Anda di halaman 1dari 46

S

CASE TETANUS
Alexandra Adeline
406137014
KASUS
IDENTITAS PASIEN
RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG
S Pasien datang ke UGD RSUD Kudus dengan keluhan kaki kaku dan rahang yang sulit
dibuka sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit. Awalnya pasien merasa kaku pada
belakang leher dan rahang yang sulit dibuka, lalu kaku menjalar ke tubuh dan kaki.
Pasien juga mengalami kejang >10x sehari. Kejang dimulai sejak badan pasien kaku,
tiap hari pasien mengalami kejang. Kejang yang dirasakan pasien hanya berlangsung
selama 5-15 detik, pasien sadar selama kejang dan setelah kejang namun badan terasa
lemas. Sejak sakit pasien tidak dapat berjalan dan tidak dapat menggerakan kakinya,
sehingga membutuhkan bantuan orang lain untuk mengangkat kaki ataupun untuk
berjalan. Pasien berobat ke klinik dekat rumahnya dan dirujuk untuk ke RSUD Kudus.
Hal ini baru pertama kali dirasakan pasien, tidak pernah ada riwayat kejang ataupun
kaku sebelumnya. Pasien tidak demam, tidak sesak dan tidak ada luka di tubuh pasien.
S Pasien mengeluhkan juga akan sariawan di sebelah kanan dan kiri lidahnya. Sariawan
serta rahang yang kaku ini membuat pasien sulit makan dan hanya makan makanan cair
yang diblender dan susu. Gigi pasien juga banyak yang bolong dan memiliki kebiasaan
untuk menggunakan tusuk gigi untuk mencongkel makanan yang tersisa di sela sela
gigi.

RIWAYAT PENYAKIT
DAHULU
S Riwayat penyakit kencing manis (-)
S Riwayat tekanan darah tinggi (-)
S Riwayat penyakit jantung (-)
S Riwayat sakit ginjal (-)
S Pasien mengaku tidak merokok dan tidak mengonsumsi
alkohol

RIWAYAT PENYAKIT
KELUARGA
S Riwayat penyakit kencing manis disangkal
S Riwayat tekanan darah tinggi disangkal
S Riwayat penyakit jantung disangkal
S Riwayat sakit ginjal disangkal

PEMERIKSAAN FISIK
S Kesadaran : compos mentis
S Tekanan darah : 150/90mmHg
S Denyut nadi : 94x/menit,
S Laju pernafasan : 20x/menit
S Suhu : 36,5
o
C (aksila)
S BB : 80 kg TB: 155 cm
S IMT 33,29 (obesitas)

PEMERIKSAAN FISIK
S Kepala : mesocephal, rambut hitam, terdistribusi merata,
tidak mudah dicabut
S Mata : pupil isokor, diameter pupil 3 mm, refleks cahaya
(+/+) konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema
palpebra (-/-) exophthalmus (-/-)
S Hidung : deviasi septum hidung (-), rhinorrhea (-),
epistaksis (-)
S Telinga : nyeri tekan tragus (-), sekret(-), edema (-
),hiperemis (-)

PEMERIKSAAN FISIK
S Mulut: trismus (+), sulkus nasolabialis simetris, lidah kotor
berselaput putih, terdapat ulkus pada kanan dan kiri lidah, tremor (-
), deviasi lidah (-), faring hiperemis (-), tonsil T1-T1
S Caries gigi molar 3,4 inferior sinistra,
S Leher: pembesaran nnll. colli (-), pembesaran kelenjar tiroid (-),
trakea ditengah, JVP 5 - 2cm H
2
O

THORAX
S bentuk : simetris,
S pelebaran pembuluh darah (-)
S massa (-)
S retraksi interkostal (-)
S venektasi (-)
S spider naevi (-)
S nyeri tekan (-)

JANTUNG
S Inspeksi : tidak tampak pulsasi iktus cordis
S Palpasi : teraba pulsasi iktus cordis
S Perkusi : redup
S Batas atas ICS II linea parasternalis sinistra
S Batas kanan ICS IV linea parasternalis dextra
S Batas kiri ICS V linea midclavicularis sinistra
S Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-), HR 94x/menit

PARU DEPAN DAN
BELAKANG
S Inspeksi : simetris saat statis dan dinamis, tidak ada
retraksi
S Palpasi : stem fremitus kanan kiri sama
S Perkusi : sonor
S Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-),
ronkhi (-/-)
ABDOMEN
S Inspeksi : Datar, venektasi (-)
S Auskultasi : bising usus (+) normal
S Perkusi : pekak hati (+), timpani (+), liver span 8cm,
area traube timpani, nyeri ketok kosta vertebra kiri dan kanan (-
)
S Palpasi : Ada tahanan, perut papan, nyeri tekan (-), nyeri
lepas (-), hepar dan lien tidak teraba, tes ballottenment (-/-),
shifting dullnes (-), tes ascites (-)

EKSTREMITAS
S Petekhie -/- -/-
S Sianosis -/- -/-
S Palmar eritem -/- -/-
S Edema -/- -/-
S Refleks fisiologis +/+ +/+
S Refleks patologis -/- -/-
PEMERIKSAAN DARAH
RUTIN
01/03/2014 Satuan Normal
Hemoglobin 14,0 g/dL 12.0-15.0
Hematrokit 43,1 % 36-47
Trombosit 156 10^3/ul 150-400
Leukosit 10,4 10^3/ul 4.0-12.0
Eritrosit 4,74 jt/ul 4.0-5.1
Neutrofil 56,9 % 50 - 70
Limfosit 34,4 % 25-40
Monosit 8,7 % 2-8
Ureum 42 mg/dl 11 55
Creatinin 1,2 mg/dl 0.6 1.36
SGOT 39 U/L 0 - 50
SGPT 41 U/L 0 - 50
3 APRIL 2014
PROBLEM
S TETANUS
S OBESITAS
S CARIES DENTIS
S HIPERTENSI
TETANUS
S Pasien mengaku mengalami kaku pada rahang, kaki dan
tubuh. Sulit membuka mulut dan telah dirasakan selama 1
minggu sebelum masuk rumah sakit sehingga pasien sulit
makan dan sulit berbicara. Kejang juga dialami pasien
>10x/hari dan kejang berlangsung selama 10-15 detik. Pasien
tetap sadar setelah kejang dan merasa badannya menjadi
lemas. Tidak terdapat luka pada tubuh pasien, namun terdapat
caries dentis pada molar 3, 4 inferior sinistra.
S Assessment : Tetanus stadium 3

TETANUS
S Ip diagnostik :
S Anamnesa
S Pemeriksaan fisik
S Ip terapi :
S Human Tetanus Imunoglobulin (hTIG 3000-6000 IU i.m)
S Metronidazole 2x1gr drip selama 10-14 hari
S Benzodiazepine 10mg IV
S Diet cair
S Perawatan gigi dan konsul drg.

TETANUS
S Ip monitoring :
S Monitor tanda tanda vital
S Keluhan subjektif
S Ip edukasi :
S Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang penyakitnya,
terapi dan cara pencegahannya.
S Penderita dirawat di rumah sakit dan ditempatkan dalam
ruangan yang tenanguntuk mencegah terjadinya kejang
rangsang.
S Diet yang diberikan berupa makanan cair dikarenakan kondisi
pasien yang sulit untuk makan.

OBESITAS
S TB = 155 cm BB = 80 kg
S BMI 33,29
S Assessment : Obesitas kelas 1
S Ip diagnostik :
S Antropometri


OBESITAS
S Ip terapi :
S Olahraga/aktivitas
S Evaluasi status gizi Diet
S Ip monitoring :
S Tanda tanda vital
S Keluhan subjektif
S Berat badan
S Ip edukasi :
S Edukasi untuk hidup sehat dan diet untuk menurunkan berat badan

CARIES DENTIS
S Gigi berlubang pada molar 3, 4 inferior sinistra
S Assessment : Caries Dentis molar 3,4 inferior sinistra
S Ip diagnostik :
S Klinis
S Ip terapi :
S Konsul ke dokter gigi

CARIES DENTIS
S Ip monitoring :
S Keluhan subjektif
S Ip edukasi :
S Jaga kebersihan gigi
S Menurunkan konsumsi sukrosa
S Mengubah bentuk fisik makanan yang dikonsumsi, misalnya dengan
menghindari makanan yang lengket
S Kebiasaan menggosok gigi secara tepat dan benar tentang tata cara
dan secara konsisten atau teratur
S Selalu memeriksakan kesehatan gigi setidak-tidaknya tiap 6 bulan
sekali

HIPERTENSI
S Assessment : Hipertensi Grade I
S Ip diagnostik :
S Cek tekanan darah
S EKG
S Ip terapi :
S Amlodipine 1 x 5 mg PO

HIPERTENSI
S Ip monitoring :
S Cek tekanan darah
S Keluhan subjektif
S Ip edukasi :
S Modifikasi gaya hidup
S Membatasi konsumsi garam
TETANUS
DEFINISI TETANUS
S penyakit toksemik akut disebabkan Clostridium tetani
S tanda utama kekakuan otot (spasme), tanpa disertai
gangguan kesadaran.
S Gejala akibat toksin(tetanospasmin) yang dihasilkan
kuman.

ETIOLOGI
S Clostridium tetani
S Gram positif
S Berbentuk spora(tanah, rumput, kayu, kotoran hewan dan
manusia)
S Vegetatif (anaerob dan jaringan nekrosis)
S Produksi eksotoksin neurotoksin tetanospasmin dan
tetanolysmin gejala tetanus
S Tidak invasif dan terlokalisir pada jaringan yang rusak

PORT OF ENTRY
S luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar
S luka operasi yang tidak dirawat dan dibersihkan dengan
baik
S otitis media, caries gigi
S pemotongan tali pusat yang tidak steril
S penjahitan luka robek yang tidak steril

TANDA DAN GEJALA
S Masa inkubasi 3-12 hari
S namun dapat singkat 1-2 hari dan kadang lebih satu bulan,
makin pendek masa inkubasi makin buruk prognosis.
S Terdapat hubungan antara jarak tempat masuk kuman
Clostridium tetani dengan susunan saraf pusat, dengan interval
antara terjadinya luka dengan permulaan penyakit
S makin jauh tempat invasi, masa inkubasi makin panjang.
S Tetanus tak segera dapat terdeteksi karena masa inkubasi
penyakit ini berlangsung hingga 21 hari setelah masuknya
kuman tetanus ke dalam tubuh.
S Pada masa inkubasi inilah baru timbul gejala awalnya.
TETANOSPASMIN
S Tetanospasmin spasme
S Bekerja pada SSP
S Toksin menghalangi neuromuscular transmission
dengan cara menghambat pelepasan acethyl-choline
dari terminal nerve di otot.
S Karakteristik spasme dari tetanus terjadi karena toksin
mengganggu fungsi dari refleks synaptik di spinal
cord.
S Kejang pada tetanus, mungkin disebabkan pengikatan
dari toksin oleh cerebral ganglioside.

TETANOSPASMIN
S Gejala Autonomik Nervous System (ANS )
berkeringat, hipertensi yang fluktuasi,
periodisiti takikhardia, aritmia jantung,
peninggian cathecholamine dalam urine.
S rigid paralysis pada voluntary muscles
lockjaw
STADIUM KLINIS DEWASA
S Stadium 1 trismus
S Stadium 2 opisthotonus
S Stadium 3 kejang rangsang
S Stadium 4 kejang spontan
DIAGNOSIS
S ANAMNESIS
S KLINIS
S PEWARNAAN GRAM
TATALAKSANA TETANUS
S Pemberian antibiotik tetanus
S Penatalaksanaan luka
S Pemberian antibiotika
S Penanggulangan kejang
S Perawatan penunjang
S Pencegahan komplikasi
TATALAKSANA TETANUS
S TERAPI UMUM
S TERAPI KHUSUS
TERAPI UMUM
S Semua pasien disarankan untuk menjalani perawatan di ruang
ICU yang tenang supaya bisa dimonitor terus-menerus fungsi
vitalnya.
S Hendaknya pasien berada di ruangan yang tenang dengan
maksud untuk meminimalisasi stimulus yang dapat memicu
terjadinya spasme.
S Berikan cairan infus Dextrose 5% untuk mencegah dehidrasi
dan hipoglikemi
S Debridement luka
TERAPI KHUSUS
S Human Tetanus Imunoglobulin (hTIG 3000-6000 IU i.m)
S Di Indonesia umumnya masih memakai Anti Tetanus Serum.
S Antibiotik : untuk menghilangkan sumber tetanospasmin
S Metronidazole 500 mg p.o tiap 6 jam atau 1gr tiap 12 jam selama 10-
14 hari menghambat pertumbuhan bakteri anaerob dan protozoa.
S Benzodiazepine meminimalisasi spasme otot dan rigiditas karena
bersifat GABA enhancer.
S Diazepam mengurangi ansietas, menyebabkan sedasi dan relaksasi
otot. Dosis pemberian berdasarkan derajat keparahan spasme otot.
PENCEGAHAN
S Debridemen dan rawat luka
S Imunisasi pasif
S Imunisasi aktif
S Antibiotik
PROGNOSIS
S Faktor yang memperburuk
S Masa inkubasi yang pendek
S Stadium penyakit yang parah
S Penderita yang lanjut usia, neonatus
S Kenaikan suhu yang tinggi
S Pengobatan yang lambat
S Adanya komplikasi (status konvulsius, gagal jantung, fraktur vertebra,
pneumonia)
DIAGNOSIS BANDING
S Infeksi : meningoensefalitis, polio, rabies, lesi
orofaring, peritonitis.
S Gangguan metabolic : tetani, keracunan strichnin,
reaksi fenotiasin.
S Penyakit SSP : status epileptikus, perdarahan atau
tumor
S Gangguan psikiatri : histeria

KOMPLIKASI
S Kematian (sudden cardiac death)
S Obstruksi jalan napas
S Laringospasme
S Fraktur
S Hiperaktifitas sistem saraf otonomik
S Infeksi nosocomial
S Infeksi sekunder
S Hypoxic injury, aspirasi pneumonia dan emboli paru
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai