Anda di halaman 1dari 35

PUTUSAN

No. 1293 K/Pid./2007


DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
MAHKAMAHAGUNG
memeriksa perkara pidana dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai
berikut dalam perkara Terdakwa :
1. Nama : I NENGAH KERTA ;
tempat lahir : Banjar Koripan Tabanan ;
umur / tanggal lahir : 51 tahun/19 Nopember 1954 ;
jenis kelamin : Laki-laki ;
kebangsaan : Indonesia ;
tempat tinggal : Banjar Koripan Klod, Desa Abiantuwung,
Kecamatan Kediri, Kabupaten
Tabanan ;
agama : Hindu;
pekerjaan : Buruh ;
2. Nama : I WAYAN SENTRA ;
tempat lahir : Banjar Koripan Tabanan ;
umur / tanggal lahir : 42 tahun/01 Maret 1963 ;
jenis kelamin : Laki-laki ;
kebangsaan : Indonesia ;
tempat tinggal : Banjar Koripan Klod, Desa Abiantuwung,
Kecamatan Kediri, Kabupaten
Tabanan ;
agama : Hindu;
pekerjaan : Buruh ;
3. Nama : I MADE GEMBROT ;
tempat lahir : Banjar Mal Mundeh Tabanan ;
umur / tanggal lahir : 41 tahun/12 Desember 1964 ;
jenis kelamin : Laki-laki ;
kebangsaan : Indonesia ;
tempat tinggal : Banjar Mal Mundeh, Desa Pandak Bandung
Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan ;
agama : Hindu;
Hal. 2 dari 17 hal. Put. No.1293 K/Pid./2007
pekerjaan : Tani ;
4. Nama : I NYOMAN RINTIG ;
tempat lahir : Banjar Koripan Klod ;
umur / tanggal lahir : 70 tahun/31 Desember 1935 ;
jenis kelamin : Laki-laki ;
kebangsaan : Indonesia ;
tempat tinggal : Banjar Koripan Klod, Desa Abiantuwung,
Kecamatan Kediri, Kabupaten
Tabanan ;
agama : Hindu;
pekerjaan : Tani ;
Terdakwa berada di luar tahanan yang diajukan dimuka persidangan Pengadilan
Negeri Tabanan karena didakwa kesatu :

Bahwa terdakwa (1) I Nengah Kerta, terdakwa (2) I Wayan Sentra


terdakwa (3) I Made Gembrot terdakwa (4) I Nyoman Rintig, secara berturutturut
atau bersekutu atau dengan caranya sendiri-sendiri, secara berturut-turut
pada hari Kamis tanggal 30 Juni 2005 sekira jam 17.00 dan pada hari Jumat
tanggal 1 Juli 2005 sekira jam 17.00 wita atau setidak-tidaknya pada waktu
tertentu dalam bulan Juni 2005 dan bulan Juli 2005 bertempat dipinggir jalan
raya jurusan Denpasar Tabanan tepat di Banjar Pasekan, Ds Abiantuwung,
Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, atau setidak-tidaknya disuatu tempat
tertentu yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Tabanan
dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan
terhadap orang atau barang berupa pagar yang terbuat dari bambu, pohon
jagung pohon gamal milik dari saksi I Gusti Made Sumertha, perbuatan mereka
terdakwa lakukan dengan cara-cara sebagai berikut ;

Bahwa bermula dari gugatan perdata yang diajukan pada Pengadilan


Negeri Tabanan oleh terdakwa (4) I Nyoman Rintig terhadap saksi I Gusti Made
Sumertha atas tanah yang terletak di Br Pasekan, Ds Abiantuwung, Kecamatan
Kediri, Kabupaten Tabanan dimana dalam gugatan tersebut Pengadilan Negeri
Tabanan mengeluarkan putusan No.64/pdt.G/1995/PN.TBN. tanggal 15 April
1996, karena merasa tidak puas atas putusan Pengadilan Negeri Tabanan lalu
terdakwa (4) I Nyoman Rintig menempuh upaya hukum banding Pengadilan
Tinggi Denpasar mengeluarkan putusan No.91/Pdt./1996/PT.DPs. tanggal 11
September 1996 ;

Bahwa oleh karena terdakwa (4) I Nyoman Rintig juga tidak merasa puas
atas putusan Pengadilan Tinggi Denpasar maka terdakwa (4) I Nyoman Rintig
kembali mengajukan upaya hukum kasasi ke Mahkamah Agung RI selanjutnya
Mahkamah Agung RI mengeluarkan putusan No.85 K/Pdt./1997 tanggal 17
September 2001 ;

Bahwa dari ketiga tingkat peradilan tersebut terdakwa (4) I Nyoman


Rintig telah dikalahkan, sehingga tanah tersebut sudah disertifikatkan oleh saksi
I Gusti Made Sumertha atas dasar putusan tersebut diatas telah dieksekusi oleh
Pengadilan Negeri Tabanan dengan Berita Acara Eksekusi No :No.64/pdt.G/
1995/PN. BN. tanggal 10 Pebruari 2003 ;

Bahwa setelah adanya putusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan


hukum tetap tetapi mereka terdakwa tidak mau menerima putusan Pengadilan
pada ketiga tingkat peradilan tersebut diatas, selanjutnya pada hari Kamis
tanggal 30 Juni 2005 sekira pukul 17.00, mereka terdakwa datang ketanah
perkebunan di Br.Pasekan , Ds Abiantuwung, Kecamatan Kediri, Kabupaten
Tabanan, lalu secara bersama-sama mereka terdakwa masuk kedalam tanah
perkebunan tersebut dengan cara terlebih dahulu terdakwa (1) I Nengah Kerta,
terdakwa (2) I Wayan Sentra, terdakwa (3) I Made Gembrot, mencabut dengan
menggunakan tangan dan memotong pagar yang terbuat dari bambu yang
berada disebelah utara dengan menggunakan sabit, kemudian setelah berada
didalam tanah perkebunan selanjutnya terdakwa (1) I Nengah Kerta, dengan
mempergunakan sabit memotong tanaman berduri, memotong pohon gamal,
dan dengan menggunakan tangan mencabut tanaman jagung, sedangkan
terdakwa (2) Wayan Sentra dengan mempergunakan sabit memotong tanaman
berduri dan tanaman jagung, serta terdakwa (3) I Made Gembrot dengan
mempergunakan sabit yang besar (caluk dalam bahasa Bali) memotong
tanaman berduri dan memotong pohon gamal, dan terdakwa (4) I Nyoman
Rintig, dengan mempergunakan sabit memotong tanaman berduri, memotong
pohon gamal dan dengan menggunakan tangan mencabut tanaman jagung ;

Bahwa pada hari Jumat tanggal 1 April 2005 sekira pukul 17.00 wita
mereka terdakwa kembali melakukan perbuatan tersebut dengan cara terdakwa
(1) I Nengah Kerta, dengan mempergunakan sabit memotong tanaman berduri,
memotong pohon gamal, dan dengan menggunakan tangan mencabut tanaman
jagung, kemudian menimbunnya disuatu tempat yang masih dalam areal tanah
perkebunan sedangkan terdakwa (2) Wayan Sentra dengan mempergunakan
sabit memotong tanaman berduri dan mencabut tanaman jagung dengan
menggunakan tangan, serta terdakwa (3) I Made Gembrot dengan
mempergunakan sabit yang besar (caluk dalam bahasa Bali) memotong
tanaman berduri dan memotong pohon gamal, dan terdakwa (4) I Nyoman
Rintig, dengan mempergunakan sabit memotong tanaman berduri, memotong
pohon gamal dan dengan menggunakan tangan mencabut pohon jagung ;

Bahwa akibat dari perbuatan mereka terdakwa (1) terdakwa (2) terdakwa
(3) dan terdakwa (4) maka pagar yang terbuat dari bambu menjadi rusak, pohon
gamal dan pohon jagung menjadi mati, sehingga saksi I Gusti Made Sumertha
mengalami kerugian kurang lebih sebesar Rp.150.000,- (seratus lima puluh ribu
rupiah) ;

Perbuatan mereka terdakwa (1) terdakwa (2) terdakwa (3) dan terdakwa
(4) diatur dan diancam pidana sesuai pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP yo Pasal 64
ayat (1) KUHP ;
ATAU :
Bahwa terdakwa (1) I Nengah Kerta, terdakwa (2) I Wayan Sentra
terdakwa (3) I Made Gembrot terdakwa (4) I Nyoman Rintig, baik secara
bersama-sama atau berturut-turut atau bersekutu atau dengan caranya
sendirisendiri,secara berturut-turut pada hari Kamis tanggal 30 Juni 2005 sekira
jam17.00 dan pada hari Jumat tanggal 1 Juli 2005 sekira jam 17.00 wita atau
setidak-tidaknya pada waktu tertentu dalam bulan Juni 2005 dan bulan Juli 2005
bertempat dipinggir jalan raya jurusan Denpasar Tabanan tepat di Banjar
Pasekan, Ds Abiantuwung, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, atau
setidak-tidaknya disuatu tempat tertentu yang masih termasuk dalam daerah
hukum Pengadilan Negeri Tabanan dengan sengaja dan melawan hukum
menghancurkan, merusak, membikin tak dapat dipakai atau menghilangkan
barang sesuatu yaitu pagar tanaman yang terbuat dari bambu dan mencabut
tanaman jagung, pohon gamal yang seluruhnya atau sebagian adalah
kepunyaan orang lain yaitu i saksi I Gusti Made Sumertha, perbuatan mereka
terdakwa lakukan dengan cara-cara sebagai berikut ;

Bahwa pada hari Kamis tanggal 30 Juni 2005 sekira pukul 17.00 wita,
mereka terdakwa datang ketanah perkebunan di Br.Pasekan, Ds Abiantuwung,
Kec.Kediri, Kab.Tanbanan, lalu secara bersama-sama mereka terdakwa masuk
kedalam tanah perkebunan dengan cara terlebih dahulu terdakwa (1) terdakwa
(2) terdakwa (3) mencabut dengan menggunakan tangan dan memotong pagar
yang terbuat dari bambu berada disebelah utara dengan menggunakan sabit,
kemudian setelah berada didalam tanah perkebunan selanjutnya terdakwa (1) I
Nengah Kerta, dengan mempergunakan sabit memotong tanaman berduri,
memotong pohon gamal, dan dengan menggunakan tangan mencabut tanaman
jagung, sedangkan terdakwa Wayan Sentra dengan mempergunakana sabit
memotong tanaman berduri dan tanaman jagung, serta terdakwa (3) I Made
Gembrot dengan mempergunakan sabit yang besar (caluk dalam bahasa Bali)
memotong tanaman berduri dan memotong pohon gamal, dan terdakwa (4) I
Nyoman Rintig, dengan mempergunakan sabit memotong tanaman berduri,
memotong pohon gamal dan dengan menggunakan tangan mencabut tanaman
jagung ;

Bahwa pada hari Jumat tanggal 1 April 2005 sekira pukul 17.00 wita
mereka terdakwa kembali melakukan perbuatan tersebut dengan cara terdakwa
(1) I Nengah Kerta, dengan mempergunakan sabit memotong tanaman berduri,
memotong pohon gamal, dan dengan menggunakan tangan mencabut tanaman
jagung, kemudian menimbunnya disuatu tempat yang masih dalam areal tanah
perkebunan sedangkan terdakwa (2) Wayan Sentra dengan mempergunakan
sabit memotong tanaman berduri dan mencabut tanaman jagung dengan
menggunakan tangan, serta terdakwa (3) I Made Gembrot dengan
mempergunakan sabit yang besar (caluk dalam bahasa Bali) memotong
tanaman berduri dan memotong pohon gamal, dan terdakwa (4) I Nyoman
Rintig, dengan mempergunakan sabit memotong tanaman berduri, memotong
pohon gamal dan dengan menggunakan tangan mencabut pohon jangung ;

Bahwa akibat dari perbuatan mereka terdakwa (1) I Nengah Kerta,


terdakwa (2) I Wayan Sentra terdakwa (3) I Made Gembrot terdakwa (4) I
Nyoman Rintig, maka pagar yang terbuat dari bambu menjadi rusak, pohon
gamal dan pohon jagung menjadi mati, sehingga saksi I Gusti Made Sumertha
mengalami kerugian kurang lebih sebesar Rp.150.000,- (seratus lima puluh ribu
rupiah) atau setidak-tidaknya lebih dari Rp.250,- (dua ratus lima puluh) ;
Perbuatan mereka terdakwa (1) terdakwa (2) terdakwa (3) dan terdakwa
(4) diatur dan diancam pidana sesuai pasal 406 ayat (1) KUHP Jo Pasal 55 ayat
(1) ke-1 KUHP jo Pasal 64 ayat (1) KUHP ;
Mahkamah Agung tersebut membaca tuntutan pidana Jaksa/Penuntut Umum
pada Kejaksaan Negeri Tabanan tanggal 22 Maret 2006 sebagai berikut :

1. Menyatakan terdakwa (1) I Nengah Kerta, terdakwa (2) I Wayan Sentra


terdakwa (3) I Made Gembrot terdakwa (4) I Nyoman Rintig, secara sah
menurut hukum dan keyakinan telah terbukti bersalah melakukan tindak
pidana “dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama melakukan
kekerasan terhadap barang” secara berlanjut sebagaimana diatur dalam
Pasal 170 ayat (2) ke-1 KUHP Yo Pasal 64 ayat (1) KUHP, sesuai
dakwaan kesatu Jaksa Penuntut Umum dan perbuatan tersebut dapat
dipertanggung jawabkan kepadanya ;

2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa (1) I Nengah Kerta, terdakwa (2)


I Wayan Sentra terdakwa (3) I Made Gembrot terdakwa (4) I Nyoman
Rintig, dengan pidana penjara masing-masing selama 8 (delapan) bulan,
menetapkan agar para terdakwa (1) I Nengah Kerta, terdakwa (2) I
Wayan Sentra terdakwa (3) I Made Gembrot terdakwa (4) I Nyoman
Rintig ditahan ;

3. Menyatakan barang bukti :


Beberapa potong ranting pohon gamal ;
Beberapa batang pohon jagung yang tanpa buah ;
Potongan bambu bekas pagar ;
Dikembalikan kepada saksi I Gusti Made Sumertha, sedangkan 1 (satu)
buah sabit besar (caluk), 2 (dua) buah sabit, 1 (satu) buah sabit ;
Dirampas untuk dimusnahkan ;

4. Menetapkan bila para terdakwa dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana


supaya para terdakwa dibebani membayar biaya perkara masing-masing
sebesar Rp.1000,- (seribu rupiah) ;
Membaca putusan Pengadilan Negeri Tabanan No.03/Pid.B/2006/
PN.TBN. tanggal 24 April 2006 yang amar lengkapnya sebagai berikut :

1. Menyatakan terdakwa (1) I Nengah Kerta, terdakwa (2) I Wayan Sentra


terdakwa (3) I Made Gembrot terdakwa (4) I Nyoman Rintig, terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana :”secara
bersama-sama melakukan kekerasan secara terang-terangan terhadap
barang yang dilakukan dengan sengaja untuk merusakkan barang yang
dilakukan secara berlanjut “ ;
2. Menjatuhkan pidana terhadap para terdakwa tersebut diatas oleh
karena
itu dengan pidana penjara selama 2 (dua) bulan ;
3. Menetapkan barang bukti berupa :
Beberapa potong ranting pohon gamal ;
Beberapa batang pohon jagung yang tanpa buah ;
Potongan bambu bekas pagar dikembalikan kepada saksi I Gusti Made
Sumertha, sedangkan 1 (satu)
buah sabit besar (caluk), 2 (dua) buah sabit, 1 (satu) buah sabit ;
Dirampas untuk dimusnahkan ;

4. Membebankan biaya perkara kepada masing-masing para terdakwa


sebesar Rp.1.000,- (seribu rupiah) ;

Membaca putusan Pengadilan Tinggi Denpasar No.53/Pid.B/2006/PT.DPS.


tanggal 27 September 2006 yang amar lengkapnya sebagai berikut :
- Menerima permintaan banding dari Jaksa Penuntut Umum ;
- Memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Tabanan tanggal 24 April 2006

Nomor 03/Pid.B/2006/PN.Tbn. sekedar mengenai pidana yang dijatuhkan


kepada terdakwa sehingga amarnya berbunyi sebagai berikut :
- Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa (1) I Nengah Kerta, terdakwa (2)
I Wayan Sentra terdakwa (3) I Made Gembrot terdakwa (4) I Nyoman Rintig
dengan pidana penjara masing-masing selama 3 (tiga) bulan ;
- Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Tabanan tersebut untuk
selebihnya
- Membebankan biaya perkara kepada terdakwa dalam kedua tingkat
peradilan, sedangkan ditingkat banding sebesar Rp.5.000,- (lima ribu rupiah)

Mengingat akan akta tentang permohonan kasasi No. 03/Akta.Pid./2007/


PN. DPN. yang dibuat oleh Panitera pada Pengadilan Negeri Tabanan
yang menerangkan, bahwa pada tanggal 19 Pebruari 2007 Terdakwa
mengajukan permohonan kasasi terhadap putusan Pengadilan Tinggi tersebut
memperhatikan memori kasasi tanggal 28 Pebruari 2007 dari Terdakwa
sebagai Pemohon Kasasi yang diterima di kepaniteraan Pengadilan Negeri
Tabanan pada tanggal 5 Maret 2007 membaca surat-surat yang bersangkutan
menimbang, bahwa putusan Pengadilan Tinggi tersebut telah
diberitahukan kepada Terdakwa pada tanggal 8 Pebruari 2007 dan Terdakwa
mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 19 Pebruari 2007 serta memori
kasasinya telah diterima di kepaniteraan Pengadilan Negeri Tabanan pada
tanggal 5 Maret 2007 dengan demikian permohonan kasasi beserta dengan
alasan-alasannya telah diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara
menurut undang-undang, oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formal
dapat diterima menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon
Kasasi pada pokoknya sebagai berikut :

A. Keterangan saksi-saksi sangat subyektif :


1. Bahwa keterangan saksi tidak dapat dipercaya, karena saksi, masih
ada hubungan keluarga, dengan saksi korban, sehingga keterangan sangat
subyektif dan saksi Martutik Unik tidak bisa dihadirkan didepan
persidangan sehingga keterangannya dibacakan, tetapi tidak pernah
dipertimbangkan oleh majelis hakim, ditingkat pertama maupun tingkat
kedua, sehingga keputusan dibuat tidak berdasarkan pertimbangan yang
obyektif, tetapi berdasarkan pertimbangan dengan keterangan saksi yang
sangat subyektif, ditambah lagi permohonan sidang lapangan dari Para
Pemohon yang diajukan melalui penasehat hukumnya, dengan tujuan
untuk mendapatkan fakta hukum yang sebenarnya tidak pernah
dikabulkan oleh Majelis Hakim, sehingga Majelis Hakim telah mengebiri
hak-hak Para tersangka, sehingga putusan Pengadilan Negeri Tabanan
tidak obyektif, kemudian diikuti oleh majelis hakim Pengadilan Tinggi
Denpasar, yang pula membuat kekeliruan yang sama bahkan lebih
parah ;

2. Bahwa keterangan saksi-saksi terlalu mengada-ada, dalam


menerangkan
kerugian yang diderita oleh saksi korban, sebab dalam kenyataannya
atau fakta yang ada, tidak ada kerugian yang diderita oleh saksi korban,
sebab para pemohon tidak pernah merusak pohon jagung yang ditanam
oleh saksi korban, tidak ada kerusakan pagar, semua barang bukti yang
diperlihatkan didepan persidangan adalah rekayasa belaka, dan seluruh
barang bukti yang ditunjukan didepan persidangan, ditolak oleh para
pemohon tetapi tidak pernah dipertimbangkan oleh Majelis Hakim dalam
memutuskan perkara ini, sehingga Majelis Hakim sudah berlaku tidak adil
terhadap para Pemohon ;

3. Bahwa di dalam menilai kerugian yang diderita oleh saksi korban juga,
sangat mengada-ada dan rekayasa belaka, sebab tidak disebutkan poinpoin
kerugian yang riil diderita oleh saksi korban, tetapi disebutkan
totalnya Rp.150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah), karena kenyataan
dilapangan fakta membuktikan tidak ada kerusakan yang ditimbulkan
oleh perbuatan para pemohon, bahkan sebaliknya tanah sengketa
menjadi lebih baik kondisinya dari sebelum para pemohon membersihkan
tanah tersebut, sangat kotor dan penuh gulma, pohon berduri (putri
malu), rumput liar, sampah plastik, pecahan beling dan kotoran yang
lainnya, dan kemudian setelah dibersihkan oleh para pemohon tanah
sengketa menjadi bersih dan bermanfaat. Dari kenyataan ini terbukti
kebohongan saksi korban yang telah mengatakan mengalami kerugian
sebesar Rp.150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah). Sebab barangbarang
atau tumbuhan yang dirabas oleh para pemohon adalah tumbuhan yang menurut
sifatnya adalah tumbuhan yang merusak
tanaman, maupun kesuburan tanah, serta tidak mempunyai nilai
ekonomis, sehingga terbukti pernyataan kerugian yang dikatakan oleh
saksi korban adalah pernyataan bohong dan rekayasa belaka. Disamping
itu jika permohonan sidang lapangan dari Para Pemohon dikabulkan oleh
majelis hakim tingkat pertama, maka akan terbukti semua keterangan
saksi adalah bohong dan rekayasa, maka para Pemohon sangat merasa
tidak ada keadilan dalam putusan Pengadilan tingkat pertama maupun
tingkat kedua oleh Pengadilan Tinggi Denpasar ;
B. Barang Bukti :

1. Seluruh barang bukti, berupa sebatang pohon jagung, sebatang pohon


bambu, yang diajukan didepan persidangan telah ditolak oleh Para
Pemohon, karena Para Pemohon tidak pernah mencabut pohon jagung,
dan tidak pernah merusak pagar dari pohon bambu, sebab jalan untuk
masuk kelokasi sangat banyak tidak perlu merusak pagar, disamping itu
pagar yang ada tidak terbuat dari bambu, tetapi pagar pohon beluntas
pendek-pendek dan masih utuh sampai sekarang. Semua barang bukti
adalah rekayasa dari saksi korban. Tetapi fakta ini tidak pernah
dipertimbangkan oleh majelis Hakim Pengadilan Tinggi Denpasar, atau
tidak ada keseimbangan dalam menilai fakta-fakta hukum yang ada ;

2. Bukti surat yang di ajukan oleh para Pemohon berupa :


a. Berita Acara Eksekusi ;
b. Surat kuasa menggaraf
c. Pipil Rontal
Sama sekali tidak mendapat pertimbangan dari Majelis Hakim di tingkat
pertama maupun tingkat kedua, sehingga keputusan Pengadilan Tinggi
Denpasar, sangat keliru, apa lagi bila kita mengkaji lebih dalam, sertifikat
yang diajukan oleh saksi korban dipersidangan, melalui Jaksa Penuntut
Umum, ada perbedaan pipil yang dipakai mensertifikatkan tanah
sengketa oleh saksi korban, karena pipil tanah sengketa, sampai saat ini
masih dipegang oleh keluarga Para Pemohon, ini terbukti lagi bahwa
saksi korban adalah oknum yang sangat pandai membuat rekayasa.
Yang menjadi pertanyaan kita “mengapa Badan Pertanahan Kabupaten
Tabanan, tetap mengeluarkan sertifikat tanah sengketa, atas nama saksi
korban, pada hal dalam putusan Perdata sudah jelas-jelas disebutkan,
data tanah sengketa adalah sebidang tanah yang terletak di Subak Sungi
No.300, Persil No.110, Pipil No.598, Kelas II, luas 600 m2 atas nama I
Gusti Salit Kengetan dengan batas-batas sebagai berikut :
Utara : jalan
Timur : tanah milik Nang Sregeg
Selatan : parit dan pura
Barat : tanah milik I Gusti Ketut Tjeger (paman saksi korban)
Dari uraian data fisik tanah tersebut saksi korban telah membuat sertifikat
dengan pipil yang berbeda dari pipil tanah sengketa tetapi tidak pernah
mendapatkan pertimbangan hukum dari majelis Hakim yang memutus
perkara ini baik di tingkat pertama maupun pada tingkat banding ;

C. Tidak adanya Kejujuran Intelektual :


1. Bahwa syarat kejujuran intelektualitas dari Para Aparat Penegak
Hukum adalah syarat mutlak, untuk adanya keputusan yang adil bagi para
pencari keadilan dihadapan hukum. Bila syarat kejujuran intelektualitas
ini tidak dimiliki oleh Para Aparat Penegak Hukum di Negeri ini, maka
hukum hanya akan menjadi alat permainan para aparat penegak hukum
dan akan sangat melukai rasa keadilan masyarakat, serta sangat
mencoreng citra penegakan hukum di Negeri ini ;

2. Bahwa untuk tidak dilanggarnya syarat kejujuran intelektual ini, oleh


Para Aparat Penegak Hukum, maka setiap petugas aparat penegak hukum
sebelum memangku tugasnya, disumpah terlebih dahulu, agar dalam
menjalankan tugasnya tidak menyimpang atau tidak ada kejujuran
Intelektual atau yang lebih ekstrim lagi memperjual belikan hukum, yang
menjadi tugasnya untuk menjaganya ;

3. Bahwa dalam perjalan proses perkara ini, sangat banyak terjadi


penyimpangan terhadap syarat kejujuran intelektual, sebab sejak awal
telah terjadi rekayasa barang bukti, yakni pohon jagung dan bambu yang
sudah jelas-jelas ditolak oleh para pemohon di ruang sidang, tetapi tidak
mendapatkan pertimbangan hukum. Kemudian didalam menilai kerugian
yang diderita saksi korban adalah tidak jelas yang sarat dengan rekayasa
tidak diteliti oleh Majelis Hakim dalam membuat keputusan, bahwa fakta
hukum yang sebenarnya akan terungkap dengan melaksanakan sidang
lapangan, tetapi berkali-kali Para Pemohon, kehadapan Majelis tingkat
pertama agar di laksanakan sidang lapangan, tetapi tetap tidak
dikabulkan, sebab bila diadakan sidang lapangan faktanya sangat
terbalik seratus porsen, dari keterangan para saksi yang diajukan oleh
Jaksa Penuntut Umum. Sehingga Para Pemohon merasa di perlakukan
tidak adil dan sangat dirugikan oleh karenanya ;

4. Bahwa kejujuran Intelektuan tidak ada dalam penanganan perkara ini,


karena perlindungan intusi Pengadilan yang tidak sepatutnya, sebab
perkara ini terjadi karena kesalahan Pengadilan Negeri Tabanan, yang
telah mengeluarkan Berita Acara Eksekusi atas tanah sengketa, bila ada
kejujuran intelektual dari majelis Hakim yang memeriksa perkara ini,
semestinya Para Pemohon di bebaskan dari segala tuntutan hukum,
karena Para Pemohon berani berbuat karena ada dasar hukumnya yakni
Berita Acara Eksekusi yang dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri Tabanan
yang sampai saat ini, tidak ada ralat. Tetapi setelah Para Pemohon
melaksanakan isi berita acara eksekusi tersebut, justru mendapatkan
hukuman, pada hal yang salah Pengadilan Negeri Tabanan, tetapi tidak
pernah mau diakui, disinilah sangat terbukti tidak adanya kejujuran
intelektual dari Majelis hakim yang memeriksa perkara ini ;

5. Bahwa kejujuran intelektual, juga telah dilanggar pada tingkat


penyidikan,
sebab pada tingkat penyidikan polisi telah membuatkan para pemohon
surat pernyataan tidak didampingi pengacara, dan dibawakan
kerumahnya agar ditanda tangani, perbuatan aparat kepolisian yang
menyidik perkara ini sangat keliru dan bertentangan dengan ketentuan
undang-undang, sebab undang-undang justru mewajibkan aparat
kepolisian, menjelaskan hak-hak para pemohon, sebagai terdakwa yang
paling penting adalah hak terdakwa untuk didampingi oleh penasehat
hukum, bila tidak mampu membayar pengacara seharusnya aparat
penegak hukum memberi tahu para pemohon untuk beracara dengan
prodeo, tidak justru sebaliknya membuatkan surat pernyataan untuk tidak
didampingi oleh penasehat hukum, semua fakta ini sudah disampaikan
dalam pembelaan, tetapi tidak mendapatkan pertimbangan hukum, maka
dalam penanganan perkara ini terbukti tidak adanya kejujuran intelektual,
sehingga para pemohon, telah mendapat perlakuan yang kurang adil dan
sangat dirugikan ;

D. Pertimbangan Hukum :

1. Bahwa oleh karena Pengadilan Tinggi sependapat dengan


pertimbangan
hakim tingkat pertama dalam perkara pidana No.:03/Pid.B/2006/PN.Tbn.
tanggal 24 April 2006 maka dalam memori kasasi ini akan diajukan
keberatan-keberatan atas pertimbangan hukum yang diuraikan dalam
keputusan Pengadilan Negeri Tabanan tersebut di atas disamping
mengajukan keberatan-keberatan terhadap pertimbangan hukum yang
diuraikan dalam putusan Pengadilan Tinggi Denpasar Reg.No.53/Pid./B/
2006/PT.Dpss. tanggal 27 September 2006 ;

2. Bahwa Judex Facti, telah keliru dalam pertimbangan hukumnya yang


menguraikan unsur-unsur dari pasal 170 ayat (1) ke-1 KUHPidana jo
pasal 64 ayat (1) yang di dakwakan kepada para pemohon, karena judex
facti tidak teliti dalam mengartikan unsur-unsur yang dimaksud dalam
pasal-pasal tersebut diatas. Sebab memang terbukti ada perbuatan dari
para pemohon, tetapi apakah perbuatan para tersangka dapat dipidana,
menurut ketentuan pasal 170 ayat (2) ke-1 KUPidana jo. Pasal 64 ayat
(1), karena ada penjelasan dari maksud dan tujuan yang terkandung
dalam pasal-pasal tersebut yang seharusnya dipertimbang-kan agar
pasal-pasal tersebut dapat dikenakan pada para pemohon, yang dapat
diuraikan sebagai berikut :

a. Unsur barang siapa, adalah masalah subyek perkara, yang dalam


hal ini adalah para pemohon, tetapi apakah perbuatan para
pemohon dalam perkara ini dapat dikenakan pasal 170 ayat (2)
ke-1KU Pidana jo. Pasal 64 ayat (1), karena para Pemohon
melakukan pekerjaan diatas tanah sengketa dengan tujuan gotong
royong untuk membersihkan tanah sengketa dari tanaman gulma,
berupa tanaman berduri (putri malu), rumput liar, mengangkat
sampan plastik, pecahan beling dari atas tanah sengketa,
sehingga tanah sengketa menjadi bersih dan kondisinya lebih
baaik dari sebelum para Pemohon melakukan gotong royong, jadi
tidak ada niat atau tujuan para Pemohon untuk melakukan
pengerusakan maupun kekerasan terhadap orang dan barang.
Dari uraian ini sangat jelas para pemohon tidak termasuk unsur
“barang siapa” yang dimaksud oleh pasal 170 ayat (2) ke-1 KU
Pidana Jo pasal 64 ayat (1), sehingga para pemohon harus
dibebaskan dari segala tuntutan hukum, apa lagi para pemohon
berani melakukan kegiatan gotong royong karena ada dasar
hukum yang melandasinya yakni berita acara eksekusi yang
dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri Tabanan, yang diktumnya
berbunyi pada intinya menyerahkan tanah sengketa kepada para
penggugat, karena dalam perkara perdata atas tanah sengketa
yang dimaksud para penggugat adalah orang tua para pemohon
dan termasuk terdakwa-4, sebagai pihak yang diserahkan tanah
sengketa oleh Pengadilan Negeri Tabanan, dan tidak pernah ada
ralat sampai sekarang dan tidak ada keberatan dari saksi pelapor I
Gusti Made Sumerta, artinya surat tanpa diralat berarti benar
adanya dan tidak ada keberatan dari saksi korban berarti
menerima. Tetapi setelah para tersangkan melaksanakan isi
berita acara eksekusi yang dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri
Tabanan tersebut malah para pemohon dikenai hukum, ini
sungguh-sungguh perlakuan kurang adil bagi para pemohon. Apa
lagi bagi terdakwa 3 I Made Gembrot, yang memiliki surat kuasa
menggarap ikut dikenai pidana, ini betul-betul suatu putusan yang
sangat kacau, karena seorang kuasa yang berbuat untuk dan atas
nama orang lain bukan untuk dirinya sendiri, tidak bisa dihukum,
ini membuktikan pemahaman hukum yang kacau balau ;

b. Unsur secara terang-terangan atau di muka umum : unsur ini


menyangkut persyaratan katagori dapat tidaknya pasal 170 ayat
(2) ke-1 KUPidana jo pasal 64 ayat (1) dapat dikenakan kepada
para pemohon dimana unsur ini terbukti bila unsur-unsur yang
lainnya yang dimaksud oleh pasal 170 ayat (2) ke-1 KUPidana jo.
Pasal 64 ayat (1) terbukti ;

c. Unsur dengan tenaga bersama/bersama-sama : unsur ini akan


tebukti bila unsur yang lainnya dalam pasal 170 aayat (2) ke-1 KU
Pidana jo. Pasal 64 ayat (1) terbukti ;

d. Unsur melakukan kekerasan terhadap barang atau orang : Bahwa


perlu dijelaskan bahwa pebuatan para pemohon tidak terbukti
melakukan kekerasan terhadap orang maupun barang, sebab
unsur ini merupakan inti dari pasal 170 ayat (2) ke-1 KUPidana jo.
Pasal 64 ayat (1) karena menurut pasal di atas perbuatan para
pemohon adalah melakukan kekerasan terhadap orang maupun
barang sebagai suatu tujuan baru dapat dikenal pasal 170 ayat (2)
ke-1 KUPidana jo. Pasal 64 ayat (1). Sedangkan perbuatan
terdakwa dalam perkara ini bertujuan untuk gotong royong untuk
membersihkan tanah sengketa dari gulma dan sampah liar, hal ini
terbukti seluruh hasil gotong royong yang dilakukan oleh para
pemohon dikumpulkan di suatu tempat dan dibakar, sehingga
unsur kekerasan terhadap orang maupun barang tidak ada.
Disamping itu pasal 170 ayat (2) ke 1 KU Pidana jo. Pasal 64 ayat
(1) dapat dikenakan kepada para pemohon bila barang yang
dimaksud mempunyai nilai ekonomi, sekarang perlu kita
perhatikan dengan teliti apakah pohon berduri (putri malu), rumput
liar, pecahan beling dan sampah plastik mempunyai nilai
ekonomis. Bila kita jujur menilai maka semua barang yang di
maksud sama sekali tidak mempunyai nilai ekonomi, sehingga
unsur barang tidak terbukti memenuhi unsur pasal 170 ayat (2) ke-
1 KUPidana jo. Pasal 64 ayat (1). Sedangkan barang bukti berupa
pohon jagung dan bambu sudah ditolak oleh para pemohon di
depan persidangan karena para pemohon tidak merasa
memotong pohon jagung dan bambu maupun pagar yang ada di
tanah sengketa dimana pagarnya terbuat dari tanaman bluntas
yang masih utuh sampai sekarang. Semua keterangan para
pemohon ini tidak pernah mendapatkan pertimbangan hukum,
apalagi permohonan sidang lapangan yang diajukan oleh para
pemohon melalui kuasa hukumnya (secara lisan) di tolak oleh
majelis Hakim sehingga para pemohon tidak dapat membuktikan
keterangannya menyangkut fakta hukum yang sebenarnya yang
ada di atas tanah sengketa. Dalam perkara ini para Pemohon
merasa diperlukan tidak adil dan tidak diberi menggunakan hakhaknya
sesuai dengan hukum yang berlaku. Sebab barang bukti
berupa pohon jagung dan bambu adalah barang bukti yang
direkayasa oleh saksi korban, karena seluruh hasil gotong royong
dari para pemohon di atas tanah sengketa sudah di bakar habis
sehingga tidak mungkin saksi korban mendapatkan barang bukti
berupa pohon jagung yang dicabut adalah pohon jagung yang
sudah mati sebanyak kurang lebih sampai tujuh batang, yang
digunakan untuk menyalakan api guna membakar tanaman
berduri (putri malu), rumput liar dan sampah plastik. Dari uraian ini
sudah jelas-jelas barang bukti yang ada di dalam persidangan
terbukti merupakan barang bukti yang direkayasa. Semua ini tidak
mendapatkan perhatian dan pertimbangan dari majelis Hakim ;

E. Masalah kerugian materill :


Bahwa menyangkut masalah kerugian materiil yang diderita oleh saksi
korban sebesar Rp.150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah) adalah
keterangan bohong belaka karena unsur barang yang dimaksud dalam pasal
170 ayat (2) ke-1 KU Pidana jo. Pasal 64 ayat (1) adalah barang yang
mempunyai nilai ekonomis, sedangkan pohon berduri (putri malu) rumput liar
sampah plastik sebagai hasil perbuatan para pemohon sama sekali tidak
memiliki nilai ekonomis apapun sehingga tidak memenuhi unsur yang
dimaksud menurut pasal 170 ayat (2) ke-1 KU Pidana jo. Pasal 64 ayat (1).
Dari uraian ini terbukti kerugian yang dikemukakan oleh saksi korban adalah
kerugian yang direkayasa ;

F. Bukti perdata :
Bukti perdata berupa sertifikat hak milik No.1092 dari Badan Pertanahan
Kabupaten Tabanan atas nama I Gusti Made Sumerta adalah sebuah bukti
yang direkayasa karena pipil yang dipakai membuat sertifikat tersebut
adalah pipil yang berbeda dari pipil tanah sengketa karena pipil asli berupa
pipil rontal dari tanah sengketa sampai saat ini masih dipegang oleh para
pemohon dengan keluarganya (pipil yang dimaksud telah pula diajukan
sebagai barang bukti oleh para Pemohon di depan persidangan dan sudah
dicocokan dengan aslinya) sedangkan saksi korban mengajukan hanya
photo copynya dari pipil rontal tersebut yang didapatnya dari keluarga para
pemohon. Sehingga bila kita teliti nomor pipil yang dipakai membuat
sertifikat oleh saksi korban (tercantum dalam sertifikat aquo) dan bukti ini
tidak pernah dipertimbangkan oleh Majelis Hakim sehingga para pemohon
merasa dirugikan dan sebagai korban penegakan hukum yang tidak adil ;
Bahwa dari uraian diatas, sudah sangat jelas Judex Facti, telah keliru dalam
pertimbangan hukumnya, sehingga sangat merugikan para pemohon, apa
lagi Pengadilan Tinggi Denpasar, memperbaiki putusan Pengadilan Negeri
Tabanan, yang mengatakan putusan Pengadilan Negeri Tabanan, tidak adil
dan menjatuhkan hukuman pidana yang lebih tinggi dari putusan Pengadilan
Negeri Tabanan. Justru Pengadilan Tinggi Denpasar melakukan kekeliruan
yang lebih fatal dari Pengadilan Negeri Tabanan. Bila saja Judex Facti
meneliti dengan saksama dan jujur didalam menilai fakta-fakta hukum dalam
perkara ini, dengan membuat keputusan yang adil tanpa ada muatan untuk
melindungi kesalahan dari Pengadilan Negeri Tabanan di dalam
mengeluarkan Berita Acara Eksekusi dalam perkara Perdata No.64/Pdt.G/
1995/PN.Tbn. tanggal 15 April 1996, maka Para Pemohon sudah sepatutnya
dibebaskan dari segala tuntutan hokum menimbang, bahwa atas alasan-alasan
tersebut Mahkamah Agung berpendapat :

Bahwa alasan permohonan kasasi para terdakwa, tidak dapat dibenarkan


karena Judex facti (Pengadilan Tinggi) tidak salah menerapkan hukum oleh
karena keberatan tersebut mengenai penilaian hasil pembuktian yang
bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan, keberatan semacam itu
tidak dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan pada tingkat kasasi,
karena pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan dengan tidak
diterapkan suatu peraturan hukum atau peraturan hukum tidak diterapkan
sebagaimana mestinya, atau apakah cara mengadili tidak dilaksanakan
menurut ketentuan Undang-Undang, dan apakah Pengadilan telah
melampaui batas wewenangnya, sebagaimana yang dimaksud dalam
pasal 253 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (Undang-Undang
No.8 tahun 1981);Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, lagi
pula ternyata,
putusan judex facti dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum
dan/atau undang-undang, maka permohonan kasasi tersebut harus ditolak ;
Menimbang, bahwa oleh karena Pemohon Kasasi/Terdakwa dipidana,
maka harus dibebani untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini ;
Memperhatikan Undang-Undang No.4 tahun 2004, Undang-Undang No.8
tahun 1981 dan Undang-Undang No.14 tahun 1985 sebagaimana yang telah
diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 5 tahun 2004 dan
peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan ;

MENGADILI
Menolak permohonan kasasi dari Para Pemohon Kasasi/Terdakwa :
1. I NENGAH KERTA , 2. I WAYAN SENTRA , 3. I MADE GEMBROT dan
4. I NYOMAN RINTIG tersebut Membebankan Para Pemohon Kasasi/Terdakwa
tersebut untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp.
2.500,- (dua ribu lima ratus rupiah )

Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah


Agung pada hari Senin tanggal 21 Januari 2008 oleh Soedarno,SH.MH. Hakim
Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis,
M.Imron Anwari,SH.SpN.MH. dan Timur P.Manurung,SH. Hakim-Hakim Agung
sebagai Anggota, dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari
Selasa tanggal 5 Pebruari 2008 oleh Ketua Majelis beserta M.Imron Anwari,
SH.SpN.MH. dan Timur P.Manurung,SH. Hakim-Hakim anggota tersebut, dan
dibantu oleh Agus Suwargi,SH. Panitera Pengganti dan tidak dihadiri oleh
Pemohon kasasi : Jaksa/Penuntut Umum dan Terdakwa.
Hakim-Hakim Anggota :
Ketua:
Ttd./M.Imron Anwari,SH.SpN.MH. Soedarno,SH.MH.
Ttd./ Timur P.Manurung,SH.

Panitera Pengganti :
Ttd./Agus Suwargi,SH.
Untuk Salinan

Mahkamah Agung RI.


a.n. Panitera
Panitera Muda Pidana
M.D.PASARIBU,SH.M.Hum.
Nip.040036589
PUTUSAN
No. 968 K/Pid/2007
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
MAHKAMAHAGUNG
memeriksa perkara pidana dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai
berikut dalam perkara Terdakwa :
Nama : DJONG IE TJENG Alias ACENG, Anak
NG LAK LENG ;
tempat lahir : Pontianak ;
umur / tanggal lahir : 40 tahun / 2 Agustus 1966 ;
jenis kelamin : Perempuan ;
kebangsaan : Indonesia ;
tempat tinggal : Jalan Perdana Komplek Bali Agung II
Blok J.16, Pontianak Selatan ;
agama : Kristen ;
pekerjaan : Rumah Tangga
Terdakwa berada diluar tahanan yang diajukan dimuka persidangan Pengadilan
Negeri Pontianak karena didakwa :

Bahwa ia Terdakwa DJONG IE TJENG Alias ACENG anak NG LAK


LENG pada hari dan tanggal yang sudah tidak dapat dipastikan lagi antara
bulan Agustus 2005 sampai dengan bulan Oktober 2005 atau setidak-tidaknya
pada suatu waktu tertentu yang masih termasuk dalam tahun 2005 bertempat di
Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Pontianak atau
setidaktidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk dalam daerah
hokum Pengadilan Negeri Pontianak, Terdakwa telah menyuruh saksi Dra.
BADARIAH BUSTAMI, M.SI. memasukkan keterangan palsu kedalam suatu akta
otentik mengenai sesuatu hal yang kebenarannya harus dinyatakan oleh akta itu
berupa KUTIPAN AKTA PERKAWINAN dengan Nomor 353/2005 tanggal 11
Oktober 2005, dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain
memakai akta itu seolah-olah keterangannya sesuai dengan kebenaran yang
dapat menimbulkan kerugian bagi saksi korban DOMINIKUS SAMUDERA
FADJARAY lebih kurang sebesar Rp.983.300.000,- (sembilan ratus delapan
puluh tiga juta tiga ratus ribu rupiah), adapun perbuatan Terdakwa dilakukan
dengan cara sebagai berikut :

Berawal sekira bulan September 2005 Terdakwa bermaksud untuk


mengurus akta perkawinannya dengan IGNATIUS FADJARAY (almarhum) yang
pada saat itu sudah dalam keadaan sakit keras, dengan maksud untuk
mendapatkan pengakuan secara sah bahwa Terdakwa adalah merupakan istri
dari IGNATIUS FADJARAY, sekaligus untuk mengesahkan status anaknya yang
bernama EDWIN FADJARAY sebagai anak sah dari Terdakwa dengan
IGNATIUS FADJARAY, selanjutnya untuk mewujudkan niatnya tersebut
Terdakwa dan IGNATIUS FADJARAY menghubungi saksi DONNEL
SIMATUPANG untuk mengurus syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk
mendapatkan AKTA PERKAWINAN tersebut, selanjutnya pada saat itu juga
saksi DONNEL SIMATUPANG pergi ke Kantor Catatan Sipil Pontianak dan
menanyakan kepada petugas pada Kantor Catatan Sipil Pontianak syarat-syarat
yang harus dipenuhi untuk mendapatkan AKTA PERKAWINAN sebagaimana
yang diinginkan oleh Terdakwa dan IGNATIUS FADJARAY, selanjutnya setelah
diperoleh syarat-syarat yang diperlukan maka pada saat itu juga saksi DONNEL
SIMATUPANG menemui Terdakwa dan IGNATIUS FADJARAY dan
memberitahukan syarat-syarat yang harus dilengkapi untuk mendapatkan AKTA
PERKAWINAN tersebut berupa :
- Kartu Keluarga Terdakwa dan IGNATIUS FADJARAY dan anaknya
EDWIN
FADJARAY.
- Kartu Tanda Penduduk Terdakwa dan IGNATIUS FADJARAY.
- Surat Keterangan Kawin dihadapan pemuka agama.
- Akta Kelahiran Terdakwa dan IGNATIUS FADJARAY dan anaknya.
- Pas photo Terdakwa dan IGNATIUS FADJARAY ukuran 4 x 6 empat
lembar.
- Surat pernyataan Terdakwa dan IGNATIUS FADJARAY yang
menyatakan perkawinannya belum pernah dicatat di Kantor Catatan Sipil.
kemudian saksi DONNEL SIMATUPANG memberitahukan semua persyaratan
yang harus dilengkapi kepada Terdakwa dan IGNATIUS FADJARAY,
selanjutnya Terdakwa dan IGNATIUS FADJARAY menyerahkan semua
persyaratan sebagaimana yang telah disebutkan diatas kepada saksi DONNEL
SIMATUPANG dengan merubah identitas mereka bahwa pada saat itu mereka
beragama Budha padahal sebenarnya mereka beragama Katholik, dan
Terdakwa bersama dengan IGNATIUS FADJARAY juga meminta kepada saksi
TASMIN Alias AWENG selaku Ketua Yayasan Sumber Cahaya/WALUBI melalui
saksi HASBIE dengan mengatakan bahwa mereka pernah melangsungkan
perkawinannya menurut agama Budha di Vihara Sumber Cahaya Pontianak,
selanjutnya saksi TASMIN tanpa merasa curiga kepada Terdakwa dan
IGNATIUS FADJARAY menyerahkan blangko Surat Keterangan Kawin dalam
keadaan kosong yang sudah ditandatanganinya kepada saksi HASBI,
selanjutnya blangko Surat Keterangan Kawin yang dalam keadaan kosong
tersebut oleh saksi HASBI diberikan kepada saksi DONNEL SIMATUPANG
selaku kuasa dari Terdakwa dan IGNATIUS FADJARAY di Kantor Catatan Sipil
Pontianak selanjutnya blangko Surat Keterangan Kawin dalam keadaan kosong
tersebut diserahkan oleh saksi DONNEL SIMATUPANG dirumahnya dan pada
saat itu juga Terdakwa dan IGNATIUS FADJARAY mengisi blangko Surat
Keterangan Kawin tersebut yang menerangkan seolah-olah mereka telah
melangsungkan perkawinannya menurut agama Budha pada tanggal 25
Nopember 1990 di Vihara Sumber Cahaya Pontianak, selain itu Terdakwa dan
IGNATIUS FADJARAY juga telah membuat surat pernyataan diatas materai
yang menyatakan bahwa mereka telah melakukan pernikahan secara adat
agama Budha di Vihara Sumber Cahaya untuk melengkapi persyaratan yang
diperlukan guna memperoleh akta perkawinan di Kantor Catatan Sipil
Pontianak, padahal pada kenyataannya Terdakwa pada saat itu masih
beragama Katholik dan IGNATIUS FADJARAY sampai dengan akhir hayatnya
juga masih memeluk agama Katholik dan mereka juga sama sekali tidak pernah
melangsungkan pernikahannya dihadapan pemuka agama Budha yang
bernama saksi TASMIN di Vihara Sumber Cahaya Pontianak, selanjutnya
setelah semua persyaratan yang diperlukan dilengkapi oleh Terdakwa dan
IGNATIUS FADJARAY pihak Kantor Catatan Sipil Pontianak mengeluarkan akta
perkawinan antara Terdakwa dan IGNATIUS FADJARAY dengan Nomor
353/2005 tanggal 11 Oktober 2005 yang ditandatangani oleh saksi Dra.
BADARIAH BUSTAMI, M.Si selaku Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kota Pontianak, dan dengan menggunakan akta perkawinan tersebut yang
diketahui nyata-nyata oleh Terdakwa sebelumnya bahwa isinya tidak benar
Terdakwa menguasai semua harta warisan milik IGNATIUS FADJARAY yang
telah meninggal dunia pada tanggal 15 Maret 2006 yang seharusnya harta
warisan tersebut diserahkan kepada saksi DOMINIKUS SAMUDERA
FADJARAY selaku adik kandung dari IGNATIUS FADJARAY, sehingga saksi
DOMINIKUS SAMUDERA FADJARAY yang merasa tidak terima atas perbuatan
Terdakwa tersebut melaporkan Terdakwa ke Poltabes Pontianak guna
pengusutan lebih lanjut.

Akibat perbuatan Terdakwa DJONG IE TJENG Alias ACENG anak NG


LAK LENG saksi DOMINIKUS SAMUDERA FADJARAY mengalami kerugian
lebih kurang sebesar Rp.983.300.000,- (sembilan ratus delapan puluh tiga juta
tiga ratus ribu rupiah).

Perbuatan Terdakwa DJONG IE TJENG Alias ACENG anak NG LAK


LENG sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 266 ayat (1)
KUHP.

Bahwa ia Terdakwa DJONG IE TJENG Alias ACENG anak NG LAK


LENG pada hari dan tanggal yang sudah tidak dapat dipastikan lagi sekira pada
bulan April 2006 atau setidak-tidaknya pada suatu waktu tertentu yang masih
termasuk dalam tahun 2006 bertempat di Kantor Notaris Poltak Pardomuan
yang terletak di Jalan Tanjungpura, Kecamatan Pontianak Selatan, Kota
Pontianak atau setidak-tidaknya pada suatu tempat lain yang masih termasuk
dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Pontianak, Terdakwa telah
menggunakan akta berupa SURAT KETERANGAN KAWIN dengan Nomor :
SKK/YSC/VIII/005 tanggal 19 Agustus 2005 dan KUTIPAN AKTA
PERKAWINAN dengan Nomor 353/2005 tanggal 11 Oktober 2005 seolah-olah
isinya cocok dengan hal yang sebenarnya dan pemakaian surat tersebut dapat
mendatangkan kerugian bagi saksi korban DOMINIKUS SAMUDERA
FADJARAY lebih kurang sebesar Rp.983.300.000,- (sembilan ratus delapan
puluh tiga juta tiga ratus ribu rupiah), adapun perbuatan Terdakwa dilakukan
dengan cara sebagai berikut :

Berawal pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut diatas Terdakwa


bermaksud ingin menguasai harta warisan milik IGNATIUS FADJARAY
(almarhum) yang seharusnya jatuh ke tangan korban DOMINIKUS SAMUDERA
FADJARAY selaku adik kandung dari IGNATIUS FADJARAY (almarhum),
selanjutnya untuk mewujudkan niatnya tersebut Terdakwa mempergunakan
SURAT KETERANGAN KAWIN dengan Nomor : SKK/YSC/VIII/005 tanggal 19
Agustus 2005 dan KUTIPAN AKTA PERKAWINAN dengan Nomor 353/2005
tanggal 11 Oktober 2005 seolah-olah isinya cocok dengan hal yang sebenarnya
yang menerangkan bahwa Terdakwa telah menikah dengan IGNATIUS
FADJARAY, yang sudah diketahui oleh Terdakwa sebelumnya bahwa SURAT
KETERANGAN KAWIN dengan Nomor : SKK/YSC/VIII/005 tanggal 19 Agustus
2005 yang dikeluarkan oleh Yayasan Agama Budha Vihara “SUMBER
CAHAYA” dan ditandatangani oleh saksi TASMIN selaku pengurus Vihara
Sumber Cahaya yang menerangkan bahwa antara Terdakwa dengan
IGNATIUS FADJARAY (almarhum) telah melangsungkan perkawinan menurut
agama Budha pada tanggal 25 Nopember 1990 adalah tidak benar dan pada
kenyataannya telah disadari dan diketahui nyata-nyata oleh Terdakwa pada
saat itu bahwa antara Terdakwa dengan IGNATIUS FADJARAY (almarhum)
tidak pernah melangsungkan perkawinannya menurut agama Budha dan
KUTIPAN AKTA PERKAWINAN dengan Nomor 353/2005 tanggal 11 Oktober
2005 yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota
Pontianak yang ditandatangani oleh saksi Dra. BADARIAH BUSTAMI, M.Si
yang menerangkan pada tanggal 11 Oktober 2005 telah tercatat perkawinan
antara IGNATIUS FADJARAY dan Terdakwa DJONG IE TJENG yang telah
dilangsungkan dihadapan pemuka agama Budha yang bernama TASMIN pada
tanggal 25 Nopember 1990 di Pontianak adalah juga tidak benar dan telah
diketahui dan disadari juga oleh Terdakwa bahwa antara Terdakwa dengan
IGNATIUS FADJARAY (almarhum) tidak pernah melangsungkan
perkawinannya menurut agama Budha, namun pada saat itu Terdakwa tetap
saja mempergunakan berupa SURAT KETERANGAN KAWIN dengan Nomor :
SKK/YSC/VIII/005 tanggal 19 Agustus 2005 dan KUTIPAN AKTA
PERKAWINAN dengan Nomor 353/2005 tanggal 11 Oktober 2005 tersebut
untuk menguasai semua harta warisan milik IGNATIUS FADJARAY yang telah
meninggal dunia pada tanggal 15 Maret 2006 yang seharusnya harta warisan
tersebut diserahkan kepada saksi DOMINIKUS SAMUDERA FADJARAY
selaku adik kandung dari IGNATIUS FADJARAY, sehingga saksi DOMINIKUS
SAMUDERA FADJARAY yang merasa tidak terima atas perbuatan Terdakwa
tersebut melaporkan Terdakwa ke Poltabes Pontianak guna pengusutan lebih
lanjut.
Akibat perbuatan Terdakwa DJONG IE TJENG Alias ACENG anak NG
LAK LENG saksi DOMINIKUS SAMUDERA FADJARAY mengalami kerugian
lebih kurang sebesar Rp.983.300.000,- (sembilan ratus delapan puluh tiga juta
tiga ratus ribu rupiah).
Perbuatan Terdakwa DJONG IE TJENG Alias ACENG anak NG LAK
LENG sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 266 ayat (2)
KUHP.Mahkamah Agung tersebut membaca tuntutan pidana Jaksa/Penuntut
Umum pada Kejaksaan Negeri Pontianak tanggal 19 Desember 2006 sebagai
berikut :

1. Menyatakan bahwa Terdakwa DJONG IE TJENG Alias ACENG anak NG


LAK LENG tidak terbukti bersama-sama melakukan tindak pidana
“menyuruh menempatkan keterangan palsu kedalam suatu akte outhentiek”
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 266 ayat (1) KUHP.
Sebagaimana dalam dakwaan Primair.

2. Dan oleh karenanya membebaskan Terdakwa DJONG IE TJENG Alias


ACENG anak NG LAK LENG dari dakwaan Primair.

3. Menyatakan bahwa Terdakwa DJONG IE TJENG Alias ACENG anak NG


LAK LENG secara sah dan meyakinkan terbukti bersalah melakukan tindak
pidana “Dengan sengaja menggunakan akte outhentiek seolah-olah isinya
cocok dengan hal yang sebenarnya dan pemakaian surat itu dapat
mendatangkan kerugian” sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
Pasal 266 ayat (2) KUHP. Sebagaimana dalam dakwaan Subsidair.

4. Menjatuhkan pidana penjara terhadap Terdakwa DJONG IE TJENG Alias


ACENG anak NG LAK LENG selama 1 (satu) tahun dan 6 (enam) bulan
dikurangi selama Terdakwa berada dalam tahanan sementara dan
memerintahkan agar Terdakwa tetap berada dalam tahanan.

5. Menyatakan barang bukti berupa :


- 1 (satu) lembar Surat Permohonan Pencatatan Perkawinan dari
IGNATIUS FADJARAY dan Terdakwa DJONG IE TJENG tanggal 5
September 2005 yang diajukan ke Kepala Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kota Pontianak.
- 1 (satu) lembar formulir Pencatatan Perkawinan yang memuat
keterangan calon mempelai atas nama IGNATIUS FADJARAY dan
Terdakwa DJONG IE TJENG.
- 1 (satu) lembar Surat Pernyataan atas nama IGNATIUS FADJARAY dan
Terdakwa DJONG IE TJENG yang menyatakan telah menikah secara
adat agama Budha di Vihara Sumber Cahaya.
- 1 (satu) lembar Surat Keterangan Kawin dari Yayasan Agama Budha
Vihara Sumber Cahaya No.235/SKK/YSC/VII/005 tanggal 19 Agustus
2005.
- 1 (satu) lembar Kutipan Akta Perkawinan dari Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kota Pontianak. No.353/2005 tanggal 11 Oktober 2005.
Seluruhnya tetap terlampir dalam berkas perkara.

6. Menetapkan kepada Terdakwa DJONG IE TJENG Alias ACENG anak NG


LAK LENG untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.1.000,- (seribu
rupiah).
Membaca putusan Pengadilan Negeri Pontianak No.493/PID.B/2006/
PN.PTK tanggal 10 Januari 2007 yang amar lengkapnya sebagai berikut :

1. Menyatakan, bahwa Terdakwa DJONG IE TJENG Alias ACENG anak NG


LAK LENG tersebut, tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana dalam dakwaan Primair
maupun dakwaan Subsidair.

2. Membebaskan Terdakwa dari segala dakwaan.

3. Memulihkan hak Terdakwa dalam kemampuan, kedudukan, harkat dan


martabatnya.

4. Menetapkan agar barang bukti berupa :


- 1 (satu) lembar Surat Permohonan Pencatatan Perkawinan dari
IGNATIUS FADJARAY dan Terdakwa DJONG IE TJENG tanggal 5
September 2005 yang diajukan ke Kepala Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kota Pontianak.
- 1 (satu) lembar formulir Pencatatan Perkawinan yang memuat
keterangan calon mempelai atas nama IGNATIUS FADJARAY dan
Terdakwa DJONG IE TJENG.
- 1 (satu) lembar Surat Pernyataan atas nama IGNATIUS FADJARAY dan
Terdakwa DJONG IE TJENG yang menyatakan telah menikah secara
adat agama Budha di Vihara Sumber Cahaya.
- 1 (satu) lembar Surat Keterangan Kawin dari Yayasan Agama Budha
Vihara Sumber Cahaya No.235/SKK/YSC/VII/005 tanggal 19 Agustus
2005.
- 1 (satu) lembar Kutipan Akta Perkawinan dari Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kota Pontianak. No.353/2005 tanggal 11 Oktober 2005.
Dikembalikan kepada pihak yang berhak saksi Dra. BADARIAH
BUSTAMI, Msi.

5. Membebankan biaya perkara kepada Negara mengingat akan akta tentang


permohonan kasasi No.493/Akta Pid/
2006/PN.PTK yang dibuat oleh Panitera pada Pengadilan Negeri Pontianak
yang menerangkan, bahwa pada tanggal 22 Januari 2007 Jaksa/Penuntut
Umum pada Kejaksaan Negeri Pontianak telah mengajukan permohonan kasasi
terhadap putusan Pengadilan Negeri tersebut ;

Memperhatikan memori kasasi bertanggal 1 Februari 2007 dari Jaksa/


Penuntut Umum sebagai Pemohon Kasasi yang diterima di kepaniteraan
Pengadilan Negeri Pontianak pada tanggal 1 Februari 2007 ;
Membaca surat-surat yang bersangkutan ;
Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Negeri tersebut telah dijatuhkan
dengan hadirnya Pemohon Kasasi/Jaksa/Penuntut Umum pada Kejaksaan
Negeri Pontianak pada tanggal 10 Januari 2007 dan Pemohon Kasasi/
Jaksa/Penuntut Umum mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 22
Januari 2007 serta memori kasasinya telah diterima di kepaniteraan Pengadilan
Negeri Pontianak pada tanggal 1 Februari 2007 dengan demikian permohonan
kasasi beserta dengan alasan-alasannya telah diajukan dalam tenggang waktu
dan dengan cara menurut undang-undang ;
Menimbang, bahwa pasal 244 KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana) menentukan bahwa terhadap putusan perkara pidana yang
diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan lain, selain daripada Mahkamah
Agung, Terdakwa atau Penuntut Umum dapat mengajukan permintaan kasasi
kepada Mahkamah Agung kecuali terhadap putusan bebas ;
Menimbang, bahwa akan tetapi Mahkamah Agung berpendapat bahwa
selaku badan Peradilan Tertinggi yang mempunyai tugas untuk membina dan
menjaga agar semua hukum dan undang-undang diseluruh wilayah Negara
diterapkan secara tepat dan adil, Mahkamah Agung wajib memeriksa apabila
ada pihak yang mengajukan permohonan kasasi terhadap putusan pengadilan
bawahannya yang membebaskan Terdakwa, yaitu guna menentukan sudah
tepat dan adilkah putusan pengadilan bawahannya itu ;

Menimbang, bahwa namun demikian sesuai yurisprudensi yang sudah


ada apabila ternyata putusan pengadilan yang membebaskan Terdakwa itu
merupakan pembebasan yang murni sifatnya, maka sesuai ketentuan Pasal 244
KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana) tersebut, permohonan
kasasi tersebut harus dinyatakan tidak dapat diterima ;

Menimbang, bahwa sebaliknya apabila pembebasan itu didasarkan pada


penafsiran yang keliru terhadap sebutan tindak pidana yang dimuat dalam surat
dakwaan dan bukan didasarkan pada tidak terbuktinya suatu unsur perbuatan
yang didakwakan, atau apabila pembebasan itu sebenarnya adalah merupakan
putusan lepas dari segala tuntutan hukum, atau apabila dalam menjatuhkan
putusan itu pengadilan telah melampaui batas kewenangannya (meskipun hal
ini tidak diajukan sebagai alasan kasasi), Mahkamah Agung atas dasar
pendapatnya bahwa pembebasan itu bukan merupakan pembebasan yang
murni harus menerima permohonan kasasi tersebut ;

Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi/


Jaksa/Penuntut Umum pada pokoknya adalah sebagai berikut :

Bahwa sebelum Pemohon Kasasi mengemukakan alasan mengajukan Kasasi


sebagaimana disebutkan dalam Pasal 253 KUHAP terlebih dahulu Pemohon
Kasasi akan mengemukakan pendapat bahwa Judex Facti yang telah
menjatuhkan Putusan yang amarnya berbunyi sebagaimana tersebut diatas
bukanlah merupakan putusan bebas murni akan tetapi putusan tersebut adalah
merupakan Putusan bebas tidak murni atau bebas terselubung (Putusan
Mahkamah Agung Republik Indonesia No.Reg. 346/K/Krl1980 tanggal 26
Januari 1984, karena judex facti dalam melakukan pembebasan tersebut
didasarkan pada penafsiran yang keliru terhadap sebutan tindak pidana yang
dimuat dalam Surat Dakwaan dan bukan didasarkan pada tidak terbuktinya
suatu unsur perbuatan yang didakwakan, atau pembebasan itu adalah
merupakan putusan lepas dari segala tuntutan hukum (onslag van recht
vervolging), hal mana secara nyata dapat terungkap dalam pertimbangan
hukum Aquo halaman 21 s/d 23 yang pada pokoknya sebagai berikut :
- Bahwa benar antara Terdakwa dengan almarhum IGNATIUS
FADJARAY telah melakukan pernikahan adat Tiong Hoa di Jakarta pada tanggal
25 Nopember 1990, yang dihadiri oleh kalangan keluarga termasuk DOMINIKUS
FADJARAY dan ibunya juga hadir.
- Bahwa benar perkawinan antara Terdakwa dengan IGNATIUS
FADJARAY dengan adat Tiong hoa tersebut, telah dilahirkan seorang anak laki-
laki pada tanggal 25 Agustus 1991 yang diberi nama EDWIN FADJARAY .
- Bahwa benar pada sekitar bulan September 2005 IGNATIUS
FADJARAY memanggil saksi DONEL SIMATUPANG datang kerumahnya untuk
minta bantuan mengurus pencatataan perkawinannya.
- Bahwa benar kemudian saksi DONEL SIMATUPANG datang ke Kantor
Catatan Sipil Pontianak dan menemui saksi HASBI untuk menanyakan
syaratsyarat
pencatatan perkawinan.
- Bahwa benar setelah mendapatkan syarat-syarat seperti Kartu Keluarga,
KTP,Ganti Nama dan Akta Kelahiran masing-masing pihak, saksi HASBI juga
menyerahkan surat keterangan kawin dari Yayasan Agama Budha Vihara
Sumber Cahaya berupa blangko kosong kepada saksi DONEL SIMATUPANG
tetapi sudah diberi cap/stempel dan ditanda tangani atas nama Ketua Yayasan
yaitu saksi TASMIN als. AWENG.
- Bahwa benar karena Terdakwa DJONG lE DJENG, beralamat di Jakarta
maka Kantor Catatan Sipil Pontianak mengirim surat dinas ke Kantor Catatan
Sipil Jakarta dan dalam waktu 15 hari kemudian, ada balasan surat dari Kantor
Catatan Sipil Jakarta tidak ada pihak yang keberatan.
- Bahwa benar kemudian IGNATIUS FADJARAY memanggil saksi HASBI
untuk datang kerumah IGNATIUS FADJARAY untuk mencatat perkawinannya
dengan Terdakwa DJONG lE TJENG, yang sebelumnya juga telah diumumkan
selama 10 hari dan tidak ada yang berkeberatan.
- Bahwa benar pada waktu pelaksanaan pencatatan perkawinan oleh
saksi HASBI, sebelumnya membuka berkas, mengetok palu dan menanyakan
identitas pihak-pihak dan menanyakan agama kepada IGNATIUS FADJARAY
dan dijawab dengan Agama Budha.
- Bahwa benar kemudian keluar akta perkawinan tanggal 11 Oktober 2005
No.953/2005 dari Kantor Catatan Sipil Kota Pontianak yang ditanda tangani
oleh saksi Dra. BADARIAH BUSTAMI, Msi.
- Bahwa benar kemudian pada tanggal 7 April 2006 saksi TASMIN als.
AWENG membuat surat pernyataan yang isinya mencabut surat keterangan
kawin No.235/SKK/YSC/VIII/005 yang ditujukan kepada kantor Catatan Sipil
Kota Pontianak dengan alasan saksi TASMIN tidak pernah mengawinkan
IGNATIUS FADJARAY dan Terdakwa dengan agama Budha.
- Bahwa benar saksi Dra. BADARIAH BUSTAMI Msi menerima surat
pencabutan Surat Keterangan Kawin dari saksi TASMIN als. AWEMG, tetapi
karena akta perkawinan sudah keluar, tidak begitu saja dapat dibatalkan oleh
seseorang dan pembatalan suatu akta perkawinan harus melalui putusan
Pengadilan.
- Bahwa benar Terdakwa tidak pernah meminta perkawinannya dengan
IGNATIUS FADJARAY tersebut dicatatkan/didaftarkan di Kantor Catatan Sipil.
- Bahwa benar Terdakwa menandatangani syarat pernyataan, formulir
pencatatan perkawinan dan surat permohonan yang sebelumnya sudah ditulis
oleh orang lain Terdakwa tidak tahu siapa dan Terdakwa hanya mengikuti
kemauan suami.
- Bahwa benar yang meminta dicatatkan perkawinannya adalah suami
Terdakwa dan melalui siapa Terdakwa tidak tahu.
- Bahwa benar alasan suami Terdakwa mencatatkan perkawinannya
karena memandang status anaknya yaitu ERWIN FADJARAY.
- Bahwa benar suami Terdakwa beragama Budha berdasarkan KTP
No.14.50002.110359.0001 tanggal 22 September 2005 dari Kantor Camat
Pontianak Selatan.
- Bahwa benar Terdakwa tidak pernah menggunakan akta perkawinannya
tersebut, tetapi Terdakwa pernah membuat akta waris di Notaris Poltak
Pardomua, SH.
- Bahwa benar akta perkawinan ini muncul menjadi persoalan, karena ipar
Terdakwa diantaranya saksi DOMINIKUS FADJARAY menuntut pembagian
warisan, Terdakwa tidak setuju, kemudian Terdakwa dituduh memalsukan
akta perkawinan.

Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud diatas, seharusnya


Majelis Hakim memutus perkara Terdakwa dengan Putusan onslag van recht
vervolging (lepas dari segala tuntutan hukum) bukan merupakan Putusan Bebas
Murni (Vrijspraak) karena jelas-jelas Judex Facti mengakui bahwa Terdakwa
ada melakukan suatu perbuatan sebagaimana dalam pertimbangannya yang
telah Pemohon Kasasi uraikan diatas, sehingga Judex Facti dalam perkara ini
tidak menerapkan hukum sebagaimana mestinya, sehingga berdasarkan Pasal
253 KUHAP terhadap perkara ini dapat diajukan Kasasi.

Bahwa terhadap putusan Pengadilan Negeri Pontianak di Pontianak Nomor


493/PlD.B/2006/PN.PTK tanggal 10 Januari 2007, maka Pemohon Kasasi pada
tanggal 22 Januari 2007 telah menyatakan Permohonan Kasasi atas Putusan
tersebut di hadapan Panitera Pengadilan Negeri Pontianak berdasarkan akta
Permohonan Kasasi No.493/Akta.Pid.B/2006/PN.PTK tanggal 22 Januari 2007,
jadi masih dalam tenggang waktu sebagaimana dimaksud Undang-undang yaitu
Pasal 245 ayat (1) KUHAP (Akta Permohonan Kasasi terlampir), demikian juga
dengan Memori Kasasi ini Pemohon Kasasi serahkan kepada Panitera
Pengadilan Negeri Pontianak sesuai dengan tenggang waktu sebagaimana
yang dimaksud oleh Undang-undang (Pasal 248 ayat (1) KUHAP).
Bahwa menurut Judex Facti "Unsur dengan sengaja menggunakan akta itu
seolah-olah isinya cocok dengan hal yang sebenarnya" dengan pertimbangan
sebagaimana diuraikan dalam putusan halaman 26 dan 27, menyatakan :
Menimbang, tentang unsur kedua Majelis Hakim mempertimbangkannya
sebagai berikut :
- Bahwa berdasarkan fakta yang terungkap dipersidangan, atas dasar
keterangan saksi HASBI pegawai pencatat perkawinan dan saksi Dra.
BADARIAH BUSTAMI, Msi, pencatat perkawinan dilakukan terhadap
almarhum IGNATIUS FADJARAY dan DJONG lE TJENG telah sesuai dengan
prosedur dan Undang-undang yang berlaku.
- Bahwa akta perkawinan No.353/2005 tanggal 11 Oktober 2005 adalah
sah, karena pada waktu pencatatan perkawinan dilaksanakan oleh saksi HASBI,
disaksikan oleh DADANG pegawai Catatan Sipil Kota Pontianak dan DONEL
SIMATUPANG, pada waktu ditanya IGNATIUS FADJARAY mengakui
memeluk agama Budha yang sesuai dengan Kartu Tanda Penduduk
No.14.50002.110359.0001 tanggal 2 September 2005 yang dikeluarkan oleh
Camat Pontianak Selatan dan Kartu Keluarga.
- Bahwa IGNATIUS FADJARAY yang menandatangani blangko yang
sebelumnya diisi oleh petugas pencatat perkawinan.
- Bahwa baik saksi Dra. BADARIAH BUSTAMI, Msi dan saksi HASBI
menerangkan akta perkawinan No.353/2005 tanggal 11 Oktober 2005 yang
dikeluarkan Kantor Catatan Sipil Pontianak tetap sah, meskipun ada surat
pencabutan dari saksi TASMIN selaku Pengurus Yayasan Agama Budha
Vihara Sumber Cahaya, karena untuk pembatalan suatu akta perkawinan
harus melalui putusan Pengadilan.
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian pertimbangan tersebut diatas, maka
apabila Terdakwa membuat surat Keterangan Waris dihadapan Notaris Poltak
Pordomuan, SH berdasarkan akta perkawinan No.3532005 tanggal 11 Oktober
2005 adalah sah karena didasarkan kepada Akte Perkawinan yang status
hukumnya masih sah.
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim berkesimpulan, untuk menilai
ada tidaknya sebuah perkawinan tidak hanya berpatokan kepada Yuridis
Formal, tetapi juga harus dilihat secara materiil, apakah antara IGNATIUS
FADJARAY dengan Terdakwa DJONG IE TJENG telah menikah sebagai suami
istri dan apabila IGNATIUS FADJARAY Terdakwa DJONG lE TJENG secara
materiil adalah sebagai suami istri yang perkawinannya diketahui oleh keluarga
kedua belah pihak, maka demi kepentingan anak yang lahir (EDWIN
FADJARAY) dari perkawinan itu maka perkawinan dianggap ada dan
perkawinan tetap sah.
Bahwa terhadap pertimbangan judex facti tersebut, Pemohon Kasasi akan
menanggapi sebagai berikut.Bahwa Pemalsuan surat ada 2(dua) macam yaitu :
- Pemalsuan Materiil, dimana surat tersebut wujudnya sama sekali palsu
sejak
dari semula.
- Pemalsuan Intelektuil, dimana suratnya sendiri tidak palsu dan dibuat
sebagaimana mestinya, akan tetapi isinya yang palsu.
(Azas-Azas Hukum Pidana oleh MR.R.Tresna halaman 293).
Maka dengan demikian tidak ada alasan Hukum bagi Judex facti tersebut yang
memutus bebas murni perkara ini oleh karena perbuatan itu telah ada yang
dilakukan oleh Terdakwa DJONG lE TJENG anak NG LAK LENG.
Bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi dan Terdakwa dipersidangan,
diperoleh fakta-fakta sebagai berikut :
1. Berdasarkan Keterangan Saksi DOMINIKUS SAMUDERA FADJARAY :
- Bahwa benar sepengetahuan saksi antara Terdakwa dengan abang
kandung saksi tidak pernah melangsungkan pernikahannya menurut
agama Budha di Vihara Sumber Cahaya Pontianak.
- Bahwa benar sepengetahuan saksi abang saksi yang bernama
IGNATIUS FADJARAY sampai dengan akhir hayatnya masih memeluk agama
Katholik, hal ini diperkuat dengan adanya surat Bapptis dan Surat
Keterangan dengan Nomor 30/sekr/lV/2006 tanggal 15 Maret 2006 yang
dibuat dan ditanda tangani oleh Pastor Paroki Katedral Pontianak yang
menerangkan bahwa abang saksi yang bernama IGNATIUS FADJARAY
adalah benar beragama Katholik dan telah meninggal dunia di Pontianak
pada tanggal 15 Maret 2006 dan dimakamkan di pemakaman Yayasan
Budi Agung Sui Raya Pontianak.
- Bahwa benar sepengetahuan saksi, abang saksi (almarhum IGNATIUS
FADJARAY) pernah hidup dan tinggal satu rumah dengan Terdakwa sejak
tahun 1990, namun pada tahun 1994 Terdakwa sudah mulai meninggalkan
abang saksi (almarhum IGNATIUS FADJARAY) dan anaknya yang
bernama EDWIN FADJARAY.
- Bahwa benar Terdakwa kembali lagi ke Pontianak dan menemui
almarhum IGNATIUS FADJARAY baru pada tahun 2005 pada saat abang saksi
(almarhum) IGNATIUS FADJARAY dalam keadaan sakit keras.
- Bahwa benar menurut saksi Terdakwa kembali lagi kepada IGNATIUS
FADJARAY pada tahun 2005 dikarenakan Terdakwa telah mendengar
bahwa IGNATIUS FADJARAY pada saat itu sedang sakit keras sehingga
Terdakwa bermaksud akan menguasai harta peninggalan IGNATIUS
FADJARAY nantinya.
- Bahwa benar kemudian Terdakwa mengurus akta perkawinan untuk
mendapatkan status perkawinan yang sah bersama dengan abang saksi
(IGNATIUS FADJARAY).
- Bahwa benar untuk mendapatkan akta perkawinan tersebut diketahui
kemudian oleh saksi, bahwa Terdakwa telah melampirkan Surat
Keterangan Kawin Nomor: 235/SKI/YSC/VIll/005 tanggal 19 Agustus 2005
yang menerangkan bahwa antara abang saksi (IGNATIUS FADJARAY
dengan Terdakwa telah melangsungkan perkawinan menurut agama
Budha pada tanggal 25 Nopermber 1990 di Vihara Sumber Cahaya
Pontianak, padahal menurut sepengetahuan saksi mereka sama sekali
tidak pernah menikah secara agama Budha.
- Bahwa benar sepengetahuan saksi Terdakwa dan abang saksi
(IGNATIUS FADJARAY) juga ada menandatangani Formulir pencatatan
perkawinan yang menerangkan bahwa diri mereka pada saat itu beragama
Budha.
- Bahwa benar sepengetahuan saksi Terdakwa maupun abang saksi
(IGNATIUS FADJARAY) tidak pernah memeluk agama Budha dan tidak
pernah memiliki KTP maupun Kartu Keluarga yang menyatakan bahwa
mereka beragama Budha.
- Bahwa benar saksi mengetahui sendiri bahwa Terdakwa telah
mempergunakan KUTIPAN AKTA PERKAWINAN dengan Nomor 353/2005
tanggal 11 Oktober 2005 yang nyata-nyata diketahui sendiri oleh Terdakwa
bahwa isinya tidak benar, dimana dalam akta perkawinan tersebut
menerangkan bahwa antara IGNATIUS FADJARAY dan Terdakwa telah
melangsungkan perkawinannya dihadapan pemuka agama BUDHA yang
bernama TASMIN pada tanggal 25 Nopember 1990.
- Bahwa benar akta perkawinan tersebut dipergunakan oleh Terdakwa
untuk mengurus akta waris di kantor Notaris Poltak Pardomuan, sehingga
dengan akta waris tersebut Terdakwa telah menguasai :
- rumah beserta tanah yang berada di Jalan perdana Komplek Bali
Agung l l No.J.6 Pontianak.
- Mobil CRV K8.111 HR.
- 2(dua) unit mobil tangki minyak untuk pengangkutan minyak
tanah
masing-masing KB. 9622 AC dan K8.9622 AR yang keduanya STNK
atas nama abang saksi (IGNATIUS FADJARAY).
- BPKB mobil tangki K8.9699 AB.
- Tabungan abang saksi (IGNATIUS FADJARAY) di Bank Mandiri
Cabang Diponegoro.
- Usaha minyak tanah milik keluarga FADJARAY yang beratas
nama
abang saksi (IGNATIUS FADJARAY).
- Menjual binatang peliharaan abang saksi (IGNATIUS FADJARAY)
berupa anjing, burung dan ikan arwana.

- Bahwa benar saksi mengetahui bahwa sdr. TASMIN selaku Ketua


Yayasan Agama Budha Vihara "SUMBER CAHAYA" Kelurahan Siantan Hilir
Kecamatan Pontianak Utara yang telah mengeluarkan Surat Keterangan
Kawin antara Terdakwa dengan abang saksi (IGNATIUS FADJARAY) telah
membuat surat pernyataan yang menerangkan bahwa dirinya telah ditipu
oleh pihak yang telah meminta blangko tersebut dan mohon kepada
Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Pontianak agar
dibatalkan.
- Bahwa benar saksi juga mengetahui bahwa sdr. TASMIN selaku Ketua
Yayasan Agama Budha Vihara "SUMBER CAHAYA" Kelurahan Siantan
Hilir Kecamatan Pontianak Utara telah membuat Surat Pembatalan
Keterangan Kawin dengan Nomor : O2/Pembatalan/ SKK/YSC/V/2006
dengan alasan antara lain :
- Bahwa telah terjadi manipulasi/pemalsuan data/identitas dimana para
pihak yang akan melangsungkan perkawinan yakni IGNATIUS
FADJARAY dan Terdakwa DJONG lE TJENG pada tanggal 19 Agustus
2005 ternyata statusnya masih beragama Katholik, bahkan IGNATIUS
FADJARAY hingga meninggalnya pada tanggal 15 Maret 2006 masih
beragama Katholik, hal ini dikuatkan dengan Keterangan dari Gereja
Katedral ST.Yoseph Nomor 3O/Sekr/ lV/2006 yang ditandatangani oleh
Pastor Paroki Katedral Pontianak (P.Fidelis Sabinus OFM Cap).
- Dari data/informasi yang diperoleh sdr.TASMlN dari Kelurahan Benua
Melayu Darat, ternyata sdr. IGNATIUS FADJARAY baru dinyatakan
beragama BUDHA seperti yang tertera pada Kartu Keluarga (KK) yang
diterbitkan oleh Camat Pontianak Selatan tertanggal 22 September
2005 padahal surat KETERANGAN KAWIN Nomor
23S/SKK/YSC/VIll/005 tanggal 19 Agustus 2005 sudah menerangkan
bahwa yang bersangkutan beragama BUDHA.
- Bahwa Vihara SUMBER CAHAYA pada tahun 1990 belum diakui oleh
Pemerintah dan di Vihara tersebut belum diperbolehkan melaksanakan
perkawinan umat Budha.
- Bahwa benar sehingga dengan demikian terdapat unsur pemalsuan data
pada saat pengisiannya, sehingga Sdr. TASMIN mohon kepada Kepala
Dinas Kependudukan keluarga Berencana dan Catatan Sipil Kota
Pontianak untuk membatalkan akta perkawinan tersebut, karena akta
tersebut dibuat salah satunya atas dasar surat KETERANGAN KAWIN
Nomor 235/SKK/YSC/Vlll/005 tanggal 19 Agustus 2005 yang ditanda
tangani oleh Sdr.TASMlN.

2. Berdasarkan Keterangan Saksi Dra. BADARIAH BUSTAMI, Msi.


- Bahwa benar saksi ada menandatangani Akte Perkawinan antara
IGNATIUS FADJARAY dengan Terdakwa DJONG lE TJENG sebagaimana
yang telah diperlihatkan didepan persidangan Kutipan Akta Perkawinan
No.353/2005 tanggal 11 Oktober 2005.

- Bahwa benar saksi menandatangani Akte Perkawinan antara IGNATIUS


FADJARAY dengan Terdakwa DJONG lE TJENG pada hari dan tanggal
tidak ingat lagi namun sekitar bulan Oktober 2005 di Kantor Dinas
Kependudukan KB dan Catatan Sipil Kota Pontianak.

- Bahwa benar syarat-syarat untuk kelengkapan pengajuan pembuatan


Akte
Perkawinan antara IGNATIUS FADJARAY dengan DJONG lE TJENG yang
saksi ketahui antara lain adalah Surat Keterangan Kawin dari Vihara
Sumber Cahaya dengan nomor 235/SKK/YSC/VIll/005 tanggal 19 Agustus
2005 yang ditanda tangani oleh Sdr. TASMIN yang menerangkan bahwa
pada tanggal 25 Nopember 1990 antara IGNATIUS FADJARAY dan
Terdakwa DJONG lE DJENG telah melangsungkan perkawinan menurut
agama Budha, Akte Lahir Terdakwa dan IGNATIUS FADJARAY serta
anaknya yang bernama EDWIN FADJARAY, KTP suami istri, KK, foto yang
bersangkutan 4x6 empat lembar, Akte dari Catatan Sipil dari DKI, Surat
Pernyataan yang bersangkutan yang mengatakan perkawinannya belum
pernah dicatat di Kantor Catatan Sipil.

- Bahwa benar baru saksi ketahui kemudian bahwa ternyata antara


IGNATIUS FADJARAY dan Terdakwa DJONG lE DJENG tidak pernah
melakukan perkawinan secara adat Budha di Vihara tersebut.
- Bahwa benar saksi juga telah menerima surat permintaan pembatalan
akta perkawinan Nomor 353/2005 tanggal 11 Oktober 2005 atas nama
IGNATIUS FADJARAY dengan Terdakwa DJONG lE DJENG yang telah
dikeluarkannya, dengan alasan antara lain :

- Bahwa telah terjadi manipulasi/pemalsuan data/identitas dimana para


pihak yang akan melangsungkan perkawinan yakni IGNATIUS
FADJARAY dan Terdakwa DJONG lE TJENG pada tanggal 19 Agustus
2005 ternyata statusnya masih beragama Katholik, bahkan IGNATIUS
FADJARAY hingga meninggalnya pada tanggal 15 Maret 2000 masih
beragama Katholik, hal ini dikuatkan dengan Keterangan dari Gereja
Katedral ST.Yoseph Nomor 30/Sekr/lV/2006 yang ditandatangani oleh
Pastor Paroki Katedral Pontianak (P.Fidelis Sabinus OFM Cap).

- Bahwa surat keterangan kawin yang telah dikeluarkan pada tanggal 19


Agustus 2005 tersebut, pada awalnya semata-mata didasari oleh rasa
saling percaya antara pihak yayasan dengan Sdr.HASBl yang
kebetulan mengurus perkawinan tersebut.

- Dari data/informasi yang diperoleh sdr.TASMlN dari Kelurahan Benua


Melayu Darat, ternyata sdr. IGNATIUS FADJARAY baru dinyatakan
beragama BUDHA seperti yang tertera pada kartu Keluarga (KK) yang
diterbitkan oleh Camat Pontianak Selatan tertanggal 22 September
2005 padahal surat KETERANGAN KAWIN Nomor
23S/SKK/YSC/VIll/005 tanggal 19 Agustus 2005 sudah menerangkan
bahwa yang bersangkutan beragama BUDHA.

- Bahwa Vihara SUMBER CAHAYA pada tahun 199O belum diakui oleh
Pemerintah dan di Vihara tersebut belum diperbolehkan melaksanakan
perkawinan umat Budha.

- Bahwa benar pada saat itu Akte perkawinan No.353/2O05 tanggal 11


Oktober 2005 antara IGNATIUS FADJARAY dan Terdakwa DJONG lE
DJENG tersebut adalah syah karena syarat mutlak sudah terpenuhi,
namun setelah saksi mengetahui keterangan dari ketua Yayasan Agama
Budha Vihara Sumber Cahaya (Sdr. TASMIN) yang menerangkan bahwa
kedua orang tersebut yaitu IGNATIUS FADJARAY dan DJONG lE TJENG
ternyata tidak pernah menikah di Vihara Sumber Cahaya dan agama yang
bersangkutan adalah Katholik dan Protestan, maka Akte Perkawinan
antara IGNATIUS FADJARAY dengan DJONG lE TJENG adalah cacat
hukum.

3. Berdasarkan Keterangan Saksi M. HASBIE

- Bahwa benar pada saat itu sekira bulan Okttober 2005, saksi DONNIEL
SIMATTUPANG, SH. datang ke kantor Catatan Sipil Kota Pontianak Jl.
Letjen Sutoyo Pontianak dan bertemu dengan saksi dan mengutarakan
maksudnya yaitu ingin melakukan pencatatan perkawinan antara Terdakwa
dengan IGNATIUS FADJARAY.

- Bahwa benar pada saat itu juga saksi memberitahukan kepada saksi
DONNIEL SIMATUPANG, SH. bahwa syarat-syarat yang diperlukan untuk
melakukan pencatatan perkawinan antara lain adalah Surat Keterangan
Kawin dari yang menikahkan (Pengantar dari agama yang menikahkan),
Akte Lahir suami istri dan anak dari anak yang akan disahkan, KTP suami
istri, KK, foto 4x6 empat lembar, 2 orang saksi, Surat Pernyataan yang
bersangkutan yang meyatakan bahwa mereka telah melakukan
perkawinan secara adat agama dan perkawinannya belum pernah dicatat
di Kantor Catatan Sipil) dan menandatangani formulir untuk pencatataan
perkawinan.

- Bahwa benar sepengetahuan saksi syarat-syarat yang diajukan untuk


kelengkapan pengajuan pembuatan Akte Perkawinan antara IGNATIUS
FADJARAY dengan Terdakwa yang saksi ketahui antara lain adalah Surat
Keterangan Kawin dari Vihara Sumber Cahaya dengan nomor
235/SKK/YSC/VIll/005 tanggal 19 Agustus 2005 yang ditanda tangani oleh
Sdr. TASMIN yang menerangkan bahwa pada tanggal 25 Nopember 1990
antara IGNATIUS FADJARAY dan Terdakwa DJONG lE DJENG telah
melangsungkan perkawinan menurut agama Budha, Akte Lahir Terdakwa
dan IGNATIUS FADJARAY serta anaknya yang bernama EDWIN
FADJARAY, KTP suami istri, KK, foto yang bersangkutan 4x6 empat
lembar, Akte dari Catatan Sipil dari DKl, Surat Pernyataan yang
bersangkutan yang mengatakan perkawinannya belum pernah dicatat di
Kantor Catatan Sipil.

- Bahwa benar setelah semua persyaratan dipenuhi saksi bersama-sama


dengan saksi DONNIEL SIMATUPAN, SH. pergi kerumah Terdakwa dan
IGNATIUS FADJARAY yang pada saat itu sedang diinfus dan menurut
keterangan dari mereka bahwa yang bersangkutan sedang sakit.

- Bahwa benar belakangan baru saksi ketahui bahwa ternyata data-data


yang telah diberikan ke kantor Dinas Kependudukan KB dan Catatan Sipil
Kota Pontianak untuk memperoleh akte perkawinan adalah tidak benar
salah satunya adalah mengenai Surat Keterangan Kawin dari Vihara
Sumber Cahaya dengan nomor 235/SKK/YSC/VIll/005 tanggal 9 Agustus
2005 yang ditanda tangani oleh Sdr. TASMIN.

- Bahwa benar baru saksi ketahui kemudian bahwa ternyata antara


IGNATIUS'FADJARAY dan Terdakwa DJONG lE DJENG tidak pernah
melakukan perkawinan secara adat budha di Vihara tersebut.

- Bahwa benar menurut saksi pada saat itu Akte perkawinan No.353/2O05
tanggal 11 Oktober 2005 antara IGNATIUS FADJARAY dan Terdakwa
DJONG lE DJENG tersebut adalah sah karena syarat mutlak sudah
terpenuhi, namun setelah saksi mengetahui keterangan dari Ketua
Yayasan Agama Budha Vihara Sumber Cahaya (Sdr. TASMIN) yang
menerangkan bahwa kedua orang tersebut yaitu IGNATIUS FADJARAY
dan DJONG lE TJENG ternyata tidak pernah menikah di Vihara Sumber
Cahaya dan agama yang bersangkutan adalah Katholik dan Protestan,
maka Akte Perkawinan antara IGNATIUS FADJARAY dengan DJONG lE
TJENG menurut saksi adalah cacat hukum.

4. Berdasarkan Keterangan Saksi TASMIN als. AWENG

- Bahwa benar saksi tidak pernah mengawinkan secara Agama Budha di


Vihara saksi antara IGNATIUS FADJARAY dengan DJONG lE TJENG.

- Bahwa benar IGNATIUS FADJARAY dan DJONG lE TJENG tidak


pernah
menemui saksi bahwa ia dinikahkan secara Agama Budha.

- Bahwa benar kedua orang tersebut IGNATIUS FADJARAY dengan


DJONG lE TJENG tidak terdaftar di Vihara saksi (Yayasan Sumber
Cahaya).

- Bahwa benar saksi tidak mengetahui blangko kosong yang saksi berikan
kepada saksi HASBI diisi dengan orang yang tidak saksi kawinkan yaitu
IGNATIUS FADJARAY dengan DJONG lE TJENG adalah pada tanggal 2
April 2006 di Kantor Lurah Benua Melayu Darat Pontianak Selatan.

- Bahwa benar tindakan saksi setelah mengetahui bahwa blangko kosong


yang diberikan kepada saksi HASBI adalah diisi dengan orang yang tidak
saksi kawinkan adalah pada tanggal 07 April 2000 saksi membuat
Pernyataan bahwa perkawinan tersebut tidak sah/bermasalah dan saksi
minta ke Kantor Catatan Sipil Kota agar Surat Kawin antara IGNATIUS
FADJARAY dengan DJONG lE TJENG dibatalkan.

5. Berdasarkan Keterangan Terdakwa DJONG lE TJENG als. ACENG anak


NG LAK LENG

- Bahwa benar Terdakwa menikah dengan IGNATIUS FADJARAY pada


tanggal 25 Nopember 1990 di Jakarta dan menikah secara adat Tionghoa,
dan pada saat itu pernikahan belum dicatat di Kantor Catatan Sipil.

- Bahwa benar untuk sebagai persyaratan pembuatan Akte Perkawinan


antara Terdakwa dengan IGNATIUS FADJARAY Terdakwa pernah
menandatangani Surat Pernyataan bersama suami Terdakwa tentang
bahwa pernah melakukan pernikahan secara adat agama di Vihara
Sumber Cahaya.
- Bahwa benar Terdakwa dengan suami Terdakwa tidak pernah menikah
secara agama Budha di Vihara Sumber Cahaya.

- Bahwa benar yang Terdakwa ketahui dari suami bahwa Surat


Pernyataan tersebut akan dipergunakan untuk membuat Akte Perkawinan.

- Bahwa benar Terdakwa turut menandatangani dalam Surat Pernyataan


yang seolah-olah Terdakwa dan suami Terdakwa adalah beragama Budha
di Vihara Sumber Cahaya.

- Bahwa benar akta perkawinan tersebut dipergunakan oleh Terdakwa


untuk mengurus akta waris di kantor Notaris Poltak Pardomuan.
Dari fakta-fakta yang terungkap dipersidangan tersebut Judex Facti dalam
memeriksa dan mengadili perkara ini telah menyimpang dari surat dakwaan
yang diajukan sebagai dasar pemeriksaan perkara Terdakwa tersebut.

Bahwa saksi-saksi telah mengetahui secara nyata dan diakui oleh Terdakwa
sendiri bahwa antara Terdakwa dengan alm.lGNATlUS FADJARAY tidak pernah
melakukan perkawinan secara agama Budha di Vihara Sumber Cahaya dan
secara nyata juga diakui oleh Terdakwa bahwa Akta Catatan Sipil No.353/2005
tanggal 11 Oktober 2005 isinya adalah tidak benar, namun Terdakwa tetap
menggunakan akta tersebut untuk memperoleh akta waris di Notaris Poltak
Poduman dan dipergunakan oleh Terdakwa untuk menguasai seluruh harta
peninggalan alm. IGNATIUS FADJARAY.
Dan ternyata Judex Facti tidak mempertimbangkan keterangan saksi-saksi yang
terungkap dipersidangan, akan tetapi Judex Facti tersebut mempertimbangkan
sah dan tidaknya perkawinan Terdakwa dengan Alm.IGNATIUS FADJARAY
tersebut, sedangkan Pemohon Kasasi sama sekali tidak mendakwakan tentang
itu.

Berdasarkan alasan-alasan yang telah Pemohon Kasasi uraikan diatas, menurut


pendapat Pemohon Kasasi bahwa perbuatan Terdakwa tersebut dapat
dikategorikan sebagai "Pemalsuan Intelektuil" dimana akta perkawinan yang
dibuat oleh saksi Dra. BUSTAMI M.Si dengan Nomor 353/2005 adalah tidak
palsu dan dibuat sebagaimana mestinya, akan tetapi isinya nyata-nyata yang
tidak benar/palsu yaitu yang menerangkan bahwa antara IGNATIUS
FADJARAY dan DJONG lE TJENG telah melangsungkan perkawinan
dihadapan pemuka agama Budha yang bernama TASMIN pada tanggal 25
Nopember 1990 di Pontianak, sehingga dengan demikian Putusan Majelis
Hakim Pengadilan Negeri Pontianak tersebut bukanlah merupakan Putusan
bebas murni, akan tetapi merupakan Putusan Bebas Tidak Murni atau bebas
terselubung, sehingga beralasan bagi Pemohon Kasasi untuk mengajukan
Kasasi. Bahwa Pengadilan Negeri Pontianak yang telah menjatuhkan Putusan
yang amarnya berbunyi sebagaimana tersebut diatas, dalam memeriksa dan
mengadili perkara tersebut telah melakukan kekeliruan dengan alasan "Tidak
menerapkan atau menerapkan peraturan hukum tidak sebagaimana mestinya"
yaitu Mengenai hukum pembuktian unsur "Dengan sengaja menggunakan akta
itu seolah-olah isinya cocok dengan hal yang sebenarnya", yaitu :
Bahwa Pemalsuan surat ada 2(dua) macam yaitu :
- Pemalsuan Materiil, dimana surat tersebut wujudnya sama sekali palsu
sejak
dari semula.
- Pemalsuan lntelektuil, dimana suratnya sendiri tidak palsu dan dibuat
sebagaimana mestinya, akan tetapi isinya yang palsu.

(Azas-Azas Hukum Pidana oleh MR.R.Tresna halaman 293)


Ketika proses persidangan Penasehat Hukum Terdakwa ada memperlihatkan
KTP Nomor . 14.50002.110359.0001 tanggal 22 September 2005 yang
dikeluarkan oleh Camat Pontianak Selatan an. alm. IGNATIUS FADJARAY
yang dianggap oleh Penasehat Hukum Terdakwa sebagai barang bukti, dalam
hal ini Pemohon Kasasi menolak atas pengajuan KTP tersebut karena Pemohon
Kasasi menilai itu bukanlah merupakan barang bukti yang sah menurut hukum,
tidak sesuai dengan barang bukti yang tercantum dalam daftar barang bukti
tersebut diatas yang nyata-nyata barang bukti yang ada dalam daftar tersebut
diatas telah diadakan penyitaan dan dilengkapi Penetapan Pengadilan, sesuai
dengan ketentuan Pasal 38 KUHAP, bahwa penyitaan hanya dapat dilakukan
oleh penyidik dengan surat ijin Pengadilan setempat, selain pada ketentuan
tersebut diatas barang bukti yang diajukan kepersidangan adalah tidak sah,
namun Judex Facti telah memeriksa bukti-bukti dari Penasehat Hukum
Terdakwa diluar daripada bukti dalam perkara ini tanpa mengeluarkan
penetapan dan dijadikan bahan pertimbangan hukum untuk memutus perkara
ini, sehingga pertimbangan Judex Facti dengan menggunakan bukti-bukti yang
tanpa penetapan Pengadilan Negeri tersebut, seharusnya tidak sah ; disinilah
letaknya Hakim Pengadilan Negeri salah menafsirkan mengenai Undangundang.
Bahwa berdasarkan hal tersebut Judex Facti cara mengadili perkara ini tidak
dilaksanakan menurut ketentuan Undang-undang, yakni fakta dan keadaan
serta alat bukti yang diperoleh dari pemeriksaan sidang yang menjadi dasar
penentuan kesalahan Terdakwa diabaikan. Adapun fakta dan keadaan serta
alat bukti tersebut adalah sebagai berikut :
- Bahwa Terdakwa telah didakwa melanggar Primair Pasal 266 ayat (1)
KUHP, Subsidair Pasal 266 ayat (2) KUHP.
- Bahwa untuk membuktikan kebenaran dakwaan tersebut Pemohon
Kasasi
telah mengajukan alat bukti berupa beberapa saksi dan surat, antara lain
saksi-saksi :
1. DOMINIKUS SAMUDERA FADJARAY.
2. Dra. BADARIAH BUSTAMI MSl.
3. M. HASBIE.
4. DONEL SIMATUPANG,SH.
5. TASMIN als. AWENG.
- Yang dari keterangan saksi-saksi tersebut dihubungkan dengan, bukti-
bukti berupa 1 (satu) lembar Surat Permohonan Pencatatan Perkawinan dari
IGNATIUS FADJARAY dan Terdakwa TJONG lE TJENG tanggal 05
September 2005 yang diajukan ke Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kota Pontianak, 1 (satu) lembar formulir Pencatatan Perkawinan yang
memuat keterangan calon mempelai atas nama IGNATIUS FADJARAY dan
Terdakwa TJONG lE TJENG, 1 (satu) lembar Surat Pernyataan atas nama
IGNATIUS FADJARAY dan Terdakwa TJONG lE TJENG yang menyatakan
telah menikah secara adat agama Budha di Vihara Sumber Cahaya, 1 (satu)
lembar Surat Keterangan Kawin dari Yayasan Agama Budha Vihara Sumber
Cahaya No. 23S/SKK/YSC/VIIl/005 tanggal 19 Agustus 2005, 1 (satu)
lembar Kutipan Akta Perkawinan dari Dinas Kependudukan dan Catatan
Sipil Kota Pontianak No. 353/2005 tanggal 11 Oktober 2005, diperoleh fakta
hukum bahwa benar Terdakwa nyata-nyata telah mempergunakan akte
berupa Surat Keterangan Kawin dengan nomor : SKK/YSC/VIll/005 tanggal
19 Agustus 2005 dan Kutipan Akta perkawinan dengan Nomor 353/2005
tanggal 11 Oktober 2005 seolah-olah isinya cocok dengan hal yang
sebenarnya dan dalam pemakaiannya telah menimbulkan kerugian bagi
saksi korban DOMINIKUS SAMUDERA FADJARAY lebih kurang sebesar
Rp.983.300.000,-, padahal secara nyata Terdakwa adalah bukan ahli
warisnya.
- Bahwa judex Facti hanya memfokuskan pertimbangannya atas sah
tidaknya pernikahan Terdakwa, padahal yang menjadi dasar dakwaan Pemohon
Kasasi adalah mengenai Primair "menyuruh menempatkan keterangan palsu
kedalam suatu akte outhentik tentang sesuatu kejadian yang kebenarannya
harus dinyatakan oleh akte itu", Subsidair "dengan sengaja menggunakan
akte itu seolah-olah isinya cocok dengan hal yang sebenarnya" hal mana
oleh Pemohon Kasasi dakwaan Subsidair telah dapat dibuktikan
kebenarannya.

- Bahwa Judex Facti dalam menjatuhkan Putusan juga tidak


memperhatikan
dan mempertimbangkan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Pontianak
Nomor 17/G/PTUN-PTK/2006 tanggal 28 Desember 2006 yang dalam Pokok
Perkara "Menyatakan Batal Surat Keputusan Tata Usaha Negara yang
dterbitkan oleh Tergugat (Kepala Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil
Kota Pontianak) berupa Akta Catatan Sipil No.353/2005 tanggal 11 Oktober
2005 atas nama IGNATIUS FADJARAY dan DJONG lE TJENG (Pemohon
Kasasi lampirkan dalam memori Kasasi ini).

- Bahwa Pengadilan Negeri Pontianak yang telah menjatuhkan Putusan


yang amarnya berbunyi sebagaimana yang termuat dalam Putusannya halaman
21 s/d 30, dalam memeriksa dan mengadili perkara tersebut juga telah
melakukan kekeliruan dengan alasan "Bahwa dalam cara mengadili tidak
dilaksanakan menurut ketentuan Undang-undang", yaitu :

Bahwa Judex Facti dalam Putusannya tersebut tidak memuat hal-hal seperti
yang disebutkan dalam Pasal 197 ayat (1) huruf f KUHAP, dan apabila hal
tersebut tidak dipenuhi mengakibatkan putusan batal demi hukum (Pasal
197 ayat (2) KUHAP).
Menurut hemat Pemohon Kasasi dalam putusan Judex Facti tersebut
tidak/belum memuat hal-hal memberatkan dan meringankan Terdakwa (Vide
Pasal 197 ayat (1) huruf f KUHAP sehingga putusan Judex Facti tersebut
kurang memenuhi rasa keadilan, sehingga menjadikan Putusan Judex Facti
tersebut batal demi hukum.
Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung
berpendapat bahwa ternyata Pemohon Kasasi tidak dapat membuktikan bahwa
putusan tersebut adalah merupakan pembebasan yang tidak murni, karena
Pemohon Kasasi tidak dapat mengajukan alasan-alasan yang dapat dijadikan
dasar pertimbangan mengenai dimana letak sifat tidak murni dari putusan bebas
tersebut ;

Menimbang, bahwa disamping itu Mahkamah Agung berdasarkan


wewenang pengawasannya juga tidak dapat melihat bahwa putusan tersebut
dijatuhkan oleh Pengadilan Negeri dengan telah melampaui batas
wewenangnya, oleh karena itu permohonan kasasi Jaksa/Penuntut Umum/
Pemohon Kasasi berdasarkan pasal 244 Undang-Undang No.8 tahun 1981
(KUHAP) harus dinyatakan tidak dapat diterima ;

Menimbang, bahwa karena permohonan kasasi Jaksa/Penuntut Umum


dinyatakan tidak dapat diterima dan Terdakwa tetap dibebaskan, maka biaya
perkara dibebankan kepada Negara ;
Memperhatikan Undang-Undang No.4 tahun 2004, Undang-Undang No.8
tahun 1981 dan Undang-Undang No.14 tahun 1985 sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang No.5 tahun 2004 dan peraturan perundang-undangan
lain yang bersangkutan ;

MENGADILI
Menyatakan tidak dapat diterima permohonan kasasi dari Pemohon
Kasasi : Jaksa/Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Pontianak tersebut ;
Membebankan biaya perkara dalam tingkat kasasi kepada Negara;
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah
Agung pada hari Senin tanggal 28 April 2008 oleh German Hoediarto, SH.
Hakim Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua
Majelis, Timur P. Manurung, SH. dan M. Imron Anwari, SH.SpN.MH. Hakim-
Hakim Agung sebagai Anggota, dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk
umum pada hari Rabu tanggal 30 April 2008 oleh Ketua Majelis beserta Timur
P. Manurung, SH., M. Imron Anwari, SH.SpN.MH. Hakim-Hakim Anggota
tersebut, dan dibantu oleh Made Suweda, SH.MH. Panitera Pengganti dan tidak
dihadiri oleh Pemohon Kasasi : Jaksa/ Penuntut Umum dan Terdakwa.

Anggota-Anggota :

Ketua :
ttd./Timur P. Manurung, SH. ttd./German Hoediarto, SH.
ttd./M. Imron Anwari, SH.SpN.MH.

Panitera Pengganti :
ttd./Made Suweda, SH.MH.
Untuk salinan :

MAHKAMAH AGUNG R.I.


a.n. Panitera
Panitera Muda Pidana
M.D. Pasaribu, SH.M.Hum.
NIP.040036589

Anda mungkin juga menyukai