Anda di halaman 1dari 9

PSIKOLOGI KEREKAYASAAN

Tugas Mata Kuliah :


Psikologi Industri dan Organisasi

Nama Dosen :
Ibu Laila Meiliyandrie I Wardani, PhD









Nama Penyusun :
Aviza Ananta Bhakti
Heggi Aditya
Lailatus Sifa

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2014

PSIKOLOGI KEREKAYASAAN
psikologi kerekayasaan (engineering psychology)

Menurut Chapanis, psikologi kerekayasaan terutama memprerhatikan penemuan dan penerapan
informasi tentang perilaku manusia dalam kaitannya dengan mesin-mesin, peralatan, pekerjaan,
dan lingkungan kerja.
Chapanis selanjutnya mengatakan bahwa kerekayasaan factor manusia pada umumnya
dipandang sebagai satu istilah umum untuk bidang yang memperhatikan:
a) Unjuk kerja, perilaku manusia, dan pelatihan dalam sistem mesin-manusia
b) Rancangan dan pengembangan diri sistem mesin-manusia
c) Penelitian medis dan biologis yang berkaitan dengan sistem
Tugas psikologi kerekayasaan memandang pekerjja sebagai suatu konstanta psikologis dan
biologis yang mengandung banyak kecakapan dan keterbatasan yang ditentukan oleh
pembawaan.
Tugas psikologi kerekayasaan ialah mengubah
a) Mesin-mesin dan alat-alat yang digunakan manusia dalam pekerjaannya, atau
b) Lingkungannya tempat ia bekerja, untuk membuat pkerjaannya lebih sesuai dengan
manusia
Singleton memiliki pandangan yang serupa dengan Chapanis dalam arti bahwa ergonomika-
teknologi dari rancangan kerja didasarkan pada ilmu-ilmu biologi manusia: anatomi, fisiologi,
dan psikologi.




PENDAHULU PSIKOLOGI KEREKAYASAAN
1. Manajemen Ilmiah
Pekerjaan dari Frederick W. Taylor, yang menekankan efisiensi dalam melakukan tugas
pekerjaan, yang membuat berbagai macam peralatan yang disesuaikandengan bentuk
dan berfungsinya anggota badan merupakan pendahulu dari psikologi kerekayasaan.
2. Analisa Waktu dan Gerak
Dengan menganalisi gerak tangan dan gerak lengan dari tukang pasang batu tembok
Gilberth mengurangi gerak yang tidak prlu dan berhasil meningkatkan pemasangan batu
bata dalam satu jam dari 120 bata sampai 350 bata.
3. Kondisi Kerja
Penelitian lain yang merupakan pendahulu psikologi kerekayasaan ialah penelitian
eksperimental yan dilakukan tentang lingkungan kerja fisik. Penelitian di Hawthorne,
dekat Chicago (Amerika Serikat), yang dilakukan oleh para ilmuean dari Universitas
Harvard di pabrik yang besar dari Western Electric Company bertujuan untuk
mengetahui dampak dari cahaya penerangan terhadap produktivitas. Dari hasil-hasil
penelitian ditemukan bahwa produktivitas bukan hanya merupakan gejala keteknikan
saja, tapi juga merupakan gejala sosial.
KONDISI KERJA

1. Kondisi Fisik Kerja.
Lingkungan kerja fisik mencakup setiap hal dari fasilitas parkir di luar gedung perusahaan,
lokasi dan rancangan gedung sampai jumlah suara dan cahaya yang menimpa meja kerja atau
ruang kerja seorang tenaga kerja.
a) Iluminasi (penerangan).
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam iluminasi ialah: kadar (intensity) cahaya,
distribusi cahaya dan sinar yang menyilaukan. Faktor yang lain dari iluminasi ialah
distribusidari cahaya dalam kamar atau daerah kerja. Untuk pekerjaan tertntu diperlukan kadar
cahaya tertentu sebagai peenerangan.


b) Warna.
Banyak orang memberikan makna yang tinggi kepada penggunaan warna atau kombinasi
warna yang tepat untuk ruanga-ruangan di rumah, di kantor, dan di pabrik. Hal ini tidaklah
berarti bahwa warna tidak mempunyai warna dalam pekerjaan. Warna dapat digunakan sebagai:
Alat sandi atau coding device (Schultz, 1982), atau sebagai pencipta kontras warna
(Suyatno, 1985).
Upaya menghindari timbulnya ketegangan mata(Schultz, 1982). Setiap warna berbeda
dalam kemampuan pantulan cahayanya.
Alat untuk menciptakan ilusi tentang besarnya dan suhunya ruangan kerja (Schultz, 1982),
yang memiliki efek psikologis (Suyatno, 1985).

Warna Efek jarak Efek suhu Efek psikis
Biru Jauh Sejuk Menenangkan
Hijau Jauh Sangat sejuk Sangat menenangkan
Merah Dekat Panas Sangat mengganggu
Orange Sangat dekat Sangat panas merangsang

c) Bising (noise).
McCormick menggabungkan aspek bunyi yang tidak diinginkan dengan batasan dari
Burrows dengan mengatakan bahwa tampaknya masuk nalar dengan mengatakan bahwa bunyi
atau suara yang tidak diinginkan ialah bunyi yang tidak memiliki hubungan informasi dengan
tugas atau aktivitas yang dilaksanakan.
Tingkat-tingkat kerasnya suara atu bunyi tertentu dapat merupakan ancaman bagi
pendengar. Menurut Schultz (1982) seorang pekerja yang sehari-hari mendengar bunyi pad
tingkat 80 desibel ke atas untuk jangka waktu yang lama pasti akan menderita kehilangan
pendengaran tertentu.
Akibat-akibat lain dari tingkat bising yang tinggi ialah:
a) Timbulnya perubaha fisiologis. orang-orang yang mendengar bising pada tingkat 95-110
desibel, terjadi penciutan dari pembuluh darah, perubahan detak jantung, dilatasi dari pupil-
pupil mata dan bising yang keras dapat meningkatkan tekanan darah dan dapat ikut
mengakibatkan sakit jantung juga meningkatkan ketegangan otot.
b) Adanya dampak psikologis. Mereka yang bekerja dalam lingkungan yang ekstrem bising
lebih agresif, penuh curiga, dan cepat jengkel dibandingkan dengan mereka yang bekerja
dalam lingkungan yang lebih sepi.

McCormick menyimpulkan bahwa terdapat bukti bahwa bising:
a) Menghasilkan penurunan pada prestasi kerja.
b) Tidak mempunyai pengaruh terhadap prestasi kerja.
c) Menghasilkan peningkatan pada prestasi kerja.

Pengurangan tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan cara:
a) Mengurangi bunyi mesin, dengan cara membuat mesin-mesin yang lebih halus suaranya,
dengan meredam suara dari mesin-mesin.
b) Memasang dinding yang kedap suara.
c) Mengharuskan para karyawan memakai alat pelindung pendengaran, misalnya dengan
menggunakan kapas penutup telinga,atau lat penutup telinga (ear plugs).

d) Musik dalam bekerja.
Sejak tahun 1940-an banyak perusahaan di Amerika Serikat mulai memperdengarkan music
yang mengiri, sebagai latar belakang karyawan bekerja. Sebagaimana halnya dengan warna,
banyak yang berpendapat bahwa musik yang mengiringi kerja dapat meningkatkan
produktivitas karyawannya. Hasil penelitian tidak menunjukkan hasil yang tegas tentang hal ini.
Pada umumnya para tenaga kerja bekerja dengan perasaan senang, bekerja lebih keras, tidak
banyak absen, dan kurang merasa lelah pada akhir hari kerja.
Musik tampaknya memiliki pengaruh yang baik pada pekerjaan-pekerjaan yang sederhana,
rutin dan monoton, sedangkan pad pekerjaan yang lebih majemuk dan memerlukan konsentrasi
yang tinggi pad pekerjaan, pengaruhnya dapat menjadi sangat negatif.
Suyatno (1985) berpendapat bahwa musik pengiring kerja harus dipandu oleh pertimbangan
sebagai berikut:
1. Musik dalam bekerja harus menciptakan suasana akustik yang menghasilkan efek
menguntungkan pada pikiran.
2. Musik akan bernilai sekali pada pekerja tangan pada pekerjaan repetitif dan pekerjaan lain
yang hanya memerlukan sedikit kegiatan mental.
3. Musik tidak akan bernilai tinggi jika ada suara atau bunyi lain yang cukup keras.
4. Musik bernada meriah diperdengarkan secar singkat pada awal hari, permulaan kerja, untuk
membangkitkan gairah, diperdengarkan juga pada akhir hari, dan empat kali masing-masing
selama setengah jam diperdengarkan musik ringan ditengah hari.
5. Tempo musik janga terlalu lambat (slow) tetapi juga janga terlalu cepat.

2. Kondisi Lama Waktu Kerja
a) Jam kerja.
Jumlah jam kerja diIndonesia umumnya adalah 40jam. Ada organisasi kerja yang membagi
40jam kerja kedalam 6hari kerja. Ada juga yang membaginya kedalam 5hari jam kerja. Hasil
penelitian juga menunjukkan adanya hubungan yang menarik antara jam-jam kerja nominal dan
aktual. Jika jam kerja nominal ditambah maka jam kerja aktual malahan menurun.
b) Kerja paro-waktu tetap.
Menurut Schultz (1982) mempekerjakan paro waktu menarik bagi:
Orang-orang yang bertanggung jawab atas urusan rumah tangga.
Orang-orang yang cacat jasmaniah, yang menghadapi masalah mobilitas yaitu masalah
pergi dan pulang dari tempat kerja.
Orang-orang yang sedang mengalami krisis usia tengah baya.
Orang-orang yang memang tidak bersedia bekerja selama 40 jam per minggu kerja di
kantor atau di pabrik.
Yang termasuk dalam kelompok ini ialah para tenaga kerja muda yang menyukai gaya
hidup yang lentur, yang dimungkinkan dengan bekerja paro waktu. Mereka senang dengan
peluang untuk bekerja paro-waktu karena, disamping mendapatkan tambahan penghasilan,
dapat memenuhi kebutuhan mereka akan aktivitas yang bermakna.
c) Empat hari minggu kerja.
Dengan 4 hari kerja per minggu mereka harapkan akan terjadi peningkatan pada
produktivitas dan efisiensi pekerja dan pengurangan dari jumlah absensi tenaga kerja. Dari
hasil-hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, secara keseluruhan, penerapan 4 hari kerja per
minggu pada kebanyakan kasus (perusahaan) meruakan suatu keberhasilan, namun bukan tanpa
kritik. Ada tanda-tanda yang menunjukkan adanya sedikit penuruna dari penerapan4 hari kerja
per minggu, digantikan dengan pengaturan waktu kerja yang lain, yaitu jam-jam kerja lentur.
d) Jam kerja lentur.
Ternyata penerapan jam kerja lentur berhasil dan memberikan beberapa keuntungan.
Kemacetan lalu lintas pada jam-jam sibuk jauh lebih berkurang, malah pada kasus-kasus
tertentu sudah tidak merupakan masalah lagi.para tenaga kerja tiba di tempar kerja dengan
perasaanyang lebih tenang dan dapat segera di mulai bekerja.
Hasil penelitian pada perusahaan-perusahaan yang menggunakan jadwal jam kerja lentur
menunjukkan keuntungan berikut:
Produktivitas naik pada hampir separo dari perusahaan-perusahaan.
Angket absensi berkurang pada lebih dari 75% dari perusahaan-perusahaan.
Keterlambatan datang berkurang 84% dari perusahaan-perusahaan.
Angka keluar masuk tenaga kerja berkurang pada lebih dari 50% dari perusahaan-
perusahaan.
Semangat kerja tenaga kerja meningkat pada hampir semua perusahaan.
4. Sistem Mesin-Manusia
Pada permulaan perang dunia II para sarjana psikologi kerekayasaan bersibuk diri
dengan masalaj-masalah rancangan peralatan. Keadaan ini berkembang menjadi lebih luas
dengan melihat manusia tenaga kerja sebagai komponen tidak terpsisahkan dari komponen
mesin dalam satu sistem.
Sistem Mesin-Manusia adalah sistem dimana kedua komponen harus bekerja sama
untuk menyelesaikan pekerjaan. Masing-masing komponen (komponen manusia saja, atau
komponen mesin saja) tidak berarti tanpa adanya komponen yang lain sebagai pelengkapnya.
Ada dua macam sistem mesin manusia, yaitu sistem mesin manusia yang ber-ikal-
terbuka dan yang ber-ikal-tertutup (open-loop dan closed-loop men-macinesystem).
Pada ikal terbuka suatu masukan memasuki titik tertentu, membuat suatu mekanisme
kembali bekerja, dan terjadilah suatu kegiatan tertentu. Misalnya sistem alat pengaman
kebakaran (overhead sprinkler system) yang kita temukan dalam ruang-ruang gedung
bertingkat. Sedangkan sistem ikal tertutup sebaliknya, merupakan sistem yang dapat mengatur
diri sendiri. Misalnya ruangan dengan sistem pendingin (AC dengan alat termostat). Sistem
mesin manusia yang ber-ikal-tertutup lebih efisien dari pada sistem ber-ikal-terbuka. Tugas
dalam merancang sistem mesin manusia ialah guna menentukan cara yang paling efektif untuk
menyajikan keterangan kepada operator manusia dengan menggunakan peragaan penglihatan,
peragaan pendengaran atau peragaan perabaan.
Tugas lain dalam merancang sistem mesin manusia ialah untuk merancang ruang kerja
(work space).
5. Penyajian Informasi
Dalam merancang konstruksi mesin, yang pengaruhnya besar terhadap efisiensi kerja,
ialah keputusan yang harus di ambil tenteng perga apa yang akan digunakan (peraga penglihatan
atau pendengaran) sebagai saluran komunikasi antara mesin dan manusia serta bagaimana
bentuk peraga tersebut. Penetapan dari saluran komunikasi antara mesin dan manusia
tergantung pada :
a. Jenis informasi yang harus di alihkan
b. Dengan cara bagaimana informasi akan digunakan
c. Lokasi dari tenaga kerja
d. Lingkungan tempat tenaga kerja beroperasi
e. Sifat dari alat indra itu sendiri (sifat kuping dan mata)
6. Fungsi-fungsi kendali
Dalam kebanyakan sistem mesin manusia, operator menerima informasi melalui
beberapa alat indranya, mengolah informasi ini dengan berbagai macam cara, untuk kemudian
mengambil suatu tindakan. Tindakan ini biasanya dilakukan melalui suatu kendali, misalnya
suatu tombol, kenop, engkol atau oengungkit. Hasil penelitian dan pengalaman menunjukan
bahwa dengan cara apa alat-alat kendali dirancang dapat mempunyai dampak yang penting
terhadap kecepatan dan kecermatan tindakan tenaga kerja dalam mengoperasikan mesin.
Dengan kata lain jika alat kendali kurang tepat dapat saja tenaga kerja kurang cepat atau kurang
cermat menggunakan alat kendali tersebut sehingga memberikan akibat yang merugikan.






KESIMPULAN

psikologi kerekayasaan (engineering psychology) Memperhatikan penemuan dan penerapan
informasi tentang perilaku manusia dalam kaitannya dengan mesin-mesin, peralatan, pekerjaan
dan lingkungan kerja.
Kenyamanan seorang tenaga kerja dalam ruangan tergantung pada bagaimana kita menerapkan
konsep yang senyaman mungkin. Dari mulai tatanan meja, pencahayaan yang normal hingga
music.
Jam kerja yang pas juga menentukkan kenyaman seorang tenaga kerja. Agar tenaga kerja tidak
terlalu lelah dalam berkerja, maka dari itu waktu jam kerja dapat diatur agar kondisi tenaga
kerja tetap fresh.


DARFTAR PUSTAKA
munandar, a. s. (2001). psikologi industri dan organisasi. jakarta: penerbit universitas indonesia.

Anda mungkin juga menyukai