Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH PENGETAHUAN TEKNOLOGI,INFORMASI DAN KOMUNIKASI



Judul:
PENGAPLIKASIAN STEAM TURBINE PADA KAPAL TANKER UKURAN BESAR
SEBAGAI SOLUSI OPTIMALISASI KERJA SISTEM PENGGERAK




Disusun oleh:
1. Ahmad Jauhar Isnan (4212 100 062)



JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER (ITS)
SURABAYA
2013



ii

Abstrak

Dalam merancang kapal, bentuk badan kapal diusahakan mempunyai tahanan
kapal yang rendah bila kapal bergerak diatas air. sistem propulsor kapal /pendorong, mesin
penggerak dan lambung kapal harus dirancang yang paling efisien, yaitu jumlah energi yang
diperlukan untuk propulsi kapal harus sekecil mungkin tapi harus mampu
memenuhi kecepatan kapal rancang. Perancangan sistem propulsi pada kapal tenker ukuran
besar adalah salah satu bagian dari proses pembuatan kapal secara umum. Sistem propulsi
pada kapal sangatlah penting untuk menentukan kapal dapat memenuhi persyaratan yang di
ajukan oleh owner. Semua elemen dalam dari sistem propulsi kapal harus cocok satu sama
lain. Sementara itu, kapal tersebut harus mempunyai kemampuan olah gerak dan unjuk kerja
(performance) yang baik. Dalam kebutuhan sistem propulsi pada kapal tanker dengan ukuran
besar, maka haruslah ada sebuah rancangan sistem penggerak kapal yang efeksif dan efisien.
Dengan adanya kebutuhan tersebut diatas, pemilihan sistem penggerak yang optimal sangat
diperlukan untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas.

1

Daftar Isi

Abstrak ..................................................................................................................................................... ii
BAB 1 Pendahuluan ..................................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................2
1.2 Rumusan Permasalahan .................................................................................................................3
1.3 Tujuan .............................................................................................................................................3
1.4 Lingkup pembahasan......................................................................................................................3
BAB 2 ISI ...................................................................................................................................................4
2.1 Definisi Kapal .................................................................................................................................4
2.2 Tipe-tipe Propeller ..........................................................................................................................5
2.3 Kriteria Pemilihan Sistem Propulsi .................................................................................................9
2.4 Faktor-Faktor Yang Menjadi Pertimbangan Pemilihan Mesin Induk ........................................... 10
2.5 Pemilihan Sistem Propulsi ........................................................................................................... 12
BAB 3 Penutup ....................................................................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................................. 14
3.2 Saran ............................................................................................................................................ 14
Daftar Gambar ....................................................................................................................................... 15
Daftar Pustaka ....................................................................................................................................... 16


2

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam beroperasi, suatu kapal setidaknya harus memiliki kemampuan
mempertahankan kecepatan dinas (Vs) seperti yang sudah direncanakan sejak awal. Hal
ini berarti bahwa, kapal yang beroperasi dengan baik haruslah memiliki suatu rancangan
sistem penggerak (propulsion system) yang dapat mengatasi keseluruhan gaya hambat
(total resitance) yang terjadi agar dapat tetap mempertahankan kecepatan dinas seperti
yang sudah direncanakan.
Sistem penggerak (propulsion system) kapal terdiri dari tiga komponen utama,
diantaranya:
(a) Motor Penggerak Utama (Main Engine)
(b) Sistem Transmisi
(c) Alat Gerak
Ketiga komponen utama ini merupakan suatu kesatuan yang di dalam proses
perencanaannya tidak dapat ditinjau secara terpisah. Kesalahan di dalam perancangan,
akan membawa konsekuensi yang sangat besar terhadap kondisi-kondisi sebagai
berikut,
1. Tidak tercapainya kecepatan dinas kapal yang direncanakan
2. Fuel oil consumption yang tidak efisien
3. Turunnya nilai ekonomis dari kapal tersebut
4. Pengaruh pada tingkat vibrasi yang terjadi pada badan kapal
konfigurasi dari ketiga komponen utama sistem propulsi ini sangat dipengaruhi oleh
rancangan fungsi kapal itu sendiri, serta bagaimana misi yang harus dijalankan dalam
operasionalnya di laut.






3

1.2 Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah di tetapkan maka rumusan masalahnya sebagai
berikut:
1. Apa peranan dan fungsi dari kapal tanker ?
2. Sistem propulsi dan mesin penggerak apa yang di gunakan pada kapal tanker ?
3. Pemilihan sistem propulsi dan mesin penggerak apa yang terbaik pada kapal
tanker ukuran besar ?

1.3 Tujuan
Mendapatkan sistem propulsi dan mesin penggerak yang efektif sesuai
kebutuhan dengan hasil yang maksimal, dan efisien.
1.4 Lingkup pembahasan

Dengan menganalisa masalah di atas, dapat di pecahkan dengan sistematis dan
baik, maka dalam penulisan ini perlu untuk dibatasi lingkup pembahasanya yaitu:
1. Kapal tanker dengan ukuran besar
2. Sistem penggerak kapal tanker ukuran besar

4

BAB 2
ISI
2.1 Definisi Kapal
Kapal tanker, adalah kapal dirancang untuk mengangkut cairan dalam jumlah
besar. Jenis utama tankship termasuk kapal tanker minyak, kapal tanker kimia, dan
pembawa gas alam cair.
Berikut adalah beberapa ukuran dari kapal tanker :
Handysize TANKER 20.000 30.000 DWT
TANKER Handymax Kira-kira 45.000 DWT
Panamax TANKER Kira-kira 79.000 DWT
Aframax TANKER Antara 79.000 120.000 DWT
Suezmax TANKER Antara 120.000 180.000 DWT
VLCC TANKER Antara 200.000 300.000 DWT
ULCC TANKER Lebih dari 300.000 DWT

(a) VLCC: Very Large Crude Carriers 200.000 - 299.999 ton bobot mati. Pada
rute mirip dengan ULCCs tetapi dengan fleksibilitas yang lebih besar dalam
menjalankan pelabuhan karena ukurannya yang lebih kecil. Mereka bisa
swabalast akan melalui Terusan Suez.
(b) ULCC: Ultra Large Crude Carriers 300.000 - 550.000 ton bobot mati.
Digunakan untuk membawa minyak mentah pada panjang mengangkut rute
dari Teluk Arab untuk Eropa, Amerika dan Timur Jauh, melalui Tanjung
Harapan Baik normal pemakaian di terminal dibangun kustom.
(c) MALACCAMAX: Maksimum hull form menggunakan maksimal diijinkan
rancangan untuk melewati Selat Malaka di Malaysia, yang 25 meter.
(d) Panamax: The diterima terbesar Ukuran untuk transit Panama Canal. Panjang
kapal 'dibatasi untuk 275M, dan maksimum yang diijinkan lebar sedikit lebih
dari 32m. Bobot mati rata-rata seperti kapal adalah sekitar 65.000 sampai
80.000 ton, kargo asupan biasanya terbatas pada sekitar 52.500 ton pada
Terusan Panama draft
(e) Suezmax: Sebelum penutupan di 1967 Terusan Suez hanya bisa mengatasi
dengan bobot mati 80.000 ton tanker dan draft maksimum tersedia adalah 37
5

meter. Ketika Suez Canal dibuka kembali pada tahun 1975 maksimal tonase
meningkat menjadi 200.000 ton bobot mati dan maksimum draft 66 meter.
2.2 Tipe-tipe Propeller
Dalam operasinya, sebuah kapal pastinya memiliki sistem penggerak (propulsion
system) yang dapat mengatasi keseluruhan gaya hambat (total resitance) yang terjadi
agar dapat tetap mempertahankan kecepatan dinas seperti yang sudah direncanakan.
Oleh karena itu, pemilihan tipe propeller harus dilakukan dengan cermat sesuai dengan
kebutuhan dari kapal. Berikut adalah berbagai tipe dari propeller yang ada :
(a) Fixed Pitch Propellers
Baling-baling dengan pitch tetap: Daun baling-baling tetap terhadap boss baling-
baling. Untuk gerak mundur kapal, arah putaran baling-baling harus dibalik.
Baling-baling jenis ini secara tradisi telah membentuk basis produksinya
Baling-baling ini secara umum telah memenuhi proporsi yang tepat terutama
jenis rancangan dan ukurannya, baik itu untuk baling-baling perahu motor yang
kecil hingga untuk kapal muatan curah hingga kapal tangki yang berukuran
besar
FPP ini adalah mudah untuk membuatnya












(b) Controllable Pitch Propeller (CPP)
Baling-baling dengan pitch dapat diatur : Daun baling-baling dapat diputar
terhadap boss baling-baling dan diatur sudutnya sesuai arah dan besar gaya
dorongnya. Arah putaran baling-baling tetap. Daun propeler dapat diputar
terhadap boss untuk gerak maju, netral dan mundur


Gambar 1. Fixed Pitch Propellers
6











(c) Ducted Propeller
Baling-baling Ducted terdiri dari dua komponen, yaitu :
Saluran pipa (Duct) berbentuk seperti gelang yangmana mempunyai potongan
melintang berbentuk aerofoil, dan
Baling-baling
Keberadaan saluran pipa (duct) akan mengurangi gaya-gaya tekanan yang
menginduced pada lambung kapal. Baling-baling jenis ini dikenal dengan sebutan
Kort Nozzles, melalui pengenalan Kort Propulsion Companys sebagai pemegang
Hak Paten dan asosiasi dari jenis baling-baling ini. Efisiensi Baling-Baling
ditingkatkan tergantung atas beban baling-baling.













(d) Contra-rotating propellers
Baling-baling jenis ini mempunyai dua-coaxial propellers yang dipasang dalam
satu sumbu poros, secara tersusun satu didepan yang lainnya dan berputar saling
berlawanan arah. Baling-baling ini memiliki keuntungan hidrodinamis terhadap
permasalahan penyelamatan energi rotasional slip stream yang mungkin akan
hilang bilamana kita menggunakan sistem single screw propeller yang
konventional. Energi yang dapat diselamatkan sekitar 15% dari dayanya.






Gambar 2. Controllable Pitch
Propeller
Gambar 3. Ducted Propeller
7














(e) Overlapping Propellers
Konsep dari baling-baling ini adalah dua propeller tidak dipasang/diikat secara
coaxially, tapi masing-masing propeller memiliki sumbu poros pada sistem
perporosan yang terpisah. Sistem ini dalam prakteknya, adalah sangat jarang
diaplikasikan.















(f) Cycloidal Propellers
Sistem Cycloidal Propellers adalah juga dikenal dengan sebutan baling-baling
poros vertikal meliputi satu set verically mounted vanes, enam atau delapan dalam
jumlah, berputar pada suatu cakram horisontal atau mendekati bidang horisontal.
Sistem ini mempunyai keuntungan yang pantas dipertimbangkan ketika
kemampuan olah gerak dalam mempertahankan posisi stasiun kapal merupakan
faktor penting pada perencanaan kapal. Dengan aplikasi propulsor jenis ini, maka
instalasi kemudi yang terpisah pada kapal sudah tidaklah diperlukan. Sistem
memperlengkapi dengan rangka pengaman untuk membantu melindungi
propulsor tersebut dari kerusakan-kerusakan yang di sebabkan oleh sumber
eksternal.








Gambar 4. Contra Rotating
Propellers
Gambar 5. Overlapping Propellers
Gambar 6. Cycloidal
Propellers
8

(g) Paddle Wheels (Roda Pedal)
Salah satu tipe propulsors mekanik yang aplikasinya sudah jarang ditemui saat
ini.Seperti namanya, maka Paddle Wheels ini adalah suatu roda yang pada bagian
diameter luarnya terdapat sejumlah bilah/sudu-sudu yang berfungsi untuk
memperoleh momentum geraknya. Ada dua tipe bilah/sudu yang diterapkan pada
propulsors jenis ini, antara lain : fixed blades dan adjustable blades.
Pada fixed blades, sudu-sudu terikat secara mati pada bagian roda pedal tersebut.
Sehingga hasil momentum gerak dari roda pedal tidaklah begitu optimal. Namun
bila ditinjau dari aspek teknis pembuatannya adalah sangat jauh lebih mudah
daripada adjustable blades. Hal ini disebabkan oleh tingkat kompleksitas
konstruksi adjustable blades-nya, yang mana harus mampu menjaga posisi
blades agar selalu tegak lurus terhadap arah gerak kapal.Kelemahan teknis dari
propulsors ini adalah terletak pada adanya penambahan / perubahan lebar kapal
sebagai konsekuensi terhadap penempatan kedua roda pedal di sisi sebelah kiri
dan kanan dari badan kapal. Selain itu, keberadaan instalasi roda pedal adalah
relatif berat bila dibandingkan dengan screw propeller

(h) Super-conducting Electric Propulsion
Pada sistem ini tidak perlu disediakan propulsors (alat gerak kapal), seperti
misalnya screw propellers ataupun paddle-wheels. Prinsip dasarnya adalah
merupakan electromagnetic propulsion, yang mana dihasilkan dari interaksi
antara fixed coil didalam badan kapal dan arus listrik yang dilewatkan melalui
air laut oleh elektrode-elektrode yang tempatkan pada bagian dasar (bottom) dari
lambung kapal. Gaya yang dihasilkan secara orthogonal terhadap medan magnet
dan arus listrik, adalah merupakan hasil dari Flemings right-hand rule. Jenis
Propulsion ini mampu menekan tingkat noise dan vibration akibat propulsi
hidrodinamik, sehingga hal ini menjadikan pertimbangan tersendiri untuk aplikasi
pada kapal-kapal angkatan laut.














(i) Azimuth Podded Propulsion System
Jenis propulsion system ini memiliki tingkat olah-gerak kapal dan efisiensi yang
tinggi, demikian juga dengan tingkat noise dan cavitation yang relatif rendah. Saat
ini pengguna terbanyak dari sistem pod units ini adalah kapal-kapal cruise liner.
Pengenalan teknologi pada aplikasi Pod Propulsion ini akan membawa perubahan
untuk penempatan unit propulsi, yang sedemikian hingga tanpa perlu lagi
mempertimbangkan susunan shaft atau space untuk motor penggerak. Tentu saja,
hal ini akan memberikan kesempatan-kesempatan baru kepada designers kapal
untuk membuat rancangan ultimate hullform.


Gambar 7. Super-conducting Electric Propulsion
9




























2.3 Kriteria Pemilihan Sistem Propulsi
Dalam pemilihan sistem propulsi kapal sangatlah penting untuk menentukan kapal
dapat memenuhi persyaratan dari owner, kriteria yang perlu di ketahui sebagai berikut:
1. Kecepatan kapal yang sesuai kebutuhan
Propeller merupakan salah satu bagian dari sistem penggerak kapal. Melalui
putaran yang dihasilkan propeller, daya yang dihasilkan oleh mesin induk
ditransmisikan melalui poros menuju propeller, diubah menjadi gaya dorong (thrust)
yang dapat menggerakkan kapal dan melawan tahanan yang timbul berlawanan
dengan arah gerak kapal. Diharapkan memenuhi kecepatan kapal yang diharapkan
dan sesuai dengan kebutuhan.
2. Daya dorong (Thrust)
Gaya dorong (Thrust) pada Screw Propeller (Baling-baling ulir) terjadi sebagai
akibat adanya perbedaan distribusi tekanan antara bagian punggung daun baling-
baling dan bagian muka daun baling-baling. Distribusi tekanan pada daerah/bagian
muka daun baling-baling adalah relatif lebih besar dibandingkan dengan distribusi
tekanan pada daerah/bagian punggung daun baling-baling, sehingga hal ini
menyebabkan timbulnya Gaya Angkat (LIFT Force). Proyeksi vector gaya angkat
Gambar 8. Azimuth Podded Propulsion
System
10

tersebut pada sumbu lateral kapal, yang kemudian disebut dengan gaya dorong kapal
(Thrust).
3. Kemampuan manuver kapal
Manuver kapal (ship manoeuvrability) adalah kemampuan kapal untuk
berbelok dan berputar saat berlayar. Kemampuan ini sangat menentukan
keselamatan kapal, khususnya saat kapal beroperasi di perairan terbatas atau
beroperasi di sekitar pelabuhan.
4. Ship Reliability (keandalan kapal)
Analisa keandalan terhadap struktur kapal dilakukan dengan metode First
Order Second Moment (FOSM). Analisa keandalan diterapkan pada perambatan
retak pelat dasar kapal akibat beban berat kapal dan gelombang air laut pada kurun
waktu tertentu.
5. Ship Safety (keselamatan kapal)
Berikut 5 aspek utama keselamatan kapal (ship safety),
1. Quality of ship
2. Operational issues
3. Port state control
4. Crew training and competencies
5. Crew Wellfare
Diantara 5 aspek tersebut, beberapa diantara dapat menjadi acuan bagiama kita
memilih sistem propulsi yang baik dengan acuan keselamatan kapal yang baik pula
sehingga dapat meminilasir terjadinya insiden pada kapal itu sendiri.
2.4 Faktor-Faktor Yang Menjadi Pertimbangan Pemilihan Mesin Induk
1. Maintainability
Perawatan maupun perbaikan mesin yang mudah dengan biaya yang murah
juga perlu diperhatikan dalam memilih motor penggerak kapal (mesin induk). Hal
ini berakibat langsung terhadap biaya operasional kapal dan jumlah crew kapal.
2. Reliability
Keberadaan permesinan di pasaran dan mudah-tidakNya memperoleh tipe
mesin tersebut merupakan faktor yang utama, karena mempengaruhi faktor yang
lain.
3. Space and Arrangement Requirement
11

Perencanaan ruangan untuk tipe mesin induk yang dimaksud seharusnya tidak
memerlukan tempat yang sangat luas, sehingga dapat mengurangi dimensi kamar
mesin.
4. Weigth Requirement
Berat permesinan sangat mempengaruhi kapasitas/jumlah muatan (full load)
kapal, khususnya pada kapal tanker yang kapasitas cargonya sangat tergantung
dengan sarat kapal.
5. Type of Fuel Required
Dari berbagai jenis bahan bakar yang dipakai mesin induk (padat, cair maupun
gas), yang lebih banyak digunakan adalah cair (petroleum fuels). Selain mudah
diperoleh juga murah. Yang penting adalah sesuai dengan mesin sehingga
memperpanjang umur mesin tersebut.
6. Fuel Consumption
Mesin induk yang dipilih seharusnya memerlukan bahan bakar sehemat
mungkin/tidak boros karena bisa mengurangi biaya operasional kapal.
7. Fractional Power and Transient Performance
Kemampuan mesin saat beroperasi, baik pada saat kapal di pelabuhan dengan
kecepatan rendah maupun saat kapal berlayar dengan kecepatan penuh juga perlu
dipertimbangkan.
8. Interrelations with Auxilaries
Keberadaan mesin bantu dalam melayani kebutuhan mesin induk, cargo handling,
ship handling, dan lain-lain juga harus diperhatikan.
9. Reversing Capability
Kemampuan bermanuver dari mesin induk untuk menghentikan kapal maupun
membelokkan kapal berpengaruh terhadap olah gerak kapal sehingga mendapat
perhatian khusus. Hal ini terkait dengan tipe propeller yang dipakai.
10. Operating Personnel
Jumlah maupun crew yang diperlukan untuk mengoperasikan mesin induk dan
kemampuan mengoperasikannya merupakan hal yang juga harus diperhatikan
11. Costs
Biaya instalasi mesin maupun biaya operasionalnya merupakan faktor yang sangat
penting karena berpengaruh terhadap ekonomis kapal
12. Rating Limitations

12

Sebagai pertimbangan lainnya, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Engine speed classifications.
Specifications Piston Speed [rpm] Shaft Speed [rpm]
Low speed 1000 1200 100 514
Medium speed 1200 1800 700 1200
High speed 1800 3000 1800 4000
Tabel 2. Keuntungan dan kerugian mesin putaran rendah dan putaran tinggi.
Tinjauan Putaran Rendah Putaran Tinggi
Dimensi mesin Besar Kecil
Umur pemakaian komponen Lama Cepat
Berat mesin Berat Ringan
Harga mesin Mahal Murah
Komsumsi bahan bakar Irit Boros
Biaya operasional Murah Mahal
Biaya instalasi mesin Murah Mahal

2.5 Pemilihan Sistem Propulsi
1. Motor Penggerak Utama (main engine)
Kapal tanker adalah kapal dirancang untuk mengangkut cairan dalam jumlah
besar sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal dan efesien dalam
operasinya. Kapal tanker dengan ukuran besar pada umumnya menggunakan steam
turbine sebagai alat penggerak utama. Sebagai salah satu contoh kapal tanker dengan
ukuran besar yang menjadi referensi adalah Seawise Giant Ship dengan panjang 458,45
meter. Seawise Giant Ship menggunakan steam turbine sebagai alat penggerak
utamanya. Kapal tanker yang akan menjadi kajian utama disini adalah kapal tanker yang
masuk dalam kategori Ultra Large Crude Carriers dengan DWT 300.000 550.000.
Dalam hal ini, sistem penggerak yang akan digunakan adalah Steam Turbine, karena
untuk daya yang dihasilkan tidak berbeda dengan jenis mesin yang lain, akan tetapi
Steam Turbine memiliki keunggulan seperti biaya perawatan yang murah dan jangka
waktu penggunaan hampir mencapai 50 tahun. Sehingga dapat memaksimalkan
penggunaan daya yang dapat menggerakkan kapal secara efisien dan meminimalisir
berbagai kerugian-kerugian yang akan muncul selama kapal dioperasikan.

.

13


2. Pemilihan Propeller
Fixed Pitch Propeller secara umum telah memenuhi proporsi yang tepat
terutama jenis rancangan dan ukurannya, baik itu untuk baling-baling perahu motor
yang kecil hingga untuk kapal muatan curah hingga kapal tangki yang berukuran besar.
Baling-baling ini mudah dalam proses produksinya. Dikarenakan ukuran kapal yang
besar dan tidak membutuhkan tingkat manouver yang tinggi. Serta karena besarnya
ukuran kapal dan banyak muatannya, maka tidak dibutuhkannya propeller yang
mengutamakan kecepatan.

14

BAB 3
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Kapal yang baik merupakan kapal yang memenuhi criteria standar dari jenis
kapal itu sendiri, terutama pada saat pemilihan sistem penggerak atau propulsi kapal
yang harus memenuhi kriteria dan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dari jenis
kapal itu sendiri. Semakin baik sistem propulsi yang digunakan dengan patokan sistem
propulsi yang ekonomis, efektif dan efisien, semakin baik pula kualitas kapal tersebut.
Jadi, gunakan kemampuan pemilihan sistem propulsi kapal yang baik, dengan investasi
awal yang minimalis dan hasil yang maksimal, yaitu dengan patokan sistem propulsi
yang ekonomis, efektif dan efisien.

3.2 Saran
Dalam memilih sistem penggerak kapal, hal awal yang perlu diperhatikan adalah
dengan menganalisis tujuan kapal beroperasi (tipe kapal), rute operasi kapal/radius
pelayaran, payload hingga cost yang dibutuhkan. Sehingga kita dapat menentukan jenis
sistem penggerak apa yang ideal digunakan.


15

Daftar Gambar

Gambar 1. Fixed Pitch Propellers .............................................................................................................5
Gambar 2. Controllable Pitch Propeller ...................................................................................................6
Gambar 3. Ducted Propeller .....................................................................................................................6
Gambar 4. Contra Rotating Propellers...................................................................................................7
Gambar 5. Overlapping Propellers ...........................................................................................................7
Gambar 6. Cycloidal Propellers ................................................................................................................7
Gambar 7. Super-conducting Electric Propulsion ....................................................................................8
Gambar 8. Azimuth Podded Propulsion System.......................................................................................9

16

Daftar Pustaka

http://en.wikipedia.org/wiki/Steam_turbine
7-223-suryo-adji-BAB 1 PENGENALAN SISTEM PROPULSI
Materi Teknik Permesinan Kapal 1 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, FTK-ITS 2013
Carlton J S. Marine Propellers and Propulsion.1994.Butterworth-Heinemann:1994

Anda mungkin juga menyukai