Anda di halaman 1dari 3

03 October 2006

Cabe Jawa Afrodisiak Alami


Itu kata Purwo Suryanto,
Herbalis sekaligus pemilik Rumah
Obat Alami, Tangerang
menanggapi keluhan tentang
herba yang terbuat dari cabe
jawa (Piper retrofractum).
Menurutnya, meskipun berkhasiat sebagai peningkat
kemampuan seksual (afrodisiak), tetapi herba ini
tidak dapat memberikan hasil yang instan karena
harus dikonsumsi secara rutin.
Hasilnya, masih menurut Purwo, akan berpulang
pada kondisi masing-masing pengguna. Namun
pada umumnya pengguna yang tidak terbiasa
memanfaatkan obat-obatan kimia akan lebih cepat
menikmati khasiatnya. Selain sebagai afrodisiak,
cabe jawa banyak digunakan untuk meningkatkan
stamina. Khasiat lain adalah mengatasi bengkak
(antiinflamasi), penghilang nyeri (analgesik),
mengatasi kejang perut, kembung, mulas, desentri,
diare, batuk, dan demam.

Seduhan Lebih Berkhasiat
Purwo mengaku pernah membuat jamu cabe
puyang untuk meningkatkan stamina sekaligus
afrodisiak berbentuk teh celup (tea bag) tapi tidak
berhasil di pasaran. Ramuan yang terdiri dari cabe
jawa, lempuyang, tapak liman, dan jahe merah ini
dianggap kurang berkhasiat.

Penjualan jamu cabe puyang gagal karena imej
masyarakat untuk afrodisiak adalah siang diminum
malamnya sudah langsung terasa khasiatnya,
katanya. Karena itulah ramuan cabe puyang hanya
ia produksi jika ada pemesanan, selain 19 produk
lainnya.


Sebagai herba, khasiat cabe jawa memang tidak
dapat dirasakan secara instan. Untuk memulihkan
stamina, setidaknya konsumen membutuhkan
waktu 37 hari dengan dosis satu kali sehari.
Sedangkan untuk penyembuhan atau afrodisiak,
dosisnya dua kali sehari seduhan tea bag.. Rasa
jamu seduh ini pastilah sangat pahit. Saya
bertahan membuat jamu dalam kantong untuk
mempertahankan khasiat, katanya beralasan.


Walaupun begitu, kini ia juga memproduksi dalam
bentuk ekstrak. Risikonya, reaksi herba ekstrak
jauh lebih lambat dibanding herba dalam tea bag.
Yah, daripada tidak mau berobat sama sekali,
kata Purwo lagi.


Soal lamanya penyembuhan, pria berusia 51 tahun
ini mengungkap, konsumen di kota-kota kecil relatif
lebih cepat sembuh dibandingkan yang berasal dari
kota besar. Menurut saya, mereka umumnya belum
terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan kimia
dosis tinggi sehingga pemulihannya relatif lebih
cepat, katanya lagi.

Madura Paling OK
Daun, buah, dan akar adalah bagian tanaman yang
dimanfaatkan sebagai herba karena mengandung
senyawa berupa piperine chavicine, palmitic acids,
minyak asiri, sesamin dan tetrahydropiperic acids.

Tanaman asli Indonesia ini tumbuh baik sampai
ketinggian 1.000 m di atas permukaan laut (dpl).
Walaupun demikian, Kondisi lingkungan budidaya
ikut mempengaruhi tumbuh kembang tanaman ini
karena setiap sentra penanaman memiliki
spesifikasi yang berbeda, ujar Awal Kusuma Dewi,
Ssi. Apt, Ketua Laboratorium Badan Penelitian
Tanaman Obat (BPTO), Jateng.


Di Tawangmangu, Jateng misalnya, cabe jawa tidak
dapat berbuah dengan sempurna dan cenderung
menghasilkan daun ketimbang buah. Sedangkan di
Wonogiri-Jateng tanaman asli Indonesia ini
menghasilkan daun dan buah yang kecil-kecil.

Sebaliknya, di Madura-Jatim, cabe yang tidak pedas
ini membentuk buah dengan ukuran yang lebih
besar. Biar pun berbeda spesifikasinya, kandungan
senyawa yang terdapat pada masing-masing cabe
jawa memiliki kualitas yang sama, sambung Awal.
Ia menilai, Madura adalah tempat ideal bagi
pertumbuhan cabe jawa karena kondisi lingkungan,
baik suhu maupun tanah di sana, dirasa paling
cocok.


Enny Purbani T., Ike Dian Puspita

Anda mungkin juga menyukai