Anda di halaman 1dari 11

BORANG MORBILI

Nama Peserta Aldo Iman Rudolpho Sitanggang


Nama Wahana RSUD Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur
Topik Morbili
Tanggal (Kasus) 22 september 2016
Nama Pasien An. Lijran B No RM 008609
Tanggal Presentasi Nama dr. Adryani Ottu
Pendamping dr. Dodik Pudjo
Tempat Presentasi
Obyektif Presentasi
Deskripsi Anak, usia 8 tahun, BB: 20 kg
Tujuan Menentukan diagnosis dan melakukan tatalaksana awal serta lanjutan dari
Morbili
Bahan Bahasan Kasus
Cara Membahas Presentasi dan Diskusi
Data Pasien Nama: An. Lijran B Nomor Registrasi: 008609
Nama Klinik: Poli RSUD Soe Terdaftar Sejak:
Data utama untuk bahan diskusi
1. Diagnosis/Gambaran Klinis
Pasien datang dengan ke Poli anak RSUD SOE dengan keluhan + 4 hari SMRS, pasien demam tinggi
disertai batuk, pilek, mencret, dan mata merah. Demam tinggi naik turun namun tidak diukur. Demam
tidak menggigil, tidak kejang. Batuk berdahak, sulit dikeluarkan. Pilek encer berwarna putih. Pasien
juga mencret + 5 kali dalam sehari, ampas (+) berwarna hijau, tidak ada lendir, tidak ada darah. Mata
pasien merah dan banyak keluar air mata. Keesokan harinya muncul ruam kemerahan di belakang
telinga, pipi, dan leher pasien. Orang tua membeli obat penurun panas yang dibeli di warung namun
keluhan tidak berkurang. + 2 hari SMRS, demam masih naik turun, disertai batuk-pilek, dan ruam-
ruam kemerahan yang sudah menyebar ke lengan atas dan bawah. + 1 hari SMRS, karena demam
masih naik turun, masih batuk-pilek, dan ruam-ruam kemerahan timbul hampir diseluruh tubuh,
demam masih naik turun, batuk berdahak, dan pilek semakin sering. BAB 4x/hari, konsistensi cair,
tidak ada lendir, tidak ada darah, BAK dalam batas normal. Orang tua pasien kemudian membawa
pasien ke Poli anak RSUD SOE.
2. Riwayat Pengobatan
Minum obat penurun panas yang dibeli diwarung

3. Riwayat Kesehatan/Penyakit
Tidak pernah menderita penyakit yang sama

4. Riwayat Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang sedang/memiliki riwayat penyakit ini
5. Riwayat Pekerjaan
-
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik
Pasien tinggal di sebuah rumah yang berisi 3 orang bersama seorang ayah dan ibu

7. Riwayat Imunisasi
Imunisasi tidak lengkap

Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Berat Badan : 20 kg
Kesadaran: compos mentis, GCS E4V5M6
Tekanan darah : Nadi: 118x/ menit, laju pernapasan: 24 x/ menit, Suhu: 39 oC
Kepala: konjungtiva anemis +/+ , sklera ikterik -/-, sianosis -, sesak +, pupil isokor 3 mm/3 mm,
refleks cahaya +/+ . mukosa bibir kering, lidah kotor tonsil T1-T1 faring hiperemis,
Leher: kelenjar getah bening tidak teraba, kaku kuduk (-)
Jantung: S1 dan S2 reguler, gallop -, murmur ,2
Paru: suara nafas bronkovesikuler, simetris, retraksi intercosta -, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen: datar, supel, organomegali -, bising usus +, nyeri tekan epigastrium, petekiae (-) turgor
kulit menurun
Ekstremitas: edema -/-, akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis -/-
Kulit: tampak papul-papul eritem polimorfik generalisata

Pemeriksaan Penunjang
21 September 2016:

Darah lengkap Hematokrit : 34,0 %


LED 80 mm/jam MCV : 78 fL
Hb : 11,3 g/dl MCH : 25,9
Eritrosit : 4,37 jt/ul MCHC : 33 %
Leukosit : 8,900 /ul
Trombosit : 257.000
/ul

Tatalaksana
Medikamentosa:

- nebu (ventolin 1 amp+ 2cc NaCl 0,9%)


- Paracetamol syrup 3 x 1 cth (PO)
- Imunos syrup 1 x 1 cth (PO)
- L-Bio 2 x 1 sachet (PO)
- Zink 1 x 20 mg (PO)
- Ambroxol 10 mg
Salbutamol 1 mg
Tremenza 1/3 tab
3x1 pulv (PO)
- Lactacyd untuk mandi dan salicyl talc

-
Daftar Pustaka

Hasil Pembelajaran
1. Menentukan diagnosis Morbili
2. Tatalaksana awal dan lanjut Morbili
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio

Subyektif

Pasien datang dengan ke Poli anak RSUD SOE dengan keluhan + 4 hari SMRS, pasien demam
tinggi disertai batuk, pilek, mencret, dan mata merah. Demam tinggi naik turun namun tidak
diukur. Demam tidak menggigil, tidak kejang. Batuk berdahak, sulit dikeluarkan, Pilek encer
berwarna putih. Pasien juga mencret + 5 kali dalam sehari, ampas (+) berwarna hijau, tidak ada
lendir, tidak ada darah. Mata pasien merah dan banyak keluar air mata. Keesokan harinya
muncul ruam kemerahan di belakang telinga, pipi, dan leher pasien. Orang tua membeli obat
penurun panas yang dibeli di warung namun keluhan tidak berkurang. + 2 hari SMRS, demam
masih naik turun, disertai batuk-pilek, dan ruam-ruam kemerahan yang sudah menyebar ke
lengan atas dan bawah. + 1 hari SMRS, karena demam masih naik turun, masih batuk-pilek, dan
ruam-ruam kemerahan timbul hampir diseluruh tubuh, demam masih naik turun, batuk berdahak,
dan pilek semakin sering. BAB 4x/hari, konsistensi cair, tidak ada lendir, tidak ada darah, BAK
dalam batas normal. Orang tua pasien kemudian membawa pasien ke Poli anak RSUD SOE.

Obyekif

Pada pemeriksaan fisik didapatkan:


Nadi: 118x/menit
Respirasi: 24 x/menit
Suhu: 390C
Mata :
kelopak mata cekung : -/-
konjungtiva anemis : +/+
sklera ikterik :-/-
- Mulut:
Mukosa bibir kering, sianosis sirkum oral (-), lidah kotor (+), tonsil T1/T1;
hiperemis, faring hiperemis +/+
Thorax :
Paru-paru
Inspeksi : simetris kanan dan kiri
Palpasi : Stem fremitus simetris kanan dan kiri
Perkusi : Sonor pada lapangan paru kanan dan kiri
Auskultasi : BND vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung tidak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II Normal, murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : tampak datar
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi :Tympani
Auskultasi : Bising Usus (+), 6x/mnt
- Ekstremitas
Akral hangat :+/+
CRT : <2
- Kulit: tampak papul-papul eritem polimorfik generalisata
Pemeriksaan penunjang:
Darah lengkap
LED 80 mm/jam
Hb : 11,3 g/dl
Eritrosit : 4,37 jt/ul
Leukosit : 8,900 /ul
Trombosit : 257.000 /ul
Hematokrit : 34,0 %
MCV : 78 fL
MCH : 25,9
MCHC : 33 %

Assessment (Penalaran)

Pasien didiagnosis dengan morbili stadium erupsi. Dasar diagnosis pasien ini adalah :
Pada anamnesis didapatkan gejala:
- Demam selama kurang lebih 4 hari
- Flu like syndrome
- Timbulnya bercak koplik yang dimulai dari belakang telinga, kemudian menyebar
ke lengan
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
Nadi: 118 x/menit
Respirasi: 24x/menit
Suhu: 390C
Mata :
konjungtiva anemis : +/+
- Mulut:
Mukosa bibir kering, lidah kotor (+), tonsil T1/T1; hiperemis, faring hiperemis
+/+
Thorax :
Paru-paru
Inspeksi : simetris kanan dan kiri
Palpasi : Stem fremitus simetris kanan dan kiri
Perkusi : Sonor pada lapangan paru kanan dan kiri
Auskultasi : BND vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara, menempel dan
berkembang biak pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi
berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar
pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari
infeksi awal. Adanya giant cells dan proses keradangan merupakan dasar patologik ruam
dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema, bendungan dan perdarahan yang
tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk,
pilek, mata merah (3 C : coryza, cough and conjuctivitis) dan demam yang makin lama
makin tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10
sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam
makulopapuler warna kemerahan.Virus dapat berbiak juga pada susunan saraf pusat dan
menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa konvelesen pada turun dan
hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin gelap, berubah
menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya
terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit.
Virus masuk ke dalam tubuh melalui system pernafasan, dimana mereka membelah diri
secara setempat; kemudian infeksi menyebar ke jaringan limfoid regional, dimana terjadi
pembelahan diri selanjutnya. Viremia primer menyebabkan virus, yang kemudian
bereplikasi dalam system retikuloendotelial. Akhirnya, viremia sekunder bersemai pada
permukaan epitel tubuh, termasuk kulit, saluran pernafasan, dan konjungtiva, dimana
terjadi replikaksi fokal. Campak dapat bereplikasi dalam limfosit tertentu, yang
membantu penyebarannya di seluruh tubuh. Sel datia berinti banyak dengan inklusi
intranuklir ditemukan dalam jaringan limfoid di seluruh tubuh (limfonodus, tonsil,
apendiks).

Plan

Diagnosis : Diagnosis dari Morbili ditegakkkan berdasarkan data klinis, laboratorium.

Penanganan : Medikamentosa:

- Paracetamol syrup 3 x 1 cth (PO)


- Imunos syrup 1 x 1 cth (PO)
- L-Bio 2 x 1 sachet (PO)
- Zink 1 x 20 mg (PO)
- Ambroxol 10 mg
Salbutamol 1 mg
Tremenza 1/3 tab
3x1 pulv (PO)

- Puyer vitamin A 1 x 200.000 IU

- Lactacyd untuk mandi dan salicyl talc


TINJAUAN PUSTAKA

Morbili adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus Morbili,
menular,cenderung meningkat pada musim musim tertentu, dan banyak ditemukan pada
pemukiman padat Penyebab kematian pada morbili terutama akibat komplikasi dari penyakit
tersebut, antara lain ensefalitis, diare akut dengan dehidrasi berat, dan bronkopneumonia..
Bronkopneumonia sebagai komplikasi sering ditemukan pada penyakit Morbili, dengan gejala
klinis demam, sesak nafas dan ditemukannya ronki basah, halus, nyaring pada pemeriksaan
jasmani thoraks.

Untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian maka penanganan penyakit morbili,
khususnya dengan komplikasi harus adekuat. Selain hal tersebut, sebagai tindakan preventif,
Departemen Kesehatan telah melaksanakan Program Pengembangan Imunusasi sebagaimana
yang telah dikampanyekan oleh WHO

Penulisan ini dibuat untuk mengingat kembali penatalaksanaan morbili, khususnya


morbili dengan komplikasi bronkopneumonia.

PATOLOGI DAN PATOGENESIS

Penularan campak terjadi secara droplet melalui udara, terjadi antara 1 2 hari sebelum
timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Morbili ditandai dengan 3 stadium, yaitu :

1. Stadium prodormal (kataral)

- Biasanya stadium ini berlangsung selam 4 5 hari


- disertai gejala gejala panas, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza yang
timbul dalam 24 jam, bertambah hebat secara bertahap dan mencapai puncaknya pada saat
timbul erupsi pada hari keempat.
- bercak Koplik, salah satu tanda patognomonik morbili, yaitu gambaran bercak-bercak kecil
yang ireguler sebesar ujung jarum/pasir yang berwarna merah terang dan pada bagian tengah
berwarna putih kelabu, terletak di mukosa buccalis berhadapan dengan molar bawah .

2. Stadium erupsi

- Koriza bertambah, dan timbul enantema atau titik merah di palatum durum dan palatum
mole. Terjadinya eritema yang berbentuk makula papula disertai meningkatnya suhu
badan.
- Mula mula eritema timbul di belakang telinga, di bagian lateral tengkuk, sepanjang rambut
dan bagian belakang bawah, disertai rasa gatal dan muka bengkak.
- Ruam mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan akan menghilang sesuai dengan urutan
timbulnya..

3. Stadium Konvalesensi

- Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama
kelamaan akan hilang sendiri
- pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hperpigmentasi ini
mrupakan gejala patognomonik untuk Morbili.
- Demam turun sampai suhu tubuh menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

- Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan adanya leukopenia dan limfositosis.


- Dalam sputum, sekresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya multinucleated giant
cell yang khas.
- Pemeriksaan serologis Haemmaglutination Inhibition Test dan Complement Fixation Test :
antibodi spesifik dalan 1 3 hari, setelah timbulnya rash dan mencapai puncaknya pada 2
4 minggu kemudian.
Morbili dengan komplikasi bronkopneumonia

- Merupakan penyebab kematian utama dari morbili, akibat perluasan infeksi virus

Secara klinis manifestasinya dapat berubah bronkiolitis, bronkopneumonia dan pneumonia


lobaris.

Bronkopneumonia akibat komplikasi dari Morbili sering disebabkan oleh Streptotokus,


Pneumokokus, Stafilokokus, Haemofilus Influenza, virus Morbili dan kadang-kadang dapat
disebabkan oleh Pseudomonas dan Klebsiela.

Komplikasi ini harus dicurigai bila anak dengan morbili menunjukan adanya gangguan
pernafasan disertai panas yang menetap. Diagnosis diperkuat dengan foto toraks.

PENGOBATAN

- Morbili merupakan suatu penyakit self-limiting, sehingga pengobatannya bersifat


simptomatis yaitu memperbaiki keadaan umum, antipiretika bila suhu tinggi, sedativum, dan
obat batuk.
- Antibiotika diberikan bila ternyata terdapat infeksi sekunder, misalnya pada morbili dengan
bronkopneumonia, ensefalitis.
- Kortikosteroid dosis tinggi biasanya diberikan kepada penderita morbili yang mengalami
ensefalitis yaitu:
- Hidrokortison 100-200 mg/hari selama 3-4 hari
- Prednison 2 mg/kg.bb/hari untuk jangka waktu 1 minggu
- Indikasi Masuk Rumah Sakit Dianjurkan Bila:
o Morbili yang disertai komplikasi berat
o Morbili dengan kemungkinan terjadinya komplikasi berat yaitu bila ditemukan:
Bercak/exenthem merah kehitaman yang menimbulkan desquamasi dengan squama
yang lebar dan tebal
Suara parau, terutama disertai tanda penyumbatan seperti langritis dan pneumonia
Dehidrasi berat
Kejang dengan Kesadaran menurun
PEM berat

PENANGANAN MORBILI DENGAN KOMPLIKASI BRONKOPNEUMONIA

- Penanganannya adalah dengan pemberian oksigen dan pemberian bronkodilator untuk


mengurangi sesak, antipiretik untuk demam, dan antibiotik.
Antibiotik diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Tetapi hal ini tidak selalu dikerjakan.
Biasanya penanganannya adalah pemberian antibiotic polifragmasi, yaitu kombinasi antibiotik
untuk kuman gram (+), contohnya Ampicillin, dan antibiotik untuk kuman gram (-), misalnya
Kloramfenikol. Atau dapat juga diberikan Sefalosporin generasi III.

Anda mungkin juga menyukai