Yennita Auw
Yennita Auw
Bahwa oleh karena terdakwa (4) I Nyoman Rintig juga tidak merasa puas
atas putusan Pengadilan Tinggi Denpasar maka terdakwa (4) I Nyoman Rintig
kembali mengajukan upaya hukum kasasi ke Mahkamah Agung RI selanjutnya
Mahkamah Agung RI mengeluarkan putusan No.85 K/Pdt./1997 tanggal 17
September 2001 ;
Bahwa pada hari Jumat tanggal 1 April 2005 sekira pukul 17.00 wita
mereka terdakwa kembali melakukan perbuatan tersebut dengan cara terdakwa
(1) I Nengah Kerta, dengan mempergunakan sabit memotong tanaman berduri,
memotong pohon gamal, dan dengan menggunakan tangan mencabut tanaman
jagung, kemudian menimbunnya disuatu tempat yang masih dalam areal tanah
perkebunan sedangkan terdakwa (2) Wayan Sentra dengan mempergunakan
sabit memotong tanaman berduri dan mencabut tanaman jagung dengan
menggunakan tangan, serta terdakwa (3) I Made Gembrot dengan
mempergunakan sabit yang besar (caluk dalam bahasa Bali) memotong
tanaman berduri dan memotong pohon gamal, dan terdakwa (4) I Nyoman
Rintig, dengan mempergunakan sabit memotong tanaman berduri, memotong
pohon gamal dan dengan menggunakan tangan mencabut pohon jagung ;
Bahwa akibat dari perbuatan mereka terdakwa (1) terdakwa (2) terdakwa
(3) dan terdakwa (4) maka pagar yang terbuat dari bambu menjadi rusak, pohon
gamal dan pohon jagung menjadi mati, sehingga saksi I Gusti Made Sumertha
mengalami kerugian kurang lebih sebesar Rp.150.000,- (seratus lima puluh ribu
rupiah) ;
Perbuatan mereka terdakwa (1) terdakwa (2) terdakwa (3) dan terdakwa
(4) diatur dan diancam pidana sesuai pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP yo Pasal 64
ayat (1) KUHP ;
ATAU :
Bahwa terdakwa (1) I Nengah Kerta, terdakwa (2) I Wayan Sentra
terdakwa (3) I Made Gembrot terdakwa (4) I Nyoman Rintig, baik secara
bersama-sama atau berturut-turut atau bersekutu atau dengan caranya
sendirisendiri,secara berturut-turut pada hari Kamis tanggal 30 Juni 2005 sekira
jam17.00 dan pada hari Jumat tanggal 1 Juli 2005 sekira jam 17.00 wita atau
setidak-tidaknya pada waktu tertentu dalam bulan Juni 2005 dan bulan Juli 2005
bertempat dipinggir jalan raya jurusan Denpasar Tabanan tepat di Banjar
Pasekan, Ds Abiantuwung, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, atau
setidak-tidaknya disuatu tempat tertentu yang masih termasuk dalam daerah
hukum Pengadilan Negeri Tabanan dengan sengaja dan melawan hukum
menghancurkan, merusak, membikin tak dapat dipakai atau menghilangkan
barang sesuatu yaitu pagar tanaman yang terbuat dari bambu dan mencabut
tanaman jagung, pohon gamal yang seluruhnya atau sebagian adalah
kepunyaan orang lain yaitu i saksi I Gusti Made Sumertha, perbuatan mereka
terdakwa lakukan dengan cara-cara sebagai berikut ;
Bahwa pada hari Kamis tanggal 30 Juni 2005 sekira pukul 17.00 wita,
mereka terdakwa datang ketanah perkebunan di Br.Pasekan, Ds Abiantuwung,
Kec.Kediri, Kab.Tanbanan, lalu secara bersama-sama mereka terdakwa masuk
kedalam tanah perkebunan dengan cara terlebih dahulu terdakwa (1) terdakwa
(2) terdakwa (3) mencabut dengan menggunakan tangan dan memotong pagar
yang terbuat dari bambu berada disebelah utara dengan menggunakan sabit,
kemudian setelah berada didalam tanah perkebunan selanjutnya terdakwa (1) I
Nengah Kerta, dengan mempergunakan sabit memotong tanaman berduri,
memotong pohon gamal, dan dengan menggunakan tangan mencabut tanaman
jagung, sedangkan terdakwa Wayan Sentra dengan mempergunakana sabit
memotong tanaman berduri dan tanaman jagung, serta terdakwa (3) I Made
Gembrot dengan mempergunakan sabit yang besar (caluk dalam bahasa Bali)
memotong tanaman berduri dan memotong pohon gamal, dan terdakwa (4) I
Nyoman Rintig, dengan mempergunakan sabit memotong tanaman berduri,
memotong pohon gamal dan dengan menggunakan tangan mencabut tanaman
jagung ;
Bahwa pada hari Jumat tanggal 1 April 2005 sekira pukul 17.00 wita
mereka terdakwa kembali melakukan perbuatan tersebut dengan cara terdakwa
(1) I Nengah Kerta, dengan mempergunakan sabit memotong tanaman berduri,
memotong pohon gamal, dan dengan menggunakan tangan mencabut tanaman
jagung, kemudian menimbunnya disuatu tempat yang masih dalam areal tanah
perkebunan sedangkan terdakwa (2) Wayan Sentra dengan mempergunakan
sabit memotong tanaman berduri dan mencabut tanaman jagung dengan
menggunakan tangan, serta terdakwa (3) I Made Gembrot dengan
mempergunakan sabit yang besar (caluk dalam bahasa Bali) memotong
tanaman berduri dan memotong pohon gamal, dan terdakwa (4) I Nyoman
Rintig, dengan mempergunakan sabit memotong tanaman berduri, memotong
pohon gamal dan dengan menggunakan tangan mencabut pohon jangung ;
3. Bahwa di dalam menilai kerugian yang diderita oleh saksi korban juga,
sangat mengada-ada dan rekayasa belaka, sebab tidak disebutkan poinpoin
kerugian yang riil diderita oleh saksi korban, tetapi disebutkan
totalnya Rp.150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah), karena kenyataan
dilapangan fakta membuktikan tidak ada kerusakan yang ditimbulkan
oleh perbuatan para pemohon, bahkan sebaliknya tanah sengketa
menjadi lebih baik kondisinya dari sebelum para pemohon membersihkan
tanah tersebut, sangat kotor dan penuh gulma, pohon berduri (putri
malu), rumput liar, sampah plastik, pecahan beling dan kotoran yang
lainnya, dan kemudian setelah dibersihkan oleh para pemohon tanah
sengketa menjadi bersih dan bermanfaat. Dari kenyataan ini terbukti
kebohongan saksi korban yang telah mengatakan mengalami kerugian
sebesar Rp.150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah). Sebab barangbarang
atau tumbuhan yang dirabas oleh para pemohon adalah tumbuhan yang menurut
sifatnya adalah tumbuhan yang merusak
tanaman, maupun kesuburan tanah, serta tidak mempunyai nilai
ekonomis, sehingga terbukti pernyataan kerugian yang dikatakan oleh
saksi korban adalah pernyataan bohong dan rekayasa belaka. Disamping
itu jika permohonan sidang lapangan dari Para Pemohon dikabulkan oleh
majelis hakim tingkat pertama, maka akan terbukti semua keterangan
saksi adalah bohong dan rekayasa, maka para Pemohon sangat merasa
tidak ada keadilan dalam putusan Pengadilan tingkat pertama maupun
tingkat kedua oleh Pengadilan Tinggi Denpasar ;
B. Barang Bukti :
D. Pertimbangan Hukum :
F. Bukti perdata :
Bukti perdata berupa sertifikat hak milik No.1092 dari Badan Pertanahan
Kabupaten Tabanan atas nama I Gusti Made Sumerta adalah sebuah bukti
yang direkayasa karena pipil yang dipakai membuat sertifikat tersebut
adalah pipil yang berbeda dari pipil tanah sengketa karena pipil asli berupa
pipil rontal dari tanah sengketa sampai saat ini masih dipegang oleh para
pemohon dengan keluarganya (pipil yang dimaksud telah pula diajukan
sebagai barang bukti oleh para Pemohon di depan persidangan dan sudah
dicocokan dengan aslinya) sedangkan saksi korban mengajukan hanya
photo copynya dari pipil rontal tersebut yang didapatnya dari keluarga para
pemohon. Sehingga bila kita teliti nomor pipil yang dipakai membuat
sertifikat oleh saksi korban (tercantum dalam sertifikat aquo) dan bukti ini
tidak pernah dipertimbangkan oleh Majelis Hakim sehingga para pemohon
merasa dirugikan dan sebagai korban penegakan hukum yang tidak adil ;
Bahwa dari uraian diatas, sudah sangat jelas Judex Facti, telah keliru dalam
pertimbangan hukumnya, sehingga sangat merugikan para pemohon, apa
lagi Pengadilan Tinggi Denpasar, memperbaiki putusan Pengadilan Negeri
Tabanan, yang mengatakan putusan Pengadilan Negeri Tabanan, tidak adil
dan menjatuhkan hukuman pidana yang lebih tinggi dari putusan Pengadilan
Negeri Tabanan. Justru Pengadilan Tinggi Denpasar melakukan kekeliruan
yang lebih fatal dari Pengadilan Negeri Tabanan. Bila saja Judex Facti
meneliti dengan saksama dan jujur didalam menilai fakta-fakta hukum dalam
perkara ini, dengan membuat keputusan yang adil tanpa ada muatan untuk
melindungi kesalahan dari Pengadilan Negeri Tabanan di dalam
mengeluarkan Berita Acara Eksekusi dalam perkara Perdata No.64/Pdt.G/
1995/PN.Tbn. tanggal 15 April 1996, maka Para Pemohon sudah sepatutnya
dibebaskan dari segala tuntutan hokum menimbang, bahwa atas alasan-alasan
tersebut Mahkamah Agung berpendapat :
MENGADILI
Menolak permohonan kasasi dari Para Pemohon Kasasi/Terdakwa :
1. I NENGAH KERTA , 2. I WAYAN SENTRA , 3. I MADE GEMBROT dan
4. I NYOMAN RINTIG tersebut Membebankan Para Pemohon Kasasi/Terdakwa
tersebut untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp.
2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah )
Panitera Pengganti :
Ttd./Agus Suwargi,SH.
Untuk Salinan
- Bahwa Vihara SUMBER CAHAYA pada tahun 199O belum diakui oleh
Pemerintah dan di Vihara tersebut belum diperbolehkan melaksanakan
perkawinan umat Budha.
- Bahwa benar pada saat itu sekira bulan Okttober 2005, saksi DONNIEL
SIMATTUPANG, SH. datang ke kantor Catatan Sipil Kota Pontianak Jl.
Letjen Sutoyo Pontianak dan bertemu dengan saksi dan mengutarakan
maksudnya yaitu ingin melakukan pencatatan perkawinan antara Terdakwa
dengan IGNATIUS FADJARAY.
- Bahwa benar pada saat itu juga saksi memberitahukan kepada saksi
DONNIEL SIMATUPANG, SH. bahwa syarat-syarat yang diperlukan untuk
melakukan pencatatan perkawinan antara lain adalah Surat Keterangan
Kawin dari yang menikahkan (Pengantar dari agama yang menikahkan),
Akte Lahir suami istri dan anak dari anak yang akan disahkan, KTP suami
istri, KK, foto 4x6 empat lembar, 2 orang saksi, Surat Pernyataan yang
bersangkutan yang meyatakan bahwa mereka telah melakukan
perkawinan secara adat agama dan perkawinannya belum pernah dicatat
di Kantor Catatan Sipil) dan menandatangani formulir untuk pencatataan
perkawinan.
- Bahwa benar menurut saksi pada saat itu Akte perkawinan No.353/2O05
tanggal 11 Oktober 2005 antara IGNATIUS FADJARAY dan Terdakwa
DJONG lE DJENG tersebut adalah sah karena syarat mutlak sudah
terpenuhi, namun setelah saksi mengetahui keterangan dari Ketua
Yayasan Agama Budha Vihara Sumber Cahaya (Sdr. TASMIN) yang
menerangkan bahwa kedua orang tersebut yaitu IGNATIUS FADJARAY
dan DJONG lE TJENG ternyata tidak pernah menikah di Vihara Sumber
Cahaya dan agama yang bersangkutan adalah Katholik dan Protestan,
maka Akte Perkawinan antara IGNATIUS FADJARAY dengan DJONG lE
TJENG menurut saksi adalah cacat hukum.
- Bahwa benar saksi tidak mengetahui blangko kosong yang saksi berikan
kepada saksi HASBI diisi dengan orang yang tidak saksi kawinkan yaitu
IGNATIUS FADJARAY dengan DJONG lE TJENG adalah pada tanggal 2
April 2006 di Kantor Lurah Benua Melayu Darat Pontianak Selatan.
Bahwa saksi-saksi telah mengetahui secara nyata dan diakui oleh Terdakwa
sendiri bahwa antara Terdakwa dengan alm.lGNATlUS FADJARAY tidak pernah
melakukan perkawinan secara agama Budha di Vihara Sumber Cahaya dan
secara nyata juga diakui oleh Terdakwa bahwa Akta Catatan Sipil No.353/2005
tanggal 11 Oktober 2005 isinya adalah tidak benar, namun Terdakwa tetap
menggunakan akta tersebut untuk memperoleh akta waris di Notaris Poltak
Poduman dan dipergunakan oleh Terdakwa untuk menguasai seluruh harta
peninggalan alm. IGNATIUS FADJARAY.
Dan ternyata Judex Facti tidak mempertimbangkan keterangan saksi-saksi yang
terungkap dipersidangan, akan tetapi Judex Facti tersebut mempertimbangkan
sah dan tidaknya perkawinan Terdakwa dengan Alm.IGNATIUS FADJARAY
tersebut, sedangkan Pemohon Kasasi sama sekali tidak mendakwakan tentang
itu.
Bahwa Judex Facti dalam Putusannya tersebut tidak memuat hal-hal seperti
yang disebutkan dalam Pasal 197 ayat (1) huruf f KUHAP, dan apabila hal
tersebut tidak dipenuhi mengakibatkan putusan batal demi hukum (Pasal
197 ayat (2) KUHAP).
Menurut hemat Pemohon Kasasi dalam putusan Judex Facti tersebut
tidak/belum memuat hal-hal memberatkan dan meringankan Terdakwa (Vide
Pasal 197 ayat (1) huruf f KUHAP sehingga putusan Judex Facti tersebut
kurang memenuhi rasa keadilan, sehingga menjadikan Putusan Judex Facti
tersebut batal demi hukum.
Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung
berpendapat bahwa ternyata Pemohon Kasasi tidak dapat membuktikan bahwa
putusan tersebut adalah merupakan pembebasan yang tidak murni, karena
Pemohon Kasasi tidak dapat mengajukan alasan-alasan yang dapat dijadikan
dasar pertimbangan mengenai dimana letak sifat tidak murni dari putusan bebas
tersebut ;
MENGADILI
Menyatakan tidak dapat diterima permohonan kasasi dari Pemohon
Kasasi : Jaksa/Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Pontianak tersebut ;
Membebankan biaya perkara dalam tingkat kasasi kepada Negara;
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah
Agung pada hari Senin tanggal 28 April 2008 oleh German Hoediarto, SH.
Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua
Majelis, Timur P. Manurung, SH. dan M. Imron Anwari, SH.SpN.MH. Hakim-
Hakim Agung sebagai Anggota, dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk
umum pada hari Rabu tanggal 30 April 2008 oleh Ketua Majelis beserta Timur
P. Manurung, SH., M. Imron Anwari, SH.SpN.MH. Hakim-Hakim Anggota
tersebut, dan dibantu oleh Made Suweda, SH.MH. Panitera Pengganti dan tidak
dihadiri oleh Pemohon Kasasi : Jaksa/ Penuntut Umum dan Terdakwa.
Anggota-Anggota :
Ketua :
ttd./Timur P. Manurung, SH. ttd./German Hoediarto, SH.
ttd./M. Imron Anwari, SH.SpN.MH.
Panitera Pengganti :
ttd./Made Suweda, SH.MH.
Untuk salinan :