dialami oleh partikel, yaitu:
1. Gerak Lurus Beraturan/GLB (One-Dimentional Motion with Constant Velocity), dengan
percepatan nol.
2. Gerak Lurus Berubah Beraturan/GLBB (One-Dimentional Motion with Constant Acceleration),
dengan percepatan konstan.
3. gerak lurus dengan percepatan berubah, untuk sementara pembahasan dibatasi pada percepatan
sebagai fungsi waktu.

2.E GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN/GLBB (ONE-DIMENTIONAL MOTION WITH


CONSTANT ACCELERATION)

Pada sub pembahasan ini, kita membatasi pada dua hal, yaitu: gerak partikel satu dimensi pada arah
horizontal (sumbu x) dan percepatannya ax = konstan. Percepatan konstan bermakna bahwa dalam
sembarang selang waktu percepatan rata-ratanya selalu sama dengan percepatan sesaat ax. Misalkan
diambil kondisi pengamatan sebagai syarat batas pada saat mula- mula, t 1 = 0 dan t2 adalah sembarang
waktu t. Misalkan pula v x0 adalah kecepatan saat t = 0 dan v x adalah kecepatan pada sembarang saat t.
(Perhatikan, notasi-notasi yang digunakan menunjukkan bahwa percepatan dan kecepatan hanya
diambil adalah besaran skalarnya saja.)

Kemudian kita analisis Pers. (2-5) dengan aljabar biasa

∆𝑣𝑥 𝑣𝑥 − 𝑣𝑥 0
𝑎𝑥 = =
∆𝑡 𝑡−0
atau
𝑣𝑥 = 𝑣𝑥 0 + 𝑎𝑥 𝑡
(2-7)

Sebagai bandingan, kita gunakan Kalkulus untuk menganalisis Pers. (2-6)

𝑑𝑣𝑥
𝑎𝑥 =
𝑑𝑡
𝑥 𝑡
𝑑𝑣𝑥 = 𝑎𝑥 𝑑𝑡
𝑥0 0
maka
𝑣𝑥 − 𝑣𝑥 0 = 𝑎𝑥 𝑡 − 0
atau
𝑣𝑥 = 𝑣𝑥 0 + 𝑎𝑥 𝑡

yang memberikan hasil serupa dengan Pers. (2-7).

Perhatikan bahwa Pers. (2-7) menunjukkan kecepatan sebagai fungsi waktu, yang berarti kecepatan
partikel v x pada setiap saat t adalah jumlah dari harganya pada saat mula- mula (t = 0), yaitu v x0 , dengan
perubahan kecepatan selama selang waktu t, yaitu axt. Gambar 2.4 memperlihatkan kecepatan v x naik
secara seragam (uniform) menurut Pers. (2-7) yang juga nampak kemiringan (slope/gradient) kurvanya
konstan dan setiap saat berharga sama dengan ax (= dv x/dt).

Pada kondisi percepatan konstan (GLBB), kecepatan rata-ratanya sama dengan setengah dari jumlah
kecepatan awal dan akhir selang waktu yang diamati, atau

1
𝑣𝑥 = 𝑣 + 𝑣𝑥
2 𝑥0
(2-8)
Selanjutnya, jika posisi partikel pada t = 0 adalah x 0 , maka untuk mendapatkan posisi partikel pada
sembarang waktu t kita gunakan Pers. (2-4a)

𝑑𝑥
𝑣𝑥 =
𝑑𝑡

subtitusi Pers. (2-7) dan dengan sedikit Kalkulus


𝑥 𝑡
𝑑𝑥 = 𝑣𝑥 0 + 𝑎𝑥 𝑡 𝑑𝑡
𝑥0 0
1
𝑥 − 𝑥 0 = 𝑣𝑥 0 𝑡 + 𝑎𝑡 2
2
maka diperoleh
1
𝑥 = 𝑥 0 + 𝑣𝑥 0 𝑡 + 𝑎𝑡 2
2
(2-9)

Seperti halnya kecepatan sebagai fungsi waktu, Pers. (2-9) ini menunjukkan bahwa posisi partikel juga
sebagai fungsi waktu dengan suku t 2 yang berarti bentuk kurva grafik posisi versus (x vs. t) waktu
adalah parabolik (kuadratik) seperti pada Gambar 2.5.

Gambar 2.4 Plot grafik vx vs. t untuk gerak partikel dengan percepatan konstan (GLBB).

Gambar 2.5 Plot grafik x vs. t untuk gerak partikel dengan percepatan konstan (GLBB).
Perhatikan, dengan mengintegralkan percepatan kita bisa mendapatkan kecepatan, Pers. (2-7).
Kemudian dengan mengintegralkan kecepatan kita mendapatkan posisi, Pers. (2-9). Maka, sebaliknya
dengan mendiferensialkan posisi, akan didapatkan kecepatan, dan dengan mendiferensialkan
kecepatan akan didapatkan percepatan.

Jika telah memahami teknik yang digunakan dalam analisis GLBB ini, maka dengan mudah kita
menganalisis untuk kasus GLB yang lebih sederhana maupun gerak lurus dengan percepatan sebagai
fungsi waktu yang lebih kompleks.

2.F GERAK LURUS BERATURAN/GLB (MOTION WITH CONSTANT VELOCITY)

GLB yang merupakan gerak partikel dengan kecepatan konstan adalah bentuk gerak yang paling
sederhana. Perhatikan kembali pasal 2.D tentang percepatan sebelumnya,

“…Percepatan muncul karena selama geraknya partikel dapat mengalami perubahan kecepatan baik
besar maupun arahnya…”

Jika kita membuat pertanyaan dari pernyataan itu,

“Bagaimana jika selama geraknya partikel tidak mengalami perubahan besar maupun arah
kecepatan?”

Maka dapat dengan mudah dijawab, tentu tidak akan muncul percepatan. Asumsi yang digunakan
untuk GLBB lebih dipersempit lagi, yaitu gerak partikel satu dimensi pada arah horizontal (sumbu x)
dengan kecepatan konstan pada sembarang waktu t. Maka v x = vx0 , sehingga Pers. (2-5) menjadi

𝑣𝑥 − 𝑣𝑥 0 𝑣𝑥 − 𝑣𝑥
𝑎𝑥 = = =0
𝑡−0 𝑡

Kita bisa pula melakukan cross-check menggunakan Pers. (2-7) dengan mensubtitusikan ax = 0 untuk
memperoleh v x = v x0 .

Jelaslah bahwa pada GLB percepatannya adalah nol. Posisi partikel pada sembarang waktu t dapat
diperoleh dari Pers. (2-9) juga dengan mensubtitusikan ax = 0

𝑥 = 𝑥 0 + 𝑣𝑥 𝑡
(2-10)

atau bisa pula dengan mengintegralkan Pers. (2-4a)

𝑑𝑥
𝑣𝑥 =
𝑑𝑡
𝑥 𝑡
𝑑𝑥 = 𝑣𝑥 𝑑𝑡
0 0
𝑥 = 𝑥 0 + 𝑣𝑥 𝑡

Intinya adalah, kita tidak perlu menghafalkan semua rumus GLB dan GLBB secara terpisah. Pahami
saja konsep atau ide besarnya, lalu turunkan sendiri rumus-rumus yang diperlukan berdasarkan
kondisi-kondisi batas sesuai kasusnya. Kita bisa berbekal Pers. (2-7) dan (2-9) untuk GLBB dan
kemudian menghilangkan suku ax dan sedikit penyesuaian untuk kasus GLB.

Secara mudah kita dapat menggambarkan grafik x vs. t dan v x vs. t untuk kasus GLBB pola dasarnya
adalah seperti pada Gambar 2.6 berikut ini
Gambar 2.6 Grafik x vs. t dan v x vs. t untuk GLB.

Perhatikan, pada kasus GLBB jika ingin memplot grafik ax vs. t maka kita akan mendapatkan kurva
yang mirip dengan Gambar 2.6(b).

2.G GERAK LURUS DENGAN PERCEPATAN SEBAGAI FUNGSI WAKTU

Gerak partikel yang mengalami percepatan sebagai fungsi waktu masih tergolong mudah untuk
dianalisis. Kita tinggal menggunakan Kalkulus diferensial – integral seperti halnya pada kasus GLBB.
Karena gerak partikel dibatasi pada arah horizontal (sumbu x) besaran-besaran vektor (a, v, dan x)
dapat disederhanakan dengan menganalisis skalarnya saja.

Ingatlah prinsip:
1. dengan mengintegralkan percepatan akan didapatkan kecepatan
𝑣𝑥 = 𝑎𝑥 𝑑𝑡
2. dengan mengintegralkan kecepatan akan didapatkan posisi
𝑥= 𝑣𝑥 𝑑𝑡

sebaliknya:
1. dengan mendiferensialkan posisi akan didapatkan kecepatan
𝑑𝑥
𝑣𝑥 =
𝑑𝑡
2. dengan mendiferensialkan kecepatan akan didapatkan percepatan
𝑑𝑣
𝑎𝑥 = 𝑥
𝑑𝑡

Tinggal memasukkan kondisi-kondisi batas dengan cermat sesuai persoalan yang diberikan.

2.F GERAK LURUS PADA ARAH VERTIKAL

Gerak yang dialami benda pada arah vertikal (sumbu y) tentu sangat dipengaruhi oleh percepatan
gravitasi bumi yang secara natural selalu ada. Meski bervariasi di berbagai lokasi di permukaan bumi
karena perbedaan ketinggian, percepatan gravitasi bumi g dianggap (hampir) konstan. Di berbagai
literatur besarnya percepatan gravitasi bumi adalah 9,8 m/s 2 , namun kadang-kadang (terutama di
tingkatan SMP/SMA) digunakan nilai 10 m/s2 dalam berbagai contoh soal untuk sekedar memudahkan
perhitungan.

Dengan menganggap tidak ada pengaruh terhadap partikel yang bergerak vertikal selain gravitasi dan
karena percepatan gravitasi bumi g dianggap konstan, maka gerak lurus pada arah vertikal dapat
dipandang sebagai GLBB. Arah vertikal ke atas diambil sebagai sumbu y positif, sehingga percepatan
gravitasi g yang mengarah ke pusat bumi (sumbu y negatif) bertanda negatif (Pilihan ini bebas. Bisa
saja dipilih positif ke arah bawah). Persamaan-persamaan GLBB dapat diterapkan dengan mengubah x
menjadi y, posisi awal sebagai titik asal y0 = 0, maka diperoleh

𝑣𝑦 = 𝑣𝑦0 − 𝑔𝑡
(2-11)
1
𝑦 = 𝑣𝑦0 𝑡 − 𝑔𝑡 2
2
(2-12)

Untuk gerak jatuh bebas:


1. istilah „jatuh bebas‟ mengacu kepada keadaan fisis dimana jatuhnya partikel hanya dipengaruhi
oleh gravitasi semata (gesekan dengan udara dapat diabaikan)
2. partikel dijatuhkan secara bebas, bukan dilemparkan, maka kecepatan awal v y0 = 0
3. jangan bingung dengan hasil perhitungan kecepatan yang menghasilkan harga v y negatif karena
maksudnya adalah partikel yang jatuh bergerak mengarah ke pusat bumi (sumbu y negatif)
4. jangan bingung pula dengan hasil perhitungan jarak yang menghasilkan harga y negatif, misalnya –
10 meter, karena maksudnya adalah posisi partikel tersebut sekarang ada pada jarak 10 meter dari
titik awal ia mulai dijatuhkan (atas)

Untuk gerak ke atas:


1. kecepatannya berkurang seiring dengan ketinggian yang bertambah, di titik puncak (ketinggian
maksimum) kecepatannya v y = 0, gunakan fakta ini sebagai parameter persamaan gerak untuk
menjawab persoalan
2. partikel yang dilemparkan ke atas kemudian jatuh bebas, di titik ketinggian yang sama besar
kecepatan v y adalah sama dengan tanda +/- yang berbeda, saat bergerak ke atas v y positif sedangkan
saat jatuh v y negatif

Referensi:
Halliday & Resnick, Fisika, jilid 1, edisi ketiga
http://www.physicsclassroom.com/Class/1DKin/

NOVRIAN EKA SANDHI


http://nesandhi.wordpress.com
n.sandhi@yahoo.com

This material is for education use only. You are free to copy and redistribute.

Anda mungkin juga menyukai