Hilda Melysa LB 102010062 Verdi Danutirto 102012018 Stefanie Shelly 102012062 Lisa Sari 102012129 Temmy 102012172 Nisrina Nindriya 102012196 Christin Natalia 102012274 Aditya H satyawan 102012374 Yuviani 102012424
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 No. Telp (021)56942061 No. Fax (021)5631731
2
I. Pendahuluan Artritis pirai (gout) adalah suatu inflamasi yang hanya terjadi akibat deposit kristal monosodium urat (MSU) pada sendi. Sebaliknya, kristal yang terdeposit di jaringan lunak tidak akan menyebabkan terjadinya inflamasi. Gangguan metabolisme yang mendasarkan gout adalah hiperurisemia dengan peninggian kadar asam urat lebih dari 7,0 ml/dl dan 6,0 mg/dl. Gout merupakan penyakit dominan pada pria dewasa. Menurut Hipocrates, gout jarang pada pria sebelum masa remaja (adolescens) sedangkan pada perempuan jarang sebelum menopause. Prevalensi gout di Amerika Serikat adalah 13,6/1000 pria dan 6,4/1000 perempuan. Prevalensi ini akan bertambah sesuai dengan peningkatan taraf hidup masyarakat suatu tempat. 1
II. Anamnesa Pada kasus gout, beberapa hal yang harus dianamensa adalah umur, karena gout sering menyerang pada orang dewasa dan jarang pada anak-anak, onset serangan sendi, biasa menyerang pada pagi hari dan saat tidur, riwayat serangan sendi akut, karena gout arthritis bersifat rekuren dan akut, sifat nyeri ditanyakan, karena gout memiliki sifat nyeri yang menetap saat istirahat dan makin sakit saat digerakan, makanan yang sebelumnya dimakan, karena beberapa jenis makanan, terutama yang mengandung banyak purin, seperti seafood, dapat menaikan kadar urat darah, yang dapat mencetuskan serangan gout artritis akut, letak nyeri sendi juga perlu ditanyakan, karena gout artritis akut biasa menyerang secara monoartikular dan paling sering pada sendi metatarsophalangeal I (podagra), konsumsi beberapa jenis obat, seperti siklosporin, juga mencetuskan serangan gout artritis, dan riwayat pekerjaan juga mempengaruhi terjadinya gout, yaitu pekerjaan yang sering berhubungan dengan timbal. 2 III. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik dilihat bagaimana keadaan umur pasien, tingkat kesadaran, pemeriksaan tanda-tanda vital dan juga reaksi inflamasi seperti kalor, rubor, dolor, tumor dan fungsio laese. Selanjutnya dilakukan Inspeksi dan palapasi pada sendi inspeksi dilakukan pada kulit di bagian sendi diperhatikan jika terdapat sebarang tanda kemerahan dan juga teraba panas pada sendi. 3
dilihat pada sendi metatarsal phalanges I terdapat pembengkakan yang simetris atau tidak, terasa nyeri atau tidak untuk mengonfomasi adanya podagra. pada pasien dengan stadium gout menahun akan teraba tophus terutama di cuping telinga, metatarsal phalanges I, olecranon, tendon Achilles dan jari tangan. 3
IV. Pemeriksaan Penunjang 4
i) Pemeriksaan Radiologi
Foto Konvensional (X-Ray) ditemukan pembengkakan jaringan lunak dengan kalsifikasi (tophus) berbentuk seperti topi terutama di sekitar sendi ibu jari kaki. tampak pembengkakan sendi yang asimetris dan kista arthritis erosif. peradangan dan efusi sendi. i. Pemeriksaan laboratorium Asam Urat (Serum) o dijalankan untuk memantau asam urat serum selama pengobatan gout. o 3-5 ml darah vena dikumpulkan dalam tabung tabung berpenutup merah. Diusahakan supaya tidak terjadi hemolisis. o elakkan dari memakan makanan tinggi purin seperti jeroan (hati, ginjal, otak, jantung), remis, sarden selama 34 jam sebelum uji dilakukan. 4
o nilai normal : Pria Dewasa : 3,5 8,0 mg/dL Perempuan Dewasa : 2,8 6,8 mg/dL o peningkatan kadar asam urat serum sering terjadi pada kasus gout, alkoholisme, leukimia, limfoma, diabetes mellitus (berat), gagal jantung kongestif, stress, gagal ginjal, pengaruh obat : asam askorbat, diuretic, tiazid, levodopa, furosemid, fenotiazin, 6-merkaptopurin, teofilin, salisilat. Asam Urat (Urine 24 jam) o Untuk mendeteksi dan/atau mengonformasi diagnosis gout atau penyakit ginjal. o sampel urine 24 jam ditampung dalam wadah besar, ditambahkan pengawet dan didinginkan. o pengambilan diet makanan yang mengandung purin ditangguhkan selama penampungan. o tidak terdapat pembatasan minuman. o nilai normal : 250 750 mg/24 jam (normal) o Peningkatan terjadi pada kasus gout, diet tinggi purin, leukemia, sindrom Fanconi, terapi sinarX, penyakit demam, hepattis virus, pengaruh obat: kortikosteroid, agens sitotoksik (pengobatan kanker), probenesid (Benemid), salisilat (dosis tinggi). o Kadar pH urine diperiksa jika terdapet hiperuremia. Batu urat terjadi pada pH urine rendah (asam). Pemeriksaan cairan sendi 1) Tes makroskopik Warna dan kejernihan Normal : tidak berwarna dan jernih Seperti susu : gout Kuning keruh : inflamasi spesifik dan nonspesifik karena leukositosis Kuning jernih : arthritis reumatoid ringan, osteo arthritis 5
Bekuan Normal : tidak ada bekuan Jika terdapat bekuan menunjukkan adanya peradangan. Makin besar bekuan makin berat peradangan Viskositas Normal : viskositas tinggi (panjangnya tanpa pututs 4-6 cm) Menurun (kurang dari 4 cm : inflamatorik akut dan septik) Bervariasi : hemoragik Tes mucin Normal : terlihat stu bekuan kenyal dalam cairan jernih Mucin sedang : bekuan kurang kuat dan tidak ada batas tegas Mucin jelek : bekuan berkeping-keping infeksi 2) Tes mikroskopik Jumlah leukosit o Jumlah normal leukosit : kurang 200/mm 3
200 500/mm 3 penyakit non inflamatorik 2000 100 000/mm 3 penyakit inflamatorik akut Contoh : arthritis gout, arthritis reumatoid 20 000 200 000/mm 3 kelompok septik (infeksi) Contoh : arthritis TB, arthritis gonore 200 1000/mm 3 kelompok hemoragik Hitung jenis sel o Jumlah normal neutrofil : kurang dari 25% o Jumlah neutrofil pada akut inflamatorik: Arthritis gout akut : rata-rata 83% Faktor rematoid : rata-rata 46% Artrhritis rematoid : rata-rata 65% Kristal-kristal Normal : tidak ditemukan kristal dalam cairan sendi Arthritis gout : ditemukan kristal monosodium urat (MSU)
6
3) Tes kimia o Tes glukosa Normal : perbedaan antara glukosa serum dan cairan sendi adalah kurang dari 10mg% Pada kelompok inflammatorik : Arthritis gout : perbedaan rata-rata 12 mg% Faktor rematoid : perbedaan 6 mg% o Laktat Dehidrogenase Normal : 100 190 IU/l, 70 250 U/l Meningkat : rematoid arthritis, gout, arthritis karena infeksi 4) Tes mikrobiologi o untuk kelainan sendi yang disebabkan infeksi o hasil negatif pada kultur bakteri cairan sendi V. DIAGNOSIS. 5
Working Diagnosis (Diagnosis Kerja) Pasien ini mengalami penyakit Artritis gout. Differential Diagnosis (Diagnosis Banding) 1. Arthritis Reumatoid (AR) Arthritis reumatoid adalah penyakit autoimun yang ditandai oleh inflamasi sistemik kronik dan progesif pada sendi yang menjadi target utama. Manifestasi AR adalah poliartritits simetrik yang terutama mengenai sendi-sendi kecil pada tangan dan kaki. Artritis sering kali diikuti oleh kekauan sendi pada pagi hari yang berlangsung selama lebih satu jam atau lebih. Pada AR kronik hampir tidak dijumpai kemerahan dan panas. Penyebab : sinovitis, yaitu adanya inflamasi pada membran sinovial yang membungkus sendi. Paling sering terkena pada metacarpophalanges 7
(MCP), metatarsophalanges (MTP) dan vertebra servikal. Pada pemeriksaan darah tepi. ditemukan leukositosis trombositosis dan hematokrit sedikit menurun. Pada pemeriksaan cairan sendi, tidak ditemukan Kristal, kultur negative dan kadar glukosa rendah. 2. Pseudogout Pseudogout merupakan deposit kristal selain kristal urat pada cairan sendi. Kristal-kristal itu dapat berupa kalsium pirofosfat dihidrat, maupun hidroksi apatit. Kristal yang terbentuk akan memicu proses fagositosis, selanjutnya akan melepaskan enzim lisosom yang akan mengakibatkan peradangan. Pembentukan kristal kalsium pirofosfat dihidrat pada kartilago disebabkan peningkatan kadar kalsium atau pirofosfat inorganik dari perubahan didalam matrik yang mencetuskan pembentukan kristal. 3. Septik Arthritis Septik arthritis merupakan artritis yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Pembeda dengan gout adalah cairan sendi pada septik artritis seperti nanah, dan tidak ditemukan kristal asam urat. 4. SLE Sistemik Lupus Eritematosus merupakan penyakit rematik autoimun yang ditandai dengan adanya inflamasi tersebar luas yang mempengaruhi setiap organ atau sistem dalam tubuh. SLE berhubungan dengan deposit autoantibodi dan kompleks imun sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan. Pada penderita SLE sering ditemui keluhan berupa nyeri otot, nyeri sendi dan tampak jelas inflamsi sendi.
VI. Patogenesis Serangan gout akut berhubungan dengan perubahan kadar asam urat serum, meninggi atau menurun. Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan kristal monosodium urat dari depositnya dalam tofi. Pada beberapa pasien gout atau yang dengan hiperuresemia asimtomatik krista urat ditemukan pada sendi metatarsofalangeal dan lutut yang sebelumya tidak pernah mendapat serangan akut. Terdapat peranan temperatur, PH, dan kelarutan urat untuk timbul serangan akut. Paradangan atau inflamasi merupakan reaksi penting pada artritis gout. Reaksi ini merupakan reaksi pertahanan tubuh non spesifik untuk menghindari kerusakan jaringan akibat agen penyebab. Tujuan dari proses inflamasi adalah menetralisir 8
dan menghancurkan agen penyebab serta mencegah perluasan agen penyebab ke jaringan yang lebih luas. 5 VII. Manifestasi Klinik Manifestasi gout akut terdiri dari arthritis gout akut, interkritikal gout dan gout menahun dengan tofi. Ketiga stadium ini merupakan stadium yang klasik dan didapat deposisi yang progesif kristal urat. Stadium Arthritis gout akut o pada stadium ini, radang sendi timbul sangat cepat dalam waktu singkat. o pasien tidur tanpa sebarang gejala sebaliknya pada saat bangun pagi pasien terasa sakit yang hebat dan tidak dapat berjalan. o keluhan utama berupa nyeri, bengkak, terasa hangat, merah disertai gejala sistemik berupa demam, menggigil dan lelah. Biasanya bersifat monoartikular. o lokasi paling sering pada MTP 1 yang biasa disebut sebagai padogra. o dapat terkena sendi yang lain yaitu pergelangan tangan/kaki, lutut, dan siku. o pada serangan akut berat : dapat sembuh dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. o pada serangan akut tidak berat : keluhan-keluhan menghilang dalam beberapa jam atau hari o faktor pencetus : trauma lokal, diet tinggi purin, kelelahan fisik, stress, tindakan operasi, pemakaian obat diuretik atau penurunan dan peningkatan asam urat. o penurunan asam urat darah secara mendadak dengan allopurinol atau obat urikosurik dapat menyebabkan kekambuhan. Stadium Interkritikal o merupakan stadium kelanjutan stadium akut. o terjadi periode interkritikal asimptomatik. o tidak terdapat tanda-tanda klinis radang akut tetapi pada aspirasi sendi ditemukan kristal urat. o penanganan yang tidak baik dapat menyebabkan berlanjut ke stadium menahun.
9
Stadium Arthritis Gout menahun o pada stadium ini umumnya pasien mengobati sendiri (self medication) sehingga pada waktu lama tidak berobat secara teratur pada dokter. o biasanya disertai tofi yang banyak dan poliartikular. o tofi sering pecah dan sulit sembuh dengan obat, kadang-kadang dapt timbul infeksi sekunder. o lokasi tofi yang paling sering pada cuping telinga, MTP-1, olecranon, tendon Achilles dan jari tangan. o Kadang-kadang disertai batu ginjal sampai penyakit ginjal menahun. 5
VIII. PENATALAKSANAAN 6
Medikamentosa Pengobatan penderita arthritis pirai dibagi atas : 1. Pengobatan fase akut; untuk menghilangkan keluhan nyeri sendi dan peradangan Kolkisin Indikasi : penyakit gout (spesifik) Mekanisme kerja : Menghambat migrasi granulosit ke tempat radang menyebabkan mediator berkurang dan selanjutnya mengurangi peradangan. Kolkisin juga menghambat pelepasan glikoprotein dari leukosit yang merupakan penyebab terjadinya nyeri dan radang sendi pada gout. Dosis : 0,5 0,6 mg tiap satu jam atau 1,2 mg sebagai dosis awal dan diikuti 0,5 0,6 mg tiap 2 jam sampai gejala penyakit hilang atau mulai timbul gejala saluran cerna, misalnya muntah dan diare. Dapat diberikan dosis maksimum sampai 7 8 mg tetapi tidak melebihi 7,5 mg dalam waktu 24 jam. Untuk profilaksis diberikan 0,5 1,0 mg sehari. Pemberian IV : 1-2 mg dilanjutkan dengan 0,5 mg tiap 12 24 jam dan tidak melebihi 4 mg dengan satu regimen pengobatan. Indikasi pemberian secara intravena : o Terjadi komplikasi saluran cerna o Serangan akut pada pasca operatif o Bila pemberian oral pasca akut tidak menunjukkan perubahan positif 10
Untuk mencegah iritasi akibat ekstravasasi sebaiknya larutan 2 ml diencerkan menjadi 10 ml dengan larutan larutan garam faal. Hati-hati untuk pemberian kepada pasien manula, lemah atau pasien dengan gangguan ginjal, kardiovaskular, dan saluran cerna. Efek samping : muntah, mual, diare dan pengobatan harus dihentikan bila efek samping ini terjadi walaupun belum mencapai efek terapi. Bila terjadi ekstravasasi dapat menimbulkan peradangan dan nekrosis kulit dan jaringan lemak. Pada keracunan kolkisin yang berat terjadi koagulasi intravascular diseminata. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) 1. Indometasin Indikasi : penyakit arthritis reumatid, gout, dan sejenisnya. Mekanisme kerja : efektif dalam pengobatan penyakit arthritis reumatid dan sejenisnya karena memiliki efek anti-inflamasi dan analgesik-antipiretik yang sebanding dengan aspirin. Indometasin dapat menghambat motilitas leukosit polimorfonuklear (PMN). Absorpsi indometasi cukup baik dengan pemberian oral dengan 92 99% terikat pada protein plasma. Metabolismenya terjadi di hati dan diekskresi dalam bentuk asal maupun metabolit lewat urin dan hempedu. Waktu parah plasma kira-kira 2 4 jam. Dosis : 2 4 kali 25 mg sehari Kontra indikasi : anak, wanita hamil, pasien gangguan psikiatri, pasien dengan penyakit lambung Efek samping : amat toksik sehingga dapat menyebabkan nyeri abdomen, diare, pendarahan lambung, pancreatitis, sakit kepala yang hebat disertai pusing, depresi, rasa bingung, halusinasi, psikosis, agranulositosis, anemia aplastik, trombositopena, hiperkalemia, alergi 2. Fenilbutazon Dosis : bergantung pada beratnya serangan. Pada serangan berat : 3 x 200 mg selama 24 jam pertama, kemudian dosis dikurangi menjadi 500 mg sehari pada hari kedua, 400 mg pada hari ketiga, selanjutnya 100 mg sehari sampai sembuh. Pemberian secara suntikan adalah 600 mg dosis tunggal. Pemberian secara ini biasanya untuk penderita dioperasi. 3. Kortikosteroid 11
Indikasi : penderita dengan arthritis gout yang recurrent, bila tidak ada perbaikan dengan obat-obat lain, dan pada penderita intoleran terhadap obat lain. Dosis : 0,5 mg pada pemberian intramuscular. Pada kasus resisten, dosis dinaikkan antara 0,75 1,0 mg dan kemudian diturunkkan secara bertahap samapi 0,1 mg. Efek obat jelas tampak dalam 3 hari pengobatan.
2. Golongan urikosurik : untuk menurunkan kadar asam urat Allopurinol penggunaan jangka panjang dapat mengurangi frekuensi serangan, menghambat pembentukan tofi, memobilisasi asam urat dan mengurangi besarnya tofi. dapat juga digunakan untuk pengobatan pirai sekunder akibat polisitemia vera, metaplasia myeloid, leukemia, limfoma, psoriasis, hiperurisemia akibat obat dan radiasi. Mekanisme kerja : menghambat xantin oksidase agar hipoxantin tidak dikonversi menjadi xantin dan selanjutnya menjadi asam urat. mengalami biotransformasi oleh enzim xantin oksidase menjadi aloxantin yang mempunyai masa paruh yang lebih panjang. Efek allopurinol dilawan oleh salisilat, berkurang pada insufficient ginjal, dan tidak menyebabkan batu ginjal. Dosis : o pirai ringan : 200 400 mg sehari o (ii) pirai berat : 400 600 mg sehari o Pasien dengan gangguan fungsi ginjal : 100 200 mg sehari o Anak (6 10 tahun) : 300 mg sehari Probenesid Indikasi : penyakit gout stadium menahun, hiperurisemia sekunder Mekanisme kerja : mencegah dan mengurangi kerusakan sendi serta pembentukan tofi pada penyakit gout, tidak efektif untuk mengatasi serangan akut. Probenasid tidak efektif bila laju filtrasi glomerulus. Dosis : 2 x 250 mg/hari selama seminggu diikuti dengan 2 x 500 mg/hari. 12
Kontra indikasi : adanya riwayat batu ginjal, penderita dengan jumlah urin yang berkurang, hipersensitivitas terhadap probenesid. Efek samping : gangguan saluran cerna yang lebih ringan, nyeri kepala, reaksi alergi. Sulfipirazon Mekanisme kerja : mencegah dan mengurangi kelainan sendi dan tofi pada penyakit pirai kronik berdasarkan hambatan reabsorpsi tubular asam urat. Kurang efektif untuk menurunkan asam urat dan tidak efektif untuk mengatasi serangan pirai akut, meningkatkan frekuensi serangan pada fase akut. Dosis : 2 x 100 200 mg sehari, ditingkatkan sampai 400 800 mg kemudian dikurangi sampai dosis efektif minimal Kontra indikasi : pasien dengan riwayat ulkus peptik Efek samping : gangguan cerna yang berat, anemia, leukopenia, agranulositosis
Non-Medikamentosa Edukasi Penyuluhan kepada pasien agar tidak mengomsumsi makanan yang mengandung sedang atau tinggi purin. Menjelaskan kepada pasien yang mengambil alkohol untuk mengurangi asupan alkohol. Etanol menyebabkan retensi urat pada ginjal. Pengaturan diet Membataskan pengambilan makanan tinggi purin seperti jeroan, sarden, ikan teri, emping, alcohol, ragi dan makanan yang diawetkan. Sebaiknya segera dilakukan bila kadar asam urat melebihi 7 mg/dl. Banyakkan minum air putih. Istirahat sendi Pergerakan dan aktivitas fisik berat haruslah dihindari bagi agar radang sendi tidak bertambah kronik.
IX. Komplikasi Komplikasi yang muncul akibat arthritis pirai antara lain: a. Gout kronik bertophus 13
Merupakan serangan gout yang disertai benjolan-benjolan (tofi) di sekitar sendi yang sering meradang. Tofi adalah timbunan kristal monosodium urat di sekitar persendian seperti di tulang rawan sendi, sinovial, bursa atau tendon. Tofi bisa juga ditemukan di jaringan lunak dan otot jantung, katub mitral jantung, retina mata, pangkal tenggorokan.
b. Nefropati gout kronik Penyakit tersering yang ditimbulkan karena hiperurisemia. terjadi akibat dari pengendapan kristal asam urat dalam tubulus ginjal. Pada jaringan ginjal bisa terbentuk mikrotofi yang menyumbat dan merusak glomerulus.
c. Nefrolitiasi asam urat (batu ginjal) Terjadi pembentukan massa keras seperti batu di dalam ginjal, bisa menyebabkan nyeri, pendarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Air kemih jenuh dengan garam-garam yang dapat membentuk batu seperti kalsium, asam urat, sistin dan mineral struvit (campuran magnesium, ammonium, fosfat).
X. PROGNOSIS Jarang pada kasus artritis gout menyebabkan kematian dan angka kematian arthritis gout adalah tidak berbeda dengan angka kematian populasi pada umumnya. Penyakit gout sering dihubungkan dengan penyakit penyertanya yang jelas berbahaya dengan mortlitas cukup tinggi, sebagai contoh kelainan vaskular degeneratif, hipertensi, hiperlipidemia, penyakit ginjal, dan obesitas. XI. KESIMPULAN Penyakit gout sering menyebabkan pembengkakan pada sendi akibat deposit kristal asam urat terutama pada metatarsophalanges 1 yang kemudian menyebabkan timbulnya rasa nyeri dan panas. Penyakit ini dapat menjadi kronis jika tidak diobati segera dan menyebabkan gangguan aktivitas hidup pada si penderita.
14
XII. Daftar Pustaka 1. Tehupeiory ES. Artritis pirai (artritis gout). Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata K M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi IV.Jakarta: InternaPublishing; 2004.h.1218-20 2. Wortmann RL. Gout and hyperuricemia. In: Firestein GS, Budd RC, Harris ED Jr. McInnes IB, Ruddy S, Sergent JS. Kellers textbook of rheumatology. 8 th ed. Canada: Elsevier, 2009.p.1481-1503. 3. Delp & manning. Major Diagnosis Fisik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran (EGC). Edisi 9 Cetakan VI 1996; h 548 550 4. Joyce LeFever Kee. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran (EGC). Edisi 6 Cetakan I 2008; h 447 5. Aru W. Sudoyo et all. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna Publishing, Edisi V Jilid III. 2009 ; h2495 2502, 2538 2549. 6. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Edisi 5. 2007.