Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ETIKA PROFESI

Kode Etik Profesi Analis Kesehatan



Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Etika Profesi
Disusun oleh:
Putri Handayani 411112002

















PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN
2013/2014
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL AHMAD YANI
Jl. Terusan Jenderal Sudirman Cimahi 40533 Tlp. (022)6631622-24, 66316242011

BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Kode etik profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh kelompok
profesi yang mengarahkan atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana
seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu moral profesi itu dimata masyarakat.
Kode etik profesi merupkan produk etika terapan karena dihasilkan berdasarkan penerapan
pemikiran etis atas suatu profesi. Kode etik profesi dapat berubah dan diubah seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga anggota kelompok
profesi tidak akan ketinggalan zaman. Kode etik profesi merupakan hasil pengaturan diri
profesi yang bersangkutan dan ini perwujudan moral yang hakiki, yang tidak dapat
dipaksakan dari luar. Kode etik profesi hanya berlaku efektif apabila dijiwai oleh cita-cita
dan nilai-nilai yang hidup dalam lingkungan profesi itu sendiri.
Setiap orang yang berkecimpung dalam suatu kegiatan yang bersifat profesi dan
keahlian yang memiliki suatu kemampuan khusus berupa kompetensi, maka akan
memiliki suatu organisasi profesi sebagai wadah menyalurkan aspirasi dan wadah
komunikasi dalam rangka menjadi rasa persatuan sesama profesi yang dijalankan sebagai
tanggung jawab rasa kebersamaan. Dunia kesehatan dikenal beberapa organisasi kesehatan
yang telah lama berdiri dan eksis dalam memperjuangkan aspirasi anggota didalamnya dan
juga baru berdiri dalam beberapa tahun ini. Organisasi tersebut antara lain: IDI, IBI, PPNI,
HAKLI, ISFI, AIA, PATELKI, IAKI, PAMKI, ILKI, HKKI, PERSAGI. Organisasi yang
berhaluan pada kelaboratoriuman antara lain adalah PATELKI, IAKI, PAMKI, ILKI dan
HKKI. Untuk organisasi profesi laboratorium kesehatan hanya PATELKI dan IAKI.
Pelayanan Laboratorium Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Laboratorium kesehatan kepada masyarakat
sebagai unit pelayanan penunjang medis, diharapkan memberikan informasi yang teliti dan
akurat tentang aspek laboratoris terhadap spesimen/sampel yang penujianya dilakukan di
laboratorium. Masyarakat menghendaki mutu hasil pengujian laboratorium terus
ditingkatkan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahian dan teknologi serta perkembangan
penyakit. Ahli teknologi laboratorium kesehatan yang terdiri dari analis kesehatan dan
praktisi laboratorium lainnya harus senantiasa mengembangkan diri dalam menjawab
kebutuhan masyarakat akan adanya jaminan mutu terhadap hasil pengujian laboratorium
dan tuntutan diberikan pelayanan yang prima.
Dalam era globalisasi, tunututan standar standar mutu pelayanan laboratorium tidak
dapat dielakan lagi. Peraturan perundang-undangan sudah mulai diarahkan kepada
kesiapan seluruh profesi kesehatan dalam menyongsong era pasar bebas tersebut. Ahli
teknologi laboratorium kesehatan Indonesia harus mampu bersaing dengan ahliahli
teknologi laboratorium (Medical Laboratory Technologist) dari negara yang lebih maju.

II. Rumusan Masalah
1. Apa sajakah aturan-aturan yang berlaku di bidang analis kesehatan
2. Bagaimana pengaplikasian kode etik analis kesehatan
3. Bagaimana perkembangan perbaruan kode etik

III. Tujuan
Mengetahui gambaran pengaplikasian kode etik analis kesehatan dan
mengaplikasikannya sebagai profesi analis kesehatan


IV. Manfaat
Dapat di aplikasikan untuk acuan dan mengetahui kode etik dari seorang profesi
analis kesehatan sehingga dapat bermanfaat dan menjadi tenaga yang profesional di
bidang analis kesehatan











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori
Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari. Kode etik profesi sebetulnya tidak
merupakan hal yang baru. Sudah lama diusahakan untuk mengatur tingkah laku moral suatu
kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan ketentuan tertulis yang diharapkan
akan dipegang teguh oleh seluruh kelompok itu. Salah satu contoh tertua adalah ; SUMPAH
HIPOKRATES, yang dipandang sebagai kode etik pertama untuk profesi dokter.
Kode etik profesi merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi
yang mengarahkan atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya berbuat
dan sekaligus menjamin mutu moral profesi itu dimata masyarakat.
Kode etik profesi merupkan produk etika terapan karena dihasilkan berdasarkan
penerapan pemikiran etis atas suatu profesi. Kode etik profesi dapat berubah dan diubah
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga anggota kelompok
profesi tidak akan ketinggalan zaman.
Kode etik profesi merupakan hasil pengaturan dari profesi yang bersangkutan dan
ini perwujudan moral yang hakiki, yang tidak dapat dipaksakan dari luar. Kode etik profesi
hanya berlaku efektif apabila dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup dalam
lingkungan profesi itu sendiri.
Kode etik profesi merupakan kriteria prinsip profesional yang telah digariskan, sehingga
diketahui dengan pasti kewajiban profesional anggota lama, baru, ataupun calon anggota
kelompok profesi. Kode etik profesi telah menentukan standarisasi kewajiban profesional
anggota kelompok profesi. Sehingga pemerintah atau masyarakat tidak perlu campur tangan
untuk menentukan bagaimana profesional menjalankan kewajibannya.
Kode etik profesi pada dasarnya adalah norma perilaku yang sudah dianggap benar atau
yang sudah mapan dan tentunya lebih efektif lagi apabila norma perilaku itu dirumuskan
secara baik, sehingga memuaskan semua pihak.
Fungsi Kode Etik Profesi. Mengapa kode etik profesi perlu dirumuskan secara tertulis?
Sumaryono (1995) mengemukakan 3 alasannya yaitu :
1. Sebagai sarana kontrol sosial
2. Sebagai pencegah campur tangan pihak lain
3. Sebagai pencegah kesalahpahaman dan konflik
Kelemahan Kode Etik Profesi :
1. Idealisme terkandung dalam kode etik profesi tidak sejalan dengan fakta yang terjadi di
sekitar para profesional, sehingga harapan sangat jauh dari kenyataan. Hal ini cukup
menggelitik para profesional untuk berpaling kepada nenyataan dan menabaikan
idealisme kode etik profesi. Kode etik profesi tidak lebih dari pajangan tulisan
berbingkai.
2. Kode etik profesi merupakan himpunan norma moral yang tidak dilengkapi dengan
sanksi keras karena keberlakuannya semata-mata berdasarkan kesadaran profesional.
Rupanya kekurangan ini memberi peluang kepada profesional yang lemah iman untuk
berbuat menyimpang dari kode etik profesinya.
Prinsip dasar di dalam etika profesi:
1. Prinsip Standar Teknis, profesi dilakukan sesuai keahlian
2. Prinsip Kompetensi, melaksanakan pekerjaan sesuai jasa profesionalnya, kompetensi dan
ketekunan
3. Prinsip Tanggungjawab, profesi melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional
4. Prinsip Kepentingan Publik, menghormati kepentingan publik
5. Prinsip Integritas, menjunjung tinggi nilai tanggung jawab professional
6. Prinsip Objektivitas, menjaga objektivitas dalam pemenuhan kewajiban
7. Prinsip Kerahasiaan, menghormati kerahasiaan informasi
8. Prinsip Prilaku Profesional, berprilaku konsisten dengan reputasi profesi

Sanksi pelanggaran Kode Etik:
1. Sanksi moral
2. Sanksi dikeluarkan dari organisasi
Kasus-kasus pelanggaran kode etik akan ditindak dan dinilai oleh suatu dewan
kehormatan atau komisi yang dibentuk khusus untuk itu. Karena tujuannya adalah
mencegah terjadinya perilaku yang tidak etis, seringkali kode etik juga berisikan
ketentuan-ketentuan profesional, seperti kewajiban melapor jika ketahuan teman sejawat
melanggar kode etik. Ketentuan itu merupakan akibat logis dari self regulation yang
terwujud dalam kode etik; seperti kode ituberasal dari niat profesi mengatur dirinya
sendiri, demikian juga diharapkan kesediaan profesi untuk menjalankan kontrol terhadap
pelanggar. Namun demikian, dalam praktek sehari hari, control ini tidak berjalan
dengan mulus karena rasa solidaritas tertanam kuat dalam anggotaanggota profesi,
seorang profesional mudah merasa segan melaporkan teman sejawat yang melakukan
pelanggaran. Tetapi dengan perilaku semacam itu solidaritas antar kolega
ditempatkan di atas kode etik profesi dan dengan demikian maka kode etik profesi itu
tidak tercapai, karena tujuan yang sebenarnya adalah menempatkan etika profesi di
atas pertimbangan-pertimbangan lain. Lebih lanjut masing-masing pelaksana profesi
harus memahami betul tujuan kode etik profesi baru kemudian dapat melaksanakannya.
Kode Etik Profesi merupakan bagian dari etika profesi. Kode etik profesi merupakan
lanjutan dari norma-norma yang lebih umum yang telah dibahas dan dirumuskan dalam
etika profesi. Kode etik ini lebih memperjelas, mempertegas dan merinci norma-norma
ke bentuk yang lebih sempurna walaupun sebenarnya norma-norma tersebut sudah
tersirat dalam etika profesi. Dengan demikian kode etik profesi adalah sistem norma
atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas serta terperinci tentang apa yang baik dan
tidak baik, apa yang benar dan apa yang salah dan perbuatan apa yang dilakukan dan
tidak boleh dilakukan oleh seorang profesional.
Tujuan Kode Etik Profesi
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
8. Menentukan baku standarnya sendiri.

B. Tugas Pokok dan Fungsi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan
Tugas pokok dan fungsi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan adalah
melaksanakan pelayanan laboratorium kesehatan meliputi bidang Hematologi, Kimia Klinik,
Imuno-Serologi, Toksikologi, Kimia Lingkungan, Patologi Anatomi, Biologi dan Fisika.
Selain tugas pokok, Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan mempunyai
fungsi/kewajiban sebagai berikut:
1. Mengembangkan prosedur untuk mengambil dan memproses spesimen
2. Melaksanakan uji analitik terhadap reagen dan spesimen
3. Mengoperasikan dan memelihara peralatan/instrumen laboratorium
4. Mengevaluasi data laboratorium untuk memastikan akurasi dan prosedur pengenalan
mutu dan pengembagan pemecahan masalah berkaitan dengan data hasil uji
5. Mengevaluasi teknik, instrumen, dan prosedur baru untuk menentukan manfaat
keprakisannya
6. Membantu klinisi dalam pemanfaatam data laboratorium secara efektik dan efisien untuk
menginterpretasikan hasil uji laboratorium
7. Merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan laboratorium.
8. Membimbing dan membina tenaga kesehatan lain dalam bidang teknik kelaboratoriuman
9. Merancang dan melaksanakan penelitian dalam bidang laboratorium kesehatan

C. Etika Profesi Analis Kesehatan
Etika profesi Analis Kesehatan memiliki tiga dimensi utama, yaitu :
1. Keahlian (pengetahuan, nalar atau kemampuan dalam asosiasi dan terlatih).
2. Keterampilan dalam komunikasi (baik verbal & non verbal).
3. Profesionalisme (tahu apa yang harus dilakukan dan yang sebaiknya dilakukan).

Kewajiban Terhadap Profesi:
1. Menjunjung tinggi serta memelihara martabat, kehormatan, profesi, menjaga integritas
dan kejujuran serta dapat dipercaya.
2. Meningkatkan keahlian dan pengetahuannya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
3. Melakukan pekerjaan profesinya sesuai dengan standar prosedur operasional, standar
keselamatan kerja yang berlaku dan kode etik profesi.
4. Menjaga profesionalisme dalam memenuhi panggilan tugas dan kewajiban profesi.


Kewajiban Terhadap Pekerjaan
1. Bekerja dengan ikhlas dan rasa syukur
2. Amanah serta penuh integritas
3. Bekerja dengan tuntas dan penuh tanggung jawab
4. Penuh semangat dan pengabdian
5. Kreatif dan tekun
6. Menjaga harga diri dan jujur
7. Melayani dengan penuh kerendahan hati

Kewajiban Terhadap Rekan
1. Memperlakukan setiap teman sejawat dalam batas-batas norma yang berlaku
2. Menjunjung tinggi kesetiakawanan dalam melaksanakan profesi.
3. Membina hubungan kerjasama yang baik dan saling menghormati dengan teman sejawat
dan tenaga profesional lainnya dengan tujuan utama untuk menjamin pelayanan tetap
berkualitas tinggi.

Kewajiban Terhadap Pasien
1. Bertanggung jawab dan menjaga kemampuannya dalam memberikan pelayanan kepada
pasien / pemakai jasa secara profesional.
2. Menjaga kerahasiaan informasi dan hasil pemeriksaan pasien / pemakai jasa, serta hanya
memberikan kepada pihak yang berhak.
3. Dapat berkonsultasi / merujuk kepada teman sejawat atau pihak yang lebih ahli untuk
mendapatkan hasil yang akurat

Kewajiban Terhadap Masyarakat
1. Memiliki tanggung jawab untuk menyumbangkan kemampuan profesionalnya kepada
masyarakat luas serta selalu mengutamakan kepentingan masyarakat.
2. Dalam melaksanakan pelayanan sesuai dengan profesinya harus mengikuti peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku serta norma-norma yang berkembang pada
masyarakat.
3. Dapat menemukan penyimpangan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar norma
yang berlaku pada saat itu serta melakukan upaya untuk dapat melindungi kepentingan
masyarakat.

Langkah Menuju Profesional
1. Self comitment (teguh pada tujuan yang ingin dicapai dan berprinsip namun tidak kaku)
2. Self management (manajemen prioritas dan manajemen waktu)
3. Self awareness (pengelolaan kelemahan dan kelebihan diri)

Harapan Profesionalisme Analis Kesehatan
1. Tangibles (bukti langsung dan nyata) meliputi kemampuan hasil pengujian, dapat
menunjukkan konsep derajat kesehatan pada diri sendiri
2. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan
dengan segera dan memuaskan
3. Responsiveness (daya tanggap), yaitu tanggap dalam memberikan pelayanan yang baik
terhadap pemakai jasa (pasien, klinisi, dan profesi lain)
4. Assurance (jaminan), mencakup kemampuan, kesopanan, sifat dapat dipercaya yang
dimiliki Analis Kesehatan dan bebas dari risiko bahaya atau keragu-raguan
5. Emphaty (empati) meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang
baik dan memahami kebutuhan pemakai jasa (pasien, klinisi, dan profesi lain)

D. Standar Kompetensi Analis Kesehatan
Ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan fungsinya di laboratorium kesehatan :
1. Keterampilan dan pengetahuan dalam pengambilan spesimen, termasuk penyiapan
pasien (bila diperlukan), labeling, penanganan, pengawetan, atau fiksasi, pemrosesan,
penyimpanan dan pengiriman spesimen.
2. Keterampilan dalam mengerjakan prosedur laboratorium
3. Keterampilan dalam melaksanakan metode pengujian dan pemakaian alat yang benar.
4. Keterampilan dalam melakukan perawatan dan pemeliharaan alat, kalibrasi, dan
penanganan masalah yang berkaitan dengan uji yang dilakukan
5. Keterampilan dalam pembuatan dan uji kualitas media serta reagen untuk pemeriksaan
laboratorium.
Pengetahuan untuk melaksanakan kebijakan pengendalian mutu dan prosedur laboratorium:
1. Kewaspadaan terhadap faktor yg mempengaruhi hasil uji.
2. Keterampilan dalam mengakses dan menguji keabsahan hasil uji melalui evaluasi mutu
spesimen, sebelum melaporkan hasil uji.
3. Keterampilan dalam menginterpretasi hasil uji.
4. Kemampuan merencanakan kegiatan laboratorium sesuai dengan jenjangnya

Sikap dan kepribadian yang harus dimiliki oleh Analis Kesehatan:
1. Teliti dan cekatan
2. Jujur, dapat dipercaya
3. Rasa tanggung jawab yang tinggi
4. Mampu berkomunikasi dengan efektif
5. Disiplin
6. Berjiwa melayani

























BAB III
KESIMPULAN

Kode etik yang ada dalam masyarakat Indonesia cukup banyak dan bervariasi.
Umumnya pemilik kode etik adalah organisasi kemasyarakatan yang bersifat nasional,
misalnya Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), kode etik Ikatan Penasehat HUKUM
Indonesia, Kode Etik Jurnalistik Indonesia, Kode Etik Advokasi Indonesia dan lain-lain.
Ada sekitar tiga puluh organisasi kemasyarakatan yang telah memiliki kode etik. Suatu
gejala agak baru adalah bahwa sekarang ini perusahaan-perusahan swasta cenderung
membuat kode etik sendiri. Rasanya dengan itu mereka ingin memamerkan mutu etisnya dan
sekaligus meningkatkan kredibilitasnya dan karena itu pada prinsipnya patut dinilai positif.
Kode etika profesi analis kesehatan adalah:
1. Keahlian (pengetahuan, nalar atau kemampuan dalam asosiasi dan terlatih).
2. Keterampilan dalam komunikasi (baik verbal & non verbal).
3. Profesionalisme (tahu apa yang harus dilakukan dan yang sebaiknya dilakukan).

Daftar Pustaka
IAKI Sidrap. 2011. Etika Profesi Analis Kesehatan. Tersedia di:
http://organisasiku.blogspot.com/2011/04/etika-profesi-analis-kesehatan.html
Bertens, K. 2004. Etika. Jakarta: Gramedia.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Nomor: 370/MenKes/III/2007 tentang
Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan.
Musyafa, Ripani. 2011. Etika Profesi Analis Kesehatan Dlm Berorganisasi Profesi. Tersedia
di: http://ripanimusyaffalab.blogspot.com/2011/10/etika-profesi-analis-kesehatan-
dlm.html
Sumaryono, E. 1995. Etika Profesi Hukum. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai