Anda di halaman 1dari 15

UNIVERSITAS MERCUBUANA 1

UNIVERSITAS MERCU BUANA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS




MAKALAH


Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai
Lulus Dalam Matakuliah Perpajakan
Universitas Mercu Buana
2013




Pajak Sarang Burung Walet Daerah Subang


Anggota : Dadan Ahdiat
Jurusan : Manajemen
UNIVERSITAS MERCU BUANA 2

KATA PENGANTAR


Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan kasih
karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang
berjudul Pajak Sarang Walet Daerah Subang. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen. Dalam
menyelesaikan penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak, mungkin penulisan makalah ini belum terselesaikan.
Maka dari itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang telah membantu di dalam penulisan ini baik itu berupa
bimbingan, petunjuk, saran serta dorongan yang sebesar-besarnya.
Dalam menyelesaikan penulisan ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan
yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati akan menerima
segala kritik dan saran serta bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bimbingan,
petunjuk yang diberikan penulis, hingga penulisan makalah ini mendekati
sempurna. Harapan penulis adalah agar penulisan makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua kalangan yang membutuhkannya.





Tangerang, 31 May 2014

Penulis,





UNIVERSITAS MERCU BUANA 3

DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 4
1.1. Latar Belakang............................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 8
2.1. Penetapan Pajak Sarang Walet................................................... 8
2.2. Masa Berlaku Pajak.....11
2.3. Perhitungan Pajak..
BAB III PENUTUP............................................................................................ 11
3.1. Kesimpulan ..11
3.2. Saran..














UNIVERSITAS MERCU BUANA 4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Peternakan sarang burung walet adalah industri yang istimewa dan sangat
penting untuk beberapa orang seluruh Indonesia terutama Hulu Sungai Utara.
Sarang burung walet terbuat dari air liur burung walet yang dianggap
mempunyai bermanfaat untuk kesehatan. Sarang tersebut biasanya digunakan
untuk membuat sop dan sebagian besar sarang yang menghasilkan di
Indonesia diekspor ke negara China terutama Hong kong.
Burung walet mula-mula membuat sarangnya di atap gua, sehingga
untuk mengambil sarang burung walet sangatlah sulit dan berbahaya. Burung
walet juga membuat sarang di dalam rumah-rumah yang kosong. Karena
budidaya burung walet di dalam rumah-rumah kosong adalah metode yang
sangat efektif untuk menghasilkan sarang tersebut, orang-orang mulai
membuat gedung khusus untuk budidaya sarang burung wallet.
Memiliki rumah / gedung walet ibarat punya harta karun yang tak akan pernah
habis. Namun pemilikan itu tak akan berhasil kalau pemilik tidak menetapkan 5
prinsip persyaratan ilmu perwaletan dalam pengelolaannya. Masing-masing
adalah biologi, ekologi, geografi, meteorology, dan ekonomi perwaletan. Kelima
itu harus sejalan, saling mendukung, dan salingmelengkapi pengelolaan.
Upaya mengelola walet gua dan walet rumah telah berlangsung sejak
puluhan tahun lalu di daerah jawa. Tujuannya agar populasi dan produksi sarang
walet terjaga lestari. Ini penting demi kelanjutan bisnis para pengusaha itu sendiri.
Bisnis sarang walet dengan pasaran langsung ke Cina telah berlangsung secara
tradisional dan turun temurun tempo dulu.
Ada tiga jenis burung walet yang umu dikenal antara lain:
1. Collocalia fuciphaga,
2. Collocalias maxima dan
3. Collocalia esculenta
UNIVERSITAS MERCU BUANA 5

Ada satu jenis burung walet lagi yaitu Collocalia germani, tetapi
menurut pendapat Chantler dan Driessens (1995), Collocalia germani
termasuk dalam spesies Collacalia fuciphaga sehingga bukan merupakan spesies
tersendiri. Collocalia germani tidak ditemukan di Indonesia, namun burung
tersebut ditemukan di negara lain di Asia seperti Vietnam.
Collocalia fuciphaga adalah jenis burung yang banyak dicari karena
burung tersebut bersarang putih. Collocalia fuciphaga ditemukan di Cina
selatan dan Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Di Sumatra dan Kalimantan burung tersebut bisa hidup sampai
ketinggian 2800 meter di atas permukan laut, tetapi di Jawa dan Bali burung ini
biasanya hidup dekat pantai di dalam gua yang gelap dan dalam. Burung tersebut
kira-kira berukuran 12 sentimeter, dadanya berwarna hitam kecoklatan dan
warna punggung lebih kelabu. Ekor burung ini bercabang, paruhnya berwana
hitam dan kakinya juga berwarna hitam.
Collocalia fuciphaga dan Collocalia maxima tidak dapat dibedakan dari
Collocalia esculenta kecuali dari sarangnya Collocalia maxima membuat sarang
dengan air liur seperti fuciphaga tetapi sarangnya bercampur dengan bulu
burung sehingga harga sarangnya lebih rendah.
Namun demikian, karena keduanya membuat sarang dengan air liur dan
sarangnya hanya sedikit berbeda, orang Indonesia menyebut Collocalia
fuciphaga dan Collocalia maxima dengan nama burung walet.
Harga sarang burung walet antara tujuh juta sampai empat belas juta
rupiah per kilogram tergantung kualitasnya. Ada empat kelas sarang burung
walet yang dihasilkan di Indonesia.
1. Kelas keempat adalah sarang yang paling kotor sehingga
harganya paling murah. Sarangnya sangat kotor karena telur walet
sudah ditetaskan atau terbuat dari air kotor Harga sarang kelas
empat kira-kira tujuh sampai delapan juta rupiah per kilogram.
2. Kelas ketiga agak kotor tetapi terbuat dari air liur dan bulu burung.
Sarang kelas tiga berharga kira-kira delapan sampai sembilan juta
rupiah per kilogram.
UNIVERSITAS MERCU BUANA 6

3. Sarang walet kelas dua tidak terbuat dari bulu burung tetapi
sarangnya masih sedikit kotor. Kotornya bisa dikarenakan burung
tersebut bertelur tetapi telurnya kemudian diambil setelah menetas.
Harga sarang kelas dua kira-kira sepuluh sampai dua belas juta
rupiah per kilogram.
4. Kelas yang tertinggi adalah sarang yang paling bersih, warnanya
sangat putih dan tidak ada bulu burung. Sarang seperti ini
adalah sarang yang paling banyak diminta dari pemilik gedung
walet karena harga sarang ini paling tinggi, kira-kira dua belas
sampai empat belas juta rupiah per kilogram.
Disamping kelas-kelas sarang berwarna putih ada juga sarang burung
walet yang berwarna merah. Sarang merah asli adalah sarang yang jarang
didapat karena sarangnya terbuat dengan campuran air liur dan darah, tetapi
sarang ini sangat jarang sehingga harganya merupakan yang tertinggi, kira-
kira empat belas juta rupiah atau lebih per kilogram. Sarang burung walet
juga bisa dibuat agar berwarna merah tetapi warnanya sedikit berbeda dengan
sarang merah asli.
Untuk membuat sarang berwarna merah didalam gedung walet harus
mempunyai banyak air dan diberi campuran amoniak kedalam airnya.
Amoniak membantu sarang menjadi warna merah tetapi harga sarang ini tidak
setinggi sarang merah asli. Harga sarang yang dibuat merah masih tergantung
dengan kualitas sarang tetapi sedikit lebih mahal dari pada sarang putih biasa.
Ada beberapa faktor yang sangat penting untuk budidaya sarang
burung walet, yaitu: lokasi, iklim, kondisi lingkungan, bentuk bangunan,
faktor makanan serta teknik memancing walet. Semua faktor ini sangat
penting untuk keberhasilan peternakan burung walet. Di samping itu, gedung
burung walet harus seperti gua liar karena itulah habitat asli burung walet.




UNIVERSITAS MERCU BUANA 7

BAB II
PEMBAHASAN


2.1 PENETAPAN PAJAK SARANG BURUNG WALET
Sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, maka terjadi perubahan paradigma pemerintahan dalam
sistem penyelenggaraan pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi. Sebagai
konsekuensi logis dari perubahan tersebut maka pemerintah daerah diberi
kewenangan yang luas untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Penyelenggaraan Otonomi Daerah dilaksanakan dengan memberikan
kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab kepada daerah secara
proporsional. Hal ini diwujudkan dalam peraturan, pembagian, dan pemanfaatan
sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan
daerah, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Disamping itu penyelenggaraan Otonomi Daerah juga dilaksanakan
dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan
keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Oleh karena
itu setiap pemerintah daerah beserta masyarakatnya berhak untuk mengelola
potensi daerahnya masing-masing guna terlaksananya pemerintahan yang baik,
serta adanya perubahan yang lebih maju dari sebelumnya, dan bagi pemerintahan
itu sendiri guna meningkatkan pelayanan di daerahnya.
Di dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, dan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Otonomi Daerah diletakkan
secara utuh pada Daerah Kabupaten / Kota. Daerah Kabupaten / Kota tersebut
dalam kedudukannya sebagai Daerah Otonom mempunyai kewenangan dan
UNIVERSITAS MERCU BUANA 8

keleluasaan untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan
aspirasi masyarakat.
Dengan diberlakukannya Otonomi Daerah diharapkan adanya perubahan
secara bertahap bagi daerah, yaitu menuju pada kemandirian daerah. Penyerahan
atau pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah
baik Propinsi, maupun Kabupaten / Kota telah memberikan keleluasaan bagi
Pemerintah Daerah untuk mengelola potensi daerah dan melaksanakan
pembangunan daerahnya.
Untuk pelaksanaan pembangunan daerah diperlukan sumber pembiayaan,
baik dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan maupun pinjaman
daerah. Untuk menjamin sumber pembiayaan tersebut, pemerintah daerah harus
mampu memainkan peranannya agar dapat mengoptimalkan penerimaan-
penerimaan tersebut khususnya dari penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
yang berasal dari pajak dan retribusi daerah. Potensi pajak dan retribusi daerah ini
bila dikelola dengan benar dapat mengoptimalkan penerimaan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) sebagai salah satu sumber Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD).
Dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, dijelaskan bahwa jenis-jenis pajak dibedakan dalam dua
tingkatan, yaitu pajak untuk Propinsi dan pajak untuk Kabupaten / Kota. Pajak
Propinsi mencakup empat jenis pajak yang terdiri dari pajak Kendaraan Bermotor
dan Kendaraan di Atas Air, pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan
Kendaraan di Atas Air, pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, dan pajak
Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. Sedangkan
pajak Kabupaten / Kota terdiri dari pajak: Hotel, Restoran, Hiburan, Reklame,
Penerangan Jalan, Pengambilan Bahan Galian Golongan C, dan Parkir.
Berdasarkan ketentuan pasal 2 ayat (4) Undang-Undang Nomor 34 Tahun
2000 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, Pemerintah Kabupaten / Kota dapat menetapkan
jenis pajak selain yang ditetapkan dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-undang tersebut.
Atas dasar hukum tersebut Pemerintah Daerah Kabupaten Subang menetapkan
UNIVERSITAS MERCU BUANA 9

pajak pengambilan sarang burung walet, mengingat potensi sarang burung walet
di wilayah Kabupaten Subang cukup memadai dan telah banyak diusahakan oleh
masyarakat pemilik modal besar.
Dengan demikian pajak pengambilan sarang burung walet merupakan
salah satu jenis pajak untuk Kabupaten / Kota. Pemungutan dan perhitungan pajak
pengambilan sarang burung walet diatur dalam Peraturan Daerah pada masing-
masing daerah. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk dapat mengoptimalkan
pendapatan daerah khususnya dari pajak pengambilan sarang burung walet dengan
cara mensosialisasikan kepada masyarakat tentang ketentuan-ketentuan pajak
pengambilan sarang burung walet agar setiap wajib pajak mengerti, memahami
dan tentunya melaksanakan ketentuan tersebut.
Apabila hal tersebut berjalan dengan baik dan benar, maka akan
meningkatkan pendapatan daerah terutama pajak pengambilan sarang burung
walet. Selain itu setiap daerah harus dapat menganalisis seberapa besar potensi
daerah yang dapat digali dan dikembangkan, dan selanjutnya dapat dilihat berapa
target yang dapat dicapai dari potensi tersebut, sehingga pada akhirnya seluruh
potensi daerah yang ada dapat memberikan hasil yang optimal terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Di Kabupaten Subang pajak pengambilan sarang burung walet diatur
dalam Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 3 Tahun 2002 yang berisikan
ketentuan-ketentuan yang berlaku yang akan dijadikan acuan dalam pelaksanaan
pemungutan pajak pengambilan sarang burung walet tersebut. Adapun prosentase
realisasi pemasukan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Subang dari pajak
pengambilan sarang burung walet dalam setiap tahun anggarannya yaitu sebagai
berikut:






UNIVERSITAS MERCU BUANA 10

Tabel 1.1
Prosentase Realisasi Pajak Pengembilan Sarang Burung Walet terhadap PADS
Kabupaten Subang
No Tahun Target Realisasi Prosentase
1 2002 Rp 200.000.000.00 Rp 201.326.500.00 100,66%
2 2003 Rp 300.000.000.00 Rp 231.777.500.00 77,26%
3 2004 Rp 300.000.000.00 Rp 236.359.000.00 78,79%
(Lembaran Daerah Kabupaten Subang, 2004).

Dari realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Subang di atas, dapat
diketahui setiap tahun anggarannya mengalami perubahan, yaitu tahun 2002
mencapai 100,66%; akan tetapi pada tahun 2003 mengalami penurunan yaitu
hanya mencapai 77,26%; dan pada tahun 2004 mengalami kenaikan yaitu
mencapai 78,79%.
Pemerintah Daerah Kabupaten Subang pada tahun 2003 meningkatkan
target pencapaian pajak pengambilan sarang burung walet terhadap PADS, hal ini
dilakukan untuk meningkatkan PADS, dan dipergunakan untuk pembangunan.
Akan tetapi dalam realisasinya target tidak tercapai, maka pemerintah harus lebih
mengoptimalkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Subang dari pajak
pengambilan sarang burung walet.
Dalam hal ini diperlukan peranan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
Subang. Selain itu, terdapat permasalahan yang dapat ditemui, antara lain:
1. Keterlambatan dalam pembayaran pajak oleh para Wajib Pajak.
2. Masyarakat tidak mau membayar pajak.
3. Terhadap pemungutan pajak sarang burung walet, belum optimal
dalam pemungutannya karena tidak dapat diketahui potensi yang
sebenarnya, sehingga terdapat kesulitan dalam penetapan pajak
terutang.
UNIVERSITAS MERCU BUANA 11


Upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Subang
dalam menghadapi faktor-faktor yang menghambat peranannya, meliputi:
1. Mengembangkan kerjasama dengan asosiasi pengusaha sarang
burung walet.
2. Melaksanakan survey dan pendataan potensi pajak sarang burung
walet secara terus menerus dengan melibatkan perangkat
kecamatan.























UNIVERSITAS MERCU BUANA 12

BAB III
PENUTUP


3.1 MASA BERLAKU PAJAK
Masa pajak adalah jangka waktu yang ditetapkan 1 (satu) kali panen. Pajak
terutang dalam masa pajak terjadi pada saat panen.
3.2 PERHITUNGAN JUMLAH PAJAK
Dasar pengenaan tarif berdasarkan hasil produksi/ panen dengan harga jual
per-kg di pasaran yang berlangsung pada saat panen.
Tarif pajak adalah sebagai berikut :
Dari Habitat Alami sebesar 10%
Dari Luar Habitat Alami sebesar
30%

Tata Cara penghitungan berdasarkan hasil produksi/panen dengan harga jual
per-kg di pasaran yang berlangsung pada saat panen dikalikan dengan tarif.
Sistem pemungutan atas pajak sarang burung walet adalah self assessment
system sehingga pengusaha sarang burung walet melaporkan sendiri pajak yang
terutang dalam masa terjadi pada saat pengambilan sarang burung walet. Dimana
rumus untuk menghitung pajak yang terutang atas sarang burung walet adalah:
Pajak sarang burung walet = Tarif x Dasar pengenaan pajak
= 30% x nilai jual sarang burung wallet


UNIVERSITAS MERCU BUANA 13

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
beberapa poin penting dari hasil penelitian tersebut.
1. Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Subang merupakan salah satu dinas yang
peranannya sangat penting dalam kemajuan suatu daerah kabupaten, yaitu
mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kewenangan daerah di
bidang pendapatan sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku
dan berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Bupati. Dalam penelitian
ini yaitu peranannya dalam melaksanakan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun
2002 tentang Pajak Pengambilan Sarang Burung Walet, diantaranya:
a. Merumuskan kebijakan operasional perpajakan; Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Subang merumuskan kebijakan operasional perpajakan, yaitu
Keputusan Bupati Nomor 12 Tahun 2002 tentang penetapan harga
standar/nilai pasar sarang burung walet di wilayah Kabupaten Subang
setiap kilogram adalah Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).
b. Melaksanakan pendataan potensi pajak; pendataan potensi pajak dilakukan
sebagai langkah awal dalam rangka meningkatkan sistem dan prosedur
administrasi dan pendapatan daerah dari sektor pajak, pendataannya
dilakukan dengan dua sistem, yaitu Official Assesment System dan Self
Assessment System.
c. Mengeluarkan SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah); SKPD merupakan
surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang,
proses penetapan harga, menghitung besarnya pajak yang akan dikenakan
berdasarkan data yang ada di dalam kartu data dan tariff yang berlaku.
d. Melaksanakan pemungutan pajak; Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
Subang dalam melaksanakan pemungutan pajak ini menggunakan sistem
penyetoran, yaitu pembayaran atas pajak yang teruitang oleh wajib pajak
ke Kas Daerah (Self Assesment System), penyetoran pajak dilakukan
UNIVERSITAS MERCU BUANA 14

melalui BKP Dinas Pendapatan Daerah atau Kas Daerah (BPD atau Bank
Persepsi). Apabila wajib pajak telat membayar pajak, maka Dinas
Pendapatan Daerah melakukan penagihan.
e. Berkoordinasi dengan PDL (Petugas Dinas Lapangan); dalam
melaksanakan penagihan pajak, Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
Subang berkoordinasi dengan PDL, hal ini dilakukan untuk mempermudah
kegiatan penagihan pajak.
f. Melaksanakan perhitungan pajak; Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
Subang dalam melaksanakan perhitungan pajak pengambilan sarang
burung walet menggunakan sistem Stelsel Nyata dan Stelsel Anggapan,
perhitungan pajak ini dihitung dengan perkalian banyaknya pengambilan
X (kali) harga standar/nilai pasar X (kali) tarif pajak, yaitu 30% untuk
BUMN/BUMD dan 15% untuk swasta.
2. Dalam melaksanakan pendataan potensi pajak sarang burung walet, Dinas
Pendapatan Daerah Kabupaten Subang menemukan hambatan, yaitu tidak
dapat mendata potensi pajak yang sebenarnya yang ada di setiap gedung
sarang burung walet yang dimiliki oleh para wajib pajak. Hambatan lain
adalah para wajib pajak terlambat menyetorkan pajaknya ke Kas Daerah atau
bahkan menunggak.
3. Upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Subang
dalam menghadapi hambatan pelaksanaan pendataan potensi pajak adalah
dengan cara mengembangkan kerja sama dengan organisasi yang ada di
wilayah Kabupaten Subang yaitu dengan cara menanyakan langsung potensi
pajak yang sebenarnya, karena organisasi ini memiliki data yang lengkap para
anggotanya yaitu para wajib pajak. Upaya yang dilakukan dalam menghadapi
hambatan pelaksanaan pemungutan pajak adalah dengan cara melakukan
penagihan dengan mengeluarkan surat teguran dan atau surat paksa, dan bagi
wajib pajak yang belum membayar juga pajaknya dikenakan sanksi
administrasi berupa denda sampai ke penyitaan.


UNIVERSITAS MERCU BUANA 15

4.2 Saran
Peranan Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Subang telah berjalan
dengan baik, namun ada beberapa hambatan yang masih harus diperbaiki dan
ditanggulangi secara serius, agar tidak terjadi atau merugikan masyarakat, daerah,
maupun negara. Penanggulanagn masalah tersebut harus lebih diupayakan agar
tidak mengganggu peranannya sebagai pelaksanan dibidang pendapatan daerah,
yaitu mengoptimalkan pendapatan pajak pengambilan sarang burung walet.
Ada beberapa saran yang dapat membantu walau tidak secara menyeluruh dapat
menyelesaikan masalah-masalah tersebut, namun dapat dijadikan sebagai langkah
awal sebagai wujud penyelesaian, diantaranya:
1. Mensosialisasikan atau memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang
pajak daerah agar tidak terjadi keterlambatan lagi dalam pembayaran pajak,
dan agar wajib pajak mau membayar pajak.
2. Menegakkan sanksi secara tegas kepada wajib pajak yang tidak membayar
pajak, karena akan merugikan kas daerah.
3. Mengoptimalkan potensi pajak dengan cara bekerja sama dengan pengusaha
sarang burung walet, agar penerimaan pajak sarang burung walet dapat
meningkat.
Semoga saran-saran yang diberikan di atas dapat bermanfaat dalam
menyelesaikan segala hambatan-hambatan dan masalah-masalah yang merugikan
sehingga kinerja para pegawai Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Subang dapat
maksimal dan memberikan kontribusinya kepada daerah maupun negara dengan
baik.

Anda mungkin juga menyukai