PENDAHULUAN
Sebagaimana yang diketahui jumlah penduduk di Indonesia adalah yang
kelima terbesar di dunia. Ini merupakan suatu potensi nasional yang besar bila
dapat dibina kualitas insaninya. Pada dasarnya kualitas manusia ditentukan oleh
derajat kesehatannya. Masalah kesehatan di negara berkembang pada umumnya
dan indonesia pada khususnya harus dimengerti dengan baik. Hal ini sangat
terkait dengan pola kependudukan serta lingkungan yang mempengaruhinya. Pada
piramida kependudukan di Indonesia saat ini menunjukkan besarnya jumlah anakanak umur 0 15 tahun yaitu sekitar 38,6% dari seluruh jumlah penduduk.
Perkembangan
perekonomian
dan
kemajuan
tingkat
kesehatan
akan
BAB II
ANATOMI JANTUNG
Jantung Normal yang dibungkus oleh perikardium terletak pada
mediastinum medialis dan sebagian tertutup oleh jaringan paru. Hampir dua
pertiga bagian terletak di sebelah kiri garis median sternum.
Jantung dibungkus oleh jaringan ikat tebal yang disebut perikardium.
Terdiri dari 2 lapisan, yaitu perikardium viseral dan perikardium parietal. Diantara
kedua lapisan perikardium ini terdapat cairan bening licin yang berfungsi
membantu jantung agar mudah bergerak pada saat pemompaan darah. Jumlah
cairan perikardium pada orang normal adalah adalah 10-20 ml.
Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu atrium kanan dan kiri, serta ventikel
kanan dan kiri. Darah vena mengalir kedalam jantung melalui vena cava superior
dan inferior yang masuk ke dalam atrium kanan. Kemudian melalui katup
trikuspid darah mengalir ke dalam ventrikel kanan. Darah keluar dari ventrikel
kanan menuju paru, kemudian melalui vena pulmonal, darah yang kaya oksigen
masuk ke atrium kiri kemudian mengalir masuk ke ventikel kiri. Antara atrium,
ventrikel dan pembuluh darah besar yang keluar dari jantung terdapat katup-katup
jantung, yaitu katup atrio-ventrikuler dan katup semiluner.
Jantung dipersarafi oleh sistem saraf otonom yaitu sistem saraf simpatis
dan parasimpatis. Serabut saraf simpatis mempersarafi daerah atrium dan
ventrikel termasuk pembuluh darah koroner. Saraf parasimpatis terutama
memberikan persarafan pada nodus sino-atrial, atrio-ventrikuler dan serabutserabut otot atrium, dapat juga menyebar ke dalam ventikel kiri.
Perdarahan otot jantung berasal dari aorta melalui dua pembuluh koroner
utama, yaitu arteri koroner kanan dan arteri koroner kiri. Sedangkan aliran darah
balik dari otot jantung dan sekitarnya dialirkan melalui vena koroner yang
berjalan berdampingan dengan arteri koroner. Pembuluh limfe pada jantung terdiri
BAB III
DIAGNOSIS PENYAKIT JANTUNG ANAK
Penyakit Jantung pada pediatrik masih merupakan masalah yang pelik dan
sering menjadi salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia. Berikut ini
adalah distribusi penyakit jantung anak berdasarkan umur.
Jumlah kasus berdasarkan
kelainan
Acquired Heart
Golongan umur
CHD
Normal
TOTAL
disease
RHD
Non-RHD
02
398
0
14
93
26
165
16
31
177
6 12
142
117
43
225
>12
26
47
19
36
TOTAL
731
180
107
531
Berdasarkan Insiden poliklinik Jantung Anak RSCM (1970-1973)
505
389
527
128
1549
gejala-gejala penyakit jantung dimulai pada masa bayi, waktu datangnya tanda
ataupun gejala harus diperhatikan, karena ini dapat memberi pegangan mengenai
keadaan jantung spesifik.
terdapat
keluhan-keluhan
yang
Sianosis
Pada sianosis, keluhan yang paling sering diutarakan oleh orang tua adalah
warna biru di bibir, mukosa mulut dan kuku. Sianosis terjadi akibat darah
yang beredar ke seluruh tubuh mengandung darah kotor yang rendah oksigen.
Anak dengan sianosis sering terlihat cepat lelah.
Kondisi ini juga timbul pada kelainan paru atau gangguan nafas lainnya,
dan bisa juga terdapat ketika kejang atau kedinginan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam anamnesis tentang sianosis :
Kapan sianosis mulai timbul, apakah segera setelah lahir atau beberapa
2.
sianotik
Bila bayi menjadi biru setelah menangis biasa, mungkin disebabkan oleh
kelainan jantung
Bila bayi menjadi biru bila menangis lama sambil menahan nafas disebut
kejang nafas.
Menurunnya toleransi latihan
Menurunnya toleransi latihan disebabkan karena jantung tidak dapat
memenuhi kebutuhan sirkulasi dalam keadaan kebutuhan yang meningkat
(cadangan jantung berkurang).
Pada bayi, dapat dinilai dari sulit atau tidaknya minum susu baik ASI
maupun pengganti ASI. Pada bayi normal, setelah tidak minum susu selama
lebih kurang 6 jam, akan terus menyusu terus menerus sampai kenyang (ratarata 10-15 menit). Pada bayi dengan kelainan jantung bawaan, kemampuan
untuk minum susu terus menerus berkurang. Bayi akan minum beberapa
4.
5.
6.
Lain-lain
Adanya kelainan sendi, demam, eritema marginatum, gerakan-gerakan
korea, nodul subkutan perlu ditanyakan khusus karena merupakan sifat-sifat
khas dari kelainan penyakit jantung reumatik.
Keadaan umum
Yang dinilai adalah kesadaran, keadaan gizi, dan apakah penderita dalam
keadaan distres atau tidak.
b.
ventrikel
Trisomi 17-18 dan 13-15
Defek septum ventrikel
Turner (XO)
Koarktasio aorta
Turner lelaki (XO) dan Mosaik Stenosis pulmonal
(XO/XY)
Marfan
Insufisiensi
defek
aorta,
septum
insufisiensi
atrium
dan
mitral,
penyakit
Holt-Oram
miokardium
Defek
septum
Ellis Van-Creveld
atrioventrikular
Atrium tunggal, anomali total drainasi
Williams
Mukopolissakarida
Rubella
vena pulmonalis
Stenosis aorta supravalvular
Kelainan katup aorta, miokardium
Duktus arteriosus persisten, stenosis
atrium,
kanalis
Malar flush
Pada curah jantung yang berkurang, pipi akan terlihat kebiru-biruan
akibat dilatasi kapiler dermis.
d.
Sianosis
Sianosis adalah warna kebiruan pada kulit (Hb > 0,5 gr%).
Sianosis Sentral
Sianosis ini diakibatkan oleh kurangnya saturasi oksigen arteri sistemik, yang
terlihat jelas pada mukosa bibir, lidah dan konjungtiva. Dapat disebabkan oleh:
- Shunt jantung kanan dan kiri
- Penyakit paru dengan oksigenasi yang berkurang
Sianosis Tepi
Sianosis ini terjadi akibat lambatnya aliran darah pada daerah sianotik dan
vasokonstriksi akibat kompensasi berkurangnya curah jantung ataupun pada
keadaan syok.
Sianosis Diferensial
Pada sianosis ini, kepala dan ekstremitas atas tampak merah sedangkan bagian
bawah dan ekstremitas bawah tampak biru.
Pemeriksaan Jantung
1.
Inspeksi
Perhatikan adanya deformitas dada. Pembesaran jantung kanan dapat
menyebabkan bulging dada kiri (benjolan prekordial kiri disertai peningkatan
aktivitas prekordial). Penonjolan difus dapat terjadi bila terdapat hipertrofi
2.
3.
klinis.
4. Auskultasi
Pemeriksaan Nadi
Pemeriksaan nadi dilakukan pada a. Brachialis, a. Radialis, a. Femoralis, a.
Dorsalis pedis kanan dan kiri.
Nadi yang cepat:
10
ikterus.
Bradiaritmia : jika frekuensi dibawah 40/menit biasanya didapatkan oleh
blok jantung lengkap.
Batas Normal
Rata-Rata
Batas Normal
Terendah
70/menit
80
80
80
75
70
70
Wanita
Pria
70
65
65
60
60
55
55
50
125/menit
120
110
100
100
90
90
Wanita
Pria
90
85
85
80
80
75
75
70
Tertinggi
190/menit
160
130
120
115
110
110
Wanita
Pria
110
105
105
100
100
95
95
90
11
Tekanan darah harus diukur di lengan atau di kaki. Fasilitas klinik pediatri
harus dilengkapindengan manset 3, 5, 7,12, 18 cm. Perhatikan juga fase korotkoff.
Fase I bunyi detak yang pertama didengar
Fase II seperti fase I ditambah bunyi desis
Fase III fase II yang mengeras
Fase IV bunyi tiba-tiba melemah
Fase V bunyi menghilang
SISTOLIK
50-75
60-90
75-100
80-115
85-125
DIASTOLIK
30-45
40-70
50-75
50-75
50-80
Bunyi Jantung
12
Bunyi jantung I
Bunyi jantung I dianggap terjadi akibatbunyi penutupan katup atrioventikular,
meskipun sebenarnya bunyi ini setidaknya terjadi dari 4 kompleks komponen
bunyi pada awal kontraksi jantung. Komponen mitral bunyi jantung I disebut M1,
sedangakan komponen trikuspid disebut T1. karena T1 terjadi kira-kira 0.03 detik
setelah M1, maka sering bunyi jantung I terdengar terpecah (split) sempit.
Bunyi jantung II
Bunyi jantung II terjadi dari kompleks bunyi akibat penutupan katup
semilunar (katup aorta dan pulmonal). Komponen aorta bunyi jantung II disebut
A2, komponen pulmonalnya disebut P2. pada bayi, anak dan dewasa muda
normal, bunyi jantung II terdengar terpecah (split) pada inspirasi, dan terdengar
sebagai bunyi tunggal pada ekspirasi.
Bunyi jantung III
Bunyi jantung III bernada rendah, terdengar 0.10 sampai 0.12 detik setelah
bunyi jantung II. Bunyi jantung III terdengar paling baik di apeks atau parasternal
kiri bawah, dan lebih jelas bila pasien miring kekiri. Bunyi jantung III dapat
terdengar pada anak sampai dewasa muda normal. Bunyi ini diduga akibat
13
deselerasi darah pada akhir pengisisan cepat ventrikel pada saat distole. Bunyi
jantung III akan mengeras bila pengisian ventrikel bertambah, misalnya pada
dilatasi ventrikel. Bila bunyi jantung III akan mengeras dengan disertai takikardia,
maka akan terjadi irama derap (gallop rhythm), suatu hal yang patologis.
Bunyi jantung IV
Bunyi jantung IV juga bernada rendah, terjadi akibat deselerasi darah pada
saat pengisisan ventrikel oleh atrium, karena itu disebut juga bunyi atrium. Bunyi
ini tidak terdengar pada bayi dan anak normal.
Irama derap
Irama derap (gallop rhythm) terjadi bila bunyi jantung III dan / atau IV
terdengar keras disertai takikardia, sehingga terdengar seperti derap kuda yang
berlari. Irama derap yang terdiri dari bunyi jantung I, II, III disebut irama derap
protodiastolik, sedangkan bila terdiri dari bunyi jantung IV,I,II disebut irama
derap presistolik. Bila bunyi jantung III & IV bergabung disebut irama derap
sumasi ( summation gallop). Terdapatnya irama derap menunjukkan keadaan yang
patologis. Bila irama derap terdengar pada neonatus berarti terdapat gagal jantung.
Opening Snap
Opening snap adalah bunyi pembukaan katup, biasanya yang dimaksud ialah
katup mitral. Bunyi ini patologis, sering terdengar pada pasien dewasa dengan
stenosis mitral. Pada anak bunyi ini jarang terdengar. Opening snap terdengar
setelah bunyi jantung II dan biasanya mendahului bising mid-diastolik.
Klik
Klik ialah bunyi detakan pendek bernada tinggi. Dikenal beberapa jenis klik,
namun sering terdengar pada anak ialah :
14
Bising Jantung
Bising jantung terjadi akibat terdapatnya arus darah turbulen melalui
jalan yang sempit atau jalan abnormal. Pada tiap bising jantung harus dirinci
karakteristiknya sebagai berikut :
1.
Fase bising
Berdasarkan tempatnya pada siklus jantung ditentukan apakah termasuk
bising sistolik, diastolik, atau keduanya. Bising sistolik terdengar antara bunyi
jantung I dan II, sedangkan bising diastolik terdengar antara bunyi jantung II
dan I. Karena itu, penentuan bunyi jantung I dan II secara akurat adalah suatu
sine qua non.
2.
Bising sistolik
terdengar bersamaan
dengan bunyi
jantung
15
Bising diastolik
c)
Bising kontinu
Bising ini dimulai setelah bunyi jantung I, bersifat kresendo,
mencapai puncaknya pada bunyi jantung II kemudian dekresendo
dan berhenti sebelum bunyi jantung I berikutnya. Bising ini
terdapat pada PDA, fistula arterio-vena, atau pirau ekstrakardial
lainnya.
3.
Derajat bising
16
Derajat 1 :
Bising sangat lemah, hanya terdengar oleh pemeriksa yang
berpengalaman di tempat tenang.
Derajat 2 :
Bising yang lemah tapi mudah didengar,penjalaran terbatas.
Derajat 3 :
Bising yang cukup keras tidak disertai getaran bising,penjalaran
sedang sampai luas.
Derajat 4:
Bising yang keras dengan disertai getaran bising,penjalaran luas.
Derajat 5:
Bising yang keras yang juga terdengar bila stetoskop tidak seluruhnya
menempel pada dinding dada, penjalarannya sangat luas.
Derajat 6:
Bising sangat keras, terdengar bila stetoskop diangkat 1 cm dari
dinding dada,penjalarannya sangat luas.
4.
5.
Penjalaran bising
Yang dicari ialah kearah mana bising paling baik dijalarka. Bising mitral
biasanya menjalar baik ke lateral / aksila, bising pulmonal ke sepanjang tepi
kiri sternum, dan bising aorta ke apeks dan daerah karotis.
6.
Kualitas bising
Bising dapat terdengar seperti meniup (blowing), seperti yang terdengar
pada defek septum ventrikel atau insufisiensi mitral, atau rumbling seperti
pada stenosis mitral. Bising dengan nada tinggi dan dengan vibrasi terdengar
17
pada bising inosen (bising still); pada ruptur korda tendinei terdengar bising
khas yang disebut bising burung camar (sea-gull murmur).
7.
8.
b)
disertaiada getaran
bising.
o penjalarannya terbatas, meskipun kadang-kadang dapat terdengar
luas di prekordium.
18
terbatas.
Derajat III : Bising yang cukup keras namun tidak disertai getaran bising,
luas.
Derajat V : Bising yang keras yang juga bisa terdengar walaupun
stetoskop tidak seluruhnya menempel pada dinding dada, penjalarannya
sangat luas.
Derajat VI : Bising sangat keras, juga bisa terdengar apabila stetoskop
diangkat 1 cm dari dinding dada, penjalarannya sangat luas.
19
Bising inosen biasanya terdapat pada fase sistolik kecuali dengung vena
Bising inosen biasanya pendek dan penjalarannya buruk atau tidak khas
Bising inosen intensitasnya lemah, biasanya sampai derajat 2.
Dengan adanya perubahan posisi, bising inosen cenderung melemah, berubah
Rontgenogram
3.
diperiksa.
Ekokardiografi
20
lain.
MRI
Bayangan resonansi magnetik membantu dalam diagnosis dan manajemen
penderita penyakit jantung kongenital. Cara ini menghasilkan gambar
tomografi jantung pada setiap proyeksi dengan menggambarkan respon
jaringan pada bidang magnet homogen bila dipajankan pada ledakan energi
frekuensi radio. Metode penggambaran jantung non invasif ini emberi
gambaran diagnostik pada malformasi pembuluh darah, termasuk koarktosio
aorta, stenosis arteria pulmonalis cabang proksmal, dan transposisi arteri-arteri
besar, juga malformasi jantung sederhana dan kompleks, termasuk stenosis
aorta, stenosis pulmonal, defek sekat atrim, defek sekat ventrikel, tetralogi
fallot, ventrikel tunggal, dan inversi ventrikel. MRI terutama berguna dalam
mengevaluasi anatomi cabang distal arteri pulmonalis dan anomali muara vena
pulmonalis.
Dengan dilakukannya pemeriksaan radiologik tersebut diatas maka ada
21
22
c.
3.
vena.)
Pembagian berdasar fisiologi :
a.
PJB yang dipengaruhi oleh beban tekanan saja
Kelainan yang menjurus ke arah beban tekanan pada
jantung bagian kanan yaitu : stenosis pulmonal dan sindrom
b.
hipoplastik.
Kelainan yang menjurus ke arah beban tekanan pada
c.
persisten.
PJB dengan kombinasi beban tekanan dan beban volume, yaitu :
tetralogi fallot, atresia trikuspid, transposisi arteri-arteri besar.
23
Suportif
Medikamentosa
-
paru hebat
Vasodilator Banyak dipergunakan pada pasien gagal jantung
untuk
mongering
gejala
Dietetik
24
Terapi bedah
2. Disritmia jantung
Pengobatan darurat
Penting untuk menghentikan takidisritmia secepatnya dengan:
Rangsangan vagus,dapat dilakukan dengan refleks diving ( kantong
es pada wajah pasien ) pemijatan sinus koromikos, muntah,
manuver valsava
Rangsangan mekanik dengan pemukulan dada
Farmakologi dengan digoksin intravena,propanolol intravena
3. Henti jantung
Resusitasi
Bebaskan jalan napas
Lakukan pernapasan buatan
Masase jantung
Memperbaiki irama jantung
Perawatan dan pengobatan complicacy
4. Aritmia
25
5.
Takidisritmia : kuninidin,prokainamid
Disritmia karena digitalis : fenitoin
Tachycardia atau fibrilasi ventrikel breathy : bretilium
Takiritmia SV : verapamil
Payah jantung
Istirahat
Oxygen
Obat penenang
Perbaiki anemia
Antibiotik
Digitalis
Diuretik
3.
Spel Hipoksia
Knee-Chest Position
Oksigen 100%
4.
26
2.
Muka pucat
3.
Tachycardia
4.
5.
Aritmia
6.
7.
Sianosis menetap
Pada anak dengan penyakit jantung yang tidak akut tindakan yang dapat diambil
yaitu dengan sikap mencegah komplikasi dengan melakukan pengobatan yang
adekuat dan memberikan pengarahan pada keluarga.
Tindakan yang dapat dilakukan untuk pengobatan yang tidak darurat dengan
pemberian obat antara lain :
Digoksin oral
Propanolol oral
Verapamil oral
27
BAB IV
PENYAKIT JANTUNG BAWAAN
Fisiologi Sirkulasi Janin
Pada janin, darah dengan oksigen relatif cukup (pO2 30 mmHg)
mengalir dari plasenta melalui v.umbilikalis. Separuh jumlah darah ini
mengalir melalui hati, sedang sisanya memintas hati melalui duktus venosus
ke v.cava inferior, yang juga menerima darah dari hati (melalui v.hepatika)
serta tubuh bagian bawah.
Sebagian besar darah dari v.kava inferior mengalir ke dalam atrium kiri
melalui foramen ovale, selanjutnya ke ventrikel kiri, aorta ascendens, dan
sirkulasi koroner. Dengan demikian sirkulasi otak dan koroner mendapat darah
dengan tekanan oksigen yang cukup. Sebagian kecil darah v.kava inferior
memasuki ventrikel kanan melalui katup trikuspid. Darah yang kembali dari
leher dan kepala janin (pO2 10 mmHg) memasuki atrium kanan melalui
v.kava superior, dan bergabung dengan darah dari sinus koronarius menuju
ventrikel kanan, selanjutnya ke a.pulmonalis. Pada janin hanya 15% dari
ventrikel kanan yang memasuki paru, selebihnya melewati duktus arteriosus
menuju aorta desendens, bercampur dengan darah dari aorta asendens. Darah
dengan kandungan oksigen yang rendah ini akan mengalir ke organ organ
tubuh sesuai dengan tahanan vaskular masing masing, dan juga ke plasenta
melalui a.umbilikalis yang keluar dari a.iliaka interna. Dengan demikian,
tubuh bagian atas janin (termasuk arteri koronaria dan sereblar dan yang ke
ekstremitas atas) dialiri hanya dari ventrikel kiri dengan darah yang
28
mempunyai PO2 sedikit lebih tinggi daripada darah yang mengaliri bagian
bawah tubuh janin, yang berasal sebagian terbesar dari ventrikel kanan.
Pada janin normal, ventrikel kanan memompakan 60% seluruh curah
jantung, sisanya dipompa oleh ventrikel kiri. Curah jantung janin
didistribusikan sebagai berikut;
1. 60% (dipompakan ke a.pulmonalis) 8% menuju paru & 52% melewati
duktus arteriosus menuju aorta desendens.
2. 40% (menuju ke aorta asendens) 4% ke sirkulasi koroner, 20% ke
arteri leher dan kepala, hanya 16% tersisa yang melewati istmus aorta
menuju aorta desendens.
Jadi aorta desendens menerima 52% + 16% = 68% curah jantung, jauh
lebih banyak daripada istmus yang hanya menerima 16% saja. Dimensi
pembuluh darah tergantung kepada besarnya aliran darah, karenanya istmus
aorta yang sempit pada janin merupakan keadaan yang normal. Bila duktus
menutup pada saat kelahiran, istmus akan melebar. Perlu dibedakan istmus
yang sempit dan koarktasio aorta pada periode ini.
Diameter d.arteriosus pada janin sama dengan diameter aorta, dan
tekanan pulmonalis juga sama dengan tekanan aorta. Tahanan vaskular paru
masih tinggi oleh karena konstriksi otot a.pulmonalis. Dimensi aorta dan
a.pulmonalis dipengaruhi oleh aliran darah ke kedua pembuluh ini. Pada
kelainan dengan hambatan aliran ke a.pulmonalis, seluruh curah jantung
menuju ke aorta asendens, hingga penyempitan istmus tidak terjadi.
Sebaliknya, bila aliran ke aorta asendens terhambat, misalnya pada stenosis
aorta, maka a.pulmonalis berdilatasi dan terjadi hipoplasia aorta serta istmus.
Fisiologi Sirkulasi Pasca-lahir
Pada saat lahir, sirkulasi janin harus segera beradaptasi dengan
kehidupan ekstrauterin seperti pertukaran gas dipindahkan dari plasenta ke
paru-paru. Pengembangan mekanik paru-paru dan kenaikan PO2 arterial
menyebabkan penurunan tahanan vaskuler pulmonal cepat. Secara serentak
29
sistemik,
kemudian
ada kenaikan
progresif
dengan semakin
30
31
6. Pada janin plasenta merupakan tempat utama untuk pertukaran gas, makanan
dan ekskresi. Pada bayi pasca lahir organ-organ lain mengambil alih
berbagai fungsi tersebut.
7. Pada janin plasenta menjamin berjalannya sirkuit bertahanan rendah. Pada
pasca lahir hal ini tidak terjadi.
32
Ialah kelainan susunan jantung, mungkin sudah terdapat sejak lahir. Kata
susunan berarti menyingkirkan aritmia jantungsedangkan mungkin
sudah terdapat sejak lahir berarti tidak selalu dapat ditemukan selama
beberapa minggu/bulan setelah lahir.
VSD,ASD,PDA)
KJB non sianotik dengan vaskularisasi paru normal (Antara lain
tetralogi fallot)
KJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah (Antara lain
transposisi pembuluh darah besar)
2. Kelainan anatomi
Pada kelainan anatomi dibagi menjadi:
3. Kelainan fisiologis
33
34
bawaan merupakan 42% dari keseluruhan kecacatan kelahiran. Sebagian besar dari
kematian bayi akibat kecacatan kelahiran adalah disebabkan oleh keabnormalan jantung.
Menurut Persatuan Jantung Amerika, pada tahun 1992, kecacatan jantung
merupakan 31,4% dari semua kematian akibat kecacatan kelahiran. Kira-kira 40.000 bayi
yang dilahirkan setiap tahun mendapat kecacatan jantung. Dari jumlah ini:
4-10% menghidap atrium septal defek (ASD),
8-11% menghidap koartasio aorta
9-14% menghidap tetralogi fallot
10-11% menghidap tranposisi arteri besar (TGA)
6 - 11% menghidap patent duktus arteri (PDA),
14-16% menghidap ventrikel septal defek (VSD).
35
Gambar A: menunjukkan struktur dan laju darah jantung yang normal, Gambar B:
menunjukkan 2 lokasi VSD. Defek menyebabkan darah yang kaya akan oksigen di ventrikel kiri
bercampur dengan darah yang miskin oksigen di ventrikel kanan.
Penyebab
Penyebab dari VSD tidak diketahui. VSD lebih sering ditemukan pada
anak-anak dan merupakan suatu kelainan jantung bawaan. Pada anak-anak
dengan lubang yang sangat kecil, tidak menimbulkan gejala dan seringkali
menutup dengan sendirinya sebelum anak berumur 18 tahun. Pada keadaan
VSD yang lebih berat bisa terjadi kelainan fungsi ventrikel dan gagal jantung.
VSD bisa ditemukan bersamaan dengan kelainan jantung lainnya.
Faktor prenatal yang mungkin berhubungan dengan VSD:
36
Angka kejadian
VSD merupakan kelainan jantung yang sering dijumpai. Menurut data
dari Rumah Sakit Harapan kita pada tahun 1996 tipe perimembranus yang
paling banyak ditemukan (60%), yang kedua adalah subarterial (37%), yang
terjarang adalah tipe muskuler (3%).
Patofisiologi
Ukuran fisik defek yang besar bukan satu-satunya yang menentukan besar
shunt (pirau) dari kiri ke kanan. Besar shunt juga ditentukan oleh tingkat
tahanan vaskular pulmonal dibanding dengan tahanan vaskuler sistemik. Jika
terdapat defek kecil (< 0,5 cm2) disebut defek restriktif dan tidak mempengaruhi
tekanan pada ventrikel kanan. Tekanan yang lebih tinggi pada ventrikel kiri
mendorong shunt dari kiri ke kanan, tetapi ukuran pada defek membatasi
besarnya shunt. Pada defek besar nonrestriktif(> 1,0 cm2) tekanan pada ventrikel
kanan dan kiri seimbang. Pada defek ini arah dan besar shunt ditentukan oleh
rasio tahanan vaskuler pulmonal terhadap sistemik.
Setelah lahir, bila VSD besar, tahanan vaskuler pulmonal dapat lebih
tinggi daripada normal. Hal ini dapat menyebabkan besar shunt dari kiri ke
kanan terbatas. Tahanan vaskuler pulmonal turun pada minggu pertama sesudah
lahir. Hal ini
37
terhadap sistemik mendekati 1:1, shunt menjadi 2 arah dan tanda-tanda gagal
jantung mereda serta penderita menjadi sianosis (fisiologi eisenmenger). Saat ini
dengan dilakukannya intervensi bedah awal pada penderita dengan VSD besar
dapat mengurangi penambahan progresif tahanan plumonal.
Gejala:
Pada VSD darah dari paru-paru yang masuk ke jantung, kembali dialirkan
ke paru-paru. Akibatnya jumlah darah di dalam pembuluh darah paru-paru
meningkat dan menyebabkan:
sesak nafas,
bayi mengalami kesulitan ketika menyusu,
keringat yang berlebihan,
berat badan tidak bertambah.
Gambaran klinis
VSD dibagi menjadi :
1. VSD kecil
Diameter pada defek kecil yaitu 1 5 mm. VSD kecil memiliki shunt dari
kiri ke kanan kecil dan arterial pulmonalis normal adalah kejadian yang
paling sering. Pada penderita ini tidak bergejala dan lesi jantung biasanya
ditemukan selama pemeriksaan fisik rutin. Hal ini dikarenakan defeknya
yang kecil, sehingga VSD kecil tidak menyebabkan gangguan hemodinamik.
Pada VSD kecil anak dapat tumbuh sempurna tanpa keluhan.
Palpasi: impuls ventrikal kiri tampak jelas pada apeks kordis. Biasanya
getaran bising teraba pada sela iga III dan IV kiri. VSD tanpa komplikasi ini
tidak mengakibatkan thrill atau getaran di fosa suprastenarlis
38
Auskultasi: pada VSD kecil, bunyi jantung I dan II normal. Bunyi jantung III
dapat terdengar cukup keras bila terdapat dilatasi ventrikel. Semakin kecil
defek, maka semakin keras bising yang terdengar. Hal ini dikarenakan arus
turbulen lebih nyata. Kebanyakan bising bersifat meniup, bernada tinggi,
berderajat 3/6-6/6.
Pada VSD kecil pemeriksaan rontgen dada biasanya normal, walaupun
kardiomegali minimal dan penambahan vaskularisasi paru yang tidak tentu
mungkin teramati.
2. VSD sedang
Defek sedang memiliki diameter 5-10 mm. Shunt dari kiri ke kanan yang
cukup besar menyebabkan peningkatan aliran darah ke paru dan
bertambahnya aliran darah yang kebali ke atrium.hal ini menyebabkan
pelebaran atrium kiri dan ventrikel kiri yang hipertrofi dan dilatasi. Pada bayi
tampak gejala takipneu, pertumbuhan yang melambat, dan kesulitan
menghisap susu.
Palpasi : impuls ventrikal kiri tampak jelas pada apeks kordis. Biasanya
getaran bising teraba pada sela iga III dan IV kiri.
Auskultasi : pada defek sedang bunyi jantung II agak keras, splitt sempit
pada sela iga II kiri dekat sternum. Bunyi jantung I sulit dipisahkan dari
bising holosistolik yang kemudian segera terdengar. Bising ini disebut
sebagai bising besifat kasar dan termasuk kebocoran bising. Punctum
maksimum pada sela iga III, IV, dan V kiri dekat sternum menjalar ke sela iga
IV dan II kanan di samping sternum dan ke arah apeks kordis, sering juga
hingga punggung. Intensitas bisingnya derajat II IV.
3. VSD besar
39
Pada defek besar diameter defek lebih dari pada setengah ostium aorta.
Tekanan di ventrikel kanan meninggi. Secara klinis menunjukkan gejala :
nafas pendek, mudah lelah, muncul masalah makan, infeksi saluran nafas,
serangan dispneu paroksismal, berat badan rendah.
Palpasi : impuls jantung hiperdinamik kuat, tekanan arteria pulmonalis
tinggi, penutupan katup pulmonal yang jelas pada sela iga III kiri dekat
sternum, teraba getaran bising pada dinding dada. Pada defek yang sangat
besar getasan bising sering tidak teraba dikarenakan tekanan di ventrikel kiri
sama dengan tekanan di ventrikel kanan. Anak dengan VSD besar yang
disertai gagal jantung memilki tanda terabanya tepi hati tumpul dibawah
lengkung iga kanan.
Auskultasi : bunyi jantung I mengeras pada apeks dan sering diikuti click
sebagai akibat dari terbukanya katup pulmonal dengan kekuatan pada
pangkal arteria pulmonalis yang melebar. Bunyi jantung II
mengeras,
terutama pada sela iga III terdengar bising holosistolik kasar derajat III IV
sepanjang tepi sternum kiri dengan pungtum maksimum di sela iga IV yang
menjalar ke seluruh prekordium sampai ke punggung. Intensitas bising
berkurang bila tekanan sistol di ventrikel kanan meningkat. Pada keadaan ini
bising bersifat dekresendo. Jika shunt kiri dan kanan pada VSD lebih dari
50% pada akan terdengar bising mid-diastolik pada apeks kordis.
Kardiomegali dengan penonjolan kedua ventrikel, atrium kiri,
arteri
pulmonalis
akan
tampak
pada
pemeriksaan
dengan
rontgen.
Jika ada sindrom Eisenmenger, penderita akan tampak sianosis dengan jari-jari
berbentuk tabuh, bahkan mungkin disertai gagal jantung kanan. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan pulsasi arteria pulmonalis yang teraba mungkin
40
ada pada linea parasternalis kiri atas. Bising sistolik ejeksi halus atau bising
holosistolik regurgitasi trikuspidalis mungkin dapat didengar sepanjang linea
parasternalis kiri. Bising diastolic dekresendo awal insufisiensi pulmonal dapat
juga terdengar sepanjang linea parasternalis kiri. Derajat sianosis tergantung
pada stadium penyakit. Tekanan sistolik dan diastolic arteria pulmonalis akan
naik, derajat shunt dari kiri ke kanan akan minimal, dan akan ditemukan
desaturasi darah dalam ventrikel kiri. Secara rontgen, ukuran jantung
bervariasi dari normal hingga sangat membesar. Batang arteria pulmonalis
akan membesar di daerah hilus dan ukurannya mengecil sedikit demi sedikit
dengan cepat pada cabang-cabang perifer. Ventrikel dan atrium kanan
menonjol. Ukuran jantung dapat normal sampai membesar
yang dapat
41
Gambar A: menunjukkan strukutur dan aliran darah jantung normal, Gambar B: menunjukkan
jantung dengan ASD dimana darah yang kaya akan oksigen dari atrium kiri bercampur dengan
darah yang mengandung sedikit oksigen dari atrium kanan.
Angka Kejadian
Angka kejadian ASD sekundum
sebesar 7% 10 %
dari seluruh
kelainan jantung bawaan dan 2 kali lebih sering terjadi pada wanita daripada
pria. ASD Primum hanya sebesar 3% dan defek sinus venosus sebesar 15%.
42
43
44
kiri bawah akibat stenosis trikuspid relatif karena volume atrium kanan
bertambah akibat shunt kiri ke kanan.
Penanganan
45
46
Angka Kejadian
Pada bayi cukup bulan PDA terjadi 1 dari 2000 kelahiran atau 5 10 % dari
seluruh kelainan jantung bawaan. Pada bayi prematur angka kejadiannya lebih tinggi,
terutama bila terjadi distres pernafasan.
Patofisiologi
Dikarenakan tekanan aorta yang lebih tinggai, aliran darah melalui duktus
berjalan dari aorta ke arteria pulmonalis. Luasnya shunt tergantung pada ukuran duktus
dan pada rasio tahanan vaskuler pulmonal dan sistemik. Jika PDA kecil, tekanan dalam
arteria pulmonalis, ventrikel kanan, dan atrium kanan normal. Tetapi jika PDA besar,
tekanan arteria pulmonalis dapat naik ketingkat sistemik selama sistol dan diastol.
Penderita dengan PDA besar, jika tidak dioperasi berisiko mengalami penyakit vaskulal
pulmonal. Pada PDA terdapat tekanan nadi yang besar dikarenakan terjadi kebocoran
darah ke dalam arteria pulmonalis selama diastol.
Gambaran Klinis
Bising sering ditemukan secara kebetulan pada anak tanpa keluhan. Pada anak
yang lain infeksi saluran nafas residif serta cepat lelah merupakan keluhan yang timbul.
47
Kegagalan jantung pada bayi hanya terjadi pada shunt kiri ke kanan yang besar.
Pertumbuhan badan terganggu pada shunt besar, sebagai akibat dari vasodilatasi
pembuluh darah tepi.
Palpasi : pada apeks kordis aktifitas ventrikel kiri meningkat. Pada sela iga II kiri getaran
bising teraba. Tanda khas pada denyut nadi berupa pulsus seler (water hammer pulse) hal
ini terjadi akibat kebocoran darah dari aorta pada waktu sistol dan diastol, sehingga
didapatkan tekanan nadi yang besar.
Auskultasi : Shunt dari aorta ke arteri pulmonlis menyebabkan terjadinya bising kontinyu
disela iga II tepi kiri sternum yang menjalar ke daerah infraklavikular, daerah karotis,
sampai punggung. Bunyi jantung I dan II biasanya normal, walaupun bunyi jantung II
sulit diketahui karena tertutup oleh puncak bising. Pada bayi baru lahir sering terdengar
bising sistolik. Hal ini dikerenakan pada bayi resistensi vaskular paru masih tinggi.
Pada bayi ataupun anak yang menderita PDA akan menampakkan gejala seperti:
Penanganan
Setelah diagnosis ditegakkan, segera dilakukan operasi pemotongan atau
pengikatan duktus. Pemotongan lebih diutamakan untuk menghindari terjadinya
rekanalisasi. Pada duktus yang pendek, pemotongan tidak dilakukan karena
beresiko besar. Operasi dilakukan dengan atau tanpa gejala. Terutama pada PDA
yang mengarah ke hipertensi pulmonal yang irevesibel dan endokarditis lenta.
Prognosis
48
tanpa dilakukan operasi, penderita PDA dapat bertahan hidup hingga usia
40 tahun. Panjangnya usia penderita tergantung dari cepat atau lambatnya timbul
obstruksi pembuluh darah paru. Adanya sepsis lenta dapat memperburuk
prognosis. Semakin cepat operasi dilakukan, semakin tinggi harapan hidup anak.
PS (Stenosis Pulmonal)
Stenosis pulmonal terdapat di berbagai tempat seperti di valvulus atau di
infundibulum. PS valvular sering terdapat tanpa keluhan sedangkan PS infundibular
sering dengan kombinasi VSD. Hemodinamka PS terjadi akibat sempitnya lubang pada
katup pulmonal. Hal ini menyebabkan ventrikel kanan bekerja lebih berat. Pada tipe
valvular aliran yang timbul dikarenakan lubang yang sempit atau disebut juga jet steam.
Jet steam mengakibatkan dinding arteri pulmonalis yang tipis menjadi lemah dan
berdilatasi.
49
50
pulmonal yang didengar paling baik di linea parasternalis kiri atas selama
ekspirasi. BJ II membelah dengan elemen pulmonal yang berintensitas normal
mungkin sedikit tertunda.
PS berat
Mungkin ada tanda-tanda gagal jantung kanan dan intoleransi pada latihan
fisik. Pada pemeriksaan fisik bising sistolik ejeksi diperpanjang lebih keakhir
sistolik dan menjadi lebih keras dan lebih kasar. Bising akan menyebar
kelapangan paru. Dengan pembatasan gerakan katup yang lebih berat, klik ejeksi
pulmonal tidak meningkat. BJ II membelah, dengan komponen pulmonal tertunda
dan mengurang yang dapat tidak terdengar.
Gambaran klinis
Umumnya penderita PS berwajah bulat, tidak terdapat gangguan berat
badan. Keluhan yang mungkin ditemukan adalah mudah lelah dan dispneu pada
waktu stres. Tekanan pada ventrikel kanan yang terus menerus menyebabkan
terjadinya gagal jantung. Sianosis pada PS terjadi jika terdapat shunt dari kanan
ke kiri melalui foramen ovale. Sianosis juga timbul pada anak dengan curah
jantung rendah. Anak ini menunjukan gejala dispneu paroksismal pada waktu
istirahat nyeri prekordium, sinkope, dan epistaksis berulang.
Palpasi : Akivitas ventrikel kanan jelas terlihat pada prekordium. Pada anak
dengan PS sedang dan berat sering teraba getaran bising pada sela iga II dan III
kiri dan di fosa suprasternalis.
Auskultasi : Pada PS bunyi jantung I normal, bunyi jantung II terpecah agak lebar
dan lemah, bahkan pada stenosis berat bunyi jantung II terdengar tunggal. Bising
ejeksi sistolik terdengar click. Bunyi abnormal ini tidak terdengar pada stenosis
infundibular atau stenosis valvular berat. Makin berat stenosisnya, makin lemah
P2 dan makin panjang bising yang terdengar, hingga menempati seluruh fase
sistolik.
Penanganan
51
MPA(main pulmonary artery), yaitu operasi yang langsung dilakukan pada katup
dengan menutup sirkulasi vena.
Prognosis
Setelah usia 30 tahun, umunya penderita tanpa operasi akan meninggal.
Pada PS ringan tanpa endokarditis lenta dapat hidup normal. Pada PS berat
memiliki prognosis yang buruk. Pada PS berat yang disertai sianosis tindakan
pembedahan merupakan kontraindikasi.
Koarktasio Aorta
Koarktasio Aorta adalah penyempitan pada aorta, yang biasanya terjadi
pada titik dimana duktus arteriosus tersambung dengan aorta dan aorta membelok
ke bawah. Aorta adalah arteri utama pada tubuh. Aorta mengedarkan darah yang
kaya akan oksigen ke seluruh bagian tubuh, kecuali paru-paru. Cabang pertama
dari aorta mengalirkan darah ke tubuh bagian atas (lengan dan kepala). Kemudian
darah mengalir ke tubuh bagian bawah (perut dan tungkai).
Berbagai tingkat konstriksi aorta dapat terjadi pada sala satu titik dari
arkus transversum sampai biforkasio iliaka. 98% koarktasio aorta terjadi tepat
52
pada distal permulaan arteria subklavia kiri. Koarktasio aorta 2 kali lebih sering
terjadi pada laki-laki dari pada wanita. Koarktasio aorta merupakan tanda dari
sindrom turner dan disertai dengan katup aorta bikuspid.
Diagnosis koarktasio aorta amat sederhana, yaitu dengan menentukan
tekanan darah pada lengan dan tungkai. Pada bentuk klasik penyempitan aorta
terdapat dekat pada pembagian arteri subklavia kiri dari arkus aorta dan pangkal
duktus. Penyempitan berkembang dalam bentuk diabol sepanjang jarang pendek
dari aorta. Tipe ini disebut tipe pasca duktus. Tipe praduktus dulu disebut
sebagai tipe juvenil. Pada tipe ini letak kelainan di inter dan extra kardial, sering
juga ditemukan VSD.
Patofisiologi
Koarktasio dimulai saat kehidupan janin yang terdapat kelainan jantung,
yang menyebabkan aliran darah melalui katup aorta berkurang. Setelah lahir
koarktasio pasca-duktal darah aorta asenden mengalir melalui segmen sempit
untuk mencapai aorta desenden. Pada usia beberapa hari pertama paten duktus
arteriosus berperan melebarkan area aorta pasca duktus dan memperbaiki
obstruksi sementara. Pada bayi, terjadi shunt duktur dari kiri ke kanan dan tidak
terdapat sianosis. Pada koarktasio pasca duktus yang berat atau bila ada hipoplasia
arkus transversum darah ventrikel kanan terejeksi melalui duktus untuk memasok
aorta desenden.
Gejala:
Gejalanya mungkin baru timbul pada masa remaja, tetapi bisa juga muncul
pada saat bayi, tergantung kepada beratnya tahanan terhadap aliran darah.
Gejala koarktasio aorta berupa:
Pusing,
Pingsan,
53
tekanan darah tinggi yang terlokalisir (hanya pada tubuh bagian atas),
kekurangan tenaga,
perdarahan hidung,
Gambaran Klinis
Koarktasio banyak ditemukan pada usia sekolah dan remaja, pada anak
dikenal bila terjadi gagal jantung. Sebagian besar koarktasio tanpa keluhan, pada
usia sekolah jarang terdapat keluhan pusing atau kaki dingin. Bila terdapat
keluhan tersebut pada anak, hal ni merupakan akibat dari hipertensi bagian atas
dan tubuh. Keluhan yang terjadi berupa nyeri kepala yang hebat, epistaksis yang
hilang timbul. Pada anak laki-laki koartasio aorta menyebabkan bentuk badannya
menjadi atletik.
Diagnosis
Diagnosis pada koarktasio aorta dilakukan dengan palpasi. Perbedaan tekanan
darah dengan tekanan pada lengan lebih tinggi dari pada tekanan tungkai
memungknkan dugaan kaorktasio aorta.
Palpasi : Getaran bising lemah pada fosa supra sternalis, tidak menjalar ke leher.
Pada anak besar yang disertai kolateral meluas terdapat pulsasi pada aksila,
punggung, sela iga paling atas.
Auskultasi : Terdengar bising akibat koarktasio dan akibat kolateral. Bising
koarktasio terdengar jelas pada pungung, berupa bising sistolik derajat 2-3. Bila
lumen sangat menyempit maka terdapat bising kontinyu di aorta akibat jet
stream melalui penyempitan tersebut. Pada anak besar akibat melebar dan
54
TF (Tetralogi Fallot)
Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang
ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal, yaitu: defek septum ventrikel,
stenosis pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan. Komponen
yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosis
pulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif ,
makin lama makin berat.
Pada TF darah vena seluruhnya tertampung di ventrikel kanan, kemudian
masuk ke aorta tanpa membebani ventrikel kiri. Hal ini menyebabkan timbulnya
hipertrofi ventrikel kanan sedangkan ventrikel kiri relatif kecil umumnya
obstruksi pada TF hanya sampai pada bagian jalan keluar pada ventrikel kanan,
disertai atau tidak dengan kombinasi PS valvular. VSD umumnya besar dan sering
terletak dibagian atas septum ventrikel. Overiding aorta lebih mengarah ke
55
Gambar A: menunjukkan struktur dan aliran darah jantung normal, Gambar B: menunjukkan
jantung dengan 4 defek tetralogi fallot.
Angka Kejadian
Tetralogi fallot (TF) merupakan penyakit jantung sianotik yang paling banyak
ditemukan. Tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan
pada anak, kira-kira 10-15 % dari seluruh penyakit jantung bawaan, diantara
penyakit jantung bawaan sianotik Tetralogi fallot merupakan 2/3 nya. Tetralogi
fallot merupakan penyakit jantung bawaan yang paling sering ditemukan yang
ditandai dengan sianosis sentral akibat adanya shunt kanan ke kiri. Di RSU Dr.
Soetomo sebagian besar pasien Tetralogi fallot
prevalensi menurun setelah berusia 10 tahun.
56
dan
Patofisiologi
Anulus katupulmonalis dapat berukuran normal atau sangat sempit. Jika
saluran keluar aliran ventrikel kanan tersumbat sempurna (atresia pulmonal),
mungkin ada segmen batang arteria pumonalis yang berlanjut dengan aliran
ventrikel kanan, atau dipisahkan oleh katup pulmonal fibrosa tetap tidak
berlubang. Terkadang cabang arteria pulmonalis dapat terputus. Pada kasus yang
lebih berat aliran darah pumonal dipasok oleh PDA dan arteria kolateral aorto
pulmonal besar yang keluar dari aorta.
Aliran balik vena sistemik ke atrium kanan dan ventrikel kanan normal.
Bla ventrikel kanan berkonstraksi karena adanya stenosis pulmonal yang
menycolok, maka darah melalui shunt VSD kedalam aorta, akibatnya terjadi
disaturasi arteria dan sianosis yang menetap.Tekanan sistolik dan diastolik puncak
pada ventrikel sama, dan pada jajaran sistemik terjadi perbedaan tekanan besar di
sebelah saluran aliran keluar ventrikel kanan yang tersumbat, dan tekanan arteria
pulmonalis lebih rendah dari normal. Tingkat penyumbatan aliran ventrikel kanan
menentukan waktu mulainya gejala, keparahan sianosis, tingkat hipertrofi
ventrikel kanan. Jika penyumbatan pada aliran kanan ringan hingga sedang dan
ada keseimbangan shunt pada VSD maka penderita tidak mengalami sianosis.
Gejala:
Gejala pada TF adalah:
Sianosis , bertambah waktu bangun tidur, menangis atau sesudah makan.
Dispneu,
Kelelahan,
Gangguan pertumbuhan,
Hipoksia (timbul sekitar umur 18 bulan),
Dapat terjadi apneu,
57
58
TF Ringan
TF Berat
59
Anamnesis
Kussmaul,
lemas,dan
bahkan
ada
(cyanotic
kejang
spells).
Perbedaan
TF Ringan
TF Berat
Pem.Fisik
skoliosis
TF Ringan
TF Berat
Laboratoriu
Vaskularisasi paru ,
Eritrosi dan Ht N/
Apeks
jantung
kecil
dan
terangkat,
Konus pulmonalis cekung
gambaran mirip sepatu.
Lab Eritrosit dan Ht .
Penanganan
Tindakan operasi pada TF wajib bagi semua penderita. Pada bayi dengan
sianosis, dilakukan pelebaran stenosis trans ventrikel. Koreksi total dengan
menutup VSD seluruhnya dan melebarkan PS. Umur optimal untuk koreksi total
pada usia 7-10 tahun.
60
Prognosis
Tanpa operasi TF memiliki prognosis buruk. Biasanya anak mencapai usia
15 tahun. Ancanman pada anak TF adalah abses otak dan menderita perdarahan
banyak. Hal ini dikarenakan berkurangnya trombosit dan fibrinogen.
Cyanotic Spells
Cyanotic spell (spell hipoksik) adalah suatu sindrom yang ditandai oleh
serangan gelisah, menangis berkepanjangan, hiperventilasi, bertambah biru,
lemas, atau kadang-kadang kejang.
Cyanotic spell ini sering terjadi pada usia 3 bulan sampai 3 tahun.
Cyanotic spell ini dapat berakibat kelumpuhan bahkan kematian.
Cara mengatasi cyanotic spell
1 Penempatan bayi pada abdomen pada posisi lutut-dada (knee-chest/elbow
position). Dengan cara ini aliran balik vena sistemik akan berkurang
karena sebagian darah akan terkumpul di ekstremitas bawah dan tahanan
vaskuler sistemik akan meningkat sehingga aliran pirau dari kanan ke kiri
akan berkurang.
2 Pemberian oksigen masker agar oksigenasi membaik.
3 Injeksi morfin subkutan dengan dosis tidak melebihi 0,2 mg/kg. Injeksi
dapat diberikan dan dapat diulang setelah 10 menit. Morfin ini akan
mendepresi pusat pernapasan dan menghilangkan reflex hiperventilasi.
4 Bila serangan berat atau menetap, maka akan terjadi asidosis metabolic.
Berikan natrium bikarbonat 3-5 mg/kg BB intravena selama 3-5 menit.
5 Bila spell menetap atau berulang, berikan propanolol 0,02-0,1 mg/kg
BB/dosis secara intravena selama 10 menit, dilanjutkan dengan pemberian
secara oral 0,2-0,5 mg/kg BB/6 jam. Jangan diberikan pada penderita
asma.
6 Vasopresor yang dapat diberikan secara intravena, antara lain adalah
Fenilefrin (Neo Synephrine) 2-5 mg/kg BB/menit intravena bolus atau 0,1
61
Dekstrokardia
62
Suatu keadaan medis jantung yang berada pada sisi kanan dada.
Diagnosis
Auskultasi;
Secara klinis, suara jantung dapat terdengar lebih keras di sisi kanan
daripada kiri dada. Dapat ditemukan gejala - gejala penyakit jantung kongenitas,
jika memang ada kelainan kelainan yang berhubungan penyakit jantung
congenital. Dekstro kardia yang asimptomatik dapat terjadi bersamaan gejala
Kartagener Sindrom.
Radiologis tampak jantung di sebelah kanan dada.
EKG;
Inversi gelombang P dan T
Kompleks antara II dan III normal
Kompleks hantaran aVr sama dengan avL N
Antaran Avf tetap sama dengan AvF N
Pada PJB yang biru sering terjadi serangan sianotik yang ditandai dengan
sering lemas, sesak dan pingsan.
Perlu diperhatikan berbagai keadaan komplikasi yang harus segera dikirim ke Rumah
sakit yaitu
1. Pada PJB biru sering terjadi serangan sianotik yang ditandai:
63
Bila orang tua menemukan anak dengan kondisi tsb langsung lakukan:
64
respon, program bisa dulang sampai 2 -3 hari, kalau tetap tidak ada
respons maka segera dilakukan operasi ligasi duktus.
Bila yang dihadapi adalah PJB kritis yang bergantung kepada
terbukanya duktus (ductus dependent systemic circulation atau ductus
dependent pulmonary circulation), maka meneruskan pemberian
prostaglandin E1 dengan dosis minimal yang optimal.
C. Intervensi non bedah
Dilatasi katup pada critical pulmonal/ aortic stenosis dengan balloon
valvuloplasty memberikan hasil yang cukup dramatis.
D. Tindakan bedah
Di negara yang sudah maju, telah dilakukan operasi koreksi jantung pada
masa neonatus, sehingga tindakan bedah ini merupakan tindakan rutin
dari penatalaksanaan awal PJB sianotik. Di Indonesia hal ini belum
dapat dilaksanakan, sehingga tindakan bedah biasanya merupakan
langkah lanjutan dari penatalaksanaan PJB sianotik. Tindakan bedah
tersebut berupa :
2.
65
normal dan tidak perlu pembatasan pada aktivitas anak. Perbedaan antara penyakit
jantung kongenital dan penyakit koroner degeneratif pada orang dewasa harus
ditekankan.
Perawatan kesehatan umum, termasuk diet berimbang dengan baik,
pencegahan anemia, dan program imunisasi biasa harus dianjurkan. Imunisasi
rutin harus diberikan dengan menambah vaksin influenza Profilaksis terhadap
endokarditis infeksi harus dilakukan selama prosedur gigi.
Untuk penderita penyakit jantung sedang sampai berat juga tidak perlu
terlalu dibatasi dalam pendidikan.. Pendidikan fisik harus diubah sesuai dengan
kemampuan anak untuk berpartisipasi. Olahraga kasar dan kompetitif harus
dijauhi. Anak perlu pembatasan aktivitas bila terdapat gejala-gejala seperti
dispneu, nyeri kepala dan kelelahan pada penderita sianosis yang merupakan
tanda hipoksemia.
Transportasi ke sekolah dapat membantu sehingga kelelahan tidak akan
menganggu aktivitas di kelas.
Perawatan kesehatan umum, termasuk diet berimbang yang baik,
pencegahan anemia defisiensi besi penting untuk penderita sianosis yang akan
menunjukkan perbaikan toleransi latihan fisik dan kesehatan umum dengan kadar
Hb yang cukup.
66
BAB V
PENYAKIT JANTUNG REUMATIK
Definisi
Demam reumatik adalah sindrom klinis yang diakibatkan oleh peradangan
kerana infeksi streptokokus beta hemolitikus golongan A, dengan gejala sistemik
mayor (satu atau lebih) sebagai berikut:
-
eritema marginatum
Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi yang mempengaruhi taerjadinya demam
reumatik adalah keadaan sosio-ekonomi yang rendah, kepadatan penduduk yang
tinggi, faktor genetik, usia, daerah beriklim sedang, daerah tropis yang bercuaca
lembab, dan perubahan suhu yang mendadak.
Keadaan sosio-ekonomi yang rendah dan kepadatan penduduk yang tinggi
berpengaruh dalam timbulnya penyakit demam reumatik. Di negara maju dengan
keadaan ekonomi yang lebih baik terjadi penurunan angka kejadian demam
reumatik. Dalam hal usia, kelompok usia 5-15 tahun merupakan usia tertinggi
serangan akut demam reumatik pertama.
Faktor risiko genetika host juga memegang peranan penting dalam terjadinya
demam reumatik, yaitu antigen D8/17B dan antigen HLA (histocompatibility II)
67
tertentu pada penderita demam reumatik. Selain itu, demam reumatik juga
memiliki kecenderungan untuk mengenai lebih dari satu anggota keluarga dan
lebih sering pada saudara kembar monozigotik.
Patologi Anatomi
Otot jantung yang terinfeksi streptokokus tersebut menyebabkan
peradangan pada ketiga lapisan otot jantung (pankarditis). Pada pemeriksaan
patologi anatomi akan ditemukan gambaran sebagai beikut:
-
Terjadi infiltrasi sel-sel radang pada miokardium, otot edema dan nekrosis.
68
relatif karena adanya dilatasi ventrikel kiri dan peningkatan pengisian ventrikel
kiri pada fase diastolik.
Beda bunyi jantung yang murni dengan bunyi jantung yang bising
Bising jantung yang terdengar pada umumnya adalah bising sistolik di daerah
apeks jantung yang menggambarkan adanya regurgitasi katup mitral akibat
ejeksi darah. Bising jantung yang berbeda pada demam reumatik akut
disebabkan karena insufisiensi katup. Bising jantung yang paling umum
ditemukan saat demam reumatik akut, adalah :
o Murmur Apical pansystolic merupakan sebuah detak yang kencang/kuat,
murmur dengan kualitas yang sangat besar dari mitral regurgitation yang
menjalar hingga axilla kiri. Murmur ini tidak di pengaruhi oleh pernafasan
atau posisi. Intensitas bervariasi biasanya lebih besar dari 2/6 grade.
Ketidakmampuan mitral disebabkan karena disfungsi dari valve, chordae
dan otot papillary
69
mitral
selama
pengisisan
ventricular.
Metode
terbaik
untuk
70
Riwayat keluarga
Jones
ditujukan
sebagai
pedoman
71
diagnosis
demam
Manifestasi Mayor
Karditis
Manifestasi Minor
Klinis :
Poliartritis Migrans
Korea
Demam
Athralgia
Eritema Marginatum
Nodul Subkutan
Laboratorium :
Ditambah
72
73
digunakan sebagai suatu kriterium mayor, poliartritis harus disertai sekurangkurangnya dua kriteria minor, seperti demam dan kenaikan laju endap darah,
serta harus didukung oleh adanya titer ASTO atau antibodi antistreptokokus
lainnya yang tinggi.
3) Korea secara khas ditandai oleh adanya gerakan tidak disadari dan tidak
bertujuan yang berlangsung cepat dan umumnya bersifat bilateral, meskipun
dapat juga hanya mengenai satu sisi tubuh. Manifestasi demam rematik ini
lazim disertai kelemahan otot dan ketidak-stabilan emosi. Korea jarang
dijumpai pada penderita di bawah usia 3 tahun atau setelah masa pubertas dan
lazim terjadi pada perempuan.
Korea Syndenham merupakan satu-satunya tanda mayor yang sedemikian
penting sehingga dapat dianggap sebagai pertanda adanya demam rematik
meskipun tidak ditemukan kriteria yang lain.
Korea merupakan manifestasi demam rematik yang muncul secara lambat,
sehingga tanda dan gejala lain kemungkinan sudah tidak ditemukan lagi pada
saat korea mulai timbul.
4) Eritema marginatum merupakan wujud kelainan kulit yang khas pada demam
rematik dan tampak sebagai makula yang berwarna merah, pucat di bagian
tengah, tidak terasa gatal, berbentuk bulat atau dengan tepi yang bergelombang
dan meluas secara sentrifugal. Eritema marginatum juga dikenal sebagai
eritema anulare rematikum dan terutama timbul di daerah badan, pantat,
anggota gerak bagian proksimal, tetapi tidak pernah ditemukan di daerah
wajah. Kelainan ini dapat bersifat sementara atau menetap, berpindah-pindah
dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain, dapat dicetuskan oleh
pemberian panas, dan memucat jika ditekan.
Tanda mayor demam rematik ini hanya ditemukan pada kasus yang berat.
5) Nodulus subkutan pada umumnya hanya dijumpai pada kasus yang berat dan
terdapat di daerah ekstensor persendian, pada kulit kepala serta kolumna
74
vertebralis. Nodul ini berupa massa yang padat, tidak terasa nyeri, mudah
digerakkan dari kulit di atasnya, dengan diameter dan beberapa milimeter
sampai sekitar 2 cm.
Tanda ini pada umumnya tidak akan ditemukan jika tidak terdapat karditis.
Kriteria Minor
1) Riwayat demam rematik sebelumnya dapat digunakan sebagai salah satu
kriteria minor apabila tercatat dengan baik sebagai suatu diagnosis yang
didasarkan pada kriteria obyektif yang sama. Akan tetapi, riwayat demam
rematik atau penyakit jantung rematik inaktif yang pernah diidap seorang
penderita seringkali tidak tercatat secara baik sehingga sulit dipastikan
kebenarannya, atau bahkan tidak terdiagnosis.
2) Artralgia adalah rasa nyeri pada satu sendi atau lebih tanpa disertai peradangan
atau keterbatasan gerak sendi. Gejala minor ini harus dibedakan dengan nyeri
pada otot atau jaringan periartikular lainnya, atau dengan nyeri sendi malam
hari yang lazim terjadi pada anak-anak normal.
Artralgia tidak dapat digunakan sebagai kriteria minor apabila poliartritis sudah
dipakai sebagai kriteria mayor.
3) Demam pada demam rematik biasanya ringan,meskipun adakalanya mencapai
39C, terutama jika terdapat karditis. Manifestasi ini lazim berlangsung sebagai
suatu demam derajat ringan selama beberapa minggu. Demam merupakan
pertanda infeksi yang tidak spesifik, dan karena dapat dijumpai pada begitu
banyak penyakit lain, kriteria minor ini tidak memiliki arti diagnosis banding
yang bermakna.
4) Peningkatan kadar reaktan fase akut berupa kenaikan laju endap darah, kadar
protein C reaktif, serta leukositosis merupakan indikator nonspesifik dan
peradangan atau infeksi. Ketiga tanda reaksi fase akut ini hampir selalu
75
76
Pucat
Epistaksis
Arthralgia
77
berasal dari kolagen yang sedang berdegenerasi dalam campuran fibrin, globulin,
dan bahan-bahan lain. Jaringan lain yang terkena oleh proses penyakit, seperti
jaringan sendi, dapat menunjukkan fibrinoid; hal ini dapat juga terjadi dalam
jaringan yang sembuh pada pasien penyakit kolagen lain.
Pembentukan sel Aschoff atau benda Aschoff diuraikan oleh Aschoff pada
tahun 1940, menyertai stadium di atas. Lesi patognomonis ini terdiri dari infiltrat
perivaskular sel besar dengan inti polimorf dan sitoplasma basofil tersusun dalam
roset sekeliling pusat fibrinoid yang avaskular. Beberapa sel mempunyai inti
banyak, atau mempunyai inti mata burung hantu dengan titik-titik dan fibril
eksentrik yang menyebar ke membran inti, atau mempunyai susunan kromatin
batang dengan tepi gigi gergaji dan nukleus kisi-kisi atau lingkaran yang melilit.
Sel-sel yang khas ini disebut monosit Anitschkow.
Benda Aschoff dapat ditemukan pada setiap daerah miokardium tetapi
paling sering ditemukan dalam jaringan aurikular kiri. Benda Aschoff ditemukan
paling sering dalam jaringan miokardium pasien yang sembuh dari miokarditis
reumatik subakut atau kronik. Sel Aschoff dapat tampak dalam fase akut;
mungkin pasien ini menderita karditis kronik dengan kumat demam reumatik.
Jarang sel Aschoff ditemukan dalam jaringan jantung pasien tanpa riwayat demam
reumatik.
Reaksi radang juga mengenai lapisan endokardium yang mengakibatkan
endokarditis. Proses endokarditis tersebut mengenai jaringan katup serta dinding
endokardium. Radang jaringan katup menyebabkan manifestasi klinis yang mirip
karditis reumatik. Yang paling sering terlibat adalah katup mitral, disusul katup
aorta. Katup trikuspid jarang terlibat, dan katup pulmonal jarang sekali terlibat.
78
79
80
Penatalaksanaan
Derajat 1
(tanpa karditis)
Derajat 2
(Karditis tanpa kardiomegali)
Derajat 3
dengan salisilat
Tirah baring selama 4 minggu dan sedikit
demi sedikit rawat jalan selama 4 minggu
Tirah baring selama 6 minggu dan sedikit
demi sedikit rawat jalan selama 6 minggu
81
Derajat 4
2. Diet
Tujuan diet pada penyakit jantung adalah memberikan makanan secukupnya
tanpa memberatkan kerja jantung, mencegah atau menghilangkan penimbunan
garam atau air.
Syarat-syarat diet penyakit jantung antara lain: energi yang cukup untuk
mencapai dan mempertahankan berat badan normal, protein yang cukup yaitu 0,8
gram/kgBB, lemak sedang yaitu 25-30% dari kebutuhan energi total (10% berasal
dari lemak jenuh dan 15% lemak tidak jenuh), Vitamin dan mineral cukup, diet
rendah garam 2-3 gram perhari, makanan mudah cerna dan tidakmenimbulkan
gas, serat cukup untuk menghindari konstipasi, cairan cukup 2 liter perhari. Bila
kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat diberikan tambahan
berupa makanan enteral, parenteral atau suplemen gizi.
B. Pengobatan simptomatis
Pengobatan anti radang amat efektif dalam menekan manifestasi radang akut
demam reumatik, sedemikian baiknya sehingga respon yang cepat dari artritis
terhadap salisilat dapat membantu diagnosis. Pengobatan anti radang yang lebih
kuat seperti steroid amat bermanfaat untuk mengendalikan perikarditis dan gagal
jantung pada karditis akut, tetapi tidak berpengaruh terhadap sekuelejangka lama
demam reumatik aktif, yaitu insiden penyakit jantung reumatik. Respon yang baik
terhadap steroid tidak berarti memperkuat diagnosis demam reumatik karena
82
83
Pengobatan
Artralgia
Artritis
Karditis
Manifestasi Klinis
Tirah baring
Obat anti
Artritis
Total : 2 Minggu
inflamasi
Asetosal
Tanpa Karditis
Mobilisasi
100 mg/kgBB
Kegiatan
Masuk
sekolah
setelah 4 minggu,
bebas berolah raga
bertahap 2 Minggu
selama 2 minggu
75mg/kgBB
selama
4minggu
berikutnya
Asetosal
Masuk
sekolah
setelah 2 minggu,
Mobilisasi
100 mg/kgBB
bertahap 4 minggu
84
off 2
selama 2 minggu
75mg/kgBB
4mgg berikutnya
Prednison
Masuk
sekolah
setelah 12 Minggu,
Mobilisasi
2mg/kgBB selama
atau
kompetitif
Asetosal
75 mg/kgBB
Mulai
minggu
Artritis+Kardiomegali+ Total
awal
ke
selama 6 minggu.
selamaPrednison
Masuk
dekomp.
Dekomp. Kordis
sekolah
Kordis
setelah 12 Minggu,
2mg/kgBB selama
mobilisasi bertahap
dekom
teratasi
2 minggu, tap off
selama 17 minggu
selama 2 minggu
dilarang olah raga.
Asetosal
75 mg/kgBB
Mulai
minggu
awal
ke
selama 6 minggu.
5 tahun
85
Pengobatan Karditis
Pengobatan karditis masih kontroversial, terutama untuk pemilihan pengobatan
pasien dengan aspirin atau harus steroid. Digitalis diberikan pada pasien dengan
karditis yang berat dan gagal jantung. Dosis digitalisasi total adalah 0,04-0,06
mg/kg dengan dosis maksimum 1,5 mg. Dosis rumatnya adalah antara sepertiga
sampai seperlima dosis digitalisasi total, diberikan dua kali sehari. Pengobatan
obat jantung alternatif dipertimbangkan bila pasien tidak berespon terhadap
digitalis.8
Pengobatan Korea
Pada kasus korea yang ringan pada umumnya hanya memerlukan tirah baring.
Pada kasus berat, obat antikonvulsan mungkin dapat mengendalikan korea. Obat
yang sering dipergunakan adalah fenobarbital dan haloperidol. Keberhasilan obat
ini bervariasi. Fenobarbital diberikan dalam dosis 15 sampai 30 mg tiap 6 sampai
8 jam, bergantung pada respon klinis. Pada kasus berat, kadang diperlukan 0,5 mg
setiap 8 jam. Obat antiradang tidak diperlukan pada korea, kecuali pada kasus
yang sangat berat, dapat diberikan steroid.
C. Pengobatan Etiologik
Pengobatan etiologik dilakukan dengan cara eradikasi kuman Streptokokus
pada saat serangan akut dan pencegahan sekunder demam rematik.
Cara pemusnahan Streptokokus dari tonsil dan faring sama dengan pengobatan
faringitis Streptokokus, yakni pemberian penisilin benzatin intramuskuler dengan
dosis 1,2 juta unit untuk pasien dengan berat badan > 30 kg atau 600.000 samapi
900.000 unit untuk pasien dengan berat badan < 30 kg. Penisilin oral 400.000 unit
(250 mg) diberikan 4 kali sehari selama 10 hari dapat digunakan sebagai
alternatif. Eritromisin 50 mg/kgBB sehari dibagi 4 dosis yang sama, dengan
maksimum 250 mg 4 kali sehari selama 10 hari dianjurkan untuk pasien yang
alergi penisiin. Obat lain seperti sefalosforin yang diberikan dua kali sehari
86
selama 10 hari juga efektif untuk pengobatan faringitis streptokokus, seperti pada
tabel di bawah ini :
Tabel Pengobatan eradikasi kuman Streptokokus
Pemberian
Jenis antibiotik
Dosis
Intramuskuler
Penisilin Benzatin
Frekuensi
Satu kali
-Penisilin V
BB< 30 kg 600.000
400.000/250 mg
-Eritromisin
50 mg/kgBB/hari
Oral
-Yang
lain
sepertiDosis bervariasi
Sefalosporin,
Klindamisin,
Nafsilin, Amoksisilin
Prognosis
Pada demam reumatik, hanya kelainan jantung yang dapat menetap,
meninggalkan sekuele. Kelainan sendi, bagiamana pun beratnya selalu akan
sembuh sempurna tanpa gejala sisa. Tidak akan ada kelainan saraf yang menetap
kecuali episode serangan korea berulang. Jadi prognosis pasien terutama
ditentukan kelainan pada jantung pada fase akut, serta adanya gejala sisa
kelainan katup jantung.
Sudah barang tentu derajat kelainan jantung, baik pada fase akut maupun
sebagai gejala sisa, menentukan prognosis. Prognosis lebih buruk pada pasien
berumur di bawah 6 tahun atau bila pemberian profilaksis sekunder tidak
adekuat sehingga terdapat kemungkinan terjadinya reaktivasi penyakit.
Menjelaskan pada keluarga dan pasien mengenai perjalanan penyakit,
pentingnya pengobatan yang teratur, pendidikan dan perawatan
87
Perjalanan Penyakit
Perjalanan klinis penyakit demam reumatik/penyakit jantung reumatik
dapat dibagi dalam 4 stadium:
A. Stadium I
Stadium ini berupa infeksi saluran nafas bagian atas oleh kuman betaStreptococcus hemolyticus grup A. Seperti infeksi saluran nafas pada umumnya,
keluhan biasanya berupa demam, batuk, rasa sakit waktu menelan, tidak jarang
disertai muntah dan bahkan pada anak kecil dapat terjadi diare. Pada
pemeriksaan fisik sering didapatkan eksudat di tonsil yang menyertai tandatanda peradangan lainnya. Kelenjar getah bening submandibular seringkali
membesar. Infeksi ini biasanya berlangsung 2-4 hari dan dapat sembuh sendiri
tanpa pengobatan.
Para peneliti mencatat 50-90% riwayat infeksi saluran nafas bagian atas
pada penderita demam reumatik / penyakit jantung reumatik, yang biasanya
terjadi 10-14 hari sebelum manifestasi pertama demam reumatik / penyakit
jantung reumatik.
B. Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi
Streptococcus dengan permulaan gejala demam reumatik, biasanya periode ini
berlangsung 1-3 minggu, kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan
berbulan-bulan kemudian.
C. Stadium III
Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik,
saat timbulnya pelbagai manifestasi klinis demam reumatik / penyakit jantung
reumatik. Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala
peradangan umum dan manifestasi spesifik demam reumatik/penyakit jantung
reumatik.
Gejala Peradangan Umum
88
89
Pada fase ini baik penderita demam reumatik maupun penyakit jantung reumatik
sewaktu-waktu dapat mengalami reaktivasi penyakitnya.
Pentingnya pegobatan yang teratur, pendidikan dan perawatan
Anak penderita demam rematik yang tidak mendapatkan penanganan
maksimal akan menderita jantung rematik saat dewasa kelak. Penyakit jantung
rematik menyerang katup-katup jantung. Biasanya, terdapat jeda sekitar 7-10
tahun agar demam rematik berubah menjadi penyakit jantung rematik. Oleh sebab
itu deteksi dini dan pengobatan menyeluruh amat diperlukan.
Sementara itu, apabila anak telanjur terkena demam rematik ada
serangkaian pengobatan dan perawatan yang perlu dicermati. Anak harus dirawat
secara khusus untuk mematikan kuman tadi. Akan diberikan obat yang membantu
meningkatkan kekebalan tubuh selama 4 minggu kepada penderita demam
rematik. Dengan demikian, anak setidaknya menginap selama sebulan di rumah
sakit.
Setelah melewati masa sebulan, perawatan anak tidak bisa dilepaskan
sembarangan. Masih ada serangkaian perawatan khusus dan kontrol serius yang
dilakukan.
Perawatan biasanya memakan jangka waktu yang amat panjang. Penisilin
disuntikkan sampai anak berusia 25 tahun. Malahan pada beberapa kasus suntikan
penisilin diberikan selamanya, bergantung pada tingkat keparahan. Suntikan itu
bertugas mencegah supaya anak yang memiliki sejarah demam rematik tidak
terkena jantung rematik.
Pencegahan primer
Yang dimaksud pencegahan
terhadap semua penderita infeksi saluran nafas bagian atas akibat betaStreptococcus hemolyticus grup A, untuk ini diperlukan kemampuan pengenalan
terhadap infeksi Streptococcus oleh para dokter. Jenis obat, cara pemberian
dosisnya sama dengan untuk eradikasi pada pengobatan demam reumatik akut.
90
Pencegahan sekunder
Yang dimaksud pencegahan sekunder adalah mencegah terjadinya infeksi
Streptococcus pada penderita demam reumatik / penyakit jantung reumatik pada
stadium inaktif / tenang, termasuk mereka yang hanya pernah menunjukkan gejala
korea minor saja.
Cara pencegahan sekunder yang diajukan The American Heart Association
dan WHO yaitu dengan pemberian suntikan penisilin berdaya lama setiap bulan.
Pada keadaan-keadaan khusus, atau pada pasien resiko tinggi, suntikan diberikan
setiap 3 minggu. Meskipun nyeri suntikan dapat berlangsung lama, tetapi pasien
lebih suka dengan cara ini karena dapat dengan mudah dan teratur melakukannya
satu kali setiap 3 atau 4 minggu, dibandingkan dengan tablet penisilin oral setiap
hari. Preparat sulfa yang tidak efektif untuk pencegahan primer terbukti lebih
efektif dari pada penisilin oral untuk pencegahan sekunder. Dapat juga digunakan
sulfadiazin yang harganya lebih murah daripada eritromisisn, seerti tertera pada
tabel dibawah ini.
Tabel Pencegahan sekunder demam reumatik
Pemberian
Intramuskuler
Oral
Jenis Antibiotik
Dosis
Penisilin Benzatin BB>30 kg 1,2 juta
Frekuensi
Setiap 3-4 minggu
Penisilin V
BB<30 kg 600.000
250 mg
Eritromisin
250 mg
2 kali sehari
Sulfadiazin
BB > 30 kg 1gr
Sekali sehari
BB< 30 kg 0,5 gr
Sekali sehari
2 kali sehari
91
keadaan lingkungan. Makin muda saat serangan, makin besar kemungkinan untuk
kumat, setelah pubertas kemungkinan kumat cenderung menurun. Sebagian besar
kumat terjadi dalam 5 tahun pertama sesudah serangan terakhir. Dengan
mengingat faktor-faktor tersebut, maka lama pencegahan sekunder disesuaikan
secara individual. Pasien tanpa karditis pada serangan sebelumnya diberikan
profilaksis minimum lima tahun sesudah serangan terakhir, sekurangnya sampai
berumur 18 tahun.
Pencegahan sekunder harus dilanjutkan selama pasien hamil, akan tetapi
sebaiknya tidak dipakai sulfadiazin karena mendatangkan risiko terhadap janin.
Remaja biasanya mempunyai masalah khusus terutama dalam ketaan minum obat,
sehingga perlu upaya khusus terutama dalam ketaatannya minum obat, sehingga
perlu upaya khusus mengingat risiko terjadinya kumat cukup besar. Untuk pasien
penyakit jantung reumatik kronik, pencegahan sekunder untuk masa yang lama,
bahkan seumur hidup dapat diperlukan, terutama pada kasus yang berat. Beberapa
prinsip umum dapat dikemukakan pada tabel berikut.
Tabel Durasi pencegahan sekunder demam reumatik
Kategori
Durasi
Demam rematik dengan karditis10 th sejak episode terakhir sampai usia
40 th. Kadang seumur hidup
dan kelainan menetap
Demam rematik dengan karditis10 th atau sampai berusia 25 th
tanpa kelainan katub yang menetap
5 th atau sampai berusia 18 th
Demam rematik tanpa karditis
BAB VI
92
1.
Difteri
Adalah penyakit toksikoinfeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme
Corynnebacterium diphteriae. Penyebaran dan penularan terutama terjadi
melalui udara bersama droplet atau dari eksudat lesi kulit treinfeksi.
Epidemiologi
Miokoardiopati difteri toksika, menurut kepustakaan memiliki prevalensi
sekitar 10-25% dari penderita dengan difteri, dengan angka mortalitas
sekitar 50-60%. Miokarditis sering dapat dideteksi pada penderita dengan
gejala difteri yang tidak khas. Hal ini terutama berkaitan terjadi pada anak
yang lebih tua, dengan korelasi langsung dengan luas dan keparahan lesi
orofaring eksudatif lokal dan juga dengan waktu penundaan pemberian
antitoksin.
Patofisiologi
Setelah kuman Corynnebacterium diphteriae masuk dalam tubuh,
kuman segera memproduksi eksotoksin (toksisn fragmen A dan B), yang
akan diabsorbsi oleh mukus membran dan dibawa oleh system sirkulasi ke
seluruh tubuh, termasuk jantung. Toksin tersebut pada jantung
menyebabkan degenerasi parenkim, infiltrasi lemak dalam jaringan
jantung dan nekrosis miokardium, dengan jalan mennghambat polimerase
RNA penghasil enzim dan protein jaringan jantung. Sehingga akan tampak
93
dilatasi
kardiomiopati
dan
hipertrofi.
Akibatnya
terjadi
blokade
Gambaran Klinis
Secara khas bukti adanya toksisitas pada jantung pada umumnya terlihat
pada minggu ke-2 dan ke-3 ketika lesi pada faring membaik. Namun pada
difteri yang memiliki virulensi tinggi, kolaps sirkulasi dapat terjadi pada
minggu pertama akibat eksotoksin yang menyerang berbagai organ vital,
saraf khususnya region splanknikus, pembuluh darah dan mengakibatkan
perdarahan kelenjar suprarenal. Anak terlihat sakit berat, nadi cepat,
takikardi, akral dingin dan pucat serta tekanan darah turun yang
menggambarkan kegagalan sirkulasi. Takikardi sinus yang
tidak
Gambaran EKG
Terlihat gambaran tidak khas seperti takikardia sinus dan perubahan
gelombang T-nonspesifik (dapat terjadi pada demam, komplikasi paru dan
94
Permeriksaan Radiologis
Pada miokarditis difterika, pemeriksaan radiologis hanya berarti pada
stadium akhir dimana terjadi pembesaran jantung dan kongesti paru akibat
gagal jantung.
Diagnosis
Berbagai prosedur diagnostik seperti pemeriksaan specimen, pewarnaan
usap tenggorok dan kultur menggunakkan serum loeffler dapat dilakukan,
tetapi untuk miokarditis difterika terdapat pemeriksaan khas sebagai
penunjang penegakkan diagnosis miokarditis difterika. Secara klinis,
diagnosis miokarditis difterika dapat ditegakkan dengan menemukan
adanya irama derap, bradikardi atau gagal jantung. Pada gambaran EKG
ditemukkan gangguan sistem konduksi dengan disertai atau tidak
perubahan gradien QRS-T dan perubahan segmen ST yang nyata. Dan
pada pemeriksaan laboratorium ditemukan SGOT yang meningkat.
95
Penatalaksanaan
i.
Antitoksin
ii.
Dasar Dosis
Hanya lesi kulit
Penyakit faring/laring 48 jam
Lesi nasofaring
Penyakit meluas lama 72 jam
Pembengkakan leher difus
Antibiotik
Eritromisin
Terapi paliatif
a.
b.
c.
d.
Mencegah
berbagai
keadaan
yang
f.
Bila
Prognosis
Prognosis miokarditis difterika bergantung pada berat ringannya
penyakit, kelainan EKG, kadar SGOT/SGPT. Perubahan segmen ST
umumnya memiliki prognosis baik, namun gangguan konduksi berat
umumnya memiliki prognosis yang buruk. Tetapi dengan adanya berbagai
kemajuan dibidang kedokteran seperti alat pacu jantung, maka prognosis
dapat menjadi lebih baik.
96
2.
Gangguan Elektrolit
Natrium
Natrium merupakan cairan kation terbanyak dalam cairan ekstraseluler dan
juga merupakan solut utama yang aktif mempertahankan volume intravaskular
dan intraseluler. Jumlah natrium tubauh adalah 58meq/kgbb, dengan perbandingan
6.5meq/kgbb ada di dalam plasma 16.8meq/kgbb ada di cairan intersisial, dan
1.4meq/kgbb dalam cairan intraseluler. Bila terjadi perubahan dalam jumlah
natrium tubuh biasanya mencerminkan adanya perubahan natrium ekstraseluler.
Konsentrasi natrium dalam cairan intersisial merupakan 97% kadar natrium
serum.
Kebutuhan natrium dalam keadaan normal untuk keperluan praktis
diperhitungkan sebesar 2-3meq/100 kal.
Hiponatremia
Hiponatremia dapat terjadi ajibat defisit primer natrium atau intoksikasi ai.
Hiponatremia yang terjadi akibat penurunan kadar natrium dalam darah
tidak memberikan gejala spesifik pada jantung. Namun pada hiponatremia
akibat intoksiskasi air, dapat terjadi kelebihan beban cairan tubuh yang
akan mempengaruhi
untuk
Hipernatremia
Hipernatremia (konsumsi natrium lebih dari 10meq/kgbb/hari) dapat
menyebabkan hipertensi akibat penigkatan volume air ekstraselular,
meskipun keadaan ini tidak begitu nyata pada manusia tetapi konsumsi
natrium berlebihan seharusnya dihindari. Pengobatan terbaik ditujukan
untuk menghilangkan kelebihan natrium dalam tubuh. Cairan glukosa
97
dalam air, kalium asetat dan kalsium dapat diberikan sesuai dengan
kebutuhan. Pada keadaan gagal jantung dapat diberikan obat digitalis.
Sebab-sebab hipernatremia : pemberian natrium berlebihan, kehilangan
banyak cairan ( diare hebat, diabetes insipidus), atau kehilangan cairan
dalam jumlah normal pada anak yang sedang koma.
Kalium
Hipokalemia
Hipokalemia menyebabkan selisih potensial elektrik membran sel
meningkat, sehingga perbedaan antara potensial eksitasi dan potensial
istirahat bertambah yang selanjutnya akan menghambat pembentukan
impuls, transmisi dan kontraksi otot sehingga akan menyebabkan
perubahan fungsi sel otot jantung. Perubahan EKG terutama berupa
mendatarnya gelombang T dan munculnya gelombang U.
Sebab-sebah hipokalemia : hiperaldosteronisme primer, malnutrisai, diare
kronik, penyakit dengan muntah berulang (stenosis pilorus, akalasia),
pemberian diuretik, dll.
Hiperkalemia
Penyebab utama hiperkalemia adalah gangguan mekanisme eksresi ginjal.
Hiperkalemia akan menyebabkan penurunan potensial transmembran
terhadap
ambang
depolarisasi,
rangsang
percepatan
sehingga
repolarisasi
menyebabkan
dan
kelambanan
perlambatan
konduksi.
98
Hipomagnesemia
Hipomagnesemia berpengaruh terhadap aktifitas jantung disertai kelainan
konduksi yang terlihat pada EKG. Penanganan utama terutama untuk
meningkatkan kadar magnesium dalam plasma, dengan injeksi larutan
MgSO4 ataupun penambahan magnesium dalam cairan rumatan harian.
Sebab-sebab hipomagnesemia : diare kronis atau muntah-muntah,
sariawan,
terapi
cairan
berkepanjangan
rendah
magnesium,
Hipermagnesemia
Gangguan jantung yang dapat menyertai hipermagnesemia antara lain
gangguan konduksi atrioventrikuler dan intraventrikuler. Pengobatan
dilakukan
dengan
pemberian
kalsium
glukonat
intravena
untuk
Hipokalsemia
Kekurangan kalsium banyak berpengaruh pada mineralisasi tulang yang
abnormal pada bayi dan anak, namun pengaruh akibatnya terhadap jantung
tidak spesifik.
Hiperkalsemia
99
3.
Nefritis
Nefritis merupakan penyakit peradangan sel parenkim ginjal yang memiliki
variasi bentuk peradangan dan juga bentuk klinisnya. Kelainan jantung yang
ditimbulkannya sebagai pengaruh manifestasi sistemik dapat berkaitan
dengan:
Hipertensi
Akibat terjadinya peradangan perenkim dan vaskuler pada ginjal maka
aliran darah ke ginjal akan berkurang (iskemia ginjal), yang akan
menyebabkan aktivasi sistem rennin-angiotensin. Pengaktifan sistem
rennin-angiotensin tersebut akan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh
darah tubuh sehingga terjadi peningkatan tekanan darah sistemik.
Hipertensi yang berlangsung secara kronis atau berat dapat menyebabkan
ensefalopati hipertensif atau gagal jantung.
Untuk mencegah terjadinya komplikasi diatas penggunaan rasional obatobat anti hipertensif seperti resepin, diuretikum, hidralazin atau
magnesium sulfat pada ensefalopati hipertensif dapat menolong.
Hipertrofi jantung
Pembesaran jantung pada nefritis terjadi akibat bertambahnya beban
jantung akibat retensi cairan, dan akan sembuh kembali sejalan dengan
membaiknya penyakit primer ginjal tersebut.
Kelainan EKG
100
Gagal Jantung
Gagal jantung yang terjadi, umumnya akibat 3 faktor :
i. Hipertensi
ii. Gangguan otot miokard
iii. Bertambahnya volume darah karena penimbunan cairan
dalam tubuh dan retensi natrium
Dispnoe, bendungan paru dengan akibat edema paru, bendungan system
porta yang berakibat pembesaran hati dan peningkatan tekanan vena
jugularis merupakan tanda-tanda gagal jantung lanjut. Deteksi dini dapat
dilakukan dengan ditemukkannya takikardia, irama derap, bising sistolik
apikal, hipertrofi jantung dan kelainan EKG. Pengobatan gagal jantung
dilakukan dengan pemberian digitalis, anti diuretika, obat anti hipertensi
(jika terdapat hipertensi) dan diet rendah garam dan pemberian oksigen.
4.
Anemia
Patofisiologi
Berkurangnya volume sel darah sistemik atau penurunan Hb dibawah 7
gr%, akan menyebabkan peningkatan curah jantung, insufisiensi koroner
dan nerkurangnya cadangan jantung. Peninggian curah jantung disertai
dengan penurunan resistensi perifer dan peningkatan volume darah vena.
Pembesaran jantung dapat terjadi bila kadar Hb < 5 gr%, yang tidak
berbanding lurus dengan derajat anemia.
101
Takikardia
Gagal jantung
Keadaan anemia yang berat dapat menjurus kepada gagal jantung.
Akibat kegagalan dalam memompa volume darah dalam jumlah yang
besar secara terus-menerus akan mengakibatkan kerusakana miokard yang
terutama lebih mudah terjadi pada anak yang lebih tua dan orang dewasa.
Gambaran EKG
Masih normal pada keadaan anemia yang ringan. Pada keadaan
insufisiensi koroner sementara terlihat ST-T, depresi ST, gelombang T
yang mendatar atau terbalik yang umumnya terjadi pada prekordium kiri.
Pengobatan
Untuk anemia ringan dapat diberikan tablet sulfas ferosus, namun untuk
keadaan yang berat harus diberikan infus Packed Red Cell secara hati-hati
untuk menghindari overloading dalam jumlah tidak banyak dan berulang.
Juga perlu diobati penyakit spesifik tertentu utamanya.
102
Prognosis
BAB VII
KOMPLIKASI PENYAKIT JANTUNG
P AYAH J A N T U N G
Definisi
Payah jantung adalah suatu keadaan patofisiologis adanya kelainan fungsi
jantung yang berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan atau arti lainnya adalah ketidakmampuan
jantung untuk memompakan darah dalam jumlah yang memadai untuk
memenuhi kebutuhan metabolik tubuh (forward failure) atau kemampuan
tersebut hanya dapat terjadi dengan tekanan pengisian jantung yang tinggi
(backward failure) atau keduanya.
Patofisiologi
Belum jelas seluruhnya sehingga masih dilakukan penelitian lebih lanjut.
Beberapa mekanisme adaptasi terjadi pada gagal jantung di antaranya adalah :
103
104
Etiologi
A. Penyebab Gagal Jantung pada Neonatus
Disfungsi Miokard
Beban Tekanan
Beban
Volume
(relatif
jarang)
Disritmia
endokardial.
penyakit ginjal, hipertensi.
fibroelastosis,
105
MANIFESTASI KLINIS
Tanda Klinik Payah Jantung Kiri
1. Takipnoe: bayi dengan gagal jantung dalam keadaan tidur menunjukkan
frekuensi pernapasan 50-100/menit. Sifat pernafasan yang cepat dan
dangkal ini disebabkan oleh terangsangnya berbagai reseptor yang ada
pada paru da jantung
2. Kesukaran minum : sering keluhan inilah yang menyebabkan anak
dibawa ke dokter. Bayi tersebut tampak cepat lelah pada waktu minum.
3. Wheezing dapat terdengar sebagai akibat kompresi jalan nafas atau edema
paru. Sputum tercampur darah.
4. Kapasitas vital menurun akibat kongesti dan edema paru.
106
hepatomegali),
v.lienalis
(splenomegali),
dan
juga
107
108
109
110
1. pada umumya prognosis bayi dan anak dengan payah jantung lebih baik
daripada orang dewasa. Tetapi makin muda saat terkena payah jantung
2.
3.
4.
5.
tidaknya kardiomegali.
6. adanya komplikasi penyakit paru, endokarditis bakterialis atau penyakit
lainnya.
7. keadaan umum pasien.
8. sering atau tidaknya kekambuhan payah jantung.
111
Tanda Klinis
1. Kelainan jantung
prubahan atau bertambahnya bising jantung yang relative cepat pada
kelainan jantung bawaan atau kelainan katup pada penyakit jantung
rhematik :
misalnya terdengar bising diastolik dini daerah aorta karena perforasi
katup aorta pada PDA dengan komplikasi endokarditis bakterialis.
2. Demam
biasanya demam ringan atau sedang berlangsung berminggu minggu atau
berbulan bulan. Kadang kadang terdapat pula demam yang tinggi.
3. Kelainan kulit
petekie
gejala ini tidak patognomik dan dapat terlihat pada penyakit lain.
Merupakan lesi eritematosa kecil kecil, tidak hilang pada
penekanan, berasal dari trombus dan embolus. Tampak pada kulit,
mukosa dan konjungtiva (roths spot). Bila disertai white center
petechiae lebih bermakna.
112
oslers nodes
Jenewae lesion
Splinter hemorrhages
4. Embolus
embolus arterial walau jarang, dapat pula terjadi. Bila berasal dari jantung
kanan akan menimbulkan infark paru, biasanya pada permulaan dianggap
sebagai infeksi paru biasa. Bila berasal dari jantung kiri akan bersarang
pada otak, limpa, dan ginjal. Jarang pada ekstremitas. Pembuluh arteri
yang terkena akan mengalami ulserasi dan aneurisma yamng dapat pecah
sewaktu waktu.
5. Jari jari tabuh
terjadi pada 50 % penderita. Timbul setelah 3-6 minggu perjalanan
penyakit. Penyebab yang pasti belum diketahui.
113
Glomerulonefritis difuse
2. Kelainan darah
Anemia
Obat
Streptococcus viridans
Penicillin 6 jt satuan/hari IV
Enterococcus
Penicillin 10 jt satuan/hari IV +
Streptomisin 50 mg/KgBB/hr IM atau
Gentamisin 5 6 mg/KgBB/hr IV
Kloksasilin 200 300 mg/KgBB/hr IV
114
Sthaphylococcus
Jamur
Prognosis SBE :
Sebelum era antibiotika, endokarditif hampir selalu fatal. Sekarang kematian
keseluruhan terdapat sekitar 30-35%. Bentuk subakut penyakit, terutama bila yang
disebabkan oleh streptokokus dapat disembuhkan pada 90-95% penderita, bila
ditemukan secara dini dan diterapi secara efektif. Endokarditis akut, terutama
disebabkan oleh streptokokus aureus yang resisten antibiotika, masih merupakan
bentuk infeksi yang gawat dengan angka kematian sekitar 60-80%. Penyebab
kematian yang utama adalah kegagalan jantung yang biasanya sekunder terhadap
kerusakan katup, erosi katup atau ruptur korda tendinae.
PERIKARDITIS
Definisi
Perikarditis adalah peradangan perikard parietalis, viseralis ataupun keduanya.
Respon perikard terhadap peradangan bervariasi dari akumulasi cairan atau darah,
deposisi fibrin, proliferasi jaringan fibrosa, pembentukan granuloma atau
kalsifikasi. Itu sebabnya manifestasi klinis perikarditis sangat bervariasi dari yang
tidak khas sampai yang khas.
Perikarditis ialah manifestasi utama dari berbagai macam rasa nyeri, suara
gesekan perikarium, perubahan ekg, efusi pericardium, tamponade jantung, dan
nadi paradoksal. Rasa nyeri adalah suatu gejala yang penting tapi bukan
merupakan suatu symptom yang invariable pada berbagai macam perikarditis.
115
Rasa nyeri perikarditis biasanya kuat, nyeri ini secara khas belokasi di tengahtengah dada, menusuk kebelakang dan pinggiran trapezius.
Klasifikasi berdasarkan etiologi
A. Perikarditis infeksiosa
1.
2.
3.
4.
5.
Virus
Piogenik
Tuberculosis
Miotinik
Infeksi lain ( sifilis, parasit)
B. Perikarditis non-infeksiosa
1. Miokard infark akut
2. Uremia
3. Neoplasia
Tumor primer (benigna atau maligna)
Tumor metastase ke Perikardium
4. Miksedema
5. Kolesterol
6. Kiloperikardium
7. Trauma
Luka tembus dinding dada
Bukan luka tembus
8. Aneurisma aorta (dengan kebocoran kedalam kantong pericardium)
9. Pasca-penyinaran
10. Berhubungan dengan cacat sekat atrium
11. Berhubungan dengan anemia kronik berat
12. Mononucleosis infeksiosa
13. Demam mediteranian familial
14. Perikarditis familial
mulberry aneurysm
15. Sarkoidosis
16. Idiopatik akut
C. Perikarditis yang mungkin berhubungan dengan hipersensitifitas atau
otoimunitas
1. Demam reumatik
2. Penyakit vascular kolagen
Lupus eritematosus sistemik
116
Atritis rheumatoid
Scleroderma
3. Akibat obat
Prokainamid
Hidralazin
Lainnya
4. Paska-cedera cardiac
Pasca infark miokard (sindroma dressiner)
Pasca perikardiotomi
Patofisiologi
Radang
pericardium
menyebabkan
pengumpulan
cairan
dalam
sela
Tanda klinik
Sebagian penderita mengeluh nyeri dada. Sesuai dengan jumlah cairan di rongga
perikard, maka dapat menimbulkan gangguan hemodinamik dan akan timbul
keluhan sesak nafas dan gejala bendungan vena. Bila disertai miokarditis
(perikarditis) seperti yang sering ditemikan pada perikarditis rheumatik, terdapat
pula gambaran gagal jantung kongestif. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
seorang anak yang tampak sakit berat, dispnue, takikardi, dan pulsus paradoksus,
117
yaitu melemahnya atau hilangnya nadi pada inspirasi yang lebih nyata tampak
pada pengukuran tekanan darah.
Pengobatan
Terutama ditujukan pada penyakit dasarnya, yaitu pakah reuma, infeksi piogenik
atau tuberculosis. Pada cairan transudat atau eksudat pengobatan dengan
kortikosteroid sangat menolong. Bila terdapat gejala tamponade jantung, maka
118
Prognosis
Bergantung kepada penyebabnya. Pada perikarditis reumatik ditentukan oleh berat
ringannya miokarditis yang menyertainya. Prognosis perikarditis purulenta
ditentukan oleh cepatnya pengobatan antibiotika diberikan dan tindakan bedah
yang dilakukan. Kematian pada perikarditis tuberkulosa menjadi sangat menurun
dengan ditemukannya tuberkulostatikum yang lebih poten. Tanpa tindakan
pembedahan perikarditis konstriktiva mempunyai prognosis yang lebih buruk.
ARITMIA
Definisi
Aritmia adalah gangguan urutan irama atau gangguan kecepatan dari
proses depolarisasi, repolarisasi atau kedua duanya pada jantung. Keadaan ini
dapat disertai dengan atau tanpa penyakit jantung, dan juga dengan atau tanpa
gejala klinis. Istilah disritmia akhir akhir ini lebih banyak dipakai sebagai
pengganti istilah aritmia.disritmia senditi berarti kesalahan irama. Istilah aritmia
mungkin dapat diterapkan pada fibrilasi atrium, atau aritmia sinus, karena
memang pada kedua keadaan tersebut tidak terdapat pola irama tertentu.
119
120
Gangguan konduksi
1.Blok interatrial
2.Blok atrioventrikular
a.Blok AV derajat I
b.Blok AV derajat II
- Mobitz tipe I
- Mobitz tipe II
c.Blok AV derajat II
d.Disosiasi AV .
3.Blok Fasikular (intraventrikular)
a.Blok univaskular
-Right bundle branch block (RBBB)
-Hemiblock anterior kiri
-Hemiblock posterior kanan
121
122
TROMBO-EMBOLI
Definisi
Emboli paru adalah keadaan terdapatnya materi pada pembuluh darah paru
yang mengakibatkan sumbatan terhadap pembuluh tersebut, baik sebagian atau
seluruhnya, materi abnormal ini berasal dari pembuluh darah perifer yang berjalan
melalui pembuluh vena sistemik tersebut ke dalam sirkulasi arteri pulmonalis.
Etiologi
1. Statis darah vena akibat obstruksi atau perlambatan aliran balik seperti
pada embolisasi, obesitas, gagal jantung.
2. Kerusakan dinding vena oleh trauma jaringan lunak, fraktur, operasi,
infiltrasi
dinding
pembuluh
darah
microorganisme.
123
oleh
sel
tumor
ganas
atau
3. Hiperkoagulabilitas
oleh
karena
trombositosis,
polisitemia
Patofisiologi
Jika embolus menyebabkan tertutupnya arteri pulmonalis utama atau
sebanyak 85% pulmonaly cross sectional area tidak mendapat darah, maka akan
terjadi kematian. Bila hanya 50-65% tidak mendapat darah akan terjadi kelainan
hemodinamik yang jelas adalah kenaikan tekanan arteri pulmonalis sehingga
beban kerja ventrikel kanan bertambah berat.
Timbulnya emboli dapat menyebabkan infark paru, yang baru tampak 1214 jam setelah saat penyumbatan pembuluh. Hal-hal yang memudahkan
timbulnya infark adalah:
a. Pembuluh darah yang tersumbat cukup besar
b. Sewaktu penutupan ada kongesti paru
c. Sesudah penyumbatan ada waktu timbulnya infark.
124
Emboli paru akan menyebabkan resistensi vaskuler paru meninggi. Hal ini
akan mengakibatkan tekanan sistolik ventrikel kanan meninggi. Bila terjadi gagal
jantung kanan, tekanan diastolic ventrikel kanan juga meninggi.
Gejala klinis :
1. Sesak nafas
2. Kelemahan umum yang disebabkan pengurangan curah jantung.
3. Rasa nyeri di dada
4. Kadang - kadang kegelisahan, kejang , koma yang disebabkan
pengurangan aliran darah ke serebral
5. Pucat, sianosis, frekuensi denyut jantung dapat meninggi, kadang
kadang aritmia, fibrilasi atrium, dilatasi ventrikel kanan, peniggian
bunyi jantung II ( pulmonal), bising sistolik pulmonal, irama derap
diastolic.
Diagnostik
Rasa sesak nafas, sianosis, rasa sakit di dada pada pemeriksaan radiologik
tampak arteri pulmonalis yang prominen, hiperfusi kontralateral. Diafragma sisi
yang terkena dapat meninggi, infiltrasi pada peradangan bila terdapat infark paru
Pengobatan
1. Oksigen untuk mencegah terjadinya hipoksia.
2. Obat obat vasomotor seperti norepinefrin
3. Untuk mengurangi rasa nyeri berikan analgetik atau morfin
4. gagal jantung dapat ditanggulangi dengan mengoreksi hipoksia,
asidosis dan dengan pemberian digitalis secara hati - hati
5. Antikoagulans
125
Hipertensi Pulmonal
Etiologi
Penyebab Hipertensi pulmonal belum diketahui dengan pasti. Beberapa kosep
pathogenesis mempertimbangkan kepekaan individu dan rangsangan pemicu
sebagai factor pemula terhadap kerusakan dan perbaikan vascular pulmonal.
Hanya sedikit kelompok kecil ( seperti obat penekan nafsu makan dan pasien
HIV 1 ) yang menjadi hipertensi pulmonal. Kejadian Hipertensi Pulmonal dalam
satu keluarga menunjukkan kepekaan genetik. Bentuk kelainan bawaan adalah
autosomal dominan dengan rasio perempuan dan pria 2 : 1.
Stimulus yang dapat merangsang Hipertensi Pulmonal adalah bahan bahan
yang dapat dicerna, seperti obat penekan nafsu makan ( fenfluramin,
deksenfluramin yang menghambat uptake serotonin.), ekstrak monokrotalie,
bahan pelarut inhaler, metamfetamin, kokain, L- Tryptophan, infeksi ( HIV 1 ),
dan penyakit inflamasi.
Kerusakan saluran ion pada sel otot polos arteri pulmonal juga dapat
menambah vasokonstriksi. Kalsium intraselular berperan penting dalam regulator
kontraksi dan proliferasi otot polos vascular, dank anal kalsium yang menentukan
konsentrasi kalsium bebas sitoplasma mungkin terganggu pada pasien dengan
hipertensi pulmonal primer.
Vasokonstriksi diikuti oleh proliferasi dan fibrosis intima, thrombosis insitu, dan
perubahan plexogenik. Peningkatan ekspresi vascular endhotalial growth factor
( VEGF), suatu mitogen spesifik sel endothelial yang dihasilkan oleh makrofag
dan sel otot polos, berperan dalam remodeling vascular.
126
akan
menyebabkan
peningkatan
tekanan
dalam
arteri
pulmonalis.
b. Hipertensi Pulmonal Reaktif
Sebagai reaksi akibat peningkatan dalam vena pulmonalis maka pada
beberapa penderita terjadi vasokonstriksi arteriol pulmonal yang aktif.
Vasokonstriksi ini menyebabkan resistensi terhadap pengaliran darah
melalui paru bertambah besar dan tekanan dalam arteri pulmonalis
meningkat.
Contoh: pada penderita dengan stenosis mitral yang berat dan kadang
kadang pada penderita dengan isufisiensi mitral atau dengan gagal jantung
kiri.
Faktor penyebab ini dihubungkan juga dengan factor familial
c. Aliran Darah Paru Yang Meningkat
Peningkatan aliran darah paru yang sedang, bila disertai dengan dilatasi
pembuluh darah paru dan terbukanya lubang saluran yang sbelumnya telah
menutup, maka dapat berlangsung tanpa terjadi peningkatan tekanan
dalam arteri pulmonalis. Kalau aliran darah itu lebih besar misalnya
sampai lebih dari 3 kali normal, maka di perlukan tekanan yang lebih
besar dalam paru agar pengaliran darah dapat berlangsung.
d. Vaskularisasi Yang Bertingkat
Bila 2/3 atau lebih dari vaskularisasi paru mengalami obliterasi, maka
diperlukan peningkatan tekanan dalam arteri pulmonalis supaya tetap ada
127
aliran darah yang adekuat, misalnya pada kelainan dengan embolus paru
yang berulang, sehingga menyumbat arteri dan arteriol dalam paru.
Gambaran Klinis
Hipertensi pulmonal sering tidak menunjukan gejala yang spesifik. Gejala
gejala tersebut sering sulit dibedakan dengan hipertensi pulmonal sekunder atau
oeh karena kelainan jantung. Kesulitan utama adalah gejala umumnya
berkembang secara gradual. Gejala yang paling sering adalah dispnoe saat
aktivitas, fatique dan sinkop, refleksi ketidak mampuan menaikkan curah jantung
selama aktivitas. Angina tipikal juga dapat terjadi meskipun arteri koroner normal,
tetapi nyeri dada disebabkan oleh karena stretching arteri pulmonal atau iskemia
ventrikel kanan.
Hemoptisis oleh karena pecahnya pembuluh darah paru yang mengalami
distensi jarang terjadi, namun hemoptisis pada pasien dengan hipertensi pulmunal
suatu keadaan yang berbahaya.
Pada pemeriksaan fisik relative tidak sensitive untuk menegakkan diagnose
hipertensi pulmonal, namun dapat membantu meniadakan berbagai penyebab lain
dari hipertensi pulmonal. Pemeriksaan auskultasi pada pasien hipertensi pulmonal
umumnya bersih.
Bila ditemukan ronkhi dan wheezing, kemungkinan kelainan oleh karena penyakit
paru lain ( asma bronchial, bronchitis atau fibrosis ). Ronki basah seperti pada
gagal jantung kongestif menunjukkan penyakit jantung kiri, bukan hipertensi
arteri pulmonal.
GEJALA DAN TANDA HIPERTENSI PULMONAL
GEJALA
TANDA
Fatique
Sinkop
S3 jantung kanan
128
Hemoptisis
Murmur trikuspid
Fenomena raynauds
Pemeriksaan EKG
Dapat dilihat hipertropi ventrikel kanan dan P pulmonal ( hipertropi atrium
kanan ).
Kelainan / penyakit yang menjadi dasar terjadinya hipertensi pulmonal, tanpa
mengatasi kelainan atau penyakit seperti stenosis mitral, reaksi eisenmenger,
penyakit paru ( bronchitis kronis, emfisema, fibrosis interstitial yang difus, serta
tromboemboli yang menjadi dasar terjadinya hipertensi pulmonal ).
Prognosis
Umumnya prognosis buruk dan biasanya meninggal dalam waktu 1 tahun,
yang umumnya bergantung pada gagal jantung kanan, embolus dan infark dalam
paru, embolus sistematik dan abses otak pada penderita reaksi eisenmenger dan
hemoptisis yang massif.
Pengobatan
Pengobatan hipertensi pulmonal bersifat spesifik sampai sekarang ini tidak
ada. Pemberian digitalis, oksigen, antikoagulan, asetilkolin, tolazin, isopterenol,
dan heksametonium tidak menunjukkan hasil yang memuaskan. Satu satunya
cara mengatasi hipertensi pulmonal adalah dengan mengobati kelainan/ penyakit
dasarnya.
129
BAB VIII
KESIMPULAN
Faktor genetik
130
131
1.
2.
3.
4.
Difteri
Gangguan Elektrolit (Natrium, Kalium, Magnesium, Kalsium)
Nefritis
Anemia
Payah Jantung
Endokarditis Bakterialis (SBE)
Perikarditis
Aritmia
Trombo-emboli
Hipertensi Pulmonal
132