Anda di halaman 1dari 37

Presentasi Kasus

Hand Food Mouth Disease (Flu Singapore)

Nama : Tn. G P Umur : 23 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Karyawan Pergudangan

Alamat : Cibaduyut RT 4/RW 4, Bandung Agama : Islam Status : belum menikah

Identitas

Anamnesis (autoanamnesa)

Keluhan Utama : sulit menelan


Pasien datang ke poliklinik THT RSI dengan keluhan

sulit menelan karena adanya sariawan sejak 2 hari lalu dan dirasakan semakin banyak dimulutnya daripada sebelumnya. Awalnya 4 hari yang lalu hanya terdapat sariawan dibagian bibir bawah, kemudian bertambah banyak hingga di permukaan lidah, gusi, hingga ke bagian atas tenggorok.

Dirasakan perih jika terkena rangsangan dan dilewati makanan. Pasien juga merasakan lidahnya terasa pahit dan nyeri pada saat menelan sehingga nafsu makan menurun. Pasien juga mengaku demam kurang lebih 1 minggu yang lalu disertai sakit maag. Pasien kemudian berobat ke dokter dan diberi obat vitazim, dapirin, ulkuma. Pasien mengaku demam turun tapi muncul sariawan di mulutnya yang semakin bertambah banyak.

Pasien mengaku keluhan ini tidak disertai sakit kepala,

gangguan penglihatan, penglihatan ganda, batuk, pilek, mual, muntah, suara serak, sesak nafas, gangguan pendengaran, telinga berdenging, telinga terasa perih, gigi berlubang, maupun riwayat trauma atau jatuh di pukul didaerah sekitar mulut sebelumnya.
RPD : pasien mengaku tidak pernah menderita penyakit seperti

ini sebelumnya. Pasien sering mengkonsumsi obat maag. RPK : tidak ada anggota keuarga yang memiliki keluhan serupa dengan pasien. Riwayat penyakit keganasan pada anggota keluarga tida ada. R. Alergi :pasien menyangkal memiliki alergi terhadap makanan, obat, cuaca, debu.

R. Kebiasaan : pasien menyangkal memiliki

kebiasaan merokok maupun minum-minuman alkohol. UB : pasien minum obat dari dokter (ulkuma, vitazim, dapirin) untuk mengatasi keluhan demam dan sakit maagnya.

Kesan Sakit : Sakit ringan Kesadaran : Compos Mentis Status gizi : Normal (BMI = 20,20 kg/m2) Tanda Vital : TD = 110/70 mmHg S = 36,7OC (axilla) N = 88 x/menit reg, equal, isi cukup R = 22 x/menit reg, equal.

Pemeriksaan Fisik

Kepala : wajah : btk dan ukuran simetris, plica nasolabialis simetris conj anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor d = 2mm, reflex cahaya +/+ Leher : KGB tidak teraba membesar, trakhea letak central, kaku kuduk (-). Thoraks : bentuk pergerakan simetris, retraksi otot pernafasan (-), VBS ka=ki, Rh -/- wh -/- ; BJM reg, murni, murmur (-) Abd : datar, soepel, hepar-lien tidak teraba membesar, BU (+) N, nyeri tekan (-) Ekstremitas : tidak tampak kelainan, akral teraba hangat

Telinga

Dextra

Sinistra

Kanalis Akustikus Eksternus


Serumen / benda asing Radang Granulosa/polip/tumor

normal

Normal

Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Tidak ada Tidak ada Tidak ada

Sekret
Kolesteatoma Membran Timpani Warna Permukaan Sikatriks Pantulan cahaya Perforasi

Tidak ada
Tidak ada

Tidak ada
Tidak ada

Putih Rata Tidak ada Ada Tidak ada

Putih Rata Tidak ada ada Tidak ada

Hidung Rinoskopi Anterior Mukosa Sekret / krusta Septum Meatus inferior Meatus media Tumor/ Polip

Kanan Hiperemis (-) (-) Tidak ada deviasi Sekret(-) Sekret (-) Tidak ada

Kiri Hiperemis (-) (-) Tidak ada deviasi Sekret (-) Sekret (-) Tidak ada

Pemeriksaan Fisik Hidung

Hidung Transiluminasi sinus : Maksilaria Sinus frontalis

Kanan

Kiri

Bayangan Normal Bayangan Normal

Bayangan Normal Bayangan Normal

Palpasi sinus maksilaris : Kanan : Nyeri Kiri : Nyeri Perkusi Sinus maksilaris : Kanan : Nyeri Kiri : Nyeri -

Pemeriksaan Fisik Hidung

Mukosa Mulut

Banyak ulkus aphtosa, warna hiperemis

Gigi Gusi
Palatum Molle Palatum durum Uvula Lidah Tonsila Palatina - Membran - Besar - Kripta - Detritus - Arcus Anterior - Arcus Posterior Dinding Belakang Faring

Tidak tampak kelainan Banyak ulkus aphtosa, warna hiperemis


Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan Letak sentral Mukosa merah muda, deviasi (-), ulkus aphtosa (+) Warna merah muda T1 / T1 Tidak melebar / tidak melebar Tidak ada / Tidak ada Tidak tampak kelainan / Tidak tampak kelainan Tidak tampak kelainan / Tidak tampak kelainan Ulkus aphtosa (+), granul (-), sekret (-), warna hiperemis

Pemeriksaan Fisik Mulut dan Tenggorok

Seorang laki-laki, 22 thn, KU baik, CM, Sakit Sedang, Gizi baik.


7 Nov13 Ulcus Aphtosa bawah bibir dan menyebar ke seluruh bagian mulut. 9 Nov13 Nyeri Menelan dan terasa perih. Ulcus Aphtosa di lidah, gusi, tenggorok. Nafsu makan turun. RPD: sering sakit maag RPK : (-) R. Alergi : (-) R. Kebiasaan : (-) UB : (-)
11 Nov 13 Poliklinik THT RS Immanuel

1 Nov13 Demam dan Sakit Maag berobat, sembuh tetapi Stomatitis masih ada.

Cephalgia (-), Vertigo (-), Ggg penglihatan (-), Diplopia (-), Nausea (-), Vomit (-), Dyspnoe (-), PND (-), Tinnitus (-), Caries dentis (-), Trauma (-)

Resume

Diagnosis Banding

Diagnosis Kerja

Ulcerative aphtosa tipe mayor Ulcerative aphtosa tipe herpetiformis Ulcerative aphtosa tipe minor

Multiple minor ulcerative aphtosa (Hand Foot Mouth Disease / Flu Singapore)

Laboratorium (darah rutin) Kultur apusan tenggorok

Usul Pemeriksaan

Medikamentosa :

Vitamin : Noros 1x1 Analgetik Antipiretik Antiviral (jika perlu)

Non Medikamentosa :

Hindari makanan yang dapat menyebabkan stomatitis (makan makanan lunak) Konsumsi makanan bergizi dan hindari stress Mengganti pasta gigi dengan yang bebas SLS (Sodium Laurate Sulfat) Istirahat yang cukup Hindari kontak dan jaga higienis

Rencana Terapi

Quo ad Vitam : ad bonam Quo ad Functionam : ad bonam Quo ad Sanationam : ad bonam

Prognosis

HAND-FOOT-MOUTH Disease

Flu Singapore sebenarnya merupakan penyakit yang dikenal sebagai Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau dalam bahasa Indonesia disebut Penyakit Tangan, Kaki, dan Mulut (PTKM). Penyakit ini sudah ada di tahun 1957 di Toronto, Kanada. Sejak itu terdapat banyak kejadian di seluruh dunia. Dinamakan Flu Singapore karena saat itu terjadi ledakan kasus dan kematian akibat penyakit ini di Singapura

Definisi

HFMD adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA yang masuk dalam famili Picornaviridae, Genus Enterovirus. Biasanya disebabkan oleh coxsackievirus A16. Sedangkan yang sering memerlukan perawatan karena keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai meninggal adalah Enterovirus 71.

Etiologi

Terjadi pada kelompok masyarakat yang padat Anak-anak di bawah 10 tahun Orang dewasa umumnya lebih kebal terhadap enterovirus. April 2009 di China dilaporkan 115.000 kasus dan 50 meninggal Di Indonesia kasus HFMD dilaporkan terjadi di daerah Jakarta dan sekitarnya

EPIDEMIOLOGI

melalui jalur fekal-oral (pencernaan) dan saluran pernapasan, yaitu dari droplet (butiran ludah), pilek, air liur, tinja, cairan vesikel (kelainan kulit berupa gelembung kecil berisi cairan) atau ekskreta. Penularan kontak tidak langsung melalui barang, handuk, baju, peralatan makanan, dan mainan yang terkontaminasi oleh sekresi itu. Tidak ada vektor tetapi ada pembawa (carrier) seperti lalat dan kecoa.

Cara Penularan

Masa Inkubasi 2 - 5 hari. Penularan dari orang ke orang terjadi setelah pasien penyakit ini beranjak sembuh. HFMD tidak ditransmisikan dari binatang ke manusia.

Mula-mula demam tidak tinggi 2-3 hari Diikuti faringitis, anoreksia, dan gejala seperti flu, pada umumnya yang tak mematikan. Timbul vesikel yang kemudian pecah, ada 3-10 ulkus di mulut seperti sariawan (lidah, gusi, pipi sebelah dalam) terasa nyeri sehingga sukar untuk menelan. Bersamaan dengan itu timbul rash/ruam atau vesikel (lepuh kemerahan), papulovesikel yang tidak gatal ditelapak tangan dan kaki. Kadangkadang rash/ruam (makulopapel) pada bokong. umumnya akan membaik sendiri dalam 7-10 hari

MANIFESTASI KLINIK

Gejala yang cukup berat Hiperpireksia, yaitu demam tinggi dengan suhu lebih dari 39oC. Demam tidak turun-turun Takikardia (denyut nadi menjadi cepat) Takipnea, yaitu napas jadi cepat dan sesak Anoreksia, muntah, atau diare berulang disertai dehidrasi. Letargi, lemas, dan terus mengantuk Nyeri pada leher, lengan, dan kaki. Kejang-kejang, atau terjadi kelumpuhan pada saraf cranial Keringat dingin Fotofobia (tidak tahan melihat sinar) Ketegangan pada daerah perut Halusinasi atau gangguan kesadaran

Enteroviruses Erythema Multiforme (Stevens-Johnson Syndrome) Varisela Herpes Simplex Herpes Zoster Kawasaki Disease Pharyngitis, Viral Toxic Epidermal Necrolysis

Diagnosis Banding

Bisa didapatkan secara klinis


Pemeriksaan fisik yang disertai dengan adanya ulcus oral atau lesi pada kulit Diagnosis Pasti Pemeriksaan fisik
Demam Nyeri menelan Malaise Fatigue

Dasar Diagnosis

Sampel (Spesimen) dapat diambil dari tinja, usap rektal, cairan serebrospinal dan usap/swab ulcus di mulut/tenggorokan, vesikel di kulit spesimen atau biopsi otak. Isolasi virus dengan cara biakan sel dengan suckling mouse inoculation. Setelah dilakukan Tissue Culture, kemudian dapat diidentifikasi strainnya dengan antisera tertentu.

DIAGNOSIS

1. Deteksi Virus : - Immuno histochemistry (in situ) - Imunofluoresensi antibodi (indirect) - Isolasi dan identifikasi virus. 2. Deteksi RNA RT-PCR Primer : 5CTACTTTGGGTGTCCGTGTT 3 5 GGGAACTTCGATTACCATCC 3 Partial DNA sekuensing (PCR Product)

Pemeriksaan Laboratorium

3. Serodiagnosis Serokonversi paired sera dengan uji serum netralisasi terhadap virus EV-71 (BrCr, Nagoya) pada sel Vero. Uji ELISA sedang dikembangkan. Sebenarnya secara klinis sudah cukup untuk mendiagnosis HFMD, Pemeriksaan lab dilakukan untuk mengetahui apakah penyebabnya Coxsackie A-16 atau Enterovirus 71.

Komplikasi Neurologis
Meningitis (aseptic meningitis, meningitis serosa/non bakterial) Encephalitis Paralisis akut flaksid (Polio-like illness)

Komplikasi Cardiopulmonary
Myocarditis (Coxsackie Virus Carditis) Pericarditis

Komplikasi

Jika diagnosis pasti sudah ditegakkan (biasanya disebabkan virus) maka terapi hanya berdasarkan simptomatis saja
Antiseptik didaerah mulut Analgetik Antipiretik Cairan yang cukup untuk mengatasi dehidrasi

Self-limiting disease

Penatalaksanaan

Mencuci tangan setelah kontak dengan barang atau penderita HFMD Pemakaian Masker dan hindari kontak langsung dengan penderita HFMD

Pencegahan

Anda mungkin juga menyukai