3. Riwayat Kesehatan/Penyakit
Tidak pernah menderita penyakit yang sama
4. Riwayat Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang sedang/memiliki riwayat penyakit ini
5. Riwayat Pekerjaan
-
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik
Pasien tinggal di sebuah rumah yang berisi 3 orang bersama seorang ayah dan ibu
7. Riwayat Imunisasi
Imunisasi tidak lengkap
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Berat Badan : 20 kg
Kesadaran: compos mentis, GCS E4V5M6
Tekanan darah : Nadi: 118x/ menit, laju pernapasan: 24 x/ menit, Suhu: 39 oC
Kepala: konjungtiva anemis +/+ , sklera ikterik -/-, sianosis -, sesak +, pupil isokor 3 mm/3 mm,
refleks cahaya +/+ . mukosa bibir kering, lidah kotor tonsil T1-T1 faring hiperemis,
Leher: kelenjar getah bening tidak teraba, kaku kuduk (-)
Jantung: S1 dan S2 reguler, gallop -, murmur ,2
Paru: suara nafas bronkovesikuler, simetris, retraksi intercosta -, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen: datar, supel, organomegali -, bising usus +, nyeri tekan epigastrium, petekiae (-) turgor
kulit menurun
Ekstremitas: edema -/-, akral hangat, CRT < 2 detik, sianosis -/-
Kulit: tampak papul-papul eritem polimorfik generalisata
Pemeriksaan Penunjang
21 September 2016:
Tatalaksana
Medikamentosa:
-
Daftar Pustaka
Hasil Pembelajaran
1. Menentukan diagnosis Morbili
2. Tatalaksana awal dan lanjut Morbili
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio
Subyektif
Pasien datang dengan ke Poli anak RSUD SOE dengan keluhan + 4 hari SMRS, pasien demam
tinggi disertai batuk, pilek, mencret, dan mata merah. Demam tinggi naik turun namun tidak
diukur. Demam tidak menggigil, tidak kejang. Batuk berdahak, sulit dikeluarkan, Pilek encer
berwarna putih. Pasien juga mencret + 5 kali dalam sehari, ampas (+) berwarna hijau, tidak ada
lendir, tidak ada darah. Mata pasien merah dan banyak keluar air mata. Keesokan harinya
muncul ruam kemerahan di belakang telinga, pipi, dan leher pasien. Orang tua membeli obat
penurun panas yang dibeli di warung namun keluhan tidak berkurang. + 2 hari SMRS, demam
masih naik turun, disertai batuk-pilek, dan ruam-ruam kemerahan yang sudah menyebar ke
lengan atas dan bawah. + 1 hari SMRS, karena demam masih naik turun, masih batuk-pilek, dan
ruam-ruam kemerahan timbul hampir diseluruh tubuh, demam masih naik turun, batuk berdahak,
dan pilek semakin sering. BAB 4x/hari, konsistensi cair, tidak ada lendir, tidak ada darah, BAK
dalam batas normal. Orang tua pasien kemudian membawa pasien ke Poli anak RSUD SOE.
Obyekif
Assessment (Penalaran)
Pasien didiagnosis dengan morbili stadium erupsi. Dasar diagnosis pasien ini adalah :
Pada anamnesis didapatkan gejala:
- Demam selama kurang lebih 4 hari
- Flu like syndrome
- Timbulnya bercak koplik yang dimulai dari belakang telinga, kemudian menyebar
ke lengan
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
Nadi: 118 x/menit
Respirasi: 24x/menit
Suhu: 390C
Mata :
konjungtiva anemis : +/+
- Mulut:
Mukosa bibir kering, lidah kotor (+), tonsil T1/T1; hiperemis, faring hiperemis
+/+
Thorax :
Paru-paru
Inspeksi : simetris kanan dan kiri
Palpasi : Stem fremitus simetris kanan dan kiri
Perkusi : Sonor pada lapangan paru kanan dan kiri
Auskultasi : BND vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara, menempel dan
berkembang biak pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi
berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar
pada semua sistem retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari
infeksi awal. Adanya giant cells dan proses keradangan merupakan dasar patologik ruam
dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema, bendungan dan perdarahan yang
tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk,
pilek, mata merah (3 C : coryza, cough and conjuctivitis) dan demam yang makin lama
makin tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10
sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam
makulopapuler warna kemerahan.Virus dapat berbiak juga pada susunan saraf pusat dan
menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa konvelesen pada turun dan
hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin gelap, berubah
menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya
terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit.
Virus masuk ke dalam tubuh melalui system pernafasan, dimana mereka membelah diri
secara setempat; kemudian infeksi menyebar ke jaringan limfoid regional, dimana terjadi
pembelahan diri selanjutnya. Viremia primer menyebabkan virus, yang kemudian
bereplikasi dalam system retikuloendotelial. Akhirnya, viremia sekunder bersemai pada
permukaan epitel tubuh, termasuk kulit, saluran pernafasan, dan konjungtiva, dimana
terjadi replikaksi fokal. Campak dapat bereplikasi dalam limfosit tertentu, yang
membantu penyebarannya di seluruh tubuh. Sel datia berinti banyak dengan inklusi
intranuklir ditemukan dalam jaringan limfoid di seluruh tubuh (limfonodus, tonsil,
apendiks).
Plan
Penanganan : Medikamentosa:
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus Morbili,
menular,cenderung meningkat pada musim musim tertentu, dan banyak ditemukan pada
pemukiman padat Penyebab kematian pada morbili terutama akibat komplikasi dari penyakit
tersebut, antara lain ensefalitis, diare akut dengan dehidrasi berat, dan bronkopneumonia..
Bronkopneumonia sebagai komplikasi sering ditemukan pada penyakit Morbili, dengan gejala
klinis demam, sesak nafas dan ditemukannya ronki basah, halus, nyaring pada pemeriksaan
jasmani thoraks.
Untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian maka penanganan penyakit morbili,
khususnya dengan komplikasi harus adekuat. Selain hal tersebut, sebagai tindakan preventif,
Departemen Kesehatan telah melaksanakan Program Pengembangan Imunusasi sebagaimana
yang telah dikampanyekan oleh WHO
Penularan campak terjadi secara droplet melalui udara, terjadi antara 1 2 hari sebelum
timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Morbili ditandai dengan 3 stadium, yaitu :
2. Stadium erupsi
- Koriza bertambah, dan timbul enantema atau titik merah di palatum durum dan palatum
mole. Terjadinya eritema yang berbentuk makula papula disertai meningkatnya suhu
badan.
- Mula mula eritema timbul di belakang telinga, di bagian lateral tengkuk, sepanjang rambut
dan bagian belakang bawah, disertai rasa gatal dan muka bengkak.
- Ruam mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan akan menghilang sesuai dengan urutan
timbulnya..
3. Stadium Konvalesensi
- Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama
kelamaan akan hilang sendiri
- pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik. Hperpigmentasi ini
mrupakan gejala patognomonik untuk Morbili.
- Demam turun sampai suhu tubuh menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
- Merupakan penyebab kematian utama dari morbili, akibat perluasan infeksi virus
Komplikasi ini harus dicurigai bila anak dengan morbili menunjukan adanya gangguan
pernafasan disertai panas yang menetap. Diagnosis diperkuat dengan foto toraks.
PENGOBATAN