Itu kata Purwo Suryanto, Herbalis sekaligus pemilik Rumah Obat Alami, Tangerang menanggapi keluhan tentang herba yang terbuat dari cabe jawa (Piper retrofractum). Menurutnya, meskipun berkhasiat sebagai peningkat kemampuan seksual (afrodisiak), tetapi herba ini tidak dapat memberikan hasil yang instan karena harus dikonsumsi secara rutin. Hasilnya, masih menurut Purwo, akan berpulang pada kondisi masing-masing pengguna. Namun pada umumnya pengguna yang tidak terbiasa memanfaatkan obat-obatan kimia akan lebih cepat menikmati khasiatnya. Selain sebagai afrodisiak, cabe jawa banyak digunakan untuk meningkatkan stamina. Khasiat lain adalah mengatasi bengkak (antiinflamasi), penghilang nyeri (analgesik), mengatasi kejang perut, kembung, mulas, desentri, diare, batuk, dan demam.
Seduhan Lebih Berkhasiat Purwo mengaku pernah membuat jamu cabe puyang untuk meningkatkan stamina sekaligus afrodisiak berbentuk teh celup (tea bag) tapi tidak berhasil di pasaran. Ramuan yang terdiri dari cabe jawa, lempuyang, tapak liman, dan jahe merah ini dianggap kurang berkhasiat.
Penjualan jamu cabe puyang gagal karena imej masyarakat untuk afrodisiak adalah siang diminum malamnya sudah langsung terasa khasiatnya, katanya. Karena itulah ramuan cabe puyang hanya ia produksi jika ada pemesanan, selain 19 produk lainnya.
Sebagai herba, khasiat cabe jawa memang tidak dapat dirasakan secara instan. Untuk memulihkan stamina, setidaknya konsumen membutuhkan waktu 37 hari dengan dosis satu kali sehari. Sedangkan untuk penyembuhan atau afrodisiak, dosisnya dua kali sehari seduhan tea bag.. Rasa jamu seduh ini pastilah sangat pahit. Saya bertahan membuat jamu dalam kantong untuk mempertahankan khasiat, katanya beralasan.
Walaupun begitu, kini ia juga memproduksi dalam bentuk ekstrak. Risikonya, reaksi herba ekstrak jauh lebih lambat dibanding herba dalam tea bag. Yah, daripada tidak mau berobat sama sekali, kata Purwo lagi.
Soal lamanya penyembuhan, pria berusia 51 tahun ini mengungkap, konsumen di kota-kota kecil relatif lebih cepat sembuh dibandingkan yang berasal dari kota besar. Menurut saya, mereka umumnya belum terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan kimia dosis tinggi sehingga pemulihannya relatif lebih cepat, katanya lagi.
Madura Paling OK Daun, buah, dan akar adalah bagian tanaman yang dimanfaatkan sebagai herba karena mengandung senyawa berupa piperine chavicine, palmitic acids, minyak asiri, sesamin dan tetrahydropiperic acids.
Tanaman asli Indonesia ini tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m di atas permukaan laut (dpl). Walaupun demikian, Kondisi lingkungan budidaya ikut mempengaruhi tumbuh kembang tanaman ini karena setiap sentra penanaman memiliki spesifikasi yang berbeda, ujar Awal Kusuma Dewi, Ssi. Apt, Ketua Laboratorium Badan Penelitian Tanaman Obat (BPTO), Jateng.
Di Tawangmangu, Jateng misalnya, cabe jawa tidak dapat berbuah dengan sempurna dan cenderung menghasilkan daun ketimbang buah. Sedangkan di Wonogiri-Jateng tanaman asli Indonesia ini menghasilkan daun dan buah yang kecil-kecil.
Sebaliknya, di Madura-Jatim, cabe yang tidak pedas ini membentuk buah dengan ukuran yang lebih besar. Biar pun berbeda spesifikasinya, kandungan senyawa yang terdapat pada masing-masing cabe jawa memiliki kualitas yang sama, sambung Awal. Ia menilai, Madura adalah tempat ideal bagi pertumbuhan cabe jawa karena kondisi lingkungan, baik suhu maupun tanah di sana, dirasa paling cocok.