Anda di halaman 1dari 171

Kulit dan Kelamin

Editor :
dr. MOH. IFNUDIN, Sp.KK
Materi Tentiran
Untuk kalangan sendiri
RSU dr wahidin sudirohusodo mojokerto
Dipersembahkan oleh : kelompok D 2008 gel 2
1
Anatomi Kulit
dr. Moh. Ifnudin,Sp.KK
2
3
Anatomi Kulit
Kulit adalah organ tubuh terletak paling luar
dan membatasi dari lingkungan hidup
manusia. Luas kulit dewasa 1,5m berat
kurang lebih 15% dari berat badan
Kulit organ esensial dan vital, serta merupakan
cermin kesehatan kehidupan
4
Histopatologis
Dibagi menjadi 3 lapisan :
1. Lapisan epidermis ( kutikel/ kutikula)
2. Lapisan Dermis (korium,kutisvera,trueskin)
3. Lapisan subkutis (hipodermis)
5
Lapisan Epidermis
Terdiri atas:
A. stratum korneum
B. stratum lusidum
C. stratum granulosum
D. stratum spinosum
E. stratum basale
6
Stratum Korneum
lapisan kulit terluar. Terdiri dari beberapa lapis
sel- sel gepeng yang mati. Tidak berinti.
Eritroplasma berubah menjadi keratin/ sel
tanduk
7
Stratum Lusidum
Dibawah lapisan korneum. Terdiri lapisan sel
sel gepeng, tanpa inti dengan protoplasma
berubah menjadi protein (eleidin)
8
Stratum Granulosum
(lapisan keratohialin)
Terdiri dari 2 atau 3 lapis sel gepeng dengan
sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti
9
Stratum Spinosum
Terdiri beberapa lapis sel bentuk poligonal
dengan besar berbeda karena proses mitosis.
Protoplasma jernih karena mengandung glikogen
dengan inti ditengah.

10
Stratum Basale
Terdiri dari sel sel bentuk kubis (kolumnar) tersusun
vertikal pada perbatasan demo epidermal berbaris
seperti pagar (palisade)
Merupakan lapisan epidermis paling bawah
Sel- sel basal mengadakan mitosis dan berfungsi
reproduktif
Terdiri dari dua jenis sel:
A. sel berbentuk kolumnar
B. sel pembentuk melanin (melanosit)
11
Lapisan Dermis
Dibawah epidermis, lebih tebal dari epidermis.
Terdiri dari lapisan elastik dan fibrosa padat dengan
elemen seluler dan folikel rambut.
Dibagi dalam bagian:
a. Pars papilare
Menonjol ke epidermis sampai isi ujung serabut
saraf dan pembuluh darah.
b. Pars retikulare
Bagian dibawahnya dan menonjol kearah
subkutan terdiri serabut penunjang: kolagen, elastin,
retikulin.
12
Lapisan Subkutis
Kelanjutan dermis
Terdiri jaringan ikat longgar isi sel lemak
Terdapat ujung saraf tepi,pembuluh darah dan
getah bening.
13
Adneksa kulit
Terdiri:
A. Kelenjar- kelenjar kulit (kel. Keringat
{glandula sudorifera}, kel. Minyak {glandula
sbacea})
B. Rambut
C. Kuku
14
A. Kelenjar kulit di lapisan dermis
Kelenjar keringat(galndula sudorifera) ada 2 macam:
1. kelenjar Ekrin
Dibentuk sempurna 28 minggu kehamilan dan
berfungsi 40 minggu setelah kelahiran. Saluran
bentuk spiral bermuara langsung di permukaan kulit.
Di seluruh permukaan kulit, banyak di telapak
tangan, kaki, dahi dan axilla. Dipengaruhi saraf
kolinergik, panas, stress emosional.
Kecil dangkal di dermis secret encer( langsung keluar
dari pori- pori folikel rambut)
15
Lanjutan
2. Kelenjar Apokrin
Dipengaruhi oleh saraf adrenergik. Di axilla,
areolla mammae, pubis, labia minora, saluran
telinga luar. Fungsi belum jelas, waktu lahir
kecil, waktu pubertas membesar,
mengeluarkan sekret.
Lebih besar, lebih dalam, sekret lebih kental,
bermuara di akar rambut

16
Kelenjar Palit/minyak (glandula sebacea)
Di seluruh permukaan kulit kecuali telapak
tangan dan kaki
Di samping akar rambut, bermuara pada
lumen akar rambut(folikel rambut)
Sekresi dipengaruhi hormon androgen
Pada anak jumlah sedikit, waktu pubertas
lebih besar dan banyak- aktif
17
B. Rambut
Terdiri dari:
Akar rambut ( terbenam dalam kulit)
Batang rambut (diluar kulit)
2 macam tipe:
Lanugo
Rambut halus, tidak berpigmen Bayi
Terminal
Rambut lebih kasar, berpigmen Dewasa

Rambut halus di badan disebut velus.
Dewasa terdapat rambut di axilla, genitalia, kumis,
janggut,dipengaruhi hormon sex (androgen).

18
Rambut tumbuh secara siklik
Phase Anagen (petumbuhan): 2-6 tahun
Kecepatan pertumbuhan kurang lebih
0,35mm/ hari atau 1mm/3 hari
Phase Telogen (istirahat) setelah pelepasan
rambut : beberapa bulan
Phase Katagen( involusi temporer)
85% phase anagen- 15% phase telogen
19
C. Rambut
Bagian terminal stratum korneum yang
menebal.
Kecepatan pertumbuhan: 1mm/ minggu
20
FAAL KULIT
dr. Moh. Ifnudin,Sp. KK
21
Fungsi Utama Kulit
1. Proteksi
2. Absorbsi
3. Ekskresi
4. Persepsi
5. Pengaturan suhu tubuh(termoregulasi)
6. Pembentukan pigmen
7. Pembentukan Vit.D
8. Keratinisasi( Kosmetika)
9. Ekspresi
22
Fungsi Proteksi
Menjaga bagian dalam tubuh dari gangguan fisis, kimia,panas,
dan infeksi
Bentuk: Bantalan lemak tebalnya lapisan kulit fisis
Melanosit melindungi terhadap paparan sinar matahari.
Proteksi rangsangan kimia oleh karena sifat stratum korneum
impermeabel terhadap zat kimia dan air.
Dan lapisan keasaman kulit (terbentuk hasil ekskresi keringat
dan sebum)Ph: 5- 6,5
Perlindungan terhadap infeksi
23
Fungsi Absorbsi
Kulit mudah menyerap cairan yang mudah
menguap dan yang larut lemak
Kulit permeabel terhadap O2,CO2 dan uap air
merupakan bagian fungsi respirasi
24
Fungsi Ekskresi
Kelenjar kulit mengeluarkan zat yang tidak
berguna
25
Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung- ujung saraf sensorik di
dermis dan subkutis
Rangsangan panas oleh: Badan Ruffini
Rangsangan dingin oleh: Badan Krause
Rangsangan rabaan oleh: Badan Meissner dan Badan
Merkel Ranvier
Rangsangan tekanan oleh: Badan Vatter Paccini
saraf sensorik BB lebih banyak di daerah erotik
26
Fungsi Pengaturan Suhu
Tubuh(Termoregulasi)
Mengeluarjan keringat dan mengerutkan
(kontraksi otot) pembuluh darah kulit.
27
Fungsi Pembentukan Pigmen
Sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di
bagian basal
Jumlah melanosit dan jumlah serta besarnya
butiran pigmen (melanosome) menentukan
warna kulit RAS.
28
Fungsi Keratinisasi
Memberi Perlindungan kulit terhadap infeksi
(kulit pengelupasan tempat flora- flora
normal).
29
Fungsi Pembentukan Vit. D
Mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan
pertolongan sinar matahari (UVB).
30
EFFLORESCENSI
(RUAM)
dr. Moh. Ifnudin, Sp.KK
31
Definisi
Gejala kelainan kulit yang dapat kita lihat
(gejala objektif).
32
Klasifikasi
Dibagi dua kelompok:
1. Efloerescensi Primer
Terjadi karena penyakitnya
2. Eflorescensi Sekunder
Terjadi dalam perjalanan penyakit, akibat
pengaruh dari luar
33
Efflorescensi Primer
Makula :
Perubahan warna kulit yang rata( tanpa peninggian),
batas jelas,diameter maksimal 1cm.
Setiap perubahan warna kulit.
Warna : hyperemi- hyper/hypopigmentasi
Batas : jelas/tidak
Bentuk : polisiklik- lonjong- bulat
Tepi : meninggi rata
Rasa : A/ hypoanastesi
34
Efflorescensi Primer
Erythema
Kemerahan pada kulit oleh karena pelebaran
pembuluh darah. Bila kecil : Roseola
Hemorraghi
Kemerahan pada kulit oleh karena keluarnya
darah dari pembuluhnya ( purpura- petechiae)
35
Beda Erythema Vs Hemorraghi
Erythema
Objeck glass yang
ditekankan pada
kelainan kulit tsb

Hemorraghi
Kelainan tidak hilang
(tetap)
Untuk membedakan Erythema dan Hemorraghi
menggunakan pemeriksaan diascopy
36
Efflorescensi Primer
Papula
Benjolan kulit yang padat
Menyebabakan kumpulan hasil metabolisme,
hiperplasi/ proliferasi sel-sel epidermis-
infiltrasi radang pada kutis
37
Efflorescensi Primer
Nodula= tuberkula
Benjolan kulit yang padat
Menyebabkan infiltrasi sel pada kutis yang
lebih dalam ata pada subkutis
Disebut jg tuberkula, bila besar sekali : Tumor
38
Efflorescensi Primer
Urtika (biduran)
Peninggian kulit yang disebabkan oedema
lokal subkutis
Kulit sekitarnya kemerahan yang tengah pucat
Timbul cepat, hilang lambat
39
Efflorescensi Primer
Vesikula
Peninggian kulit berisi cairan
Diameter < 1cm
40
Efflorescensi Primer
Bulla
Peninggian kulit berisi cairan
Diameter > 1cm
41
Efflorescensi Primer
Pustula
Peninggian kulit berisi cairan nanah
42
Efflorescensi Sekunder
Krusta
Pengeringan cairan tubuh pada permukaan kulit
Bila kehitaman : asal darah
Bila kekuningan : asal serum
43
Efflorescensi Sekunder
Erosi
Hilangnya jaringan kulit tidak melebihi epidermis,
tidak berdarah dan tanpa bekas

Eksoriasis
Hilangnya jaringan kulit sampai kulit bagian atas

Ulkus
Hilangnya jaringan kulit sampai subkutis tumbuh
meninggalkan bekas
44
Efflorescensi Sekunder
Sikatriks
Pergantian jaringan kulit yang hilang oleh
jaringan yang lebih inferior (kualiatasnya lebih
jelek) - adneksa kulit negatif
Macam :
hipertropi: keloid
atropi (jeglong)



45
Efflorescensi Sekunder
Ragada
Terbelahnya kulit(epidermis atau dermis)
terbentuk celah.
Squama
Penumpukan stratum korneum yang
seharusnya terkelupas

46
Istilah - istilah
Ukuran
Miliar : sebesar kepala jarum pentul
Lentikuler : sebesar biji jagung
Numular : sebesar uang logam, Rp.100
Plakat : lebih besar dari numular
47
Istilah - istilah
Susunan kelainan/ bentuk
Liniar : seperti garis lurus
Anular/ sirsinar: seperti lingkaran
Asinar: berbentuk bulan sabit
Polisiklik : bentuk pinggiran sambung
menyambung
Korimbiformis : seperti induk ayam yang
dikelilingi anak-anaknya
48
Istilah - istilah
Penyebaran dan lokalisasi
Sirkumskrip: berbatas tegas
Difus: tidak berbatas tegas
Generalisata : tersebar pada sebagian bagian tubuh
Regional : mengenai daerah tertentu
Universalis : seluruh atau hampir seluruh tubuh
Solitar : hanya satu lesi
Herpetiformis : vesikel berkelompok seperti pada herpes zoster
Konfluens : dua atau lebih lesi yang menjadi satu
Diskret : terpisah satu dengan yang lainnya
Simetrik : mengenai kedua belah badan yang sama
Bilateral : mengenai kedua belah badan
Ulnilateral : mengenai seblah badan
Serpiginosa : yang menjalar kesatu jurusan, diikuti penyembuhan bagian
yang dtinggalkan
Iriformis : bentuk bulat lonjong dengan vesikel warna yang lebih gelap
ditengahnya
49
Istilah Pada Patologi Anatomi
Hiperkeratosis : penebalan dari stratum korneum
Parakeratosis : sel- sel stratum korneum yang masih
berinti
Achantosis : penebalan dari stratum malphigi
disebabkan tambha banyaknya sel atau pembesaran
sel
Akantolisis : terlepasnya sel sel stratum malphigi
satu dengan yang lain olehb karena rusaknya
benang-benang.
50
Pyoderma
dr. Moh Ifnudin, Sp. KK
51
Definisi
Penyakit kulit yang disebabkan staphylococcus
aureus/ Streptococcus b Haemolyticus atau
kedua - duanya
52
Predisposisi
Higiene yang kurang
Menurunnya daya tahan
Ada penyakit lain di kulit
53
Yang Termasuk Pyoderma
1. Impetigo
2. Folikulitis
3. Ektima

4. Selulitis
5. Erisipelas
6. Furunkel dan
karbunkel
54
Impetigo
Pyoderma superfisialis ( terbatas pada
epidermis)
Impetigo ada 2:
1. impetigo krustosa
2. impetigo bulosa
55
A. Impetigo Krustosa/Kontangiosa/
Vulgaris/ Tillburufox
Morfologi :
Umumnya streptococcus b haemolithycus
Gejala klinis:
Pada anak, predileksi: muka, sekitar hidung
dan mulut
Eff: Eritema dan vesikula yang pecah krusta,
krusta menyebar ke perifer dan sembuh di
bagian tengah
56
B. Impetigo Bulosa/ impetigo vesiko
bulosa= cacar monyet
Etiologi: staphylococcus aureus
Gejala klinis:
Predileksi : di axilla, dada,punggung
Pada anak dan dewasa
Eff: eritema, bula, bula hipopion
57
Folikulitis
Radang folikel rambut
Etiologi : staphylococcus a
Bentuk:
1. superfisialis( terbatas dalam epidermis)
Eff : papul erytematosa, pustul ditengahnya terdapat
rambut
2. profunda (s/d subkutis)
Eff : seperti diatas dengan infiltrat disubkutan
58
Furunkel
Radang folikel rambut dan sekitarnya. Bila
lebih dari satu disebut furunkulisis dengan
folikel rambut berjauhan. Sambungan dari
furunkel yang letaknya berdekatan disebut:
karbunkel.
59
Ektima
Ulkus superfisial dengan kusta diatasnya
Etiologi : Streptococcus b hemolithycus
Eff : krusta tebal kuning, bila krusta diangkat
tampak ulkus yang dangkal
60
Erisipelas
Infeksi akut dari kulit superfisial
Etiologi : umumnya Streptococcus b
haemothycus
Klinis: demam, nyeri, kulit erythematosus,
agak meninggi oleh karena oedem, terasa
panas, panasnya jelas
61
Selulitis
Infeksi akut pada jaringan subkutan
Eff : kulit erythematosus dengan batas tidak
jelas
62
Beda Erisipelas Vs Selulitis
Erisipelas
Superfisial
Batas jelas
Selulitis
Subkutan
Batas tidak jelas
63
Penyakit virus
dr. Moh Ifnudin, Sp. KK
64
Antara Lain
Herpes zoster
Herpes simpleks
Varisela
Moluskum kontangiosa
Veruka
Kondiloma akuminata
65
1. Herpes Zoster (dampa= cacar ular)
Etiologi : varisella zoster menyerang kulit
dan mukosa
Patogenesis : virus masuk ke tubuh ke
ganglion posterior cornu posterior ke saraf
perifertimbul vesikula di kulit
66
Faktor faktor yang membantu timbulnya
herpes zoster
Keadaan dimana terjadinya penurunan
immunitas
Tumor ganas
Pemakaian obat immunosupresif
Pemakaian kortikosteroid
Radiasi (radioterapi)

67
Inkubasi : 2-3 hari
Sebagian besar tidak diketahui adanya kontak diduga
infeksi laten
Gejala klinis :
Stadium Prodromal
Malaise (kadang-kadang) disertai nyeri di daerah persarafan
ganglion yang terkena
Stadium erupsi :
Timbul papulae erythematous vesicula kulit diantara
gerombolan-gerombol tersebut normal
Ditribusi lesi kulit sangat karakteristik mengikuti suatu
dermatome yang mendapat persyarafan dari satu nervus
yang terkena
Umumnya unilateral dengan tidak melewati garis tengah
tubuh
Stadium dekrustasi :
Satu minggu sejak timbulnya erupsi dengan terbentuknya
krusta yang mudah lepas
68
2. Herpes simpleks
Nama lain = herpes febrilis= herpes
labialis=herpes progenitalis
Etiologi : virus herpes simpleks hominis
Ada 2 tipe:
1. tipe I: menimbulkan herpes labialis
2. tipe II: menimbulkan herpes progenitalis
Inkubasi : 2-7 hari
69
Tipe I Herpes Labialis
Klinis : bentuk infeksi primer:
Acute herpetic ginggivostomatitis= dimulai febris- malaise-
radang lokal.

Bentuk infeksi laten
Timbul vesikulae yang mudah pecah pada mukosa mulut &
bibir

Bentuk Infeksi sekunder
Herpes recurrens:
Terjadi episode berulang dengan gejala klinis tidak sebrat
dan selama infeksi primer. Oleh karena reaktivasi virus
70
3. Varicella = chicken pox- cacar air
Etiologi : virus varisella zoster
Penularan : droplet infection
Inkubasi : 2-3 minggu
Klinis
1. stadium prodromal
Febris malaise, selama 1-2 hari
2. stadium rash
Timbul erythema yang morbiliform
3. stadium erupsi
Papulae cepat ; vesikulae tegang, beberapa jam keruh
cairannya dengan dikelilingi areola kemerahan
4. stadium krustae dan dekrustasi
Krusta cepat kering dan mudah lepas

Karakteristik: Umur lesi berbeda- beda polimorf
71
4. Moluskum Kontangiosum
Etiologi : poks virus
Inkubasi = 1 s/d beberapa minggu
Klinis : papul- papul miliar (lentikular) warna
putih seperti lilin, berbentuk kubah dengan
ada lekuk (delle)- bila dipijat keluar massa
outih seperti nasi
72
5. Veruka
Etiologi = human papilloma virus
Beberapa bentuk klinis:
1. veruka vulgaris
2. veruka plana juvenilis
3. veruka plantaris
4. veruka akuminata(kondiloma akuminata)
73
a. Veruka Vulgaris
Bentuk bulat warna abu- abu
Permukaan kasar / verukoid
Besarnya rentikuler s/d plakat
Dengan goresan dapat timbul autoinokulasi
sepanjang goresan

74
b. Veruka Plana Juvenilis
Besar miliar / lentikuler, permukaan licin atau
rata
Warna sama dengan warna kulit atau
kecoklatan
75
c. Veruka Plantaris
Di telapak kaki
Bentuk cincin yang keras di tengah agak lunak
kekuningan permukaan licin
76
Dermatomycosis
dr. Moh Ifnudin, Sp.KK
77
Definisi
Penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur
Dibagi menjadi:
1. dermatomycosis superfisialis (di epidermis)
2. deep mycosis (epidermis s/d subkutis
tulang- otot
78
1. Tinea Capitis
drug of choice: griceovulvin
Lokasi : kepala
Gejala : gatal- makin lebar- skuama halus-
alopecia areaya- membulat- batas jelas-
rambut jadi pendek- tipis rapuh- keabuan
variasi T capitis
79
Kerion Celsi
Lesi benjol seperti granuloma dengan
beberapa pustula. Lubang folikuler dengan
krusta diatas bila ditekan keluar pus
alopecia
Disebabkan :
T. Mentagrophytes
T. verucosum
80
Black Dot (tidak menyerang akar rambut
hanya sisi2 lain saja)
Alopecia tanpa rambut, tapi ada titik hitam
merupakan pangkal rambut yang patah
alopecia temporer dan reversibel
Disebabkan :
T. Violaceum
T. Tonsurans
81
Grey Patch
Papulae erytthematous disekitar rambut-sekitar
skuama dan rasa gatal, warna rambut abu- abu,
mudah patah, mudah lepas dari akarnya alopecia (
idiopatik, tx: injeksi kenacort. Topikal tiramcinolon)
Disebabkan : genus microsporum
Diagnosis : klinis, dengan lampu wood pada grey
patch, hijau kekuningan pada rambut yang sakit,
kerokan kulit dengan KOH 20%
82
2. Tinea Korporis
Penyebab : Trichophyton rubrum dan mentagophytes
Lokasi : di badan
Gejala klinis :
Gangguan klasik dari dermatomycosis superfisislis:
Gatal
makula jelas makin lama makin lebar
tepi polisiklik
tepi aktif dan terdapat papula, vesikula
skuama positif
Diagnosa : klinis, kerokan kulit dengan KOH 20%
83
3. Tinea Cruris (jockey itch)
Lokasi : pelipatan paha s/d pantat
Gejala klinis:
Gangguan klasik dermatomycosis superficialis
84
4. Tinea Pedis
Penyebab : genus trichopyton; epidermophyton
Perjalanan penyakit dan gejala klinis:
Bentuk interdigitalis : antara jari IV dan V terlihat fisura
yang dilingkari squama halus dan tipis, dapat meluas ke
bawah jari ( subdigital) dan ke sela jari lain, sering terlihat
maserasi
Bentuk Moccasin Foot: pada seluruh kaki, dari telapak
kaki tepi s/d punggung kaki, kulit menebal dan
bersquama, erythema ringan
Bentuk Subakut: terlihat vesikula vesiko pustula-
kadang bula, kelainan dapat mulai dari daerah antar
jari meluas kepunggung kaki atau telapak kaki
Diagnosa: kerokan kaki dengan KOH 20%

85
Pityriasis Versicolor( panu)
Penyebab : Malassezia Furfur
Ada 2 type:
1. macula
2. guttata
Versicolor artinya berubah warna menurut penderitanya.
Pada orang kulit coklat atau hitam putih, kulit putih
kecoklatan
Gejala : gatal waktu berkeringat, makula batas jelas- polisiklik,
tepi tidak meninggi, squama halus, tidak ada sentral healing
Diagnosa : gejala klinis, kerokan kulit denga KOH 20%, dengan
lampu woods kuning keemasan
86
Candidiasis = candidosis
Penyebab : candida albicans= monilia albicans
Dibagi :
Candidiasis selaput lendir: berupa trush: sebagai
pseudo membran putih pada lidah; perleche: benutk
fisura disudut mulut dan vagina
Candidiasis cutis: daerah intertriginosa ( axilla,
lipatan paha, lipatan payudara, perianal); gejala:
makula erythematosus, batas jelas- berkelopak,
vesikulae- papel diameter 1-2 mm banyak ditepi atau
diluar makulae : satelit, squama (+)
87
Scabies
dr. Moh Ifnudin, Sp. KK

88
Scabies
Penyebab : sarcoptes scabiei
Cara penularan:
1. kontak langsung : kulit dengan kulit
2. kontak tak langsung : melalui benda
Morfologi :
Tungau kecil- bentuk oval- punggung cembung- perut
rata- translusen- warna putih kotor- tidak bermata.
Ukuran betina : 330-450 mikron x 250-350 mikron;
jantan :200- 240x 150-200
89
Gejala klinis
1. Pruritus nokturna ( gatal pada malam hari
oleh karena aktivitas tungau lebih tinggi pada
suhu yang lebih lembab
2. Tempat predileksi ada terowongan (
kunikulus) pada daerah stratum korneum
yang tipis (sela jari tangan, axilla,
areollamammae , genitalia externa)
3. Menyerang manusia secara kelompok
90
Morfologi tungau
Dewasa mempunyai 4 pasang kaki
- Dua pasang kaki depan untuk melekat
- 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir
rambut
- 2 pasang kaki ketiga jantan pada rambut
- 2 pasang kaki ke 4 berakhir pada alat perekat.
91
Siklus Hidup
Setelah kopulasi ( perkawinan diatas kulit) jantan
mati( kdang dapat hidup beberapa hari) dalam
terowongan yang digali oleh betina
Betina yang dibuahi menggagli terowongan dalam
stratum korneum (2-3mm/ hari) meletakkan telur
Telur menetas 3-5 hari larva (3 pasang kaki) 2-3
hari nimfa( jantan dan betina 4 pasang kaki)
92
Creeping Eruption
( Larva Migrans)
dr. Moh Ifnudin, Sp. KK

93
Creeping Eruption
Penyebab : larva cacing tambang
1. ancylostoma braziliense
2. ancylostoma caninum
Cara penularan:
larva biasanya ada di tanah/ pasir yang mengandung
kotoran anjing atau kucing menembus kulit dengan
bantuan enzim proteolitik yang dimiliki, tidak
menembus dermis oleh karena tidak punya enzim
kolegenase
larva mengembara diantara epidermis dan dermis
94
Perjalanan Penyakit dan gejala klinis
Subyektif : rasa gatal
Kelainan kulit mula- mula berupa papulae
Karena larva bergerak timbul lesi seperti
terowongan berupa gais yang berkelok- kelok
berwarna merah
Tempat predileksi : tangan- kaki- tungkai-
pantat
95
TUBERCULOSIS CUTIS
dr. Moh Ifnudin, Sp. KK
96
TUBERCULOSIS CUTIS
Penyebab
Mycobacterium tuberculosis (jenis human 91,5 %)
Mycobacterium atipis (8,5%)

Klasifikasi
1. tuberkilosis kutis sejati
a. TB kutis primer:
1. Inokulasi TB primer (TB chancre)
2. TB kutis miliaria
b. TB kutis sekunder:
1. Skrofuloderma
2. TB kutis verukosa
3. TB kutis gumosa orifisialis
4. Lupus fulgaris

97
2. tuberkuloid
a. bentuk papul
1. lupus miliaria diseminatus fasiei
2. tuberkulit papulonekrotika
3. liken skrofulosorum
b. bentruk granuloma dan ulseronodulus
1. eritema nodusum
2. eritemaenduratum
Bentuk tersering di dapat:
a. skrofuloderma
b. TB kutis verukosa
98
SKROFULODERMA
Akibat perjalanan dari organ di bawah kulit yg telah terserang
penyakit TB. Yang tersering dr kelenjar KGB
Lokasi yg tersering tempat yg banyak didapat KGB superfisial
a. leher
b. axila
c. inguinal

Porte dentree daerah
a. leher : tonsil atau paru
b. axila : apeks pleura
c. inguinal : ekstemitas bawah
99

Dimulai sebagai limfadenitis TB berupa pembesaran KGB tanpa tanda
tanda-radang akut, di sertai periadenitis menyebabkan perlekatan
kelenjar dan jar. Sekitar, lalu melunak (abses dingin) dan pecah,
fistel.
Ulkus dengan sifat khas:
a. bemtuk memanjang dan tidak teratur
b. sekitarnya merah kebiru biruan (livid)
c. dinding menggaung
d. tertutup pus mukopurulen menggering krusta kuning

Ulkus dapat sembuh spontan :
> sikatrik memanjang & tidak teratur
> di atas sikatrik terdapat jembatan kulit (skin bridge)
membentuk seperti tali dg kedua ujung lekat pada sikatrik tsb.
Sehingga sonde dapat dimasukkan

100
TB KUTIS VERUKOSA
Oleh karena infeksi eksogen, kuman langsung masuk ke dalam kulit
Predeleksi :
tingkat bawah dan kaki tempat yg sering mendapat trauma
klinis :
khas berbentuk bulan sabit
akibat perjalanan secara serpinginosa
menjalar ke satu jurusan,diikuti penyembuhan di jurusan yg lain

Efloresensi :
Papulae lentikuler di atas kulit yg eritematous.
pd bag. Yg cekung terdapat sikatrik
juga dpt menjalar ke perifer sehingga terbentuk sikatrik di tengah
101
DERMATITIS
dr. Moh Ifnudin, Sp. KK
102
DERMATITIS
Merupakan epidermo dermis dengan gejala subjectiv pruritus,
gejala
objective nampak inflamsi eritema vesikulasi edukasi dan
pembentukan sisik.
Penyakit ini cenderung residif & kronis

Etiologi :
Kadang tdk diketahui, sebagian besar merupakan respon kulit
thd agen2 yg beraneka ragam.
Respon tsb biasanya berhubungan dg alergi
alergi : merupakan perubahan kemampuan tubuh yg didapat &
spesifik untuk bereaksi atas dasar antigen & antibodi
103
Gejala :
Subjectiv : tanda tanda akut pruritus
Objectiv : eritema edema

Patogenesa :
Dermatitis merupakan reaksi alergi tipe A. Delayed
hypersensivitas = celular hypersensivitas
104
DERMATITIS ATOPI
Atopy :
keadaan dimana didapatkan kelainan yg menurun.
pada penderita dan anggota keluarga terdapat stigmata atopi :
1. rinitis alergi asma bronkial
2. alergi terhadap serbuk bunga
3. alergi thd alergen protein
4. cenderung timbul urtika
5. reaksi abnormal thd perubahan suhu
6. resistensi menurun thd inf. Virus
7. sensitiv thd serum & obat
8. kdang tedpt katarak juvenilis
105
DERMATITIS KONTAK
Dermatitis karena faktor external yg menimbulkan sensitisasi atau toksik.
Terdiri dari 2 jenis :
a. dermatitis kontak toksik
b. dermatitis kontak alergi
D. kontak toksik D. kontak alergi
Permulaan : kontak pertama kontak ulang
Penderita : semua orang satu orang
Lesi : batas jelas batas kurang jelas

Gejala :
Gambaran dermatitis mulai pada tempat terjadinya kontak dg kulit
106
ECAEMA SEBOROICUM
Penyakit ku;it dg keradangan kronis yg ditandai dg makula yg
ditutup skuama basah / kering / berminyak / dg krusta
kekuningan.
Predeleksi :
Tempat yg banyak menggandung kelenjar minyak
a. kulit kepala
b. reg. supra orbita
c. celah nasolabial
d. bawah lipat mamae
e. lipat paha


107
Perjalanan penyakit :
Sifat kronik, residif. Dimulai pada kepala kemudian
nyebar ke muka leher badan .

keluhan :
1. Pityriasis sicga
skuama bersifat kering dg skuama halus
2. Pityriasis steatoides
berminyak disertai eritema dn krusta tebal

108
SINDROMA STEVEN JOHNSON
Merupaka sindroma yg mengenai kulit selaput lendir di
orificium & mata.
Etiologi :
yg pasti belum diketahui
salah satu penyebab ialah alergi obat secara sistemik.
Gejala :
jarang di jumpai pada usia 3th
keadaa umum bervariasi dari ringan sampai berat
trias kelainan :
a. kelainan kulit
b. kelainan selaput kulit lendir di orificium
c. kelainan mata

109
1. Kelainan kulit
terdiri eritema papul vesikel bula (pecah =
erosi)
2. Kelainan selaput lendir di orificium
terutama mukosa mulut (100%), genitalis (50%),
hidung (5%), anus (4%)
berupa vesikel & bula erosi krusta
3. Kelainan mata
konjungtiva kataralis (80%)
110
PITIASIS ROSEA
Penyakit kulit dg eff berupa makula kekuningan bentuk oval yg
tertutup skuama halus
Penyebab :
Belum diketahui dg jelas
diduga,
Sering terjadi sehabs berenang
Sering terjadi saat memakai baju baru yg belum dicuci
Sering terjadi sehabis memakai pakaian yg lama disimpan

Lokasi :
Terutama tempat yg tertututp pakaian pd beberapa kasus pd
tempat yg terbuka pitiria rosea inversa
111
Perjalanan penyakit :
1. Timbul akut self limiting disease
2. Pertama timbul makula yg makin lama
3. makin besar hebald patch / mother
4. plaque / medalton dg cepet disusul lesi2 lain dg ukuran lebih
kecil
5. dalam 6-8 minggu lesi hilang spontan

Keluhan :
Sedikit gatal terutama waktu berkeringat keluhan kosmetik

Eff :
Makula eritematous bulat lonjong sumbu panjang sejajar
pelipatan kulit
112
PSORIASIS VULGARIS
Penyakit belum diketahui penyebabnya bersifat kronik & residif.

Etiologi:
Belum diketahui pasti
Pada psoriasis vulgaris pembetukan epidermis (turn overtime) dipercepat dari
27 hari menjadi 3-4 hari.

Gejala:
1. keadaan umum tidak di pengaruhi kecuali menjadi eritrodermi
2. Gatal ringan

Tempat predileksi :
Kulit kepala yg berambut, extremitas bag. Extensor terutama, : siku lutut
daerah lumbosacral daerah trauma
113
Kelainan kulit :
bercak (makula) eritema batas tegas, ditutupi skuama tebal
(kasar) berlapis-lapis berwarna putih transparan.
Terdapat fenomena tetesan lilin, auspitz & koebner
Kaarsvlex pnenomena (tetesan lilin)
bila skuama dikerok terlihat warna keruh seperti kerokan lilin.

Auspitz sign:
Bila mengerok di teruskan ,akan terlihat bintik pedarahan o.k.
terkenanya ujung2 dari papil yg memanjang.

Koebner phenomena:
bila pada kulit yg normal kena trauma makan akan timbuk lesi
baru yg bersifat sama dg lesi yg telah ada

114
MILIARIA
Penyebab :
Sumbatan saluran kelenjar keringat di sertai meningkatkan
produksi keringat disertai meningkatkan produksi keringat
Mudah timbul di lingkungan panas
Di duga sumbata tsb karena kerusakan epidermis yg
disebabkan larutan Nacl hipertonik.

Berdasarkan letak sumbatan:
1. Miliaria kristalina (sumbatan di subkorneal)
2. Miliaria rubra (sumbatan di stratum spinosum)
3. Miliaria profunda (sumbatan di dermo epidermal junction
atau dermis bag. Atas)

115
Gejala klinis:
1. Miliaria kristalina
^ sering di dada leher punggung, jarang ada keluhan.
^ lesi berupa vesikel kecil 1-2mm,isi cairan jernih dinding tipis mudah
pecah ,bergerombol & tidak disertai eritema

2. Miliaria rubra
^ banyak di jumpai & sering disertai gatal
^ lokasi : leher punggug dada dahi
^ lesi berupa vesikel atau papul vesikel
^ dg dasar kemerahan,ukuran kecil & banyak
^ bila miliaria berlangsung lama,vesikel mengalami infeksi menjadi pustul

3. Miliaria profunda
^ jarang dijumpai
^ timbul pd penderita yg sering mengalami serangan miliaria rubra
^ lesi berupa papul milier- warna kulit normal

116
PRURIGO VONHEBRA
Penyakit kulit sifat kronil residif gatal
Di mulai pada anak2 dg eff: papul

Predeleksi :
Permukaan ekstensor ekstremitas dapat menggenai badan

Etiologi :
belum diketahui pasti
kemungkinan dapat disebabkan reaksi hipersensitif thp
gigitan nyamuk
faktor herediter
117
Gejala klinik & perjalanan penyakit:
dimulai pd anak2 yg usia 2-5 tahun
lesi berupa papul yg meliputi ekstremitas abdomen bawah,
sedang fossa poplitea & fossa cubiti biasanya bebas
lesi dapat sembuh & menghilang, tetapi kebamyakan residif
dan terlokalisir pada permukaan ekstensor ekstremitas
papulae prurigo sangat gatal
perjalanan yg kronis disertai garukan2 epidermis lecet
papulae tertutu[ krusta kulit kasar tebal - hyperpigmentasi
118
GONORRHOEAE
dr. Moh Ifnudin, Sp. KK
119
GONORRHOEAE
Etiologi :
neisseria gonorrhoeae
termasuk gol. Diplokok bentuk biji kopi ukuran 0,8m panjang
1,6m.
tahan asam gram negatif.di luar dan didalam lekosit.
tidak tahan lama di udara luar
cepat mati dlam keadaan kering
tidak tahan suhu > 39
0
C dan dengan zat desinfektan
daerah yg mudah terinfeksi :
mukosa epitel kuboid atau lapisan gepeng
120
Penularan :
Hampir selalu melalui seksual intercouse secara genito
orogenital anogenital
dapat juga terjadi secara manual : alat pakaian handuk
dll
sehingga dikenal : a. gonorrhoea genital
b. gonorrhoea ekstra genital
Gejala klinis :
Laki laki : masa tunas 2 5 hari
Uretra anterior organ pertama yg diserang dg gejala : dysuria
panas & nyeri waktu miksi diikuti dg sekret mukopurulen :
pus kental kuning kehijauan
Pd pemeriksaan orifisim uretra eksterna : merah edema
(tampak duh tubuh yg mukopurulen
Bila gangguan tdk diobati dg tepat lbh dr 2minggu inf.
Menjalar ke uretra posterior
121
Komplikasi :
1. Postitis : radang di praeputium
2. Balanitis : radang di gland penis
3. Tysonitis : radang kel. Tyson dekat prenulum
4. Littritis : radang kel. Littre disinus morgani
5. Cowperitis : radang kel. Cowperi menimbulkan
fistula perinatal & rektal
6. Prostatitis : radang kel. Prostat
7. Epididymitis : radang epididymis & orkhitis
122
wanita :
50 % tanpa keluhan
Masa tunas sulit di tentuksn oleh karena pada umumnya
asimtomatik

Gejala klinis :
Gambaran klinis & perjalanan penyakit berbeda dg laki2,
disebabkan oleh karena perbedaan anatomi
Sehingga penderita wanita sering datang berobat dg infeksi yg
telah berlangsung lama.
Bila gangguan klinis sangat menggangu/ jika timbul komplikasi
Pada wanita uncomplicated jika hanya uretra dan cervic yg
terserang.


123
Urethritis :
Gangguan utama dysuria dg miksi yg freqwen
Pd pemeriksaan uretra merah dan oedematous, bila ditekan
keluar pus

Gervicitis :
Sering tanpa keluhan dakang ada fluor albus
Inspeculo : cervic merah erosi pus mukopurulesi

Komplikasi :
Bartholinitis
salphyngitis

124
Gonorrhoea ekstragenital :
Proktitis
Orofaringitis
Konjungtivitis

Diagnosis :
sediaan langsung : pewarnaan gram
kultur
125
HERPES GENETALIS
dr. Moh Ifnudin, Sp. KK
126
HERPES GENITALIS
Fever blister = herpes febrilis = herpes simpleks

Etiologi :
Virus herpes simpleks tipe ll dapat pula disebabkan tipe l yg
penularannya akibat seks orogenital atau melalui tangan

Gejala klinis :
Inf. HVS berlangsung 3 tingkat
1. infeksi primer
2. infeksi laten
3. infeksi rekurens
127
Infeksi primer :
Virus berasal dr luar masuk ke dalam tubuh hospes
Pada saat ini hospes belum ada antibodi.
bodi spesifik = sehingga timbul lesi pada daerah yg luas dg gejala konstitusi
yg lebih berat
Virus menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf regional
(ganglion sakralis), berdiam disana dan bersift laten
Masa inkubas9 2-5 hari dapat lebih lama

Gejala klinis :
Di dahului rasa terbakar, gatal pada daerah lesi
Pertama kali timbul lesi dapat diserti gejala konstitusi
Lesi berupa vesikel berkelompok diatas kulit yg eritema,vesikel mudah
pecah dan menimbulkan erosi yg multipel
Pada infeksi primer berlangsung lebih lama (3 minggu ) dan lebih berat


128
Fase laten :
pada penderita tidak ditemukan gejala klinis, tetapi VHS dapat
ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis.

Infeksi rekurens :
VHS aktif kembali o.k mekanisme pacu
C = traumafisik & trauma psikis timbul

Gejala klinis :
Gejala klinis lebih ringan & berlangsung lebih cepat (7-10 hari)
dari pada infeksi primer. O.k anti bodi spesifik (+)


129
TRICHOMONIASIS
dr. Moh Ifnudin, Sp. KK
130
TRICHOMONIASIS
Etiologi :
Trichomonas vaginalis merupakam flagelata berbentuk
filiformis, ukuran 15 18 mikron.
mempunyai 4 flagela
Berbentuk seperti gelombang

Insidens :
Penularan umumnya mealui hub. Seks tapi dapat juga melalui
pakaian handuk atau berenang
Pada wanita lebih banyak drpd laki2
131
Patogenesis :
Trichomonas vaginalis dapat menimbulkan peradangan pada
dinding saluran urogenital dg cara invasi s/d jar. Epitel & sub epitel.
Masa tunas 4 hri 3 minggu

Gejala klinis :
Pada wanita
yg diserang terutama dinding vagina dapat akut atau kronis

Akut :
sekret vagina seropurulen kekuningan
Bau tidak enak (malodorous) berbusa
Dinding vagina kemerahan & sembab
Kadang pd dinding vagina & serviks tampak jar granulasi warna
merah (strawbery appearance)
Dapat pula terjadi eretritis bartholitis - sistitis
132
Kronik :
Gejala lebih ringan

Pada laki-laki : yg diserang terutama : uretra dg gejala :
Rasa gatal pada uretra
Disuria
Keluar duh tubuh agak ancer
Dapat menyerang pula kel. Prostat preputium vesikula semnalis
epididimis

Diagnosis :
Sediaan basah
Sediaan hapus
Pembiakan


133
Kandidiasis genetalis = kandidosis
Infeksi pada genetalia oleh karena jamur
Candida Albicans.
Faktor predisposisi :
DM
Kehamilan
Pemakaian lama obat (kortikosteroid, AB,
sitostatik)
Kelembaban
134
Infeksi candida albicans pada genetalia dapat
menyebabkan :
: Vulvo vaginitis
: Balacitis uretritis
Vulva Vaginitis (kandidiasis vaginae)
gejala klinis :
Gatal-gatal daerah vulva
Flour albus seperti susu pecah nempel di
vagina
Serviks bengkak-merah-erosif
Lesi dapat meluas ke regio inguinal & gluteal



135
SIFILIS
dr. Moh Ifnudin, Sp. KK
136
SIFILIS
Etiologi :
Treponema pallidum
Bentuk sebagai spiral teratur
Panjang 6-15 m, lebar 0,15 m
Terdiri 8 s/d 24 lekukan
Bergerak aktif memutar
Pembiakan tidak dapat diluar tubuh
Diluar tubuh cepat mati
Dalam darah transfusi dapat hidup 72 jam
137
Klasifikasi
1. Sifilis kongenital
Dini (sebelum 2thn)
Lanjut (sesudah 2thn)
Stigma
2. Sifilis akuisita (didapat)
Secara klinis : stadium I (SI)
Secara epidemiologik (menuruk WHO)
138
Simtomatologi
Sifilis Akuisita
I. Sifilis primer (SI)
Masa tunas : 2 s/d 4 minggu
Treponema pallidum masuk ke dalam selaput lendir
atau kulit berkembang biak
Menyebar secara limfogen & hematogen
Kelainan kulit dimulai sebagai papel lentikular .:.
Erosi .:. Ulkus bulat-soliter dasarnya jaringan
granulasi merah & bersih, dinding tidak
bergabung, kulit sekitar tidak ada tanda radang akut.

139
Ulkus tsbt indolen teraba indurasi disebut ulkus
durum kelainan tersebut disebut afek primer
umumnya [ada genetalia eksterna :
: sulkus koronarius
: labia mayor/minor
Dapat ekstra genital : lidah-tonsil-anus
Afek primer sembuh sendiri antara 3s/d10 mgg
Seminggu setelah afek primer, umumnya terdapat
pembesaran kel.getah bening Regional di inguinal
keseluruhan disebut : kompleks primer
Kelenjar ini soliter indolen tidak lunak tidak
supuratue tidak ada deriadenitis kulit tdk ada tanda
radang akut.

140
Syphilis demblee :
syphilis tdk tdpt afek primer. Mis : pd tranfusi

II. Sifilis sekunder (SII)
Timbul setelah 6s/d8 mgg sejak SI sepertiga kasus
masih disertai SI
Lama SII dapat s/d 9bln
Pada SII disertai gejala konstitusi (S-IO)
Pada SII sering disertai limfadenitis generalisata dam
kelainan kulit pada telapak tangan & kiri
Bentuk lesi : reseola papel
ROSEOLA
Tampak sebagai eritem pada kulit ok vasodilatasi
Merupakan kelainan kulit yg pertama terlihat pada S-II
disebut Roseola sifilitika
141
Roseola hilang dalam beberapa hari/mgg dan dapat
pula bertahan beberapa bulan.
PAPEL
o Bentuk paling sering terkena pada S-II
o Bentuk bulat dapat terlihat pada sudut mulut axila
bawah mamae alat genital
o Bentuk lain Kondiloma Lata :
Terdiri papel papel lentikuler permukaan datar
terletak dilipatan kulit : lipat paha scrotum vulva
perianal mamae .
sangat menular
142
Pustul
Dimulai dg papul yg menjadi pustul pecah .:.
Ulkus yg ditutupi krusta gambaran seperti
tiram
Rupia
Disebut jg sbg sifilis maligna
Kelainan pada selaput lendir, berupaplak putih yg
byk mengandung T. Pallidum
Rambut
Pd SII dini sering tjd kerontokan rambut difus &
tdk khas
Pd SII lanjut dpt tjd kerontokan rambut setempat
: Alopesia areolaris
143
Kelenjar getah bening
Pd SII umumnya seluruh kelenjar getah bening
superfisial membesar
III. Sifilis tersier (SIII)
yg khas : Guma tjd 3-7 thn setelah infeksi
Guma umumnya satu dpt byk, besarnya dari militar
s/d bbrp cm
Guma dpt timbul pd semua jar. & organ, mbtk
nekrosis sentral dikelilingi jar. Granulasi & pd bag.
Luar jar. Fibrosa, sifat destruktif


144
Dalam stadium ini sifilis sifatnya dapat merusak
semua jenis jaringan tulang rawan
Kelainan lain dapat berbentuk nodus
dibawah kulit, besar dari miliar s/d lentikular,
merah & tidak nyeri, bila ditekan.
Umumnya membentuk lingkaran atau
konfigurasi polisiklik.
Kadang menjadi ulkus dg dinding curam
145
Sifilis Kardiovaskular
Manifestasi 10-20 thn setelah infeksi
10% penderita sifilis akan mengalami
Jantung & pembuluh darah besar terutama yg
terkena
Neurosifilis
Manifestasi 10-20 thn setelah infeksi
Akan terjadi tabes dorsalis atau paresis
menyeluruh
146
Sifilis Kongenital
Bayi dg sifilis kongenital berasal dari ibu yg telah
menderita sifilis T.palidum dapat melalui placenta
& masuk ke peredaran darah janin
Ibu hamil penderita sifilis dini (SI atau SII)
kemungkinan besar melahirkan bayi mati
Ibu hamil menderita sifilis dapat melahirkan bayi
sifilis kongenital dapat tidak terinfeksi
Perjalanan sifilis kongenital T.palidum
langsung masuk ke peredaran darah Tidak
terdapat sifilis stadium I
147
Sifilis kongenital dibagi :
Dini
Lanjut
Stigmata

Sifilis kongenital dini
Semakin dini gejala-gejala tampak semakin buruk
prognosanya

Umumnya beberapa minggu (3minggu) setelah bayi
dilahirkan timbul vesikula dan bula pecah terjadi
erosi ditutupi krusta sering ditelapak tangan & kaki :
pemfigus sifilitika
148
Cairan vesikula & bula banyak mengandung
T.Palidum
Bila kelainan kulit terjadi beberapa bulan setelah
bayi lahir, kelainan tersebut berupa papul
dengan skuama dengan konfigurasi seperti
pada stadium II (SII). Dan kondiloma lata
Kelainan pada tulang terutama yg panjang
berupa osteokondritis yg khas pada foto
rontjen
149
Sifilis kongenital lanjut
terpapar pada usia lebih dari 2 thun
Manifestasi klinis baru dapat ditemukan pada
usia 7-9 thn dengan adanya : Trias
Hutchinson
1. Kelainan pada mata : kreratitis intertisial yg
dpt mengakibatkan kebutaan
2. ketulian N. VIII
3. Gigi hutchinson : insisi I atas kanan & kiri
pada gigi tetap bentuk seperti obeng
150
Stigmata
Terlihat pada sudut mulut berupa garis-garis
dalasing)mnya radiar, gigi hutihinson, gigi
molar pertama bentuk seperti buah murbai &
penonjolan tulang frontal kepala ( frontal
bossing)
Diagnosis
Untuk membantu diagnosis :
1. Pemeriksaan triponema palidum
2. Tes serologis sifilis
3. Pemeriksaan yg lain
151
KRUSTA
(MORBUS HANSEN)
dr. Moh Ifnudin, Sp. KK
152
BAGAN MH
I
L
B
T
Gejala tidak jelas, batas
kabur, gangguan rasa
sedikit/+ ada
Saraf +++
Penebalan +++
Anastesi +
Saraf +
Penebalan +
hipoestesi
Darah (-)
Lab (-)
Makula : hipopigmentasi,
batas tegas
Penyebaran asimetris
Darah (+)
Lab (+)
Makula : eritematus,
batas tdk tegas
simetris
Saraf +
Penebalan +
hipoestesi
Menular (byk kuman
dirongga hidung & kulit)
Lesi kulit byk, simetris,
kemerahan- mengkilap-
batas tdk jelas
peninggian lesi
153
Kusta
Lepra morbus Hansen
Penyakit infeksi kronik yg disebabkan kuman
mycobacterium leprae yg diserang pertama saraf
perifer kemudian kulit & mukosa mactus respiratorius
bagian atas & dapat ke organ-organ lain.
Cara penularan :
Kontak langsung lama berat
Inhalasi
Klasifikasi
1. Type indeterminate (I)
2. Type tuberkuloid (T)
3. Type lepromatus / borderline (L/B)

154
I. Type indeterminate (I)
Terbentuk karena invasi kuman ke kulit masih sangat dini
Kerusakan yg ditimbulkan masih terlalu sedikit sehingga
gejala yg tampak tidak jelas : bercak agak keputihan, batas
kabur, gangguan rasa sedikit/tidak ada.
Penderita tidak merasakan gangguan belum ada
penebalan saraf

Bentuk Indeterminate Dicurigai Bila :
Ada bercak seperti diatas tidak hilang setelah beberapa bulan
atau makin sama menyerupai macula MH.
Disertai dgn adanya sumber penularan arau daerah endermis
MH
155
II. Type tuberculoid (type kering)
Kumis dapat beberapa lesi kulit saja dg batas tegas, warna
agak pucat (hipopigmentasi) kadang kemerahan
(eritematus)
Penyebaran lesi asimetris
Anastesi jelas
Penebalan saraf tepi terjadi pada saat yg relatif dini, sering
1-2 lesi kulit saja sudah terjadi penebalan saraf
Keluhan & komplikasi akibat keradangan saraf lebuh menonjol
(paralise & kecacatan lain).
Pemeriksaan bakteriologis sering (-), bila (+) kuman
ditemukan sangat jarang
Prognosa > baik dari type lepromatosa, tetapi resiko cacat >
besar
156
III. Type Bordeline (bentuk perbatasan)
Bentuk campuran T & L
Terjadi ok daya tahan tubuh berada pada
tingkat (type T & tipr L)
Klinis campuran antara tanda-tanda type T &
type L
157
IV. Type lepromatosa (type basah)
Bentuk menular ok banyak mengandung kuman, dirongga hidung & kulit
Lesi kulit relatif banyak, tersebar simetris kemerahan mengkilap batas
tdk jelas peninggian lesi
Anastesi pada lesi ringan (hipoestesi)
Penebalan saraf simetris

Pemeriksaan bakteriologis selalu positif ok daya tahan tubuh kuman
menyebar keseluruh organ ditemukan kelainan organ-organ:
Madarosis : rontoknya rambut alis
Penebalan daun telinga
Hidung pelana (sadle nose)
Facies lecnina : muka singa
Gynacomasti : pembesaran buah dada
Atropi testis
158
Masa tunas : 40 hari 40 tahun
Diagnosa :
Untuk mendiagnosa MH diperlukan :
1. Anamnesa (keluhan & riwayat penyakit)
2. Pemeriksaan klinis
3. Pemeriksaan bakteriologis
4. Pemeriksaan tambahan/khusus
159
1. Anamnesa
Dari keluhan & cerita pasien. Beberapa hal yg dapat menjadi
petunjuk kemungkinan adanya penyakit kusta :
Adanya bercak dikulit yg tidak berasa (mati rasa)
Keluhan rasa kesemutan (gringgingan) pada tangan & kaki
Adanya luka (sering pd kaki) yg tdk nyeri atau besarnya luka tdk
sesuai dgn keluhannya
Adanya kelumpuhan & pengecilan otot-otot jari tangan / kaki

Untuk mendapatkan anamnesa yg baik harus aktif memancing
pertanyaan yg terarah, sehingga keluar keluhan-keluhan tersebut
juga perlu dilengkapi :
Daerah asal / kelahiran penderita
Adanya sumber penularan
160
2. Pemeriksaan klinis
A. Pemeriksaan umum
B. Pemeriksaan khusus kusta

A. Pemeriksaan Umum
Untuk menilai secara umum kesehatan
penderita, mis penakit lain yg menyertai
apakah ada kontraindikasi terhadap obat-
obat MH
161
B. Pemeriksaan khusus kusta
Dilakukan ditempat terang
Bila mungkin telanjang sama sekali
Pemeriksaan regioner, dengan mencari tanda-
tanda penyakit kusta, mulai dari kepala s/d
ujung kaki
Pemeriksaan pertama adanya :
Berak (macula) anastesi baru dicari tanda-
tanda lainnya penyakit kusta
162
Urutan pemeriksaan
1. Kepala
Kelainan yg dicari :
Makula papula nodula
Madarosis
Hidung pelana (sadle noise)
Penebalan cuping telinga
Facies leonina (muka singa)

2. Leher
Dicari :
macula dll
Penebalan saraf = auricularis magnus

3. Dada perut
Dicari : - macula dll
- gynecomasti

4. Genital
Dicari khusus orchitis & atropi
testis

5. Punggung bokong
Dicari : macula dll

6. Tangan
Dicari : - makula dll
- penebalan n.ulnaris
- Atropi otot interossei
- Kontraktur mutilasi - ulkus
7. Kaki
Dicari : - penebalan n. perineu
lateralis
- drup food
- atropi kontraktur ulkus


163
Pada gangguan rasa (anastesi) pada kulit
Dari ringan (hypoaesthesi) sampai berat (anaesthesi)
Pada gangguan ringan yg terganggu penerima sensasi
suhu (temperatur)
- Cara pemeriksaan :
2 tabung gelas, masing
2
diisi air panas(40 C)& dingin (
20C)
Penderita menutup mata atau menoleh ke tempat lain,
lalu bergantian ke-2 tabung ditempelkan pada daerah
kulit yg dicurigai
Sebelumnya dilakukan tes kontrolpada kulit yg normal,
utk memastikan org tsb dpt membedakan panas &
dingin
164
Pada gangguan yg lebih berat penerimaan sensasi nyeri
& sensasi raba terganggu
Cara pemeriksaan sensasi nyeri
- Dg jarum pentul pd ujung yg tajam
- Ditusukan pd daerah kulit normal dahulu utk kontrol
- Kemiudian ditusukan pd daerah kulit yg dicurigai pd
penderita menutup mata
- Pd gangguan tdk berat, masih dpt merasakan nyeri tp
lebih ringa dari kulit normal
Cara memeriksa sensasi raba
- Memakai kapas yg ujungnya di lancipkan
- Digoreskan pd kulit normal dulu
- Baru ke daerah kulit yg dicurigai
- Penderita tutup mata ditanyai arah goresan
165
Diagnosa penyakit kusta
Harus diingat!!
Jangan terlalu gampang mengatakan seseorang
terkena kusta konsekuensi berat utk pasien,
keluarga & masyarakat sekitar
Jangan terlalu pelit atau enggan menyatakan
seseorang menderita kusta bila terlambat
memulai terapi kemungkinan terjadi CACAT
166
Diagnosa kusta ditegakan dgn 5
kriteria
Ditemukan :
1. Makula anastesi
2. Daerah kulit dg gangguan anastesi
3. Penebalan saraf
4. Basil tahan asam
5. Tanda
2
lain

167
1. Ditemukan makula anastesi yg khas
Makula anastesi yg klasik adalah makula dg sifat 4A :
- Anastesi (tdk terasa)
- Achroma (hipogmentasi)
- Anendrosis (tdk berkeringat)
- Atropis (menipis)

2. Daerah kulit dg gangguan sensasi rasa (anastesi)
Bisa berarti :
- Daerah kulit tanpa makula dg penurunan sensasi rasa
- Daerah kulit dgn ada makula yg disertai gangguan sensasi
rasa tetapi tdk memenuhi syarat 4A

3. Ditemukan penebalan saraf tepi pada tempat predileksi.
Bisa satu saraf atau banyak saraf
168
4. Ditemukan basil tahan asam dari sediaan irisan kulit
Sedian diambil dari lokasi : cuping hidung, mukosa hidung,
makula.
Diwarnai dgn ziehl nielsen
Ditemukan tanda-tanda lain, antara lain :
- Madarosis
- Sadle nose
- Penebalan daun telinga
- Facies leonina
Tidak selalu 5 kriteria ditemukan pada seorang penderita.
Bila gejala tidak lengkap, dapat dipakai pegangan sebagai berikut.
Diagnosa klinis ditegakan apabila :
- Ditemukan kriteria no.1 saja
- Ditemukan kombinasi minimal 2, buat kriteria no.2 s/d 5
169
Pengobatan kusta
Type lepromatosa (L) & Borderline (B) = type basah = type
multibasiler (MB)
Rifamisin = 600mg/bulan
DDS (dapsone) = 100mg/bulan
Clofazimine (lamprene) : 300mg/bln, 50mg/bln
Diberikan 12x pengobatan selama 12bulan, diperpanjang
setengahnya
Type Tuberculoid (T) = type kering = type palicibasiler (PB)
Rifampisin : 600mg/bln
DDS (dapsone) : 100mg/hari
Diberikan 6x pengobatan selama 6 bulan, baru diperpanjang
setengahnya
170
Thank you
Created by: kelompok D.
Q-kie,MaIA,oelfa,aditz,tajoel,j@ck,d4ni

171

Anda mungkin juga menyukai