0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
341 tayangan10 halaman
Makalah ini berisi tentang deskripsi atom secara umum seperti yang telah dipelajari di sekolah-sekolah formal. Kajian atom ini dikembangkan sehingga mengkaji tentang kehidupan dan keberadaan kehidupan secara materi. Makalah ini memaparkan ontologi tentang atom dan manusia dalam pandangan Harun Yahya.
Makalah ini merupakan salah satu makalah pada mata kuliah filsafat ilmu lanjutan di Universitas Pendidikan Indonesia.
Semoga bermanfaat...
Judul Asli
Kajian Ontologi Atom dan Keberadaan Materi dalam Kehidupan
Makalah ini berisi tentang deskripsi atom secara umum seperti yang telah dipelajari di sekolah-sekolah formal. Kajian atom ini dikembangkan sehingga mengkaji tentang kehidupan dan keberadaan kehidupan secara materi. Makalah ini memaparkan ontologi tentang atom dan manusia dalam pandangan Harun Yahya.
Makalah ini merupakan salah satu makalah pada mata kuliah filsafat ilmu lanjutan di Universitas Pendidikan Indonesia.
Semoga bermanfaat...
Makalah ini berisi tentang deskripsi atom secara umum seperti yang telah dipelajari di sekolah-sekolah formal. Kajian atom ini dikembangkan sehingga mengkaji tentang kehidupan dan keberadaan kehidupan secara materi. Makalah ini memaparkan ontologi tentang atom dan manusia dalam pandangan Harun Yahya.
Makalah ini merupakan salah satu makalah pada mata kuliah filsafat ilmu lanjutan di Universitas Pendidikan Indonesia.
Semoga bermanfaat...
Nama Penyusun: Aditya Rakhmawan Email: adityarakhmawan@yahoo.co.id Makalah Perkuliahan Filsafat Ilmu Lanjutan PascaSarjana, Universitas Pendidikan Indonesia Bandung Juni 2014
Abstrak Atom merupakan suatu keberadaan dari suatu materi yang menurut John Dalton merupakan keberadaan terkecil dan tidak dapat dibelah lagi. Atom-atom yang tersusun tersebut akan membentuk materi dan bukan hanya benda mati tapi juga makhluk hidup. Atom-atom yang sangat kecil ini yang membentuk segala sesuatu yang ada dalam kehidupan. Atom ternyata tidak hanya menyusun materi, tapi juga menentukan berbagai proses di dalam kehidupan, seperti melihat, mendengar, meraba, mencium, dan lain-lainnya. Segala sesuatu yang terjadi di sekeliling manusia sebenarnya hanya mekanisme yang terjadi karena sifat-sifat dari atom. Apa yang dipersepsikan manusia sebagai melihat, mendengar, meraba, mencium, dan sebagainya, itu pun sebenarnya hanya sebagai partikel gelombang yang mencapai otak kita dan kemudian diterjemahkan sebagai suatu image. Kenyataan apakah materi yang ada dalam pikiran manusia itu ada atau tidak, itu menjadi pertanyaan besar dalam benak manusia. 2014 Prodi Pendidikan IPA S3 2013 UPI Bandung Kata Kunci: Ontologi Materi, Atom, Partikel, Gelombang, Persepsi, Hakikat Kehidupan PENDAHULUAN Seringkali kita mendengar istilah kacang atom dalam periklanan di televisi yang mensimbolkan salah satu produk makanan yang bentuknya sangat kecil dibandingkan produk-produk makanan lainnya. Atom seringkali disimbolkan untuk menggambarkan seuatu yang sangat kecil dibandingkan dengan hal lainnya. Semenjak Democritus memunculkan istilah atom ini, istilah atom ini ditujukan untuk menggambarkan sesuatu yang sangat kecil dan tidak dapat dibagi lagi (Chang, 2000). Atom yang berasal dari bahasa Yunani, berasal dari kata atomos yang berarti tidak dapat dibagi lagi seringkali menggambarkan suatu partikel terkecil dari yang paling kecil. Atom semenjak awal kemunculan istilahnya memang bukan berasal dari suatu kajian empirik, melainkan hanya dari kajian rasional belaka dari seorang ahli filsafat. Namun dari penemuan atom sendiri, hingga kini para ilmuwan masih belum mampu untuk bisa melihat struktur dari atom itu sendiri. Atom merupakan partikel terkecil yang menyusun suatu materi. Namun partikel terkecil dalam kehidupan ini seakan tidak mempengaruhi kehidupan kita. Padahal dalam kehidupan kita ini, sungguh suatu hal yang mustahil jika kita bisa melepaskan diri dari atom yang salah satunya merupakan bagian dari tubuh kita sendiri (Setyawati, 2009). Sedikit orang yang berpikir bahwa kita tersusun atas atom-atom seperti halnya benda-benda mati lainnya yang tersusun atas atom-atom serupa. Sedikit orang juga yang berpikir kenapa satu atom yang sama, tapi memberikan fungsi kehidupan yang berbeda. Satu sisi atom hanya menyusun materi dan sifat-sifatnya tanpa kehidupan dan nyawa, tapi di sisi lain atom yang sama tidak hanya menyusun materi dan memberikan sifat suatu materi, tapi juga memberi kehidupan. 2
Kajian kali ini akan membahas tentang atom dan materi menurut pemikiran filsuf islam kontemporer, Adnan Oktar yang dikenal dengan nama pena Harun Yahya. Harun Yahya merupakan seorang da'i sekaligus ilmuwan terkemuka asal Turki yang lahir di Ankara pada tahun 1956. Sosok yang pernah membantah tentang kebohongan teori evolusi Darwin dan upaya penyesatannya. Beliau melakukan suatu revolusi saintifik dengan membantah teori dari Marxisme dan paham Materislik. Banyak orang yang menentang pemikiran Harun Yahya, sehingga mengakibatkan beberapa kali Beliau pernah keluar masuk bilik penjara dan rumah sakit jiwa.
Gambar 1. Profil Sosok Harun Yahya Perjuangan panjang Harun Yahya akhirnya sampai pada keadaan dimana mulai banyak orang yang mengakui buah pemikirannya, tidak hanya dari kalangan muslim, tapi juga non muslim. Semenjak itu pula mulai bermunculan buah pemikiran-pemikirannya yang lain. Salah satu yang akan dikaji disini adalah terkait atom yang berimplikasi pada hakikat kehidupan yang disusunnya. Harun Yahya percaya bahwa setiap mahluk hidup tidak terjadi secara kebetulan, tapi ada karena telah diciptakan. Bahkan bukan hanya makhluk hidup, tapi partikel terkecil seperti atom pun ada dan terjadi karena diterjadikan. Atom dan perilakunya yang menakjubkan tidak terjadi secara kebetulan, tapi diciptakan. Atom yang menyusun benda mati, atom juga yang menyusun makluk hidup. Jika atom dalam benda mati dan makhluk hidup itu tidak ada beda, maka kehidupan ini dapat terjadi? EPISTIMOLOGI ATOM DAN MATERI Atom menurut John Dalton semenjak tahun 1805 didefinisikan merupakan salah satu partikel terkecil yang tidak bisa dibelah lagi yang menyusun suatu materi. Pemikiran tentang atom ini terus berkembang secara bertahap dari ilmuwan satu ke ilmuwan lainnya. Atom yang awalnya merupakan partikel terkecil, kemudian William Crookes (1875) menemukan bahwa atom tersebut memiliki muatan negatif yang kemudian G.J. Stoney menamainya sebagai elektron. Pada tahun 1897, tabung sinar katode yang digunakan oleh Crookes disempurnakan oleh J.J. Thomson yang menemukan bahwa partikel atom merupakan suatu bola pejal bermuatan negatif sehingga dapat dibelokkan oleh medan listrik. Selanjutnya di tahun 1908, R.A. Milikan menemukan massa elektron melalui percobaan tetes minyaknya. Di tempat yang berbeda pada tahun 1886, Eugene Goldstein menemukan istilah proton melalui modifikasi dari tabung sinar katoda Crookes. Pada tahun 1911, E. Rutherford coba menembakkan partikel alpha pada lempeng tipis emas sehingga menemukan bahwa dalam atom itu terdapat inti atom 3
bermuatan positif yang dikelilingi oleh ruang kosong hingga mencapai kulit elektron terdekat. Beberapa tahun kemudian, pada tahun 1932, ditemukan lah partikel neutron pada inti atom oleh James Chadwick (Setyawati, 2009:8). Sampai disini akhirnya ditemukan bahwa suatu atom bukan merupakan partikel terkecil, tapi tersusun atas partikel yang lebih kecil, seperti proton, neutron dan elektron. ATOM SEBAGAI PENYUSUN KEHIDUPAN Sekarang kita tahu bahwa materi di sekeliling kita tersusun atas atom-atom yang berukuran sangat kecil. Kursi yang kita duduki, meja tempat kita belajar, makanan yang kita makan, bahkan udara yang kita hirup merupakan susunan dari atom-atom. Dengan demikian, apa yang kita makan adalah atom, apa yang kita hirup adalah kumpulan atom, apa yang kita minum pun adalah kumpulan atom, bahkan tubuh kita sendiri pun merupakan kumpulan dari atom-atom. Jika kita analisis dengan lebih seksama, tubuh kita tersusun atas sistem- sistem organ seperti sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem pencernaan, dan lain-lain. Sistem organ sendiri tersusun atas organ-organ, misalnya sistem pendengaran tersusun atas organ-organ pendengaran, misalnya telinga dan gendang telinga. Organ tersusun atas jaringan-jaringan, misalnya organ telinga tersusun atas gendang telinga, dan rumah siput. Jaringan-jaringan sendiri tersusun atas sel-sel, dan dalam setiap sel terdapat inti sel, plasma sel, dan lain-lain. Kita tahu bahwa plasma sel sendiri tersusun atas air. Air sendiri tersusun atas atom-atom hidroen dan oksigen. Dengan demikian kita dapat menyimpulkan secara sistematis bahwa tubuh kita sendiri merupakan kumpulan dari atom-atom salah satunya atom hidrogen dan oksigen. Sampai sejauh ini sudah banyak orang yang menyadari bahwa apa yang ada di sekelilingnya merupakan kumpulan dari atom-atom, tubuhnya sendiri, udara, lingkungan di sekelilingnya, alam semesta serta dunia ini. Namun hanya sedikit orang yang memikirkan bagaimana sistem kerja yang terjadi dalam suatu atom itu sendiri. Sehingga kebanyakan urusan seperti ini lebih dilemparkan kepada para ahli fisika atau kimia. Sebagaimana telah diketahui, atom mengandung beberapa partikel yang lebih kecil, yaitu proton, elektron dan neutron. Dalam inti atom terdapat proton dan neutron yang terikat oleh suatu gaya yang disebut gaya nuklir kuat. Sedangkan elektron selalu bergerak mengitari inti atom pada orbitnya. Gaya nuklir kuat merupakan suatu gaya yang mengakibatkan proton dan neutron tetap pada tempatnya di inti atom. Gaya ini sangat kuat sehingga dapat menyatukan proton yang bermuatan positif dan neutron yang tak bermuatan diam tak bergerak pada inti atom. Salah satu contoh tingkat kekuatan dari gaya nuklir kuat ini bisa dibuktikan dari hasil pemboman kota Hiroshima dan Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus 1945. Gaya nuklir kuat yang dimiliki diantara proton dan neutron ini tepat sebesar 15 N. Jika gaya nuklir kuat ini terlalu besar, maka akibatnya akan menghasilkan tumbukan antara proton dan neutron. Gaya nuklir kuat inilah yang menjaga proton dan neutron tetap terikat pada inti. Selain itu gaya nuklir lemah, merupakan gaya yang bertanggung jawab agar partikel proton atau neutron tidak mengalami penguraian secara tiba-tiba. Hal ini disebabkan jumlah proton dan neutron ini selalu seimbang dalam inti, gaya nuklir lemah inilah yang menjaga keseimbangan jumlah proton dan neutron dalam inti. Besar gaya ini tepat sebesar 7,03 x 10 -3 N. Elektron yang selalu mengitari inti atom pada orbitnya mengandung dua gaya yang nilainya tepat, yaitu gaya elektromagnetik dan gaya gravitasi, berturut-turut sebesar 3,05 x 10 -12 N dan 5,90 x 10 -39 N. Gaya elektromagnetik terjadi karena adanya muatan yang berbeda diantara dua partikel yaitu proton dan elektron. Sedangkan gaya gravitasi terjadi karena adanya tarikan menuju partikel dengan massa yang lebih besar, dalam hal ini proton menarik elektron. Kedua gaya inilah yang menyebabkan elektron tidak terlepas dari orbitnya selama bergerak dengan kecepatan tinggi. Puluhan elektron terus berputar mengitari inti atom diantara tujuh kulit elektron yang menjadi orbitnya. Semuanya membentuk suatu lalu lintas 4
dari puluhan elektron, dan satu hal yang menakjubkan dari hal ini adalah, tidak pernah terjadi tabrakan diantara elektron- elektron tersebut. Semua ketepatan gaya yang terjadi dalam atom ini membuat seorang ahli biologi molekuler yang terkenal, Michael Denton menyatakan dalam bukunya Natures Destiny: How the Laws of Biology Reveal Purpose in the Universe (Yahya, 2003:29): Jika misalnya, gaya gravitas satu triliun kali lebih kuat, maka alam semesta akan jauh lebih kecil dan sejarah hidupnya jauh lebih pendek. Sebuah bintang rata- rata akan mempunyai massa satu triliun lebih kecil dari matahari dan masa hidup sekitar satu tahun. Di lain pihak, jika gravitas kurang kuat, tidak ada bintang atau galaksi yang akan pernah terbentuk. Hubungan dan nilai-nilai lain tidak kurang kritisnya. Jika gaya nuklir sedikit lebih lemah saja, satu-satunya unsur yang akan stabil hanya hidrogen. Tidak ada atom lain yang bisa terbentuk. Jika gaya nuklir kuat tersebut sedikit lebih kuat dalam kaitannya dengan elektromagnetisme, maka inti atom yang terdiri dari dua proton menjadi yang paling stabil di alam semesta yang berarti tidak akan ada hidrogen, dan jika ada bintang atau galaksi yagn terbentuk, mereka akan sangat berbeda dari bentuknya sekarang. Jelas sekali, jika semua gaya dan konstanta ini tidak mempunyai nilai tepat demikian, tidak akan ada bintang, supernova, planet-planet, atom, dan kehidupan. Allah berfirman dalam ayatnya: Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya (Q.S. 25:2). Elektron merupakan partikel yang terkecil diantara proton dan neutron, namun dari elektron ini lah yang menentukan ukuran jari-jari dari suatu atom, serta dari elektron ini juga kita dapat melihat warna-warna dari suatu benda. Hal ini disebabkan karena eksitasi elektron akibat dari menyerap energi foton. Sehingga saat elektron tersebut kembali ke tingkat dasarnya (ground state), elektron tersebut akan melepaskan energi foton dalam bentuk panjang gelombang warna yang diterima oleh mata kita sebagai warna dari suatu benda. Atom-atom pada umumnya tidak bisa berdiri sendiri sehingga saling melengkapi dengan cara membentuk ikatan. Ikatan- ikatan antar atom yang mungkin terjadi dapat berupa ikatan ion, ikatan kovalen, atau ikatan logam. Ikatan ion terjadi antar atom-atom logam dengan atom-atom non logam, sedangkan ikatan kovalen terbentuk dari atom-atom non logam, kemudian ikatan logam terbentuk antar atom-atom logam. Atom-atom yang saling bergabung akan memiliki sifat yang berbeda dengan atom-atom penyusunnya, sehingga disebut senyawa. Misalkan senyawa garam dapur NaCl yang sangat bermanfaat untuk manusia, dibentuk dari atom Na yang eksplosif dan atom Cl yang beracun. Sungguh senyawa yang dibentuknya sangat berbeda jauh dengan atom-atom pembentuknya. Begitu juga dengan makhluk hidup yang tersusun atas atom-atom karbon pada umumnya. Atom karbon merupakan atom yang paling banyak menyusun senyawa-senyawa organik. Seperti contohnya protein, DNA, karbohidrat, dan lipid yang merupakan senyawa penyusun makhluk hidup. Walaupun demikian, senyawa karbon bukan hanya merupakan unsur penyusun makhluk hidup, seperti gas karbon dioksida pun merupakan salah satu contoh senyawa yang dibentuk dari atom karbon, tapi pada kenyataannya gas karbon dioksida tidak hidup. Hal ini terjadi juga dengan gas karbon monoksida, minyak bumi, alkohol, dan lain-lain yang merupakan beberapa contoh senyawa tak hidup yang penyusunnya merupakan atom karbon yang mayoritas menjadi atom penyusun makhluk hidup. Namun mengapa akibat yang terjadi itu berbeda, satu sisi atom karbon mampu menjadi komponen penyusun makhluk hidup, namun di sisi lain beberapa benda mati pun tersusun oleh mayoritas atom karbon. Sehingga seakan-akan atom-atom yang merupakan partikel tanpa kehidupan, namun saat atom-atom tersebut bergabung akan terbentuk makhluk hidup. KAJIAN ONTOLOGI TENTANG MEKANISME KEHIDUPAN 5
Harun yahya berpikir bahwa pemikiran kita semakin lama terlalu terpaku pada hakikat dan sifat-sifat zat. Ilmu pengetahuan modern di satu sisi memberikan dampak baik bagi perkembangan teknologi, namun di sisi lain mengikat pemikiran manusia pada hal-hal yang bersifat materialistik. Pemikiran manusia tersekat oleh hal-hal yang ada karena memiliki sifat-sifat zat yang bisa di uji secara empirik. Sehingga manusia tidak pernah berpikir apakah materi yang dihadapannya itu ada ataukan tidak ada, atau hanya bayang-bayang belaka. Dalam tubuh, jika memandang secara molekuler, terdapat suatu perbedaan potensial terjadi antara bagian sel luar dengan bagian dalamnya. Sehingga saat respons eksternal terjadi, maka perbedaan potensial itu pun berubah mengakibatkan sel lain pun terkenal imbasnya secara beruntun. Pergerakan perbedaan potensial ini akan terus bergerak hingga akhirnya menuju pusat syarat, yaitu otak atau sumsum tulang belakang. Pergerakan perbedaan potensial inilah yang disebut dengan sinyal listrik yang merambat dari sistem syarat sensorik menuju pusat syarat yaitu otak atau sumsum tulang belakang . Dunia sebagaimana yang kita ketahui sekarang pada hakikatnya merupakan sinyal-sinyal yang ditangkap oleh mata, didengar oleh telinga, di kecap oleh lidah, di rasakan oleh tangan dan kulit pada badan, serta di cium oleh hidung kita. Kita tidak akan berpikir bahwa apa yang kita persepsikan oleh panca indera kita tentang dunia tersebut itu berbeda dengan kenyataan sebenarnya, sebab semenjak kita dilahirkan kedunia ini kita sudah sangat bergantung pada panca indera kita. Dunia yang kita diami ini yang kemudian Harun Yahya menyebutnya sebagai dunia luar. Dengan demikian, dunia luar sebagaimana yang kita rasakan melalui panca indera kita itu sebenarnya hanyalah kumpulan sinyal-sinyal listrik yang kemudian diterjemahkan otak menjadi sebuah gambaran nyata, seperti apel yang merah, meja yang keras, senyuman ayah dan ibu, luka sobek karena jatuh, keripik mak icih yang sangat pedas rasanya, suara gemericik air yang menenangkan, dan lain-lainnya. Semua hal tentang dunia luar yang menurut kita nyata ini sebenarnya hanyalah sekumpulan sinyal- sinyal listrik yang dibaca oleh otak kita. Sehingga Tatkala kita "melihat", kita sebenarnya memandang efek-efek dari sinyal-sinyal listrik di otak kita. Frederick Vester memiliki sikap bahwa manusia hanyalah suatu kesan, segala yang dialami oleh manusia bersifat sementara dan menipu, dan alam semesta hanyalah suatu bayang-bayang. Bahkan filsuf terkenal George Berkeley berkomentar tentang masalah tersebut sebagai berikut: Kami mempercayai keberadaan obyek hanya karena kami melihat dan menyentuhnya, dan obyek-obyek tersebut terpantul pada kita melalui persepsi kita. Bagaimanapun, penafsiran kita hanya merupakan gagasan-gagasan dalam benak kita. Sehingga, obyek yang kita tangkap dengan persepsi hanyalah gagasan, dan gagasan ini pada dasarnya tidak ada kecuali dalam benak kita. Karena semua obyek ini hanya ada dalam pikiran, ini berarti bahwa kita terperdaya oleh penipuan ketika kita membayangkan alam semesta dan benda-benda yang memiliki keberadaan di luar benak. Jadi, tidak ada benda sekitar kita yang mempunyai suatu keberadaan di luar benak kita.
PROSES MELIHAT, MENDENGAR, DAN MERASAKAN Jika kita sedikit berpikir, saat kita melihat, gugus-gugus sinar (foton-foton) dari obyek bergerak ke mata dan melewati lensa di depan mata, membiaskan foton dan membalikkannya menuju retina di belakang mata. Di sini, cahaya yang diterima diubah menjadi sinyal-sinyal listrik, kemudian dikirim oleh neuron ke suatu titik yang sangat kecil yang disebut pusat penglihatan di belakang otak sebagai suatu kesan. Titik yang sangat kecil ini di bagian belakang otak ini merupakan tempat yang gelap gulita dan sepenuhnya tersekat dari cahaya. Begitu juga saat kita membandingkan antara sedang membaca buku dengan menatap hamparan langit yang luas, pada hakikatnya otak kita yang sedang melihat sinyal listrik kecil yang sampai ke dalam ruang gelap gulita. 6
Seterang apapun cahaya yang kita lihat melalui mata kita, bagian otak kita yang berfungsi untuk melihat itu tetap saja gelap gulita. Hal ini pun terjadi pada indera pendengaran. Telinga-luar menerima suara-suara melalui daun telinga dan mengarahkan suara-suara tersebut menuju telinga-tengah. Telinga-tengah mengirimkan getaran suara ke telinga- dalam dan memperkuat suara-suara tersebut. Telinga-dalam mengkonversi getaran-getaran itu menjadi sinyal-sinyal listrik, kemudian mengirimkannya ke otak. Oleh karena itu, betapapun berisiknya keadaan luar, bagian-dalam otak sepenuhnya hening. Persepsi kita tentang bau terbentuk dengan cara yang sama. Molekul yang mudah menguap dipancarkan oleh benda- benda sepeti panili atau bunga mawar sampai ke reseptor dalam rambut lembut pada bagian epitelium hidung dan terjadilah interaksi. Interaksi ini dikirimkan ke otak sebagai sinyal listrik dan diterima sebagai bau. Segala benda yang kita cium, disukai atau pun tidak, hanyalah persepsi otak tentang interaksi molekul-molekul yang mudah menguap setelah diubah menjadi sinyal-sinyal listrik. Anda mendapatkan bau dari parfum, bunga, makanan yang anda sukai, laut, atau bau- bau lain yang anda sukai atau tidak anda sukai, di otak anda. Molekul-molekul itu sendiri tak pernah mencapai otak, yang mencapai otak kita hanyalah sinyal listrik. Begitu pula dengan lidah, ada empat jenis reseptor kimiawi di bagian depan lidah manusia. Hal ini ada hubungannya dengan rasa asin, manis, asam, dan pahit. Reseptor-rasa kita mengubah persepsi ini menjadi sinyal-sinyal listrik melalui serangkaian proses kimiawi lalu mengirimkannya ke otak. Sinyal-sinyal ini diterima oleh otak sebagai rasa. Sehingga rasa yang kita kecap dari buah-buahan, manisnya coklat, pedasnya sambal, pahitnya obat, asinnya ikan laut merupakan hasil penafsiran sinyal-sinyal listrik yang sampai di otak kita. Kita sendiri sebenarnya tidak pernah sampai kepada obyek yang kita kecap di alam luar. Contohnya, jika syaraf rasa yang bergerak ke otak diputus, maka rasa dari sesuatu yang kita makan tidak akan sampai ke otak, dan kita tidak akan merasakan rasa dari apa yang kita kecap. Indera raba kita tidak berbeda dengan indera lainnya. Ketika kita menyentuh suatu obyek, semua informasi yang akan membantu kita dalam mengenali alam luar dan obyek-obyek itu dikirim ke otak oleh syaraf indera di kulit. Merasakan sentuhan itu terbentuk dalam otak kita. Berlawanan dengan keyakinan umum, tempat pencerapan indera sentuh kita tidak di ujung jari kita atau di kulit kita, tetapi di pusat persepsi-sentuh di otak kita. Dengan adanya penafsiran otak terhadap rangsangan elektris yang sampai ke otak dari obyek-obyek, kita mengalami obyek- obyek itu berbeda seperti keras atau lembut, panas atau dingin. Kami menguraikan semua rincian yang membantu kita mengenali obyek dari rangsangan-rangsangan ini. Berkenaan dengan hal ini, pemikiran dua filsuf terkenal, B. Russell dan L. Wittgenstein, adalah sebagai berikut: Contohnya, apakah jeruk benar- benar ada ataukah tidak dan bagaimana jeruk itu menjadi ada tidak bisa dipertanyakan dan diselidiki. Jeruk hanya terdiri dari cita rasa yang dirasakan oleh lidah, bau yang dibaui oleh hidung, warna dan bentuk yang dilihat oleh mata; dan hanya sifat-sifat inilah yang dapat diuji dan dinilai. Ilmu pengetahuan tidak akan bisa mengetahui dunia fisik. Dalam hal ini, kita sampai pada fakta lain bahwa kita tidak bisa memastikan bahwa rasa makanan yang kita rasakan itu akan sama dirasakan oleh orang lain juga, atau suara yang kita dengar akan sama ketika orang lain yang mendengarnya. Lincoln Barnett berpendapat bahwa tiada seorang pun dapat mengetahui apakah orang lain mencerap warna merah atau mendengar not C dengan cara sama seperti dirinya sendiri. Hal yang mustahil bagi kita untuk bisa menjangkau dunia fisik. Semua obyek di sekitar kita hanyalah merupakan kumpulan sinyal-sinyal listrik yang sampai pada otak kita, bukan obyek yang sebenarnya. Dengan demikian apa yang kita lihat, dengar, sentuh, dan rasa hanya merupakan persepsi-persepsi dalam otak kita. Dalam hal ini kita akan sangat tertipu jika menganggap bahwa persepsi-persepsi 7
yang kita alami merupakan bentuk zat- nyata di luar kita. DUNIA LUAR DALAM OTAK KITA Akibat dari rangsangan semu dari sinyal-sinyal listrik ini, alam luar seakan- akan benar dan nyata seperti yang nyata terbentuk di dalam otak kita tanpa perlu keberadaan dunia luar. Hal lain yang harus diperhatikan adalah persepsi jarak. Jarak, contohnya jarak kita dengan tulisan ini ialah perasaan ruang yang terbentuk dalam otak. Obyek- obyek yang tampak jauh dalam pandangan seseorang pun terjadi dalam otaknya. Contohnya, orang yang mengamati bintang-bintang di langit menganggap bahwa bintang-bintang itu jutaan mil jauhnya dari orang tersebut. Akan tetapi, yang ia lihat itu sebenarnya adalah bintang-bintang dalam dirinya sendiri, di bagian otak pusat penglihatan. Ketika kita membaca baris-baris tulisan ini dalam suatu ruangan, sebenarnya bukan kita yang berada di ruangan tersebut, tapi ruangan tersebut ada dalam diri kita (Yahya, 2005). Penglihatan kita pun sama saat melihat tubuh kita sendiri, seakan diri kita yang ada dalam tubuh kita, padahal sebenarnya tubuh kita sebenarnya yang ada dalam diri kita. Contoh lainnya, ketika anda mengira bahwa anda mendengar suara televisi di ruang sebelah, sebenarnya anda mengalami suara dalam otak anda. Anda tidak dapat membuktikan bahwa ada ruang di dekat anda sendiri, bahwa ada suara berasal dari televisi di ruang itu. Baik suara yang anda kira berasal dari jauh bermeter- meter maupun percakapan seseorang yang tepat di sebelah anda diterima di pusat pendengaran beberapa sentimeter persegi dalam otak anda. Terlepas dari dalam pusat penglihatan ini, konsep seperti kanan, kiri, depan atau pun belakang tidak ada. Dengan kata lain, suara tidak sampai ke anda dari kanan, dari kiri, atau dari udara ; tidak ada arah sumber suara. Akibat dari rangsangan semu, orang mungkin mengira bahwa ia sedang mengendarai mobilnya, padahal sebenarnya ia sedang duduk di rumah. Demikian juga dengan bau yang anda isap; tak satu pun bau sampai ke anda dari jarak yang jauh. Anda menganggap bahwa pengaruh akhir yang terbentuk di pusat bau anda ialah bau dari obyek alam luar. Akan tetapi, seperti kesan bunga mawar dalam pusat penglihatan anda, demikian pula bau mawar di pusat bau anda; tidak ada bunga atau bau yang ada hubungannya dengan bau di alam luar. Melalui penglihatan, otak kita mengubah bentuk sinyal-sinyal materi ke dalam warna. Tidak ada warna di "dunia luar". Tidak ada apel yang berwarna merah, atau langit yang berwarna biru, atau pun pohon yang berwarna hijau. Benda-benda itu begitu karena kita mempersepsikannya demikian. Seperti apa dunia luar sepenuhnya tergantung pada pihak penerima. Kerusakan yang paling ringan di retina mata menyebabkan buta warna. Sebagian orang menafsirkan biru sebagai warna hijau, merah sebagai warna biru dan sebagian mencerap semua warna sebagai sifat abu-abu yang berbeda. Dalam hal ini, tidak perduli apakah obyek yang ada di alam luar berwarna ataukah tidak (Yahya, 2001). Berkeley, seorang pakar terkemuka, juga menunjukkan fakta ini Pada awalnya, diyakini bahwa warna, bau, dan lain-lain benar-benar ada, tetapi selanjutnya pandangan demikian ditinggalkan, dan terlihat bahwa itu semua tergantung pada penginderaan kita belaka. Dunia luar yang tersaji untuk kita melalui penginderaan kita hanya merupakan kumpulan sinyal listrik yang sampai ke otak kita. Sepanjang hidup kita, otak kita memproses sinyal-sinyal ini dan kita hidup tanpa mengakui bahwa kita salah dalam mengasumsikan bahwa hal ini merupakan versi asli benda-benda yang ada di dunia luar. Kita tersesat karena kita tidak pernah dapat mencapai zat-zat itu sendiri dengan perantara indera kita. Pertanyaan berikut ini muncul di cover sebuah majalah ilmiah Amerika, New Scientist, yang memperhatikan masalah ini pada edisi 30 Januari 1999-nya: Di Balik Kenyataan: Apakah alam semesta itu pada kenyataannya sendau-gurau dari informasi utama dan apakah materi itu hanya fatamorgana? Jika kebenaran materi yang kita anggap sebagai obyek di dunia luar ini semua ada di dalam diri kita, jadi, masih 8
adakah dunia luar? Lalu bagaimana kita bisa memastikan bahwa dunia luar itu benar-benar ada? Jawabannya tidak bisa. Satu-satunya dunia yang kita ketahui ialah dunia yang ada dalam pikiran kita, yaitu dunia yang dirancang, direkam, dan dibuat hidup di sana, dunia yang tercipta dalam pikiran kita. Hal ini merupakan satu- satunya dunia yang bisa kita pastikan. Snijders (2004) mengatakan, Aku berada di dunia melalui badanku. Mungkin mustahil memahami bahwa kita terdiri dari ketiadaan kecuali otak kita. Hal ini karena yang diperlukan untuk membentuk dunia dalam otak kita bukan merupakan keberadaan dunia nyata, melainkan rangsangan. Bahkan, Berkeley secara radikal mengatakan bahwa suatu objek ada karena objek tersebut dapat dipersepsi oleh pikiran --- atau, realitas yang ada sama saja dengan ide-ide batiniah (esse est percipi) (Hartanto, 2013). Dalam hubungan itu, Bertrand Russel, filsuf lain, menulis Ketika dengan indera sentuh kita menekan meja dengan jari kita, dihasilkan acakan listrik elektron dan proton pada ujung jari kita, menurut ilmu fisika modern, di dekat elektron dan proton pada meja. Jika ada pengacakan sedemikian ini di ujung jari kita dengan cara apa saja, kita mesti mempunyai sensasi, meskipun tidak ada meja. Sebenarnya kita sangat mudah tertipu untuk mempercayai bahwa persepsi dari materi-materi itu nyata. Perasaan ini seringkali kita alami dalam mimpi kita, saat kita tertidur. Dalam mimpi kita mengalami kejadian, melihat orang, obyek dan keadaan yang seakan semuanya nyata. Meskipun demikian, semua itu tidak lain hanyalah persepsi saja. Tiada perbedaan mendasar antara mimpi dan dunia nyata karena keduanya dialami di otak (Yahya, 2001). Allah berfirman: Allah bertanya: "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi? Mereka menjawab: "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung. Allah berfirman: "Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui. (QS. 23:112-114) SIAPA PENAFSIRNYA? Dari sini muncul pertanyaan terpenting. Jika semua kejadian fisik yang kita tahu ini pada dasarnya persepsi, bagaimana dengan otak kita? Karena otak kita merupakan bagian dari dunia fisik, sama halnya seperti lengan, kaki atau obyek lainnya. Jika kita menganalisis otak kita, kita dapat perhatikan bahwa tiada apa pun di dalamnya kecuali molekul protein dan lipida, yang juga terdapat pada organisme hidup lainnya. Artinya, dalam sepotong daging yang kita sebut otak, tiada apa pun yang mengamati kesan-kesan, yang merupakan kesadaran, atau yang menciptakan sesuatu yang kita sebut saya. Dengan demikian, otak bukanlah entitas yang melihat dan mengindera, karena otak biar bagaimanapun hanyalah sebongkah daging. R. L. Gregory menunjukkan kesalahan yang orang buat dalam hubungannya dengan persepsi tentang kesan di dalam otak: Ada suatu godaan, yang harus dihindari, untuk mengatakan bahwa mata menghasilkan gambar dalam otak. Gambar dalam otak menjelaskan perlunya beberapa jenis mata intern untuk melihatnya-tetapi hal ini akan membutuhkan mata berikutnya untuk gambarnya ... dan lain-lain, dalam suatu kemunduran mata dan gambar yang tiada berakhir. Hal ini mustahil. Bagaimana mungkin sebongkah daging yang terdiri atas molekul protein dan lipid yang tdak lain hanyalah kumpulan atom-atom karbon dan hidrogen dapat menerjemahkan sinyal-sinyal listrik menjadi suatu gambaran tentang dunia luar? Atom yang buta, lumpuh dan tidak sadar? Mengapa sebagian atom mempunyai sifat ini sedangkan yang lain tidak? Apakah tindakan kita berpikir, memahami, mengingat, senang, sedih, dan segala tindakan lain terdiri dari reaksi- reaksi elektrokimia antara atom-atom ini? Kita tahu bahwa suatu hal yang tidak masuk akal untuk mencari kehendak di dalam atom-atom. Jelaslah bahwa terdapat suatu keberadaan yang melihat, mendengar dan merasakan dan keberadaan ini pasti berbahan unggul. Keberadaan ini hidup dan juga bukan 9
materi atau pun gambaran materi. Keberadaan ini pasti terlepas dari istilah atom-atom yang merupakan bagian dari dunia fisik. Keberadaan inilah yang kita sebut dengan roh. Allah berfirman dalam petunjuk-Nya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit. (Q.S. 17:85) PERANAN PENDIDIKAN TENTANG KEBERMAKNAAN ATOM Dalam pembelajaran, atom hanya disampaikan sebagai bagian dari kurikulum sebagai bagian dari materi struktur atom dan umumnya sistem periodik unsur. Hal ini menyebabkan pemahaman siswa akan atom terbentuk secara parsial. Siswa tidak mampu mengkontekstualisasikan pemahaman atomnya ke dalam kehidupan dan keimanan. Materi atom hanya selesai sebatas pemahaman yang terjadi di dalam ruang kelas tapi tidak kehidupan sehari- hari. Hal ini sangat disayangkan, sebab seharusnya pembelajaran itu bukan hanya memberikan pemahaman konten, namun seharusnya mampu meningkatkan nilai suatu pembelajaran yang memberikan dampak terhadap sikap dan perilaku. Dalam mempelajari atom, strukturnya dan materi yang disusunnya, seorang siswa diharuskan melatih kemampuan bernalar. Kemampuan bernalar ini lah yang membedakan antara manusia dan hewan. Menurut Andi Hakim Nasoetion, dalam sebuah ceramahnya di depan layar televisi, sekiranya binatang mempunyai kemampuan menalar, maka bukan harimau Jawa yang sekarang ini akan dilestarikan supaya jangan punah, melainkan manusia Jawa (Suriasumantri, 2013:39). Hal ini menunjukkan seorang siswa harus mampu bernalar dalam kehidupan ini dan kemampuan bernalar ini dapat dilatih melalui setiap pembelajaran yang diberikan di sekolah, salah satunya tentang atom dan materi. PENUTUP Atom pada hakikatnya merupakan suatu partikel mati yang menyusun berbagai materi yang ada di sekeliling manusia, baik itu materi mati ataupun materi hidup. Diri kita sendiri pun bahkan tersusun atas atom-atom yang jelas-jelas merupakan partikel mati. Tapi dari partikel mati inilah kehidupan manusia dan alam sekelilingnya berjalan dengan harmonis. Setelah memahami bahwa diri kita (manusia) tersusun atas atom-atom yang tidak jauh berbeda dengan alam di sekeliling kita, maka muncul pertanyaan penting, kenapa kita bisa hidup sedangkan materi yang ada di sekeliling kita tidak hidup? Pada prinsipnya dunia kita ini merupakan kumpulan atom-atom, bahkan udara yang kita hirup pun merupakan atom-atom oksigen dan karbon dioksida. Bahkan setelah masuk ke dalam tubuh kita pun, hal yang terjadi dalamnya hanyalah siklus atom yang berubah dari satu senyawa menjadi senyawa lainnya. Apa yang kita rasakan, apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, dan apa yang kita kecap tidak lain hanyalah bayangan semu dari dunia. Dunia ini hanyalah sekumpulan sinyal-sinyal listrik yang ditafsirkan oleh otak kita sebagai dunia. Namun di balik itu semua, otak kita sendiri pun sebenarnya merupakan bagian dari wujud semu dunia itu sendiri. Hal ini disebabkan karena otak kita hanyalah sebongkar protein dan lipid yang tidak berbeda dengan bagian-bagian tubuh kita yang lain. Bahkan tidak berbeda juga dengan materi-materi lain yang ada di sekeliling kita, seperti makanan, beras, tanaman, dan lain-lainnya. Dengan demikian, tidak ada yang nyata di dunia ini, yang ada hanyalah sekumpulan persepsi- persepsi dalam bentuk sinyal-sinyal listrik yang diterjemahkan oleh masing-masing individu bisa sama ataupun berbeda. Suatu keberadaan yang menjadikan seakan dunia ini ada melalui perantaraan otak sebagai penerjemahnya adalah suatu keberadaan yang sifatnya melebihi fisik itu sendiri. Keberadaan yang bukan merupakan kumpulan dari atom-atom. Keberadaan ini lah yang disebut dengan roh. Bagian paling nyata yang paling dipercaya hingga akhir tulisan ini. Dengan demikian, makhluk cerdas yang sedang membaca makalah ini bukanlah merupakan lompatan atom-atom dan molekul-molekul, ataupun rangkaian reaksi kimia diantara atom dan molekul tersebut, melainkan pekerjaan dari roh. 10
DAFTAR PUSTAKA Chang, R. (2000). Essential Chemistry. United States of America: McGraw- Hill Companies. Hartanto, B. (2013). Dunia Pasca Manusia: Menjelajahi Tema-tema Kontemporer Filsafat Teknologi. Depok: Penerbit Kepik. Setyawati, A. A. (2009). Kimia Mengkaji Fenomena Alam. (A. Yulianti, Ed.) Jakarta: PT. Cempaka Putih. Snijders, A. (2004). Antropologi Filsafat Manusia Paradoks dan Seruan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Suriasumantri, J. S. (2013). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Yahya, H. (2001). Bagaimana Seorang Muslim Berfikir (Deep Thinking). Jakarta: Robbani Press. Yahya, H. (2003). Keajaiban Pada Atom. (H. Berry, Ed., & A. Nilandari, Trans.) Bandung: Dzikra. Yahya, H. (2005). Hakikat di Balik Materi: Menyingkap Citra-citra Tersembunyi Dalam Memori Allah. Surabaya: Penerbit Risalah Gusti.