Anda di halaman 1dari 3

Remediation Engineering

Oleh Saskia Anindya Putri/Teknik Lingkungan/1106019426


1.1 Pendahuluan
Dalam beberapa abad terakhir, terdapat beberapa ilmu teknik yang diajarkan
dan dipraktekan seperti teknik sipil, teknik mesin, dan teknik elektro. Dari ilmu
teknik tersebut seperti teknik sipil dibagi menjadi beberapa bagian yaitu struktur
geoteknik, transportasi, dan sumber daya air. Beberapa bagian ilmu teknik,
banyak menguntungkan dari segi penelitian dan pengembangan di bidang
akademik. Teknik lingkungan merupakan bagian dari ilmu teknik sipil yang baru
dan masih berkembang seiring dengan harapan masyarakat untuk lingkungan yang
lebih baik. Teknik remediasi merupakan bagian dari teknik lingkungan dimana
teknik ini merupakan ilmu yang terbaru dan telah berkembang beberapa tahun ini.
Dalam menganalisis lingkungan dengan penerapan teknik analisis yang
sensitif menimbulkan informasi yang mengganggu pada masyarakat, sehingga
terjadi perubahan yang signifikan pada persyaratan untuk perlindungan
lingkungan yang terjadi di akhir tahun 1960an dan pada awal 1970an. Pada awal
1980an dan akhir 1970an terlihat munculnya kesadaran ilmiah dan masyrakat dari
potensi terjadinya efek kesehatan yang merugikan akibat banyaknya senyawa
berbahaya di berbagai media lingkungan seperti tanah, air tanah, air permukaan,
dan udara. Dikarenakan keberadaan senyawa organik dan anorganik di lingkungan
maka dibuat peraturan baru untuk mengatasi masalah ini, sehingga memunculkan
kebutuhan untuk membuat kelompok baru dari spesialis baru seperti insinyur
remediasi.
Teknik remediasi merupakan pengembangan dan penerapan dari rencana yang
telah dibuat untuk membersihkan lingkungan dengan menghilangkan limbah yang
berbahaya sejak awal mulanya revolusi industri. Para ilmuwan dan insinyur dalam
mempraktikkan remediasi ini secara garis besar harus mempelajari teknik
investigasi, pengumpulan data, dan teknologi pengolahan. Ilmu ini terkait dengan
pemahaman baru mengenai sifat fisika dan kimia kontaminan, dampak geologis
dan hidrologis, dampak pada manusia, dan lingkungan yang berikatan dengan
kontaminasi, dan pemilihan teknologi yang sesuai untuk menyediakan transfer
massa maksimum dan penghancuran dari kontaminan. Teknik remediasi ini
memerlukan pengetahuan dari teknik sipil, kimia, mesin, elektro, dan pengetahuan
geologi, kimia, fisika, mikrobiologi, biologi, toksikologi, geokimia, statistika,
manajemen data, dll.
1.2 Pelaksanaan Rekayasa Remediasi
Dalam dunia rekayasa praktek, insinyur terbiasa dengan proses design-bid-
build. Dalam proses ini, tanggung jawab oleh pemilik, insinyur menyediakan
pelayanan desain, dan kontraktor menyediakan pelayanan konstruksi. Ketika
mendesain sistem remediasi, sistem ini dirancang secara sementara dan
diharapkan berlangsung hanya sampai baku mutu tercapai. Tujuan utama dalam
mendesain sistem ini adalah untuk memenuhi efisisensi dari proses pemulihan
yang akan memenuhi standar pembersihan, dengan demikian lokasi yang
terkontaminasi dapat terpulihkan dan memenuhi persyaratan minimum
masyarakat yang ada. Selain itu, bertujuan untuk menyediakan kesehatan dan
keselamatan yang cukup bagi para pekerja yang mempelajari, menggunakan, dan
menjaga sistem ini.
Pelaksanaan teknik remediasi telah berkembang dari pertengahan 1970 hingga
sekarang. Terdapat peningkatan kesadaran dalam efisiensi dan keterbataan
teknologi yang dapat digunakan. Dikarenakan peningkatan tersebut, terjadi
peningkatan dalam usaha eksperimen dan mengembangkan teknologi yang baru
dan inovatif. Dengan meningkatnya kegiatan industri, perhatian yang lebih besar
ditempatkan dalam menyediakan pemulihan on-site yang terkait dalam teknologi
in-situ. Penggunaan teknologi, penilaian resiko, dan konsep-konsep statistik yang
di kombinasikan untuk mendapatkan jawaban terbaik pada situs pembersihan,
menjadi semakin meluas.
Sepuluh tahun terakhir ini telah terlihat evolusi dari teknologi remediasi yang
sangat signifikan. Sistem pengambilan dan olah (pump and treat systems)
merupakan teknik utama dari remediasi yang dianggap tidak efektif karena
terdapat pemahaman yang lebih baik untuk mengatasi datangnya kontaminan dan
bagaimana cara kontaminan tersebut mengkontaminasi. Banyak teknologi in situ
yang baru dan inovatif telah dikenalkan untuk mengembangkan solusi yang lebih
cepat dan hemat biaya untuk pihak yang bertanggung jawab.
Pengembangan dan penerapan dari teknologi yang inovatif membutuhkan
tingkat interaksi yang signifikan antara tim desain dan tim konstruksi kerena
masih banyak pertanyaan yang belum terjawab terkait dengan segala teknologi
yang baru. Untuk cara yang konvensional yaitu hubungan design-bid-build tidak
meningkatkan nilai integrasi dan eksperimen yang dibutuhkan dalam rekayasa
remediasi untuk menyempurnakan konsep-konsep inovatif dalam teknik
konvensional.
Pegalaman dan pengetahuan empiris dengan berbagai teknologi merupakan
kunci dalam merancang sistem remediasi yang menggabungkan teknologi on site
dan in situ. Oleh karena itu, pengontrolan dilakukan oleh pihak tunggal dengan
menyediakan layanan konultasi dan kontraktor yang akan menguntungkan dan
krusial dalam kesusksesan proyek remediasi ini.

Anda mungkin juga menyukai