Anda di halaman 1dari 23

Sistem Motor Stater

Pendahuluan
Saat mesin dalam keadaan mati, tidak ada tenaga yang di hasilkan. Karena itu mesin
tidak dapat memutarkan dirinya sendiri pada saat akan di hidupkan. Tenaga untuk
memutarkan mesin untuk pertama kali harus berasal dari luar mesin. Gerakan awal untuk
memutar mesin diperlukan untuk melakukan proses kerja mesin mulai dari langkah hisap,
kompresi (saat akhir langkah kompresi busi memercikan bunga api pada motor bensin atau
pada saat bahan bakar di injeksikan pada motor diesel) , kemudian usaha (terjadi
pembakaran) sehingga mesin dapat hidup dan langkah buang. Jadi yang memberikan langkah
pertama kali untuk melakukan proses kerja mesin berasal dari luar mesin. Sistem yang
memberikan tenaga awal untuk menghidupkan mesin di sebut dengan sistem stater

Sistem Stater pada Kendaraan

Gambar di atas memperlihatkan mesin kendaraan. Motor stater tersebut terletak di bagian
belakang mesin karena saat bekerja, motor stater harus berkaitan dengan roda penerus atau
fly wheel pada mesin tersebut. Jika motor stater bekerja atau berputar, roda gigi atau pinion
gear pada motor stater memutarkan roda penerus sehingga poros engkol berputar. Gerakan
putaran inilah yang menyebabkan piston bergerak untuk melakukan proses hisap, kompresi,
usaha dan buang sehingga mesin dapat hidup. Sistem stater pada kendaraan meliputi
beberapa komponen yaitu motor stater, kunci kontak, baterai dan kabel-kabel penghubung
antar komponen (harness). Sumber energi untuk menggerakkan motor stater adalah dari
berasal dari baterai.
Sistem stater bekerja untuk mengubah energi listrik dari baterai menjadi energi gerak yang
berbentuk putaran. Komponen utama untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik
adalah motor listrik. Motor ini harus dapat membangkitkan momen puntir yang besar unutk
dapat memutarkan mesin saat pertama kali dihidupkan. Kecepatan minimum untuk
menghidupkan mesin berbeda tergantung dari konstruksi dan kerja mesin.

Prinsip Dasar Sistem Stater
Motor stater memanfaatkan medan magnet yang terjadi akibat aliran arus listrik dalam
penghantar untuk menghasilkan tenaga mekanik sebagai penggerak awal mesin. Jika arus
mengalir dalam suatu penghantar menjauhi kita, medan magnet yang dibangkitkan searah
dengan jarum jam. Sebaliknya jika arus mengalir pada penghantar mendekati kita, maka
medan magnet yang di bangkitkan berlawanan dengan arah jarum jam.


Arah Aliran Arus dan Arah Medan Magnet yang dihasilkan

Jika penghantar yang di aliri arus listrik seperti yang di tunjukkan pada gambar diatas
ditempatkan di dalam suatu medan magnet (gambar di bawah) maka garis garis gaya magnetr
dari kutub utara ke kutub selatan tesebut akan berbelok kebagian ke atas penghantar. Apabila
garis-garis gaa magnet yang berbelok itu di umpamakan seperti karet, maka karet itu akan
mendorong penghantar ke arah bawah, demikian juga dengan garis-garis gaya magnet
tersebut akan mendorong penghantar untuk bergerak atau terlempar ke bawah.

Efek Pengahantar yang di Aliri Arus dalam suatu Medan Magnet

Arah gerakan penghantar yang dialiri arus di gambar kan dengan hukum tangan kiri
flamming. Jari telunjuk menunjukkan arah medan magnet dari utara ke selatan, jari tengah
menunjukkan arah aliran arus, dan ibu jari menunjukkan arah gerakan penghantar. Pada
gambar di atas, arah aliran arus adalah meninggalkan kita sehingga medan magnet berbelok
ke atas dan mendorong penghantar bergerak ke bawah, jika gambar tersebut terbentuk
gambar seperti huruf (U) dan di letakkan dalama suatu medan magnet , maka arah aliran arus
nya ada dua yaitu mendekati dan menjauhi kita. Kedua arah arus ini akan membentuk medan
magnet yang arahnya berbeda pula sehiwngga garis-garis gaya magnet akan berbelok ke arah
bawah (pada arah arus yang mendekati kita) dan brbelok keatas (pada arah arus yang
menjauhi kita). Hal ini akan menimbulkan arah gerakan penghantar yang berbeda, satu keatas
dan satu kebawah.

Pengahantar dengan Bentuk U dalam Medan Magnet

Gerakan naik turun ini hanya terjadi satu kali saja karena arus tidak dapat berubah arah
dengan sendirinya, untuk mendapatkan putaran yang kontinyu, gerakan ini harus di lakukan
secar berulang-ulang dengan waktu yang sangat cepat dan arah arus yang mendekati kita
harus selalu ada di sebelah kiri da arus yang mejauhi kita harus ada di sebelah kanan. Untuk
itu maka di pasang suatu komponen yang bisa menjamin sisi sebelah kiri adalah arus yang
mendekati kita dan sebelah kanan adalah arus yang menjauhi kita, komponen ini adalah
kommutator atau bisa di sebut dengan cincin belah yang di pasang pada ujng penghantar.
Sattu segmen untuk sisi kiri dan satu segmen untuk sisi kanan. pada masing-masing segmen
kommutator terdapat sikat (brush) yang berfungsi untuk mengalirkan arus dari baterai ke
kommutator.

Gerakan Komutator saat berputar

Apabila penghantar sebelah kiri terdorong ke atas dan yang sebelah kanan terdorong ke
bawah, maka kedua pengahantar tersebut juga menyebabkan kommutator ikut berputar pada
porosnya. Kommutator akan berputar searah jarum jam, dan kommutator yang berhubungan
dengan sikat negatif akan bergerak menjauhi sikat negatif, begitu pula kommutator yang
berhubungan dengan sikat positif akan menjauhi sikat positif, karena efek putaran ini,
kommutator yang bertanda negatif akan mendekati sikat yang bertanda positif dan kemudian
akan terhubung dekat sikat positif, begitu pula sebaliknya. sekarang kommutator yang semula
berhubungan dengan sifat negatif berganti dan berhubungan dengan sifat positif dan
kommutator yang semula berhubungan dengan sikat positif berganti dan berhubungan dengan
sikat negatif. proses tersebut terjadi secara berulang sehingga putaran akan terus berputar.

Rangkaian Dasar Motor Stater

motor stater yang digunakan pada kendarran pada umumnya menggunakan magnet yang
tidak permanen, medan magnet yang di hasilkan dari kumparan pada field coil atau kumparan
medan yang di aliri arus. Penghantar dililitkan pada inti besi untuk mengahasilkan medan
magnet kutub utara (north) dan dihubungkan lagi pada inti besi lainnya untuk menghasilkan
medan magnet kutub selatan (south) kemudian pengahantar tersebut dihubungkan dengan
kommutator dan kommutator lainnya ke negatif baterai. Saat motor bekerja arus mengalir
dari terminal positif ke kumparan medan (N), kekumparan medan (S), ke kommutator positif,
kekumparan armature, ke kommutator negatif, kemudian ke massa (negatif baterai).
Akibatnya terjadi medan magnet pada ke dua inti besi kumparan medan, dan arus yang
mengalir ke kumparan armature juga akan menghasilkan medan magnet dan efeknya adalah
terjadi fenomena seperti yang telah di gambarkan pada gambar yang ada di atas. Maka
armature atau pengahantar berputar seperti juga yang telah di jelaskan pada gambar di atas.

Komponen dan Fungsi Komponen Sistem Stater
Sistem stater menggunakan motor listrik untuk memutarkan sehingga sistem bahan
bakar dan sistem pengapian (pada mesin bensin) dapat bekerja. Motor stater menggerakkan
atau memutarkan mesin pada saat gigi pinion dan gigi ring gear pada roda penerus berkaitan.
Beberapa komponen yang ada pada motor stater di antara nya adalah baterai, kunci kontak,
netral switch (hanya ada pada jenis tertentu), magnetic switch dan motor stater.


Komponen dan Rangkaian Sistem Stater

1. Baterai berfungsi sebagai sumber energi yang menyediakan arus listrik sehingga dapat
bekerja dan memutarkan mesin
2. Kunci kontak berfungsi untuk mengaktifkan sistem stater dengan memberikan arus
dari terminal ST (stater) pada kunci kontak ke solenoid. Skema kunci kontak dan
terminal nya di gambarkan pada gambar di bawah ini. Pda sistewm stater terminal
yang di pakai adalah terminal ST dan di hubungkan dengan motor stater pada terminal
50.

3. Saklar netral pada transmisi berfungsi sebagai pengaman saat mesin di start agar
kendaraan tidak meloncat atau jalan saat di stater. dengan adanya pengaman ini, maka
saat gigi transmisi berada pada posisi tertentu mesin tidak dapat di start kecuali gigi
transmisi dalam keadaan netral. Tidak semua kendarran dilengkapi dengan pengaman
ini, jadi hanya pada kendaraan teertentu saja dan biasanya pada mobil matic.
4. solenoid berfungsi sebagai saklar utama yang memungkinkan arus yang besar
mengalir dari baterai ke motor stater. Selain itu, solenoid juga berfungsi untuk
mgndorong roda gigi pinion motor stater sehingga berkaitan dengan roda gigi penerus
(ring gear). Solenoid bekerja berdasarkan gaya magnet yang dibangkitkan oleh
kumparan yang ada di dalamnya.
5. motor stater berfungsi untuk mengubah energi listrik yang berasal dari baterai
menjadi energi mekanik atau energi gerak. Tenaga yang di hasilkan digunakan
sebagai penggerak awal untuk memutarkan poros engkol melalui roda penerus atau fly
wheel sehingga proses kerja mesin dimulai dari langkah hisap, kompresi, usaha, dan
buang dapat terjadi dan mesin dapat hidup. Motor stater yang banyak di gunakan ada
beberapa macam yaitu motor stater tipe konvensional, motor stater tipe reduksi dan
motor stater tipe planetari.

Sistem Stater dengan Tipe Motor Stater Konvensional
Bagian-bagian dari motor stater tipe konvensional diperlihatkan dengan jelas pada
gambar di bawah. Motor stater terddiri dari dua bagian utama, yaitu bagian motor listrik dan
bagian saklar magnetic atau solenoid. Motor merupakan bagian dari sistem stater yang
berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi energi gerak atau putar. Bagian-bagian
motor stater konvensional ini adalah bagian solenoid dan bagian motor terdiri dari armature,
kumparan medan, stater clucth, gigi pinion, tuas penggerak, kommutator dan rumah stater.
Solenoid merupakan bagian pengontrol kerja dari motor stater. Bagian-bagian dari solenoid
yaitu terminal-terminal solenoid (terminal 30, terminal 50 dan terminal C), plat kontak,
kumparan pull in coil, kumparan hold in coil, pluyer, pegas pengembali, pengait tuas
penggerak (stud bolt) dan rumah solenoid. Semua kompnen tersebut saling bekerja sama
sehingga motor stater dapat bekerja. Penjelasan tiap komponen motor stater diuraikan sebagai
berikut.
Bagian-bagian Motor Stater Konvensional


Konstruksi Motor Stater Model Konvensional
Solenoid (Magnetic Switch)

Solenoid disebut juga dengan magnetic switch Pada solenoid terdapat 3 buah terminal, yaitu
terminal 30, terminal 50 dan terminal C. Terminal 50 adalah terminal yang dihubungkan
dengan ST (stater) pada kunci kontak. Terminal 30 adalah terminal yang langsung di
hubungkan dengan positif baterai dengan menggunakan kabel yang cukup besar agar arus
yang besar dapat mengalir saat di- start. Pada model yang lain solenoid kadang mempunyai 4
buah terminal yaitu terminal 30,50,C dan B. Terminal B biasanya dipasangkan dengan
terminal B pada koil pengapian yang mempunyai terminal B. Di dalam solenoid terdapat dua
buah kumparan yang disebut hold in coil dan pull in coil

Kumparan Penarik (Pull in Coil)

kumparan ini menghubungkan terminal 50 dan terminal C, bila kunci kontak dalam keadaan
tertutup, arus mengalir dari terminal 50 ke kumparan pull in coil kemudian ke terminal C lalu
ke massa (melalui kumparan pada motor stater). Pada saat yang sama arus juga mengalir dari
terminal 50 ke kumparan hold in coil kemudian ke massa. Akibatnya akan terjadi medan
magnet pada pull in coil dan hold in coil sehingga plunyer tertarik. Tertariknya pluyer
terutama di akibatkan oleh medan magnet yang di hasilkan oleh pull in coil

Kumparan Pull dan Hold in Coil yang di Aliri Arus

Plunyer dapat tertarik pada saat pull in coil di aliri arus, karena posisi pluyer tidak simetris
atau tidak ditengah kumparan sehingga saat terjadi medan magnet pada pull in coil, plunyer
akan tertarik dan bergerak (ke kanan) sehingga plat kontak menempel menghubungkan
terminal utama (30) dan terminal penghubung (C). Dengan kejadian ini, maka terminal 30
dan terminal C akan terhubung secara langsung melalui plat kontak. Pada sisi sebelah kiri
plunyer dihubungkan dengan tuas penggerak (drive lever) yang ikut tertarik oleh plunyer saat
pull in coil bekerja untuk mendorong gigi pinion bergerak maju berkaitan dengan roda gigi
penerus (fly wheel).

Plat Kontak Menempel dan Arus Mengalir dari Terminal 30 ke C
Kumparan Penahan (Hold in Coil)

kumparan ini menghubungkan terminal 50 dan bodi solenoid yang berfungsi untuk menahan
plunyer sehingga plat kontak tetap dapat menempel dengan terminal utama dan terminal
penghubung (menghubungkan terminal 30 dan terminal C) . Hold in coil diperlukan karena
pada saat plat kontak terhubung dengan terminal 30 dan terminal C, maka tegangan di
terminal C sama dengan tegangan di terminal 50 dan terminal 30. Hal ini menyebabkan arus
tidak mengalir dari terminal 50 ke pull in coil dan kemagnetan pada pull in coil menjadi
hilang. Untuk mempertahankan posisi plat kontak tetap menempel maka hold in coil berperan
dengan tetap menghasilkan medan magnet sehingga arus yang besar tetap dapat mengalir ke
motor stater lewat plat kontak (motor stater tetap berputar.

saat Kunci Kontak terbuka

apabila kunci kontak dibuka (mesin sudah hidup), maka tidak ada arus yang mengalir ke
terminal 50, pada saat ini plat kontak masih menempel dan menghubungkan terminal 30 dan
terminal C. Arus mengalir dari terminal C ke kumparan pull in coil, ke kumparan hold in coil,
kemudian ke massa. Arah aliran arus pada ke dua kumparan tersebut berlawanan sehingga
menghasilkan medan magnet yang saling berlawanan, hal ini menyebabkan terjadinya
demagnetisasi atau saling menetralkan medan magnet sehingga plunyer akan kembali
keposisi asalnya karena terdorong oleh pegas pengembali.

1. Kopling Stater (Overrunning Clutch atau Stater Clutch)
ketika mesin dihidupkan pinion pada motor stater dan fly wheel (ring gear) satu sama
lainnya saling berkaitan dengan fly wheel maka sekarang fly wheel dapat memutarkan
motor stater. Karena roda gigi pada fly wheel jumlahnya jauh lebih banyak maka
putaran gigi pinion pada motor stater menjadi sangat tinggi. Hal ini dapat merusak
motor stater terutama pada bagian armature, bantalan (bearing), kommutator dan sikat
(brush).Untuk mencegah kerusakan tersebut, maka dipasang kopling stater yang bisa
berputar dengan arah satu saja. Artinya pada saat motor stater berputar gaya putar
poros motor stater dapat di salurkan ke fly wheel sehingga poros engkol dapat
berputar, tetapi saat mesin sudah hidup, mesin tidak dapat memutarkan motor stater,
kopling stater akan membebaskan putaran dari fly wheel ke motor stater. Ada
beberapa tipe kopling stater, yaitu:
1. Tipe roller
2. Tipe plat banyak
3. Tipe sprag


Kerja Kopling Stater

Apabila motor stater bekerja, poros armature akan memutarkan rumah kopling searah
jarum jam.Pegas pada kopling stater akan mendorong plunyer dan roller bergerak ke
kiri berlawanan dengan gerakan putar rumah kopling. Akibatnya, roller akan terjepit
di daerah yang sempit antar lubang roller pada rumahh kopling dan inner race. Karena
roller terjepit, maka inner race akan terkunci dan ikut berputar bersama-sama dengan
rumah kopling. Karena inner race menjadi satu kesatuan dengan gigi pinion, maka
gigi pinion akan berputar berputar dan menggerakkan fly wheel. Jika mesin sudah
hidup dan gigi pinion masih berhubungan dengan fly wheel, maka sekarang fly wheel
akan memutarkan gigi pinion dan inner race. Gerakan putar inner race ini
menyebabkan roller terdorong dan bergerak ke arah kanan sehingga berada pada
daerah lubang roller yang longgar. Hal ini menyebabkan roller dapat berputar dengan
bebas (roller tidak terjepit) sehingga rumah kopling tidak ikut berputar, dengan
demikian kopling akan membebaskan/memutuskan putaran mesin ke motor stater.

2. Kopling Stater Tipe Plat Banyak


spline dibentuk sesuai dengan poros armature untuk menyesuaikan bentuk spline yang
ada disisi dalam advance sleeve dan dapat bergerak meluncur. Plat kopling penggerak
digabungkan ke groove (ulir) pada advance sleeve. Cara kerja kopling tipe plat
banyak adalah sebagai berikut: pinion motor stater di dorong ke fly wheel oleh tuas
pemindah (shift lever). Dalam keadaan ini jika pinion tertahan, maka putaran poros
armature disalurkan ke advaance sleeve sehingga advance sleeve terdorong ke arah
pinion melalui spilne. Gaya dorong ini diteruskan dari adavance sleeve ke pegas
penggerak (driving spring) melalui plat kopling sehingga plat penggerak tertekan. hal
ini akan menghasilkan tekanan pada permukaan kedua kopling dan menyalurkan gaya
putar hasil gesekan pada keduanya. Setelah mesin hidup, gaya putar pada pinion akan
lebih cepat dari poros armature, sehingga advance sleeve akan berputar dengan arah
yang berlawanan dengan pinion dan kedua plat kopling terbebas sehingga gaya putar
mesin tidak akan tersalurkan ke poros armature.

3. Kopling Stater Tipe Sprag
Kopling tipe ini di gunakan untuk mesin-mesin berat, cara kerjanya adalah sebagai
berikut: outer race digerakkan oleh poros armature motor stater. Ketika mesin
dihidupkan, outer race dan inner race akan menyatu karena gerakan outer race akan
menyebabkan sprag terjepit diantara inner dan outer race. Hal ini menyebabkan inner
race berputar secara bersamaan dengan outer race. Saat mesin hidup dan fly wheel
menggerakkan pinion, inner race akan berputar lebih cepat dibanding outer race,
sehingga sprag akan terdorong oleh inner race dan menyebabkan sprag tidak terjepit
diantara inner dan outer race. Akibatnya inner dan outer race akan saling terbebas dan
putaran mesin tidak dapat diteruskan ke motor stater.


Armature
Armature terdiri dari beberapa bagian yaitu poros armature, kumparan, inti armature
dan kommutator. Plat besi yang tipis digabung menjadi satu bentuk inti armature. Kumparan
dililitkan pada inti armature dan dihubungkan dengan inti kommutator. Setiap segmen
kommutator diisolasi dari segmen-segmen yang berada didekatnya. Sebuah poros baja
dipasangkan pada lubang tengah inti armature. Kommutator terpasang pada poros tersebut
dengan diberi isolasi. Kedua ujung poros ditopang oleh bantalan dan dapat berputar dengan
bebas didalam yoke. Shaft pada armature terbuat dari baja khusus agar tidak mudah patah,
bengkok atau berubah akibat adanya gaya yang besar. Poros armature mempunyai ulir atau
spline dimana pinion bisa meluncur.




Armature

Pada daerah luar armature ada slot isolator untuk kumparan armature dengan tujuan
agar inti besinya tidak overheating. Inti besi pada armature akan memperkuat medan magnet
yang di hasilkan oleh kumparan armature. Besar kecilnya kumparan armature akan
mempengaruhi besar kecilnya arusyang mengalir ke kumparan armature. Besar kecilnya arus
akan mempengaruhi kuat medan magnet yang dihasilkan oleh kumparan armature sehingga
akan mempengaruhi besar kecilnya gaya putar yang dihasilkan.
Kumparan armature dialiri arus yang besar sehingga terbuat dari konduktor persegi
yang digulung. Kumparan disisipkan kedalam slot yang sudah diisolasi dimana satu ujung
kumparan disolder ke satu segmen kommutator dan satu ujung lainnya ke satu segmen
kommutator lain. Karena itulah gaya putar yang dihasilkan dari masing-masing kumparan
pada saat arus nya mengalir akan menyebabkan armature berputar. Bentuk inti besi nya
ditunjukkan pada gambar dibawah umumnya dua kumparan disisipkan kedalam satu slot.
Bahan untuk membungkus kumparan armature adalah kertas mika, fiber, atau plastik.

Macam-macam Bentuk Inti Besi
Kommutator
Kommutator berfungsi untuk mengalirkan arus dari kumparan medan melalui sikat
positif ke kumparan armature dan dari kumparan armature ke sikat negatif. Bentuk
kommutator yang terbuat dari plat tembaga yang disusun dalam bentuk melingkar dengan
isolator (mika) diantara plat-plat tersebut. Kumparan armature disolder pada plat
kommutator. Dengan cara tersebut maka arus dapat mengalir dari sikat dalam satu arah
kekumparan armature. Bagian dalam kommutator lebih tipis dari bagian luarnya. Untuk
mencegah agar tidak mudah lepas, maka kommutator dipasangkan dengan mika berbentuk V
atau ring penejepit berbentuk V. Masing-masing plat potongan kommutator dibungkus
dengan mika yang ketebalannya sekitar 1 mm dan diameternya 0.5-0.8 mm lebih kecil dari
diameter luar kommutator. Selama berputar kommutator selalu berhubungan dengan sikat
yang dialiri arus yang besar diantara sikat dan kommutator. Karena itulah temperaturnya
lebih tinggi sehingga mudah aus.


Kumparan Medan (Field Coil)
Kumparan medan berfungsi untuk menghasilkan medan medan magnet yang
diperlukan untuk memutarkan armature. Arus listrik yang mengalir kekumparan medan
berasal dari terminal C solenoid. Kumparan medan adalah kumparan yang dililitkan pada inti
kutub yang terbuat dari besi untuk menghasilkan medan magnet (terbentuk kutub utara dan
kutub selatan) pada saat arus besar mengalirinya. Inti kutub terpasang pada rumah motor
stater (yoke). Inti kutub dan rumah stater berfungsi juga untuk meningkatkan dan
mengkonsentrasikan medan magnet yang dihasilkan kumparan medan. Kumparan medan
terbuat dari kawat tembaga persegi dengan luas penampang yang cukup besar. Jumlah
kumparan medan pada motor stater biasanya 2 buah atau 4 buah. Ujung kumparan medan
terhubung dengan terminal C pada solenoid dan ujung-ujung lainnya dihubungkan dengan
sikat. Ada 2 macam tipe magnet yang digunakan pada motor stater yaitu kumparan medan
dengan elektromagnetic dan magnet permanen. Konstruksi dan komponen-komponen
pendukungnya ditunjukkan pada gambar berikut.


Ada beberapa jenis hubungan antara kumparan medan dan armature yang digunakan untuk
motor arus searah (DC) yaitu jenis gulungan seri, jenis gulungan shunt(paralel), tipe gulungan
compound atau campuran, dan sejarang sudah ada gulungan yang menggunakan magnet
permanen. Berikut penjelasan tentang jenis-jenis hubungan kumparan medan dan armature
yang dipakai pada motor stater.
1. Motor dengan Kumparan Medan Jenis Gulungan Seri

Gambar diatas memperlihatkan hubungan seri antara kumparan medan dan armature.
Saat motor stater bekerja arus mengalir melalui kumparan medan kemudian ke
kumparan armature dan ke massa melalui sikat. Ciri khas jenis ini adalah dapat
memberikan daya putar yang besar namun tidak membuat arus yang berlebihan pada
beban tinggi karena kecepatan putarannya dapat diatur secara otomatis sesuai dengan
besar bebannya. Namun demikian tanpa beban kecepatan putarannya akan sangat
tinggi sehingga motornya harus ditangani dengan benar agar tidak rusak. Karena
itulah jenis motor ini banyak digunakan untuk motor stater. Karakteristik motor ini
adalah sebagai berikut. Besarnya gaya putar pada motor adalah sesuai dengan besar
arus armature dan kekuatan medan magnet. Kekuatan medan magnet ditentukan oleh
arus kumparan medan dan arus armature. Grafik karaktristiknya tampak pada gambar
dibawah ini. Pada saat arus armature nya besar maka gaya putarannya akan
meningkat,


Arus armature berbanding terbalik dengan gaya elektromotif yang dihasilkan oleh
motor. Gaya elektromotif adalah berbanding lurus dengan kecepatan motor atau maki
cepat putaran motor makin besar gaya elektromptif lawan yang dibangkitkan. Oleh
karena itulah arus armaturenya adalah berbanding terbalik dengan kecepatan motor.
Seperti terlihat pada grafik, ketika kecepatannya renadah atau (bebannya tinggi) gaya
putarannya akan tinggi karena arus pada armature naik, oleh karena itu gulungan
model seri banyak dipakai pada motor stater.

2. Motor dengan Kumparan Medan Jenis Gulungan Shunt (Paralel)
Kumparan armature dan kumparan medan pada tipe ini dihubungan secara paralel.
Sumber tegangan diberikan kemasing-masing kumparan dan masing-masing
kumparan mempunyai massa sendiri. Kecepatan putaran motor jenis ini dapat di
dengan mudah dengan mengatur arus yang mengalir ke kumparan medan. Gulungan
jenis ini dapat digunakan pada motor dengan putaran yang tetap dan putarannya tidak
akan berubah meskipun bebannya beragam. Akselerasi dan deselerasi kecepatan
motor nya bisa divariasi tergantung dari arus kumparan medan. motor jenis ini
diguanakan untuk window washer, cooling fan, power window dan sebagainya.

Skema Motor Jenis Shunt (Paralel)

Karakteristik motor jenis ini, gaya putarannya berbanding lurus dengan arus armature
dan kekuatan medan magnet pada kumparan medan. namun pada tipe ini kekutan
medan magnetnya tidak dapat diubah sehingga grafiknya akan terlihat seperti gambar
grafik diatas, karena itulah begitu arus armature nya besar(bebannya tinggi) maka
gaya putarannya akan meningkat. Namun demikian ratio kenaikkannya lebih kecil
dibandigkan dengan tipe gulungan seri.
Kecepatan putaran motor berbanding lurus dengan tegangan dan berbanding terbalik
dengan kekuatan medan magnet. Karena itulah ketika sumber power nya adalah
baterai, maka tegangannnya akan stabil dan medan magnet tidak berubah, sebagai
akibatnya ketika arus armature naik, maka tegangannya akan sedikit turun namun
kecepatan putarannya hampir tetap konstan.

3. Motor dengan Kumparan Medan Jenis Gulungan Campupran (Compound)
Motor stater tipe ini kumparan armature dan satu kumparan medan dihubungkan
secara seri dan dihubungkan juga kekumparan medan lainnya secara paralel. Arah
kutub pada kedua kumparan medan ini adalah sama. Tipe ini adalah gabungan dari
karakteeistik tipe seri dan tipe paralel.

Pada saat motor stater melakukan start, ,motor ini mempunyai gaya putar yang besar
seperti yang dimiliki oleh tipe kumparan seri, Setelah di start, motor ini akan berputar
secara tetap seperti yang telah dimiliki oleh kumparan shunt. Jadi motor jenis ini
struktur nya lebih rumit dibandingkan dengan jenis seri, Motor jenis ini biasanya
digunakan untuk jenis wiper.

Motor Jenis Magnet Permanen
Beberapa magnet permanen dibuat dari campuran boron, neodinium, dan besi yang
dipasang pda rumah motor stater. Penggunaan magnet permanen dapat menghasilkan
rangkaian kumparan medan magnet dan mengurangi berat motor stater sampai dengan 50%.
Ciri utama motor jenis ini adalah ringan dan mempunyai daya magnet yang kuat. Kumparan
medan dan inti kutub sudah tidak ada lagi. Kebutuhan arus listrik hanya digunakan untuk
kumparan armature. Apabila arah arus dibalik maka arah putaran motor stater juga berubah.
Hal ini karena arah kutub magnet permanen tidak berubah. Namun arah kutub armature dan
elektromagnetik dapat diubah sesuai dengan arah arus. Tipe motor ini juga digunakan untuk
windshield wiper motor, servo motor untuk mengontrol kecepatan idle ECU engine, motor
step, pompa bahan bakar dan sebagainya.

Sikat dan Pemegang Sikat (Brush dan Brush Holder)

Empat buah sikat biasanya dipasang pada motor stater, dua untuk sikat positif dan dua lagi
untuk sikat negatif, sikat atau brush sendiri berfungsi untuk mengalirkan arus dari kumparan
medan kekumparan armature (pada motor dengan gulungan tipe seri) melalui kommutator
dan menyalurkan arus dari kumparan armature melalui kommutator ke massa. Dua sikat
ditopang oleh pemegang sikat berisolasi (disebut dengan sikat positif), dan dua sikat lainnya
ditopang oleh pemegang sikat yang terhubung dengan massa dan disebut sikat negatif. Sikat
terbuat dari karbon, karbon graphit (electrical graphitic carbon, atau karbon graphit logam
yang mempunyai kemampuan pelumasan dan kemampuan mengalirkan arus listrik yang baik.
Motor stater dialiri arus yang besar dan beroperasi dengan jangka waktu yang pendek, maka
bahan Metallic graphitic carbon untuk tegangan rendah dan arus listrik besar biasanya
dipakai oleh motor stater. Sikat Metallic grhapitic carbon terbuat dari bubuk tembaga dan
grhapite yang mempunyai rasio tembaga sekitar 50-90%, sehingga tingkat tahananya rendah.
Agar sikat dapat mengalirkan arus ke kumparan armature melalui kommutator, sikat harus
kontak dengan kommutator. Kontak antara sikat dengan kommutator dijamin oleh pegas sikat
yang dapat menjaga sikat selalu menempel dengan kommutator meskipun ada gerakan naik-
turun akibat kommutator yang kurang rata atau faktor lainnya.


Tuas Penggerak (drive lever)
Tuas penggerak berfungsi untuk mendorong gigi pinion agar bisa berkaitan dengan
gigi roda penerus (flywheel) pada saat motor stater dioperasikan. Bagian atas dari tuas
penggerak ini dikaitkan dengan plunyer pada solenoid dan bagian bawahnya berhubungan
dengan hub pada kopling stater (overrunning clutch). Gerak mendorng tuas tersbut berasal
dari kaitan tuas plunyer (stud bolt) pada solenoid.

Tuas penggerak pada motor stater

Cara Kerja Sistem Stater Konvensional
Kerja sistem stater ini dibagi menjadi tiga keadaan, yaitu saat kunci kontak pada posisi start
(ST), saat gigi pinion berhubungan dengan gigi pada roda penerus (flywheel), dan saat kunci
kontak kembali pada posisi ON atau IG, Berikut akan dijelaskan cara kerja sistem stater pada
tiap posisi.
saat kunci kontak pada posisi start (ST)


Kerja Sistem Stater saat Kunci Kontak pada Posisi Start (ST)
Kunci kontak (ignition switch) yang diputar pada posisi start menyebabkan terjadinya aliran
arus kekumparan penarik (pull-in coil) dan kekumparan penahan (hold-in coil) yang secara
bersamaanberikut adalah aliran arus kemasing-masing kumparan tersebut
1. arus dai baterai mengalir ke kunci kontak -> terminal 50 pada solenoid -> kumparan
pull-in coil-> terminal C-> kumparan medan (field coil)-> sikat positif -> kumparan
atmature -> sikat negatif -> massa --> terbentuk medan magnet pada kumparan pull-in
coil
2. arus dari baterai mengalir ke kunci kontak -> terminal 50 pada solenoid ->kumparan
hold-in coil -> massa --> terbentuk medan magnet pada kumparan hold-in coil.
aliran arus pada kumparan pull-in coil dan kumparan hold-in coil menyebabkan terjadinya
kemagnetan pada kedua kumparan tersebut. Letak plunyer di dalam solenoid yang tidak
simetris atau tidak berada ditengah kumparan menyebabkan plunyer tertarik dan bergerak ke
kanan melawan tekanan pegas pengembali (return spring). Karena ada aliran arus (kecil) dari
pull-in coil ke kumparan medan dan ke kumparan armature, maka medan magnet yang
terbentuk pada kumparan medn dan armature lemah sehingga motor stater berputar lambat.
Pada saat plunyer tertarik, tuas penggerak (drive lever) yang terpasang pada ujung plunyer
juga akan tertarik ke arah kanan. Bagian tengah tuas penggerak terdapat baut yang berfungsi
sebagai engsel sehingga tuas penggerak bagian bawah yang berkaitan dengan kopling stater
(stater clutch) bergerak ke kiri mendorng gigi pinion agar berkaitan dengan ring gear. Pada
kondisi pluyer tertarik (plat kontak belum menempel), motor stater berputar lambat. Putaran
lambat ini membantu gigi pinion agar mudah masuk atau berkaitan dengan ring gear.
saat gigi pinion berhubungan dengan ring gear


Kerja Sistem Stater saat Gigi Pinion berhubungan dengan Ring Gear
Plunyer bergerak ke kanan pada saat kumparan pull-in coil dan kumparan hold-in coil
menghasilkan medan magnet. Gerakan ini menyebabkan gigi pinion berkaitan penuh dengan
ring gear dan plat kontak pada bagian ujung kanan plunyer menempel dengan terminal utama
pada solenoid sehingga pada terminal 30 dan terminal C terhubung. Arus yang besar dapat
mengalir melewati kedua terminal tersebut. Pada keadaan ini tegangan di terminal 50 sama
dengan tegangan di terminal 30 dan terminal C. Karena tegangan di terminal C sama dengan
tegangan di terminal 50, maka tidak ada arus yang megalir ke kumparan pull-in coil dan
kemagnetan di kumparan tersebut hilang . secara rinci aliran arus dalam keadaan ini
dijelaskan sebagai berikut.
1. Arus dari baterai mengalir ke teminal 50 -> kumparan hold-in coil -> massa -->
terbentuk medan magnet pada kumparan hold-in coil.
2. Arus yang besar dari baterai mengalir ke terminal 30 -> plat kontak -> terminal C ->
kumparan medan -> sikat positif -> kommutator -> kumparan armature -> sikat
negatif -> massa --> terbentuk medan magnet yang sangat kuat pada kumparan medan
dan kumparan armature sehingga motor stater berputar.
Aliran arus yang besar pada kumparan medan dan kumparan armature menyebabkan
terjadinya medan magnet yang sangat kuat sehingga motor stater berputar cepat dan
mengahasilkan tenakembaliga yang besar untuk memutarkan mesin. Medan magnet pada
kumparan pull-in coil dalam kondisi ini tidak terbentuk karena arus tidak mengalir ke
kumparan tersebut. Selama motor stater berputar plat kontak harus ada dalam kondisi
menempel dengan terminal utama pada solenoid. Oleh sebab itu pada kondisi ini kumparan
hold-in coil tetap dialiri arus listrik sehingga medan magnet yang terbentuk pada kumparan
tersebut mampu menahan plunyer dan plat kontak tetap menempel. Dengan demikian,
meskipun kumparan pada pull-in coil kemagnetannya hilang, plunyer masih dalam kondisi
tertahan.
Saat kunci kontak kembali ke posisi ON (IG)

Kerja Sistem Stater saat Kunci Kontak Kembali ke Posisi ON (IG)

Setelah mesin hidup, maka kunci kontak dilepas dan posisinya kembali keposisi ON atau IG.
Namun demikian sasaat kunci kontak dilepas, plat kontak masih dalam kondisi menempel.
Pada keadaan ini terminal 50 tidak akan mendapatkan arus listrik dari baterai. Aliran arus
listrik pada kondisi ini dijelaskan sebagai berikut.
1. arus dari baterai mengalir ke terminal 30 -> plat kontak -> terminal C -> kumparan
medan -> sikat positif -> kommutator -> kumparan armature -> sikat negatif -> massa
--> masih terbentuk medan magnet yang sangat kuat pada kumparan medan dan
kumparan armature, motor stater masih berputar
2. Arus dari baterai ke terminal 30 -> plat kontak -> terminal C -> kumparan pull-in coil
-> kumparan hold-in coil -> massa --> kumparan pull-in coil dan kumparan hold-in
coil menghasilkan medan magnet, namun arahnya berlawanan.
Seperti dijelakan pada aliran no.1, motor stater masih dialiri arus yang besar sehingga pada
saat ini motor stater masih berputar. Aliran arus seperti yang dijelaskan pada no.2, terjadi
juga pada kumparan pull-in coil dan kumparan hold-in coil. Dari penjelasan dari gambar
tentang solenoid tampak bahwa arus dari terminal C ke kumparan pada pull-in coil dan
kumparan hold-in coil arahnya beralawanan sehingga medan magnet yang diahasilkan juga
akan berlawanan arah kutubnya sehingga terjadi demagnetisasi atau saling menhilangkan
medan magnet yang terbentuk oleh kedua kumparan tesebut. Akibatnya, tidak ada kekuatan
medan magnet yang dapat menahan plunyer sehingga plunyer akan bergerak kekiri dan
kembali pada posisi semula sehingga plat kontak terlepas dari terminal 30 dan terminal C.
Arus yang besar akan berhenti mengalir dan motor stater berhenti berputar.

Anda mungkin juga menyukai