Anda di halaman 1dari 38

Definisi

Irigasi mata adalah suatu cara untuk membersihkan dan atau mengeluarkan benda asing dari mata. Irigasi mata diberikan
untuk mengaluarkan sekret atau kotoran dan benda asing dan zat kimia dari mata. Larutan garam fisiologis atau RL biasa
dipergunakan karena merupakan larutan isotonik yang tidak merubah komposisi elektrolit yang diperlukan mata. Bila hanya
memerlukan sedikit cairan, kapas steril dapat dipergunakan untuk meneteskan cairan kedalam mata.

Indikasi
Irigasi okuler diindikasikan untuk menangani berbagai inflamasi konjungtiva, mempersiapkan pasien untuk pembedahan
mata, dan untuk mengangkat sekresi inflamasi. Juga dipergunakan untuk efak antiseptiknya. Irigan yang dipakai bergantung pada
kondisi pasien.
Indikasinya yaitu:
a. Cidera kimiawi pada mata
b. Benda asing dalam mata
c. Implamasi mata

d. Kontraindikasi
-Luka karna tusukan pada mata

Prinsip Kerja
A. Pesiapan Pasien
beri tahu informasi tentang rencana tindakan dengan komunoikasi teurapetik
atur posisi pasien sesuai kebutuhan dengan memperhatikan kenyamanan dan privacy klien.
B. Alat irigasi terdiri atas:
1. botol irigasi berisi larutan oftalmik steril (Blinx, Dacrios)
2. mangkuk lengkung kecil
3. sarung tangan
4. kapas untuk menyerap cairan dan eksresi
5. dispenser plastik dengan penutup dan label untuk tempat larutan
C. Prosedur kerja:
1. Tahap Pra Interaksi
a. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
b. b.Mencuci tangan
c. Meletakan alat alat di dekat pasien dengan benar
2. Tahap Orientasi
a. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
a. b.Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakanpada keluarga / klien
b. Menanyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan dilakukan
3. Tahap Kerja
a. 1.menjaga privacy
b. 2.posisikan pasien telentang (supinasi) atau duduk dengan kepala dicondongkan ke belakang dan sedikit miring ke samping
c. 3.bila pasien diduduk, mangkuk dapat dipegang oleh pasien. Bila pasien berbaring, letakkan mangkuk di dekat pasien
sehingga dapat menampung cairan dan sekret.
d. 4.Perawat berdiri di depan pasien.
e. 5.Bersihkan kelopak mata dengan teliti untuk mengangkat debu, sekresi, dan keropeng (memegang kelopak dengan ibu jari
dan satu jari tangan).
f. 6.Bilas mata dengan lembut, mengarahkan cairan menjauhi hidung dan kornea.
g. 7.Keringkan pipi dan mata dengan kapas.
4. Tahap Terminasi
Melakukan evaluasi tindakan
Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Berpamitan dengan klien
Membereskan alat alat dan mencuci tangan
Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
e. Komplikasi
a. Kemungkinan terjadi cidera perforasi pada mata bila irigasi dilakukan dengan tidak hati-hati
b. Kontaminasi silang pada mata yang sehat bila terdapat infeksi
c. konjungtiva


IRIGASI MATA
Pengertian:
Irigasi mata adalah suatu tindakan membersihkan mata.
Tujuan irigasi adalah untuk membersihkan dan mengeluarkan benda asing dari dalam mata.

Indikasi:
1. Cedera kimiawi pada mata.
2. Benda-benda asing pada mata.
3. Inflamasi mata.

Kontra Indikasi:
1. Luka karena ada tusukan pada mata dapat menyebabkan terkikis pada daerah mata tersebut.

Kemungkinan Komplikasi:
1. Cedera perforasi pada mata bila irigasi dilakukan tidak hati-hati dan lembut.
2. Kontaminasi silang pada mata yang sehat bila terdapat infeksi.
3. Abrasi kornea dan konjungtiva.

Peralatan:
Anastesi topikal (lokal), cairan irigasi steril biasanya digunakan larutan garam fisiologis (NaCl).
1. Retraktor desmares alat mengait mata pada kelopak mata.
2. Plester.
3. Kasa.
4. Basin (bengkok).
5. Handuk/laken untuk menutupi pakaian pasien.
Prosedur:
1. Jelaskan prosedur tindakan.
2. Cuci tangan.
3. Tutupi pasien dengan handuk/laken.
4. Anastesi lokal.
5. Gunakan retraktor desmares untuk membuka kelopak mata bagian atas jika tidak ada alat kelopak mata harus ditahan dengan kasa.
6. Untuk menahan agar kelopak mata tetap terbuka berikan tekanan pada tulang promin pada alis dan pipi tidak pada bola mata.
7. Arahkan jatuhnya irigasi langsung pada bagian yang bulat serta bagian atas dan bawah vornikes (dari kantus dalam ke kantus arah
luar).
8. Biasanya digunakan 1 liter air cairan dengan cepat untuk cedera karena asap biasanya digunakan 2 liter cairan untuk cedera asam
alkali bersifat basa.
9. Keringkan bagian luar air mata dan daerah sekitarnya setelah melakukan irigasi.

Tindakan Lanjutan:
1. Periksa efektifitas irigasi.
2. Liter pH vornikus konjungtiva dengan pH (kertas lakmus), pH normal mata 7,4 dan bila hasil abnormal lanjutkan irigasinya.
3. Bila pH pengukuran menunjukkan angka yang normal periksa kembali setelah 20 menit untuk memastikan bahwa hal ini normal.
4. Kaji rasa nyaman pasien.

Hindari:
1. Menghindari tersentuh alat-alat pada bola mata.
2. Menghindari penekanan terlalu lama pada bola mata.

Dokumentasi:
1. Tanggal dan waktu prosedur.
2. Tipe dan jumlah cairan (NaCl).
3. Toleransi pasien terhadap prosedur.
4. Karakter cairan keluar.
5. Penampakan mata.
6. Intruksi yang diberikan pada pasien/keluarga.
Petunjuk Pemberian Irigasi Mata:
1. Tempatkan pasien terlentang miring kearah yang diirigasi untuk mencegah cairan mengalir ke arah mata yang lain.
2. Gunakan botol plastik yang telah ditentukan kecuali kalau cairan diperlukan dalam jumlah besar.
3. Cairan diirigasikan langsung ke konjungtiva dari kantus dalam ke kantus luar.
4. Hindari penekanan terlalu kuat pada bola mata.
5. Hindari menyentuh mata dengan alat-alat irigasi.
6. Bersihkan kelopak mata bila kotoran banyak dengan membungkuskan kasa pada telunjuk.
7. Tempatkan bengkok disamping wajah untuk menampung cairan irigasi.

Bentuk-Bentuk Obat Mata:
a. Obat Mata Cair:
1. Mudah diberikan.
2. Tidak mempengaruhi penglihatan.
3. Sedikit menyebabkan reaksi kulit.
4. Tidak mempengaruhi pelepasan epitel kornea.
5. Kerugian: sisanya tidak bisa digunakan dalam jangka waktu lama.

b. Obat Mata Salep:
1. Bisa digunakan untuk periode lama.
2. Tidak menyebabkan tidak enak saat diberikan.
3. Kurang diabsorpsi ke saluran air mata.
4. Lebih stabil dibanding larutan.
5. Kerugian:
a. Menimbulkan bayangan pada mata dimana dapat mempengaruhi penglihatan.
b. Dapat menyebabkan dermatitis kontak.
c. Dapat menghambat pelepasan epitel kornea.


EMBERIAN OBAT TOPIKAL PADA MATA, KULIT, TELINGA, DAN KOMPRES PANAS DINGIN

2.1 Pemberian Obat pada Mata

2.1.1 Pengertian, Jenis-Jenis Dan Tujuan
Cara memberikan obat pada mata dengan tetes mata atau salep mata obat tetes mata. Obat yang biasa digunakan oleh klien ialah tetes
mata dan salep, meliputi preparat yang biasa dibeli bebas , misalnya air mata buatan dan vasokonstrikstor (misalnya visine, dsb).
Namun banyak klien menerima resep obat-obatan oftalmic untuk kondisi mata seperti glaukoma dan untuk terapi setelah suatu
prosedur, misalnya ekstraksi katarak. Persentase besar klien yang menerima obat mata ialah klien lanjut usia. Masalah yang
berhubungan dengan usia termasuk penglihatan yang buruk, tremor tangan dan kesulitan dalam memegang atau menggunakan botol
obat, mempengaruhi kemudahan lansia menggunakan obat mata secara mandiri. Perawat atau bidan memberi penjelasan kepada klien
dan anggota keluarga tentang teknik yang digunakan dalam pemberian obat mata. (Donnelly. 1987) menganjurkan untuk
memperlihatkan klien setiap langkah prosedur pemberian obat tetes mata untuk meningkatkan kepatuhan klien.
1


Obat mata dapat digolongkan menjadi
a. Obat mata golongan antiseptik dan antiinfeksi
b. Obat mata golongan kortikosteroid
c. Obat mata lainnya
1

Tujuan pemberian obat pada mata diantaranya:
digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi pupil, untuk pengukuran refraksi lensa
dengan cara melemahkan otot lensa,
digunakan untuk menghilangkan iritasi mata.
Obat mata golongan antiseptik dan antiinfeksi digunakan pada gangguan mata karena adanya infeksi oleh mikroba, masuknya
benda asing ke dalam kornea mata atau kornea mata yang luka/ ulkus.
Obat mata kortikosteroid digunakan untuk radang atau alergi mata atau juga bengkak yang bisa disebabkan oleh alergi itu
sendiri atau oleh virus. Karena infeksi mata oleh virus itu resisten terhadap pengobatan biasanya digunakan obat mata golongan
kortikosteroid untuk menghilangkan gejalanya saja. Kalaupun dengan antiseptik hal itu menghindari infksi sekunder.
Gabungan antiseptik dengan kortikosteroid digunakan untuk masalah mata yang disebabkan oleh mikroba dan dengan keluhan
bengkak/ radang juga gatal atau alergi.
Digunakan untuk keluhan mata karena habis operasi.

Prinsip pemberian obat mata
1. Kornea mata banyak disuplai serabut nyeri sehingga menjadi sangat sensitif terhadap apapun yang diberikan ke kornea. Oleh
karena itu, perawat atau bidan menghindari obat mata apapun secara langsung ke kornea.
2. Resiko penularan infeksi dari satu mata ke mata lain sangatlah tinggi. Perawat atau bidan menghindari menyentuh kelopak mata
atau struktur mata yang lain dengan alat tetes mata atau tube salep.
3. Perawat atau bidan menggunakan obat mata hana untuk mata yang terinfeksi.
1


2.1.2 Indikasi dan kontra indikasi pemberian obat pada mata
Indikasi
Biasanya obat tetes mata digunakan dengan indikasi sebagai berikur
meredakan sementara mata merah akibat iritasi ringan yang dapat disebabkan oleh debu, sengatan sinar matahari, pemakaian
lensa kontak, alergi atau sehabis berenang.
antiseptik dan antiinfeksi.
radang atau alergi mata.

Kontraindikasi
Obat tetes mata yang mengandungnafazolin hidroksida tidak boleh digunakan pada penderita glaukoma atau penyakit mata lainnya
yang hebat, bayi dan anak. Kecuali dalam pegawasan dan nasehat dokter.

2.1.4 Persiapan Alat dan Bahan
Alat dan Bahan:
1. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep.
2. Pipet.
3. Pinset anatomi dalam tempatnya.
4. Korentang dalam tempatnya.
5. Plestier.
6. Kain kasa.
7. Kertas tisu.
8. Balutan.
9. Sarung tangan.
10. Air hangat/kapas pelembab.

a. tetes atau salep mata
1. botol obat dengan tetes mata steril atau tube salep.
2. Patch dan plester mata (bila perlu).
3. Kartu, format, atau huruf cetak nama obat.
4. Bola kapas atau tisu.
5. Wadah cuci berisi air hangat atau lap.
6. Sarung tangan sekali pakai.

b. cakram intraokuler
1. cakram obat.
2. Kartu, format, atau huruf cetak nama obat.
3. Sarung tangan sekali pakai.
1


Proses Penglihatan

Apabila ada rangsang cahaya masuk ke mata maka rangsang tersebut akan
diteruskan mulai dari kornea, aqueous humor, pupil, lensa, vitreous humor
dan terakhir retina.
Kemudian akan diteruskan ke bagian saraf penglihat atau saraf optik yang
berlanjut dengan lobus osipital sebagai pusat penglihatan pada otak besar.
Bagian lobus osipital kanan akan menerima rangsang dari mata kiri dan
sebaliknya lobus osipital kiri akan menerima rangsang mata kanan.
Di dalam lobus osipital ini rangsang akan diolah kemudian diinterpretasikan.
Sehingga apabila seseorang mengalami kecelakaan dan mengalami kerusakan
lobus osipital ini maka dia akan mengalami buta permanen, walaupun bola matanya sehat.

Pembiasan cahaya dari suatu benda akan membentuk bayangan benda jika cahaya
tersebut jatuh di bagian bintik kuning pada retina, karena cahaya yang jatuh pada
bagian ini akan mengenai sel-sel batang dan kerucut yang meneruskannya ke saraf
optik dan saraf optik meneruskannya ke otak sehingga terjadi kesan melihat.

Sebaliknya, bayangan suatu benda akan tidak nampak, jika pembiasan cahaya
dari suatu benda tersebut jatuh di bagian bintik buta pada retina.
UJI KOMPETENSI PRAKTEK KEPERAWATAN DEWASA I&II
SI KEPERAWATAN STIKES KEPANJEN TA 2011/2012
IRIGASI MATA / POS......

Nama peserta Ujian : ........................................................................
Tanggal Ujian : ........................................................................

NO ASPEK YANG DINILAI skor NILAI

KETERANGAN
A. KOGNITIF / PENGETAHUAN (Skor maksimal 15)
1. Pengetahuan tentang prasat yang dilakukan 0 - 5
2. Rasional tindakan 0 - 5
3. Kemampuan komunikasi kepada klien 0 - 5
B. PSIKOMOTOR / TINDAKAN(Skor maksimal 70)
Persiapan alat:
1. Boorwater 3%
2. Spuit 20 cc atau spuit khusus mata steril
3. Kapas basah steril dalam tempatnya
4. Kain kasa steril
5. Perlak dan alasnya
6. Handuk
7. Bengkok

0 - 5


Persiapan perawat dan lingkungan

1. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan.
2. Menyiapkan posisi pasien sesuai kebutuhan:
Pasien diatur duduk atau tidur dengan kepala miring kea rah
mata yang akan dicuci
3. Menyiapkan lingkungan aman dan nyaman.
0 - 5


Pelaksanaan prosedur
8. Perlak dan alasnya dipasang pada dada sampai bahu
pasien
9. Pasien dianjurkan memegang bengkok
10. Mata yang akan dicuci dilap dengan kapas basah dari
arah luar ke dalam
11. Spuit diisi cairan
12. Kelopak mata dibuka dengan kapas basah
13. Cairan disemprotkan perlahan-lahan dari arah dalam
ke luar
14. Setelah bersih, kelopak mata dibersihkan dengan
kapas lembab
15. Diberikan obat kalau perlu
16. Merapikan pasien
17. Peralatan dibereskan dan dikembalikan ketempat
semula
18. Perawat cuci tangan

0 - 60


C. AFEKTIF / SIKAP (Skor maksimal 15)
1. Disiplin 0 - 5
2. Kemandirian 0 - 5
3. Penampilan 0 - 5
NILAI AKHIR (Skor maksimal 100)

Evaluasi kelulusan uji lab ini minimal nilai C. bagi mahasiswa yang mendapatkan nilai D atau E dinyatakan tidak lulus dan diwajibkan
untuk mengulang pada her uji kompetensi sesuai jadwal terlampir. Standar nilai akhir yang digunakan adalah sebagai berikut :
79 100 : A
68 78 : B
56 67 : C
41 55 : D
0 40 : E
.
. KEPANJEN,............................2012

Penguji










UJI KOMPETENSI PRAKTEK KEPERAWATAN DEWASA I&II
SI KEPERAWATAN STIKES KEPANJEN TA 2011/2012
MENGAMBIL CORPUS ALIENUM PADA MATA / POS......

Nama peserta Ujian : ........................................................................
Tanggal Ujian : ........................................................................

NO ASPEK YANG DINILAI skor NILAI

KETERANGAN
A. KOGNITIF / PENGETAHUAN (Skor maksimal 15)
1. Pengetahuan tentang prasat yang dilakukan 0 - 5
2. Rasional tindakan 0 - 5
3. Kemampuan komunikasi kepada klien 0 - 5
B. PSIKOMOTOR / TINDAKAN(Skor maksimal 70)
Persiapan alat:
bak instrumen
kapas
lidi waten
pinset kecil
batle
lup untk melihat corpus
doek lubang
0 - 5


hand scun
gunting kecil
plester
betadin
obat( pentokain, kemicetin/clorampenikol salep mata)
Persiapan perawat dan lingkungan

2. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan.
4. Menyiapkan posisi pasien sesuai kebutuhan
5. Menyiapkan lingkungan aman dan nyaman.
0 - 5


Pelaksanaan prosedur
1. berikan pentocain pada mata yang akan
dilakukan tindakan
2. pakai sarung tangan
3. desinfeksi lop op dengan betadin dan ditutup
dg duk steril berlubang
4. desinfeksi sisa betadin dengan kasa steril
5. letakan kasa diatas duk berlubang untukl
tempat corpus
6. mata pasien disuruh membuka, dicari letak
corpus
7. corpus diambil dengan battle ke arah luar
dengan memakai lop
8. amati keadaan bekas corpus
9. mata diberi salep antibiotik
10. tutup dengan kassa steril dan diplester
11. motivasi ulang, bila ada keluhan cepat kontrol
12. rapikan klien
13. alat dibereskan
14. cuci tangan

0 - 60


C. AFEKTIF / SIKAP (Skor maksimal 15)
1. Disiplin 0 - 5
2. Kemandirian 0 - 5
3. Penampilan 0 - 5
NILAI AKHIR (Skor maksimal 100)
Evaluasi kelulusan uji lab ini minimal nilai C. bagi mahasiswa yang mendapatkan nilai D atau E dinyatakan tidak lulus dan diwajibkan
untuk mengulang pada her uji kompetensi sesuai jadwal terlampir. Standar nilai akhir yang digunakan adalah sebagai berikut :
79 100 : A
68 78 : B
56 67 : C
41 55 : D
0 40 : E
.
. KEPANJEN,............................2012

Penguji






PEMBERIAN OBAT TOPIKAL PADA MATA, KULIT, TELINGA, DAN KOMPRES PANAS DINGIN

2.1 Pemberian Obat pada Mata

2.1.1 Pengertian, Jenis-Jenis Dan Tujuan
Cara memberikan obat pada mata dengan tetes mata atau salep mata obat tetes mata. Obat yang biasa digunakan oleh klien
ialah tetes mata dan salep, meliputi preparat yang biasa dibeli bebas , misalnya air mata buatan dan vasokonstrikstor (misalnya visine,
dsb). Namun banyak klien menerima resep obat-obatan oftalmic untuk kondisi mata seperti glaukoma dan untuk terapi setelah suatu
prosedur, misalnya ekstraksi katarak. Persentase besar klien yang menerima obat mata ialah klien lanjut usia. Masalah yang
berhubungan dengan usia termasuk penglihatan yang buruk, tremor tangan dan kesulitan dalam memegang atau menggunakan botol
obat, mempengaruhi kemudahan lansia menggunakan obat mata secara mandiri. Perawat atau bidan memberi penjelasan kepada klien
dan anggota keluarga tentang teknik yang digunakan dalam pemberian obat mata. (Donnelly. 1987) menganjurkan untuk
memperlihatkan klien setiap langkah prosedur pemberian obat tetes mata untuk meningkatkan kepatuhan klien.
1


Obat mata dapat digolongkan menjadi
a. Obat mata golongan antiseptik dan antiinfeksi
b. Obat mata golongan kortikosteroid
c. Obat mata lainnya
1


Tujuan pemberian obat pada mata diantaranya:
digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata dengan cara mendilatasi pupil, untuk pengukuran refraksi lensa
dengan cara melemahkan otot lensa,
digunakan untuk menghilangkan iritasi mata.
Obat mata golongan antiseptik dan antiinfeksi digunakan pada gangguan mata karena adanya infeksi oleh mikroba, masuknya
benda asing ke dalam kornea mata atau kornea mata yang luka/ ulkus.
Obat mata kortikosteroid digunakan untuk radang atau alergi mata atau juga bengkak yang bisa disebabkan oleh alergi itu sendiri
atau oleh virus. Karena infeksi mata oleh virus itu resisten terhadap pengobatan biasanya digunakan obat mata golongan
kortikosteroid untuk menghilangkan gejalanya saja. Kalaupun dengan antiseptik hal itu menghindari infksi sekunder.
Gabungan antiseptik dengan kortikosteroid digunakan untuk masalah mata yang disebabkan oleh mikroba dan dengan keluhan
bengkak/ radang juga gatal atau alergi.
Digunakan untuk keluhan mata karena habis operasi.

Prinsip pemberian obat mata
1. Kornea mata banyak disuplai serabut nyeri sehingga menjadi sangat sensitif terhadap apapun yang diberikan ke kornea. Oleh karena
itu, perawat atau bidan menghindari obat mata apapun secara langsung ke kornea.
2. Resiko penularan infeksi dari satu mata ke mata lain sangatlah tinggi. Perawat atau bidan menghindari menyentuh kelopak mata atau
struktur mata yang lain dengan alat tetes mata atau tube salep.
3. Perawat atau bidan menggunakan obat mata hana untuk mata yang terinfeksi.
1



2.1.2 Indikasi dan kontra indikasi pemberian obat pada mata
I ndikasi
Biasanya obat tetes mata digunakan dengan indikasi sebagai berikur
meredakan sementara mata merah akibat iritasi ringan yang dapat disebabkan oleh debu, sengatan sinar matahari, pemakaian lensa
kontak, alergi atau sehabis berenang.
antiseptik dan antiinfeksi.
radang atau alergi mata.

Kontraindikasi
Obat tetes mata yang mengandungnafazolin hidroksida tidak boleh digunakan pada penderita glaukoma atau penyakit mata lainnya
yang hebat, bayi dan anak. Kecuali dalam pegawasan dan nasehat dokter.

2.1.4 Persiapan Alat dan Bahan
Alat dan Bahan:
1. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep.
2. Pipet.
3. Pinset anatomi dalam tempatnya.
4. Korentang dalam tempatnya.
5. Plestier.
6. Kain kasa.
7. Kertas tisu.
8. Balutan.
9. Sarung tangan.
10. Air hangat/kapas pelembab.

a. tetes atau salep mata
1. botol obat dengan tetes mata steril atau tube salep.
2. Patch dan plester mata (bila perlu).
3. Kartu, format, atau huruf cetak nama obat.
4. Bola kapas atau tisu.
5. Wadah cuci berisi air hangat atau lap.
6. Sarung tangan sekali pakai.

b. cakram intraokuler
1. cakram obat.
2. Kartu, format, atau huruf cetak nama obat.
3. Sarung tangan sekali pakai.
1



2.1.5 Prosedur kerja
1

No. Langkah rasional Gambar
1. Tinjau kembali program obat dari
dokter, termasuk nama klien, nama
obat, konsentrasi obat, jumlah
tetesan obat (jika dalam bentuk
cair), waktu dan mata (kanan atau
kiri) yang menerima obat.

Memastika kelepatan
pemberian obat.


2. Cuci tangan

Mengurangi penularan
mikroorganisme.


3. Siapkan peralatan dan suplai
c. tetes atau salep mata
7. botol obat dengan tetes mata steril
atau tube salep.
8. Patch dan plester mata (bila perlu).
9. Kartu, format, atau huruf cetak
nama obat.
10. Bola kapas atau tisu.
11. Wadah cuci berisi air hangat atau
lap.
12. Sarung tangan sekali pakai.
d. cakram intraokuler
4. cakram obat.
5. Kartu, format, atau huruf cetak
nama obat.
6. Sarung tangan sekali pakai.


Tetes mata tersedia dalam
bemtuk botol plastik atau
kaca.
Salep dignakan dalam tube
kecil.


4. Periksa atau identifikasi klien
dengan membaca gelang identifikasi
atau menanyakan nama klien
Memastikan klien yang
menerima obat benar.

5. Jika tercapai patchmata, lepaskan.


6. Kaji kondisi stuktur mata luar.

Memberi data dasar yang
selanjutnya digunakan
untuk menentukan apakah
timbul respon lokal

terhadap pengobatan juga
mengindikasikan perlunya
membersihkan mata
sebelum obat diberikan.
7. Periksa apakah klien alergi terhadap
lateks, jika alergi gunakan sarung
tangan yang buka lateks.
Klien akan megalami
respons hipersensitivitas
jika sarung tangan
menyentuh membran
mukosa.

8. Jelaskan prosedur kepada klien. Klien sering merasa cemas
tentang obat yang
dimasukan ke mata karena
adanya kemungkinan
ketidaknyamanan.

9. Atur suplai di sisi tempat tidur dan
gunakan sarung tangan.
Memastikan prosedur yang
lancar dan teratur. Sarunng
tangan mengurangi pajanan
terhadap drainase yang
infeksius.

10. Minta klien untuk berbaring
terlentang atau duduk dikursi
dengan kepala sedikit hiperekstensi.
Memudahkan obat
dimasukkan dan
memudahkan drainase yang
ekluar dari mata.

11. Jika ada krusta (keropeng) atau
drainase disepanjang kelopak mata
atau kantus dalam, buang dengan
perlahan. Basahi kerak yang kering
dan sulit dipindahkan dengan
menggunakan kain atau bola kapas
lembab selama beberapa menit.
Selalu mengusap dari kantus ke
kantus luar.
Krusta atau drainase
merupakan tempat
mikroorganisme
berkumpul. Membasahi
krusta akan mempermudah
pembuangannya, dengan
demikian mencegah
tekanan langsung pada
mata.

12. Masukan obat tetes, salep atau
cakram:
a. Jika memasukkan obat tetes atau
salep, dengan tangan yang tidak
dominan, pegang bola kapas atau
tisu pembersih pada tulang pipi
klien tepat di bawah kelopak mata.
b. Jika memasukan obat tetes atau
salep, dengan tisu atau kapas
diletakkan dibawah kelopak mata
bawah, tekan kebawah dengan
lembut, dengan ibu jari atau telunjuk
pada lingkaran tulang mata.



c. Minta klien melihat kelangit-
langit.


Kapas atau tisu
mengabsorpsi obat yang
keluar dari mata.





Teknik ini memenjankan
kantong konjungtiva.
Menarik kembali (retraksi)
lingkaran tulang mata.
Mencegah tekanan dan
trauma pada bola mata dan
mencegah jari menyentuh
mata.



Tindakan ini menarik

kornea ke atas dan
menjauhi kantong
konjungtiva dan
mengurangi stimulasi
refleks mengedip.
d. Memasukkan tetes mata:
1. Dengan tangan yang dominan pada
dahi klien, pegang alat tetes mata
berisi obat kira-kira sampai 2 cm
diatas kantong konungtiva.









2. Teteskan sejumlah tetesan yang
diresepkan ke dalam kantong
konjungtiva.




3. Jika klien mengedip atau menutup
mata atau jika tetes mata jatuh
dibatas mata luar, ulangi prosedur.

4. Ketika memberikan obat yang
dapat menimbulkan efek sistemik,
lindungi jari anda dengan tisu bersih
dan beri tekanan lembut pada duktus
nasolakrimalis klien selama 30
sampai 60 detik.


5. Setelah memasukkan obat, minta
klien untuk menutup mata dengan
lembut.

Membantu mencegah alat
tetes mata menyentuh
struktur mata secara tidak
sengaja sehingga
mengurangi resiko cedera
pada mata dan perpindahan
infeksi ke alat tetes mata.
Obat mata sudah
disterilkan.

Kantong konjungtiva
biasanya menampung 1
sampai 2 tetes.

Memasukkan tetesan ke
dalam kantong mata
memungkinkan distribusi
yang merata.




Efek terapeutik diperoleh
hanya jika tetesan mata
masuk ke kantong
konjungtiva.


Mencegah aliran obat
berlebihan ke dalam saluran
hidung dan faring.
Mencegah absorpsi ke
sirkulasi sistemik.






Membantu distribusi obat,
mendorong obat dari
kantong konjungtiva

e. Memasukkan salep mata:
1. Dengan memegang aplikator salep
diatas batas kelopak mata, berikan
aliran salep tipis mrata disepanjang
sisi dalam kelopak mata bawah pada
konjungtiva.

Obat didistribusi merata
dalam mata mata dan batas
kelopak mata.



2. Minta klien melihat kebawah.



3. Berikan aliran tipis salep
konjungtiva di sepanjang kelopak
atas mata.


4. Minta klien menutup mata dan
menggosok kelopak dengan lembut
dalam gerakan memutar
menggunakan kapas.

5. Jika terdapat kelebihan obat pada
kelopak mata, seka obat tersebut
dengan lembut dari bagian dalam ke
bagian luar kantus.


6. Jiak klien
menggunakanpatch mata, kenakan
dengan menempatkanpatch yang
bersih diatas mata yang diobati,
sehingga yang bersih diatas mata
yang diobati, sehingga yang bersih
diatas mata yang diobati, sehingga
yang bersih diatas mata yang
diobati, sehingga yang bersih
diatas mata yang diobati, sehingga
yang bersih diatas mata yang
diobati, sehingga yang bersih
diatas mata yang diobati, sehingga
seluruh mata tertutup. Plester
dengan baik tanpa menekan mata.



Mengurangi refleks
mengedip selama
pemberian salep.


Mendistribusikan obat
merata dalam mata dan
batas kelopak mata



Mendistribusikan obat lebih
lanjut tanpa menimbulkan
trauma pada mata.



Meningkatkan rasa nyaman
dan mencegah trauma pada
mata





Mengurangi peluang infeksi
f. Memasang cakram inokuler
1. Buka kemasan berisi cakram obat
dengan lembut, tekan cakram pada
ujung jari sehingga cakram melekat
pada jari.


2. Dengan tangan yang lain, tarik
kelopak mata bawah klien menjauhi
matanya. Minta klien melihat ke
atas.

3. Tempatkan cakram didalam
kantong konjungtiva, sehingga
cakram mengapung pada sklera
antara iris dan kelopak mata bawah.

4. Tarik kelopak mata bawah klien
keluar dan keatas cakram.

Memungkinkan perawat
atau bidan menginspeksi
adanya kerusakan atau
deformitas cakram
sebelelum diberikan.




Menyiapkan kantong
konjungtiva untuk
menerima cakram obat.



Menjamin pengantaran
obat.


Seharusnya tidak bisa melihat
cakram pada saat ini.
Ulangi tindakan ini jika dapat
melihat cakram obat.





Menjamin keakuratan
pengantaran obat.
13. Keluarkan cakram intraokuler
a. Cuci tangan dan kenakan sarung
tangan.

b. Jelaskan prosedur kepada klien.

c. Dengan lembut tarik kelopak mata
bawah klien untuk memajankan
cakram.
d. Dengan jri telunjuk dan ibu jari
tangan yang lain, jepit cakram obat
dan angkat keluar dari mata klien.


Mengurangi penularan
mikroorganisme.


Menyiapkan klien untuk
menjalani prosedur.

14. Buang suplai yang kotor ke dalam
wadah yang tepat. Lepas dan buang
sarung tangan dan cuci tangan.

Mempertahankan
lingkungan yang rapi pada
sisi tempat tidur dan
mengurangi penularan
mikroorganisme.

15. Observasi resons klien terhadap
pengobatan, perhatikan tanda dan
gejala efek sistemik yang potensial
dan kondisi mata.

Mengevaluasi reaksi
terhadap obat.

16. Catat konsentrasi obat, jumlah
tetesan atau cakram waktu
pemberian dan mata yang menerima
obat (kanan atau kiri).
Pencatatan yang tepat pada
waktunya mencegah
kesalahan dalam pemberian
obat (misal, pengulangan
pemberian dosis obat atau
pemberian obat terlewat)


2.2 Pemberian Obat Topikal pada Kulit
2.2.1 Pengertian
Pemberian obat topikal pada kulit merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan mengoleskan obat yang akan
diberikan. Pemberian obat topikal pada kulit memiliki tujuan yang lokal, seperti pada superficial epidermis. Obat ini diberikan untuk
mempercepat proses penyembuhan, bila pemberian per-oral tidak dapat mencapai superficial epidermis yang miskin pembuluh darah
kapiler. Efek sistemik tidak diharapkan pada pemberian obat topikal pada kulit ini. Apabila terjadi kerusakan kulit setelah penggunaan
obat topikal pada kulit, maka kemungkinan besar efek sistemik akan terjadi.
2

Pemberian obat topikal pada kulit terbatas hanya pada obat-obat tertentu karena tidak banyak obat yang dapat menembus kulit
yang utuh. Keberhasilan pengobatan topical pada kulit tergantung pada:
Umur
Pemilihan agen topikal yang tepat
Lokasi dan luas tubuh yang terkena atau yang sakit
Stadium penyakit
Konsentrasi bahan aktif dalam vehikulum
Metode aplikasi
Penentuan lama pemakaian obat
Penetrasi obat topical pada kulit, melalui: stratum korneum papilla dermis aliran darah
2


Proses penyerapan obat topikal jika diberikan pada kulit, yaitu:
Lag phase - hanya di atas kulit, tidak masuk ke dalam darah
Rising - dari stratum korneum diserap sampai ke kapiler dermis darah
Falling - obat habis di stratum korneum. Jika terus diserap kedalam, khasiatnya akan semakin berkurang
Kurangnya konsentrasi obat yang sampai ke tempat sasaran bisa karena proses eksfoliasi (bagian atas kulit mengelupas), terhapus atau
juga karena tercuci.
Faktor-faktor yang berperan dalam penyerapan obat, diantaranya adalah
2
:
Keadaan stratum korneum yang berperan sebagai sawar kulit untuk obat.
Oklusi, yaitu penutup kedap udara pada salep berminyak yang dapat meningkatkan penetrasi dan mencegah terhapusnya obat
akibat gesekan, usapan serta pencucian. Namun dapat mempercepat efek samping, infeksi, folikulitis dan miliaria jika penggunaannya
bersama obat atau kombinasinya tidak tepat.
Frekuensi aplikasi, seperti pada obat kortikosteroid yang kebanyakan cukup diaplikasikan satu kali sehari, serta beberapa emolien
(krim protektif) yang akan meningkat penyerapannya setelah pemakaian berulang, bukan karena lama kontaknya.
Kuantitas obat yang diaplikasi
Jumlah pemakaian obat topikal pada kulit ini harus cukup, jika pemakaiannya berlebihan justru malah tidak berguna. Jumlah yang
akan dipakai, sesuai dengan luas permukaan kulit yang terkena infeksi (setiap 3% luas permukaan kulit membutuhkan 1 gram krim
atau salep).
Faktor lain
Faktor lain seprti peningkatan penyerapan, dapat terjadi apabila:
Obat dipakaikan dengan cara digosok sambil dipijat perlahan
Dioles searah dengan pertumbuhan folikel rambut
Ukuran partikel obat diperkecil
Sifat kelarutan dan penetrasi obat diperbaiki
Konsentrasi obat yang diberikan tepat
Contoh obat topikal untuk kulit :
1. Anti jamur : ketoconazol, miconazol, terbinafin
2. Antibiotik : oxytetrasiklin
3. Kortikosteroid : betametason, hidrokortison

2.2.2 Tujuan
Pemberian obat topikal pada kulit bertujuan untuk mempertahankan hidrasi atau cairan tubuh untuk mencapai homeostasis,
melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit, menghilangkan gejala atau mengatasi infeksi.
2

2.2.3 Jenis
Pemberian obat topikal pada kulit dapat bermacam-macam seperti:
Krim

Salep (ointment)

Lotion

Lotion yang mengandung suspensi

Bubuk atau powder

Spray aerosol.


2.2.4 Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan
Untuk efek lokal, mencegah first-pass effect serta meminimalkan efek samping sistemik.
Untuk efek sistemik, menyerupai cara pemberian obat melalui intravena (zero-order)
Kerugian
Secara kosmetik kurang menarik
Absorbsinya tidak menentu
2.2.5 Alat dan Bahan
Troli
Baki dan alas
Perlak dan alas
Bengkok (nierbekken)
Air DTT dalam kom
Kapas
Sarung tangan
Kassa kecil steril (sesuai kebutuhan)
Kassa balutan, penutup plastik dan plester (sesuai kebutuhan)
Lidi kapas atau tongue spatel
Obat topikal sesuai yang dipesankan (krim, salep, lotion, lotion yang mengandung suspensi, bubuk atau powder, spray aerosol)
Buku obat (ISO)
Baskom
Larutan klorin 0.5% dalam tempatnya
Sabun cuci tangan
Lap handuk
Tempat sampah basah dan kering
2.2.6 Prosedur kerja
1

NO. LANGKAH LANGKAH RASIONALISASI
1.
Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat,
daya kerja, tempat pemberian
Untuk memastikan kepada siapa
obat tersebut akan diberikan,
agar meminimalisir kesalahan
pemberian
2. Jelaskan prosedur tindakan (lakukan Informed Consent)
Agar klien mengetahui tindakan
seperti apa yang akan dia
dapatkan
3.
Setelah disiapkan pada baki dalam troli, dekatkan alat
dan bahan
Agar memudahkan
penjangkauan alat dalam
melakukan tindakan
4.
Susun alat tersebut secara secara ergonomis, berurutan
sesuai dengan pemakaian
Agar memudahkan kita dalam
penggunaan alat-alat
5.
Cuci tangan 7 langkah (sesuai dengan standar
pencegahan infeksi) dengan sabun dan air mengalir,
lalu keringkan dengan lap handuk
Untuk pencegahan infeksi
6. Persiapkan posisi klien dengan tepat dan nyaman
Agar dapat mempermudah
pemberian obat dan tetap
perhatikan kenyamanan dan
privasi klien
7. Identifikasi klien secara tepat
Untuk memastikan keadaan
klien
8. Pakai sarung tangan Untuk pencegahan infeksi
9.
Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit, lepaskan
semua debris dan kerak pada kulit
Untuk membersihkan area yang
akan diobati agar penyerapan
obat dapat maksimal
10. Keringkan atau biarkan area kering oleh udara Untuk pencegahan infeksi
11.
Bila kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan agen
topical
Untuk mempermudah
penggunaan obat
12.
Oleskan agen topical :
Krim, salep dan lotion yang mengandung minyak
a) Letakkan satu sampai dengan dua sendok teh obat di
telapak tangan kemudian lunakkan dengan menggosok

lembut diantara kedua tangan
b) Usapkan merata diatas permukaan kulit, lakukan
gerakan memanjang searah pertumbuhan bulu
c) Jelaskan pada klien bahwa kulit dapat terasa berminyak
setelah pemberian
Lotion yang mengandung suspensi
a) Kocok wadah dengan kuat
b) Oleskan sejumlah kecil lotion pada kassa balutan atau
bantalan kecil
c) Jelaskan pada klien bahwa area akan terasa dingin dan
kering
Bubuk atau powder
a) Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara
menyeluruh
b) Regangkan dengan baik lipatan bagian kulit seperti
diantara ibu jari atau bagian bawah lengan
c) Bubuhkan secara tipis pada area yang bersangkutan
Spray aerosol
a) Kocok wadah dengan keras
b) Baca label untuk jarak yang dianjurkan untuk
memegang spray menjauhi area (biasanya 15-30 cm)
c) Bila leher atau bagian atas dada harus disemprot, minta
klien untuk memalingkan wajah dari arah spray
d) Semprotkan obat dengan cara merata pada bagian yang
sakit
13.
Rapikan klien, kembalikan peralatan yang masih dapat
dipakai, buang peralatan yang sudah tidak digunakan
pada tempat yang sesuai dan dekontaminasi alat
Untuk pencegahan infeksi
14.
Cuci tangan 7 langkah (sesuai dengan standar
pencegahan infeksi) dengan sabun dan air mengalir,
lalu keringkan dengan lap handuk
Untuk pencegahan infeksi
15. Buat laporan mengenai tindakan yang telah dilakukan Untuk dokumentasi
16.
Beritahukan pada klien tentang pengobatan yang telah
dilakukan
Agar klien mengetahui tidakan
yang telah dilakukan serta
keadaan terakhirnya

2.2.7 Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi: infeksi lokal, dermatitis, psoriasis ringan, keloid, parut hipertrofik, alopesia areata, aknekistik dan prurigo
Kontraindikasi: ulkus
2.3 Pemberian Obat pada Telinga

2.3.1 Pengertian

Struktur telinga dalam sangat sensitif terhadap suhu yang ekstrem. Apabila tetes telinga atau cairan irigasi tidak diberikan
pada suhu ruangan, dapat timbul vertigo (pusing berat) atau mual. Walaupun struktur telinga luar tidak steril, adalah bijak untuk
menggunakan tetesan dan larutan steril, jika gendang telinga rupture. Masuknya larutan tidak steril ke dalam struktur telinga tengah
dapat menyebabkan infeksi. Dengan mendrainase telinga, perawat bersama dokter dapat mengecek untuk meyakinkan bahwa gendang
telinga klien tidak ruptur. Perawat tidak pernah boleh menyumbat saluran telinga dengan alat tetes atau puit irigasi. Memaksa obat
masuk ke dalam telinga yang tersumbat dapat menciptakan tekanan yang menimbulkan cedera pada gendang telinga.

Struktur telinga luar pada anak berbeda dari yang dimiliki orang dewasa. Ketika memasukkan tetesan atau mengairi telinga
perawat harus meluruskan saluran telinga. Pada bayi dan anak kecil perawat meluruskan saluran kartilago telinga dengan memegang
daun telinga dan menariknya ke bawah dan kebelakang dengan lembut. Pada orang dewasa saluran telinga lebih panjang dan tersusun
atas tulang dibawahnya dan diluruskan dengan menarik daun telinga ke atas dank e belakang. Apabila saluran telinga tidak diluruskan
dengan benar, larutan obat tidak akan mencapai bagian dalam struktur telinga luar.

Cara memberikan obat pada telinga dengan tetes telinga atau salep. Obat tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan
infeksi telinga khususnya pada telinga tengah (otitis media), dapat berupa obat antibiotik.
3


Obat telinga dapat terbagi menjadi :
1. Obat telinga sebagai antiseptik dan anti infeksi.
Biasanya merupakan antibiotik seperti chlorampenikol, gentamisin, atau ofloxacin dengan tambahan penghilang sakit lokal
(lidokain/benzokain).
2. Antiseptik telinga dengan kortikosteroid
Pada kelompok obat telinga ini selain mengandung antibiotik dan penghilang sakit lokal juga ditambah kortikosteroid yang
berfungsi untuk menghilangkan gejala alergi pada telinga.
3. Obat telinga lainnya
Obat telinga ini diindikasikan untuk saluran telinga yang tersumbat oleh kotoran yang mengeras.
Obat telinga ini dibuat dalam bentuk sediaan khusus untuk telinga dengan pembawa yang mudah menyebar ke dalam liang telinga.
Bentuk kemasannya pun didesain khusus untuk mempermudah pemberian obat telinga.
Semua obat telinga tidak boleh digunakan untuk jangka panjang karena bisa menimbulkan ototoksik, superinfeksi.
Bila permasalahan telinga disebabkan oleh jamur/virus tidak boleh menggunakan obat telinga yang mengandung antibiotik karena
bisa menimbulkan superinfeksi. Selain itu antibiotik digunakan untuk infeksi oleh bakteri.
3



Cara membersihkan telinga yang baik adalah;
Dengan menggunakan cotton bud (lidi berkapas) yang dicelup ke dalam cairan perhidrol (H202 3%) atau fenolgliserin.
Untuk membersihkan penumpukan serumen dapat juga dengan meneteskan terlebih dahulu cairan perhidrol (H202 3%) atau
fenolgliserin ke dalam liang telinga, tunggu beberapa saat kemudian dibersihkan dengan alat pembersih telinga yang ujungnya lunak.
Untuk pemilihan obat telinga yang tepat sesuai kebutuhan dan keluhan anda ada baiknya anda harus periksakan diri dan konsultasi ke
dokter THT.
Di apotik online medicastore anda dapat mencari obat telinga yang telah diresepkan dokter secara mudah dengan mengetikkan di
search engine medicastore. Sehingga anda dapat memilih dan beli obat telinga sesuai kebutuhan anda.

2.3.2 Persiapan Alat
Alat dan Bahan:
1. Obat dalam tempatnya.
2. Penetes.
3. Spekulum telinga.
4. Pinset anatomi dalam tempatnya.
5. Korentang dalam tempatnya.
6. Plester.
7. Kain kasa.
8. Kertas tisu.
9. Balutan.
10. Bengkok

2.3.3 Indikasi dan Kontra Indikasi
NAMA GENERIK
Clindamycin / Klindamisin HCl.
INDIKASI
Infeksi saluran napas, otitis media (radang rongga gendang telinga), infeksi kulit, osteomyelitis (radang sumsum tulang), endokarditis
(radang endokardium jantung).
KONTRA INDIKASI
# Hipersensitivitas.
# Diare, gangguan fungsi hati & ginjal.
# Individu yang atopi (hipersensitifitas atau alergi berdasarkan kecenderungan yang ditemurunkan).


gbr. Contoh obat tetes telinga

2.3.4 Prosedur Kerja
1

No Langkah Rasional
1 Tinjau kembali program obat dari dokter meliputi
nama klien, nama obat, konsentrasi obat, waktu
pemberian obat, jumlah tetesan, dan telinga (kanan
atau kiri) yang akan menerima obat.
Menjamin pemberian obat yang aman dan tepat.
2 Cuci tangan Mengurangi penularan mikroorganisme
3 Siapkan peralatan dan suplai :
a. Botol obat dan alat tetes
b. Kartu, format atau huruf cetak nama obat
c. Lidi kapas
d. Tisu
e. Bola kapas (opsional)
f. Sarung tangan sekali pakai (bila perlu)
Digunakan untuk membuang serumen atau
drainase
4 Periksa identifikasi klien dengan melihat gelang
identifikasi dan menanyakan namanya.
Memastikan klien yang menerima obat benar.
5 Kenakan sarung tangan. Mengurangi pajanan pada mikroorganisme.
6 Kaji struktur telinga luar dan salurannya Memberikan dasar untuk menentukan apakah
timbul respons local terhadap pengobatan, apakah
kondisi klien membaik, atau apakah telinga perlu
dibersihkan dahulu sebelum obat diberikan.
7 Jelaskan prosedur pada klien Mengurangi rasa cemas
8 Atur suplai disisi tempat tidur Memastikan prosedur berjalan lancar
9 Minta klien mengambil posisi miring dengan telinga
yang akan diobati berada di atas
Memudahkan memasukkan obat ke dalam telinga.
Saluran telinga dalam posisi menerima obat.
10 Jika serumen atau drainase menyumbat bagian paling
luar saluran telinga, seka dengan lembut
menggunakan lidi kapas. Jangan mendorong serumen
kedalam untuk menghambat atau menyumbat saluran.
Serumen dan drainase menjadi tempat
berkumpulnya mikroorganisme dan dapat
menghambat distribusi obat ke dalam saluran
telinga. Oklusi saluran telinga mempengaruhi
kondisi suara yang normal.
11 Luruskan saluran telinga dengan menarik daun telinga
kebawah dan ke belakang (pada anak-anak) atau ke
atas dan ke luar (dewasa).
Meluruskan saluran telinga member jalan masuk
langsung ke bagian struktur telinga luar yang lebih
dalam.
12 Masukkan tetesan obat yang diresepkan, pegang alat
tetes 1cm diatas saluran telinga
Mendorong tetesan ke dalam saluran yang
tersumbat akan menyebabkan cedera pada gendang
telinga.
13 Minta klien mengambil posisi miring 2 sampai 3
menit. Beri pijatan atau tekanan lembut pada tragus
telinga dengan menggunakan jari tangan.
Memungkinkan distribusi obat yang menyeluruh.
Tekanan dan pijatan menggerakkan obat ke dalam.
14 Kadang-kadang dokter menginstruksikan penempatan
kapas ke bagian terluar saluran telinga jangan
menekan kapas ke bagian terdalam saluran.
Memasukkan kapas ke dalam saluran luar
mencegah obat keluar ketika klien duduk atau
berdiri. Kapas tidak boleh menyumbat saluran,
sehingga merusak pendengaran.
15 Lepaskan kapas dalam 15 menit Meningkatkan distribusi dan absorpsi obat
16 Buang suplai dan sarung tangan yang kotor dan cuci
tangan.
Menjaga kerapihan sisi tempat tidur
Mengurangi penularan infeksi
17 Bantu klien mengambil posisi yang nyaman setelah
tetesan di absorpsi.
Mengembalikan rasa nyaman.
18 Evaluasi kondisi telinga luar diantara pemasukkan
obat
Menentukkan respon terhadap obat.



2.4 Terapi Panas Dingin
2.4.1 Pengertian Terapi
Terapi adalah suatu proses berjangka panjang berkenaan dengan rekonstruksi pribadi.
Dalam kamus Bahasa Indonesia, definisi terapi adalah usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit. Tidak
disebut usaha medis dan juga tidak disebut menyembuhkan penyakit. Maka kita bisa paham bahwa terapi adalah lebih luas daripada
sekadar pengobatan atau perawatan. Apa yang dapat memberi kesenangan, baik fisik maupun mental, pada seseorang yang sedang
sakit dapat dianggap terapi.
4

2.4.2 Terapi Panas
Terapi panas merupakan terapi dengan menggunakan panas. Sedangkan kompres adalah salah satu metode fisik yang
digunakan untuk menurunkan suhu tubuh bila anak demam yang sudah dikenal sejak zaman dulu. Kompres panas membantu
meredakan sakit yang berhubungan dengan radang sendi dan otot kaku dengan mengurangi ketegangan dan melancarkan aliran
darah.
4

a. Tujuan Terapi Panas
Terapi Panas pada tubuh bertujuan untuk meningkatkan perbaikan dan pemulihan jaringan. Bentuk kompres termal biasanya
bergantung pada tujuannya. Kompres panas akan menghangatkan menghangatkan area tubuh tersebut. Kompres panas menghasilkan
perubahan fisiologis suhu jaringan, ukuran pembuluh darah, tekanan darah kapiler, area permukaan kapiler untuk pertukaran cairan
dan elektrolit, dan metabolisme jaringan. Durasi kompres juga memengaruhi respons .
4

b. Jenis
Kompres panas pada tubuh berbentuk:
1. Kering
Kompres panas kering dapat digunakan secara lokal, untuk konduksi panas, dengan menggunakan botol air panas, bantalan pemanas
elektrik, bantalan akuatermia, atau kemasan pemanas disposabel.
2. Basah.
Kompres panas basah dapat diberikan melalui konduksi, dengan cara kompres kasa, kemasan pemanas, berendam, atau mandi.

c. Keuntungan dan Kerugian
A. Keuntungan
1. Memenuhi kebutuhan rasa nyaman pada klien
2. Mudah dan Praktis
3. Memberikan rasa hangat
4. Mengurangi dan membebaskan rasa nyeri
B. Kerugian
1. Pada 24 jam pertama setelah cedera traumatik. Panas akan meningkatkanperdarahan dan pembengkakan
2. Peradarahan aktif. Panas akan menyebabkan vasdilatasi dan meningkatkan Perdarahan
3. Edema noninflamasi. Panas meningkatkan permeabilit as kapiler dan edema.
4. Tumor ganas terlokalisasi. Karena panas mempercepat metabolisme sel, pertumbuhan sel, dan meningkatkan sirkulasi,
panas dapat, mempercepat metastase (tumor sekunder)
5. Gangguan kulit yang menyebabkan kemerahan atau lepuh. Pa nas dapanmembakar atau menyebabkan kerusakan kulit
lebih jauh.

d. Alat dan Bahan
Kom berisi air hangat sesuai kebutuhan (40-46c)
Bak seteril berisi dua buah kasa beberapa potong dengan ukuran yang sesuai
Kasa perban atau kain segitiga
Pengalas
Sarung tangan bersih di tempatnya
Bengkok dua buah (satu kosong, satu berisi larutan Lysol 3%)
Waslap 4 buah/tergantung kebutuhan
Pinset anatomi 2 buah
Korentang



e. Prosedur Kerja
1

NO LANGKAH RASIONALISASI
1.
Dekatkan alat-alat kedekat klien

Agar bidan atau perawat mudah menjangkau alat.
2. Perhatikan privacy klien Agar menjaga privacy klien
3. Cuci tangan

Untuk pencegahan infeksi
4. Atur posisi klien yang nyaman

Agar saat pemberian obat, klien merasa nyaman
5. Pasang pengalas dibawah daerah
yang akan dikompres

Agar menjaga kebersihan dan kenyamanan klien di
tempat tidur atau tempat klien saat diberikan obat
6. Kenakan sarung tangan lalu buka
balutan perban bila diperban.
Kemudian, buang bekas balutan ke
dalam bengkok kosong

Untuk perlindungan diri
7. Ambil beberapa potong kasa
dengan pinset dari bak seteril, lalu
masukkan ke dalam kom yang
berisi cairan hangat.

Untuk merendam kasa yang akan digunakan untuk
terapi kompres hangat
8. Kemudian ambil kasa tersebut, lalu
bentangkan dan letakkan pada area
yang akan dikompres
Bila klien menoleransi kompres
hangat tersebut, lalu ditutup/dilapisi
dengan kasa kering. selanjutnya
dibalut dengan kasa perban atau
kain segitiga

Untuk mengompres daerah yang nyeri agar klien
merasa nyaman dan mengurangi rasa sakit klien.
9. Lakukan prasat ini selama 15-30
menit atau sesuai program dengan
anti balutan kompres tiap 5 menit

Agar hasil dari kompresan tersebut maksimal
10. Lepaskan sarung tangan

Untuk pencegahan infeksi
11. Atur kembali posisi klien dengan
posisi yang nyaman

Agar klien merasa nyaman
12. Bereskan semua alat-alat untuk
disimpan kembali

Agar alat terlihat rapi dan bersih, juga berpengaruh
pada kenyamanan klien maupun perawat atau bidan
13. Cuci tangan

Untuk pencegahan infeksi
14. Dokumentasikan tindakan ini
beserta responnya

Agar saat pengulangan kegiatan ini jadwalnya
teratur dan tidak terjadi kekeliruan pada
perawat/bidan

f. Indikasi
Indikasi Pemberian Kompres Panas
Klien yang kedinginan(suhu tubuh yang rendah)
Klien dengan perut kembung
Klien yang punya penyakit peradangan, seperti radang persendian
Spasme otot
Adanya abses, hematoma
klien dengan suhu tubuh yang tinggi
klien dengan batuk dan muntah darah
pascatonsilektomi
radang, memar

g. Kontraindikasi
Kontraindikasi pemberian kompres panas, yaitu:
1. K u l i t y a n g b e n g k a k d a n t e r j a d i p e r d a r a h a n , k a r e n a p a n a s a k a n me n i n g k a t k a n
p e r d a r a h a n d a n p e mb e n g k a k a n y a n g s e ma k i n p a r a h .
2. Peradarahan aktif. Panas akan menyebabkan vasdilatasi dan meningkatkan perdarahan.
3. Edema noninflamasi. Panas meningkatkan permeabilitas kapiler dan edema.
4. Tumor ganas terlokalisasi. Karena panas mempercepat metabolisme sel, pertumbuhan sel, dan meningkatkan sirkulasi,
panas dapat, mempercepat metastase (tumor sekunder).
5. Gangguan kulit yang menyebabkan kemerahan atau lepuh. Panas dapanmembakar atau menyebabkan kerusakan kulit
lebih jauh.

2.4.2 Terapi Dingin

a. Pengertian
Terapi dingin dikenal sebagai cryotherapy yang bekerja pada prinsip pertukaran panas. Hal ini terjadi ketika menempatkan
objek pendingin dalam kontak langsung dengan objek suhu yang lebih hangat, seperti es terhadap kulit. Objek dingin akan menyerap
panas dari objek yang lebih hangat. Setelah cedera, pembuluh darah akan memberikan oksigen dan nutrisi kepada sel-sel yang rusak.
Sel-sel di sekitar cedera meningkatkan metabolisme dalam upaya mengkonsumsi lebih banyak oksigen. Ketika seluruh oksigen
digunakan, sel-sel akan mati serta pembuluh darah yang rusak tidak bisa membuang sampah. Sel darah dan cairan meresap ke dalam
ruang di sekitar otot yang mengakibatkan pembengkakan dan memar. Saat es ditempelkan akan menyebabkan suhu jaringan yang
rusak menurun melalui pertukaran panas dan menyempitkan pembuluh darah lokal. Hal ini memperlambat metabolisme dan konsumsi
oksigen, sehingga mengurangi laju kerusakan. Proses tersebut menghentikan transfer impuls ke otak yang mendaftar sebagai nyeri.
Kebanyakan terapis dan dokter menyarankan untuk tidak menggunakan terapi panas setelah cedera, karena hal ini akan memiliki efek
sebaliknya dari terapi dingin. Panas meningkatkan aliran darah dan melemaskan otot-otot. Hal itu baik untuk meredakan ketegangan
otot, tetapi hanya akan meningkatkan rasa sakit dan pembengkakan cedera dengan mempercepat metabolisme. Terapi dingin harus
selalu digunakan sesegera mungkin setelah cedera terjadi. Terapi dingin dilakukan sekitar 15 hingga 20 menit selama 48 jam.


b. Tujuan

a. Mengurangi peradangan dengan cara mengerutkan atau mengecilkan pembuluh darah
b. Mengurangi rasa sakit
c. Mengurangi kejang otot
d. Mengurangi kerusakan jaringan
e. Mengurangi pembengkakakan
f. Mengurangi pembentukan udema (Pembekuan darah di bawah kulit)

c. Jenis-jenis
1. Kantong Es
Teknik ini menggunakan tas sederhana seperti kantong plastik, botol air panas, kemasan dingin kimia atau sayuran beku.
Caranya dengan menerapkan kain handuk kering di atas area tersebut untuk mencegah kontak langsung es untuk kulit. Kulit akan
melewati empat tahapan sensasi dalam 10-15 menit. Sensasi ini dalam rangka adalah:
1) Dingin kulit
2) Merasa Burning
3) Sakit
4) Kekebasan
2. Pijat Es
Es merupakan material dari teknik terapi dingin. Es adalah sebuah air bersih yang dimasukkan ke dalam wadah lalu
dibekukan di dalam lemari es samapi benar-benar beku. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam teknik ini yaitu sedikit demi
sedikit membuka es lalu pijatkan ke area yang sakit dengan menggunakan gerakan melingkar konstan. Jangan meletakkan es di satu
daerah selama lebih dari 3 menit karena hal ini dapat menyebabkan radang dingin. Terapi dingin harus dihentikan setelah kulit terasa
mati rasa.
d. Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan
Alat dan bahan mudah ditemukan dan digunakan di rumah
Murah
Persiapan yang sedikit
Baik untuk luka ringan yang hanya memerlukan terapi dingin untuk satu samapi dua hari.
Kerugian
Es sebagai bahan dari terapi dingin mudah jatuh sendi serta sulit untuk menjaga es di tempat
Es cepat mencair dan dapat membuat berantakan terutama jika melakukan terapi dingin di tempat tidur.
Es diterapkan pada permukaan sendi secara terbatas.
Tidak ada kompresi yang diterapkan.
Hanya dapat diterapkan untuk jangka waktu yang singkat (10-20 menit).
Sulit digunakan untuk cedera yang lebih besar atau setelah operasi karena berbagai alasan.

e. Pemeriksaan Pendahuluan
Pemeriksaan dilakukan dengan tanya jawab antara terapis dengan pasien. Hal-hal yang perlu diketahui dari pasien antara
lain:
Kondisi patologis pasien yaitu berkaitan dengan tingkat keparahan kondisi patologis pasien ( akut atau kronis ). Di
samping itu juga apakah kondisi patologis pasien indikatif atau kontra indikatif dengan terapi yang akan diberikan.
Gangguan sensibilitas yang dimaksud adalah sensibilitas panas-dingin. Untuk mengetahui keadaan sensibilitas pasien
maka perlu dilakukan tes sensibilitas panas-dingin, seperti berikut:
a. Sediakan 2 buah tabung / kantung plastik kecil. Sebuah tabung berisi air panas (hangat) yang lain berisi air dingin (air es).
b. Kedua tabung tersebut diujikan satu per satu ke bagian tubuh pasien yang normal sambil mengenalkan rasa / sensasi yang dirasakan
oleh pasien ( pasien diminta untuk melihat pengujian / pengenalan ini).
c. Setelah pengenalan sensasi dilakukan, pengujuan sensasi yang sebenarnya dilakukan. Pasien diminta untuk tidak melihat pengujian
pada daerah yang abnormal. Pasien bisa diminta untuk memejamkan matanya ataupun dengan cara yang lain, misalnya dengan
menghalangi pandangannya

f. Alat dan Bahan
Alat
a) Bengkok
b) Handuk kering
c) Kom
Bahan
a) Kirbat es atau eskap dengan sarungnya
b) Kom berisi potongan-potongan kecil es serta satu sendok teh garam agar es tidak cepat mencair
c) Air dalam kom
Perlengkapan
a) Baki dan alas
b) Perlak kecil atau handuk kecil
c) Tempet cuci tangan
d) Alat tulis dan buku catatan
e) Tempat sampah basah
f) Tempat sampah kering
g) Baskom




g. Prosedur Kerja
1

No. Langkah Kerja Rasionalisasi
1. Siapkan alat dan bahan serta susu
secara ergonomis
Persiapan alat dan bahan secara
ergonomis akan memudahkan dalam
memberikan pengobatan serta
mengefektifkan waktu
2. Kajian pasien Pengkajian dilakukan untuk
memastikan keadaan pasien serta
tepat dalam memberikan pengobatan
3. Informed Consent Dilakukan untuk mendapatkan
persetujuan dari pasien untuk
mempermudah pengobatan
4. Bawa alat-alat ke dekat klien Agar alat dan bahan dapat dengan
mudah di jangkau
5. Cuci tangan Untuk pencegahan infeksi
6. Masukkan batnan es ke dalam kom
air
Agar bagian pinggir es tidak tajam
7. Isi kirbat es dengan potongan es
sebanyak kurang lebih setengah
bagian dari kirbat tersebut
Pemakaian es yang berlebihan akan
membuat mati rasa pada kulit
8. Keluarkan udara dari eskap dengan
melipat bagian yang kosong, lalu di
tutup rapat
Agar terapi dapat bekerja dengan
maksimal
9. Periksa skap Untuk memastikan agar tidak ada
kebocoran
10. Keringkan eskap dengan lap, lalu
masukkan ke dalam sarungnya
Agar air yang keluar dari es tidak
berceceran
11. Buka area yang akan di obati dan
atur yang nyaman pada klien
Posisi yang nyaman bagi pasien
akan membantu terapi
12. Pasang perlak pengalas pada bagian
tubuh yang akan di obati
Perlak berfungsi sebagai alas agar
air tidak menetes ke kasur atau ke
tempat terapi dilakukan
13. Letakkan eskap pada bagian yang
memerlukan terapi
Peletakkan eskap pada bagian yang
memerlukan terapi akan
mempercepat terapi karena terapi
langsung ke tempat yang
memerlukannya
14. Kaji keadaan kulit setiap 20 menit
terhadap nyeri, mati rasa, dan suhu
tubuh
Pengkajian yang lebih dari 20 menit
akan membuat pasien tidak nyaman
15. Angkat eskap bila sudah selesai Terapi dingin harus dihentikan
setelah kulit terasa mati rasa.
16. Atur posisi klien kembali pada posisi
yang nyaman
Agar pasien lebih nyaman setelah
terapi
17. Bereskan alat setelah selesai
melakukan terapi ini
Agar alat dan bahan yang sudah
dipakai tidak mengganggu
kenyamanan klien
18. Cuci tangan Untuk pencegahan infeksi
19. Dokumentasikan Untuk mencatat hasil dari
pengobatan



h. Indikasi dan Kontra Indikasi
Indikasi
a. Trauma muskuloskeletal : sprain, strain,tendinitis, tenosinovitis, bursitis,tendinitis,
b. Myofacial pain
c. Penurunan spastisitas
d. Pengobatan emergency luka bakar ringan

Kontra Indikasi
a. Hipersensitivitas terhadap dingin
b. Cryoglobulinemia
c. Intoleransi terhadap dingin
d. Raynauds phenomen
e. Paroxysmal cold hemoglobinuria
f. HPT
g. Gangguan kognitif atau komunikasi

2.5 Kompres Panas Dingin
2.5.1 Pendahuluan

Suhu tubuh yang optimum sangat penting untuk kehidupan sel agar dapat berfungsi secara efektif. Perubahan
suhu tubuh yang eksterem dapat membahayakan bagi tubuh. Oleh karena itu, perawata harus berusaha untuk dapat
memelihara suhu tubuh klien agar tetap normal. Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk memelihara suhu
tubuh di antaranya adalah melalui kompres.
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan cairan atau alat yang dapat
menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang memerlukan.
Terdapat 2 jenis kompres, yaitu kompres panas dan kompres dingin.
Berbeda dengan kompres, terapi adalah suatu proses usaha untuk memulihkan kesehatan orang yang sakit
dengan cara menggunakan alat-alat psikologis yang bertujuan menghilangkan, mengubah atau menurunkan gejala -
gejala yang ada untuk mencapai kesembuhan.
5




2.5.2 Pedoman Kompres Panas dan Dingin

Pemahaman tentang respon adaptif reseptor termal, fenomena rebound, efek sistemik, toleransi terhadap panas
dan diongin, kontraindikasi merupakan hal yang penting ketika memberikan kompres panas dan dingin.
5


a. Adaptasi Reseptor termal

Reseptor termal beradaptasi terhadap perubahan suhu. Ketika reseptor dingin terpanjan s uhu yang tiba-tiba
rendah atau ketika reseftor hangat terpanjan suhu yang tiba-tiba tinggi, pada awalnya reseftor terstimulasi dengan kuat.
Stimulasi yang kuat ini menurun dengan cepat selama beberapa detik pertama dan kemudian menjadi lebih lambat
selama setengah jam berikutnya atau lebih karena reseftor beradaptasi terhadap suhu yang baru. Perawat perlu
memahami respon adaptif ini ketika memberikan kompres panas dan dingin. Klien ingin mengubah suhu pada kompres
tersebut karena adanya perubahan sensasi.
5


b. Fenomena Rebound

Fenomena rebaound terjadi pada saat efek terapeutik maksimal dari kompres panas atau dingin telah mencapai
dan kemudian efek yang berlawanan terjadi. Misalnya, panas menyebabkan vasodilatasi maksimum dalam 20 sampai 30
menit; melanjutkan kompres melebihi 30 sampai 45 menitakan mengakibatkan kongesti jaringan, dan pembuluh darah
kemudian berkontriksi dengan alasan yang tidak diketahui apabila kompres panas terus dilanjutkan, klien beresiko
mengalami luka bakar, karena pembuluh darahyan kontriksi tidak mampu membuang panas secara adekuat melalui
sirkulasi darah. Pada kompres dingin vasokonstriksi maksimum terjadi ketika kulit yang dikompres mencapai suhu 15
C. Dibawah suhu 15 C, vasodilatasi melalui. Mekanismedingin bersifat protektif: vasodilatasi membantu mencegah
pembekuan jaringan tubuh yang biasa terpanajan dingin, seperti hidung dan telinga. Hal ini juga menjelaskan merahnya
kulit seseorang yang berjalan dimusim dingin.
Pemahaman tentang fenomena rebound merupakan hal yang penting bagi perawata. Kompres harus
diberhentikan sebelum fenomena rebound terjadi.
5


c. Efek Sistemik

Kompres panas diberikan pada area tubuh lokal, terutama pada area tubuh yang luas, dapat meningkatkan curah
jantung dan ventilasi paru. Peningkatan tersebut adalah hasil vasodilatasi perifer yan berlebihan, yang mengalihkan
sejumlah besar suplai darah dari organ dalam dan menghasilkan tekanan darah. Penurunan tekanan darah yang
signifikan dapat menyebabkan klien pingsan. Klien yang memiliki penyakit j antung atau paru serta memiliki gangguan
sirkulasi seperti arteriosklerosis akan lebih rentan terhadap efek kompres ini dibandingkan orang sehat. Kompres
dingin yang berlebihan(seperti ketika klien ditempatkan dalam selimut pendingin) dan vasokonstriksi da pat
mengakibatkan tekanan darah klien meningkat, karena darah dialihkan dari sirkulasi kutaneus ke pembuluh darah
internal.
Pengalihan darah ini adalah respon protektif normal terhadap rasa dingin yang panjang yang mana merupakan
upaya tubuh untuk mempertahankan suhu inti. Menggigil, efek umum lainnya dari rasa dingin yang berkepanjangan,
adalah respon normal karena tubuh beruoaya untuk menghangatkan dirinya.
5



d. Toleransi dan Kontraindikasi

Berbagai bagian tubuh memiliki toleransi panas dan dingin ya ng berbeda. Variabel yang mempengaruhi
toleransi fisiologi tubuh tersebut sebagai berikut:
a. Bagian tubuh. Bagian punggung tangan dan kaki adalah bagian yang tidak terlalusensitif terhadap suhu, sebaliknya,
bagian dalam dari pergelangan tangan dan lengan bawah, leher, dan area perineum adalah bagian yang sensitif terhadap
suhu.
b. Ukuran bagian tubuh yang terpanjan. Semakin besar area yang terpanjan oleh panas dan dingin, semakin rendah
toleransinya.
c. Toleransi perorangan. Individu yang sangat tua umumnya memiliki toleransi yang paling rendah. Individu yang
memiliki kerusakan neurosensori mungkin memiliki toleransi yang tinggi, tapi resiko cederanya juga lebih besar.
d. Lama panjanan. Individu paling merasakan kompres panas dan dingin saat awal kompres diberikan. Setelah jangka
waktu tertentu, toleransi akan meningkat.
e. Keutuhan kulit. Area kulit yang cedera lebih sensitif terhadap variasi suhu. Kondisi tertentu merupakan kontraindikasi
penggunaan kompres panas atau dingin.

Selama itu beberapa kondisi memerlukan tindakan kewaspadaan ketika memberikan terapi kompres panas dan
dingin. Adapun kontra indikasi kompres panas dan dingin sebagai berikut:

a.Kontraindikasi pemberian kompres panas, yaitu:

1 . Pada 24 jam pertama setelah cedera t raumatik. Panas akan meningkatkan
perdarahan dan pembengkakan
2. Peradarahan aktif. Panas akan menyebabkan vasdilatasi dan meningkatkan
perdarahan
3. Edema noninflamasi. Panas meningkatkan permeabilitas kapiler dan edema.
4. Tumor ganas terlokalisasi. Karena panas mempercepat metabolisme sel, pertumbuhan sel, dan meningkatkan sirkulasi,
panas dapat ,mempercepat metastase (tumor sekunder)
5. Gangguan kulit yang menyebabkan kemerahan atau lepuh. Panas dapat membakar atau menyebabkan kerusakan kulit
lebih jauh.

b . Kontraindikasi pemberian kompres dingin, yaitu:
1. Luka terbuka dengan meningkatkan kerusakan jaringan karena mengurangi aliran ke luka terbuka
2. Gangguan sirkulasi. Dingin dapat mengganggu nutrisi jaringan lebih lanjut dan menyebabkan kerusakan jaringan. Pada
klien dengan penyakit raynaud, dingin akan meningkatkan spasme arteri
3. Alergi atau hipersensitivitas terhadap dingin. Beberapa klien memiliki alergi terhadap dingin yang dimanisfestasikan
dengan respon inflamasi (mis, eritema, hive, bengkak, nyeri sendi, dan kadang-kadang spasme otot), yang dapat
membahayakan jika orang tersebut hipersensitif.

e. Efek fisiologis Kompres Panas dan Dingin

Ada pun efek fisiologi tubuh yang terjadi akibat kompres panas dan dingin menurut Audery Berman dkk, yaitu
sebagai berikut:




Kompres panas Kompres dingin
Vasodilatasi Vasokontriksi
Meningkatkan permeabilitas kapiler Menurunkan permeabilitas kapiler
Meningkatkan metabolisme selulas Menurunkan metabolisme selular
Merelaksasi otot Merelaksasi otot
Menigkatkan inflamasi, meningkatkan aliran darah
ke suatu area
Memperlambat pertumbuhan bakteri,
mengurangi inflamasi
Meredakan nyeri dengan merelaksasi otot Meredakan nyeri dengan membuat area
menjadi mati rasa, memperlambat aliran
impuls nyeri, dan menigkatkan ambang
nyeri
Efek sedative Efek anastesi lokal
Mengurangi kekakuan sendi dengan
menurunkan viskositas cairan senovial
Meredakan perdarahan


f. Suhu yang Direkomendasikan untuk Kompres Panas dan Dingin

Derajat Panas Suhu Bentuk dan Kegunaan
Sangat dingin Di bawah 15 C Kantong es
Dingin 15- 18 C Kemasan pendingin
Sejuk 18- 27 C Kompres dingin
Hangat kuku 27- 37 C Mandi spons- alkohol
Hangat 37- 40 C Mandi dengan air hangat
Panas 40- 60 C Berendam dalam air panas, irigasi,
kompres panas
Sangat panas Di atas 60 C Kantong air untuk orang dewasa

g. Proses Keperawat an

1. Pengkajian
Kaji :
1. Kemampuan klien untuk mengenali kapan rasa dapat menyebabkan ceder. Kaji apaan klien menyadari rasa dingin serta dapat
membedakan suhu yang terlalu dingin untuk jaringan tubuh
2. Tingkat kesadaran dan kondisi fisik umum klien. Klien yang sangat muda, sangat tua, tidak sadar,atau yang lemah tidak dapat
menoleransi panas dengan baik.
3. Area yang dikompres dengan memeriksa :
Perubahan integritas kulit, seperti adanya edema, memar, kemerahan, lesi terbuka, adanya rabas, dan perdarahan.
Status sirkulasi (warna, suhu, dan sensasi). Jaringan yang terasa dingin, berwarna pucat atau kebiruan, dan kurangnya sensasi atau
mati rasa mengindikasikan kerusakan sirkulasi.
Tingkat ketidaknyamanan dan rentang pergerakan sendi jika spasme otot atau nyeri sedang dikompres.
Denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah. Faktor ini penting dikaji sebelum kompres diberikan pada area tubuh yang luas.

2. Perencanaan
Sebelum memberikan kompres panas atau dingin, tentukan:
a. Apakah klien perlu menandatangani surat persetujuan tindakan (jika surat persetujuan diperlukan, periksa surat
tersebut pada catatan klien).
b. Tipe kompres panas atau dingin yang akan digunakan, suhu, dan durasi serta frekuensi kompres (periksa program
dokter jika perlu).
c. Protokol institusi tentang tipe perlengkapan yang digunakan, suhu yang direkomendasikan, dan durasi kompres
(periksa program dokter jika perlu),
d. Waktu kompres diberikan


3. Pendelegasian
Pemberian kompres panas dan dingin tertentu dapat didelegasikan kepa UAP (misalnya rendam jongkok, mandi
air dingin) jika mereka memenuhi kriteria untuk menjalankan tugas yang didelegasikan. Kan tetapi, pada semua kasus,
pengkajian klien dan penentuan bahwa tindakan tersebut aman untuk dilakukan adalah tanggungjawab perawat. UAP
dapat mengobservasi area yang dikompres selama perawatan sehari -hari dan mereka harus dilaporkan temuan yang
abnormal pada perawat. Temuan yang abnormal harus divalidasi dan diintervensi oleh perawat.

4. Implementasi

2.5.3 Kompres Hangat
a. Pengertian Kompres Hangat
Memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian
tubuh yang memerlukan. Kompres hangat diberikan satu jam atau lebih.
b. Tujuan Kompres Hangat
Pada umunya bertujuan untuk meningkatkan perbaikan dan pemulihan jaringan. Tujuan
khususnya yaitu:
a. Memperlancar sirkulasi darah
b. Mengurangi rasa sakit
c. Memberi rasa hangat, nyaman, dan tenang pada klien
d. Memperlancar pengeluaran eksudat
e. Merangsang peristaltic usus



c. Jenis-Jenis Kompres Hangat
Kompres hangat kering
Dapat digunakan secara local, untuk konduksi panas, dengan menggunakan botol air panas, bantalan pemanas elektrik,
bantalan akuatermia, atau kemasan pemanas disposable.
Kompres hangat basah
Dapat diberikan melalui konduksi, dengan cara kompres kasa, kemasan pemanas, berendam atau mandi.

d. Kompres Hangat dilakukan:
1. Pada radang persendian
2. Pada kekejangan otot
3. Bila perut kembung
4. Bila ada bengkak (abses) akibat pemberian suntikan
5. Bila pasien kedinginan (misalnya akibat narkose, iklim atau ketegangan dll)
6. Pada bagian tubuh yang abses
7. Bila ada haematoom

e. Memberikan Kompres Hangat Kering (Botol Air Panas, bantalan Pemanas Elektrik, bantalan Akuatermia, Kemasan
Pemanas Disposabel)

Perlengkapan:

Botol (kantong) air panas
Botol air panas dengan tutupnya
Sarung botol
Air panas dan sebuah thermometer
Bengkok
Sarung tangan
Baki dan alasnya
Tempat sampah basah dan kering
Baskom
Kom

Bantalan Pemanas elektrik
Bantalan elektrik dan pengontrolnya
Sarung (gunakan bahan yang kedap air jika kemungkinan bagian bawah bantalan akan menjadi lembab)
Pengikat kasa (pilihan)
Bengkok
Sarung tangan
Baki dan alasnya
Tempat sampah basah dan kering
Baskom
Kom

Bantalan Akuatermia
Bantalan
Air Suling
Unit pengontrol
Sarung
Pengikat kasa atau plester (pilihan)
Bengkok
Sarung tangan
Baki dan alasnya
Tempat sampah basah dan kering
Baskom
Kom

Kemasan Pemanas Disposabel
Satu atau dua buah kemasan pemanas disposable yang telah dipersiapkan secara komersial

f. Pelaksanaan

Langkah Langkah :
1. Menjelaskan pada klien apa yang akan dilakukan, serta beri tahu tujuannya agar dapat menjalankan perawatannya
2. Menyiapkan peralatan yang dibutuhkan
3. Cuci tangan dengan 7 langkah
4. Berikan kompres panas
Prosedur kerja
1






Pelaksanaan Botol Air Panas Rasionalisasi
1. Mengukur suhu air. Ikuti praktek institusi
tentang penggunaan suhu yang tepat.
Suhu yang sering diberikan:
a. 46 52 C untuk orang dewasa normal
b. 40,5 46 C untuk orang dewasa yang tidak
sadar atau yang kondisinya sedang lemah
Memastikan suhu yang akan diberikan
agar terapi berefek maksimal
2. Mengisi sekitar dua pertiga botol dengan air
panas
Agar air tidak terlalu penuh dan tidak
tumpah
3. Mengeluarkan udara dari botol. Udara yang tetap
berada di botol akan mencegah botol mengikuti
bentuk tubuh yang sedang dikompres.
Untuk menjaga suhu agar tetap stabil
4. Menutup botol dengan kencang Agar air tidak tumpah dari tempatnya
5. Membalikkan botol dan memeriksa adanya
kebocoran
Untuk memastikan ada atau tidaknya
kebocoran
6. Mengeringkan botol Agar saat terapi dilaksanakan pakaian
pasien tidak terkena basah
7. Membungkus botol dengan handuk atau sarung
botol air panas
Agar panas air tidak langsung
menyentuh kulit. Ditakutkan kulit
melepuh
8. Meletakkan bantalan pada bagian tubuh dan
menggunakan bantal untuk menyangganya jika
perlu
Untuk memberikan kenyamanan pada
pasien

Pelaksanaan Bantalan Pemanas Elektrik Rasioalisasi
1. Memastikan arca tubuh kering. Penggunaan listrik pada area yang
lembab dapat mengakibatkan syok
2. Memeriksa bahwa bantalan elektrik tersebut
berfungsi dan berada dalam kondisi yang baik.
Kawat tidak boleh bercelah dan kabel harus utuh,
komponen pemanas tidak boleh terbuka, dan
pendistribusian suhu pada bantalan harus rata.

3. Memasang sarung bantalan. Beberapa model
memiliki sarung kedap air yang dapat digunakan
jika bantalan diletakkan di atas balutan basah.
Tempat yang lembab dan menyebabkan
arus pendek pada bantalan sehingga
membakar atau membuat klien syok.
4. Menyambungkan bantalan ke stop kontak listrik Untuk menghidupkan bantalan listrik
5. Mengatur pengontrol suhu pada suhu yang tepat Agar terapi yang diberikan efektif
6. Setelah bantalan dipanaskan, meletakkan
bantalan di atas bagian tubuh yang memerlukan
bantalan tersebut
Untuk memberikan efek kompres
7. Menggunakan ikatan basa, bukan peniti untuk memfiksasi bantalan agar tetap
berada di tempatnya

Pelaksanaan Bantalan Akuatermia
1. Mengisi unit dengan air suling sampai memenuhi 2/3 inut. Unit akan menghangatkan air,
yang bersirkulasi di bantalan
2. Mengeluarkan gelembung udara, dan fiksasi tutup bantalan
3. Mengatur suhu pada tombol pengatur jika memang belum diatur. Suhu normal adalah 40,5
C. periksa instruksi pabrik
4. Membungkus bantalan dengan sebuah handduk atau sarung bantal
5. Menyambungkan unit ke aliran listrik
6. Memeriksa adanya kebocoran atau fungsi bantalan yang tidak benar sebelum digunakan
7. Menggunakan plester atau pengikat kasa untuk memfiksasi bantalan di tempatnya. Jangan
menggunakan peniti, Karena dapat mengakibatkan kebocoran
8. Jika terjadi kemerahan atau nyeri yang tidak biasa, hentikan terapi, dan laporkan reaksi
klien

Pelaksanaan Kemasan Pemanas Disposabel
1. Masukkan ke microwave, pukul-pukul, peras atau remas kemasan sesuai dengan petunjuk
pabrik
2. Perhatikan instruksi pabrik mengenai lama waktu produksi panas.

5. Memberikan klien instruksi sebagai berikut :
Jangan memasukan benda-benda tajam, benda berujung runcing (misalnya peniti) ke dalam bantalan atau botol.
Jangan meletakkan botol atau bantalan secara langsung. Permukaan di bawah objek meningkatkan absorpsi panas, bukan
pengeluaran panas iar yang normal
Untuk mencegah cedera, jangan mengatur panas lebih tinggi dari yang telah ditentukan. Derajat panas yang dirasakan akan
menurun dengan cepat setelah pemberian kompres karena reseptor suhu tubuh beradaotasi dengan cepat terhadap suhu. Mekanisme
adaptif ini dapat menyebabkan cedera jaringan jika suhu diatur lebih tinggi
6. Meletakkan kemasan pemanas pada tempatnya hanya selama jangka waktu yang telah ditentukan guna menghindari fenomena
rebound. Untuk bantalan elektrik, selama 115 menit.
7. Mendokumentasikan pemberian kompres panas dan respon klien pada catatan klien dengan menggunakan format atau daftar tilik
yang disertai catatan narasi jika perlu.


Memberikan kompres pada kondisi rawat jalan dan komunitas
Memberikan kompres panas Bayi/Anak
Suhu air dalam botol air panas harus 40,5 46 C untuk anak-anak berusia kurang dari 2 tahun.

Memberikan kompres panas pada Lansia
Berikan perhatian khusus saat mengkaji yang akan diterapi dan ketika mengevaluasi efek terapi karena lansia memiliki banyak
kondisi yang merupakan predispodidi terjadinya cedera pada pemberian kompres.



h. Memberikan Kompres Hangat Kasa Dan Kemasan Basah

Perlengkapan
Disesuaikan berdasarkan kebutuhan
1. Untuk kompres basah hangat:
a. Seperangkat peralatan steril terdiri dari:
Pinset 2 buah
Kasa secukupnya
Mangkok berisi cairan hangat
b. Peralatan non-steril yang terdiri dari:
Buli-buli
Air panas
Pembalut atau kain segitiga
Gunting pembalut
Perlak kecil dan alasnya
Bengkok (nierbekken)
Kapas bersih
Plester
PELAKSANAAN
1. Untuk kompres basah hangat kain bias diambil dengan pinset,
kemudian dicelupkan ke dalam cairan, diperas sedikit selanjutnya
diletakkan pada bagian yang dikompres. Kain kasa harus dibalut atau
ditutupdengan kain kasa kering, lalu di plester
2. Bilanenggunakan air panas
a. Buli-buli diisi air panas 1/3 sampai 2/3 bagian
b. Udara dikeluarkan dengan cara : buli-buli ditempatkan di tempat rata,
lalu bagian atasnya ditekuk sampai air kelihatan, selanjutnya ditutup
c. Di bungkus dengan kantong buli-buli
d. Diletakkan pada bagian yang akan dikompres
e.
3. Bila menggunakan elektrikal pad:
a. Periksa tegangan listrik (voltage), disesuaikan voltage alat.
b. Stopkontak dipasang
c. Panas diukur sesuai kebutuhan
d. Elektrikal pad diletakkan pada bagian yang akan dikompres.

Perhatian :
a. Untuk kompres basah hangat, pada luka terbuka peralatan harus steril
b. Untuk kompres basah hangat pada jaringan permukaan yang tertutup (bengkak atau memar), alat tidak harus steril tapi harus bersih
c. Bila cairan atau alat kompres terlalu panas, pada bagian kulit yang dikompres bias terjadi luka bakar
d. Cegah terjadinya luka bakar pada pemberian kompres hangat. Luka bakar bias terjadi, jika cairan atau alat kompres terlalu panas.

Indikasi
1. Sprain dan strain
2. Sebagai tindakan pendahuluan (preliminary) sebelum dilakukan latihan untuk kondisi stiff joint (kekakuan sendi)
3. Low back pain yang disertai spasme otot
4. Arthritis kronis

Kontraindikasi
1. Gangguan sensibilitas
2. Buerger diseases
3. Gangguan peredaran darah arterial perifir
2.5.4 Kompres Dingin
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kompres adalah kain pembebat yang dibasahi dengan air dingin (es, dan sebagainya)
untuk menyejukkan kepala dan sebagainya.
Kompres dingin dibagi menjadi dua, yaitu kompres dingin kering (kirbat) dan kompres dingin basah. Kompres dingin kering
terdiri dari kompres es biasa, kompres es leher, dan kompres es gantung.
Kompres dingin kering diberikan untuk mendapat efek lokal dengan menggunakan kantong es kolar es, sarung tangan es,
dan kemasan pendingin disposabel. Kompres dingin basah diberikan pada bagian tubuh untuk memberi efek lokal. Kompres dingin
sering kali digunakan untuk meredakan perdarahan dengan cara mengkonstriksi pembuluh darah, meredakan inflamasi dengan
vasokonstrisi, dan meredakan nyeri dengan memperlambat kecepatan konduksi saraf, menyebabkan mati rasa, dan bekerja sebagai
counterirritant.
A. Kompres Dingin Kering atau Kirbat
a. Kompres Dingin Kering atau Kirbat Es Biasa

Pengertian
Memberikan kompres dingin kepada pasien yang memerlukannya, dengan menggunakan kirbat es yang telah diisi dengan potongan
es.

Tujuan
1. Membantu menurunkan suhu tubuh
2. Mengurangi rasa sakit atau nyeri
3. Membantu mengurangi perdarahan
4. Membatasi peradangan
Dilakukan pada :
1. Pasien yang suhunya tinggi
2. Pasien perdarahan hebat
3. Pasien yang kesakitan

Alat
1. Bengkok
2. Kantong es
3. Sarung pelindung

Bahan
1. Potongan es secukupnya dalam wadah
2. Kassa gulung
3. Plester
4. Larutan klorin 0,5%
Perlengkapan
1. Baki dan alas
2. Perlak kecil atau handuk kecil dan alas
3. Tempat cuci tangan
4. Sarung tangan
5. Alat tulis dan buku catatan
6. Tempat sampah basah
7. Tempat sampah kering
8. Baskom
Pelaksanaan
1

NO LANGKAH KERJA RASIONALISASI
1 Menyiapkan alat dan bahan
1. Sebelum dimasukkan ke dalam kantong es, potongan
es dicelupkan dulu ke dalam air untuk menghilangkan
ujung- ujungnya yang runcing.
2. Isi alat dengan keping es sebanyak stengah hingga dua
pertiga kantong.
3. Keluarkan udara yang berlebihan dengan menekuk atau
memelintir alat
4. Pasang tutup kantong atau kolar es dengan kuat, atau
buat sebauh simpul pada sarung tangan di bagian ujung
yang terbuka. Hal ini dilakukan untuk mencegah
kebocoran cairan jika es meleleh.
5. Pegang alat secara terbalik dan periksa jika ada
kebocoran
6. Bungkus alat dengan sarung penutup yang lembut, jika
alat tersebut belum dibungkus.
7. Pertahankan alat tersebut pada tempatnya dengan
menggunakan kasa gulung, pengikat,atau handuk.
Fiksasi dengan plester sesuai kebutuhan.

Memudahkan kita dalam melakukan
tindakan
2. Mengkaji pemberian kompres dingin terhadap pasien Memastikan apakah kompres tersebut
benar diberikan untuk pasien tersebut
3. Melakukan informed concent Mempermudah kita dalam melakukan
tindakan dengan bekerja sama dengan
pasien karena antara bidan dan pasien
sudah ada perjanjian
4. Mencuci tangan di bawah ait mengalir Mencegah penularan infeksi
5. Memasang perlak dan alasnya Mencegah air membasahi kasur pasien
6. Mendekatkan alat dan bahan Memudahkan dalam pelaksanaan
prosedur kerja
7. Memakai sarung tangan Pencegahan infeksi
8. Memasang kompres pada bagian tubuh yang
memerlukan dan hanya pada jangka waktu yang telah
ditentukan guna menghindari efek yang mebahayakan
dari kompres dingin yang berkepanjangan
Memberikan efek kompres yang
optimal
9. Membereskan alat- alat
10. Merendam sarung tangan dalam larutan klorin Dekontaminasi
11. Mencuci tangan Pencegahan infeksi
12. Mendokumentasikan di buku catatan Pencatatan yang tepat pada waktunya
mencegah kesalahan dalam pemberian
kompres (misal, pengulangan
pemberian atau pemberian terlewat)



b. Kompres Dingin Kering atau Kirbat Es Leher

Pengertian
Memasang kompres dingin pada leher

Tujuan
Mengurangi perdarahan, rasa sakit, dan lain- lain

Dilakukan pada
Pasien pasca bedah tonsil (tonsilectomi), dan lain- lain

Alat
1. Bengkok
2. Kantong es
3. Sarung pelindung

Bahan
1. Potongan es secukupnya dalam wadah
2. Kassa gulung
3. Plester
4. Larutan klorin 0,5%
Perlengkapan
1. Baki dan alas
2. Perlak kecil atau handuk kecil dan alas
3. Tempat cuci tangan
4. Sarung tangan
5. Alat tulis dan buku catatan
6. Tempat sampah basah
7. Tempat sampah kering
8. Baskom

Pelaksanaan
1

NO LANGKAH KERJA RASIONALISASI
1 Menyiapkan alat dan bahan
1. Sebelum dimasukkan ke dalam kantong es, potongan
es dicelupkan dulu ke dalam air untuk menghilangkan
ujung- ujungnya yang runcing.
2. Isi alat dengan keping es sebanyak stengah hingga dua
Memudahkan kita dalam melakukan
tindakan
pertiga kantong.
3. Keluarkan udara yang berlebihan dengan menekuk atau
memelintir alat
4. Pasang tutup kantong atau kolar es dengan kuat, atau
buat sebauh simpul pada sarung tangan di bagian ujung
yang terbuka. Hal ini dilakukan untuk mencegah
kebocoran cairan jika es meleleh.
5. Pegang alat secara terbalik dan periksa jika ada
kebocoran
6. Bungkus alat dengan sarung penutup yang lembut, jika
alat tersebut belum dibungkus.
7. Pertahankan alat tersebut pada tempatnya dengan
menggunakan kasa gulung, pengikat,atau handuk.
Fiksasi dengan plester sesuai kebutuhan.

2. Mengkaji pemberian kompres dingin terhadap pasien Memastikan apakah kompres tersebut
benar diberikan untuk pasien tersebut
3. Melakukan informed concent Mempermudah kita dalam melakukan
tindakan dengan bekerja sama dengan
pasien karena antara bidan dan pasien
sudah ada perjanjian
4. Mencuci tangan di bawah ait mengalir Mencegah penularan infeksi
5. Memasang perlak dan alasnya Mencegah air membasahi kasur pasien
6. Mendekatkan alat dan bahan Memudahkan dalam pelaksanaan
prosedur kerja
7. Memakai sarung tangan Pencegahan infeksi
8. Memasang kompres pada bagian leher yang
memerlukan dan hanya pada jangka waktu yang telah
ditentukan guna menghindari efek yang mebahayakan
dari kompres dingin yang berkepanjangan
Memberikan efek kompres yang
optimal
9. Membereskan alat- alat
10. Merendam sarung tangan dalam larutan klorin Dekontaminasi
11. Mencuci tangan Pencegahan infeksi
12. Mendokumentasikan di buku catatan Pencatatan yang tepat pada waktunya
mencegah kesalahan dalam pemberian
kompres (misal, pengulangan
pemberian atau pemberian terlewat)

c. Kompres Dingin Kering atau Kirbat Es Gantung

Pengertian
Memasang kompres es secara tidak langsung di atas tubuk pasien yang memerlukan

Tujuan
Mengurangi perdarahan, rasa nyeri, dan pergerakan

Dilakukan pada
Pasien dengan perdarahan pada usus (dalam rongga perut), sakit kepala yang hebat

Alat
1. Bengkok
2. Kantong es
3. Sarung pelindung
4. Lengkungan atau busur selimut
5. Tali khusus kompres es
6. Kain atau handuk untuk mengantungkan kompres es
7. Peniti secukupnya

Bahan
1. Potongan es secukupnya dalam wadah
2. Kassa gulung
3. Plester
4. Larutan klorin 0,5%
Perlengkapan
1. Baki dan alas
2. Perlak kecil atau handuk kecil dan alas
3. Tempat cuci tangan
4. Sarung tangan
5. Alat tulis dan buku catatan
6. Tempat sampah basah
7. Tempat sampah kering
8. Baskom
2


Pelaksanaan
1

NO LANGKAH KERJA RASIONALISASI
1 Menyiapkan alat dan bahan
1. Sebelum dimasukkan ke dalam kantong es, potongan
es dicelupkan dulu ke dalam air untuk menghilangkan
ujung- ujungnya yang runcing.
2. Isi alat dengan keping es sebanyak stengah hingga dua
pertiga kantong.
3. Keluarkan udara yang berlebihan dengan menekuk atau
memelintir alat
4. Pasang tutup kantong atau kolar es dengan kuat, atau
buat sebauh simpul pada sarung tangan di bagian ujung
yang terbuka. Hal ini dilakukan untuk mencegah
kebocoran cairan jika es meleleh.
5. Pegang alat secara terbalik dan periksa jika ada
kebocoran
6. Bungkus alat dengan sarung penutup yang lembut, jika
alat tersebut belum dibungkus.
7. Pertahankan alat tersebut pada tempatnya dengan
menggunakan kasa gulung, pengikat,atau handuk.
Fiksasi dengan plester sesuai kebutuhan.

Memudahkan kita dalam melakukan
tindakan
2. Mengkaji pemberian kompres dingin terhadap pasien Memastikan apakah kompres tersebut
benar diberikan untuk pasien tersebut
3. Melakukan informed concent Mempermudah kita dalam melakukan
tindakan dengan bekerja sama dengan
pasien karena antara bidan dan pasien
sudah ada perjanjian
4. Mencuci tangan di bawah ait mengalir Mencegah penularan infeksi
5. Memasang perlak dan alasnya Mencegah air membasahi kasur pasien
6. Mendekatkan alat dan bahan Memudahkan dalam pelaksanaan
prosedur kerja
7. Memakai sarung tangan Pencegahan infeksi
8. Lengkungan atau busur selimut dipasang
9. Tali dipasang pada busur agar kendor, sehingga bagian
tengah melengkung ke dalam dan hampir menyentuh
perut atau kepala pasien
10. Pada handuk atau kain diberi peniti
11. Kompres es diletakkan di atas handuk atau kain tepat di
atas bagaian tubuh yang akan dikompres.

12. Pasien diselimuti
13. Membereskan alat- alat
14. Merendam sarung tangan dalam larutan klorin
15. Mencuci tangan
16. Mendokumentasikan

B. Kompres Dingin Basah

Pengertian
Kompres basah adalah balutan kasa basah yang sering diletakkan di atas luka terbuka. Kompres kasa dan kemasan basah
dapat diberikan dalam bentuk panas atau dingin.
Tujuan
1. Membersihkan luka
2. Mengobati luka
3. Mencegah kekeringan pada luka tertentu
Dilakukan pada
1. Luka yang kotor
2. Pasien colostomi sebelum dilakukan opersi
Alat dan bahan
Kompres
1. Sarung tangan disposabel atau sarung tangan steril
2. Wadah untuk larutan
3. Larutan dengan kekuatan dan suhu yang telah ditetapkan oleh dokter
4. Termometer
5. Kasa segiempat
6. Sarung tangan, forsep, dan lidi kapas (jika kompres harus steril)
7. Jeli minyak
8. Handuk penyekat
9. Plastik
10. Tali
11. Botol air panas atau bantalan akuatermia atau antung es
12. Balutan steril (ika perlu)
Kemasan basah
1. Sarung tangan disposabel
2. Kain flanel atau kemasan handuk
3. Baskom air dengan beberapa keping es
4. Termometer
5. Sarung tangan steril, forsep, dan lidi kapas (jika sterilitas harus dipertahankan)
6. Jeli minyak
7. Material penyekat
8. Plastik
9. Kantong es
10. Balutan steril jika perlu

Perlengkapan
1. Baki dan alas
2. Perlak kecil atau handuk kecil dan alas
3. Tempat cuci tangan
4. Sarung tangan
5. Alat tulis dan buku catatan
6. Tempat sampah basah
7. Tempat sampah kering
8. Baskom

Pelaksanaan
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Melakukan informed concent
3. Mencuci tangan di bawah ait mengalir
4. Memasang perlak dan alasnya pada bagian yang akan dikompres
5. Mendekatkan alat dan bahan
6. Berikan privasi klien
7. Siapkan klien
Bantu klien ke posisi nyaman
Pajankan area tubuh yang akan dikompres
Sangga bagian tubuh yang memerlukan kompres kasa atau kemasan basah
Pasang sarung tangan disposabel, dan lepaskan balutan luka, jika ada.
8. Basahi kompres kasa atau kemasan
Letakkan kasa di dalam larutan
Dinginkan flanel atau handuk di dalam baskom berisi airu dan keping es
9. Lindungi kulit sekitar luka sesuai indikasi
Denga lidi kapas, oleskan jeli minyak ke kulit di sekeliling luka, jangan oleskan ke luka atau area kulit yang rusak. Jeli minyak
melindungi kulit dari kemungkinan efek iritasi dari beberaa larutan
10. Tempelkan kompres kasa basah atau kemasan basah
Peras kompres kasa sehingga larutan tidak menetes dari kompres kasa tersebut
Tempelkan kasa secara lembut dan bertahap pada area yang dituju dan jika dapat ditoleransi klien, tempelkan kompres kasa hingga
menutupi area yang dikompres dengan baik. Padatkan kasa sampai pas memenuhi semua permukaan luka.
Peras flanel
Tempelkan flanel ke area tubuh, tutupi area tubuh yang dikompres
11. Segera sematkan dan fiksasi kompres
Tutupi kasa atau flanel segera dengan handuk kering atau selembar plastik. Langkah ni membantu mempertahankan efektivitasnya
Fiksasi kompres kasa atau kemasan di tempatnya dengan menggunakan pengikat kasa ayau plester.
12. Pantau klien
13. Angkat kompres kasa atau kemasan pada waktu yang telah ditentukan.
14. Dokumentasikan
5


UJI KOMPETENSI PRAKTEK KEPERAWATAN DEWASA I&II
SI KEPERAWATAN STIKES KEPANJEN TA 2011/2012
SALEP MATA / POS......

Nama peserta Ujian : ........................................................................
Tanggal Ujian : ........................................................................

NO ASPEK YANG DINILAI skor NILAI

KETERANGAN
A. KOGNITIF / PENGETAHUAN (Skor maksimal 15)
1. Pengetahuan tentang prasat yang dilakukan 0 - 5
2. Rasional tindakan 0 - 5
3. Kemampuan komunikasi kepada klien 0 - 5
B. PSIKOMOTOR / TINDAKAN(Skor maksimal 70)
Persiapan alat:
8. salep sesuai kebutuhan
9. kapas khusus mata
0 - 5


Persiapan perawat dan lingkungan

3. Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan.
6. Menyiapkan posisi pasien sesuai kebutuhan:
7. Menyiapkan lingkungan aman dan nyaman.
0 - 5


Pelaksanaan prosedur 0 - 60
1. posisi klien duduk atau terlentang
2. baca etiket pada tube salep untuk mencegah
kekeliruan
3. bersihkan mata dengan kapas
4. kapas yang sudah dipakai dibuang di bengkok
5. tarik kelopak mata ke bawah dan oleskan salep
dari dalam ke arah luar
6. anjurkan klien untuk menutup dan mengerjapkan
kelopak mata
7. bersihkan sisa slep yang ada dengan kapas
8. bilaperlu mata ditutup dengan kain kassa steril dn
di plester
9. peralatan dibersihkan
10. cuci tangan


C. AFEKTIF / SIKAP (Skor maksimal 15)
1. Disiplin 0 - 5
2. Kemandirian 0 - 5
3. Penampilan 0 - 5
NILAI AKHIR (Skor maksimal 100)

Evaluasi kelulusan uji lab ini minimal nilai C. bagi mahasiswa yang mendapatkan nilai D atau E dinyatakan tidak lulus dan diwajibkan
untuk mengulang pada her uji kompetensi sesuai jadwal terlampir. Standar nilai akhir yang digunakan adalah sebagai berikut :
79 100 : A
68 78 : B
56 67 : C
41 55 : D
0 40 : E


II. PEMERIKSAAN FISIK MATA

A. Pemeriksaan Tajam Penglihatan (VISUS)


a. Kartu Snellen, bisa berupa Echart, Alphabet, dan gambar binatang. Ada 3 jenis :
- Kertas
- Elektrik
- Proyektor
b. Lensa coba (Trial Lens Set)
c. Gagang coba Trial (Frame)
Untuk pemeriksaan visus bila penderita tidak bisa membaca kartu Snellen maka dilakukan dengan :
a. hitung jari
b. goyangan tangan
c. Cahaya gelap / terang

Interpretasi
a.Kartu Snellen : 6/50 -6/6
b. Hitung jari : 1/60 6/60
c. Gerakan tangan : 1/300
d. Cahaya gelap / terang : - pemeriksaan projeksi cahaya bertujuan menilai funsi retina
- dapat membedakan terang gelap (1 / )
e. Tidak dapat membedakan terang gelap : nol
B. Pergerakan Bola Mata
a. ada 6 gerakan kardinal bola mata, yaitu medial lateral, medial atas bawah, lateral atas bawah .

C. Luas Lapang Pandang

- Tes Konfrontasi, dengan menggunakan tangan pemeriksa dan teknik paling mudah.

D. Penilaian Pemeriksaan Segmen Anterior
a. Konjungtiva : Normanya tidak berwarna dan tranparan
b. Kornea bening : Normalnya mata cukup dalam dan
c.Bilik mata depan (BMD): normanya jernih.



d. Iris dan pupil : letaknya simetris di tengah
: Lebar pupil + 3 mm
: Normalnya pupil mata kiri dan kanan sama lebarnya
Pemeriksaan ada 2 cara :
LANGSUNG : disinari dengan sinar langsung, dan diamati mata yang disinari
TIDAK LANGSUNG : disinari mata kanan, yang dilihat mata kiri.
e. Lensa mata
Normalnya jernih.Kekeruhan lensa mata disebut katarak
D. Penilaian Segmen Posterior Mata

a. Untuk melihat segmen posterior mata bisa memakai alat yang disebut Oftalmoskop langsung (direct) atau tak langsung (indirect)

Anda mungkin juga menyukai