Anda di halaman 1dari 33

i

PROPOSAL TUGAS AKHIR




ANALISIS EFISIENSI JUMLAH CHANNEL SERVER
PARKIR MOBIL MALL MARGOCITY DEPOK
DENGAN SOFTWARE WINQSB
QUEU SYSTEM ANALYSIS

Diajukan sebagai syarat dalam menempuh ujian kesarjanaan
jenjang pendidikan Strata Satu (S1)



Disusun oleh :
SATRIA ARY PRADANA
201371015E057






PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INDUSTRI
UNIVERSITAS JAYABAYA
J A K A R T A
2014
ii

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi

ANALISIS EFISIENSI JUMLAH CHANNEL SERVER
PARKIR MOBIL MALL MARGOCITY DEPOK
DENGAN SOFTWARE WINQSB
QUEU SYSTEM ANALYSIS

yang dipersiapkan dan disusun oleh :
SATRIA ARY PRADANA
201371015E057

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal ..............
telah dinyatakan lulus dan memenuhi syarat


Susunan Tim Penguji

Pembimbing : Anggota Tim Penguji :




(Ir.Rudy, MT) (Ir. Eri S. Romadhon, MT)


Anggota Tim Penguji :




(Ir. Ari Sudaryanto)

Jakarta, .................2014
Universitas Jayabaya
Fakultas Teknologi dan Industri
Dekan,




(Ir. Eri S. Romadhon, MT.)
iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi

PERENCANAAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR
DOMESTIK PADA PROYEK PERUMAHAN
SUMMARECON SERPONG

yang dipersiapkan dan disusun oleh :
SATRIA ARY PRADANA
201371015E057

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal ..............
telah dinyatakan lulus dan memenuhi syarat



Jakarta, .................2014
Universitas Jayabaya


Menyetuji
Fakultas Teknologi dan Industri
Ketua Jurusan Teknik Mesin





(Ir. H. Indartono Rivai, MM.)


Mengetahui
Fakultas Teknologi dan Industri
Dekan,




(Ir. Eri S. Romadhon, MT.)



iv

SURAT PERNYATAAN


Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Perguruan tinggi
manapun. Sepanjang sepengetahuan saya, juga tidak terdapat karya, atau pendapat
yang pernah ditulis, atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini, dan telah disebutkan dalam daftar pustaka.
Jika dikemudian hari diketahui saya telah melakukan plagiat, maka saya
secara suka rela akan melepaskan gelar kesarjanaan saya dan menerima sanksi
hukum yang berlaku.



Jakarta,.................2014



SATRIA ARY PRADANA
201371015E057


Materai
Rp. 6000

v





DAFTAR ISI

Lembar judul............................................................................................... i
Lembar pengesahan..................................................................................... ii
Surat pernyataan.......................................................................................... iii
Kata pengantar............................................................................................. iv
Daftar isi...................................................................................................... vii
Daftar gambar.............................................................................................. ix
Daftar tabel.................................................................................................. x
ABSTRAK.................................................................................................. xi


BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang .. 1
1.2. Tujuan 3
1.3. Batasan Masalah 3
1.4. Metodologi Penulisan 4
1.5. Sistematika Pembahasan .. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1. Pengertian Umum.. 6
2.2. Dasar Teknik Pengelolaan Air Limbah. 7
2.2.1. Pengertian air limbah domestik 7
2.2.2. Sumber air limbah domestik. 7
2.2.3. Karakteristik dan dampak air limbah 8
2.2.4. Komposisi air limbah domestik 10
2.3. Sistem Pengelolahan Air Limbah. 11
2.4. Kriteria Teknik Pengelolaan Air Limbah. 13
vi


BAB III LANDASAN TEORI. 17
3.1. Perencanaan Pengelolaan Limbah Cair
Domestik. 17
3.2. Perencanaan Plat Beton.. 18
3.3. Analisa Daya Dukung Tanah.. 21

BAB IV PERENCANAAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR
DOMESTIK 24
4.1 Perencanaan Desain Pengelolaan Limbah Cair
Domestik. 24
4.2 Perencanaan Instalasi Jaringan Pengelolaan Limbah Cair
Domestik.. 26
4.3. Kapasitas Pengelolaan Limbah Cair Domestik 28
4.3.1. Perhitungan kapasitas pengelolaan limbah cair
domestik.. 28
4.3.2. Tahapan proses pengelolaan limbah cair domestik
ex. Biocomp. 30
4.3.3. Perhitungan plat lantai pengelolaan limbah cair
domestik.. 32
4.4. Perencanaan Bak Penampung.. 36
4.5. Analisa Daya Dukung Tanah.... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.. 43
5.1. Kesimpulan 43
5.2. Saran.. 44

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN :
- Gambar Brosur Pengelolaan Limbah ex.Biocomp.
vii

- Hasil Soil Test







DAFTAR GAMBAR


Gambar 2.1 Diagram komposisi air limbah. 10
Gambar 2.2 Diagram pengolahan individual... 11
Gambar 2.3 Diagram pengolahan individual pada lingkungan terbatas 12
Gambar 2.4 Diagram pengolahan komunal.. 12
Gambar 3.1 Grafik debit puncak air limbah menurut Hindarko 18
Gambar 4.1 Proses pengelolaan limbah cair domestik...... 24
Gambar 4.2 Grase Trap...... 25
Gambar 4.3 Septictank...... 25
Gambar 4.4 Bak kontrol.... 26
Gambar 4.5 Rencana jaringan pengelolaan limbah cair domestik.... 27
Gambar 4.6 Detail pemasangan perencanaan instalasi jaringan pengelolaan
limbah cair domesti........................................................ 28
Gambar 4.7 Desain pengelolaan limbah cair domestik. 30
Gambar 4.8 Pengelolaan limbah cair domestic ex.Biocomp. 30
Gambar 4.9 Rencana perhitungan plat lantai .... 32
Gambar 4.10 Detail penulangan plat lantai ......... 35
Gambar 4.11 Perencanaan bak penampung. 36
Gambar 4.12 Rencana perhitungan plat lantai bak penampung....... 36
Gambar 4.13 Detail penulangan lantai bak penampung........... 40




viii






DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Prakiraan tingkat aliran limbah cair.. 17
Tabel 3.2 Tebal minimum plat... 20
Tabel 3.3 Momen di dalam plat persegi yang menumpu pada keempat
tepinya akibat beban merata 20
Tabel 3.4 Koefisien daya dukung dari Terzaghi.... 23
Tabel 4.1 Kemiringan minimum yang dianjurkan untuk setiap ukuran
diameter saluran..... 27















ix







ABSTRAK

Pemanfaatan lahan kosong untuk parkir dari setiap daerah di Indonesia
tentunya tidak lepas dari peran pemerintah, masyarakat dan juga para penggerak
ekonomi. Indonesia merupakan negara berkembang yang masih perlu banyak
mengoptimalkan potensi daerah baik yang sudah tercetus maupun yang belum
sama sekali tersentuh. Lahan kosong pada pusat perbelanjaan, pasar tradisional,
dan semua titik yang mampu mengundang keramaian untuk parkir kendaraan
yang akan sangat menghambat pergerakan ekonomi dan juga tingkat kesehatan
bagi masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu peran dari pembangun dan
pemerintah diharapkan mampu mengayomi segala perkembangan yang terjadi di
daerah pusat keramaian tersebut. Pengendalian parkir adalah kebijakan pengelola
kebutuhan lalu lintas yang sering kali diterapkan oleh pemerintah lokal, namun
demikian sudah ada literatur akademis yang mendokumentasikan pengalaman
menjalankan kebijakan ini walaupun dengan sangat minim, melainkan lebih
banyak yang membahas topik yang lebih basah secara politik yaitu retribusi
kemacetan (congestion charging).
Parkir pada Mall Margocity Depok mampu menampung 700 900 motor
dan 930 1250 mobil. Pada tahun 2009 weekdays avarage traffic per bulan
mencapai 224.050 pengunjung, 40.326 mobil, 39.111 motor. Sedangkan
weekends avarage traffic per bulan mencapai 231.270 pengunjung, 22.694 mobil,
dan 20.568 motor. Tingginya tingkat kebutuhan akan lahan parkir tentunya akan
terus meningkat seiring dengan perkembangan ekonomi masyarakat Depok dan
sekitarnya.
Perhitungan kapasitas lahan parkir tentunya juga dilakukan oleh
pemerintah daerah dan juga penyedia jasa parkir. Dengan menggunakan metode
analisis antrian dengan pendekatan menggunakan software WINQSB Queu Sytem
Analysis diharapakan mampu mengoptimalkan kinerja server parkir (jasa parkir)
dengan kapasitas maksimum lahan parkir.


Kata kunci: Pengoptimalan lahan parkir, software WINQSB Queu System
Analysis
x










BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
1.1.1 Manajemen Perparkiran Sebagai Bagian Dari Desain Tata Letak Kota
Ketersediaan dan biaya untuk ruang parkir adalah pertimbangan
yang sangat penting bagi seseorang untuk memutuskan apakah akan
berkendara mobil untuk menuju suatu lokasi, dan juga dalam memutuskan
untuk memiliki mobil. Boleh jadi, tingkat kepemilikan mobil yang relatif
rendah di banyak pusat kota kota negara maju seperti Munich (Jerman)
dan London (Inggris) yang peduduknya diatas tingkat kesejahteraan
disebabkan oleh minimnya ruang parkir di ruang milik jalan (sehingga
tidak ada ruang untuk parkir mobil), dan juga layanan angkutan umum
yang relatif baik.
Pemerintah lokal berwenang atas pengendalaian pemanfaatan
ruang badan jalan (selain pada jalan nasional) di wilayah mereka, sehingga
dapat menetukan jumlah ruang yang disediakan dan harga dari parkir
ruang milik jalan (on-street). Dalam beberapa kasus, hal ini juga meliputi
ruang parkir luar milik jalan (off-street). Sejauh mana pemerintah lokal
berperan sebagai penyedia ruang parkir bervariasi antar daerah. Di banyak
negara berkembang, mungkin saja ruang parkir luar milik jalan terbatas,
baik dimiliki oleh pemerintah kota maupun tidak. Melalui proses
pengendalian bangunan untuk bangunan bangunan baru, pemerintah kota
dapat juga mengendalikan jumlah ruang parkir yang disediakan. Hal ini
dikenal sebagai pembangunan parkir dalam izin bangunan yang
mungkin tidak sesuai dengan kepentingan seluruh lapisan dan tingkat
pendapatan masyarakat.
Sementara pengendalian parkir dan penentuan tarif sering kali
merupakan hal yang tidak populer bagi masyarakat, kebijakan tersebut


merupakan pilihan yang relatif tidak banyak diketahui dan diterima di
banyak kota negara berkembang. Andaikata ada kekurangan ruang parkir
yang nyata, maka banyak orang akan menerima pengendalaian
perparkiran. Pengendalian parkir adalah kebijakan pengelola kebutuhan
lalu lintas yang sering kali diterapkan oleh pemerintah lokal, namun
demikian sudah ada literatur akademis yang mendokumentasikan
pengalaman menjalankan kebijakan ini walaupun dengan sangat minim,
melainkan lebih banyak yang membahas topik yang lebih basah secara
politik yaitu retribusi kemacetan (congestion charging).
1.1.2 Profil Mall Margocity Depok
Margocity adalah merk dagang dari PT. Puri Dibya Properti yang
berada di bawah bendera Group Djarum dengan jenis usaha property yang
berjenis pusat perbelanjaan. Dibangun di lahan seluas 76.000 m2 dan
memliki 4 lantai dengan luas total leasable area sebesar 40.593 m2 dan
gross area seluas 73.000 m2. Margocity mulai beroperasi sejak akhir
Maret 2006 dan terletak di Kecamatan Beji Kelurahan Kemiri Muka,
tepatnya di Jl. Margonda Raya yang merupakan jantung kota Depok.
Gambar 1.1 Letak Mall Margocity Depok
Fasilitas parkir yang disediakan memiliki daya tampung 700 900
motor dan 930 1250 mobil. Pada tahun 2009 weekdays avarage traffic
per bulan mencapai 224.050 pengunjung, 40.326 mobil, 39.111 motor.


Sedangkan weekends avarage traffic per bulan mencapai 231.270
pengunjung, 22.694 mobil, dan 20.568 motor.
1.1.3 Pengoptimalan Sistem Manajemen Parkir Mall Margocity Depok
Ada berbagai metode untuk mengoptimalkan kapasitas dan juga
sistem manajemen parkir dalam sebuah tempat umum. Sistem manajemen
parkir di gedung-gedung atau tempat tertentu masih menggunakan sistem
aplikasi komputer yang mengelola transaksi parkir yang terjadi di semua
pintu masuk dan pintu keluar area perparkiran secara online, tetapi tidak
memperhitungkan fasilitas didalamnya yang bersistem pertama masuk
akan mendapatkan lahan parkir, dan apabila parkiran mulai penuh
informasi tetang parkiran kosong tidak diberitahukan. Hal itu dapat
kemacetan dan kurang informasi lahan parkir yang jelas. Akibatnya
konsumen tidak puas akan pelayanan pada parkiran.
Saat ini pada mall margocity masih berlangsung pembangunan
Hotel di area muka mall. Sehingga mengakibatkan adanya beberapa kali
pengalihan jalur keluar dan masuk parkir mall. Hal ini juga tentunya
mampu memicu ketidakpuasan para pengunjung mall.

1.2 TUJUAN ANALISIS
Parkir adalah sumber daya yang berharga bagi kota dan
transportasi sehingga perlu dikelola dengan efisien. Manajemen
perparkiran yang tepat akan mengurangi kebutuhan untuk perjalanan jauh,
mengurangi jumlah perjalanan pendek dan juga memicu perpindahan
moda yang ramah lingkungan. Apabila jumlah mobil dalam suatu
lingkungan bertambah, begitu pula dengan kebutuhan ruang parkir.



Gambar 1.2 Kurang Tepatnya Sistem Manajemen Parkir Mall Margocity
Dengan meningkatnya perekonomian daerah Depok, tentunya akan
menarik perhatian masyarakat sekitar Depok untuk datang ke pusat
transaksi perekonomian di Depok. Margocity sebagai jantung
perkonomian kota Depok juga dituntut untuk menghadirkan tingkat
kenyamanan dan kemudahan bagi masayarakat yang tinggi pula.
Manajemen parkir Mall Margocity Depok yang kurang tepat sering
menciptakan kemacetan dan ketidaknyamanan bagi pengguna jalan di
sekitar Jl. Margonda Raya. Angkutan Umum Kota yang sering berhenti di
depan Mall juga mempunyai andal dalam menciptakan kerumitan lalu
lintas Jl. Margonda Raya.
Dengan memperbaiki sistem manajemen parkir (SPM) Mall
Margocity Depok, diharapkan mampu mengurangi ketidaknyamanan
pengguna jalan raya margonda dan juga pengunjung mall.

1.3 BATASAN MASALAH
Berikut adalah beberapa batasan masalah dalam analisis efisiensi
parkir mobil Mall Margocity Depok:
1. Analisis dilakukan pada hari tersibuk Mall Margocity Depok yaitu pada
hari Minggu dalam setiap bulan selama 1 bulan
2. Analisis dilakukan pada 1 area parkir mobil yang terlama mengantri


3. Proses analisis akan menggunakan software WINQSB 2.0 dan akan
diimplemantasikan dalam pengaturan Queuing
1.4 METODOLOGI ANALISIS
Metodologi analisis yang digunakan antara lain:
1. Studi Literatur
Penggunaan dasar teori antrian pada analisis parker mobil dari
beberapa literatur
2. Studi Data Fakta Lapangan
Pencarian data dengan mengamati langsung di lapangan
3. Studi Software WINQSB
Penggunaan aplikasi Queuing pada WINQSB untuk mendapatkan hasil
desain yang tepat pada Sistem Manajemen Parkir Mall Margocity
Depok
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Analisis efisiensi parkir mall margocity Depok memiliki
sistematika penulisan sebagai berikut ini:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi uraian tentang latar belakang, maksud dan tujuan, batasan
masalah, metodologi penulisan dan sistematika pembahasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi mengenai uraian sistematika tentang antrian dan juga
pengoptimalannya itu sendiri. Penggunaan software WINQSB sebagai alat
bantu analisis dan juga pemecahan malasah efisiensi parkir.

BAB III ANALISIS JUMLAH SERVER PARKIR MOBIL MALL
MARGOCITY DEPOK


Dalam bab ini akan membahas tentang analisis dari data yang
diperoleh dengan menggunakan software yang disajikan dalam bentuk
table dan gambar.


BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini berisi atas kesimpulan dan saran sebagai bahan
pertimbangan dalam analisis efisiensi jumlah server pada parkir mobil
Mall Margocity Depok.






















BAB II
DASAR TEORI


2.1 DASAR TEORI ANTRIAN DAN PENGAPLIKASIANNYA
Antrian yang panjang sering kali kita temukan di bank saat nasabah
mengantri di teller untuk melakukan transaksi, di klinik saat pasien mengantri
untuk mendapatkan pelayanan, di airport saat para calon penumpang melakukan
check-in, di super market saat para pembeli antri untuk melakukan pembayaran,
di tempat cuci mobil saat mobil antri untuk dicuci dan masih banyak contoh
lainnya. Hal ini dapat menyebabkan konsumen berhenti untuk mengantri atau
bahkan dapat meninggalkan sistem sehingga dapat mengakibatkan kehilangan
konsumen atau kerugian bagi perusahaan.
Teori tentang antrian diketemukan dan dikembangkan oleh A. K. Erlang,
seorang insinyur dari Denmark yang bekerja pada perusahaan telepon di
Kopenhagen pada tahun 1910. Erlang melakukan eksperimen tentang fluktuasi
permintaan fasilitas telepon yang berhubungan dengan automatic dialing
equipment, yaitu peralatan penyambungan telepon secara otomatis. Dalam waktu
waktu yang sibuk operator sangat kewalahan untuk melayani para penelepon
secepatnya, sehingga para penelepon harus antri menunggu giliran, mungkin
cukup lama. Persoalan aslinya Erlang hanya memperlakukan perhitungan
keterlambatan (delay) dari seorang operator, kemudian pada tahun 1917 penelitian
dilanjutkan untuk menghitung kesibukan beberapa operator. Dalam periode ini
Erlang menerbitkan bukunya yang terkenal berjudul Solution of some problems in
the theory of probabilities of significance in Automatic Telephone Exhange. Baru


setelah perang dunia kedua, hasil penelitian Erlang diperluas penggunaannya
antara lain dalam teori antrian (Supranto, 1987). Menurut Siagian (1987), antrian
ialah suatu garis tunggu dari nasabah (satuan) yang memerlukan layanan dari satu
atau lebih pelayan (fasilitas layanan). Richard Bronson (1982), proses antrian
(queueing process) adalah suatu proses yang berhubungan dengan kedatangan
seseorang pelanggan pada suatu fasilitas pelayanan, kemudian menunggu dalam
suatu baris (antrian) jika semua pelayannya sibuk, dan akhirnya meninggalkan
fasilitas tersebut. Sebuah sistem antrian adalah suatu himpunan pelanggan,
pelayan dan suatu aturan yang mengatur kedatangan pada pelanggan dan
pemroses masalahnya.

2.1.1. Sistem Antrian
Gross dan Haris (Gross, 2001) mengatakan bahwa sistem antrian adalah
kedatangan pelanggan untuk mendapatkan pelayanan, menunggu untuk
dilayani jika fasilitas pelayanan (server) masih sibuk, mendapatkan pelayanan
dankemudian meninggalkan sistem setelah dilayani. Pada umumnya, sistem
antrian dapat diklasifikasikan menjadi sistem yang berbeda-beda di mana teori
antrian dan simulasi sering diterapkan secara luas. Klasifikasi menurut Hillier
dan Lieberman adalah sebagai berikut :
1. Sistem pelayanan komersial.
Sistem pelayanan komersial merupakan aplikasi yang sangat luas dari
model-model antrian, seperti restoran, kafetaria, toko-toko, salon, butik,
supermarket, dan sebagainya.
2. Sistem pelayanan bisnis-industri.
Sistem pelayanan bisnis-industri mencakup sistem produksi, sistem
material, handling, sistem pergudangan, dan sistem-sistem informasi
komputer.
3. Sistem pelayanan transportasi.
4. Sistem pelayanan sosial


Sistem pelayanan sosial merupakan sistem-sistem pelayanan yang dikelola
oleh kantor-kantor dan perusahaan-perusahan lokal maupun nasional,
seperti kantor registrasi SIM dan STNK, kantor pos, rumah sakit,
puskesmas, dan lain-lain (Subagyo, 2000).
Dalam sistem antrian terdapat beberapa komponen dasar proses antrian
antara lain adalah:
1. Kedatangan.
Setiap masalah antrian melibatkan kedatangan, misalnya orang, mobil,
panggilan telepon untuk dilayani, dan lain-lain. Unsur ini sering dinamakan
proses input. Proses input meliputi sumber kedatangan atau biasa dinamakan
calling population, dan cara terjadinya kedatangan yang umumnya merupakan
variabel acak. Karakteristik dari populasi yang akan dilayani dapat dilihat
menurut ukurannya, pola kedatangan, serta perilaku dari populasi yang akan
dilayani. Menurut ukurannya, populasi yang dilayani bisa terbatas (finite) dan
tidak terbatas (infinite). pola kedatangan bisa teratur, dapat pula bersifat acak
atau random. Menurut Levin, dkk (2002), variabel acak adalah suatu variabel
yang nilainya bisa berapa saja sebagai hasil dari percobaan acak. Variabel
acak dapat berupa diskrit atau kontinu. Bila variabel acak hanya
dimungkinkan memiliki beberapa nilai saja, maka ia merupakan variabel acak
diskrit. Sebaliknya bila nilainya dimungkinkan bervariasi pada rentang
tertentu, ia dikenal sebagai variabel acak kontinu.
2. Pelayanan
Pelayanan atau mekanisme pelayanan dapat terdiri dari satu atau lebih
pelayan, atau satu atau lebih fasilitas pelayanan. Tiap-tiap fasilitas pelayanan
kadang-kadang disebut sebagai saluran (channel) (Schroeder,1997).
Contohnya, jalan tol dapat memiliki beberapa pintu tol. Mekanisme pelayanan
dapat hanya terdiri dari satu pelayan dalam satu fasilitas pelayanan yang
ditemui pada loket seperti pada penjualan tiket di gedung bioskop.
Dalam mekanisme pelayanan ini ada 3 aspek yang harus diperhatikan
yaitu :
a. Tersedianya pelayanan


Mekanisme pelayanan tidak selalu tersedia untuk setiap saat.
Misalnya dalam pertunjukan bioskop, loket penjualan karcis hanya dibuka
pada waktu tertentu antara satu pertunjukan dengan pertunjukan
berikutnya, sehingga saat loket ditutup mekanisme pelayanan terrhenti dan
petugas beristirahat.
b. Kapasitas pelayanan
Kapasitas dari mekanisme pelayanan diukur berdasarkan jumlah
pelanggan yang tidak dapat dilayani secara bersama-sama. Kapasitas
pelayan yang tidak selalu sama untuk setiap saat, ada yang tetap, tapi ada
juga yang berubah-ubah. Karena itu, fasilitas pelayanan dapat memiliki
satu atau lebih saluran. Fasilitas yang mempunyai satu saluran disebut
saluran tunggal atau sistem pelayanan tunggal dan fasilitas yang
mempunyai lebih dari satu saluran disebut saluran ganda atau pelayanan
ganda.
c. Lama pelayanan
Lama pelayanan adalah waktu yang dibutuhkan untuk melayani
seseorang langganan atau satu satuan. Ini harus dinyatakan secara pasti.
Oleh karena itu, waktu pelayanan boleh tetap dari waktu ke waktu untuk
semua langgannan atau boleh juga berupa variabel acak. Umumnya dan
untuk keperluan analisis, waktu pelayanan dianggap sebagai varriabel acak
yang terpancar secara bebas dan sama tidak tergantung pada waktu
pertibaan.
d. Antrian
Timbulnya antrian terutama tergantung dari sifat kedatangan dan
proses pelayanan. Jika tak ada antrian berarti terdapat pelayan yang
menganggur atau kelebihan fasilitas pelayanan (Mulyono, 1991).
Disiplin Antrian
Menurut Thomas J. Kakiay disiplin antrian adalah aturan di mana para pelanggan
dilayani, atau disiplin pelayanan (service discipline) yang memuat urutan (order)
para pelanggan menerima layanan. Ada 4 bentuk bentuk disiplin antrian menurut
urutan kedatangan antara lain adalah :


1. First Come First Served (FCFS) atau First In First Out (FIFO), di mana
pelanggan yang terlebih dahulu datang akan dilayani terlebih dahulu.





Misalnya, antrian pada loket pembelian tiket bioskop, antrian pada loket
pembelian tiket kereta api..
2. Last Come First Served (LCFS) atau Last In First Out (LIFO), di mana
pelanggan yang datang paling akhir akan dilayani terlebih dahulu. Misalnya,
sistem antrian pada elevator untuk lanti yang sama, sistem bongkar muat barang
dalam truk, pasien dalam kondisi kritis, walaupun dia datang paling akhir tetapi
dia akan dilayani terlebih dahulu.
3. Service In Random Order (SIRO) atau Random Selection for Service (RSS), di
mana panggilan didasarkan pada peluang secara random, jadi tidak menjadi
permasalahan siapa yang lebih dahulu datang. Misalnya, pada arisan di mana
penarikan berdasarkan nomor undian.
4. Priority Service (PS), di mana prioritas pelayanan diberikan kepada pelanggan
yang mempunyai prioritas lebih tinggi dibandingkan dengan pelanggan yang
mempunyai prioritas yang lebih rendah, meskipun mungkin yang dahulu tiba di
garis tunggu adalah yang terakhir datang. Hal ini mungkin disebabkan oleh
beberapa hal, misalnya seseorang yang memiliki penyakit yang lebih berat
dibandingkan orang lain pada suatu tempat praktek dokter, hubungan kekerabatan
pelayan dan pelanggan potensial akan dilayani terlebih dahulu.

2.4. Struktur Antrian
Ada 4 model struktur antrian dasar yang umum terjadi dalam seluruh sistem
antrian :
1. Single Channel Single Phase
Jalur antrian Server Gambar 2.4.1 Single Channel Single Phase
Single Channel berarti hanya ada satu jalur yang memasuki sistem pelayanan atau
ada satu fasilitas pelayanan. Single Phase berarti hanya ada satu fasilitas
pelayanan. Contohnya adalah sebuah kantor pos yang hanya mempunyai satu
loket pelayananan



dengan jalur satu antrian, supermarket yang hanya memiliki satu kasir sebagai
tempat pembayaran, dan lain-lain.
2. Single Channel Multi Phase
Jalur antrian Server Server Server
Gambar 2.4.2 Single Channel Multi Phase
Sistem antrian jalur tunggal dengan tahapan berganda ini atau menunjukkan ada
dua atau lebih pelayanan yang dilaksanakan secara berurutan. Sebagai contoh
adalah : pencucian mobil, tukang cat mobil, dan sebagainya.
3. Multi Channel Single Phase
Jalur antrian Server
Gambar 2.4.3 Multi Channel Single Phase
Sistem Multi Channel Single Phase terjadi di mana ada dua atau lebih fasilitas
pelayanan dialiri oleh antrian tunggal. Contohnya adalah antrian pada sebuah
bank dengan beberapa teller, pembelian tiket atau karcis yang dilayani oleh
beberapa loket, pembayaran dengan beberapa kasir, dan lain-lain.
4. Multi Channel Multi Phase
Jalur antrian Server



Gambar 2.4.4 Multi Channel Multi Phase
Sistem Multi Channel Multi Phase ini menunjukkan bahwa setiap sistem
mempunyai beberapa fasilitas pelayanan pada setiap tahap sehingga terdapat lebih
dari satu pelanggan yang dapat dilayani pada waktu bersamaan. Contoh pada
model ini adalah : pada pelayanan yang dibarikan kepada pasien di rumah sakit
dimulai dari pendaftarran, diagnose, tindakan medis, samppai pembayaran,
registrasi ulang mahasiswa baru pada sebuah universitas, dan lain-lain.
2.5. Model-Model Antrian
Karakteristik dan asumsi dari model antrian dirangkum dalam bentuk notasi.
Notasi standar yang digunakan adalah sebagai berikut :
( a / b / c / d / e )
Di mana simbol a, b, c, d, e merupakan elemen dasar dari model antrian :
1. a = distribusi kedatangan yaitu jumlah kedatangan per satuan waktu
2. b = distribusi waktu pelayanan
3. c = jumlah fasilitas pelayanan ( s = 1, 2, 3, ,
4. d = jumlah maksimum yang deperkenankan berada dalam sistem (dalam
pelayanan ditambah yang di garis tunggu).
5. e = ukuran pemanggil populasi atau sumber.

Notasi standar untuk simbol a dan b sebagai distribusu kedatangan dan distribusi
waktu pelayanan mempunyai kode sebagai berikut :
1. M = Poisson ( Markovian ) untuk distribusi kedatangan atau waktu pelayanan.
2. D = interarrival atau service time konstan ( deterministic )
3. = interarrival atau service time berdistribusi Erlang atau Gamma




Contohnya adalah ( M/ D/ 5/ N/ artinya kedatangan berdistribusi Poisson, waktu
pelayanan konstan, dan terdapat 5 buah fasilitas pelayanan. Jumlah konsumen
dibatasi sebanyak N dan sumber populasi tidak terbatas. Model-model antrian
secara umum antara lain adalah sebagai berikut :
1. Model ( M/ M/ 1/ /

Syarat-syarat dari model ini antara lain :
1. Jumlah kedatangan tiap satuan waktu mengikuti distribusi Poisson
2. Waktu pelayanan berdistribusi Eksponensial
3. Disiplin antrian yang digunakan adalah FCFS
4. Sumber populasi tidak terbatas
5. Jalur antriannya tunggal
6. Tingkat rata-rata kedatangan lebih kecil daripada tingkat rata-rata pelayanan
7. Panjang antrian tidak terbatas
2. Model ( M/ M/ S/ /

Pada model ini fasilitas pelayanan ( server ) bersifat ganda, rata-rata tingkat
kedatangan lebih kecil daripada penjumlahan seluruh rata-rata tingkat pelayanan
di tiap jalur. Syarat yang lain sama dengan model server tunggal.
3. Model ( M/ M/ 1/ /

Model ini merupakan variasi dari model yang pertama, di mana panjang antrian
atau kapasitas tunggu dibatasi maksimum N individu. Jumlah maksimum ini
meliputi individu yang menunggu dan yang sedang dilayani.
4. Model ( M/ M/ 1/ /

Model ini hampir sama dengan model yang pertama haya saja sumber populasi
dibatasi sebanyak N.


2.6 Terminologi dan Notasi Antrian
Terminologi yang biasa digunakan dalam sistem antrian adalah :
1. Keadaan sistem yaitu jumlah aktivitas pelayanan yang terjadi dalam melayani
pelanggan dalam sistem.
2. Panjang antrian yaitu banyaknya satuan yang berada dalam sistem dikurangi
dengan jumlah yang sedang dilayani.




Notasi yang digunakan adalah sebagai berikut :
n = Jumlah nasabah yang mengantri pada waktu t
k = Jumlah satuan pelayanan
= Tingkat kedatangan
= Tingkat pelayanan
= Tingkat kesibukan sistem
= Peluang semua teller menganggur atau tidak ada nasabah dalam sistem
= Peluang nasabah yang datang harus menunggu
= Ekspektasi panjang sistem
L = Ekspektasi panjang antrian
= Ekspektasi waktu menunggu dalam sistem
W = Ekspektasi waktu menunggu dalam antrian
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap barisan antrian dan pelayanan adalah
sebagai berikut :
1. Distribusi kedatangan, kedatangan individu atau berkelompok
2. Distribusi pelayanan, pelayanan individu atau berkelompok
3. Fasilitas pelayanan, berbentuk series, paralel, atau network station
4. Disiplin pelayanan, berbentuk FCFS, LCFS, SIRO atau PP
5. Ukuran dalam antrian, kedatangan bersifat tidak terbatas atau terbatas
6. Sumber pemanggil, bersifat terbatas atau tidak terbatas

2.7 Pola Kedatangan dan Waktu Pelayanan

2.7.1 Pola Kedatangan
Pola kedatangan suatu sistem antrian dapat dipresentasikan oleh waktu antar
kedatangan yang merupakan suatu periode waktu antara dua kedatangan yang
berturut-turut. Kedatangan dapat dipisahkan oleh interval kedatangan yang sama
atau tidak sama probabilitasnya disebut kedatangan acak. Tingkat kedatangan
yaitu jumlah pelanggan yang datang per satuan unit waktu.





Jika kedatangan bersifat acak, harus diketahui dahulu distribusi probabilitas
kedatangannya.
Suatu proses kedatangan dalam suatu sistem antrian artinya menentukan distribusi
probabilitas unntuk jumlah kedatangan untuk suatu periode waktu ( Winston ).
Pada umumnya, suatu proses kedatangan terjadi secara acak dan independent
terhadap proses kedatangan lainnya dan tidak dapat diprediksi kapan pelanggan
akan datang. Dalam hal ini, distribusi probabilitas Poisson menyediakan deskripsi
yang cukup baik untuk suatu pola kedatangan. Suatu fungsi probabilitas Poisson
untuk suatu kedatangan x pada suatu periode waktu adalah sebagai berikut :
Dimana :
x = jumlah kedatangan per periode waktu
= rata-rata jumlah kedatangan per periode waktu
e = 2,71828
2.7.2 Uji Kesesuaian Poisson
Uji kesesuaian Poisson dilakukan dengan uji Chi Square ( yang didefinisikan
sebagai berikut:
= data yang diuji mengikuti distribusi
= data yang diuji tidak mengikuti distribusi
Statistik test didefinisikan sebagai berikut :
Dimana :
= frekuensi observasi ke-i
= frekueensi harapan ke-i
Dalam uji Chi Square, data observasi mengikuti distribusi saat



2.7.3 Pola Pelayanan
Pola pelayanan ditentukan oleh waktu pelayanan yaitu waktu yang dibutuhkan
untuk melayani pelanggan pada fasilitas pelayanan. Waktu pelayanan dapat
berupa waktu pelayanan konstan ataupun variabel acak yang telah diketahui
probabilitasnya. Tingkat pelayanan adalah jumlah pelanggan yang dilayani per
satuan waktu. Dengan asumsi channel selalu dalam keadaan sibuk sehingga tidak
ada waktu idle yang dialami oleh channel itu.
Waktu pelayanan antara fasilitas pelayanan dengan fasilitas pelayanan yang lain
biasanya tidak konstan. Distribusi probabilitas untuk waktu layanan biasanya
mengikuti distribusi probabilitas Eksponensial yang formulanya dapat
memberikan informasi yang berguna mengenai operasi yang terjadi pada suatu
antrian. Persamaan distribusi Eksponensialnya adalah sebagai berikut :
Dimana :
x = ( nilai tengah )
= rata-rata yang didekati dengan
e = 2,71828
2.7.4 Uji Kesesuaian Eksponensial
Uji kesesuaian Eksponensial dilakukan dengan uju Kolmogorov-Smirnov dengan
cara sebagai berikut :
= data yang diuji mengikuti distribusi
= data yang diuji tidak mengikuti distribusi
Statistik test didefinisikan sebagai berikut :



Dalam uji Kolmogorov-Smirnov suatu data dikatakan mengikuti distribusi jika
2.8 Formula yang Digunakan
Formula yang digunakan antara lain :
1. Tingkat kesibukan sistem

2. Peluang tidak ada nasabah dalam sistem atau teller mengganggur (

3. Peluang nasabah yang datang harus menunggu untuk dilayani

4. Jumlah rata-rata nasabah dalam antrian

5. Jumlah rata-rata nasabah dalam sistem )





6. Waktu rata-rata nasabah dalam antrian

7. Waktu rata-rata nasabah dalam sistem

Dengan : = tingkat kesibukan sistem
k = jumlah server yang ada
= rata-rata tingkat kedatangan
= rata-rata tingkat pelayanan






BAB IV
JADWAL PELAKSANAAN
Demi kelancaran pelaksaan tugas akhir ini kami membuat jadwal pelaksanaan
seperti tabel berikut
'
URAIAN
EERJAAN
BULAN
FEBR
UARI
MARE
T
ARI
L
MEI JUNI JULI
AGUS
TUS
1 1 1 1 1 1 1
1 engajuan rsal

2 Ad inistarsi TA
3 BABendahuluan
BABata ustaka

BABetdlgi
elaksanaan

e buatan del
jaringan

7 e buatanatrik asal
tujuan

e inar TA


9
Survelalulintas

1 alidasidel jaringan
1
1
valuasi kinerja
jaringan

1
2
Evaluasi
alternatife

1
3
esiulan
1 Sidang tugas akhir
1 evisi hasil sidang

Anda mungkin juga menyukai