Anda di halaman 1dari 3

Nama Peserta : dr.

Dumora Lamsari Panjaitan


Nama Wahana : RSUD Sungai Gelam

Topik : Demam Tifoid


Tanggal (kasus) : 11 Mei 2016
Nama Pasien : Tn. K No. RM :
Tanggal Presentasi : Juni 2016 Nama Pendamping : dr. DekaYuhendrizal
Tempat Presentasi : Ruang Komite Medik RSUD Sungai Gelam
Obyektif Presentasi:
- Keilmuan - Keterampilan - Penyegaran - Tinjauan Pustaka
- Diagnostik - Manajemen - Masalah - Istimewa
Kelompok Kasus : Dewasa
Deskripsi : Perempuan datang dengan keluhan demam sejak 7 hari.
Tujuan : Mendiagnosis dan melakukan tatalaksana demam tifoid
Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka
Cara Membahas: Presentasi dan Diskusi
Data utama bahan diskusi
1. Gambaran klinis
Pasien Tn T datang ke RSUD Sungai Gelam dengan keluhan demam naik turun sejak 7
hari SMRS, demam dirasakan tinggi pada sore hingga malam hari, mual (+), muntah (+),
sakit kepala (+), nyeri ulu hati (+), badan terasa pegal - pegal, menggigil (-), perdarahan
gusi (-), mimisan (-), BAK normal, BAB (+) normal. Pasien punya kebiasaan makan
jajanan diluar.
2. Riwayat Pengobatan : -
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit : -
4. Riwayat Keluarga : -
5. Riwayat Pekerjaan : buruh

Hasil Pembelajaran

1. Etiologi dan Patogenesis Thypoid


2. Gejala Klinis dan Pemeriksaan Thypoid
3. Penegakan Diagnosis Thypoid
4. Penatalaksanaan dan Komplikasi Thypoid

A. Subyektif :
Pasien Tn T datang ke RSUD Sungai Gelam dengan keluhan demam naik turun sejak 7
hari SMRS, demam dirasakan tinggi pada sore hingga malam hari, mual (+), muntah (+),
sakit kepala (+), nyeri ulu hati (+), badan terasa pegal - pegal, menggigil (-), perdarahan
gusi (-), mimisan (-), BAK normal, BAB (+) normal. Pasien punya kebiasaan makan
jajanan diluar.
B. Obyektif
Keadaan Umum : Compos mentis
Vital sign :
TD = 120/70 mmHg
HR = 82 x/i
RR = 24 x/i
T = 38,2 OC

Pemeriksaan fisik
Kepala
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
THT : liang telinga lapang, serumen (+) minimal, secret (-), mukosa hidung
normal, secret -/-, faring hiperemis (-), T1 T1
Mulut : coated tongue (+) minimal, gigi geligi normal
Leher : JVP tidak meningkat

Pulmo
Inspeksi : dinding thorak tampak datar, retraksi (-)
Palpasi : vocal fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor kanan - kiri
Auskultasi : BND vesikuler, rhonki -/- , wheezing -/-

Cor
Inspeksi : iktus jantung tidak terlihat
Palpasi : iktus jantung tidak teraba
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : S1&S2 normal, Murmur (-)

Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : soepel, defens muscular (-)
Auskultasi : timpani, BU (+) normal

Ekstremitas : Akral hangat, oedem (-), cap refill < 2

Pemeriksaan laboratorium:
Hb = 12 g/dl WBC = 4250/l
Ht = 39% PLT = 205.000
Widal S. H =1/160 Widal S. O = 1/320

C. Assesment
Demam yang terjadi pada pasien demam tifoid disebabkan oleh infeksi Salmonella typhi.
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya terjadi pada saluran pencernaan
dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, disertai dengan atau tanpa gangguan kesadaran.
Gejala prodromal pada demam tifoid berupa malaise, anoreksia, sakit kepala, rasa tidak
enak di perut, dan nyeri seluruh tubuh. Pada minggu pertama demam berangsur-angsur naik,
demam terutama pada sore dan malam hari (febris reminen), dan pada minggu kedua dan
ketiga demam terus menerus tinggi (febris kontinua). Kemudian turun secara lisis. Gangguan
gastrointestinal berupa bibir kering dan pecah-pecah, lidah kotor, berselaput putih dan pinggir
hiperemis. Perut agak kembung dan nyeri tekan. Gejala demam tersebut disebabkan oleh
endotoksin yang dieksresikan oleh basil S. typhi, sedangkan gejala pada saluran pencernaan
disebabkan oleh kelainan pada usus. Dimana pada infeksi S. typhi, basil diserap di usus halus
kemudian melalui pembuluh limfe masuk ke aliran darah sampai ke organ hati dan limfa.
Basil yang menyebar ke seluruh tubuh masuk ke kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan
tukak pada mukosa di atas plaque peyeri. Hal tersebut menimbulkan rasa tidak nyaman di
perut hingga dapat menimbulkan perdarahan dan perforasi usus.
Pemeriksaan serologi (pemeriksaan Widal) ditujukan untuk mendeteksi adanya antibodi
terhadap antigen kuman S. typhi. Diagnosis dinyatakan bila titer O = 1/160, yang sesuai pada
pasien ini. Pemeriksaan ini tepat dilakukan pada pasien ini, dimana demamnya telah
berlangsung 1 minggu, mengingat titer O meningkat di akhir minggu 1.
Diagnosis : Upaya diagnosis sudah optimal dinilai dari penelusuran gejala klinis, pola
kebiasaan pasien, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan widal yang mendukung ke arah
diagnosis demam tifoid. Kekurangannya tidak dilakukan pemeriksaan kultur (gall culture)
yang merupakan gold standar untuk pemeriksaan demam tifoid. Hal ini dikarenakan
keterbatasan fasilitas.

D. Plan :
- IVFD D5% : NaCl = 2:1 20 tetes/ menit
- Bedrest
- Diet : lunak rendah serat
- Ceftriaxone inj. 2 x 1gr (IV)
- Ranitidine inj. 2 x 150mg (IV)
- Paracetamol tab 3x500 mg (PO)
- Omeprazole tab 2 x 20 mg (PO)
- Caviplex 1 x 1 tab (PO)

E. Edukasi :
Edukasi kepada pasien untuk makan secara teratur, menjaga kebersihan diri dan makanan,
dengan tidak makan jajanan di pinggir jalan yang dianggap tidak higienis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Widodo, Darmowandoyo. Demam tifoid. Dalam buku ajar kesehatan anak infeksi dan
penyakit tropis. Edisi pertama. 2002. Jakarta: Bagian ilmu kesehatan anak FK UI .
2. Alan R Tumbelaka. Diagnosis dan Tatalaksana Demam Tipoid. Dalam Pediatric
Update cetakan pertama. 2003. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
3. Syahrurachman, Agus. (1993). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara

Anda mungkin juga menyukai