Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hernia merupakan suatu penyakit yang sering dijumpai. Dapat terjadi karena congenital
ataupun karena factor-faktor perdisposisi. Hernia umbilicalis merupakan salah satu penyakit
hernia yang hampir sering dijumpai pada anak-anak dan tidak menutup kemungkinan terjadi
pada orang dewasa.
Hernia berasal dari bahasa latin yaitu herniae yang artinya menonjolnya isi suatu rongga
melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu
membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di daerah
perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus. Kebanyakan hernia terjadi ketika ada
sebagian usus yang keluar melalui dinding perut yang lemah, sehingga terlihat tonjolan yang
dapat dirasakan & diraba. Hernia dapat terjadi didaerah pangkal paha, umbilicus ataupun bagian
lain. Ada hernia yang sudah muncul sejak lahir, ada juga yang berkembang dalam hitungan bulan
atau tahun, tetapi ada juga hernia yang muncul tiba-tiba.
Hernia umbilicalis adalah suatu defek pada fasia cincin umbilicalis ( fasia richet) di dasar
umbilicus yang memungkin terjadinya herniasi isi abdomen. Defek ditutupi oleh lapisan
peritoneal ( kantong hernia) dan kulit. Cincin umbilical terbuka selama hamil. Cincin menjadi
lebih kecil secara progresif seiring berkembangnya gestasi. Hernia umbilicalis disebabkan oleh
kegagalan fasia cincin umbilical untuk menutup. Sebagian besar hernia umbilicalis terlihat pada
bulan pertama kehidupan, dan hampir semuanya terlihat pada usia 6 bulan. Hernia umbilical juga
bisa terjadi karena adanya daerah yang lemah didinding abdomen atau sekitar umbilical. apabila
terdapat peningkatan tekanan intraabdomen secara terus menerus seperti batuk, obesitas, dan
kehamilan multipara menyebabkan timbulnya penonjolan melalui umbilical.
Hernia ini terdapat pada kira-kira 20% bayi dan angka ini lebih tinggi lagi pada bayi
premature dan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Terdapat insidensi yang lebih
tinggi pada bayi keturunan Afrika dan Amerika. Hernia umbilicalis pada orang dewasa
merupakan lanjutan hernia umbilicalis pada anak-anak. Perbandingan antara lelaki dan
perempuan kira-kira 1:3.

2

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah mahasiswa mampu mengetahui
dan memahami tentang penyakit hernia umbilicalis sehingga dapat mengatasi kasus
hernia umbilicalis dengan tepat dan cepat serta mampu mengedukasikan kepada pasien
bagaimana mencegah terjadinya hernia umumnya serta henia umbilicalis khususnya.
1.2.2. Tujuan khusus
Mahasiswa dapat mengetahui, memahami, dan mampu menjelaskan :
a. Definisi hernia umbilicalis
b. Epidemiologi hernia umbilicalis
c. Etiologi hernia umbilicalis
d. Klasifikasi penyakit hernia umbilicalis
e. Patogenesa hernia umbilicalis
f. Patogenesa hernia umbilicalis
g. Gejala dan tanda penyakit hernia umbilicalis
h. Diagnosa hernia umbilicalis
i. Pemeriksaan fisik hernia umbilicalis
j. Pemeriksaan penunjang hernia umbilicalis
k. Diagnosa Banding hernia umbilicalis
l. Penatalaksanaan dan pengobatan hernia umbilicalis

1.3. Manfaat
1. Mendapatkan pengetahuan secara detail tentang hernia umbilicalis
2. Mengetahui teknik anamnesis terhadap pasien hernia umbilicalis
3. Mengetahui tentang pemeriksaan fisik dan penunjang yang dibutuhkan pada pemeriksaan
hernia umbilicalis.





3

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN


2.1. Anamnesa
2.1.1 Identitas pasien
Nama : Ny. Ani
Umur : 40 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Bukit Tinggi Raya No.742 Siteba

2.1.2. Sumber informasi
Informasi didapat dari pasien (autoanamnesa) dan dari keluarga pasien (alloanamnesa).

2.1.3. Keluhan utama
- Rasa nyeri pada abdomen
- Adanya benjolan pada abdomen

2.1.4. Riwayat penyakit sekarang
- Pasien dibawa ke rumah sakit dengan keluhan terdapat benjolan di abdomen area
umbilicus. Benjolan ini menurut pasien dan keluarganya ada sejak 1 tahun yang
lalu. Benjolan terutama jelas saat pasien batuk, bersin, mengedan dan bila
diberdirikan. Tapi saat pasien berbaring, benjolan tersebut hilang atau tidak nampak.
- Pasien merasakan nyeri bila benjolan tersebut ditekan.
- Pasien menyatakan bahwa sering merasa mual bahkan muntah.

2.1.5. Riwayat penyakit dahulu
- Pasien sebelumnya pernah di operasi dan menyatakan bahwa dirinya saat bayi
pernah menderita hernia umbilicalis.
4

- Sebelumnya menderita penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) sehingga
menyebabkan sering batuk.

2.1.6. Riwayat keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.

2.1.7. Riwayat Psikososial
Pasien merasa terganggu dengan adanya penyakitnya, pasien tidak dapat beraktivitas
dengan bebas.

2.1.8. Riwayat pengobatan
Pasien mengonsumsi analgesic (obat penghilang rasa nyeri).

2.1.9. Tinjauan sistem
- Rasa nyeri di perut
- Mual dan muntah

2.1.10. Kondisi umum
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekuensi nadi : 80 x / menit
Frekuensi nafas : 18 x / menit
Suhu : 38
o
C

2.2. Pemeriksaan fisik
2.2.1. Inspeksi
Inspeksi abdomen seharusnya meliputi observasi seksama atas bentuk luar, jaringan
parut, penonjolan setempat, peristalsis yang dapat dilihat, vena terdistensi, pengembungan
flank dan penampilan umbilicus.
5

Pada inspeksi hernia umbilicalis yang sangat penting adalah memperhatikan regio
umbilical. Apakah ada penonjolan atau tidak. Minta pasien untuk berbaring. Kemudian
untuk mempermudah dalam penilaiannya, pada orang dewasa dengan meminta pasien
untuk batuk, sedangkan pada bayi lebih mudah dilihat saat bayi dalam keadaan menangis.
Tindakan ini dilakukan dengan maksud meningkatkan tekanan intra abdominal, dapat
menyebabkan timbulnya benjolan secara tiba-tiba didaerah umbilicus. Jika pasien ini telah
menjalani pembedahan, batuk dapat memperlihatkan benjolan di sepanjang parut
abdominal yang berkaitan dengan hernia insisional. Pada penderita hernia umbilicalis,
umbilicus tampak menonjol/ keluar dari umbilicus akibat adanya locus minores sehingga
terbentuk kantong hernia yang berisi peritoneum ataupun usus.

2.2.2. Auskultasi
Aukultasi bunyi usus dapat memberikan informasi mengenai gerakan udara dan
cairan didalam saluran cerna. Pemeriksa melakukan auskultasi abdomen sebelum perkusi
atau palpasi, berbeda dengan urutan yang biasa karena perkusi atau palpasi dapat
mengubah motilitas usus. Pada hernia reponible, pada tonjolannya pemeriksa dapat
mendengar bising usus. Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia
yang mengalami obstruksi usus (hernia inkarserasi).
2.2.3. Palpasi
Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia. Pemeriksaan seksama
untuk lokasi, ukuran dan bentuk massa, permukaannya, konsistensi, batas, mobilitas dan
pemeriksa mencoba mendorong benjolan tersebut apakah benjolan dapat direposisi. Juga
diperiksa apakah terasa nyeri jika ditekan. Jika nyeri mungkin terjadi hernia stangulata
atau inkarserata.

2.2.4. Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan
hernia umbilical mengalami strangulasi. Terdengar hipertimpani dan terdengar pekak.

6


2.3. Pemeriksaan laboratorium
- Pemeriksaan Hb: pada pemeriksaan Hb didapatkan Hb turun yang menyatakan pasien
anemia
- Pemeriksaan Ht: pada pemeriksaan Ht didapatkan Ht meningkat yang menyatakan
bahwa terjadi peningkatan cairan/ asites.
- Pemeriksaan sel darah putih: pada pemeriksaan didapatkan peningkatan leukosit.

2.4.Pemeriksaan penunjang
Penggunaan sinar-x atau USG diperlukan untuk melihat apakah terjadi strangulasi atau
inkarserasi.
USG
Digunakan untuk melihat apakah terjadi strangulasi atau inkarserasi.
CT dan MRI
Digunakan untuk melihat apakah terjadi strangulasi atau inkarserasi.

2.5.Diagnosis kerja
Hernia dapat didiagnosa dengan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik
memperlihatkan suatu defek pada fasia abdominal setinggi umbilicus. Diperiksa apakah isi
hernia dapat di reposisi kembali atau tidak. Penggunaan sinar-x atau USG diperlukan untuk
melihat apakah terjadi strangulasi atau inkarserasi.
Berdasar anamnesa dan pemeriksaan fisik maka diagnosis kerja pada kasus diatas
adalah hernia umbilicalis.

2.6.Differensial diagnosa
- Omphalocele
- Tumor
- Keloid
- Hernia paraumbilicus
- Metastasis ke peritoneum pada pusar (nodulus sister joseph)
- Diastasis rekti abdominis
7

- Lipoma
- Peritonitis
Jaringan Benjolan
Kulit Kista sebasea/ epidemoid
Lemak Lipoma
Fasia Fibroma
Otot Tumor yang mengalami hernia melalui
pembungkusnya
Arteri Aneurisma

2.7.Penatalaksanaan
2.7.1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
Reposisi adalah tindakan memasukkan kembali isi hernia ketempatnya semula
secara hati hati dengan tindakan yang lembut tetapi pasti. Tindakan ini hanya dapat
dilakukan pada hernia reponible dengan menggunakan kedua tangan. Tangan yang satu
melebarkan leher hernia sedangkan tangan yang lain memasukkan isi hernia melalui leher
hernia tadi. Tindakkan ini terkadang dilakukan pada hernia irreponible apabila pasien takut
operasi, yaitu dengan cara bagian hernia dikompres dingin, penderita diberi penenang
valium 10 mg agar tertidur, pasien diposisikan trendelenberg. Setelah reposisi berhasil
suntikkan zat yang bersifat sklerotik untuk memperkecil pintu hernia.
2.7.3. Farmakologi
Terapi obat analgetik.

2.7.2. Operatif
Terapi hernia umbilicalis pada orang dewasa hanya dengan pembedahan. Defek
ditutup dengan mesh, dapat melalui operasi terbuka maupun operasi laparoskopi yang
memberikan nyeri minimal dan pemulihan yang cepat pascaoperasi dibandingkan dengan
8

operasi terbuka. Pengobatan operatif dilakukan apabila adanya indikasi seperti hernia telah
mengalami strangulasi atau inkarserasi. Prinsip dasar operasi hernia adalah hernioraphy,
yang terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.
a. Herniotomi
Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya. Kantong
dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia
dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.

b. Hernioplasti mayo
Perbaikan klasik untuk hernia umbilikalis adalah hernioplasti Mayo. Operasi terdiri
dari imbrikasi vest-over-pants dari segmen aponeurosis superior dan inferior. Hernia
umbilikalis besar, lebih suka ditangani dengan prosthesis (bagian alat tubuh yang hilang)
yang mirip dengan perbaikan prostesis untuk hernia insisional.

Strepping dengan plester di atas hernia dengan ataupun tanpa uang logamyang
dipertahankan selama 10-20 hari dan di ulang sampai 6-1 tahun, hal ini dapat mempercepat
penyembuhan namun masih kontroversi. Indikasi dilakukan tindakan bedah:
1. Bila diameter cincin hernia < 1 cm pada umur 1 tahun, hernia mungkin sekali akan
menutup spontan. Sebaiknya ditunggu sampai pasien berumur 3 tahun.
2. Bila diameter cincin hernia > 1 cm pada umur 1 tahun, kemungkinan menutup spontan
kurang, tetapi tidak ada salahnya bila ditunggu hingga umur 3 tahun
3. Bila diameter cincin hernia 2 cm atau lebih, penutupan spontan hampir pasti tidak akan
terjadi, pembedahan dapat dilakukan pada setiap saat dalam tahun ke-2 atau ke-3.

2.8. Komplikasi klinis
Hernia umbilicalis dapat mengalami inkarserasi, tetapi sangat jarang terjadi. Kalau
terjadi, kerusakan usus lebih cepat dibanding pada hernia inguinal karena cincin umbilicus
kurang elastic dibanding hernia inguinal. Jika terjadi inkarserasi, aliran darah terganggu dan
terputus sehingga menyebabkan jaringan mulai mati (nekrosis). Nekrosis jaringan bisa disertai
dengan infeksi bakteri, sakit perut, muntah, dan shock. Komplikasi lain yang mungkin pada
hernia Umbilicalis termasuk pecahnya kantung hernia, infeksi, perut kembung, pneumonia,
9

cairan di paru-paru(edema paru), perubahan warna kulit dari disfungsi hati (jaundice),
perdarahan usus dan masalah ginjal. Umbilicus yang nyeri tekan, merah dan membengkak
seharusnya memicu kecurigaan terjadinya omfalitis (infeksi umbilicus) yang disebabkan oleh
adanya sisa omfalomesenterik paten. Manifestasi inkarserasi maupun omfalitis adalah massa
yang nyeri tekan, selulitis dan demam. Dalam membedakan kedua keadaan tersebut, adanya
drainase yang purulen maupun jernih merupakan tanda duktus omfalomesenterik paten. Massa
harus diperiksa secara cermat untuk melihat apakah mengandung isi abdomen. Ultrasonografi
dapat membantu menegakkan diagnosis.

2.9. Prognosa
Hernia umbilicalis mempunyai prognosa yang baik. Insiden residif bergantung pada
umur, letak hernia, teknik hernioplastik atau herniotomi yang dipilih. Hernia umbilicalis pada
bayi sangat jarang residif. Penyebab hernia umbilicalis residif antara lain:
Kelemahan pada saat melakukan identifikasi kantong hernia
Terjadinya infeksi pada luka operasi
Kondisi yang menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan intra abdominal

2.10. Pencegahan
Kelainan kongenital yang menyebabkan hernia memang tidak dapat dicegah, namun
langkah-langkah berikut ini dapat mengurangi tekanan pada otot-otot dan jaringan abdomen:
Menjaga berat badan ideal
Seseorang yang obesitas memiliki resiko lebih tinggi menderita hernia umbilicalis.
Konsumsi makanan berserat tinggi.
Buah-buahan segar, sayur-sayuran dan gandum baik untuk kesehatan. Makanan-
makanan tersebut kaya akan serat yang dapat mencegah konstipasi.
Mengangkat benda berat dengan hati-hati atau menghindari dari mengangkat benda
berat.
Berhenti merokok.
Selain meningkatkan resiko terhadap penyakit-penyakit serius seperti kanker dan
penyakit jantung, merokok seringkali menyebabkan batuk kronik yang dapat
menyebabkan hernia umbilicalis.
10

BAB III
DISKUSI DAN PEMBAHASAN

3.1. Anatomi
3.1.1. Struktur dinding anterior abdomen
Dinding anterior abdomen dibentuk oleh:
1. Kulit
Garis garis lipatan alami berjalan konstan dan hampir horizontal disekitar tubuh.
Secara klinis hal ini penting karena insisi sepanjang garis lipatan ini akan sembuh
dengan sedikit jaringan parut sedangkan insisi yang menyilang garis-garis ini akan
sembuh dengan jaringan parut yang menonjol.

2. Fascia superficialis
Fascia superficialis dapat di bagi menjadi lapisan luar, panniculus adiposus (fascia
Camperi) dan lapisan dalam, stratum membranosum (fascia scarpae). Panniculus
adiposus berhubungan dengan lemak superficial yang meliputi bagian tubuh lain dan
mungkin sangat tebal (3 inci [8cm] atau lebih pada pasien obesitas).

3. Fascia profunda
Fascia profunda pada dinding anterior abdomen hanya merupakan lapisan tipis
jaringan ikat yang menutupi otot-otot; fascia profunda terletak tepat di sebelah
profunda stratum membranosum fascia superficialis.

4. Otot dinding anterior abdomen
Otot-otot dinding anterior abdomen terdiri atas tiga lapisan otot yang lebar, tipis dan
didepan berubah menjadi aponeurosis. Otot tersebut dari luar ke dalam yaitu
M.obliquus externus abdominis, M. obliquus internus abdominis dan M. transverses
abdominis.


11

5. Fascia transversalis
Fascia transversalis merupakan lapisan fascia tipis yang membatasi M.transversus
abdominis dan melanjutkan diri sebagai lapisan sama yang melapisi diaphragma dan
M.iliacus.

6. Lemak extraperitoneal
Lemak extraperitoneal merupakan selapis tipis jaringan ikat yang mengandung lemak
dalam jumlah yang bervariasi dan terletak diantara fascia transversalis dan
peritoneum parietale.

7. Peritoneum parietale
Dinding abdomen dilapisi oleh peritoneum parietale. Lapisan ini merupakan
membrana serosa tipis dan melanjutkan diri kebawah dengan peritoneum parietale
yang melapisi rongga pelvis.

3.1.2. Anatomi hernia
Hernia meliputi 3 unsur, yaitu:
1. Kantong hernia (peritoneum parietalis)
2. Isi (Viskus)
Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia.
3. Cincin hernia
Merupakan bagian locus minoris resitence yang dilalui kantong hernia.
Isi kantong hernia bervariasi, tetapi yang paling sering adalah organ dalam. Pada abdomen
isi terbanyak adalah usus halus dan omentum majus.

12

Gambar 1. Bagian-bagian Hernia
Gambar 2. Hernia umbilicalis

3.2. Definisi
Hernia umbilicalis merupakan suatu defek dinding abdomen persis dipusat umbilicus,
berupa herniasi isi abdomen yang hanya tertutup peritoneum dan kulit akibat penutupan yang
inkomplet dan tidak adanya fasia umbilicalis. Omentum dan usus dapat masuk ke dalam kantong
hernia,khususnya bila bayi menangis.
3.3. Epidemiologi
Hernia ini terdapat pada kira-kira 20% bayi dan angka ini lebih tinggi lagi pada bayi
premature dan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Tidak ada perbedaan angka
kejadian pada bayi laki-lakidan perempuan. Terdapat insidensi yang lebih tinggi pada bayi
keturunan Afrika dan Amerika. Insiden hernia umbilicalis 8 kali lebih sering pada bayi kulit
hitam dibanding bayi kulit putih.
Hernia umbilicalis pada orang dewasa merupakan lanjutan hernia umbilicalis pada anak-
anak. Perbandingan antara lelaki dan perempuan kira-kira 1:3. Hernia ini lebih sering terjadi
pada wanita di usia 50-60 tahun. Diagnosis mudah dibuat seperti halnya pada anak-anak.
Inkarserasi lebih sering terjadi dibandingkan dengan anak-anak.


13

3.4. Etiologi
Hernia umbilicalis pada bayi dan anak terjadi karena defek fasia di daerah umbilicus dan
manifestasinya terjadi setelah lahir. Selama kehamilan, tali pusat melewati sebuah lubang di
dinding perut bayi. Pembukaan ini harus menutup sebelum kelahiran, tetapi dalam beberapa
kasus otot-otot tidak menutup sepenuhnya. Hal ini membuat titik lemah pada dinding otot
sekitarnya (dinding perut). Burut dapat berkembang ketika jaringan lemak atau bagian dari usus
pokes melalui ke daerah dekat pusar.
Waktu lahir pada fasia terdapat celah yang hanya dilalui tali pusat. Setelah pengikatan,
puntung tali pusat sembuh dengan granulasi dan epitelisasi terjadi dari pinggir kulit
sekitarnya.Waktu lahir banyak bayi dengan hernia umbilikalis karena defek yang tidak menutup sempurna
dan linea alba tetap terpisah. Pada bayi prematur defek ini lebih sering ditemukan. Defek ini
cukup besar untuk dilalui peritoneum, bila tekanan intraabdomen meninggi, peritoneum dan
kulit akan menonjol dan berdekatan.
Terdapat dua faktor predisposisi utama hernia umbilicalis yaitu peningkatan tekanan
intraabdomen dan melemahnya dinding abdomen. Tekanan yang meningkat pada abdomen
terjadi karena:
1. Mengangkat beban berat
2. Batuk PPOK
3. Tahanan saat miksi BPH atau karsinoma
4. Tahanan saat defekasi konstipasi atau obstruksi usus besar
5. Distensi abdomen yang mungkin mengindikasikan adanya gangguan intraabdomen
6. Perubahan isi abdomen, misalnya : adanya asites, tumor jinak atau ganas, kehamilan, lemak
tubuh.
Kelemahan dinding abdomen terjadi karena :
1. Umur yang semakin bertambah
14

2. Malnutrisibaik makronutrien (protein, kalori) atau mikronutrien (misalnya: Vit. C)
3. Kerusakan atau paralisis dari saraf motorik
4. Abnormal metabolisme kolagen.
Seringkali, berbagai faktor terlibat. Sebagai contoh, adanya kantung kongenital yang
telah terbentuk sebelumnya mungkin tidak menyebabkan hernia sampai kelemahan dinding
abdomen akuisita atau kenaikan tekanan intraabdomen sehingga menyebabkan isi abdomen
memasuki kantong tersebut.

3.5. Klasifikasi
Hernia umbilicalis dapat diklasifikasikan atas 3 yaitu:
1. Hernia umbililicalis congenital / omphalocele
Omphalocele adalah herniasi atau tonjolan (protusi) isi abdomen ke dasar tali pusat. Berbeda dengan
hernia umbilicalis yang lebih lazim, kantongnya tertutup oleh peritoneum tanpa penumpangan kulit.
Besarnya kantong yang terletak di luar rongga abdomen bergantung pada isinya. Omphalocale terjadi
karena sebagian usus tengah (midgut) gagal kembali ke dalam cavitas abdominalis dari selom
extraembrional pada masa kehidupan janin.
2. Hernia umbilicalis infantile didapat
Merupakan hernia kecil yang kadang-kadang terjadi pada anak-anak. Terjadi pada 5% bayi kulit putih
dan 20% bayi kulit hitam. Disebabkan oleh kelemahan parut umbilicus pada line alba. Sebagian besar
akan menjadi lebih kecil dan menghilang tanpa pengobatan seiring dengan membesarnya cavitas
abdominalis.
3. Hernia umbilicalis didapat pada orang dewasa
Hernia ini lebih sering terjadi pada wanita yang obesitas dan multipara. Lebih tepatnya dianggap sebagai
hernia paraumbilicalis. kantong hernia tidak menonjol melalui parut umbilicalis, tetapi melalui linea alba
pada daerah umbilicus. Hernia paraumbilicalis lambat laun bertambah besar dan tergantung ke bawah.
Leher badan kantong sering berisis lengkung-lengkung usus halus dan usus besar dan omentum. Hernia
paraumbilicalis jauh lebih sering pada perempuan daripada laki-laki. Incarserasi dan strangulasi sering
terjadi dan harus ditangani sedini mungkin berupa pembedahan ( mayo principle).
15

Table 1 . umbilical hernia
Omphalocale Infatile Adult
Age at onset bayi (premature) bayi (premature) Muda hingga tua
Jenis kelamin (sex) Sama Sama Wanita > laki-laki
Ras Sama Kulit hitam > kulit putih Sama
Incidence Jarang Very common Biasa
Penyebab Congenital Congenital Wear and tear
Skin cover Tidak ada Lengkap Lengkap
Other anomalies Sering Biasa Biasa
Ukuran leher hernia Besar Kecil hingga besar Jarang kecil
Incarserasi Jarang Jarang Sering
Strangulasi Jarang Jarang Sering
Pengobatan Pembedahan Observasi Pembedahan

3.6. Patogenesa
Hernia umbilicalis pada bayi dan anak terjadi karena defek fasia di daerah umbilicus dan
manifestasinya terjadi setelah lahir. Waktu lahir pada fasia terdapat celah yang hanya dilalui tali
pusat. Setelah pengikatan, puntung tali pusat sembuh dengan granulasi dan epitelisasi terjadi dari
pinggir kulit sekitarnya.Waktu lahir banyak bayi dengan hernia umbilicalis karena defek yang tidak
menutup sempurna dan linea alba tetap terpisah. Pada bayi prematur defek ini lebih sering
ditemukan. Defek ini cukup besar untuk dilalui peritoneum, bila tekanan intraabdomen
meninggi, peritoneum dan kulit akan menonjol dan berdekatan.
Selain itu, hernia umbilicalis berkembang ketika intra abdominal mengalami
pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang
air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal,
tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu
kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada
daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup
lama, pembedahan abdominal dan kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil
pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia umbilicalis. Karena organ-organ selalu selalu
16

saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga
terjadilah penonjolan dan mengakibatkan kerusakan yang sangat parah. Akhirnya menyebabkan
kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah
terganggu maka menyebabkan nyeri umbilical dan kerusakan jaringan. Jika bagian dari usus
terperangkap atau tidak dapat direposisi sehingga suplai darah terhambat maka terjadi kematian
jaringan (gangrene). Infeksi dapat menyebar ke seluruh rongga perut dan menyebabkan situasi
berbahaya yang mengancam jiwa.

3.7. Gejala klinis
Hernia umbilicalis umumnya tidak menimbulkan nyeri dan pada bayi sangat jarang
terjadi inkarserasi. Diagnosis tidak sukar yaitu dengan adanya defek pada umbilicus. Sedangkan
pada dewasa sering mengalami inkarserasi atau stangulasi. Jika isi hernia tidak dapat direposisi,
maka penderita merasakan nyeri jika penonjolan tersebut ditekan.
Gejala khususnya muncul berdasarkan berat-ringan hernia:
1. Reponible
Benjolan di daerah umbilicus, tampak keluar masuk (kadang-kadang terlihat menonjol,
kadang-kadang tidak). Benjolan ini membedakan hernia dari tumor yang umumnya menetap.
Ini adalah tanda yang paling sederhana dan ringan yang bisa dilihat dari hernia eksternal.
2. Irreponible
Benjolan yang ada sudah menetap di daerah umbilicus. Pada hernia umbilicalis, misalnya
usus atau omentum (penggantungan usus) masuk ke dalam rongga yang terbuka kemudian
terjepit dan tidak bisa keluar lagi. Di fase ini, meskipun benjolan sudah lebih menetap tapi
belum ada tanda-tanda perubahan klinis pada anak maupun orang dewasa.
3. Incarcerata
Benjolan sudah semakin menetap karena sudah terjadi sumbatan pada saluran makanan di
bagian tersebut. Tak hanya benjolan, keadaan klinis penderita pun mulai berubah dengan
munculnya mual, muntah, perut kembung, tidak bisa buang air besar, dan tidak mau makan.


17

4. Strangulata
Ini adalah tingkatan hernia yang paling parah karena pembuluh darah sudah terjepit. Selain
benjolan dan gejala klinis pada tingkatan incarcerata, gejala lain juga muncul, seperti demam
dan dehidrasi. Bila terus didiamkan lama-lama pembuluh darah di daerah tersebut akan mati
dan akan terjadi penimbunan racun yang kemudian akan menyebar ke pembuluh darah.
Sebagai akibatnya, akan terjadi sepsis yaitu beredarnya kuman dan toxin di dalam darah yang
dapat mengancam nyawa penderita. Sangat mungkin penderita tidak akan bisa tenang karena
merasakan nyeri yang luar biasa.


Gambar 3 dan 4. Hernia umbilicalis pada bayi


Gambar 5. Hernia umbilicalis pada orang dewasa



18

BAB IV
KESIMPULAN
Hernia adalah menonjolnya isi suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada
dinding rongga. Dinding rongga yang lemah membentuk suatu kantong dengan berupa cincin.
Hernia umbilicalis adalah suatu defek pada fascia cincin umbilical di dasar umbilicus yang
memungkin terjadinya herniasi isi abdomen. Defek ditutupi pleh lapisan peritoneal dan kulit.
Hernia umbilicalis disebabkan oleh kagagalan fasia cincin umbilical untuk menutup dan juga
bisa terjadi karena adanya peningkatan tekanan intraabdomen secara terus-menerus.
Manifestasi klinis dari hernia umbilicalis adalah adanya massa atau tonjolan pada
abdomen area umbilicus. Penderita jarang merasakan nyeri. Jika terjadi inkarserasi atau
strangulasi, aliran darah terganggu dan terputus sehingga menyebabkan jaringan mulai mati
(nekrosis). Nekrosis jaringan bisa disertai dengan infeksi bakteri, sakit perut, muntah, dan shock.
Jika sudah terjadi strangulasi atau incarserasi penanganan segera adalah dengan operasi.
Sebagian besar hernia umbilicalis pada bayi menutup secara spontan tanpa intervensi medis atau
bedah pada usia 4 tahun.













19

BAB V
SARAN
Anamnesis yang teliti merupakan bagian terpenting untuk mendapatkan diagnosa yang
tepat terhadahap suatu penyakit. Pemeriksaan seksama untuk lokasi, ukuran dan bentuk massa,
permukaannya, konsistensi, batas, mobilitas dan pemeriksa mencoba mendorong benjolan
tersebut apakah benjolan dapat direposisi. Juga diperiksa apakah terasa nyeri jika ditekan. Jika
nyeri mungkin terjadi hernia stangulata atau inkarserata. Jika terjadi strangulata maka pemeriksa
dapat merekomendasikan penderita untuk melakukan terapi pembedahan sedini mungkin untuk
menghindari gangguan pada aliran darah yang dapat menyebabkan jaringan mati ( nekrosis).
Disini penulis menyadari dalam penulisan karya ilmiah dalam penulisan karya ilmiah ini
banyak mengalami kekurangan, dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun, semoga karya ilmiah ini dapat memberikan informasi serta semangat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca umumnya.















20

DAFTAR PUSTAKA

Ellis, Harold, Sir Roy Calne, dkk. 2008. General Surgery 11
th
edition. Singapore: Blackwell
Publishing.
Gleadle, Jonathan. 2005. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Glynn, Thomas J.Mc, John W.Burnside. 1995. Adams Diagnosis Fisik Edisi 17. Jakarta: EGC.
Greenberg. Michael I. 2007. Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan. Jakarta: Erlangga.
Manthey, D. Hernia. http://www.emedicinehealth.com/hernia/article_em.htm. (diakses tanggal
12 april 2007).
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: EGC.
Moore, Keith L, Anne M.R.Agur. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates.
Nelson, Waldo E. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta: EGC.
Newell, Simon J, Jonathan C.Darling. 2008. Paediatrics 8
th
edition. Singapore: Blackwell
Publishing.
Sabiston, David C. 1994. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, R, Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidajat, R, Wim de Jong. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC.
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta: EGC.
Swartz, Mark H. 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta: EGC.
Wolf, Stewart. 1989. Diagnosis Abdomen. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai