Anda di halaman 1dari 39

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa
pemenuhan kebutuhan dasar yang diperlukan kepada individu baik yang
sehat maupun yang sakit, yang mengalami gangguan fisik, psikis dan agar
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Diperlukan pendekatan
komprehensif baik dari segi fisik maupun psikologis serta bersifat
individual bagi setiap pasien.
SOL ( Space Occupying Lession ) adalah sebuah lesi yang
berasal dari sel-sel otak atau struktur disekelilingnya. Tumor otak terletak
pada intrakranial yang menempati ruang didalam tengkorak. Penderita
Space Occupying Lession diseluruh dunia mencapai 400000 orang
selama tahun 2005. Di Indonesia sudah banyak menderita penyakit tumor
otak sekitar 28 % penduduk Indonesia, tetapi pasien itu tidak mengetahui
itu sendiri.
Sementara itu Rumah Sakit Kariadi Semarang sudah menerima
penderita Space Occupying Lession sebanyak 34 orang selama tahun
2010, meningkat 10 % dari tahun 2009. Untuk itu penulis tertarik ingin
memberikan asuhan keperawatan dan juga menjabarkan seluas-luasnya
tentang Space Occupying Lession / tumor otak. Mulai dari pengertian,
2

penyebab, klasifikasi, patofisiologi, dan penatalaksanan supaya orang-
orang lebih tau dan waspada terhadap penyakit Space Occupying Lession.
Keperawatan medikal bedah merupakan bentuk askep pada klien
yang mengalami gangguan fisiologis baik yang sudah nyata atau
terperdiksi mengalami gangguan baik karena adanya penyakit, trauma atau
kecelakaan. Praktek keperawatan medikal bedah menggunakan langkah-
langkah ilmiah. Yaitu komponen-komponen bio-pisko-sosial klien dalam
merespon gangguan fisiologis sebagai akibat penyakit, trauma atau
kecacatan, (Anonim, 2008).
Pentingnya dari asuhan keperawatan pasien dengan Space
Occupying Lession ini adalah dengan memberikan penyuluhan,
pengawasan, perlindungan dan pasien dengan Space Occupying Lession
itu dapat ditangani dengan baik dan diberi asuhan keperawatan. Maka dari
itu pasien Space Occupying Lession ini memerlukan perawatan yang
khusus untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.
Oleh karena itu dari data-data diatas, maka penulis tertarik
membuat karya tulis ilmiah yang berjudul Asuhan keperawatan klien
Ny. D dengan post karniotomy diruang A1 ( syaraf ) rumah sakit Dr.
Kariadi Semarang .



3

B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Dengan diambil kasus Space Occupying Lession / tumor otak,
penulis ingin memperkenalkan Space Occupying Lession / tumor
otak pada para pembaca dan masyarakat umum serta mampu
memberikan asuhan keperawatan dari klien yang menderita Space
Occupying Lession.
2. Tujuan khusus
Memberikan gambaran kepada pembaca tentang :
a. Mengkaji pasien dengan Space Occupying Lession.
b. Mendiagnosa keperawatan dalam dengan Space Occupying
Lession .
c. Memberikan intervensi keperawatan dalam dengan Space
Occupying Lession.
d. Melakukan implementasi keperawatan dalam dengan Space
Occupying Lession .
e. Mendokumentasikan asuhan keperawatan dalam dengan Space
Occupying Lession.

C. SISTEMATIKA PENULISAN
Karya tulis ini disusun secara sistematis yang terdiri dari lima bab yaitu :
Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan
penulisan, sistematika penulisan.
4

Bab II : Konsep Dasar yang menguraikan tentang pengertian,
etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, patofisiologi,
pathways, komplikasi, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan, fokus pengkajian, fokus intervensi.
Bab III : Resume Keperawatan yang terdiri dari pengkajian, analisa
data, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan
evaluasi.
Bab IV : Pembahasan
Membandingkan teori dan kenyataan.
Menganalisa terjadinya gangguan tersebut.
Bab V : Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.
Daftar pustaka
Lampiran


5

BAB II
KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Tumor otak adalah lesi intrakranial yang menempati ruang dalam
tulang tengkorak. Tumor otak ( tumor intrakranial ) meliputi lesi benigna
dan maligna. Tumor otak dapat terjadi pada beberapa struktur area otak
dan pada semua kelompk umur. Tumor otak dinamakan sesuai dengan
jaringan dimana tumor itu muncul.
Tumor otak jarang bermtastasi keluar dari dari sistem syaraf pusat
tapi menyebabkan kematian dengan cara merusak fungsi vital / terlibat
secara langsung meningkatkan intrakranial.
Tumor otak benigna adalah pertumbuhan jaringan abnormal
didalam otak, tetapi tidak ganas.
Tumor otak maligna adalah kanker didalam otak yang berpotensi
menyusup dan menghancurkan jaringan sebelahnya / yang telah menyebar
keotak dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah, ( Reeves C,J. 2001.
Keperawatan medical bedah ).

B. ETIOLOGI
Penyebab tumor masih sangat sedikit yang diketahui. Radiasi
merupakan salah satu dari factor penyebab timbulnya tumor otak. Trauma,
infeksi, dan toksin belum dapat dibuktikan sebagai penyebab timbulnya
6

tumor otak tetapi bahan industri tertentu seperti nitrosourea adalah
krasinogen yang paten. Limfoma lebih sering terdapat pada mereka yang
mendapat imunosupesan seperti pada transplantasi ginjal. Sumsum tulang
dan pada AIDS, ( Reeves C,J. 2001. Keperawatan medical bedah ).

C. KLASIFIKASI
Stadium tumor berdasarkan sistem TNM ( stadium TNM ).
Terdiri dari 3 kategori, yaitu : T ( tumor primer ), N ( nodul regional,
metastase ke kelenjar limfe regional ) dan M ( metastase jauh ).
Kategori T :
Tx = syarat minimal menentukan indeks T tidak terpenuhi.
Tis = Tumor in situ.
T
0
= Tidak ditemukan adanya tumor primer.
T
1
= Tumor dengan f maksimal < 2 cm.
T
2
= Tumor dengan f maksimal 2 5 cm.
T
3
= Tumor dengan f maksimal > 5 cm.

T
4
= Tumor invasi keluar organ.
Kategori N :
N
0
= Nodul regional negative.
N
1
= Nodul regional positif, mobile ( belum ada perletakan ).
N
2
= Nodul regional positif, sudah ada perlekatan.
N
3
= Nodul jukstregional atau bilateral.

7

Kategori M :
M
o
= Tidak ada metastase organ jauh.
M
1
= Ada metastase organ jauh.
M
2
= Syarat minimal menentukan indeks M tidak terpenuhi.

Tumor otak dapat diklasifikasikan sebagai berikut menurut
(Lionel Ginsberg, Neurologi :117) yaitu :
1. Benigna umumnya ekstra aksial, yaitu tumbuh dari meningen,
nervus kranialis, atau struktur lain dan menyebabkan kompresi
ekstrinsik pada substansi otak.
2. Maligna umumnya intra aksial yaitu berasal dari parenkim otak :
a) Primer umumnya berasal dari sel glia/neurobia ( glioma )
tumor ini diklasifikasikan maligna karena sifat invasif
lokal, metastasis ekstrakranial sangat jarang, dan dikenali
sebagai subtipe histologi dan derajat diferensiasi.
b) Sekunder metastasis dari tumor maligna dari bagian tubuh
lainnya.







8

D. MANIFESTASI KLINIS
Menurut lokasi tumor :
1. Lobus frontalis
Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi,
bingung, tingkahlaku aneh, sulit memberi argumentasi / menilai
salah atau benar, hemiparesis, ataksia dan gangguan bicara.
2. Korteks presentalis poterior
Kelemahan / kelumpuhan pada otot-otot wajah, lidah dan jari.
3. Lobus parasentalis
Kelemahan ekstrimitas bawah.
4. Lobus oksipintalis
Kejang, gangguan penglihatan.
5. Lobus temporalis
Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia senorik, kelumpuhan otot
wajah.
6. Lobus parietalis
Hilang fungsi sensorik karotikalif, gangguan lokalisasi sensorik,
gangguan penglihatan.
7. Ceribulum
a) Nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia, hiperextrimitas,
sendi.
b) Tanda dan gejala umum :
9

c) Nyeri kepala berat pada pagi hari, makin bertambah bila
batuk membungkuk.
d) Kejang.
e) Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial : pandangan
kabur, mual, muntah, penurunan fungsi pendengaran,
perubahan TTV, afasia.
f) Perubahan kepribadian.
g) Gangguan memory.
h) Gangguan alam perasaan.

E. PATOFISIOLOGI
Tumor otak menyebabkan gangguan neurolagis. Gejala-gejala
terjadi berurutan hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam
pemeriksaan klien. Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap
disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan vocal terjadi
apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi / inovasi langsung pada
parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor
yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak.
Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi
sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan
dengan gangguan cerebrovaskuler primer.
10

Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro
dihubungkan dengan kompersi invasi dan perubahan suplai darah
kejaringan otak.
Peningkatan intrakranial dapat diakibatakan oleh beberapa factor :
bertambahnya masa dalam tengkorak , terbentuknya oedema sekitar tumor
dan perubahan sirkulasi serebrospinal.
Pertumbuhan tumor akan menyebabkan bertambahnya massa
karena tumor akan mengambilkan ruang yang relatif dari ruang tengkorak
yang kaku.
Tumor ganas menimbulkan odem dalam jaringan otak.
Mekanisme belum sepenuhnya dipahami namun diduga disebabkan selisih
osmotik yang menyebabkan pendarahan. Obstruksi vena oedema yang
disebabkan kerusakan sawar darah otak semuanya menimbulkan kenaikan
volume inntrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinal dari
vantrikel laseral keruang sub arakhnoid menimbulkan hidrosephalus.
Peningkatan intrakranial akan membahayakan jiwa bila terjadi
secara cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicaraknan
sebelumnya. Mekanisme kompensasi memrlukan waktu berhari-hari /
berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna
bila apabila tekanan intrakranial timbul cepat.
Mekanisme kompensasi ini bekerja menurunkan volume darah
intrakranial, volume cairan cerborspinal, kandungan cairan intrasel dan
mengurangi sel-sel parenkim.
11

Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi
ulkus/ serebulum.herniasi timbul bila girus medalis lobus temporalis
bergeser keinterior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemister
otak. Herniasi menekan ensefalon menyebabkan kehilangan kesadaran dan
menekan saraf ke tiga.
Pada herniasi serebulum tonsil sebelum bergeser kebawah melalui
foramen magnum oleh suatu massa poterior, ( Suddart, Brunner. 2001 ).




12

F. PATHWAY


Idiopatik
Tumor otak
Penekanan jaringan otak
Invasi jaringan otak
Bertambahnya massa
Nekrosis jar. otak
Kejang Gang.
Neurologis
fokal
Gang.
Fungsi otak
Obstruksi vena di otak Hipoksia
jaringan
Gang.
Suplai darah
Kerusakan jar. Neuron
( Nyeri )
Penyerapan cairan otak
Gang.
Perfusi
jaringan
Defisit
neurologis
Aspirasi
sekresi
Obs. Jln
nafas
Dispnea
Henti nafas
Perubahan
pola nafas
Oedema
Disorientasi Peningkatan TIK
Resti. Cidera
Hidrosefalus
Cemas
Perubanah
proses pikir
Ancaman
kematia
Hernialis
ulkus
Bradikardi progresif,
hipertensi sitemik, gang.
pernafasan
Bicara terganggu,
afasia
Gang.
Pertukaran
gas
Gang.
kesadar
an
Mual, muntah,
papileodema, pandangan
kabur, penurunan fungsi
pendengaran, nyeri
kepala
Menisefalon
tekanan
Gang. Komunikasi
verbal
Gang. Rasa
nyaman
( Suddart, Brunner. 2001 )
13

G. KOMPLIKASI
1. Edema serebral.
2. Tekanan intrakranial meningkat.
3. Herniasi otak.
4. Hidrosefalus.
5. Kejang.
6. Metastase ketempat lain.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Rontgent tengkorak
Untuk diagnostik sekurang-kurangnya diambil dari dua arah yaitu
antero poterior dan lateral.
2. Angiograf serebral.
3. EEG.
4. CT. Scan.
5. MRI.

I. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN
1. Terapi radiasi.
2. Kemoterapi.
3. Prosedur pembedahan otak.
4. Laser karbondioksida.
5. Transplantasi sumsum tulang.
14

6. Implantasi radioisotop.
7. Ganti balut.
8. Relaksasi nafas dalam.

J. FOKUS PENGKAJIAN
1. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama : sakit kepala pagi hari, anoreksia, nyeri, diare,
muntah, papiladema, perubahan status mental dan malaise.
b) Riwayat ksehatan sekarang : kejang, gangguan berjalan, kabur
penglihatan, perubahan kepribadian, perubahan kemampuan
mengingat, kelemahan vokal, dan afasia.
c) Riwayat kesehatan masa lalu : masalah pernafasan, masalah
eliminasi dan berkemih, gangguan tidur dan integritas kulit.
2. Pemeriksaan fisik
Saraf : kejang, tingkah laku aneh, disorientasi, afasia,
penurunan / kehilangan memory,afek tidak sesuai,
berdesis.
Penglihatan : penurunan lapang pandangan, penglihatan kabur.
Pendengaran : tinitus, penurunan pendengaran, hlusinasi.
Sietem pernafasan: irama nafas meningkat, dispnea, potensial
obstruksi jalan nafas, disfungsi neuromaskuler.
Sistem hormonal: amenrea, rambut rontok, DM.
Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi.
15

K. FOKUS INTERVENSI
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan disfungsi
neuromaskuler ( hilangnya kontrol terhadap otot pernafasan ).
Ditandai dengan : perubahan kedalaman nafas, dispnea,
obstruksi jalan nafas, aspirasi.
Tujuan : gangguan pertukaran gas dapat teratasi.
Tindakan :
Bebaskan jalan nafas.
Pantau vital sign.
Monitor pola nafas.
Pantau AGD.
Monitor penurunan gas darah.
Kolaborasi O
2
.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri kepala berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial.
Ditandai dengan : Nyeri kepala terutama pagi hari, klien
merintih kesakitan.
Tujuan : Rasa nyeri berkurang.
Tindakan :
Pantau skala nyeri.
Berikan kompres pada area yang sakit.
Monitor tanda-tanda vital.
Berikan posisi yang nyaman.
16

Lakukan massage.
Observasi tanda nyeri non verbal.
Kaji faktor difisid, emosi dari keadaan seseorang.
Catat adanya pengaruh nyeri.
Observasi mual, muntah.
Kolaborasi pemberian analgetik, prednisan, relaksasi.
3. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan disfungsi otot skunder
terhadap depresi sistem saraf pusat.
Ditandai dengan : kejang, disorientasi, gangguan
penglihatan, pendengaran.
Tujuan : tidak terjadi cidera.
Tindakan :
Identifikasi bahaya potensial pada lingkungan klien.
Pantau tingkat kesadaran.
Orientasikan pasien pada tempat, waktu, orang, dan kejadian.
Anjurkan klien untuk tidak beraktivitas.
4. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis.
Ditandai dengan : disorientasi, penurunan kesadaran,sulit
konsentrasi.
Tujuan : mempertahakan orientasi mental.
Tindakan :
Kaji tentang perhatian.
17

Pastikan keluarga untuk membandingkan kepribadian
sebelum mengalami trauma dengan respon klien sekarang.
Pertahankan bantuan yang konsisten.
Jelaskan pentingnya pemeriksaan neurologis.
Kurangi stimulus yang merangsang, kritik yang negatif.
Dengarkan klien dengan penuh perhatian semua hal yang
diungkapkan klien.
Instruksikan untuk melakukan relaksasi.
Hindari meninggalkan klien sendiri.

18

BAB III
RESUME KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS KLIEN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 Januari 2011. Jam
10.30 di ruang A1 syaraf dengan diagnosa SOL ( space occupying
lession ) di rumah sakit Dr. Kariadi Semarang. Nama Ny. D, usia 45
tahun, jenis kelamin perempuan, pendidikan SD, pekerjaan IRT, alamat
kendal, tanggal masuk 17 januari 2011.
Identitas penanggung jawab Tn. M. Alamat kendal, usia 33
tahun, hubungan dengan klien adalah suami.







keterangan :
: Pasien. : Pria.
: Permpuan. : Tinggal satu rumah
: Meninggal.
Klien Ny. D usia
45 th dengan
space occupying
lession.
19

Dari anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit seperti klien,
sedangkan penyakit lain seperti DM, hipertensi disangkal oleh
keluarganya. Klien tinggal serumah dengan suami dan anak-anaknya.
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
Keluhan utama klien adalah nyeri pada kepalanya terutama
pada saat beraktivitas seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 6, kadang-
kadang timbul bila menoleh mendadak.
Riwayat kesehatan sekarang pada Tanggal 6 Desember 2010
pasien pernah mengalami aspirasi seroma, kemudian dilakukan aspirasi
ulang pada tanggal 27 Desember 2010. Dilakukan op. mikro neoplasma
12 November 2010.
Riwayat kesehatan dahulu, pasien tidak pernah mengalami
penyakit ini sebelumnya, hanya pusing biasa.
Riwayat keluarga, dari anggota keluarga tidak ada yang
menderita penyakit seperti klien, sedangkan penyakit lain seperti DM,
hipertensi keluarga klien tidak pernah mengalaminya.
3. KEBIASAAN SEHARI-HARI
Pengkajian pola kebiasaan sehari-hari pada Ny. D menurut
Gordon diperoleh data :
Pola persepsi kesehatan, klien ,merasakan kondisi tubuhnya
dan bagaimana menyembuhkan / menguranginya.
Pola nutrisi sebelum sakit klien makan 3 kali sehari dengan
komposisi lauk, nasi dan sayuran. Klien menghabiskan 1 porsi.
20

Kadang-kadang juga makan makanan ringan ( kerupuk, snack ), kue
dan buah sebagai makanan tambahan. Klien minum 6-8 gelas perhari
(1200-1800 cc perhari) yaitu berupa air putih sedangkan minum teh
kadang-kadang. Selama sakit makan makanan yang diberi rumah sakit
selalu dimakan walaupun sedikit tapi sering. Klien juga makan buah-
buahan dan roti sebagai cemilan. Klien minum hanya pada saat makan /
ngemil saja sekitar 1000 cc.
Pola aktivitas, sebelum klien sakit sebagai ibu rumah tangga
biasanya berangat kepasar, kemudian memasak untuk seluruh anggota
keluarganya. Selama sakit klien hanya bisa tiur-tiduran ditempat tidur
sesekali miring kekiri dan kekanan. Makan, minum, BAB dan BAK
dibantu oleh keluarga.
Pola eliminasi, sebelum sakit klien BAB 1 kali sehari dengan
konsistensi lunak, BAK 6-7 kali sehari warna seperti teh dan bau khas.
Selama sakit BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lunak dan BAK 3-5
kali sehari warna seperti teh dan bau khas.
Pola istirahat dan tidur, sebelum sakit klien tidur selama 9
jam sehari. Selama sakit klien tidur / istirahat selama 4 jam.
Pola peran, klien adalah seorang ibu rumah tangga hubungan
dengan anggota keluarga baik.
Pola kognitif dan persepsi, klien tau dengan penyakit yang
dideritanya. Klien pasrah dengan keadaan dan hanya bisa berdoa.
21

Pola kebersihan diri, sebelum sakit klien mandi 2-3 kali
perhari, selama sakit klien hanya diseka.
Pola koping terhadap strees, klien nampak cemas.
Pola seksualitas dan reproduksi, klien mempunyai dua orang
anak.
Kepercayaan dan keyakinan, klien beragama islam. Sebelum
sakit klien menjalankan sholat lima waktusecara teratur. Selama sakit
klien hanya bisa berdoa diatas tempat tidur.
4. PEMERIKSAAN FISIK
a) Keadaan umum
Klien tampak lemah, hanya tiduran ditempat tidur.
b) Kesadaran
GCS : E
4
. M
6
. V
5
. 15 composmentis.
c) Tanda tanda vital
Tekanan darah : 120/90 mm/Hg. Suhu : 36
5 o
C. Nadi : 80
kali/menit. Respirasi : 20 kali/menit.
d) Kepala
Tampak benjolan sebesar buah jeruk, warna sama dengan sekitar.
e) Mata
Tidak anemis, sklera tidak ikterik, penglihatan berkurang, bola
mata nampak merah.
f) Hidung
Rongga bersih, tidak ada sekret / darah.
22

g) Telinga
Tampak simetris da n bersih.
h) Bibir dan mulut
Tidak terjadi sianosis dan bersih.
i) Leher
Tidak terdapat kelenjar thiroid.
j) Dada
Jantung
I : ictus carotis tak tampak.
P : ictus carotis teraba di sic V.
P : konfigurasi jantung abnormal.
A : bunyi jantung I II normal.
Paru
I : bentuk nampak simetris saat statis dan dinamis.
P : taktil formitus normal antara kanan dan kiri.
P : suara sonor pada intercostal IV V dada kanan.
A : suara nafas vaskuler.
k) Abdomen
I : bentuk datar, tidak ada venektasi
A : peristaltik usus 18 kali / menit.
P : tidak ada nyeri tekan.
P : terdengar suara timpani.
l) Ekstrimitas
23

Atas : tidak terdapat lesi, edema, terpasang infus
disebelah kiri
Bawah : tidak terdapat lesi, oedema dan fraktur.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Laboratorium
Tanggal 18 Januari 2011.
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Ket.
Hematologi
Hematologi Paket
Hemoglobin 12.80 gr % 12.00 15.00
Hematokrit 39.1 % 35.0 47.0
Eritrosit 4.65 Juta / mmk 3.00 5.60
M C H 27.50 pg 27.00 32.00
M C V 84.20 fl 76.00 96.00
M C H C 32.60 g / dl 29.00 - 36.00
Lekosit 11.20 ribu / mmk 4.00 11.00 N
Trombosit 331.0 ribu / mmk 150.0 400.0
R D W 14.60 % 11.60 14.80
M P V 7.10 fl 4.00 11.00




24

Tanggal 22 januari 2011.
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Ket.
Kimia Klinik
Glukosa Sewaktu 167 mg / dl 80 110 H
Ureum 19 mg / dl 15 39
Creatinin 0.70 mg / dl 0.60 1.30
Natrium 124 mmol / l 136 145 L
Kalium 3.4 mmol / l 3.5 5.1 L
Chlorida 90 mmol / l 98 107 L

b) CT-Scan
Tanggal 19 April 2010.
Hasil
Tampak lesi slight hyperdersi dilobus temporopariletalis dextra (
HU 69, Suce 3-9 ). Bentuk membulat, ukuran 1k. 41,5 X 50,1
mm. Moderate perifokal oedema +, klasifikasi -, menimbulkan
lateralisasi kesinistra dan menyempitkan ventriculus II, cornu
anterior et poterior dextra.
Tampak lesi isoderis di sinus sphenoidalis dextra ( slice 2 ).
Gryi tumpul dan sulic tampak dangkal ; batas white matter dan
gryi matter exopthalmus.
Sistem cyrterna terbuka.
25

Canalis opticus dextra lebih besar dibandingkan senistra ; OD
tampak exopthalmus.
Kesan :
Massa lobus temporoparietalis dextra dengan lateralisasi
kesinistra.
Oedem cerebri.
Massa sinus spehniodalis curiga infiltrasi tumor.

Expothalamus OD.

6. THERAPI

B. ANALISA DATA
DATA ETIOLOGI PROBLEM TTD
S : klien mengatakan nyeri
dikepala seperti ditekan-
tekan.
O : klien tampak lemes
merasakan nyeri yang
dialami.
GCS : E
4
. M
6
. V
5
. 15
kompesmentis.

P : benjolan dikepala.
Q : seperti ditekan-tekan.
Peningkatan tekanan
intrakranial.
Gangguan rasa
nyaman nyeri

26

R : dikepala atas kanan.
S : 5-6.
T : saat banyak bergerak.
S : klien mengatakan klien
susah melihat, badannya
terasa lemah.
O : bola mata tampak
kemerah-merahan, lemah.
Disfungsi otot skunder Resiko tinggi
cidera

S : klien mengatakan sudah
tak semangat lagi dan takut
meninggal.
O : klien tampak lesu dan
susah tuk tidur.
Kurang informasi
tentang prosedur
Cemas

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial.
2. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan disfungsi otot skunder.
3. Cemas berhububungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur.



27

D. RENCANA KEPERAWATAN
Hari
Tanggal
D.P Tujuan dan Krirteria
Hasil
Intervensi TTD
Kamis
28/1/11
09.00
1 Setelah dilakukan
tinndakan keperawatan
3 x 24 jam nyeri
berkurang dengan KH :
Klien dapat
mengenal nyeri.
Klien mampu
melakukan
managemen nyeri.
Klien mengatakan
nyeri berkurang.
Pantau skala nyeri.
Monitor tanda-tanda
vital.
Berikan posisi nyaman.
Observasi non verbal.
Anjurkan relaksasi.
Catat adanya pengaruh
nyeri.
Kolaborasi pemberian
obat analgetik,
predinison.

Kamis
28/1/11
10.00
2 Setelah dilakukan
tindakan keperawatan 3
X 24 jam tidak terjadi
cidera dengan KH :
Klien dapat
mengidentifikasi
bahaya
Klien tidak terjadi
Identifikasi bahaya
potensial pada
lingkungan klien.
Pantau tingkat
kesadaran.
Orientasiakan klien pada
tempat, waktu, orang,
dan kejadian.

28

cidera Anjurkan klien untuk
tidak beraktivitas.
Kamis
28/1/11
11.00
3 Setelah dilakukan
tindakan keperawatan 3
X 24 jam cemas
berkurang / hilang
dengan KH :
Klien mengerti
tentang penyakit dan
gejala.
Klien merasa
nyaman.
Keluarga mampu
melakukan
perawatan mandiri
Kaji status mental.
Beri penjelasan
hubungan antara proses
penyakit dan gejala.
Jawab setiap pernyataan
dengan penuh perhatian.
Libatkan keluarga dalam
perawatan.


E. IMPLEMENTASI
Hari
Tanggal
D.P Tindakan Respon TTD
Jumat
29/1/11
09.00
1 Mengkaji skala
nyeri dengan P, Q,
R, S, T.
S: klien mengatakan nyeri di
kepala
O: klien merasa nyeri pada

29










09.10






09.15



11.45









Mengukur tanda-
tanda vital : tensi,
suhu, nadi, nafas.




Memberikan posisi
yang nyaman
dengan cara tirah
baring.
Kolaborasi
pemberian obat
analgetik,
saat bergerak, yang
memperparah nyeri
pada saat beraktivitas,
klien tampak meringis,
klien tampak cemas,
nyeri terasa seperti
ditekan-tekan, tampak
kesakitan, skala nyeri 5-
6.
S: klien mengatakan
bersedia.
O:
Tensi: 120/80 mmHg.
Suhu: 36
8 o
C.
Nadi: 82 kali permenit.
Nafas: 20 kali permenit.
S: klien mengatakan mau
melakukan.
O: tampak mersa nyaman.

S: klien mengatakan mau.
O: masuk injeksi ketorolak.
30

predinison.
Jumat
29/1/11
10.00



10.15
2 memantau tingkat
kesadaran.
mengorientasiakan
klien pada tempat,
waktu, orang, dan
kejadian.
menganjurkan klien
untuk tidak
beraktivitas.
S: klien mengatakan mau.
O: GCS : E
4
, M
6
, V
5
= 15.
S: klien mengatakan
bersedia.
O: klien mendengarkan
dengan baik.
S: klien mengatakan mau
mengikuti anjuran.
O: klien tampak beristrahat
ditempat tidur.

Jumat
29/1/11
11.00


11.10



10.15
3 Memberikan
penjelasan
hubungan antara
proses penyakit dan
gejala.
Menjawab setiap
pernyataan dengan
penuh perhatian.

Melibatkan keluarga
dalam perawatan.
S: klien mengatakan
bersedia.
O: klien mau mendengarkan
dengan baik.

S: klien bertanya tentang
keadaanya sekarang.
O: klien merasa puas
dengan jawaban.
S: keluarga klien
mengatakan mau terlibat.
O: keluarga selalu

31

memotivasi klien untuk
istrahat.

F. EVALUASI
Hari
Tanggal
DP Evaluasi TTD
Sabtu
30/1/11
09.00














1 S : klien mengatakan klien masih merasakan nyeri tapi
sedikit sudah berkurang.
O : Tensi : 120/80 mmHg
Suhu : 36
8 o
C.
Nadi : 82 kali permenit.
Nafas : 20 kali permenit.
P : benjolan dikepala.
Q : seperti ditekan-tekan.
R : dikepala atas kanan.
S : 3-4.
T : saat banyak bergerak.
A : masalah teratasi sebagaian.
P : lanjutakan intervensi dengan merkomendaikan
kepada perawat ruangan :
Kaji karakteristik nyeri.
Dorong managemen motivasi klien untuk
melakukan posisi nyaman saat nyeri.

32

Kolaborasi pemberian obat
Sabtu
30/1/11
10.00
2 S : klien mengatakan klien hanya tidur-tiduran karena
takut terjadi apa-apa.
O : klien hanya tidur-tiduran ditempat tidur.
GCS : E
4
, M
6
, V
5
= 15.
A : masalah teratasi sebagaian.
P : lanjutakan intervensi dengan merekomendasikan
pada perawat ruangan :
Identifikasi bahaya potensial pada lingkungan
klien.
Memantau tingkat kesadaran klien.
Orientasikan klien pada tempat, waktu, orang,
dan kejadian.

Sabtu
30/1/11
11.00
3 S : klien mengatakan sedikit mulai mengerti tentang
penyakit yang diderita klien.
O : klien masih terlihat cemas.
A : masalah teratasi sebagaian.
P : lanjutkan intervensi dengan merkomendasikan pada
perawat ruangan :
Kaji status mental.
Jawab setiap pernyataan dengan penuh
perhataian.
Libatkan keluarga dalam perawatan.

33


BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan mulai dari pengkajian sampai
dengan evaluasi selama 3 hari penulis tidak mengalami kendala berarti, sehingga
penulis dapat menyeleasikan pengkajian dengan tepat waktu. Penulis mendapat
kesamaan antara teori dan kenyataan yang terjadi pada kasus SOL ( Space
Occupying Lession ) yang diderita oleh Ny. D pada bab ini penulis akan
membahas kesamaan tersebut.
Diagnosa yang muncul pada kasus antara lain :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial.
Nyeri adalah keadaan dimana individu mengalami dan melaporkan
adanya ketidaknyamanan berat atau sensasi tak nyaman, berakhir dari 1
detik sampai kurang dari 6 bulan, ( Linda Jual Carpenito, 2000 : 225 ).
Masalah ini muncul karena terjadi peningkatan tekanan intrakranial
karena peningakatan massa. Penyebab tumor masih sangat sedikit yang di
ketahui. Radiasi merupakan salah satu dari factor penyebab timbulnya
tumor otak. Karena terbentuknya oedema di sekitar tumor maka terjadi
peningkatan tekanan intrakranial.
34

Penulis memprioritaskan masalah nyeri sebagai prioritas pertama
karena dengan meningkatnya nyeri yang hebat dan tak tertangani maka
akan menyebabkan ansietas, yang ditandai peningkatan nadi dengan
keringat dingin sehingga dapat terjadi syok neurogenik.
Data yang menunjang klien mengatakan nyeri di area kepalanya,
skala nyeri 5-6, terdapat benjolan sebesar buah jeruk, warna sama dengan
sekitar. Akibat yang terjadi bila masalah tersebut tidak teratasi maka nyeri
akan lebih menyebar dan kondisi akan memburuk.
Rasional tindakan yang telah dilakukan antara lain :
a. Mengkaji skala nyeri dengan P, Q, R, S, T.
b. Mengukur tanda-tanda vital yang meliputi tensi, nadi, suhu, dan
pernafasan.
c. Memberikan posisi yang nyaman dengan cara tirah baring.
d. Kolaborasi pemberian obat analgetik, predinison.
Hasil evaluasi yang dicapai setelah dilakuakan tindakan
keperawatan adalah klien mengatakan klien masih merasakan nyeri tapi
sedikit berkurang sehingga masih belum teratasi, lanjutkan intervensi
dengan kaji skala nyeri, observasi tanda-tanda vital, berikan posisi nyaman,
dan kolaborasi dengan tim medis kemudian penulis mendelegasikan
keperawat ruangan karena terbatasnya waktu.
2. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan disfungsi otot skunder.
Resiko tinggi cidera adalah keadaan dimana ketika seseorang
individu beresiko mendapat bahaya karena defisit perseptual atau fisiologis,
35

kurangnya kesadaran tentang bahaya, atau lanjut usia, ( Linda Jual
Corpenito, 2000 : 247 )
Penulis prioritaskan diagnosa resiko tinggi cidera sebagai prioritas
kedua, karena penglihatan klien menurun dan klien mengalami kelemahan.
Diagnosa ini di angkat karena klien mengalami kelemahan, data
yang menunjang masalah keperawatan ini adalah klien mengatakan anggota
geraknya terasa lemah dan penglihatannya menurun, bola mata klien juga
terlihat kemerahan.
Akibat yang terjadi bila masalah tidak teratasi terhadap kelemahan
klien tersebut akan mengakibatkan cidera terhadap klien.
Rasional tindakan yang dilakukan antara lain :
a. Identifikasi bahaya potensial pada lingkungan klien.
b. Pantau tingkat kesadaran.
c. Orientasikan klien pada tempat, waktu, orang, dan kejadian.
d. Anjurkan klien untuk tidak beraktivitas.
Hasil evaluasi yang telah dicapai setelah dilakukan tindakan
keperawatan adalah klien hanya tidur-tiduran ditempat tidur, klien tampak
lemas sehingga masalah belum teratasi, lanjutkan intervensi dengan pantau
tingkat kesadaran klien, orientasikan klien pada tempat, waktu, orang, dan
kejadian, dan anjurkan klien untuk tidak beraktivitas.
3. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur.
Cemas adalah keadaan dimana individu mengalami perasaan
gelisah, ( Linda Jual carpento, 2000 : 130 ).
36

Penulis prioritaskan diagnosa cemas sebagai prioritas ke tiga,
karena kurangnya pengetahuan klien terhadap penatalaksanannya. Dimana
klien selalu memikirkan kematian.
Diagnosa ini diangkat karena adanya reaksi emosional individu
terhadap penilaian yang subyektif, yang disebabkan oleh karena kurangnya
informasi tentang tindakan yang telah dilakukan oleh individu tersebut. Data
yang menunjang masalah keperawatan ini adalah klien mengatakan takut
meninggal dan cemas.
Akibat yang terjadi bila masalah tidak teratasi reaksi emosional
individu terhadap penilaian yang hanya subyaktif akan mengakibatkan
gelisah, tidak tentram, dan takut.
Rasional tindakan yang telah dilakukan antara lain :
1. Kaji status mental.
2. Beri penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejala.
3. Jawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatian.
4. Libatkan keluarga dalam perawatan.
Hasil evaluasi yang telah dicapai setelah dilakukan tindakan
keperawatan adalah klien dan keluarga mengatakan tentang penyakit itu
(tumor otak), klien masih tampak cemas sehingga masalah teratasi
sebagian, lanjutkan intervensi dengan jawab pertanyaan dengan penuh
perhatian dan melibatkan keluarga dalam perawatan kemudian penulis
mendeligasikan keperawat ruangan karena terbatasnya waktu.
37

BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN

1. Tumor otak adalah lesi intrakranial yang menempati ruang dalam
tulang tengkorak. Tumor otak ( tumor intrakranial )meliputi lesi
benigna dan maligna. Tumor otak dapat terjadi pada beberapa
struktur area otak dan pada semua kelompk umur. Tumor otak
dinamakan sesuai dengan jaringan dimana tumor itu muncul.
2. Tanda dan gejala dari SOL itu sendiri yaitu gangguan kepribadian
ringan, kelemahan otot wajah, kelemahan ekstrimitas bawah,
kejang, gangguan penglihatan, dan nyeri kepala.
3. Komplikasi yang terjadi pada SOL adalah edema serebral, tekanan
intrakranial meningkat, herniasi otak, hidrosefalus, kejang dan
metastase ketempat lain.
4. Penatalaksanaannya yaitu terapi radiasi, kemoterapi, prosedur
pembedahan otak, laser karbondioksida, transplantasi tulang
sumsum dan implantasi radioisotop.
5. Pengalaman nyata yang penulis dapatkan dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada klien dengan SOL adalah adanya
kesamaan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus.
38

6. Dalam pemberian asuhan keperawatan kepada klien, penulis
menemui beberapa hambatan hambatan seperti dalam melakukan
implementasi dan intervensi pada klien ternyata sesuai dengan teori
yang ada, yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut di dalam
evaluasi yang telah di lakukan sehingga masalah dapat di atasi
melalui pendekatan proses keperawatan.

B. SARAN
1. Instansi atau Rumah sakit
Untuk meningkatkan rasa nyaman dan menghindari bakteri
nasokomial pada klien, sebaiknya pihak rumah sakit lebih
memperhatikan kebersihan dan mencuci tangan sebelum dan
setelah melakukan tindakan keperawatan.
2. Pelaksana pelayanan di Rumah sakit
a. Pelayanan yang di berikan lebih di tingkatkan lagi agar
pengguna jasa kesehatan merasa puas dan bisa mewujudkan
Indonesia Sehat.
b. Pelayanan kesehatan sebaiknya lebih terbuka dalam
memberikan informasi tentang keadaan pasien pada
keluarga.
3. Ilmu atau Profesi Keperawatan
39

a. Untuk mewujudkan Indonesia pandai maka sebagai senior
wajib mendidik para juniornya agar tidak melakukan
kesalahan dalam memberikan Asuhan keperawatan.
b. Tingkatkan pengetahuan ilmu keperawatan agar terbebas
dari penyakit yang mematikan.
4. Institusi Pendidikan
a. Bagi pembimbing akademik lebih sering dalam
memberikan bimbingan agar tidak di rendahkan oleh
profesi lain.
b. Bekali keterampilan mahasiswa yang banyak sebelum
terjun dalam proses keperawatan di Rumah Sakit.
5. Bagi keluarga
Di harapkan keluarga dapat memberikan dorongan kepada
pasien agar dapat cepat sembuh.

Anda mungkin juga menyukai