Anda di halaman 1dari 11

MODUL PERKULIAHAN

Perancangan
Sistem Kerja dan
Ergonomi
PSIKOLOGI KERJA

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

11
Teknik Teknik Industri 190541004 Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M

Abstract Kompetensi
Modul 11 ini menjelaskan tentang Mahasiswa diharapkan dapat
sejarah ilmu psikologi kerja dalam menerangkan sejarah ilmu psikologi
ergonomic dan aplikasi psikologi kerja dalam ergonomic dan aplikasi
kerja dalam dunia industri psikologi kerja dalam dunia industri
Sejarah Psikologi Kerja

Di Jerman, Leipzig, 1875, titik awal psikologi sebagai ilmu dari Wilhelm Wundt. Disusul
laboratorium psikologi di Wuerzburg, Goettingen dan Tubingen. Ilmu berusaha memberi
penjelasan tentang kejadian-kejadian dialam, lepas dari bagaimana keterangan ini nantinya
akan digunakan. Lembaga-lembaga psikologi diatas mempelajari gejala-gejala psikis
manusia, seperti proses pengenalan, pengalaman, ingatan, pikiran dan sebagainya. Berbagai
macam rancangan eksperimen merupakan kegiatan utama dari psikologi eksperimen. Temuan
dari psikologi eksperimen merupakan masukan bagi psikologi umum, misalnya salah satu
aturan dalam persepsi ialah hukum kedekatan. Psikologi eksperimen juga mempelajari gejala-
gejala psikis dan perilaku manusia di industri. Teori, aturan-aturan dan prinsip-prinsip dari
psikologi umum yang berlaku untuk setiap manusia, tetap berkembang dan diterapkan.
Penerapan psikologi umum di industri sudah mulai dilihat pada permulaan abad ke 20 oleh
Walter Dill Scott (1901) dalam periklanan. Tahun 1903, bukunya Theory Of Advertising
merupakan buku pertama yang membahas pikologi dalam kaitan dengan aspek dunia kerja.
Tahun 1913, terbit buku dari Hugo Muensterberg, psikologi Jerman yang mengajar di
Universitas Harvard, The Psychology Of Industrial Efficiency. Perkembangan yang pesat
dimulai dalam dekade 1920. Frederick Winslow Taylor, pelopor gerakan Scientific
Management mencari cara yang paling efesien untuk melakukan suatu pekerjaan. Ini
berkembang menjadi ergonomi, kerekayasaan untuk manusia (Human Engineering) atau
psikologi kerekayasaan (Engineering Psychologi). 1924 dimulai penelitian-penelitian di
Hawthorne, Illionis di pabrik Western electrik tentang akibat-akibat kerja fisik dari
lingkungan kerja terhadap efisiensi kerja. Ditemukan bahwa kondisi psikososial ditempat
kerja secara potensial mempunyai arti yang lebih penting dari kondisi kerja fisik.

Revolusi Industri
Revolusi industri yang berlangsung lebih dari dua abad yang lalu telah membawa perubahan-
perubahan dalam banyak hal. Awal perubahan yang paling menyolok adalah diketemukannya
rancang bangun (rekayasa/engineering) mesin uap sebagai sumber energi untuk berproduksi,
sehingga manusia tidak lagi tergantung pada energiototi ataupun energi alam. Lebih jauh lagi
manusia bisa menggunakan sumber energi secara lebih fleksibel, dipindahkan ataupun
ditempatkan dimanapun lokasi aktivitas produksi akan diselenggarakan.

‘20 Perancangan Sistem Kerja dan


2 Ergonomi Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M.
Diketemukannya mesin uap merupakan awal dikenalnya sumber tenaga utama (prime mover)
yang mampu meningkatkan mobilitas dan produktivitas kerja manusia. Hal lain yang patut
dicatat adalah diterapkannya rekayasa tentang tata cara kerja (methods engineering) guna
meningkatkan produktivitas kerja yang lebih efektif-efisien dengan menganalisa kerja sistem
manusia-mesin sebagai sebuah sistem produksi yang terintegrasi. Apa-apa yang telah
dikerjakan oleh Taylor, Frank & Lillian Gilbreth, Fayol, Muntersberg, Granjean, Barnes,
Mundel, Kroemer, McCormick, Sanders dan lain-lain telah menghasilkan paradigma
paradigma baru dalam berbagai penelitian kerja dengan fokus pada manusia sebagai penentu
tercapainya produktivitas dan kualitas kerja (quality of work life) yang lebih baik lagi.
Banyak istilah maupun definisi yang terkait dengan pemahaman mengenai ergonomi seperti
human factors, ergonomics, human engineering, human factors psychology, applied
ergonomics dan industrial engineering/ergonomics.

Dari sekian banyak istilah-istilah tersebut yang sering digunakan adalah human factors dan
ergonomics. Pemahaman mengenai human factors biasanya dikaitkan dengan problematik
psikologi kerja (mental workloads dan cognitives issues); sedangkan ergonomi sendiri
dikaitkan dengan physical works. Selanjutnya pengertian mengenai human engineering atau
applied/industrial ergonomics akan banyak dihubungkan dengan aplikasi data maupun
pertimbangan faktor manusia (human factors engineering) dalam proses perancangan, test,
evaluasi, modifikasi dari produk (peralatan, fasilitas) yang dari sebuah sistem kerja
(Moroney, 1995). Dari berbagai definisi dan pengertian yang bermacam-macam tergantung
perspektif yang ada; ergonomi secara umum telah diartikan sebagai ”the study of work” (ergo
= kerja, nomos = hukum/aturan) dan mampu membawa perubahan yang signifikan dalam
mengimplementasikan konsep peningkatan produktivitas melalui efisiensi penggunaan tenaga
kerja dan pembagian kerja berdasarkan karakteristik kelebihan maupun kekurangan manusia.

Kapankah sebenarnya pendekatan ergonomi telah dilakukan manusia pada saat merancang
produk, alat kerja maupun sistem kerja? Hutchingson (1981) dalam hal ini secara tegas
menyatakan manusia-manusia ”pra-sejarah” yang menggunakan alat/perkakas (tools) --- baik
untuk melindungi maupun membantu melaksanakan kerja tertentu --- merupakan peletak
dasar pemikiran dan penerapan ergonomi dalam proses perancangan produk/peralatan kerja.
Selanjutnya studi-studi mengenai peralatan kerja yang harus dioperasikan dengan
menggunakan tenaga fisik manusia terutama di sektor pertanian (people-powered farming

‘20 Perancangan Sistem Kerja dan


3 Ergonomi Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M.
tools) telah pula melahirkan banyak perubahan maupun modifikasi rancangan dengan lebih
memperhatikan faktor manusia.

Aplikasi ergonomi di industri juga mencatat langkah penting yang secara sistematik
dilakukan oleh Taylor dengan restrukturisasi kerja ”ingot loading task” di Bethlehem Steel –
USA (tahun1898). Taylor telah berhasil mendemonstrasikan bagaimana dengan pendekatan
manajemen ilmiah (scientific management) melalui pengaturan tatacara kerja (methods
engineering) dan penjadwalan kegiatan (work-rest schedules) telah mampu meningkatkan
produktivitas kerja operator secara significant. Taylor telah memberikan landasan dalam
proses perancangan kerja (work design) dan formulasi langkah-langkah yang harus dilakukan
untuk melaksanakan studi gerak dan waktu (time and motion studies) guna mendapatkan
standar-standar kerja. Apa-apa yang telah dihasilkan oleh Taylor kemudian diteruskan oleh
Frand & Lilian Gilbreth dengan studistudinya tentang skilled performance, perancangan
stasiun kerja (workstation design) dan rancangan produk/fasilitas kerja khususnya untuk
orang cacat (handicapped people). Selain itu studi ergonomi lain yang patut dicatat adalah
apa yang dilakukan oleh Mayo (Hawthorne Plant, 1930-an) dan Munsterberg yang penelitian-
penelitannya berhubungan dengan kecelakaan kerja di industri (industrial accidents).

Pengertian industri mencakup juga pengertian business (perusahaan). Psikologi industri dan
organisasi merupakan hasil perkembangan dari psikologi umum, psikologi eksperimen dan
psikologi khusus. Sekarang, perilaku manusia dalam kaitan dengan kegiatan industri dan
organisasi dipelajari untuk perkembangan teori, aturan dan prinsip psikologi baru yang
berlaku umum dalam lingkup industri dan organisasi. Alat untuk mengukur perbedaan
manusia juga tetap dikembangkan untuk meningkatkan kecermatan dalam melaksanakan
pemeriksaan psikologi untuk tujuan seleksi, penempatan, pengenalan diri, penyuluhan
kejuruan dan perkembangan kariere. Segi terapan dari psikologi industri dan organisasi
menimbulkan tafsiran bahwa psikologi bermanfaat bagi manajemen, bagi pimpinan dan
pemilik perusahaan dan merugikan para tenaga kerja dan konsumen. Psikologi industri dan
organisasi merupakan suatu keseluruhan pengetahuan (A Body Of Knowledge) yang berisi
fakta, aturan-aturan dan prinsip-prinsip tentang perilaku manusia pada pekerjaan.
Pengetahuan ini dapat disalah gunakan sehingga dapat membahayakan dan merugikan pihak-
pihak yang terlibat. Penggunaan pengetahuan psikologi industri dan organisasi harus
ditunjukan untuk kepentingan dan kemanfaatan pihak-pihak yang terlibat, bik perusahaan

‘20 Perancangan Sistem Kerja dan


4 Ergonomi Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M.
sebagai organisasi maupun karyawannya. Psikologi industri dan organisasi adalah ilmu yang
mempelajari perilaku manusia:
a. Dalam perannya sebagai tenaga kerja dan sebagai konsumen
b. Baik secara perorangan maupun secara kelompok, dengan maksud agar temuannya dapat
diterapkan dalam industri dan organisasi untuk kepentingan dan kemanfaatan manusianya
dan organisasinya.

Konsep Produktivitas
Konsep produktivitas yang terjadi dalam lini produksi di industri telah menggeser struktur
ekonomi agraris yang berbasis pada kekayaan sumber daya alam untuk kemudian beranjak
menuju ke struktur ekonomi produksi (industri) yang menekankan arti pentingnya nilai
tambah (added value). Fokus dari apa yang telah diteliti, dikaji dan direkomendasikan oleh
para pionir studi tentang kerja di industri ini --- yang selanjutnya dicatat sebagai awal dari era
“scientific management” --- telah memberikan landasan kuat untuk menempatkan ”engineer
as economist” didalam perancangan sistem produksi. Dalam hal ini implementasi ergonomi
industri berkisar pada 2 (dua) tema pokok yaitu
(a) telaah mengenai“interfaces” manusia dan di mesin dalam sebuah sistem kerja, dan
(b) analisa sistem produksi (industri) untuk memperbaiki serta meningkatkan performans
kerja yang ada.
Apa-apa yang telah dilakukan oleh Taylor dan para pionir keilmuan teknik dan manajemen
industri lainnya itu (kebanyakan dari mereka justru berlatar belakang insinyur) juga telah
membuka cakrawala baru dalam pengembangan dan penerapan sains-teknologi demi
kemaslahatan manusia. Disini penerapan sains, teknologi serta ilmu-ilmu keteknikan
(engineering) tidak harus selalu terlibat dalam masalah-masalah yang terkait dengan
perancangan perangkat keras (hardware) berupa teknologi produk maupun teknologi proses;
akan tetapi juga ikut bertanggung-jawab dalam persoalan-persoalan yang berkembang dalam
perancangan perangkat teknologi lainnya (software, organoware dan brainware). Begitu
pula, kalau sebelumnya orang masih terpancang pada upaya peningkatan produktivitas
melalui “sumber daya pasif” (mesin, alat ataupun fasilitas kerja lainnya), maka selanjutnya
orang akan menempatkan manusia sebagai “sumber daya aktif” yang harus dikelola dengan
sebaik-baiknya guna meningkatkan kinerja organisasi (perusahaan).

‘20 Perancangan Sistem Kerja dan


5 Ergonomi Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M.
Pendekatan Ergonomi dalam Perancangan Industri
Pendekatan ergonomi dalam perancangan teknologi di industri telah menempatkan rancangan
produk dan sistem kerja yang awalnya serba rasional-mekanistik menjadi tampak lebih
manusiawi. Disini faktor yang terkait dengan fisik (faal/fisiologi) maupun perilaku
(psikologi) manusia baik secara individu pada saat berinteraksi dengan mesin dalam sebuah
rancangan sistim manusia-mesin dan lingkungan kerja fisik akan dijadikan pertimbangan
utama. Persoalan perancangan tata cara kerja di lini aktivitas produksi nampaknya juga akan
terus terarah pada segala upaya untuk mengimplementasikan konsep “human-centered
engineered systems” dalam perancangan teknologi produk maupun proses dengan
mengkaitkan faktor manusia didalamnya. Ada dua prinsip utama yang harus diterapkan pada
saat industri ingin mengimplementasikan rancangan sistem kerja dengan pendekatan
ergonomis, yaitu:
a) harus disadari benar bahwa faktor manusia akan menjadi kunci penentu sukses
didalam operasionalisasi sistem manusia-mesin (produk); tidak peduli apakah sistem
tersebut bersifat manual, semi-automatics (mechanics) ataupun full-automatics, dan
b) harus diketahui terlebih dahulu sistem operasional seperti apa yang kelak dapat
dioperasikan dengan lebih baik oleh manusia; namun disisi lain dengan melihat
kekurangan, kelemahan maupun keterbatasan manusia maka barulah perlu
dipertimbangkan untuk mengalokasikan operasionalisasi fungsi tersebut dengan
menggunakan mesin/alat yang dirancang secara spesifik

Teori Hierarki Kebutuhan


Maslow telah membuat teori hierarkhi kebutuhan. Semua kebutuhan dasar itu adalah
instinctoid, setara dengan naluri pada hewan. Manusia mulai dengan disposisi yang sangat
lemah yang kemudian kuno sepenuhnya sebagai orang tumbuh. Bila lingkungan yang benar,
orang akan tumbuh lurus dan indah, aktualisasi potensi yang mereka telah mewarisi. Jika
lingkungan tidak “benar” (dan kebanyakan tidak ada) mereka tidak akan tumbuh tinggi dan
lurus dan indah.
Maslow telah membentuk sebuah hirarki dari lima tingkat kebutuhan dasar. Di luar
kebutuhan tersebut, kebutuhan tingkat yang lebih tinggi ada. Ini termasuk kebutuhan untuk
memahami, apresiasi estetik dan spiritual kebutuhan murni. Dalam tingkat dari lima
kebutuhan dasar, orang tidak merasa perlu kedua hingga tuntutan pertama telah puas, maupun
ketiga sampai kedua telah puas, dan sebagainya. Kebutuhan dasar Maslow adalah sebagai
berikut:ow
‘20 Perancangan Sistem Kerja dan
6 Ergonomi Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M.
1. Kebutuhan Fisiologis
Ini adalah kebutuhan biologis. Mereka terdiri dari kebutuhan oksigen, makanan, air,
dan suhu tubuh relatif konstan. Mereka adalah kebutuhan kuat karena jika seseorang
tidak diberi semua kebutuhan, fisiologis yang akan datang pertama dalam pencarian
seseorang untuk kepuasan.
2. Kebutuhan Keamanan
Ketika semua kebutuhan fisiologis puas dan tidak mengendalikan pikiran lagi dan
perilaku, kebutuhan keamanan dapat menjadi aktif. Orang dewasa memiliki sedikit
kesadaran keamanan mereka kebutuhan kecuali pada saat darurat atau periode
disorganisasi dalam struktur sosial (seperti kerusuhan luas). Anak-anak sering
menampilkan tanda-tanda rasa tidak aman dan perlu aman.
3. Kebutuhan Cinta, sayang dan kepemilikan
Ketika kebutuhan untuk keselamatan dan kesejahteraan fisiologis puas, kelas
berikutnya kebutuhan untuk cinta, sayang dan kepemilikan dapat muncul. Maslow
menyatakan bahwa orang mencari untuk mengatasi perasaan kesepian dan
keterasingan. Ini melibatkan kedua dan menerima cinta, kasih sayang dan
memberikan rasa memiliki.
4. Kebutuhan Esteem
Ketika tiga kelas pertama kebutuhan dipenuhi, kebutuhan untuk harga bisa menjadi
dominan. Ini melibatkan kebutuhan baik harga diri dan untuk seseorang mendapat
penghargaan dari orang lain. Manusia memiliki kebutuhan untuk tegas, berdasarkan,
tingkat tinggi stabil diri, dan rasa hormat dari orang lain. Ketika kebutuhan ini
terpenuhi, orang merasa percaya diri dan berharga sebagai orang di dunia. Ketika
kebutuhan frustrasi, orang merasa rendah, lemah, tak berdaya dan tidak berharga.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Ketika semua kebutuhan di atas terpenuhi, maka dan hanya maka adalah kebutuhan
untuk aktualisasi diri diaktifkan. Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai
orang perlu untuk menjadi dan melakukan apa yang orang itu “lahir untuk dilakukan.”
“Seorang musisi harus bermusik, seniman harus melukis, dan penyair harus menulis.”
Kebutuhan ini membuat diri mereka merasa dalam tanda-tanda kegelisahan. Orang itu
merasa di tepi, tegang, kurang sesuatu, singkatnya, gelisah. Jika seseorang lapar, tidak
aman, tidak dicintai atau diterima, atau kurang harga diri, sangat mudah untuk
mengetahui apa orang itu gelisah tentang. Hal ini tidak selalu jelas apa yang seseorang
ingin ketika ada kebutuhan untuk aktualisasi diri.
‘20 Perancangan Sistem Kerja dan
7 Ergonomi Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M.
Produktivitas Kerja
Secara umum produktivitas kerja adalah ukuran kuantitas dan kualitas tampilan kerja (work
performance) yang dihasilkan dibandingkan dengan sumber daya yang digunakan untuk
menghasilkan tampilan kerja itu (Schemerhorn, Jr dalam Hendrojuwono, 1996, h.36).
Dengan perkataan lain, produktivitas mencerminkan keberhasilan atau kegagalan dalam
memproduksi barang dan jasa dikaitkan dengan kuantitas, kualitas, dan penggunaan sumber
daya yang efisien. Anoraga (1998, h.56-60) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas kerja antara lain:
1. Pekerjaan yang menarik.
2. Upah yang baik.
3. Keamanan dan perlindungan dalam pekerjaan.
4. Penghayatan atas maksud dan makna pekerjaan.
5. Lingkungan kerja (penerangan, ketenangan, perangkat kerja, seperti tempat duduk dan
meja kerja, sirkulasi udara, dan sebagainya) yang baik.
6. Promosi dan pengembangan diri karyawan sejalan dengan perkembangan perusahaan.
7. Keterlibatan karyawan dalam kegiatan-kegiatan organisasi.
8. Pengertian dan simpati atas persoalan-persoalan pribadi.
9. Kesetiaan pada pimpinan dalam diri karyawan.
10. Disiplin kerja yang keras. Dalam mengukur produktivitas kerja, maka pekerjaan itu
sendiri harus terlebih dahulu dibedakan menurut jenisnya.

Meier membagi pekerjaan menjadi dua jenis, yaitu:


1. Pekerjaan produksi, di mana secara kuantitatif dapat dibuat suatu standar yang
objektif.
2. Pekerjaan non produksi, di mana penentuan sukses tidaknya seseorang di dalam tugas
biasanya didapat melalui human judgement atau pertimbangan yang subjektif.

Psikologi Industri dan Organisasi


Yang dimaksud dengan perilaku manusia ialah segala kegiatan yang dilakukan oleh manusia,
baik yang secara langsung dapat diamati berjalan, melompat, menulis, duduk, berbicara, dan
sebagainya maupun yang tidak dapat diamati secara langsung seperti berfikir, perasaan,
motivasi dan sebagainya. Ilmu hanya menangani hingga menganalisis fakta-fakta yang dapat
diamati, yang dapat dilihat, didengar, diraba, diukur dan dilaporkan, yang semuanya
‘20 Perancangan Sistem Kerja dan
8 Ergonomi Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M.
merupakan perilaku yang terbuka. Melalui observasi dari perilaku terbuka kita kita
menafsirkan tentang perilaku yang tertutup.

Manusia dipelajari dalam interaksi dengan pekerjaannya, dengan lingkungan fisik dan
lingkungan psiko-sosialnya di pekerjakaannya. Sebagai tenaga kerja manusia menjadi
anggota organisasi industri dan sebagai konsumen ia menjadi pengguna dari produk atau jasa
dari organisasi perusahaan. Dalam organisasi ada unit kerja. Unit kerja yang besar terdiri dari
unit-unit kerja yang lebih kecil dan masing-masing terdiri dari unit kerja yang lebih kecil lagi.
Dalam hubungan ini dipelajari bagaimana dampak satu kelompok atau unit kerja terhadap
perilaku seorang tenaga kerja dan sebaliknya. Juga dipelajari sejauh mana struktur, pola dan
jenis organisasi mempengaruhi tenaga kerjanya, terhadap kelompok tenaga kerja dan
terhadap seorang tenaga kerja. Tentang konsumen dapat berbentuk, sejauh mana ada reaksi
yang sma dari kelompok konsumen dengan ciri-ciri tertentu terhadap iklan suatu produk.
Berdasarkan temuan dikembangkan teori aturan-aturan atau hukum dan prinsip-prinsip yang
dapat diterapkan kembali kedalam kegiatan-kegiatan industri dan organisasi untuk
kepentingan tenaga kerja, konsumen dan organisasinya dan untuk menguji ketepatannya.
Contohnya ditemukannya data tentang perbadaan manager yang berhasil dan yang tidak.

Psikologi industri dan organisasi berhubungan dengan industri dan organisasi. Semua ilmu ini
dinamakan psikologi industri yang fungsi utamanya menerapkan ilmu psikologi di industri.
Dengan berkembangya psikologi industri menjadi ilmu yang mandiri maka namanya menjadi
psikologi industri dan (psikologi) organisasi. Dengan organisasi dimaksudkan organisasi
formal yang mencakup organisasi yang mencari keuntungan, memproduksi barang atau jasa,
dan organisasi yang tujuan utamanya bukan mencari keuntungan. Organisasi dapat dipandang
sebagai suatu sistim yang terbuka. Kast dan Rosenzweig mengartikan sistim sebagai suatu
kesatuan keseluruhan yang terorganisasi, yang terdiri dari dua atau lebih bagian, komponen
atau subsistem, yang saling tergantung, yang dipisahkan dari suprasistim sebagai
lingkungannya oleh batas-batas yang dapat ditemu kenali. Sistim berinteraksi dengan sistim
lainnya dan membentuk suatu suprasistim.

Sistim juga terdiri dari dua atau lebih subsistim yang saling beriteraksi, dan masing-masing
subsistim terdiri dari sistim yang lebih kecil lagi yang saling berinteraksi dan seterusnya.
Dengan demikian dapat ditemukan suatu tata tingkat dari sistim. Organisasi sebagai suatu
sistim terdiri dari subsistim, yaitu satuan kerja yang besar seperti devisi atau urusan. Satuan
‘20 Perancangan Sistem Kerja dan
9 Ergonomi Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M.
kerja yang besar ini terdiri dari satuan-satuan kerja yang lebih kecil (Sub-subsistim) seperti
bagian. Setiap bagian terdiri dari satuan kerja yang lebih kecil lagi, misalnya seksi dan satuan
kerja yang terkecil ialah tenaga kerja.

Organisasi industri berinteraksi dengan sistim lain dan masing-masing unit memberi dampak
yang tersendiri pada lingkungannya. Dengan demikian setiap sistim membuat organisasi
industri sebagai sistim berada dalam proses pertukaran yang sambung menyambung dengan
lingkungannya, yaitu sistim terbuka. Sistem juga mempunyai batas yang dapat berupa fisik
maupun nonfisik. Batas sistim mempunyai fungsi seleksi dan pengendalian terhadap macam
dan banyaknya arus dari masukan dan keluaran.

REFERENSI
Binadarma (2013). Psikologi Industri. Retrieved from
http://eprints.binadarma.ac.id/1587/1/PSIKOLOGI%20INDUSTRI%20MATERI%201.pdf

Puswiartika (2008). Peran Ergonomi dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja. Retrieved


from http://www.polines.ac.id/ragam/index_files/jurnalragam/paper_7%20apr%202008.pdf

Soebroto (2008). Peran Ergonomi dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja. Retrieved from
http://personal.its.ac.id/files/pub/2818-m_sritomo-ie-
Aplikasi%20Ergonomi%20dalam%20Pengembangan%20Produktivitas.pdf

Iridiastadi, H. dan Yassierli. 2014. Ergonomi Suatu Pengantar. Penerbit Rosda.

Sutalaksana, Iftikar. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja. Penerbit Institut Teknologi
Bandung

Sutalaksana, I. Z., Anggawisastra, R., Tjakraatmadja, J. H. (2006). Teknik Tata Cara Kerja,
Jurusan Teknik Industri ITB, Bandung.

Yanto dan Ngaliman, B. (2017). ERGONOMI- Dasar-dasar Studi Waktu & Gerakan untuk
Analisis & Perbaikan Sistem Kerja. Penerbit ANDI, Yogyakarta.

Yassierli. Pratama, G. B., Pujiarti, D.A., Yamin, P. A. R. (2020). Ergonomi Industri. Penerbit
PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

‘20 Perancangan Sistem Kerja dan


10 Ergonomi Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M.
‘20 Perancangan Sistem Kerja dan
11 Ergonomi Biro Akademik dan Pembelajaran
http://www.widyatama.ac.id
Annisa Maharani Suyono, S.T., M.M.

Anda mungkin juga menyukai