ANALISIS EFISIENSI JUMLAH CHANNEL SERVER PARKIR MOBIL MALL MARGOCITY DEPOK DENGAN SOFTWARE WINQSB QUEU SYSTEM ANALYSIS
Diajukan sebagai syarat dalam menempuh ujian kesarjanaan jenjang pendidikan Strata Satu (S1)
Disusun oleh : SATRIA ARY PRADANA 201371015E057
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INDUSTRI UNIVERSITAS JAYABAYA J A K A R T A 2014 ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi
ANALISIS EFISIENSI JUMLAH CHANNEL SERVER PARKIR MOBIL MALL MARGOCITY DEPOK DENGAN SOFTWARE WINQSB QUEU SYSTEM ANALYSIS
yang dipersiapkan dan disusun oleh : SATRIA ARY PRADANA 201371015E057
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal .............. telah dinyatakan lulus dan memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji
Pembimbing : Anggota Tim Penguji :
(Ir.Rudy, MT) (Ir. Eri S. Romadhon, MT)
Anggota Tim Penguji :
(Ir. Ari Sudaryanto)
Jakarta, .................2014 Universitas Jayabaya Fakultas Teknologi dan Industri Dekan,
(Ir. Eri S. Romadhon, MT.) iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi
PERENCANAAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR DOMESTIK PADA PROYEK PERUMAHAN SUMMARECON SERPONG
yang dipersiapkan dan disusun oleh : SATRIA ARY PRADANA 201371015E057
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal .............. telah dinyatakan lulus dan memenuhi syarat
Jakarta, .................2014 Universitas Jayabaya
Menyetuji Fakultas Teknologi dan Industri Ketua Jurusan Teknik Mesin
(Ir. H. Indartono Rivai, MM.)
Mengetahui Fakultas Teknologi dan Industri Dekan,
(Ir. Eri S. Romadhon, MT.)
iv
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Perguruan tinggi manapun. Sepanjang sepengetahuan saya, juga tidak terdapat karya, atau pendapat yang pernah ditulis, atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini, dan telah disebutkan dalam daftar pustaka. Jika dikemudian hari diketahui saya telah melakukan plagiat, maka saya secara suka rela akan melepaskan gelar kesarjanaan saya dan menerima sanksi hukum yang berlaku.
Jakarta,.................2014
SATRIA ARY PRADANA 201371015E057
Materai Rp. 6000
v
DAFTAR ISI
Lembar judul............................................................................................... i Lembar pengesahan..................................................................................... ii Surat pernyataan.......................................................................................... iii Kata pengantar............................................................................................. iv Daftar isi...................................................................................................... vii Daftar gambar.............................................................................................. ix Daftar tabel.................................................................................................. x ABSTRAK.................................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang .. 1 1.2. Tujuan 3 1.3. Batasan Masalah 3 1.4. Metodologi Penulisan 4 1.5. Sistematika Pembahasan .. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 2.1. Pengertian Umum.. 6 2.2. Dasar Teknik Pengelolaan Air Limbah. 7 2.2.1. Pengertian air limbah domestik 7 2.2.2. Sumber air limbah domestik. 7 2.2.3. Karakteristik dan dampak air limbah 8 2.2.4. Komposisi air limbah domestik 10 2.3. Sistem Pengelolahan Air Limbah. 11 2.4. Kriteria Teknik Pengelolaan Air Limbah. 13 vi
BAB III LANDASAN TEORI. 17 3.1. Perencanaan Pengelolaan Limbah Cair Domestik. 17 3.2. Perencanaan Plat Beton.. 18 3.3. Analisa Daya Dukung Tanah.. 21
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.. 43 5.1. Kesimpulan 43 5.2. Saran.. 44
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN : - Gambar Brosur Pengelolaan Limbah ex.Biocomp. vii
- Hasil Soil Test
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Diagram komposisi air limbah. 10 Gambar 2.2 Diagram pengolahan individual... 11 Gambar 2.3 Diagram pengolahan individual pada lingkungan terbatas 12 Gambar 2.4 Diagram pengolahan komunal.. 12 Gambar 3.1 Grafik debit puncak air limbah menurut Hindarko 18 Gambar 4.1 Proses pengelolaan limbah cair domestik...... 24 Gambar 4.2 Grase Trap...... 25 Gambar 4.3 Septictank...... 25 Gambar 4.4 Bak kontrol.... 26 Gambar 4.5 Rencana jaringan pengelolaan limbah cair domestik.... 27 Gambar 4.6 Detail pemasangan perencanaan instalasi jaringan pengelolaan limbah cair domesti........................................................ 28 Gambar 4.7 Desain pengelolaan limbah cair domestik. 30 Gambar 4.8 Pengelolaan limbah cair domestic ex.Biocomp. 30 Gambar 4.9 Rencana perhitungan plat lantai .... 32 Gambar 4.10 Detail penulangan plat lantai ......... 35 Gambar 4.11 Perencanaan bak penampung. 36 Gambar 4.12 Rencana perhitungan plat lantai bak penampung....... 36 Gambar 4.13 Detail penulangan lantai bak penampung........... 40
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Prakiraan tingkat aliran limbah cair.. 17 Tabel 3.2 Tebal minimum plat... 20 Tabel 3.3 Momen di dalam plat persegi yang menumpu pada keempat tepinya akibat beban merata 20 Tabel 3.4 Koefisien daya dukung dari Terzaghi.... 23 Tabel 4.1 Kemiringan minimum yang dianjurkan untuk setiap ukuran diameter saluran..... 27
ix
ABSTRAK
Pemanfaatan lahan kosong untuk parkir dari setiap daerah di Indonesia tentunya tidak lepas dari peran pemerintah, masyarakat dan juga para penggerak ekonomi. Indonesia merupakan negara berkembang yang masih perlu banyak mengoptimalkan potensi daerah baik yang sudah tercetus maupun yang belum sama sekali tersentuh. Lahan kosong pada pusat perbelanjaan, pasar tradisional, dan semua titik yang mampu mengundang keramaian untuk parkir kendaraan yang akan sangat menghambat pergerakan ekonomi dan juga tingkat kesehatan bagi masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu peran dari pembangun dan pemerintah diharapkan mampu mengayomi segala perkembangan yang terjadi di daerah pusat keramaian tersebut. Pengendalian parkir adalah kebijakan pengelola kebutuhan lalu lintas yang sering kali diterapkan oleh pemerintah lokal, namun demikian sudah ada literatur akademis yang mendokumentasikan pengalaman menjalankan kebijakan ini walaupun dengan sangat minim, melainkan lebih banyak yang membahas topik yang lebih basah secara politik yaitu retribusi kemacetan (congestion charging). Parkir pada Mall Margocity Depok mampu menampung 700 900 motor dan 930 1250 mobil. Pada tahun 2009 weekdays avarage traffic per bulan mencapai 224.050 pengunjung, 40.326 mobil, 39.111 motor. Sedangkan weekends avarage traffic per bulan mencapai 231.270 pengunjung, 22.694 mobil, dan 20.568 motor. Tingginya tingkat kebutuhan akan lahan parkir tentunya akan terus meningkat seiring dengan perkembangan ekonomi masyarakat Depok dan sekitarnya. Perhitungan kapasitas lahan parkir tentunya juga dilakukan oleh pemerintah daerah dan juga penyedia jasa parkir. Dengan menggunakan metode analisis antrian dengan pendekatan menggunakan software WINQSB Queu Sytem Analysis diharapakan mampu mengoptimalkan kinerja server parkir (jasa parkir) dengan kapasitas maksimum lahan parkir.
Kata kunci: Pengoptimalan lahan parkir, software WINQSB Queu System Analysis x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Manajemen Perparkiran Sebagai Bagian Dari Desain Tata Letak Kota Ketersediaan dan biaya untuk ruang parkir adalah pertimbangan yang sangat penting bagi seseorang untuk memutuskan apakah akan berkendara mobil untuk menuju suatu lokasi, dan juga dalam memutuskan untuk memiliki mobil. Boleh jadi, tingkat kepemilikan mobil yang relatif rendah di banyak pusat kota kota negara maju seperti Munich (Jerman) dan London (Inggris) yang peduduknya diatas tingkat kesejahteraan disebabkan oleh minimnya ruang parkir di ruang milik jalan (sehingga tidak ada ruang untuk parkir mobil), dan juga layanan angkutan umum yang relatif baik. Pemerintah lokal berwenang atas pengendalaian pemanfaatan ruang badan jalan (selain pada jalan nasional) di wilayah mereka, sehingga dapat menetukan jumlah ruang yang disediakan dan harga dari parkir ruang milik jalan (on-street). Dalam beberapa kasus, hal ini juga meliputi ruang parkir luar milik jalan (off-street). Sejauh mana pemerintah lokal berperan sebagai penyedia ruang parkir bervariasi antar daerah. Di banyak negara berkembang, mungkin saja ruang parkir luar milik jalan terbatas, baik dimiliki oleh pemerintah kota maupun tidak. Melalui proses pengendalian bangunan untuk bangunan bangunan baru, pemerintah kota dapat juga mengendalikan jumlah ruang parkir yang disediakan. Hal ini dikenal sebagai pembangunan parkir dalam izin bangunan yang mungkin tidak sesuai dengan kepentingan seluruh lapisan dan tingkat pendapatan masyarakat. Sementara pengendalian parkir dan penentuan tarif sering kali merupakan hal yang tidak populer bagi masyarakat, kebijakan tersebut
merupakan pilihan yang relatif tidak banyak diketahui dan diterima di banyak kota negara berkembang. Andaikata ada kekurangan ruang parkir yang nyata, maka banyak orang akan menerima pengendalaian perparkiran. Pengendalian parkir adalah kebijakan pengelola kebutuhan lalu lintas yang sering kali diterapkan oleh pemerintah lokal, namun demikian sudah ada literatur akademis yang mendokumentasikan pengalaman menjalankan kebijakan ini walaupun dengan sangat minim, melainkan lebih banyak yang membahas topik yang lebih basah secara politik yaitu retribusi kemacetan (congestion charging). 1.1.2 Profil Mall Margocity Depok Margocity adalah merk dagang dari PT. Puri Dibya Properti yang berada di bawah bendera Group Djarum dengan jenis usaha property yang berjenis pusat perbelanjaan. Dibangun di lahan seluas 76.000 m2 dan memliki 4 lantai dengan luas total leasable area sebesar 40.593 m2 dan gross area seluas 73.000 m2. Margocity mulai beroperasi sejak akhir Maret 2006 dan terletak di Kecamatan Beji Kelurahan Kemiri Muka, tepatnya di Jl. Margonda Raya yang merupakan jantung kota Depok. Gambar 1.1 Letak Mall Margocity Depok Fasilitas parkir yang disediakan memiliki daya tampung 700 900 motor dan 930 1250 mobil. Pada tahun 2009 weekdays avarage traffic per bulan mencapai 224.050 pengunjung, 40.326 mobil, 39.111 motor.
Sedangkan weekends avarage traffic per bulan mencapai 231.270 pengunjung, 22.694 mobil, dan 20.568 motor. 1.1.3 Pengoptimalan Sistem Manajemen Parkir Mall Margocity Depok Ada berbagai metode untuk mengoptimalkan kapasitas dan juga sistem manajemen parkir dalam sebuah tempat umum. Sistem manajemen parkir di gedung-gedung atau tempat tertentu masih menggunakan sistem aplikasi komputer yang mengelola transaksi parkir yang terjadi di semua pintu masuk dan pintu keluar area perparkiran secara online, tetapi tidak memperhitungkan fasilitas didalamnya yang bersistem pertama masuk akan mendapatkan lahan parkir, dan apabila parkiran mulai penuh informasi tetang parkiran kosong tidak diberitahukan. Hal itu dapat kemacetan dan kurang informasi lahan parkir yang jelas. Akibatnya konsumen tidak puas akan pelayanan pada parkiran. Saat ini pada mall margocity masih berlangsung pembangunan Hotel di area muka mall. Sehingga mengakibatkan adanya beberapa kali pengalihan jalur keluar dan masuk parkir mall. Hal ini juga tentunya mampu memicu ketidakpuasan para pengunjung mall.
1.2 TUJUAN ANALISIS Parkir adalah sumber daya yang berharga bagi kota dan transportasi sehingga perlu dikelola dengan efisien. Manajemen perparkiran yang tepat akan mengurangi kebutuhan untuk perjalanan jauh, mengurangi jumlah perjalanan pendek dan juga memicu perpindahan moda yang ramah lingkungan. Apabila jumlah mobil dalam suatu lingkungan bertambah, begitu pula dengan kebutuhan ruang parkir.
Gambar 1.2 Kurang Tepatnya Sistem Manajemen Parkir Mall Margocity Dengan meningkatnya perekonomian daerah Depok, tentunya akan menarik perhatian masyarakat sekitar Depok untuk datang ke pusat transaksi perekonomian di Depok. Margocity sebagai jantung perkonomian kota Depok juga dituntut untuk menghadirkan tingkat kenyamanan dan kemudahan bagi masayarakat yang tinggi pula. Manajemen parkir Mall Margocity Depok yang kurang tepat sering menciptakan kemacetan dan ketidaknyamanan bagi pengguna jalan di sekitar Jl. Margonda Raya. Angkutan Umum Kota yang sering berhenti di depan Mall juga mempunyai andal dalam menciptakan kerumitan lalu lintas Jl. Margonda Raya. Dengan memperbaiki sistem manajemen parkir (SPM) Mall Margocity Depok, diharapkan mampu mengurangi ketidaknyamanan pengguna jalan raya margonda dan juga pengunjung mall.
1.3 BATASAN MASALAH Berikut adalah beberapa batasan masalah dalam analisis efisiensi parkir mobil Mall Margocity Depok: 1. Analisis dilakukan pada hari tersibuk Mall Margocity Depok yaitu pada hari Minggu dalam setiap bulan selama 1 bulan 2. Analisis dilakukan pada 1 area parkir mobil yang terlama mengantri
3. Proses analisis akan menggunakan software WINQSB 2.0 dan akan diimplemantasikan dalam pengaturan Queuing 1.4 METODOLOGI ANALISIS Metodologi analisis yang digunakan antara lain: 1. Studi Literatur Penggunaan dasar teori antrian pada analisis parker mobil dari beberapa literatur 2. Studi Data Fakta Lapangan Pencarian data dengan mengamati langsung di lapangan 3. Studi Software WINQSB Penggunaan aplikasi Queuing pada WINQSB untuk mendapatkan hasil desain yang tepat pada Sistem Manajemen Parkir Mall Margocity Depok 1.5 SISTEMATIKA PENULISAN Analisis efisiensi parkir mall margocity Depok memiliki sistematika penulisan sebagai berikut ini: BAB I PENDAHULUAN Berisi uraian tentang latar belakang, maksud dan tujuan, batasan masalah, metodologi penulisan dan sistematika pembahasan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi mengenai uraian sistematika tentang antrian dan juga pengoptimalannya itu sendiri. Penggunaan software WINQSB sebagai alat bantu analisis dan juga pemecahan malasah efisiensi parkir.
BAB III ANALISIS JUMLAH SERVER PARKIR MOBIL MALL MARGOCITY DEPOK
Dalam bab ini akan membahas tentang analisis dari data yang diperoleh dengan menggunakan software yang disajikan dalam bentuk table dan gambar.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini berisi atas kesimpulan dan saran sebagai bahan pertimbangan dalam analisis efisiensi jumlah server pada parkir mobil Mall Margocity Depok.
BAB II DASAR TEORI
2.1 DASAR TEORI ANTRIAN DAN PENGAPLIKASIANNYA Antrian yang panjang sering kali kita temukan di bank saat nasabah mengantri di teller untuk melakukan transaksi, di klinik saat pasien mengantri untuk mendapatkan pelayanan, di airport saat para calon penumpang melakukan check-in, di super market saat para pembeli antri untuk melakukan pembayaran, di tempat cuci mobil saat mobil antri untuk dicuci dan masih banyak contoh lainnya. Hal ini dapat menyebabkan konsumen berhenti untuk mengantri atau bahkan dapat meninggalkan sistem sehingga dapat mengakibatkan kehilangan konsumen atau kerugian bagi perusahaan. Teori tentang antrian diketemukan dan dikembangkan oleh A. K. Erlang, seorang insinyur dari Denmark yang bekerja pada perusahaan telepon di Kopenhagen pada tahun 1910. Erlang melakukan eksperimen tentang fluktuasi permintaan fasilitas telepon yang berhubungan dengan automatic dialing equipment, yaitu peralatan penyambungan telepon secara otomatis. Dalam waktu waktu yang sibuk operator sangat kewalahan untuk melayani para penelepon secepatnya, sehingga para penelepon harus antri menunggu giliran, mungkin cukup lama. Persoalan aslinya Erlang hanya memperlakukan perhitungan keterlambatan (delay) dari seorang operator, kemudian pada tahun 1917 penelitian dilanjutkan untuk menghitung kesibukan beberapa operator. Dalam periode ini Erlang menerbitkan bukunya yang terkenal berjudul Solution of some problems in the theory of probabilities of significance in Automatic Telephone Exhange. Baru
setelah perang dunia kedua, hasil penelitian Erlang diperluas penggunaannya antara lain dalam teori antrian (Supranto, 1987). Menurut Siagian (1987), antrian ialah suatu garis tunggu dari nasabah (satuan) yang memerlukan layanan dari satu atau lebih pelayan (fasilitas layanan). Richard Bronson (1982), proses antrian (queueing process) adalah suatu proses yang berhubungan dengan kedatangan seseorang pelanggan pada suatu fasilitas pelayanan, kemudian menunggu dalam suatu baris (antrian) jika semua pelayannya sibuk, dan akhirnya meninggalkan fasilitas tersebut. Sebuah sistem antrian adalah suatu himpunan pelanggan, pelayan dan suatu aturan yang mengatur kedatangan pada pelanggan dan pemroses masalahnya.
2.1.1. Sistem Antrian Gross dan Haris (Gross, 2001) mengatakan bahwa sistem antrian adalah kedatangan pelanggan untuk mendapatkan pelayanan, menunggu untuk dilayani jika fasilitas pelayanan (server) masih sibuk, mendapatkan pelayanan dankemudian meninggalkan sistem setelah dilayani. Pada umumnya, sistem antrian dapat diklasifikasikan menjadi sistem yang berbeda-beda di mana teori antrian dan simulasi sering diterapkan secara luas. Klasifikasi menurut Hillier dan Lieberman adalah sebagai berikut : 1. Sistem pelayanan komersial. Sistem pelayanan komersial merupakan aplikasi yang sangat luas dari model-model antrian, seperti restoran, kafetaria, toko-toko, salon, butik, supermarket, dan sebagainya. 2. Sistem pelayanan bisnis-industri. Sistem pelayanan bisnis-industri mencakup sistem produksi, sistem material, handling, sistem pergudangan, dan sistem-sistem informasi komputer. 3. Sistem pelayanan transportasi. 4. Sistem pelayanan sosial
Sistem pelayanan sosial merupakan sistem-sistem pelayanan yang dikelola oleh kantor-kantor dan perusahaan-perusahan lokal maupun nasional, seperti kantor registrasi SIM dan STNK, kantor pos, rumah sakit, puskesmas, dan lain-lain (Subagyo, 2000). Dalam sistem antrian terdapat beberapa komponen dasar proses antrian antara lain adalah: 1. Kedatangan. Setiap masalah antrian melibatkan kedatangan, misalnya orang, mobil, panggilan telepon untuk dilayani, dan lain-lain. Unsur ini sering dinamakan proses input. Proses input meliputi sumber kedatangan atau biasa dinamakan calling population, dan cara terjadinya kedatangan yang umumnya merupakan variabel acak. Karakteristik dari populasi yang akan dilayani dapat dilihat menurut ukurannya, pola kedatangan, serta perilaku dari populasi yang akan dilayani. Menurut ukurannya, populasi yang dilayani bisa terbatas (finite) dan tidak terbatas (infinite). pola kedatangan bisa teratur, dapat pula bersifat acak atau random. Menurut Levin, dkk (2002), variabel acak adalah suatu variabel yang nilainya bisa berapa saja sebagai hasil dari percobaan acak. Variabel acak dapat berupa diskrit atau kontinu. Bila variabel acak hanya dimungkinkan memiliki beberapa nilai saja, maka ia merupakan variabel acak diskrit. Sebaliknya bila nilainya dimungkinkan bervariasi pada rentang tertentu, ia dikenal sebagai variabel acak kontinu. 2. Pelayanan Pelayanan atau mekanisme pelayanan dapat terdiri dari satu atau lebih pelayan, atau satu atau lebih fasilitas pelayanan. Tiap-tiap fasilitas pelayanan kadang-kadang disebut sebagai saluran (channel) (Schroeder,1997). Contohnya, jalan tol dapat memiliki beberapa pintu tol. Mekanisme pelayanan dapat hanya terdiri dari satu pelayan dalam satu fasilitas pelayanan yang ditemui pada loket seperti pada penjualan tiket di gedung bioskop. Dalam mekanisme pelayanan ini ada 3 aspek yang harus diperhatikan yaitu : a. Tersedianya pelayanan
Mekanisme pelayanan tidak selalu tersedia untuk setiap saat. Misalnya dalam pertunjukan bioskop, loket penjualan karcis hanya dibuka pada waktu tertentu antara satu pertunjukan dengan pertunjukan berikutnya, sehingga saat loket ditutup mekanisme pelayanan terrhenti dan petugas beristirahat. b. Kapasitas pelayanan Kapasitas dari mekanisme pelayanan diukur berdasarkan jumlah pelanggan yang tidak dapat dilayani secara bersama-sama. Kapasitas pelayan yang tidak selalu sama untuk setiap saat, ada yang tetap, tapi ada juga yang berubah-ubah. Karena itu, fasilitas pelayanan dapat memiliki satu atau lebih saluran. Fasilitas yang mempunyai satu saluran disebut saluran tunggal atau sistem pelayanan tunggal dan fasilitas yang mempunyai lebih dari satu saluran disebut saluran ganda atau pelayanan ganda. c. Lama pelayanan Lama pelayanan adalah waktu yang dibutuhkan untuk melayani seseorang langganan atau satu satuan. Ini harus dinyatakan secara pasti. Oleh karena itu, waktu pelayanan boleh tetap dari waktu ke waktu untuk semua langgannan atau boleh juga berupa variabel acak. Umumnya dan untuk keperluan analisis, waktu pelayanan dianggap sebagai varriabel acak yang terpancar secara bebas dan sama tidak tergantung pada waktu pertibaan. d. Antrian Timbulnya antrian terutama tergantung dari sifat kedatangan dan proses pelayanan. Jika tak ada antrian berarti terdapat pelayan yang menganggur atau kelebihan fasilitas pelayanan (Mulyono, 1991). Disiplin Antrian Menurut Thomas J. Kakiay disiplin antrian adalah aturan di mana para pelanggan dilayani, atau disiplin pelayanan (service discipline) yang memuat urutan (order) para pelanggan menerima layanan. Ada 4 bentuk bentuk disiplin antrian menurut urutan kedatangan antara lain adalah :
1. First Come First Served (FCFS) atau First In First Out (FIFO), di mana pelanggan yang terlebih dahulu datang akan dilayani terlebih dahulu.
Misalnya, antrian pada loket pembelian tiket bioskop, antrian pada loket pembelian tiket kereta api.. 2. Last Come First Served (LCFS) atau Last In First Out (LIFO), di mana pelanggan yang datang paling akhir akan dilayani terlebih dahulu. Misalnya, sistem antrian pada elevator untuk lanti yang sama, sistem bongkar muat barang dalam truk, pasien dalam kondisi kritis, walaupun dia datang paling akhir tetapi dia akan dilayani terlebih dahulu. 3. Service In Random Order (SIRO) atau Random Selection for Service (RSS), di mana panggilan didasarkan pada peluang secara random, jadi tidak menjadi permasalahan siapa yang lebih dahulu datang. Misalnya, pada arisan di mana penarikan berdasarkan nomor undian. 4. Priority Service (PS), di mana prioritas pelayanan diberikan kepada pelanggan yang mempunyai prioritas lebih tinggi dibandingkan dengan pelanggan yang mempunyai prioritas yang lebih rendah, meskipun mungkin yang dahulu tiba di garis tunggu adalah yang terakhir datang. Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa hal, misalnya seseorang yang memiliki penyakit yang lebih berat dibandingkan orang lain pada suatu tempat praktek dokter, hubungan kekerabatan pelayan dan pelanggan potensial akan dilayani terlebih dahulu.
2.4. Struktur Antrian Ada 4 model struktur antrian dasar yang umum terjadi dalam seluruh sistem antrian : 1. Single Channel Single Phase Jalur antrian Server Gambar 2.4.1 Single Channel Single Phase Single Channel berarti hanya ada satu jalur yang memasuki sistem pelayanan atau ada satu fasilitas pelayanan. Single Phase berarti hanya ada satu fasilitas pelayanan. Contohnya adalah sebuah kantor pos yang hanya mempunyai satu loket pelayananan
dengan jalur satu antrian, supermarket yang hanya memiliki satu kasir sebagai tempat pembayaran, dan lain-lain. 2. Single Channel Multi Phase Jalur antrian Server Server Server Gambar 2.4.2 Single Channel Multi Phase Sistem antrian jalur tunggal dengan tahapan berganda ini atau menunjukkan ada dua atau lebih pelayanan yang dilaksanakan secara berurutan. Sebagai contoh adalah : pencucian mobil, tukang cat mobil, dan sebagainya. 3. Multi Channel Single Phase Jalur antrian Server Gambar 2.4.3 Multi Channel Single Phase Sistem Multi Channel Single Phase terjadi di mana ada dua atau lebih fasilitas pelayanan dialiri oleh antrian tunggal. Contohnya adalah antrian pada sebuah bank dengan beberapa teller, pembelian tiket atau karcis yang dilayani oleh beberapa loket, pembayaran dengan beberapa kasir, dan lain-lain. 4. Multi Channel Multi Phase Jalur antrian Server
Gambar 2.4.4 Multi Channel Multi Phase Sistem Multi Channel Multi Phase ini menunjukkan bahwa setiap sistem mempunyai beberapa fasilitas pelayanan pada setiap tahap sehingga terdapat lebih dari satu pelanggan yang dapat dilayani pada waktu bersamaan. Contoh pada model ini adalah : pada pelayanan yang dibarikan kepada pasien di rumah sakit dimulai dari pendaftarran, diagnose, tindakan medis, samppai pembayaran, registrasi ulang mahasiswa baru pada sebuah universitas, dan lain-lain. 2.5. Model-Model Antrian Karakteristik dan asumsi dari model antrian dirangkum dalam bentuk notasi. Notasi standar yang digunakan adalah sebagai berikut : ( a / b / c / d / e ) Di mana simbol a, b, c, d, e merupakan elemen dasar dari model antrian : 1. a = distribusi kedatangan yaitu jumlah kedatangan per satuan waktu 2. b = distribusi waktu pelayanan 3. c = jumlah fasilitas pelayanan ( s = 1, 2, 3, , 4. d = jumlah maksimum yang deperkenankan berada dalam sistem (dalam pelayanan ditambah yang di garis tunggu). 5. e = ukuran pemanggil populasi atau sumber.
Notasi standar untuk simbol a dan b sebagai distribusu kedatangan dan distribusi waktu pelayanan mempunyai kode sebagai berikut : 1. M = Poisson ( Markovian ) untuk distribusi kedatangan atau waktu pelayanan. 2. D = interarrival atau service time konstan ( deterministic ) 3. = interarrival atau service time berdistribusi Erlang atau Gamma
Contohnya adalah ( M/ D/ 5/ N/ artinya kedatangan berdistribusi Poisson, waktu pelayanan konstan, dan terdapat 5 buah fasilitas pelayanan. Jumlah konsumen dibatasi sebanyak N dan sumber populasi tidak terbatas. Model-model antrian secara umum antara lain adalah sebagai berikut : 1. Model ( M/ M/ 1/ /
Syarat-syarat dari model ini antara lain : 1. Jumlah kedatangan tiap satuan waktu mengikuti distribusi Poisson 2. Waktu pelayanan berdistribusi Eksponensial 3. Disiplin antrian yang digunakan adalah FCFS 4. Sumber populasi tidak terbatas 5. Jalur antriannya tunggal 6. Tingkat rata-rata kedatangan lebih kecil daripada tingkat rata-rata pelayanan 7. Panjang antrian tidak terbatas 2. Model ( M/ M/ S/ /
Pada model ini fasilitas pelayanan ( server ) bersifat ganda, rata-rata tingkat kedatangan lebih kecil daripada penjumlahan seluruh rata-rata tingkat pelayanan di tiap jalur. Syarat yang lain sama dengan model server tunggal. 3. Model ( M/ M/ 1/ /
Model ini merupakan variasi dari model yang pertama, di mana panjang antrian atau kapasitas tunggu dibatasi maksimum N individu. Jumlah maksimum ini meliputi individu yang menunggu dan yang sedang dilayani. 4. Model ( M/ M/ 1/ /
Model ini hampir sama dengan model yang pertama haya saja sumber populasi dibatasi sebanyak N.
2.6 Terminologi dan Notasi Antrian Terminologi yang biasa digunakan dalam sistem antrian adalah : 1. Keadaan sistem yaitu jumlah aktivitas pelayanan yang terjadi dalam melayani pelanggan dalam sistem. 2. Panjang antrian yaitu banyaknya satuan yang berada dalam sistem dikurangi dengan jumlah yang sedang dilayani.
Notasi yang digunakan adalah sebagai berikut : n = Jumlah nasabah yang mengantri pada waktu t k = Jumlah satuan pelayanan = Tingkat kedatangan = Tingkat pelayanan = Tingkat kesibukan sistem = Peluang semua teller menganggur atau tidak ada nasabah dalam sistem = Peluang nasabah yang datang harus menunggu = Ekspektasi panjang sistem L = Ekspektasi panjang antrian = Ekspektasi waktu menunggu dalam sistem W = Ekspektasi waktu menunggu dalam antrian Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap barisan antrian dan pelayanan adalah sebagai berikut : 1. Distribusi kedatangan, kedatangan individu atau berkelompok 2. Distribusi pelayanan, pelayanan individu atau berkelompok 3. Fasilitas pelayanan, berbentuk series, paralel, atau network station 4. Disiplin pelayanan, berbentuk FCFS, LCFS, SIRO atau PP 5. Ukuran dalam antrian, kedatangan bersifat tidak terbatas atau terbatas 6. Sumber pemanggil, bersifat terbatas atau tidak terbatas
2.7 Pola Kedatangan dan Waktu Pelayanan
2.7.1 Pola Kedatangan Pola kedatangan suatu sistem antrian dapat dipresentasikan oleh waktu antar kedatangan yang merupakan suatu periode waktu antara dua kedatangan yang berturut-turut. Kedatangan dapat dipisahkan oleh interval kedatangan yang sama atau tidak sama probabilitasnya disebut kedatangan acak. Tingkat kedatangan yaitu jumlah pelanggan yang datang per satuan unit waktu.
Jika kedatangan bersifat acak, harus diketahui dahulu distribusi probabilitas kedatangannya. Suatu proses kedatangan dalam suatu sistem antrian artinya menentukan distribusi probabilitas unntuk jumlah kedatangan untuk suatu periode waktu ( Winston ). Pada umumnya, suatu proses kedatangan terjadi secara acak dan independent terhadap proses kedatangan lainnya dan tidak dapat diprediksi kapan pelanggan akan datang. Dalam hal ini, distribusi probabilitas Poisson menyediakan deskripsi yang cukup baik untuk suatu pola kedatangan. Suatu fungsi probabilitas Poisson untuk suatu kedatangan x pada suatu periode waktu adalah sebagai berikut : Dimana : x = jumlah kedatangan per periode waktu = rata-rata jumlah kedatangan per periode waktu e = 2,71828 2.7.2 Uji Kesesuaian Poisson Uji kesesuaian Poisson dilakukan dengan uji Chi Square ( yang didefinisikan sebagai berikut: = data yang diuji mengikuti distribusi = data yang diuji tidak mengikuti distribusi Statistik test didefinisikan sebagai berikut : Dimana : = frekuensi observasi ke-i = frekueensi harapan ke-i Dalam uji Chi Square, data observasi mengikuti distribusi saat
2.7.3 Pola Pelayanan Pola pelayanan ditentukan oleh waktu pelayanan yaitu waktu yang dibutuhkan untuk melayani pelanggan pada fasilitas pelayanan. Waktu pelayanan dapat berupa waktu pelayanan konstan ataupun variabel acak yang telah diketahui probabilitasnya. Tingkat pelayanan adalah jumlah pelanggan yang dilayani per satuan waktu. Dengan asumsi channel selalu dalam keadaan sibuk sehingga tidak ada waktu idle yang dialami oleh channel itu. Waktu pelayanan antara fasilitas pelayanan dengan fasilitas pelayanan yang lain biasanya tidak konstan. Distribusi probabilitas untuk waktu layanan biasanya mengikuti distribusi probabilitas Eksponensial yang formulanya dapat memberikan informasi yang berguna mengenai operasi yang terjadi pada suatu antrian. Persamaan distribusi Eksponensialnya adalah sebagai berikut : Dimana : x = ( nilai tengah ) = rata-rata yang didekati dengan e = 2,71828 2.7.4 Uji Kesesuaian Eksponensial Uji kesesuaian Eksponensial dilakukan dengan uju Kolmogorov-Smirnov dengan cara sebagai berikut : = data yang diuji mengikuti distribusi = data yang diuji tidak mengikuti distribusi Statistik test didefinisikan sebagai berikut :
Dalam uji Kolmogorov-Smirnov suatu data dikatakan mengikuti distribusi jika 2.8 Formula yang Digunakan Formula yang digunakan antara lain : 1. Tingkat kesibukan sistem
2. Peluang tidak ada nasabah dalam sistem atau teller mengganggur (
3. Peluang nasabah yang datang harus menunggu untuk dilayani
4. Jumlah rata-rata nasabah dalam antrian
5. Jumlah rata-rata nasabah dalam sistem )
6. Waktu rata-rata nasabah dalam antrian
7. Waktu rata-rata nasabah dalam sistem
Dengan : = tingkat kesibukan sistem k = jumlah server yang ada = rata-rata tingkat kedatangan = rata-rata tingkat pelayanan
BAB IV JADWAL PELAKSANAAN Demi kelancaran pelaksaan tugas akhir ini kami membuat jadwal pelaksanaan seperti tabel berikut ' URAIAN EERJAAN BULAN FEBR UARI MARE T ARI L MEI JUNI JULI AGUS TUS 1 1 1 1 1 1 1 1 engajuan rsal
2 Ad inistarsi TA 3 BABendahuluan BABata ustaka
BABetdlgi elaksanaan
e buatan del jaringan
7 e buatanatrik asal tujuan
e inar TA
9 Survelalulintas
1 alidasidel jaringan 1 1 valuasi kinerja jaringan
1 2 Evaluasi alternatife
1 3 esiulan 1 Sidang tugas akhir 1 evisi hasil sidang