Anda di halaman 1dari 41

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak merupakan faktor penting yang
harus diperhatikan sedini mungkin, sebab Kerusakan gigi yang terjadi pada usia
anak-anak, dapat mempengaruhi pertumbuhan gigi pada usia selanjutnya.
Selain itu masa anak merupakan awal dari pembentukan perilaku, oleh
sebab itu diharapkan mendidik anak untuk berprilaku yang benar terhadap
kesehatan gigi dan mulutnya. pemeliharaan kesehatan gigi pada anak semestinya
melibatkan interaksi berbagai pihak, dalam hal ini anak itu sendiri, orangtua, dan
dokter. Pengetahuan, sikap, dan perilaku dari seluruh komponen tersebut
mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut pada anak. Pada anak-anak,
pengaruh dari orangtua sangat kuat. Sikap dan perilaku orang tua, terutama ibu,
dalam pemeliharaan gigi memberi pengaruh terhadap sikap dan perilaku anak.
Penelitian yang dilakukan oleh Hedman dkk yang dikutip oleh Natamiharja
dkk, tentang pengetahuan dan sikap terhadap kesehatan rongga mulut pada anak
kelompok usia 12 dan 15 tahun di Swedia menunjukkan bahwa kelompok umur
tersebut sudah mengerti dengan baik tentang kesehatan gigi dan mulut dan
pentingnya gigi mereka, pada kelompok umur yang lebih tua lebih baik
pengetahuannya daripada kelompok usia yang lebih muda. Rata-rata mereka
mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut dari petugas
kesehatan gigi.
1
2

Berdasarkan teori Blum yang dikutip oleh Anitasari dkk, status kesehatan
gigi dan mulut seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor penting
yaitu keturunan, lingkungan (fisik maupun sosial budaya), perilaku, dan
pelayanan kesehatan. Dari keempat faktor tersebut, perilaku memegang peranan
yang penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut secara
langsung. Perilaku dapat juga mempengaruhi faktor lingkungan dan pelayanan
kesehatan.
2
Survei Kesehatan Rumah Tangga Tahun 2001 menunjukkan bahwa 52%
anak Indonesia mengalami karies yang tidak diobati atau karies aktif, 46%
memiliki kalkulus, dan DMF-T indeks 5,3. Perilaku memiliki peran penting
untuk mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut. Peran penting dalam
perilaku adalah pengetahuan, sikap dan tindakan . Pengetahuan dan sikap
merupakan hasil dari indera dan peran penting dari satu tindakan. Meningkatkan
pengetahuan dan sikap akan meningkatkan kesadaran kesehatan.
3
Menurut Boediharjo yang dikutip oleh E. Ristya widi, menyatakan bahwa
yang terpenting dalam usaha menjaga kebersihan mulut adalah faktor kesadaran
dan perilaku pemeliharaan hygiene mulut personal. Perilaku manusia merupakan
hasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan
lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.
Penilitian yang dilakukan oleh E. Ristya widi menunjukkan adanya perbedaan
yang bermakna antara perilaku membersihkan gigi dengan tingkat kebersihan
mulut. Semakin baik perilaku membersihkan gigi, maka semakin baik tingkat
3

kebersihan gigi dan mulut, sebaliknya semakin jelek perilaku membersihkan gigi,
semakin jelek pula tingkat kebersihan gigi dan mulutnya.
4
Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak yang
berada pada masa ini berkisar antara usia 6-12 tahun, masa bersekolah dalam
periode ini sudah menampakkan kepekaannya untuk belajar sesuatu yang baru
sesuai dengan sifat ingin tahu anak.
Menurut teori Piaget, pemikiran anak anak usia sekolah dasar disebut
pemikiran Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas
mental yang difokuskan pada objek objek peristiwa nyata atau konkrit. Dalam
upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan
informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai mempunyai
kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan
sesungguhnya.
5
Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis ingin melakukan penelitian
mengenai hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan pemeliharaan kesehatan
gigi dengan status kebersihan gigi dan mulut pada anak usia 9-12 tahun.

1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dibuat rumusan masalah, yaitu
adakah hubungan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut, sikap dan
tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dengan status kebersihan gigi dan mulut
pada anak usia 9-12 tahun.



4

1.3 TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut, sikap dan
tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dengan status kebersihan gigi dan mulut
pada anak usia 9-12 tahun, yg diteliti.

1.4 HIPOTESA
Berdasarkan tujuan penelitian, dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu
ada hubungan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut, sikap dan tindakan
pemeliharaan kesehatan gigi dengan status kebersihan gigi dan mulut pada anak
usia 9 12 tahun.

1.5 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai media dalam menambah wawasan
dan sumber informasi pada masyarakat luas tentang pentingnya kesehatan gigi
dan mulut, khususnya kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak.








5


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PERILAKU
Perilaku di dalam diri seseorang terbentuk dari dua faktor utama yakni:
faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal (stimulus) merupakan faktor
dari luar diri seseorang tersebut, dan Faktor internal (respon) merupakan faktor
dari dalam diri orang yang bersangkutan. Faktor eksternal atau stimulus adalah
faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun non-fisik dalam bentuk sosial,
budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Dari penelitian-penelitian yang ada
faktor eksternal paling besar perannya. Faktor eksternal yang mempengaruhi
perilaku manusia adalah faktor sosial dan budaya, dimana seseorang tersebut
berada. Sedangkan faktor internal yang menentukan seseorang itu merespons
stimulus dari luar adalah; perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi,
sugesti, dan sebagainya.
6
Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain oleh
bloom, perilaku dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah perilaku yaitu
pengetahuan ( knowledge ), sikap ( attitude ), dan tindakan ( Practice ).
6

2.1.1 Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melaui indera yang dimilikinya (mata,hidung,dan sebgainya).
Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan
6

tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran
(telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek
mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya
dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu
6
:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
b. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan
secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud
dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada
situasi yang lain.
d. Analisis (analysis).
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen
7

pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian
terhadap suatu objek tertentu. Penilain ini dengan sendirinya didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku
dimasyarakat.
6

2.1.2 Sikap (Attitude)
Sikap adalah juga respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
(senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya).
6

Menurut Newcomb, salah satu ahli psikologi sosial menyatakan, bahwa
sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan
tindakan ( reaksi terbuka ) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup.
6
Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat tingkat
berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut
6
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus
yang diberikan.


8

b. Menanggapi (responding)
Menanggapi di sini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan
terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
c. Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang
positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang
lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain
merespons.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap
apa yang diyakininya.

2.1.3 Tindakan atau Praktik (Practice)
Seperti telah disebutkan diatas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk
bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan perlu faktor lain,
yaitu antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana.
6
Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut
kualitasnya yaitu.
6
a. Praktik terpimpin (guided response)
Apabila subjek atau seserang telah melakukan sesuatu tetapi masih
tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan. Misalnya, seorang
anak kecil menggosok gigi namun masih selalu diingatkan oleh ibunya,
adalah masih disebut praktik atau tindakan terpimpin.
b. Praktik secara mekanisme (mechanism)
9

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan
sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis.
Misalnya seorang anak otomatis menggosok gigi setalah makan, tanpa
disuruh oleh ibunya.
c. Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang.
Artinya, apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja,
tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang
berkualitas. Misalnya menggosok gigi, bukan sekedar gosok gigi, melainkan
dengan tehnik tehnik yang benar.
6

2.2 KEBERSIHAN MULUT
Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang
perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik dokter maupun
perawat gigi, hal ini terlihat bahwa penyakit gigi dan mulut masih diderita oleh
90% penduduk Indonesia. Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita
masyarakat di Indonesia adalah penyakit jaringan penyangga gigi dan karies gigi,
sumber dari kedua penyakit tersebut adalah akibat terabaikannya kebersihan gigi
dan mulut, sehingga terjadilah akumulasi plak. Plak adalah lapisan tipis yang
melekat erat di permukaan gigi serta mengandung kumpulan bakteri, dan tidak
dapat dibersihkan hanya dengan kumur-kumur.
2

Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kebersihan mulut adalah
perilaku. Perilaku adalah suatu bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan
10

lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan, sikap dan tindakan
tentang kesehatan.
Kebersihan mulut yang bagus akan membuat gigi dan jaringan sekitarnya
sehat. Seperti bagian-bagian lain dari tubuh, maka gigi dan jaringan
penyangganya mudah terkena penyakit. Supaya gigi dan jaringan pendukungnya
tahan terhadap penyakit, harus mendapatkan perhatian dan perawatan yang baik.
Petunujuk sehederhana cara perawatan untuk mendapatkan gigi yang sehat
7
:
a. Menggosok gigi paling sedikit duakali sehari.
b. Bila mungkin gosok gigi setiap habis makan.
c. Kurangi makanan yang mengandung gula, hindarilah makanan tersebut
diantara 2 waktu makan.
d. Periksakan gigi secara teratur pada dokter gigi.

2.3 DASAR-DASAR KEBERSIHAN GIGI
Tujuan pembersihan gigi adalah menghilangkan plak dari seluruh
permukaan gigi. Plak ini tidak semuanya dapat hilang dengan tindakan menyikat
gigi. Plak ini tidak berwarna dan tidak dapat dilihat oleh mata. Untuk dapat
melihat plak diperlukan suatu bahan pewarna yang dapat melekat pada plak..
Bahan tersebut adalah disclosing, yang dapat berbentuk tablet dan cairan. Cara
penggunaannya adalah dengan cara mengunyah tablet atau mengulaskan cairan
tersebut pada permukaan gigi, kemudian kumur. Dengan bantuan bahan ini plak
yang ada atau belum tersikat akan Nampak berwarna merah. Warna merah ini
kemudian harus dihilangkan, dapat dengan sikat gigi, dapat juga dengan benang
pembersih gigi.
7
11

2.4 PLAK
Plak adalah endapan lunak, tidak berwarna, dan mengandung aneka ragam
bakteri yang melekat erat pada permukaan gigi. Plak tidak dapat dibersihkan
dengan hanya berkumur-kumur, semprotan air atau udara, tetapi plak dapat
dibersihkan dengan cara mekanis. Sampai saat ini cara mekanis yang paling
efektif untuk membersihkan plak adalah dengan menyikat gigi.
8

Plak sebagai salah satu bentuk dentuk dental deposit, merupakan massa
granulair lunak yang menempel pada permukaan gigi dan hanya bisa dibersihkan
dengan menyikat gigi. Plak akan kembali terbentuk satu jam setelah dibersihkan.
Satu millimeter kubik plak akan mengandung sepuluh pangkat delapan, baik yang
pathogen maupun yang non pathogen.
9
Plak merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas pengumpulan
mikroorganisme yang berkembang biak diatas suatu matriks yang terbentuk dan
melekat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak ini tidak berwarna,
oleh karena itu tidak terlihat dengan jelas, maka untuk melihat adanya plak
digunakan zat pewarna.
10
Secara klinis plak adalah merupakan lapisan bakteri yang lunak, tidak
terkalsifikasi, menumpuk dan melekat pada permukaan gigi dan benda lain yang
berada pada rongga mulut seperti tumpatan, geligi tiruan maupun Kalkulus.
Dalam bentuk lapisan tipis, plak pada umumnya tidak dapat terlihat dan hanya
dapat dilihat dengan bantuan disclosing. Dalam bentuk lapisan yang tebal plak
terlihat sebagai deposit kekuningan atau keabu-abuan yang tidak dapat dilepas
hanya dengan kumur-kumur atau irigasi tetapi dapat dihilangkan dengan menyikat
12

gigi. Plak jarang terdapat pada permukaan oklusal gigi, kecuali jika gigi tersebut
tidak berfungsi sehingga dapat terbentuk deposit yang luas.
9,11

2.4.1 Mekanisme Pembentukan Plak.

Mekanisme pembentukan plak melalui suatu pembelahan internal dan
deposisi permukaan. Berbagai varietas bakteri akan melekat pada kolum ini dan
berlipat ganda sehingga dalam 3-4 minggu akan terbentuk flora mikrobia yang
mencerminkan adanya keseimbangan ekosistim organism atau microbial pada
permukaan gigi.
12
Plak pada gigi dapat terlihat 1 - 2 hari tanpa adanya tindakan oral hygiene.
Plak bisa berwarna putih, keabu-abuan atau kuning dan memiliki tampilan yang
bulat. Sejumlah kecil plak yang tidak dapat terlihat pada permukaan gigi dapat
dideteksi menjalankan probe periodontal sepanjang bagian sepertiga gigi bagian
atas. Metode lain yang digunakan yaitu dengan menggunakan disclosing solution.
Tanpa adanya tindakan oral hygiene, plak bisa berlanjut dan terus berakumulasi
sampai sebuah keseimbangan tercapai antara penghapusan plak dengan
pembentukan plak. Proses pembentukan plak bisa dibagi menjadi tiga fase yakni
12
:
a. Pembentukan dental pellicle
Pembentukan dental pellicle adalah fase awal dari pembentukan plak
12
.
Beberapa detik setelah penyikatan gigi, akan terbentuk deposit selapis tipis
dari protein saliva yang terutama terdiri dari glikoprotein pada permukaan
gigi (serta pada restorasi dan geligi tiruan). Lapisan yang disebut pelikel ini
13

tipis (0,5m), translusen, halus, dan tidak berwarna. Lapisan ini melekat erat
pada permukaan gigi.
11
b. Kolonisasi awal pada permukaan gigi
Dalam waktu beberapa menit setelah terdepositnya pelikel, pelikel ini akan
terpopulasi dengan bakteri. Bakteri dapat terdeposit langsung pada email,
tetapi biasanya bakteri melekat terlebih dahulu pada pelikel dan bakteri dapat
menyelubungi glikoprotein saliva
11
. Bakteri awal yang berkolonisasi dengan
pellicle pada permukaan gigi sebagian besar adalah bakteri gram positif
fakultatif seperti Actinomyces viscosus dan Streptococcus sanguis.
12

c. Kolonisasi kedua dan maturasi plak
Koloni kedua adalah mikroorganisme yang pada awalnya tidak berkoloni
pada permukaan gigi termasuk Prevotella intermedia, Prevotella loescheii,
Capnocytophaga spp., Fusobacterium nucleatum dan Porphyromonas
gingivalis. Mikroorganisme ini melekat pada sel bakteri yang telah berada
dalam plak
12
. Selama proses ini kondisi lingkungan perlahan-lahan akan
berubah dan menyebabkan terjadinya pertumbuhan selektif. Keadaan ini akan
menyebabkan perubahan komposisi bakteri, dan setelah 2-3 minggu akan
terjadi pertumbuhan flora kompleks, termasuk bakteri anaerob gram negatif,
bakteri motil dan spirochaeta.
11

2.4.2 Komposisi Plak
Hampir 70 % plak terdiri dari microbial dan sisa-sisa produk ekstraselular
dari bakteri plak, sisa sel dan derivate glikoprotein. Protein, karbohidrat, dan
lemak juga dapat ditemukan disini. Karbohidrat yang paling sering dijumpai
14

adalah produk bakteri dekstran, juga levan dan galaktose. Komponen anorganik
utama adalah kalsium, fosfor, magnesium, potassium, dan sodium. Kandungan
garam anorganik tertinggi pada permukaan lingual insisivus bawah. Ion kalsium
ikut membantu perlekatan antar bakteri dan antar bakteri dengan pelikel.
11


2.5 KALKULUS GIGI
Kalkulus, lapisan keras yang terbentuk pada gigi, sudah sejak lama
mempunyai hubungan dengan penyakit periodontal. Kalkulus adalah massa
kalsifikasi yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi, dan objek solid
lainnya di dalam mulut (misalnya pada restorasi dan geligi tiruan).
11

Kalkulus jarang ditemukan pada gigi susu dan tidak sering ditemukan pada
gigi permanen anak usia muda. Meskipun demikian, pada usia 9 tahun, kalkulus
sudah dapat ditemukan pada sebagian besar rongga mulut, dan pada hampir
seluruh rongga mulut individu dewasa.
11

Deposit kalkulus terkalsifikasi menurut hubungannya terhadap tepi
gingiva, misalnya supragingiva atau subgingiva.

2.5.1 Klasifikasi Kalkulus
a. Kalkulus Supragingiva
Menurut definisinya, kalkulus ini dapat ditemukan di sebelah koronal
dari tepi gingiva. Kalkulus terdeposit mula-mula pada permukaan gigi yang
berlawanan dengan letak duktus saliva, pada permukaan lingual insisivus bawah
dan permukaan bukal molar atas, tetapi dapat juga terdeposit pada setiap gigi dan
geligi tiruan yang tidak dibersihkan dengan baik, misalnya permukaan oklusal
15

gigi yang tidak mempunyai antagonis. Warnanya agak kekuningan kecuali bila
tercemar oleh faktor lain (misalnya tembakau, anggur, pinang), cukup keras,
rapuh dan mudah dilepas dari gigi dengan alat khusus.
11
b. Kalkulus subgingiva
Kalkulus subgingiva melekat pada permukaan akar dan distribusinya
tidak berhubungan dengan glandula saliva tetapi dengan adanya inflamasi gingiva
dan pembentukan poket, suatu fakta yang terefleksi dari namanya kalkulus
seruminal. Warnanya hijau tua atau hitam, lebih keras daripada kalkulus
supragingiva dan melekat lebih erat pada permukaan gigi. Kalkulus ini dapat
ditemukan pada akar gigi di dekat batas apikal poket yang dalam, pada kasus yang
parah bahkan dapat ditemukan jauh lebih dalam sampai ke apeks gigi.
11

2.5.2 Komposisi Kalkulus
Komposisi kalkulus bervariasi sesuai dengan lama deposit, posisinya di
dalam mulut, dan bahkan lokasi geografi dari individu. Terdiri dari 80% masa
anorganik, air, dan matriks organik dari protein dan karbohidrat, juga sel-sel
epitelial deskuamasi, bakteri filamen gram positif, kokus dan leukosit. Proporsi
filamen pada kalkulus adalah lebih besar daripada dibagian mulut lainnya. Fraksi
anorganik terutama terdiri dari fosfat kalsium, dalam bentuk hidroksiapatit,
brushite, whitlockite, dan fosfat oktakalsium. Selain itu, juga terdapat sejumlah
kecil kalsium karbonat, magnesium fosfat, dan fluorida. Kandungan fluorida dari
kalkulus adalah beberapa kali lebih besar daripada didalam plak.
11

Permukaan kalkulus tertutup oleh plak bakteri tetapi pada pusat deposit
yang tebal ada kemungkinan steril. Perbedaan bentuk dan distribusi yang nyata
16

dari kalkulus supragingiva dan subgingiva menunjukkan bahwa komposisi dan
cara deposisinya juga berbeda. Komposisi kalkulus subgingiva sangat mirip
seperti kalkulus supragingiva kecuali bahwa rasio Ca/P nya lebih tinggi dan
kandungan sodiumnya lebih besar. Protein saliva tidak ditemukan pada kalkulus
subgingiva, menunjukkan bahwa deposit ini sumbernya non-saliva.
11


2.5.3 Deposisi Kalkulus
Kalkulus adalah plak bakteri yang termineralisasi tetapi tidak semua plak
termineralisasi. Kalkulus supragingiva jarang terlihat pada permukaan fasial
molar bawah tetapi sering ditemukan pada permukaan fasial molar atas yang
berlawanan dengan muara duktus parotis. Mungkin 90% dari kalkulus
supragingiva yang terdapat pada gigi-geligi ditemukan pada insisivus bawah yang
terpapar saliva langsung dari gladula saliva submandibularis dan sublingualis.
Prepisitasi garam-garam mineral kedalam plak mungkin dapat dilihat hanya
beberapa jam setelah deposisi plak tetapi umumnya keadaan ini berlangsung 2-14
hari setelah terbentuknya plak. Mineral pada kalkulus supragingiva berasal dari
saliva, sedangkan pada kalkulus subgingiva berasal dari eksudat cairan gingiva.
Pada plak yang baru terbentuk, konsentrasi kalsium dan ion fosfornya sangat
tinggi, umumnya konsentrasi kalsium pada plak sekitar duapuluh kali lebih besar
daripada di saliva, tetapi tidak terlihat adanya kristal apatit.
11


2.6 Indeks Kebersihan Gigi dan Mulut
17

Untuk mengukur kebersihan gigi mulut kita menggunakan Oral Hygiene
Index Simplified dari Green dan Vermillion. OHI-S diperoleh dengan cara
menjumlahkan Debris Index dan Kalkulus Index.
13
OHI-S = Debris Index (DI) + kalkulus Index (CI)

Untuk menilai kebersihan gigi dan mulut seseorang yang diamati adalah
adanya debris (plak) dan kalkulus pada permukaan gigi. Pemeriksaan klinis yang
dilakukan untuk memudahkan penilaian pemeriksaan debris dan kalkulus
dilakukan pada gigi tertentu dan permukaan tertentu dari gigi tersebut, yaitu:
13
Untuk rahang atas yang diperiksa:
a. Gigi M1 kanan atas pada permukaan bukal
b. Gigi I1 kanan atas pada permukaan labial
c. Gigi M1 kiri atas pada permukaan bukal
Untuk rahang bawah yang diperiksa :
a. Gigi M1 kiri bawah pada permukaan lingual
b. Gigi I1 kiri bawah pada permukaan labial
c. Gigi M1 kanan bawah pada permukaan lingual
Bila ada kasus salah satu dari gigi-gigi tersebut tidak ada (telah dicabut/tinggal
sisa akar), penilaian dilakukan pada gigi-gigi pengganti yang sudah ditetapkan
untuk mewakilinya, yaitu:
13

a. Bila gigi M1 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan
pada gigi M2 rahang atas/rahang bawah.
18

b. Bila gigi M1 dan M2 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, penilaian
dilakukan pada gigi M3 rahang atas /rahang bawah.
c. Bila M1, M2 dan M3 rahang atas atau rahang bawah tidak ada, tidak dapat
dilakukan penilaian.
d. Bila gigi I1 kanan rahang atas tidak ada, penilaian dilakuakn pada I1 kiri
rahang atas.
e. Bila gigi I1 kanan dan kiri rahang ata tidak ada, tidak dapat dilakukan
penilaian.
f. Bila gigi I1 kiri rahang bawah tidak ada, penilaian dilakukan pada gigi I1
kanan rahang bawah.
g. Bila gigi I1 kiri dan kanan rahang bawah tidak ada, tidak dapat dilakuakn
penilaian.

Pelakasanaan pemeriksaan untuk penilaian Debris Index dan kalkulus
Indeks:
13

1). Sebelum kita menilai untuk Debris atau kalkulus, pertama-tama permukaan
gigi yang akan dilihat dibagi dengan garis-garis khayalan menjadi 3 bagian yang
sama luasnya.
2). Penilaian Debris Index
a. Untuk pemeriksaan menggunakan alat sonde atau Periodontal explorer.
Pertama-tama lakukan pemeriksaan debris pada 1/3 permukan incisal/oklusal gigi,
jika pada daerah ini ada debris yang terbawa sonde, nilai yang diperoleh untuk
gigi tersebut adalah 3. Sonde diletakkan secara mendatar pada permukaan gigi.
19

b. Bila pada daerah 1/3 incisal/oklusal tidak ada debris yang terbawa sonde,
pemeriksaan dilanjutkan pada bagian 1/3 tengah. Jika ada debris yang terbawa
oleh sonde dibagian ini, nilai untuk gigi tersebut adalah 2.
c. Jika pada pemeriksaan di daerah 1/3 tengah tidak ada ada debris yang
terbawa sonde, pemeriksaan dilanjutkan ke 1/3 bagian servikal. Jika ada debris
yang terbawa sonde pada bagian ini, penilaian utuk gigi tersebut adalah 1.
d. Jika pada pemeriksaan di daerah 1/3 servikal tidak ada debris yang terbawa
sonde (bersih), penilaian untuk gigi tersebut adalah 0.
3). Penilaian kalkulus indeks
a. Sebelum dilakukan pemeriksaan, perlu kita perhatikan jenis karang gigi
yang berada pada permukaan gigi. Apakah karang gigi supragingival atau
subgingival posisi karang gigi tersebut.
b. untuk memperoleh kalkulus indeks, cara pemeriksaan hampir sama dengan
pemeriksaan untuk memperoleh debris indeks.
OHI-S atau Oral Hygiene Index simplified ini merupakan penjumlahan debris
indeks dan kalkulus index. Penilaian OHI-S score adalah sebagai berikut.
13
1. Baik, apabila nilai berada di antara 0 1,2
2. Sedang, apabila nilai berada di antara 1,3 3,0
3. Buruk, apabila nilai berada diantara 3,1 6,0



20


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik.

3.2 RANCANGAN PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross
sectional study.

3.3 LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SDN. Maccini I,II,III, IV dan SD. Inpres Maccini
Makassar.

3.4. WAKTU PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2011.

3.5 KRITERIA PENILAIAN SAMPEL
1. Kriteria Inklusi
Anak usia 9 12 tahun yang bersekolah di SDN. Maccini I, II, III, IV,
SD Inpres Maccini I/I.
2. Kriteria Ekslusi
Anak yang tidak hadir dan tidak berpartisipasi pada saat penelitian
berlangsung.

21

3.6 SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian ini adalah anak usia 9-12 tahun di SDN. Maccini I,II,III,
IV dan SD. Inpres Maccini Makassar.

3.7 ALAT DAN BAHAN
a. Alat :
1. Alat diagnostik set
2. Nier Bekken
3. Alat tulis menulis
4. Gelas plastik
5. Indeks OHI-S
6. kuesioner
b. Bahan :
1. Tissue / kapas
2. Betadine
3. Alkohol 70 %

3.8 VARIABEL DAN DEFINISI OPERASIONAL.
1. Variabel
a. Variabel Bebas : Penegetahuan, sikap, dan tindakan
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
b. Variabel terikat : Status kebersihan gigi dan mulut anak.


22

2. Definisi Operasional
a. Pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi adalah segala sesuatu
yang diketahui berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut.
b. Sikap yang diobservasi adalah pendapat atau penilaian orang
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut.
c. Tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut adalah praktik
atau aplikasi pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.

d. Status kebersihan gigi dan mulut anak adalah keadaan yang
menggambarkan kebersihan gigi dan mulut seseorang.
Penilaiannya dengan menggunakan suatu indeks kebersihan gigi
dan mulut atau Oral Hygiene Index Symplified (OHI-S) yang
merupakan indeks gabungan antara Debris Indeks (DI), dan
Calculus Indeks (CI).

3.9 DATA
a. Jenis data : Data Primer
b. Penyajian data : Data disajikan dalam bentuk tabel
c. Analisis data : uji chi-square
d. Pengolahan data : Data diolah dengan sistem SPSS versi 16.0.





23

3.10 KRITERIA PENILAIAN
a. Pengetahuan, sikap dan tidakan dikatakan baik apabila siswa
mengetahui > 80 %, sedang apabila siswa mengetahui > 50 % - 80 %, dan buruk
apabila siswa mengetahui < 50 %.
b. Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) yaitu mengukur daerah
permukaan gigi yang ditutupi oleh plak atau kalkulus. Untuk pemeriksaan OHI-S,
Greene and Vermillion menetapkan bahwa gigi indeks yang digunakan adalah 4
gigi posterior dan 2 gigi anterior. 6 1 6
6 1 6
Pemeriksaan dilakukan hanya pada 6 gigi permanen yakni
1. Permukaan labial insisivus sentralis kanan rahang atas
2. Permukaan labial insisivus sentralis kiri rahang bawah
3. Permukaan bukal molar satu kanan dan kiri rahang atas
4. Permukaan lingual molar satu kanan dan kiri rahang bawah
Cara menilai indeks OHIS yakni dengan mengukur indeks debris dan
indeks plak pada subyek.

a. Simplfied Debris Index (DI-S)
Score/criteria
0 : tidak ada debris maupun stain
1 : debris lunak menutupi tidak lebih 1/3 permukaan gigi / extrinsic stains
tanpa debris
2 : debris lunak menutupi lebih 1/3 s.d tidak lebih 2/3 permukaan gigi
3 : debris lunak menutupi lebih 2/3 permukaan gigi
24

Rumus Debris Index (DI) :




b. Simplfied Calculus Index (CI-S)
Score/criteria
0 : tidak ada calculus
1 : supragingival calculus menutupi tidak lebih 1/3 permukaan gigi
2 : supragingival calculus menutupi lebih 1/3 s.d tidak lebih 2/3
permukaan gigi / subgingival calculus sedikit
3 : supragingival calculus menutupi lebih 2/3 permukaan gigi /
subgingival calculus banyak
Rumus Calculus Index (CI) :



OHI-S = Debris Indeks Simplified (DI-S) + Calculus Indeks Simplified (CI-S)

Tingkat kebersihan mulut secara klinis pada OHI-S dapat dikategorikan
sebagai berikut :
o 0,0 1,2 = baik
o 1,3 3,0 = sedang
o 3,1 6,0 = buruk


DI = Jumlah nilai debris
Jumlah gigi yang di periksa
CI = Jumlah nilai calculus
Jumlah gigi yang di periksa
25

3.11 PROSEDUR PENELITIAN
a. Mensosialisasikan kepada pihak sekolah yang bersangkutan mengenai
maksud dan tujuan mengadakan penelitian di sekolah tersebut.
b. Mengambil data seluruh murid usia 9 12 tahun di SDN. Maccini
I,II,III, IV dan SD. Inpres Maccini Makassar.
c. Pengumpulan data tentang pengetahuan, sikap dan tindakan
pemeliharaan kesehatan gigi anak yang dilakukan disekolah dengan
melakukan wawancara menggunakan kuesioner.
d. Melakukan pemeriksaan kebersihan gigi dan mulut yang diukur dengan
suatu indeks kebersihan gigi dan mulut atau Oral Hygiene Index
Symplified (OHI-S) yang diperoleh dengan melakukan pemeriksaan
langsung di rongga mulut dengan menggunakan explorer.
e. Mengolah dan menganalisis data yang telah didapatkan.




















26

3.12 ALUR PENELITIAN






















Pengambilan Data Siswa
OHI-S
Wawancara/kuesioner
Pengumpulan dan Pengolahan
data
Penyajian Data
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan
27


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 GAMBARAN UMUM
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada anak usia 9 12 tahun di
SDN Maccini I, II, III, IV dan SD Inpres Maccini I/I yang terletak di wilayah
Kecamatan Makassar sebanyak 578 anak. Diperoleh anak usia 9 tahun berjumlah
175 anak, usia 10 tahun sebanyak 187 anak, usia 11 tahun sebanyak 138 anak, dan
usia 12 tahun sebanyak 78 anak ( Tabel 1 ).

Tabel 1. Distribusi anak usia 9-12 tahun pada SDN Maccini I, II, III, IV, dan
Inpres I/I Makassar.

9 10 11 12
1 SDN Maccini I 43 46 30 8 127
2 SDN Maccini II 39 52 25 11 127
3 SDN Maccini III 27 25 40 25 117
4 SDN Maccini IV 29 33 26 19 107
5 SD Inpres Maccini I/I 37 31 17 15 100
Total 175 187 138 78 578
No Nama Sekolah
Usia
Jumlah Siswa SD
Sumber : Daranita, Data Primer. Mei 2011

4.2 KARAKTERISTIK RESPONDEN
Responden dalam penelitian ini adalah anak berusia 9-12 tahun yang
berjumlah sebanyak 578 murid dari 5 sekolah dasar yaitu SDN Maccini I, II, III,
IV dan SD Inpres Maccini I/I. Dari hasil penelitian dapat dilihat gamabaran
pengetahuan, sikap dan tindakan, serta status kebersihan gigi dan mulut anak
berdasarkan umur yaitu 9 12 tahun. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.
28


Tabel 2. Gambaran pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada
anak usia 9 12 tahun di SDN Maccini I, II, III, IV dan SD Inpres
Maccini I/I

n % n % n % n % n %
Baik 36 6,2 73 12,6 61 10,6 28 4,8 198 34,2
Sedang 101 17,5 96 16,6 65 11,2 43 7,5 305 52,8
Buruk 38 6,6 18 3,1 12 2,1 7 1,2 75 13
Total 175 30,3 187 32,3 138 23,9 78 13,5 578 100
Total
9 10 11 12
Usia
Pengetahuan
Sumber : Daranita, Data primer. Mei 2011.
Dari tabel diatas dapat dilihat gambaran pengetahuan anak usia 9 12
tahun. Yang memiliki pengetahuan dengan kategori baik berjumlah 198 anak
(34,2 %) dari 578 jumlah subjek penelitian. Sebanyak 305 anak (52,8%) yang
memiliki pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sedang, dan 75
anak (13%) yang memiliki pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang buruk.

Tabel 3. Gambaran Sikap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia
9 12 tahun di SDN Maccini I, II, III, IV dan SD Inpres Maccini I/I

n % n % n % n % n %
Baik 18 3,1 31 5,4 29 5 19 3,3 97 16,8
Sedang 104 18 109 18,8 75 13 43 7,5 331 57,3
Buruk 53 9,2 47 8,1 34 5,9 16 2,7 150 25,9
Total 175 30,3 187 32,3 138 23,9 78 13,5 578 100
Total
9 10 11 12
Usia
Sikap
Sumber: Daranita, Data primer. Mei 2011
Pada tabel diatas menunjukkan gambaran sikap anak usia 9 12 tahun di
SDN. Maccini I, II, III, IV, dan SD Inpres Maccini I/I, dimana 97 anak (16,8%)
yang memiliki sikap baik dalam pemeliharaan kesehatan gigi. Siswa yang
29

memiliki sikap sedang sebanyak 331 anak (57,3%), dan yang memiliki sikap
buruk dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut adalah 150 anak (25,9%).

Tabel 4. Gambaran Tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada anak
usia 9 12 tahun di SDN Maccini I, II, III, IV dan SD Inpres Maccini I/I.

n % n % n % n % n %
Baik 46 8 103 17,8 71 12,3 32 5,5 252 43,6
Sedang 105 18,2 73 12,6 58 10 43 7,5 279 48,3
Buruk 24 4,1 11 1,9 9 1,6 3 0,5 47 8,1
Total 175 30,3 187 32.3 138 23,9 78 13,5 578 100
Total
9 10 11 12
Usia
Tindakan
Sumber: Daranita, Data primer. Mei 2011
Berdasarkan hasil penelitian dari 578 anak yang berusia antara 9 12
tahun. Didapatkan gambaran tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
pada anak dengan kategori baik, sedang, dan buruk. Dari tabel diatas dapat kita
lihat sebanyak 252 anak (43,6%) yang memiliki tindakan baik, 279 anak (48,3%)
yang memiliki tindakan sedang, dan sebanyak 47 anak (8,1%) yang memiliki
tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang buruk.

4.3 STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT
4.3.1 Status kebersihan gigi dan mulut berdasarkan usia.
Penelitian yang dilakukan di 5 sekolah dasar yaitu di SDN Maccini I, II,
III, IV dan SD Inpres Maccini I/I di dapatkan responden berusia 9 tahun sebanyak
175 anak, usia 10 tahun sebanyak 187 anak, usia 11 tahun sebanyak 138 anak, dan
usia 12 tahun sebanyak 78 anak.


30

Tabel 5. Gambaran status kebersihan gigi dan mulut berdasarkan usia pada anak 9-12
tahun di SDN Maccini I, II, III, IV dan SD Inpres Maccini I/I.

n % n % n % n %
9 48 8,3 113 19,5 14 2,4 175 30,2
10 89 15,4 86 14,9 12 2,1 187 32,4
11 69 12 61 10,5 8 1,4 138 23,9
12 33 5,7 42 7,3 3 0,5 78 13,5
Total 239 41,4 302 52,2 37 6,4 578 100
Total
Umur (Tahun) Baik Sedang Buruk
Status Kebersihan gigi dan mulut
Sumber : Daranita, Data primer, Mei 2011

Pada tabel diatas, dari hasil penelitian berdasakan usia di dapatkan status
kebersihan gigi dan mulut anak pada usia 9 tahun dengan kategori baik sebanyak
48 anak (8,3%), sebanyak 113 anak (19,5%) kategori sedang, dan 14 anak (2,4%)
yang memiliki status kebersihan gigi dan mulut yang buruk. Pada anak usia 10
tahun, sebanyak 89 anak (15,4%) yang memiliki tingkat kebersihan gigi dan
mulut baik, 86 anak (14,9%) yang memiliki tingkat kebersihan gigi dan mulut
sedang, dan 12 anak (2,1%) yang memiliki tingkat kebersihan gigi dan mulut
buruk. Pada anak usia 11 tahun, yang memiliki tingkat kebersihan gigi dan mulut
baik sebanyak 69 anak (12%), sebanyak 61 anak (10,5%) yang memiliki tingkatan
sedang, dan 8 anak (1,4%) yang memiliki tingkat kebersihan gigi dan mulut yang
buruk. Pada anak usia 12 tahun yang memiliki status kebersihan gigi dan mulut
baik sebanyak 33 anak (5,7%), 42 anak (7,3%) dengan tingkat kebersihan gigi dan
mulut sedang, dan 3 anak (0,5%) dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut buruk.

4.3.2 Status kebersihan gigi dan mulut berdasarkan jenis kelamin
Dari hasil penelitian yang dilakukan di 5 sekolah dasar yaitu di SDN
Maccini I, II, III, IV dan SD Inpres Maccini I/I dengan jumlah responden
31

sebanyak 578 anak, diperoleh responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak
301 anak, dan perempuan sebanyak 277 anak.

Tabel 6. Gambaran status kebersihan gigi dan mulut berdasarkan jenis kelamin pada
anak 9-12 tahun di SDN Maccini I, II, III, IV dan SD Inpres Maccini I/I.

n % n % n % n %
Laki-laki 115 20 167 28,9 19 3,3 301 52,2
Perempuan 124 21,4 135 23,3 18 3,1 277 47,8
Total 239 41,4 302 52,2 37 6,4 578 100
Total
Jenis Kelamin Baik Sedang Buruk
Status Kebersihan gigi dan mulut
Sumber : Daranita, Data primer, Mei 2011

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat status kebersihan gigi dan mulut
pada responden laki-laki dengan status kebersihan gigi dan mulut baik adalah
sebanyak 115 anak (20%), kategori sedang sebanyak 167 anak (28,9%), dan 19
anak (3,3%) dengan status kebersihan gigi dan mulut yang buruk. Pada responden
perempuan yang memiliki status kebersihan gigi dan mulut baik adalah sebanyak
124 anak (21,4%), 135 anak (23,3%) dengan status kebersihan gigi dan mulut
sedang, dan 18 anak (3,1 %) dengan status kebersihan gigi dan mulut yang buruk.

4.3.3 Hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap status
kebersihan gigi dan mulut.
Penelitian ini meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan seseorang tetntang
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dan hubungannya dengan status
kebersihan gigi dan mulut pada anak.


32

Tabel 7. Hubungan Pengetahuan dengan status kebersihan gigi dan mulut pada anak usia
9-12 tahun di SDN Maccini I, II, III, IV dan SD Inpres Maccini I/I.

n % n % n % n %
Baik 121 20,9 69 11,9 8 1,4 198 34,2
Sedang 100 17,3 190 32,8 15 2,6 305 52,7
Buruk 18 3,2 43 7,5 14 2,4 75 13,1
Jumlah 239 41,4 302 52,2 37 6,4 578 100
P
.000
Total
Status
pengetahua
n
Baik Sedang Buruk
Status Kebersihan gigi dan mulut
Sumber : Daranita, Data primer, Mei 2011

Dari tabel diatas, hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa persentase
tertinggi yaitu, 32,8 % responden memiliki pengetahuan tentang pemeiharaan
kesehatan gigi dan mulut sedang dengan status kebersihan gigi dan mulut yang
sedang. Hasil analisis dengan menggunakan chi-square menunjukkan ada
hubungan antara pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan
status kebersihan gigi dan mulut ( P < 0.05 ).

Tabel 8. Hubungan sikap dengan status kebersihan gigi dan mulut pada anak usia 9-12
tahun di SDN Maccini I, II, III, IV dan SD Inpres Maccini I/I.

n % n % n % n %
Baik 56 9,7 39 6,7 2 0,3 97 16,7
Sedang 128 22,2 187 32,3 16 2,8 331 57,3
Buruk 55 9,5 76 13,2 19 3,3 150 26
Jumlah 239 41,4 302 52,2 37 6,4 578 100
P
.000
Total
Status

sikap
Baik Sedang Buruk
Status Kebersihan gigi dan mulut
Sumber : Daranita, Data primer, Mei 2011

Hasil tabulasi silang pada tabel diatas menunjukkan bahwa persentase
tertinggi yaitu, 32,3 % responden memiliki sikap tentang pemeiharaan kesehatan
gigi dan mulut sedang dengan status kebersihan gigi dan mulut yang sedang. Hasil
analisis dengan menggunakan chi-square menunjukkan ada hubungan antara sikap
33

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan status kebersihan gigi dan mulut
( P < 0.05 ).

Tabel 9. Hubungan Tindakan Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan status
kebersihan gigi dan mulut pada anak usia 9-12 tahun di SDN Maccini I, II, III,
IV dan SD Inpres Maccini I/I.

n % n % n % n %
Baik 179 31 67 11,6 6 1 252 43,6
Sedang 51 8,8 215 37,2 13 2,3 279 48,3
Buruk 9 1,6 20 3,4 18 3,1 47 8,1
Jumlah 239 41,4 302 52,2 37 6,4 578 100
P
.000
Total
Status

Tindakan
Baik Sedang Buruk
Status Kebersihan gigi dan mulut
Sumber : Daranita, Data primer, Mei 2011

Hasil tabulasi silang pada tabel diatas menunjukkan bahwa persentase
tertinggi yaitu, 37,2 % responden memiliki tindakan pemeiharaan kesehatan gigi
dan mulut sedang dengan status kebersihan gigi dan mulut yang sedang. Hasil
analisis dengan menggunakan chi-square menunjukkan ada hubungan antara
tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan status kebersihan gigi
dan mulut ( P < 0.05 ).








34


BAB V
PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan pada anak usia 9 12 tahun di SDN Maccini I,
II, III, IV dan SD Inpres Maccini I/I yang terletak di wilayah Kecamatan
Makassar sebanyak 578 anak. Diperoleh anak usia 9 tahun berjumlah 175 anak,
usia 10 tahun sebanyak 187 anak, usia 11 tahun sebanyak 138 anak, dan usia 12
tahun sebanyak 78 anak.
Dari hasil penelitian, diperoleh gambaran pengetahuan tentang
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak usia 9 12 tahun, yang memiliki
pengetahuan dengan kategori baik berjumlah 198 anak (34,2 %). Sebanyak 305
anak (52,8%) yang memiliki pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
sedang, dan 75 anak (13%) yang memiliki pengetahuan kesehatan gigi dan mulut
yang buruk. Anak usia 9 tahun yang memiliki pengetahuan dengan kategori baik
berjumlah 36 anak (6,2%), kategori sedang 101 anak (17,5%), dan yang memiliki
pengetahuan buruk sebanyak 38 anak (6,6%). Anak usia 10 tahun yang memiliki
pengetahuan dengan kategori baik berjumlah 73 anak (12,6%), 96 anak (16,6%)
yang memiliki pengetahuan sedang, dan 18 anak (3,1%) yang memiliki
pengetahuan yang buruk. Anak usia 11 tahun yang memiliki pengetahuan
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan kategori baik sebanyak 61 anak
(10,6%), yang memiliki pengetahuan sedang sebanyak 65 anak (11,2%), dan 12
anak (2,1%) yang memiliki pengetahuan yang buruk. Anak usia 12 tahun yang
memiliki pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan kategori
35

baik sebanyak 28 anak (4,8%), kategori sedang sebanyak 43 anak (7,5%), dan 7
anak (1,2) yang memiliki pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
dengan kategori buruk.
Gambaran sikap terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak
usia 9 12 tahun, diperoleh 97 anak ( 16,8%) yang memiliki sikap baik dalam
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. 331 anak (57,3%) yang memiliki sikap
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sedang, dan 150 anak (25,9%) yang
memiliki sikap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang buruk. Anak usia 9
tahun yang memiliki sikap baik dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
berjumlah 18 anak (3,1%), yang memiliki sikap sedang dalam pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut sebanyak 104 anak (18%), dan yang memiliki sikap
yang buruk sebanyak 53 anak (9,2%). Anak usia 10 tahun yang memiliki sikap
baik dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut berjumlah 31 anak (5,4%),
yang memiliki sikap sedang dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
sebanyak 109 anak (18,8%), dan yang memiliki sikap yang buruk sebanyak 47
anak (8,1%). Anak usia 11 tahun yang memiliki sikap baik dalam pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut berjumlah 29 anak (5%), yang memiliki sikap sedang
dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebanyak 75 anak (13%), dan 34
anak (5,9%) yang memiliki sikap yang buruk dalam pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut. Anak usia 12 tahun yang memiliki sikap baik dalam pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut berjumlah 19 anak (3,3%), yang memiliki sikap sedang
dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebanyak 43 anak (7,5%), dan 16
36

anak (2,7%) yang memiliki sikap yang buruk dalam pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut.
Gambaran tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak usia 9
12 tahun, diperoleh 252 anak (43,6%) yang memiliki tindakan pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut yang baik, sebanyak 279 anak (48,3%) yang memiliki
tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sedang, dan 47 anak (8,1%) yang
memiliki sikap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang buruk. Anak usia 9
tahun yang memiliki tindakan yang baik dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut berjumlah 46 anak (8%), yang memiliki tindakan pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut sedang sebanyak 105 anak (18,2%), dan yang memiliki tindakan
yang buruk sebanyak 24 anak (4,1%). Anak usia 10 tahun yang memiliki tindakan
yang baik dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut berjumlah 103 anak
(17,8%), yang memiliki tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sedang
sebanyak 73 anak (12,6%), dan yang memiliki tindakan yang buruk sebanyak 11
anak (1,9%). Anak usia 11 tahun yang memiliki tindakan yang baik dalam
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut berjumlah 71 anak (12,3%), yang
memiliki tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sedang sebanyak 58
anak (10%), dan yang memiliki tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
yang buruk sebanyak 9 anak (1,6%). Anak usia 12 tahun yang memiliki tindakan
baik dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut berjumlah 32 anak (5,5%),
yang memiliki tindakan sedang dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
sebanyak 43 anak (7,5%), dan 3 anak (0,5%) yang memiliki tindakan yang buruk
dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut.
37

Dari hasil penelitian, didapatkan gambaran status kebersihan gigi dan
mulut anak pada usia 9 tahun dengan tingkat kebersihan gigi dan mulut baik
sebanyak 48 anak (8,3%), sebanyak 113 anak (19,5%) kategori sedang, dan 14
anak (2,4%) yang memiliki tingkat kebersihan gigi dan mulut yang buruk. Pada
anak usia 10 tahun, sebanyak 89 anak (15,4%) yang memiliki tingkat kebersihan
gigi dan mulut baik, 86 anak (14,9%) yang memiliki tingkat kebersihan gigi dan
mulut sedang, dan 12 anak (2,1%) yang memiliki tingkat kebersihan gigi dan
mulut buruk. Pada anak usia 11 tahun, yang memiliki tingkat kebersihan gigi dan
mulut baik sebanyak 69 anak (12%), sebanyak 61 anak (10,5%) yang memiliki
tingkatan sedang, dan 8 anak (1,4%) yang memiliki tingkat kebersihan gigi dan
mulut yang buruk. Pada anak usia 12 tahun yang memiliki status kebersihan gigi
dan mulut baik sebanyak 33 anak (5,7%), 42 anak (7,3%) dengan tingkat
kebersihan gigi dan mulut sedang, dan 3 anak (0,5%) dengan tingkat kebersihan
gigi dan mulut buruk.
Dari hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan
tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan status kebersihan gigi dan
mulut, diperoleh hasil analisis dengan menggunakan chi-square menunjukkan
nilai P < 0.05. Hal ini menunjukkan Ho ditolak sehingga dihasilkan adanya
hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap dan tindakan tentang
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan status kebersihan gigi dan mulut.
Menurut Sarwono yang dikutip oleh E.R Widi, salah satu faktor yang
mempengaruhi tingkat kebersihan gigi dan mulut adalah perilaku. Perilaku adalah
suatu bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya,
38

khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta
tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan. Faktor yang terpenting dalam
usaha menjaga kebersihan gigi dan mulut adalah faktor kesadaran dan perilaku
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut secara personal karena kegiatannya
dilakukan dirumah tanpa ada pengawasan dari siapapun, sepenuhnya tergantung
dari pengetahuan pemahaman, kesadaran serta kemauan pihak individu untuk
menjaga kebersihan mulutnya.
4
Pernyataan tersebut diatas mendukung hasil
penelitian yang dilakukan pada anak usia 9 12 tahun di SDN Maccini I,II,III,IV
dan SD Inpres Maccini I/I Makassar, dimana didapatkan hasil adanya hubungan
yang bermakna antara pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut, sikap, dan
tindakan pemeliharan kesehatan gigi dan mulut dengan status kebersihan gigi dan
mulut. Pengetahuan, sikap, dan tindakan merupakan bagian dari perilaku yang
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kebersihan gigi dan
mulut.







39


BAB VI
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada anak usia 9 12 tahun
di SDN Maccini I,II,III,IV dan SD Inpres Maccini I/I Makassar , dapat dilihat
status kebersihan gigi dan mulut anak dari usia 9 12 tahun, paling banyak yang
menunjukkan status kebersihan gigi dan mulut dengan kategori sedang yaitu
sebanyak 302 siswa (52,2%). Kemudian kategori baik sebanyak 239 siswa
(41,4%), dan 37 siswa (6,4%) yang memiliki tingkat kebersihan gigi dan mulut
yang buruk.
Hasil penelitian yang dilakukan pada anak usia 9 12 tahun di 5 Sekolah
Dasar mengenai hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan tentang pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut dengan status kebersihan gigi dan mulut pada anak usia
9 12 tahun, diperoleh hasil analisis dengan menggunakan chi-square
menunjukkan nilai P < 0.05. Hal ini menunjukkan Ho ditolak sehingga dihasilkan
adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap dan tindakan tentang
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan status kebersihan gigi dan mulut.




40

DAFTAR PUSTAKA
1. Natamiharja L, Hiskia Z, Dorlina. Pengalaman karies gigi, status
periodontal dan perilaku oral hygiene pada siswa kelas VI SD, kelas III
SMP, dan kelas III SMA kecamatan Medan Baru. Dental Journal.
2008;13(2):131-2.

2. Anitasari S, Rahayu N.E. Hubungan frekuensi menyikat gigi dengan tingkat
kebersihan gigi dan mulut siswa sekolah dasar negeri di kecamatan palaran
kotamadya samarinda provinsi kalimantan timur. Dental Journal.
2005;38(2):88.

3. Astoeti T.E, Lestari S, Roeslan. Relation between oral health knowledge
and attitudes to oral hygiene. Available from : URL:
http://iadr.confex.com/iadr/sea04/preliminaryprogram/abstract_52389.htm.
Accessed Maret 19th, 2011.

4. E.R Widi. Hubungan perilaku membersihkan gigi terhadap tingkat
kebersihan mulut siswa sekolah dasar negeri wilayah kerja puskesmas
gladak pakem kabupaten jember. JKGI 2003; 10 (3): 10;13.

5. Perkembangan anak | perkembangan fisik, motorik, kognitif, psikososial.
Available from: URL: http://www.g-excess.com/id/perkembangan-anak-
perkembangan-fisik-motorik-kognitif-psikososial.html. Accessed Maret
31th,2011.

6. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta : Penerbit
Rineka Cipta ; 2005. p. 45-55.

7. Boedihardjo. Pemeliharaan kesehatan gigi keluarga. Surabaya : Airlangga
University Press; 1985, p.3,9

8. Farani W, Rus SIS. Pengaruh perbedaan menyikat gigi dengan metode
horizontal dan vertikal terhadap pengurangan plak pada anak perempuan
usia 12 tahun. Dentika Dental Journal. 2008;13(2):108.

9. Wirayuni A.K. Plaque control. The Dental Journal of Mahasaraswati.
2003;1(1):17-8

10. Dewi O, Natamiharja L. Efektifitas penyingkiran plak antara sikat gigi
berserabut posisi lurus dan silang pada murid kelas V sekolah dasar.
Dentika Dental Journal. 2002;7(1):6.

41

11. J.D.Manson, B.M. Eley. Alih bahasa: S.Anastasia. Buku Ajar Periodonti.
Jakarta;1993.

12. Carranza FA, Newman MG, Takei HH. Clinical Periodontology 9
th
ed.
Philadelphia: W.B. Saunders Company; 2002, p.98-101.

13. Herijulianti, E, Indriani TS, Artini S. Pendidikan kesehatan gigi. Jakarta :
penerbit EGC ; 2001. p. 101-8.

Anda mungkin juga menyukai