Anda di halaman 1dari 39

Psikologi Industri & Organisasi

BAB 4
KONDISI KERJA
DAN PSIKOLOGI
KEREKAYASAAN
Bagian ini akan mengungkapkan tentang ancangan lain dari proses
interaksi manusia dengan lingkungan kerjanya,yaitu mengenai pengaruh
timbal balik dari berbagai kondisi kerja dengan tenaga kerja dan
rancangan pekerjaan,rancangan ruang kerja yang disesuaikan dengan
keterampilan dan keterbatasan manusia sebagai tenaga kerja.

Ancangan ini dikenal sebagai psikologi kerekayasaan (engineering


psychology).Istilah lain yang berdekatan artinya dengan hal in
adalahKerekayasaan faktor faktor manusia (Human factors
engineering),kerekayaan manusia (human
engineering),biomekanika,ergonomika,Psikoteknologi,psikologi
eksperimen terapan – CHAPANIS ,1976.

Meskipun istilah istilah ini memiliki arti yang berdekatan,tetapi


tampaknya banyak mengandung perbedaan yang mendasar,karena
kemudian nama atau sebutan/istilah tsb merupakan topik diskusi yang
hangat diantara para profesional.
Salah satunya adalah perbedaan antara psikologi kerekayasaan
(engineering psychology) dan kerekayasaan faktor faktor manusia
(human factors engineering).

Menurut CHAPANIS, 1976 psikologi kerekayasaan terutama


memperhatikan penemuan dan penerapan informasi tentang perilaku
manusia dalam kaitannya dengan mesin,peralatan,pekerjaan,dan
lingkungan kerja.
Tujuan akhir dari bidang ini ialah membantu dalam membuat rancangan
dari peralatan,tugas,tempat kerja dan lingkungan kerja sedemikian rupa
sehingga hal hal tsb menjadi pasangan yang tepat bagi kemampuan dan
keterbatasan tenaga kerja.

Sedangkan kerekayasaan manusia pada umumnya dipandang sebagai


suatu istilah umum untuk bidang yang memperhatikan :
(1) Unjuk kerja,perilaku manusia,dan pelatihan dalam sistem mesin –
manusia.
(2) Rancangan & pengembangan dari sistem mesin – manusia.
(3) Penelitian medis & biologis yang berkaitan dengan sistem
Berdasarkan hal ini,maka kerekayasaan faktor faktor manusia
menarik/memanfaatkan bagian tertentu yang terdapat dalam ilmu ilmu
yang mengkaji manusia seperti anatomi,antropometri,fisiologi
terapan,kesehatan lingkungan,sosiologi,toksikologi,dan sebagian lagi dari
bidang kerekayasaan seperti rancangan industrial dan riset operasi.

Sedangkan psikologi kerekayasaan dapat dilihat sebagai salah satu


cabang ilmu yang memberikan sumbangannya kepada bidang yang lebih
luas yaitu Kerekayasaan faktor faktor manusia.

Psikologi kerekayasaan memandang tenaga kerja sebagai suatu konstanta


psikologis dan biologis yang mengandung banyak kecakapan dan
keterbatasan yang ditentukan oleh faktor bawaan.

Tugas ahli psikologi dibidang psikologi kerekayasaan ialah mengubah :


(1) mesin dan alat yang digunakan manusia dalam pekerjaannya.
(2) Lingkungan tempat bekerja,agar pekerjaannya lebih sesuai.
Pakar yang juga memiliki pendapat yang sama dengan CHAPANIS adalah
SINGLETON ,dengan tambahan bahwa kerekayasaan faktor faktor
manusia sama dengan ergonomik.

perbedaan antara psikologi kerekayasaan dan kerekayasaan faktor faktor


manusia secara konseptual dapat dijelaskan ,namun secara operasional
kedua cabang ilmu ini tidak dapat dipisahkan/dibedakan.

Pakar yang tidak membedakan kedua bidang tersebut diatas adalah


SCHULTZ 1982,Ia berpendapat bahwa :
“… mencocokkan operator dengan mesin merupakan bidang kajian psikologi kerekayasaan
yang juga disebut kerekayasaan faktor faktor manusia.Bidang ini adalah cangkokan dari
kerekayasaan dan pengetahuan psikologik.Kita dapat mendefinisikan secara formal sebagai
ilmu dari kerekayasaan mesin atau alat alat untuk digunakan oleh manusia,dan sebagai ilmu
dari kerekayasaan perilaku manusia untuk pengoperasian yang tepat dari mesin mesin.”
Definisi atau batasan dari SCHULTZ ini terlalu sempit,membatasi pada
interaksi manusia dengan mesin dan alat alat kerja saja.
Karena iti dalam bagian ini,akan digunakan batasan dari Mc
Cormick,1970 tentang kerekayasaan faktor faktor manusia yang dianggap
sama dengan Psikologi Kerekayasaan yaitu :

Sasaran dari KEREKEYASAAN FAKTOR FAKTOR MANUSIA ialah menunjang


atau menggalakkan efektivitas penggunaan dari objek objek fisik dan
fasilitas yang digunakan manusia dan untuk memelihara atau menunjang
nilai nilai manusia tertentu yang baik (yang diinginkan) dalam proses ini.

Ancangan dari KEREKAYASAAN FAKTOR FAKTOR MANUSIA ialah


penerapan sistematis dari informasi yang relevan tentang ciri ciri dan
perilaku manusia pada rancangan/desain dari benda benda yang
digunakan manusia dan pada metoda penggunaannya,serta dalam
rancangan lingkungan tempat manusia bekerja dan hidup.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa KEREKAYASAAN (
FAKTOR FAKTOR) MANUSIA dapat dianggap sebagai proses
merancang sesuatu yang digunakan manusia.
PELOPOR PSIKOLOGI
KEREKAYASAAN
1. MANAJEMEN ILMIAH

• Hal yang dilakukan oleh FREDERICK W.TAYLOR ,yang menekankan


efisiensi dalam melakukan pekerjaan,dengan membuat berbagai
macam peralatan yang disesuaikan dengan bentuk dan fungsi anggota
tubuh tenaga kerja manusia merupakan pelopor dalam psikologi
kerekayasaan.
2.ANALISIS WAKTU & GERAK

• GILBRETH dengan therblig nya (simbol simbol dari berbagai macam


gerak) yang diciptakan dalam rangka kajian atau analisis waktu dan
gerak (time and motion analysis).

• Melalui hal ini ,ia dan rekan rekannya sampai pada penyederhanaan
dan pembakuan kerja (work simplification and work standardization).
3.KONDISI KERJA

• Penelitian di HAWTHORNE,dekat Chicago yang dilakukan oleh para


ilmuwan dari universitas HARVARD pada pabrik Western Electric Company
bertujuan untuk mengetahui dampak dari cahaya penerangan terhadap
produktivitas.

• Dewasa ini penelitian tentang dampak lingkungan yang ekstrim,yang luar


biasa,bahkan yang “bermusuhan” terhadap pelaksanaan pekerjaan para
tenaga kerja merupakan bagian yang penting dari psikologi kerekayasaan.
KONDISI KERJA

• 1. KONDISI FISIK KERJA.


(a) Iluminasi (penerangan)
(b) warna.
(c) Bising (noise).
(d) Musik dalam bekerja.
• 2. KONDISI LAMA WAKTU KERJA.
(a) jam kerja.
(b) Kerja paro waktu tetap.
(c) Kerja empat hari/minggu.
(d) Jam kerja lentur.
KONDISI KERJA FISIK

• Lingkungan kerja fisik mencakup setiap hal,mulai dari fasilitas parkir


diluar gedung perusahaan,lokasi dan rancangan gedung,sampai
jumlah cahaya,dan suara yang terdapat pada ruang seorang tenaga
kerja.

• Rancangan kantor memberikan pengaruh terhadap produktivitas


kerja.

• SCHULTZ,1982, mengajukan suatu hasil penelitian di Amerika tentang


pengaruh kantor yang dirancang seperti dialam terbuka.Tanpa dinding
yang membagi ruang kedalam kamar yang terpisah pisah.Semua
karyawan dari pangkat yang terendah sampai menengah
dikelompokkan dalam satuan kerja fungsional,yang dipisahkan dari
satuan lainnya oleh tanaman,lemari dan rak buku yang pendek.Situasi
ini melancarkan arus komunikasi yang harus dilakukan oleh semua
unit kerja.
Situasi ini juga menunjang adanya keterbukaan,timbulnya rasa keikatan
dan kerjasama kelompok,serta mengurangi rntangan psikologis antara
manajemen dan karyawan

Meskipun demikian faktor kelemahan tetap masih ada,keluhan utama


tentang kantor dengan rancangan “alam terbuka” ini berkaitan dengan
adanya keluhan tentang berkurangnya keleluasaan pribadi,banyaknya
kebisingan yang dirasakan,dan kesulitan untuk berkonsentrasi.

Selain masalah rancangan ruang kerja,diteliti juga faktor faktor


lingkungan yang spesifik seperti (a) penerangan (iluminasi),(b) warna,(c)
kebisingan dan (d) musik.
a. Penerangan (iluminasi)

• Bekerja dalam ruangan yang terang akan berbeda dengan bekerja dalam
ruangan yang cahayanya remang remang.

• Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penerangan (iluminasi


adalah, (a) kadar cahaya (intensitas),(b) distribusi cahaya, dan (c) sinar
yang menyilaukan.

• (a) untuk kadar cahaya (intensitas),Illuminating engineering Society telah


merekomendasikan suatu patokan baku iluminasi untuk berbagai macam
situasi dan tugas.
b. Pengaturan distribusi dalam ruangan atau daerah kerja yang ideal
ialah jika cahaya dapat didistribusikan secara merata pada keseluruhan
lapangan visual.

Memberikan cahaya penerangan pada suatu daerah kerja lebih tinggi


kadar cahayanya dibandingkan dengan daerah sekelilingnya,akan
menimbulkan kelelahan pada mata (eyestrain) setelah jangka waktu
tertentu.

Hal ini terjadi karena kita dalam bekerja juga mengalihkan pandangan
dari daerah kerja kedaerah sekelilingnya, dan ini membuat pupil mata
kita membesar kala melihat daerah yang lebih gelap,dan mengecil pada
saat melihat daerah yang lebih terang.
(c) Sinar yang menyilaukan merupakan faktor yang dapat menimbulkan
berkurangnya efisiensi visual dan meningkatkan ketegangan mata, serta
mengaburkan pandangan .

Silau dalam bekerja dapat diatasi dengan berbagai cara,yang pada


dasarnya “menutupi “ sumbercahaya yang menimbulkan kesilauan
dengan pelindung,atau diletakkan diluar bidang pandangan pekerja,bisa
juga dengan memberi semacam visor atau menggunakan pelindung
mata.

Suyatno,1985 secara rinci menyarankan apa yang harus diperhatikan agar


silau diruang tamu,kantor,ruang kelas,dan ruang kerja lainnya dapat
dihindari.

SCHULTZ menganjurkan untuk memberikan iluminasi yang seragam pada


daerah kerja untuk menghindari silau.Ini dapat dilakukan dengan
penerangan yang tidak langsung.sehingga tidak ada cahaya yang
langsung kena mata.
b.WARNA

• Erat kaitannya dengan iluminasi ialah penggunaan warna pada


ruangan dan peralatan kerja.
• Banyak orang memberikan makna yang tinggi pada penggunaan
warna atau kombinasi warna dikantor atau dipabrik,dan berpendapat
bahwa penggunaann warna atau kombinasi warna yang tepat dapat
meningkatkan produksi,menurunkan kecelakaan dan kesalahan
kerja,serta meningkatkan semangat kerja.Tetapi pandangan
pandangan ini belum ditunjang oleh penelitian.
• Penggunaan warna pada ruangan dan peralatan kerja yang memang
bermakna adalah sebagai ,(1) Coding device dan sebagai pencipta
kontras warna, (2) Upaya menghindari ketegangan dan kelelahan
mata, (3) alat untuk menciptakan ilusi tentang besar dan suhu ruang
kerja,serta EFEK PSIKOLOGIS .
c.BISING (noise)

• BURROWS dalam McCormick 1970 mengatakan bahwadalam


kerangka teori informasi,yang disebut/dinamakan sebagai BISING
ialah “that auditory stimulus or stimuli bearing no informational
relationship to the presence or completion of immediate task.”
• Bising dapat menyebabkan seseorang kehilangan pendengaran (TULI
). McCormick 1970 membedakan (1) kerusakan pendengaran kerena
syaraf (nerve deafness) dan (2) karena konduksi (Conduction
deafness).
• (1) pada umumnya terjadi kerena frekuensi frekuensi suara yang
tinggi lebiih sering dialami dibandingkan dengan suara dengan
frekuensi yang rendah. Atau karena usia.
• (2) merupakan tuli sementara.
Tingkat/derajat kekerasan suara atau bunyi tertentu dapat merupakan
ancaman bagi pendengaran.Tingkat desibel tertentu dapat menimbulkan
hilangnya pendengaran secara sementara,atau secara permanen.

Menurut SCHULTZ 1982 seorang pekerja mendengar bunyi pada tingkat


80 desibel keatas untuk jangka waktu yang lama pasti akan menderita
kehilangan pendengaran tertentu.

Mendengar suara dengan tingkat desibel 100 – 125 dalam jangka waktu
yang pendek ,orang akan mengalamim ketulian sementara. Dalam waktu
yang singkat mendengar bunyi dengan tingkat desibel 150 keatas ,orang
dapatmenjadi tuna rungu permanen.
Akibat akibat lain dari tingkat bising yang tinggi adalah :

(1).Timbulnya perubahan fisiologis.


Penelitian menunjukkan pada orang orang yang mendengar bising pada
tingkat 95 – 110 dB,terjadi penciutan dari pembuluh darah,perubahan
detak jantung,dilatasi pupil mata.
Penyempitan dari pembuluh darah tetap berlangsung beberapa waktu
setelah tidak ada bising lagi dan mengubah persediaan darah untuk
seluruh tubuh.
Suatu paparan yang bersinambung terhadap bising yang keras dapat
meningkatkan tekanan darah,dan dapat menyebabkan sakit
jantung.Bising yang keras dapat meningkatkan ketegangan otot.

(2) Adanya dampak psikologis.


Bising dapat mengganggu kesejahteraan emosional.Mereka yang bekerja
dalam lingkungan yang ekstrim bising lebih agressif,penuh curiga,dan
cepat merasa jengkel dibandingkan dengan mereka yang bekerja dalam
lingkungan yang sepi.
Hasil hasil penelitian terhadap dampak negatif dari bising menunjukan
“bukti” yang berbeda beda.

McCormick menyimpulkan adanya “bukti “ bahwa bising ,


(1) menghasilkan penurunan prestasi kerja.
(2) Tidak mempunyai pengaruh terhadap prestasi kerja.
(3) menghasilkan peningkatan pada prestasi kerja.
Dengan perkataan lain,penelitian hingga dewasa ini belum dapat
memberikan jawaban yang pasti tentang pengaruh bising terhadap
prestasi kerja.

Pengurangan tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan cara :


(1).mengurangi bunyi mesin
(2).memasang dinding kedap suara
(3).mengharuskan karyawan menggunakan alat pelindung pendengaran.
d.MUSIK DALAM BEKERJA

• Musik tampaknya memiliki pengaruh yang positif pada pekerjaan


pekerjaan yang sederhana,rutin,dan monoton,sedangkan pada
pekerjaan yang lebih majemuk dan memerlukan konsentrasi
tinggi,pengaruhnya menjadi sangat negatif.
• SCHULTZ 1982 mengemukakann hasil penelitian,bahwa lebih dari 80%
penyelia dan bukan penyelia berpendapat,musik sebagai latar
belakang akan menciptakan lingkungan kerja yang lebih
menyenangkan.
• 40% dari mereka percaya bahwa musik akan meningkatkan kuantitas
dan kualitas kerja para bawahan mereka.
• 86% dari penyelia berkeyakinan bahwa bawahannya merasa senang
mendengarkan musik mengiringi kerja mereka selama jam jam kerja.
SUYATNO 1985 berpendapat bahwa musik sebagai pengiring kerja harus
dipandu oleh pertimbangan sebagai berikut :
(1) Musik dalam bekerja harus menciptakan suasana akustik yang
menghasilkan efek yang menguntungkan fikiran.
(2) Musik akan bernilai sekali pada pekerjaan yang bersifat repetitif dan
pekerjaan lain yang hanya memerlukan sedikit kegiatan mental.
(3) Musik tidak akan bernilai tinggi jika ada suara atau bunyi lain yang
cukup keras.
(4) Musik bernada meriah diperdengarkan secara singkat pada awal
hari,permulaan kerja,untuk membangkitkan gairah,diperdengarkan juga
pada akhir hari,dan empat kali masing masing selama ½ jam
diperdengarkan musik ringan ditengah hari.
(5) Tempo musik jangan terlalu lambat tetapi juga jangan terlalu
cepat.Irama yang lambat bisa membuat mengantuk,sedangkan irama
yang cepat dapat menganggu dan mengakibatkan ketergesaan.
KONDISI LAMA WAKTU KERJA.
a.JAM KERJA

• Jumlah jam kerja dalam 1 minggu,di Indonesia,pada umumnya adalah 40


jam.
• Dari 40 jam kerja perminggu ternyata bahwa secara aktual orang bekerja
kurang dari 40 jam.
• Hasil hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara jam
kerja nominal – yaitu jam kerja sebagaimana yang telah ditetapkan
berdasarkan peraturan - ,dengan jumlah jam kerja aktual – yaitu jam kerja
sebagaimana yang dijalankan oleh tenaga kerja.
• Hasil penelitian dari Schultz 1982 membuktikan bahwa dari 37,5 jam kerja
perminggu (nominal),tidak lebih dari 20 jam yang digunakan untuk benar
benar bekerja (aktual).
Hal ini menunujukkan bahwa hampir separuh dari jam kerja setiap
minggu merupakan waktu waktu yang hilang bagi
perusahaan.Perusahaan membayar dua kali lipat untuk pekerjaan yang
diterimanya.

Hasil penelitian juga menunjukkan adanya hubungan yang menarik


antara jam kerja nominal dan jam kerja aktual,jika jam kerja nominal
bertambah maka jam kerja aktual malahan menurun.

Akibat tambahan dari jam kerja nominal yang ditambah adalah naiknya
secara mencolok angka kecelakaan,sakit,dan absen.

Bila jumlah jam kerja nominal dikurangi apakah jam kerja aktual akan
naik?. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah jam aktual
akan meningkat bila jumlah jam nominal berkurang.
Namun kajian kajian lain menunjukkan bahwa pengurangan dari jam
kerja nominal tidak mempunyai pengaruh terhadap jumlah jam kerja
aktual.
b.KERJA PARO WAKTU TETAP

• Beberapa dasa warsa yang lalu tampak adanya kecenderungan dari tenaga
kerja ,yang makin lama makin meningkat,untuk bekerja sebagai pekerja
paro waktu tetap (permanent part time employees)
• Menurut Schultz 1982 bekerja paro waktu menarik bagi :
• (1) Orang orang yang yang bertanggung jawab atas urusan rumah tangga.
• (2) Orang orang yang cacat jasmaniah.
• (3) Orang orang yang sedang mengalami krisis usia tengah baya.
• (4) Orang orang yang memang tidak bersedia untuk bekerja selama 40 jam
kerja perminggu dikantos atau di pabrik
c.EMPAT HARI KERJA/MINGGU

• Berapa jumlah hari kerja perminggu yang paling baik,masih belum


diketahui.

• Prakarsa untuk mengurangi hari kerja datang dari tingkat


manajemen,dimana dengan empat hari kerja perminggu mereka
harapkan akan terjadi peningkatan pada produktivitas dan effisiensi
pekerja dan pengurangan dari jumlah absen tenaga kerja.

• Dari hasil hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan empat


hari kerja perminggu pada kebanyakan perusahaan merupakan
keberhasilan,meskipun bukan tanpa kritik.
d.JAM KERJA LENTUR

• Sejak 1960 an di Jerman barat terkadi suatu perubahan radikal dalam


penjadwalan kerja,dimana para pekerja dibiarkan menentukan sendiri
pada jam berapa mereka ingin mulai bekerja,dan pada jam berapa
mereka menghentikan kerjanya.

• Para karyawan dapat melapor kerja antara jam 7.30 – 9.00 dan pulang
antara 16.00 – 17.30.Penetapan berapa lama setiap tenaga kerja akan
bekerja setiap harinya ditentukan berdasarkan perorangan dalam
setiap bagian atau seksi sebagai fungsi dfari kebutuhan perusahaan.

• Ternyata penerapan jam kerja lentur ini berhasil dan memberikan


beberapa keuntungan pada perusahaan.
KEUNTUNGAN BAGI PERUSAHAAN :

1. Produktivitas naik pada hampir dari separo perusahaan yang


menerapkan jam kerja lentur.

2. Angka absensi berkurang pada lebih dari 75% dari perusahaan.

3. Keterlambatan datang berkurang 8 pada 84% perusahaan.

4.Angka keluar masuk tenaga kerja berkurang pada lebih dari 50% dari
perusahaan.

5. Semangat kerja karyawan meningkat pada hampir semua perusahaan.


SISTEM MANUSIA MESIN

• Sistem Manusia – mesin adalah sistem sistem komponen manusia dan


komponen mesin harus bekerja sama untuk menyelesaikan pekerjaan.
• Kompenen manusia saja atau komponen mesin saja tidak berarti tanpa
saling melengkapi diantara keduanya.
• Ada dua macam sistem Mesin – Manusia yaitu (1) yang berikal terbuka
(open loop Man Machine system),dan (2) yang berikal tertutup (close loop
man machine system).
• Sistem Mesin – Manusia yang berikal tertutup lebih efisien dibangkan
dengan sistem yang berikal terbuka.
• Tugas lain dalam merancang sistem Mesin – Manusia ialah dalam
merancang ruang kerja (work space).
Perancangan dilakukan berdasarkan prinsip prinsip dari
ekonomi/penghematan gerak (motion economy) dan keterangan dari
antropometri.

Schultz 1982 memberikan tiga prinsip umum dalam rancangan ruang


kerja,yaitu :
(1) Semua bahan,peralatan,dan persediaan harus terletak berurutan
sesuai dengan urutan penggunaanya.
(2) Alat alat harus diletakkan sedemikian rupa sehingga mereka siap
diambil untuk digunakan,
(3) Semua suku cadang dan alat alat harus berada dalam jarak raih yang
mudah dan menyenangkan.

Sistem Mesin – Manusia berlangsung dalam suatu lingkungan,tidak dapat


berlangsung secara terisolasi.Dan lingkungan ini dapat mempengaruhi
efisiensi sistem tsb.Karena itu faktor faktor yang ada pada lingkungan
sistem Mesin – Manusia tetap harus diperhatikan .
PENYAJIAN INFORMASI

• Manusia memiliki banyak alat indria,meskipun demikian alat indria


yang paling banyak digunakan selama manusia sebagai tenaga kerja
bekerja adalah alat indria penglihatan dan pendengaran.
• Dalam merancang konstruksi mesin,yang pengaruhnya besar terhadap
effisiensi kerja dalah keputusan yang harus diambil tentang Peraga
apa yang akan digunakan sebagai saluran komunikasi antara mesin –
manusia,serta bagaimana bentuk peraga tersebut.
• Penetapan terhadap saluran komunikasi antara mesin – manusia
tergantung pada :
• (a). Jenis informasi yang harus dialihkan.
• (b). Cara penggunaan informasi.
• (c). Lokasi dari tenaga kerja.
• (d).Lingkungan tempat tenaga kerja beroperasi.
• (e). Sifat dari alat indria manusia itu sendiri
CHAPANIS ,1976 mengemukakan bahwa pada umumnya alat komunikasi
visual sesuai untuk digunakan jika :

1.Pesan yang harus disampaikan adalah pesan yang majemuk atau


abstrak,atau mengandung istilah teknikal maupun ilmiah.
2.Pesan yang harus disampaikan adalah panjang.
3.Pesan diwaktu yang akan datang perlu diacu (digunakan lagi).
4.Pesan berkaitan dengan orientasi ruang atau lokasi dari titik titik yang
ada dalam ruang.
5.Kondisi suatu sistem harus dibandingkan dengan sesuatu garis dasar
atau kondisi operasi normal.
6.Tidak adanya keadaan yang mendesak dalam penyampaian pesan.
7.Saluran audio yang ada telah terlalu besar bebannya.
8.Lingkungan audio tidak sesuai untuk menyampaikan pesan secara
auditif.
9. Pekerjaan operator memungkinkannya untuk tetap berada disatu
tempat.
10. Keluaran mesin/sistem terdiri dari berbagai macam informasi.
Sedangkan untuk alat komunikasi auditif yang tepat unuk digunakan
,menurut CHAPANIS adalah jika :

1. Pesan sederhana.
2. Pesan yang disampaikan pendek.
3. Kecepatan penyampaian merupakan faktor terpenting.
4. Pesan tidak perlu diacu lagi dikemudian hari.
5. Pesan berkeitan dengan waktu kejadian atau waktu tertentu.
6. Saluran komunikasi visual sedang terlalu besar bebannya.
7. Lingkungan tidak sesuai bagi penerimaan pesan secara visual.
8. Operator harus banyak bergerak.
9. Ada kemungkinan bahwa operator dapat terkena ANOXIA .
10. Diperlukan unuk mendeteksi permasalahan dalam situasi yang
bising(membedakan diantara suara suara yang ada).
SISTEM KOMUNIKASI ORAL/AUDITORY dapat dikelompokkan kedalam
dua kelompok besar yaitu :

(a) SISTEM TANDA NADA


Sisten ini umumnya digunakan bila ,(1) pesannya sederhana, (2)
penerima/pendengar terlatih dalam memahami arti tanda sandi,(3)
pesan memerlukan tindakan segera, (4) tanda tanda bicara terlalu
membebani pendengar,(5) kondisi lingkungan tidak sesuai untuk
menerima tanda bicara,(6) Kerahasiaan penting ,(7) saluran komunikasi
berbicara terlalu besar bebannya,(8) Berbicara akan mengganggu
pendengar lain yang tidak memerlukan pesannya.

(b) SISTEM KOMUNIKASI BERBICARA,umumnya digunakan jika :


(1) kelenturan dalam komunikasi diperlukan,(2) perlu untuk mengenali
sumber dari pesan,(3) Pendengar tidak terlatih dlm memahami tanda
sandi, (4) pertukaran informasi dua arah yang cepat merupakan
keharusan,(5)pesan terkait pada masa y.a.d dan persiapan tertentu.
FUNGSI FUNGSI KENDALI

• Penggunaan alat alat operasi atau alat kendali pada rancangan dan
konstruksi mesin merupakan hal yang penting dalam sistem mesin –
manusia.
• Dalam kebanyakan sistem mesin – manusia,manusia sebagai operator
menerima informasi melalui beberapa alat indrianya,mengolah informasi
tsb dengan berbagai macam cara,untuk kemudian mengambil suatu
tindakan,yang biasanya dilakukan melalui suatu alat kendali.
• Hasil penelitian dan pengalaman menunjukkan bahwa rancangan alat
kendali mempunyai dampak yang penting terhadap kecepatan dan
kecermatan tenaga kerja dalam bertindak mengoperasikan mesin.
Dalam merancang alat kendali yang tepat perlu diperhatikan bebrapa
hal,antara lain :

(1). Mencocokkan alat kendali dengan anggota tubuh,jangan sampai ada


satu anggota tubuh yang bebannya terlalu besar.

(2). Mencocokkan alat kendali dengan gerakan.

(3). Mencocokkan alat kendali dengan lingkungan kerjanya.

(4). Memperhatikan population stereotypes,pemahaman manusia


tentang arah gerak sesuai dengan kebiasaan yang dialami.

Anda mungkin juga menyukai