Anda di halaman 1dari 29

HEMOPTOE

Putu Ianta Parama Siwi (08700234)


O Batuk darah adalah suatu gejala yang paling
penting pada penyakit paru
O Adanya bahaya potensial terhadap
perdarahan yang gawat.
O Hampir selalu hemoptysis disebabkan oleh
penyakit bronkopulmonal
O Oleh sebab itu perlu dibuktikan apakah benar
bahwa darah berasal dari saluran. pernafasan
bagian bawah.
O Apakah benar - benar batuk darah dan bukan
muntah darah.

Definisi
O Hemoptoe adalah istilah yang digunakan
untuk menyatakan batuk darah atau
sputum yang berdarah. Batuk darah
adalah batuk yang disertai pengeluaran
darah dari paru atau saluran pernapasan.
O Hemoptoe atau batuk darah adalah
ekspektorasi darah atau dahak
mengandung darah, berasal dari saluran
napas di bawah pita suara

Etiologi
1. Infeksi, terutama tuberkulosis, abses paru,
pneumonia, dan kaverne oleh karena jamur
dan sebagainya.
2. Kardiovaskuler, stenosis mitralis dan
aneurisma aorta.
3. Neoplasma, terutama karsinoma
bronkogenik dan poliposis bronkus.
4. Gangguan pada pembekuan darah
(sistemik).
5. Benda asing di saluran pernapasan.
6. Faktor-faktor ekstrahepatik dan abses
amuba.

O Infeksi merupakan penyebab yang sering
didapatkan antara lain : tuberkulosis,
bronkiektasis dan abses paru.
O Pada dewasa muda, tuberkulosis paru,
stenosis mitral, dan bronkiektasis
merupakan penyebab yang sering
didapat.
O Pada usia diatas 40 tahun karsinoma
bronkus merupakan penyebab yang
sering didapatkan, diikuti tuberkulsosis
dan bronkiektasis
Penyebab terpenting dari
hemoptisis masif
1. Tumor :
a. Karsinoma.
b. Adenoma.
c. Metastasis endobronkial dari massa tumor
ekstratorakal.
2. Infeksi
a. Aspergilloma.
b. Bronkhiektasis (terutama pada lobus atas).
c. Tuberkulosis paru.
3. Infark Paru

4. Udem paru, terutama disebabkan oleh mitral stenosis
5. Perdarahan paru
1. a. Sistemic Lupus Eritematosus
2. b. Goodpastures syndrome.
3. c. Idiopthic pulmonary haemosiderosis.
4. d. Bechets syndrome.
6. Cedera pada dada/trauma
1. a. Kontusio pulmonal.
2. b. Transbronkial biopsi.
3. c. Transtorakal biopsi memakai jarum.
7. Kelainan pembuluh darah
1. a. Malformasi arteriovena.
2. b. Hereditary haemorrhagic teleangiectasis.
8. Bleeding diathesis.

Klasifikasi
1. Batuk darah idiopatik atau esensial dimana
penyebabnya tidak diketahui

Angka kejadian batuk darah idiopatik sekitar 15%
tergantung fasilitas penegakan diagnosis.
Pria terdapat dua kali lebih banyak daripada wanita,
berumur sekitar 30 tahun, biasanya perdarahan dapat
berhenti sendiri sehingga prognosis baik. Teori perdarahan
ini adalah sebagai berikut :
a. Adanya ulserasi mukosa yang tidak dapat dicapai oleh
bronkoskopi.
b. Bronkiektasis yang tidak dapat ditemukan.
c. Infark paru yang minimal.
d. Menstruasi vikariensis.
e. Hipertensi pulmonal.

O 2. Batuk darah sekunder, yang penyebabnya dapat di pastikan
O a. Saluran napas
O Yang sering ialah tuberkulosis, bronkiektasis, tumor paru, pneumonia
dan abses paru.
O Menurut Bannet, 82 86% batuk darah disebabkan oleh tuberkulosis
paru, karsinoma paru dan bronkiektasis.
O Yang jarang dijumpai adalah penyakit jamur (aspergilosis), silikosis,
penyakit oleh karena cacing.

O b. Sistem kardiovaskuler
O Yang sering adalah stenosis mitral, hipertensi.
O Yang jarang adalah kegagalan jantung, infark paru, aneurisma aorta.

O c. Lain-lain
O Disebabkan oleh benda asing, ruda paksa, penyakit darah seperti
hemofilia, hemosiderosis, sindrom Goodpasture, eritematosus lupus
sistemik, diatesis hemoragik dan pengobatan dengan obat-obat
antikoagulan.
Berdasar jumlah darah :
O PUSEL :
O + : batuk dengan perdarahan yang hanya dalam bentuk
garis-garis dalam sputum
O ++ : batuk dengan perdarahan 1 30 ml
O +++ : batuk dengan perdarahan 30 150 ml
O ++++ : batuk dengan perdarahan > 150 ml
O Positif satu dan dua dikatakan masih ringan, positif tiga
hemoptisis sedang, positif empat termasuk di dalam kriteria
hemoptisis masif.

O JOHNSON :
O 1. Single : kurang dari 7 hari.
O 2. Repeated : lebih dari 7 hari dengan interfal 2 - 3 hari.
O 3. Frank : darah melulu tanpa dahak
Patofisiologi
O Setiap proses yang terjadi pada paru akan mengakibatkan
hipervaskularisasi dari cabang-cabang arteri bronkialis
yang berperanan untuk memberikan nutrisi pada jaringan
paru bila terjadi kegagalan arteri pulmonalis dalam
melaksanakan fungsinya untuk pertukaran gas.
O Terdapatnya aneurisma Rasmussen pada kaverna
tuberkulosis yang merupakan asal dari perdarahan pada
hemoptoe masih diragukan. T
O eori terjadinya perdarahan akibat pecahnya aneurisma dari
Ramussen ini telah lama dianut, akan tetapi beberapa
laporan autopsi membuktikan bahwa terdapatnya
hipervaskularisasi bronkus yang merupakan percabangan
dari arteri bronkialis lebih banyak merupakan asal dari
perdarahan pada hemoptoe.
1. Radang mukosa
Pada trakeobronkitis akut atau kronis, mukosa yang kaya
pembuluh darah menjadi rapuh, sehingga trauma yang
ringan sekalipun sudah cukup untuk menimbulkan batuk
darah.

2. Infark paru
Biasanya disebabkan oleh emboli paru atau invasi
mikroorganisme pada pembuluh darah, seperti infeksi
coccus, virus, dan infeksi oleh jamur.

3. Pecahnya pembuluh darah vena atau kapiler
Distensi pembuluh darah akibat kenaikan tekanan darah
intraluminar seperti pada dekompensasi cordis kiri akut
dan mitral stenosis.

4. Kelainan membran alveolokapiler
Akibat adanya reaksi antibodi terhadap membran, seperti
pada Goodpastures syndrome.

5. Perdarahan kavitas tuberkulosa
Pecahnya pembuluh darah dinding kavitas tuberkulosis
yang dikenal dengan aneurisma Rasmussen; pemekaran
pembuluh darah ini berasal dari cabang pembuluh darah
bronkial. Perdarahan pada bronkiektasis disebabkan
pemekaran pembuluh darah cabang bronkial. Diduga hal
ini terjadi disebabkan adanya anastomosis pembuluh
darah bronkial dan pulmonal. Pecahnya pembuluh darah
pulmonal dapat menimbulkan hemoptisis masif.

6. Invasi tumor ganas

7. Cedera dada
Akibat benturan dinding dada, maka jaringan paru akan
mengalami transudasi ke dalam alveoli dan keadaan ini
akan memacu terjadinya batuk darah.
Gejala klinis
Batuk darah
1. Didahului batuk keras yang tidak tertahankan
2. Terdengar adanya gelembung-gelembung
udara bercampur darah di dalam saluran napas
3. Terasa asin / darah dan gatal di tenggorokan
4. Warna darah yang dibatukkan merah segar
bercampur buih, beberapa hari kemudian warna
menjadi lebih tua atau kehitaman
5. pH alkalis
6. Bisa berlangsung beberapa hari
7. Penyebabnya : kelainan paru
Muntah darah
1. Tanpa batuk, tetapi keluar darah waktu
muntah
2. Suara napas tidak ada gangguan
3. Didahului rasa mual / tidak enak di
epigastrium
4. Darah berwarna merah kehitaman,
bergumpal-gumpal bercampur sisa makanan
5. pH asam
6. Frekuensi muntah darah tidak sekerap
hemoptoe
7. Penyebabnya : sirosis hati, gastritis
suatu nilai kegawatan dari
hemoptoe ditentukan oleh :
Apakah terjadi tanda-tanda hipotensi yang mengarah
pada renjatan hipovolemik (hypovolemik shock).

Apakah terjadi obstruksi total maupun parsial dari
bronkus yang dapat dinilai dengan adanya iskemik
miokardium, baik berupa gangguan aritmia, gangguan
mekanik pada jantung, maupun aliran darah serebral.

Dalam hal kedua ini dilakukan pemantauan terhadap
gas darah, disamping menentukan fungsi-fungsi vital.
Oleh karena itu suatu tingkat kegawatan hemoptoe
dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu bentuk akut
berupa asfiksia, sedangkan bentuk yang lain berupa
renjatan hipovolemik.

Bila terjadi hemoptoe, maka harus
dilakukan penilaian terhadap:

Warna darah untuk membedakannya
dengan hematemesis.
Lamanya perdarahan.
Terjadinya mengi (wheezing) untuk menilai
besarnya obstruksi.
Keadaan umum pasien, tekanan darah,
nadi, respirasi dan tingkat kesadaran.

Anamnesis
O - Jumlah dan warna darah
O - Lamanya perdarahan
O - Batuknya produktif atau tidak
O - Batuk terjadi sebelum atau sesudah perdarahan
O - Sakit dada, substernal atau pleuritik
O - Hubungannya perdarahan dengan : istirahat, gerakan
fisik, posisi badan dan batuk
O - Wheezing
O - Riwayat penyakit paru atau jantung terdahulu.
(2)

O - Perdarahan di tempat lain serempak dengan batuk
darah
O - Perokok berat dan telah berlangsung lama
O - Sakit pada tungkai atau adanya pembengkakan serta
sakit dada
O - Hematuria yang disertai dengan batuk darah.
(3)

Keadaan Hemoptoe Hematemesis
1. Prodromal Rasa tidak enak di
tenggorokan, ingin batuk
Mual, stomach distress
2. Onset Darah dibatukkan, dapat
disertai batuk
Darah dimuntahkan
dapat disertai batuk
3. Penampilan darah Berbuih Tidak berbuih
4. Warna Merah segar Merah tua
5. Isi Lekosit, mikroorganisme,
makrofag, hemosiderin
Sisa makanan
6. Reaksi Alkalis (pH tinggi) Asam (pH rendah)
7. Riwayat Penyakit
Dahulu
Menderita kelainan paru Gangguan lambung,
kelainan hepar
8. Anemi Kadang-kadang Selalu
9. Tinja Warna tinja normal
Guaiac test (-)
Tinja bisa berwarna
hitam, Guaiac test (-)
Pemeriksaan fisik
O Pada pemeriksaan fisik dicari gejala/tanda
lain di luar paru yang dapat mendasari
terjadinya batuk darah, antara lain : jari
tabuh, bising sistolik dan opening snap,
pembesaran kelenjar limfe, ulserasi
septum nasalis, teleangiektasi.
Laboratorium :
- Hb.
- Faal homeostasis dll menurut dugaan.


Radiologi :
Foto toraks dalam posisi AP dan lateral
hendaklah dibuat pada setiap penderita
hemoptisis masif. Gambaran opasitas dapat
menunjukkan tempat perdarahannya.
(3)


O Pemeriksaan bronkoskopi
O Sebaiknya dilakukan sebelum perdarahan berhenti, karena dengan demikian sumber
perdarahan dapat diketahui.
O Adapun indikasi bronkoskopi pada batuk darah adalah :
O 1. Bila radiologik tidak didapatkan kelainan
O 2. Batuk darah yang berulang ulang
O 3. Batuk darah masif : sebagai tindakan terapeutik
(14)

O Tindakan bronkoskopi merupakan sarana untuk menentukan diagnosis, lokasi perdarahan,
maupun persiapan operasi, namun waktu yang tepat untuk melakukannya merupakan
pendapat yang masih kontroversial, mengingat bahwa selama masa perdarahan,
bronkoskopi akan menimbulkan batuk yang lebih impulsif, sehingga dapat memperhebat
perdarahan disamping memperburuk fungsi pernapasan. Lavase dengan
bronkoskop fiberoptic dapat menilai bronkoskopi merupakan hal yang mutlak untuk
menentukan lokasi perdarahan.
(4)

O Dalam mencari sumber perdarahan pada lobus superior, bronkoskop serat optik jauh lebih
unggul, sedangkan bronkoskop metal sangat bermanfaat dalam membersihkan jalan napas
dari bekuan darah serta mengambil benda asing, disamping itu dapat melakukan
penamponan dengan balon khusus di tempat terjadinya perdarahan.
O

Penatalaksanaan
Tujuan Umum :
1. Mencegah tersumbatnya saluran napas
oleh darah yang beku
2. Mencegah kemungkinan penyebaran
infeksi
3. Menghentikan perdarahan

O Sasaran-sasaran terapi yang utama adalah
memberikan suport kardiopulmaner dan
mengendalikan perdarahan sambil mencegah
asfiksia yang merupakan penyebab utama kematian
pada para pasien dengan hemoptisis masif.

O Masalah utama dalam hemoptoe adalah terjadinya
pembekuan dalam saluran napas yang
menyebabkan asfiksi. Bila terjadi afsiksi, tingkat
kegawatan hemoptoe paling tinggi dan menyebabkan
kegagalan organ yang multipel. Hemoptoe dalam
jumlah kecil dengan refleks batuk yang buruk dapat
menyebabkan kematian. Dalam jumlah banyak dapat
menimbukan renjatan hipovolemik.

Terapi konservatif
O - Pasien harus dalam keadaan posisi istirahat, yakni posisi miring (lateral
decubitus).
(4)
Kepala lebih rendah dan miring ke sisi yang sakit untuk
mencegah aspirasi darah ke paru yang sehat.
(7)

O - Melakukan suction dengan kateter setiap terjadi perdarahan.
O - Batuk secara perlahan lahan untuk mengeluarkan darah di dalam
saluran saluran napas untuk mencegah bahaya sufokasi.
O - Dada dikompres dengan es kap, hal ini biasanya menenangkan
penderita.
O - Pemberian obat obat penghenti perdarahan (obat obat hemostasis),
misalnya vit. K, ion kalsium, trombin dan karbazokrom.
O - Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder.
O - Pemberian cairan atau darah sesuai dengan banyaknya perdarahan yang
terjadi.
O - Pemberian oksigen.
O Tindakan selanjutnya bila mungkin
(7)
:
O - Menentukan asal perdarahan dengan bronkoskopi
O - Menentukan penyebab dan mengobatinya, misal aspirasi darah dengan
bronkoskopi dan pemberian adrenalin pada sumber perdarahan.

Terapi pembedahan
Tindakan operasi ini dilakukan atas pertimbangan
(4)
:
a. Terjadinya hemoptisis masif yang mengancam kehidupan pasien.
b. Pengalaman berbagai penyelidik menunjukkan bahwa angka kematian pada
perdarahan yang masif menurun dari 70% menjadi 18% dengan tindakan
operasi.
c. Etiologi dapat dihilangkan sehingga faktor penyebab terjadinya hemoptoe
yang berulang dapat dicegah.

Busron (1978) menggunakan pula indikasi pembedahan sebagai berikut
(4)
:
1. Apabila pasien mengalami batuk darah lebih dari 600 cc / 24 jam dan dalam
pengamatannya perdarahan tidak berhenti.
2. Apabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 600 cc / 24 jam dan tetapi
lebih dari 250 cc / 24 jam jam dengan kadar Hb kurang dari 10 g%, sedangkan
batuk darahnya masih terus berlangsung.
3. Apabila pasien mengalami batuk darah kurang dari 600 cc / 24 jam dantetapi
lebih dari 250 cc / 24 jam dengan kadar Hb kurang dari 10 g%, tetapi selama
pengamatan 48 jam yang disertai dengan perawatan konservatif batuk darah
tersebut tidak berhenti.

Penting juga dilakukan usaha-usaha untuk
menghentikan perdarahan. Metode yang
mungkin digunakan adalah :
O Dengan memberikan cairan es garam yang
dilakukan dengan bronkoskopi serat lentur
dengan posisi pada lokasi bronkus yang
berdarah. Masukkan larutan NaCl fisiologis
pada suhu 4C sebanyak 50 cc, diberikan
selama 30-60 detik. Cairan ini kemudian
dihisap dengan suction.
O Dengan menggunakan kateter balon yang
panjangnya 20 cm penampang 8,5 mm.
Komplikasi
1. Terjadinya asfiksia oleh karena
terdapatnya bekuan darah dalam saluran
pernapasan.
2. Jumlah darah yang dikeluarkan selama
terjadinya hemoptoe dapat menimbulkan
renjatan hipovolemik.
3. Aspirasi, yaitu keadaan masuknya
bekuan darah maupun sisa makanan ke
dalam jaringan paru yang sehat bersama
inspirasi.
Prognosis
O Pada hemoptoe idiopatik prognosisnya baik
kecuali bila penderita mengalami hemoptoe yang
rekuren.
O Sedangkan pada hemoptoe sekunder ada
beberapa faktor yang menentukan prognosis :
1. Tingkatan hemoptoe : hemoptoe yang terjadi
pertama kali mempunyai prognosis yang lebih baik.
2. Macam penyakit dasar yang menyebabkan
hemoptoe.
3. Cepatnya kita bertindak, misalnya bronkoskopi
yang segera dilakukan untuk menghisap darah yang
beku di bronkus dapat menyelamatkan penderita.

Anda mungkin juga menyukai