Anda di halaman 1dari 33

TUGAS

SOSIAN BUDAYA DAN ETIKA





DISUSUN OLEH :
RIZKI APRILIAN 26020211130013
RINO TRISNO 26020211130015
HADI R.PRANOTO 26020211130016
SUTARNO EKO ARVIANTO 26020211130017
DENI TRISNAWAN 26020211130018
DAYAT AVRIANTO 26020211130019
GIZKA ANINDYA PUTRI 26020211130041
ATIKA KUMALA DEWI 26020211130042
TRI MITA RESTI UTAMI 26020211130044
WALI BAIQ SUKORO 26020211130046
ADITYA FAJAR PERDANA
KELOMPOK 4


PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
A. MANUSIA DAN KEINDAHAN : Dokumrntaikan, bentuk nama-nama bagian,
kosmologi (arah mata angin), fungsi bangunan secara umum (toko, rumah tinggal,
kantor, dsb), tahun dibangun, arsitek, perubahan fungsi, kondisi masa kini.
1. Pengamatan pola dan struktur bangunan tradisional.

Kalau Petualang ke Kota Wingko Babat ini, rasanya tidak menarik bila tidak
berkunjung ke pasar tradisinoal terbesar di kota Semarang, yaap namanya Pasar Johar.
Masyarakat pada umunya lebih mengenal dengan sebutan Johar, padahal selain Johar masih
ada pasar Yaik yang bersebelahan dengan Pasar Johar. Walaupun belum dikatakan sebagai
pusat oleh-oleh khas Semarang, namun keberadaan kios-kios penjaja souvenir, assesoris dan
pernak-pernik cukup bisa diperhitungkan dan dibutuhkan tentunya. Kalaupun secara khusus
Pemerintah Kota Semarang lebih bisa memikirkan tentang sentra souvenir khas
Semarangan tentu saja akan menjadi icon yang menarik, menjadi daya tarik tersendiri
tentang Semarang. Idenya adalah bagaimana bangunan-bangunan yang menarik tersebar di
Semarang mampu mengangkat pariwisata Semarang, seperti Masjid Agung Jawa
Tengah, Lawang Sewu, Tugu Muda, Gereja Blenduk, Masjid Kauman, Klenten Sam Po
Kong dan tentu saja kuliner khas Semarangan dalam bentuk souvenir khas Semarangan
seperti gantungan kunci, kaos oblong, miniatur dan lain sebagainya.
Saat ini, ketika tulisan ini dicoretkan, pusat souvenir belum merambah pada sektor
kekhasan pariwisata Semarang, namun berupa pernak-pernik secara umum
dan assesoris pernikahan. Keberadaan kios-kios yang berjajar berkumpul di Pasar Johar
ternyata bisa menarik masyarakat terutama orang Semarang untuk berburu beraneka bentuk
pernak-pernik yang biasanya digunakan untuk acara pernikahan. Dilihat sekilas, nampak
bahwa ribuan bentuk dan warna menghiasi kios-kios di Pasar Johar. Baik kios yang kecil
hingga besar, dari lantai 1 hingga lantai 2 (dua). Tak ubahnya seperti Mall, di Pasar Joharpun
sangat ramai dan padat pengunjung. Panas dan sumuk tidak menghalangi masyarakat untuk
berburu macam-macam pernak-pernikpernikahan yang menarik dan murah.

Gelas Souvenir
Bagaimana dengan harganya? Bisa dibilang cukup terjangkau untuk perekonomian sekarang.
Tentu saja biasanya penjualan pernak-pernik ini dibatasi minimal penjualan dalam jumlah
100 pcs. Kurang dari 100 pcs maka harga bisa berubah lebih mahal, atau lebih dari 500 pcs
harga bisa turun lebih murah. Sample saja, gelas. Gelas di pusat pernak-pernik Pasar Johar di
patok mulai Rp. 3.000 Rp. 15.000,- tergantung besar dan model gelasnya. Untuk gelas
model transparan polos, harganya relatif lebih murah sementara untuk gelas dengan motif
dan blur sedikit lebih mahal. Semakin kecil ukuran, semakin murah gelas tersebut. Umumnya
harga tersebut sudah termasuk tambahan biaya cetak tulisan digelasnya, seperti tulisan
mempelai, nama perusahaan, atau berbagai tulisan lain. Bahkan yang menarik adalah,
membuat undangan pernikahan dari gelas, seperti pepatah sekali dayung dua tiga pulau
terlampaui. Sekali pesan, undangan dan souvenir pernikahan sudah jadi.

Souvenir Pasar Johar
Kipas, merupakan pernak-pernik yang banyak dicari. Selian harganya yang bervariatif kipas
juga bisa dipesan dengan berbagai model dan gaya pemesannya. Mau kipas polos atau diberi
tulisan sablon dikainnya adalah pilihan konsumen. Harganya masih sama, antara Rp. 2.500
hingga Rp. 10.000,-, tentu saja Petualang harus bisa menawar harga agar lebih murah. Bagi
yang ingin hemat, kipas bisa sekaligus dibuat kartu undangan pernikahan, toh biaya sablon ini
tak lebih dari Rp. 1.000,-. Prinsipnya adalah kain dan bahan (kayu. plastik) kipas, kain yang
polos dengan kain yang berenda tentu saja berbeda harganya, lebih mahal kain berenda.
Sama-sama terbuat dari kayu, namun jumlah kayunya lebih banyak harganya tentu saja lebih
mahal.

Souvenir di Pasar Johar
Selain gelas dan kipas masih banyak pernak-pernik cantik dan menarik lainnya di pasar Johar.
Seperti boneka-boneka mungil, pemotong kuku dan pembuka botol, aneka tas kain dan
tasbatik, dompet mini, handuk kecil, mukena, gantungan kunci, hiasan magnet kulkas, tempat
handphone, sisir dan kaca kecil, asbak, pensil dan berbagai macam pernak-pernik lainnya.
Ada 2 (dua) kios yang Penulis sambangi dan berbagi cerita tentang bisnis dan pernak-
perniknya. Kalau-kalau para Petualang sedang butuh pernah-pernik menarik, tidak ada
salahnya say hellodulu sebelum survey. 1. Kios Cahaya Bagus Accesoris milik ibu Latifah
yang ada di lantai 1 dekat dengan parkir jalan alon-alon barat (Jalan tengah pasar Johar) no
telepon : 024-3588417, 08156570042. Atau dengan Kios Livita Accesoris dengan Ibu Hj.
Anna, no telepon 024- 3547027 (bisa disebut juga Kios Agung Jaya yang berada di Pasar
Johar atas lantai 2 no 29).

Penjual Souvenir Pasar Johar
Untuk urusan khusus pernikahan seperti barang srono (hantaran) dan mahar, bisa diotak-atik
menjadi bentuk yang menarik dan unik di kios-kios penak pernik pasar Johar dengan
membayar harga jasa saja atau sekalian membeli barang di kios. Untuk tarif jasa menghias
barang hantaran pada umumnya tarif yang dikenakan sekitar Rp. 25.000,-, untuk barang
mahar seperti seperangkat alat sholat dan sajadah dipatok dengan harga sekitar Rp. 40.000,-.
Banyak bentuk yang bisa dibuat seperti bentuk masjid hingga kapal. Tergantung keinginan
Pemesan, waktunya sekitar 2 hari jadi.
Nah, Petualang tertarik hunting pernak-pernik menarik cantik dan murah? Silakan berkunjung
ke Pasar Johar Semarang sekalian nguri-uri pasar tradisional.

2. Pengamatan pola dan struktur bangunan kolonial

Lawang Sewu merupakan sebuah gedung di Semarang, Jawa Tengah yang merupakan
kantor dari Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Dibangun pada
tahun 1904 dan selesai pada tahun 1907. Terletak di bundaran Tugu Muda yang dahulu
disebut Wilhelminaplein.
Masyarakat setempat menyebutnya Lawang Sewu (Seribu Pintu)
dikarenakan bangunan tersebut memiliki pintu yang sangat banyak. Kenyataannya, pintu yang
ada tidak sampai seribu. Bangunan ini memiliki banyak jendela yang tinggi dan lebar,
sehingga masyarakat sering menganggapnya sebagai pintu (lawang).
Bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai kantor
Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta Api Indonesia.
Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam
IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Perhubungan Jawa Tengah. Pada
masa perjuangan gedung ini memiliki catatan sejarah tersendiri yaitu ketika berlangsung
peristiwa Pertempuran lima hari di Semarang (14 Oktober - 19 Oktober1945). Gedung tua ini
menjadi lokasi pertempuran yang hebat antara pemuda AMKA atau Angkatan Muda Kereta
Api melawanKempetai dan Kidobutai, Jepang. Maka dari itu Pemerintah Kota
Semarang dengan Surat Keputusan Wali Kota Nomor. 650/50/1992, memasukan Lawang
Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut
dilindungi.
Saat ini bangunan tua tersebut telah mengalami tahap konservasi dan revitalisasi yang
dilakukan oleh Unit Pelestarian benda dan bangunan bersejarah PT Kereta Api Persero.

Kondisi didalam Lawang Sewu

Sejarah Bangunan Lawang Sewu

Skema rancangan Lawang Sewu 1901
Lawang Sewu adalah salah satu bangunan bersejarah yang dibangun oleh pemerintahan
kolonial Belanda, pada 27 Februari 1904. Awalnya bangunan tersebut didirikan untuk
digunakan sebagai Het Hoofdkantoor van de Nederlansch Indische Spoorweg Maatscappij
(NIS) atau Kantor Pusat Perusahan Kereta Api Swasta NIS. Sebelumnya kegiatan
administrasi perkantoran NIS dilakukan di Stasiun Samarang NIS. Namun pertumbuhan
jaringan perkeretaapian yang cukup pesat, dengan sendirinya membutuhkan penambahan
jumlah personel teknis dan bagian administrasi yang tidak sedikit seiring dengan
meningkatnya aktivitas perkantoran. Salah satu akibatnya kantor pengelola di Stasiun
Samarang NIS menjadi tidak lagi memadai. NIS pun menyewa beberapa bangunan milik
perseorangan sebagai jalan keluar sementara. Namun hal tersebut dirasa tidak efisien. Belum
lagi dengan keberadaan lokasi Stasiun Samarang NIS yang terletak di kawasan rawa-rawa
hingga urusan sanitasi dan kesehatan pun menjadi pertimbangan penting. Kemudian
diputuskan untuk membangun kantor administrasi di lokasi baru. Pilihan jatuh ke lahan yang
pada masa itu berada di pinggir kota berdekatan dengan kediaman Residen. Letaknya di ujung
Bodjongweg Semarang (sekarang Jalan Pemuda), di sudut pertemuan Bodjongweg dan
Samarang naar Kendalweg (jalan raya menuju Kendal). NIS mempercayakan rancangan
gedung kantor pusat NIS di Semarang kepada Prof. Jacob F. Klinkhamer (TH Delft) dan B.J.
Ouendag, arsitek yang berdomisili di Amsterdam. Seluruh proses perancangan dilakukan di
Negeri Belanda, baru kemudian gambar-gambar dibawa ke kota Semarang. Melihat dari cetak
biru Lawang Sewu tertulis bahwa site plan dan denah bangunan ini telah digambar di
Amsterdam pada tahun 1903. Begitu pula kelengkapan gambar kerjanya dibuat dan
ditandatangi di Amsterdam tahun 1903.

3. Pengamatan pola dan struktur bangunan fasilitas umum (pasar, tempat
ibadah,kantor, jembatan, dsb)
Masjid Agung Jawa Tengah
Masjid ini mulai dibangun sejak tahun 2001 hingga selesai secara keseluruhan pada tahun
2006. Masjid ini berdiri di atas lahan 10 hektare. Masjid Agung diresmikan oleh Presiden
Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 14 November 2006. Masjid Agung Jawa
Tengah (MAJT) merupakan masjid provinsi bagi provinsi Jawa Tengah.
Sejarah
Keberadaan bangunan masjid ini tak lepas dari Masjid Besar Kauman Semarang.
Pembangunan MAJT berawal dari kembalinya tanah banda (harta) wakaf milik Masjid Besar
Kauman Semarang yang telah sekian lama tak tentu rimbanya. Raibnya banda wakaf Masjid
Besar Kauman Semarang berawal dari proses tukar guling tanah wakaf Masjid Kauman seluas
119.127 ha yang dikelola oleh BKM (Badan Kesejahteraan Masjid) bentukan Bidang Urusan
Agama Depag Jawa Tengah. Dengan alasan tanah itu tidak produktif, oleh BKM tanah itu di
tukar guling dengan tanah seluas 250 ha di Demak lewat PT. Sambirejo. Kemudian berpindah
tangan ke PT. Tensindo milik Tjipto Siswoyo.
Hasil perjuangan banyak pihak untuk mengembalikan banda wakaf Masjid Besar Kauman
Semarang itu ahirnya berbuah manis setelah melalui perjuangan panjang. MAJT sendiri
dibangun di atas salah satu petak tanah banda wakaf Masjid Besar Kauman Semarang yang
telah kembali tersebut.

MAJT dengan payungnya yang terkembang

Pada tanggal 6 juni 2001 Gubernur Jawa Tengah membentuk Tim Koordinasi Pembangunan
Masjid Agung Jawa Tengah untuk menangani masalah-masalah baik yang mendasar maupun
teknis. Berkat niat yang luhur dan silaturahmi yang erat, dalam waktu kerja yang amat singkat
keputusan-keputusan pokok sudah dapat ditentukan : status tanah, persetujuan pembiayaan
dari APBD oleh DPRD Jawa Tengah, serta pemiilhan lahan tapak dan program ruang.
Kemudian pembangunan masjid tersebut dimulai pada hari Jumat, 6 September 2002 yang
ditandai dengan pemasangan tiang pancang perdana yang dilakukan Menteri Agama Ri, Prof.
Dr. H. Said Agil Husen al-Munawar, KH. MA Sahal Mahfudz dan Gubernur Jawa Tengah, H.
Mardiyanto. Pemasangan tiang pancang pertama tersebut juga dihadiri oleh tujuh duta besar
dari Negara-negara sahabat, yaitu Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Kuwait, Mesir,
Palestina, dan Abu Dabi. Dengan demikian mata dan perhatian dunia internasional pun
mendukung dibangunnya Masjid Agung Jawa Tengah tersebut.
MAJT diresmikan pada tanggal 14 November 2006 oleh Presiden RI Susilo Bambang
Yudoyono. Masjid dengan luas areal tanah 10 Hektar dan luas bangunan induk untuk shalat
7.669 meter persegi secara keseluruhan pembangunan Masjid ini menelan biaya sebesar Rp
198.692.340.000.
Meskipun baru diresmikan pada tanggal 14 Nopember 2006, namun masjid ini telah
difungsikan untuk ibadah jauh sebelum tanggal tersebut. Masjid megah ini telah digunakan
ibadah Salat Jumat untuk pertama kalinya pada tanggal 19 Maret 2004 dengan Khatib Drs. H.
M. Chabib Thoha, MA, (Kakanwil Depag Jawa Tengah)

Perpaduan dua arsitektural pada atap MAJT
Arsitektur
Masjid Agung Jawa Tengah dirancang dalam gaya arsitektural campuran Jawa, Islam dan
Romawi. Diarsiteki oleh Ir. H. Ahmad Fanani dari PT. Atelier Enam Jakarta yang
memenangkan sayembara desain MAJT tahun 2001. Bangunan utama masjid beratap limas
khas bangunan Jawa namun dibagian ujungnya dilengkapi dengan kubah besar berdiameter 20
meter ditambah lagi dengan 4 menara masing masing setinggi 62 meter ditiap penjuru atapnya
sebagai bentuk bangunan masjid universal Islam lengkap dengan satu menara terpisah dari
bangunan masjid setinggi 99 meter.
Gaya Romawi terlihat dari bangunan 25 pilar dipelataran masjid. Pilar pilar
bergaya koloseum Athena di Romawi dihiasi kaligrafi kaligrafiyang indah, menyimbolkan 25
Nabi dan Rosul, di gerbang ditulis dua kalimat syahadat, pada bidang datar tertulis huruf Arab
MelayuSucining Guno Gapuraning Gusti.
Masjid Agung Jawa Tengah ini, selain disiapkan sebagai tempat ibadah, juga dipersiapkan
sebagai objek wisata religius. Untuk menunjang tujuan tersebut, Masjid Agung ini dilengkapi
dengan wisma penginapan dengan kapasitas 23 kamar berbagai kelas, sehingga para peziarah
yang ingin bermalam bisa memanfaatkan fasilitas.
Daya tarik lain dari masjid ini adalah Menara Al Husna atau Al Husna Tower yang tingginya
99 meter. Bagian dasar dari menara ini terdapat Studio Radio Dais (Dakwah Islam).
Sedangkan di lantai 2 dan lantai 3 digunakan sebagai Museum Kebudayaan Islam, dan di
lantai 18 terdapat Kafe Muslim yang dapat berputar 360 derajat. Lantai 19 untuk menara
pandang, dilengkapi 5 teropong yang bisa melihat kota Semarang. Pada awal Ramadhan 1427
H lalu, teropong di masjid ini untuk pertama kalinya digunakan untuk melihat RukyatulHilal
oleh Tim Rukyah Jawa Tengah dengan menggunakan teropong canggih dari Boscha.
Fasilitas
Di dalam area MAJT terdapat Menara Asma Al-Husna Setinggi 99 Meter terdiri dari : lantai 1
untuk Studio Radio DAIS MAJT, lantai 2 untuk museum Perkembangan Islam Jawa Tengah,
Lantai 18 rumah makan berputar, lantai 19 Gardu pandang kota Semarang dan lantai 19
Tempat rukyat al-hilal.
Area serambi Masjid Agung Jawa Tengah dilengkapi 6 payung raksasa otomatis seperti yang
ada di Masjid Nabawi, Tinggi masing masing payung elektrik adalah 20 meter dengan
diameter 14 meter. Payung elektrik dibuka setiap shalat Jumat, Idul Fitri dan Idul
Adha dengan catatan kondisi angin tidak melebihi 200 knot, namun jika pengunjung ada yang
ingin melihat proses mengembangnya payung tersebut bisa menghubungi pengurus masjid.
MAJT memiliki koleksi Al Quran raksasa berukuran 145 x 95 cm. Ditulis tangan oleh Drs.
Khyatudin, dari Pondok Pesantren Al-Asyariyyah, Kalibeber, Mojotengah, Wonosobo. Lokasi
berada di dalam ruang utama tempat shalat. Bedug raksasa berukuran panjang 310
cm,diameter 220 cm. Merupakan replika bedug Pendowo Purworejo. Dibuat oleh para santri
pondok pesantren Alfalah, Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, asuhan KH Ahmad Sobri,
menggunakan kulit lembu Australia.

B. MANUSIA DAN BUDAYA : hasil kerajinan, permainan, alat rumah tangga,
perlengkapan upacara,dsb. Dokumentasikan, nama fungsi, bahan pembuat.
Bandingkan perubahan bentuk dan fungsinya dari masa ke masa. Kunjungi museum,
pasar, pusat kerajinan, dsb.
4. Pengamatan hasil karya budaya tradisional
Satu-satunya museum di kota Semarang yang saya bisa kunjungi adalah Museum
Ronggowarsito. Museum tentara Mandala Bakti ternyata tutup ketika saya berkunjung ke
sana. Terletak di Jl. Abdulrachman Saleh, obyek wisata pendidikan Museum
Ronggowarsito ini merupakan bangunan dua lantai yang menyimpan berbagai jenis koleksi,
seperti kerajinan tangan dan seni daridaerah Jawa, foto dan benda dokumenter lain yang
berasal dari masa perjuangan kemerdekaan, keris, lukisan, dan warisan budaya Jawa lainnya.
Nama Museum Ronggowarsito berasal dari nama seorang pujangga Jawa terkenal yang hidup
pada abad 19, yang juga merupakan ahli nujum KeratonKasunanan Surakarta. Karyanya yang
dikenal luas serta banyak dikutip adalah Serat Kalatidha yang secara harafiah berarti sebuah
buku atau sebuah catatan tentang masa yang penuh ketidakpastian atau yang absurd.

Fosil gajah yang berada di ruang Geologi, lantai 1. Museum Ronggowarsito ini dibangun di
atas tanah seluas 2 hektar. Keberadaannya sendiri mulai dirintis sejak tahun 1975, namun
Museum Ronggowarsito baru diresmikan pada 5 Juli 1989.

Fosil tanduk kerbau di Museum Ronggowarsito yang berasal dari Sangiran, yang
diselamatkan pada 1982.

Koleksi fosil Pithecanthropus erectus (sekarang Homo erectus) yang berasal dari daerah
Sangiran, disimpan di lantai 2 di Ruang Palaentologi Museum Ronggowarsito.

Koleksi Gunungan Museum Ronggowarsito, terbuat dari kayu ukir yang halus dan indah.

Berbagai jenis keris, diantaranya adalah Keris Jalak yang dipercaya mampu mengusir
kekuatan jahat.

Sebuah sepeda tua koleksi Museum Ronggowarsito yang sudah jarang terlihat di jalanan.

Diorama tokoh Arjuna, sang pemanah ulung (termasuk pemanah hati wanita), lengkap dengan
para punakawan Semar, Gareng, Petruk dan Bagong.

Diorama Museum Ronggowarsito yang menggambarkan pandai besi tradisional yang tengah
bekerja di tempat penempaan.

Ilustrasi di Museum Ronggowarsito yang melukiskan perkakas gilingan tebu tradisional
dengan sapi sebagai tenaga penggeraknya.

Instalasi pawon Museum Ronggowarsitoyang masih banyak dijumpai di desa-desa terpencil,
dan di rumah masyarakat yang kurang mampu.

5. Pengamatan hasil karya budaya masa Hindu

(sumber: http://www.harekrsna.com/philosophy/gss/sastra.gif)
Kesusasteraan merupakan hasil kebudayaan yang tidak kalah penting. Karena dari
karya sastra tersebut kita sedikit banyak bisa mengetahui sejarah. Menurut waktu
perkembangannya kesusasteraan kuno dapat dibagi menjadi kesusasteraan jaman Mataram
(sekitar abad IX da X Masehi), jaman Kediri (sekitar abad XI dan XII Masehi), jaman
Majapahit I (sekitar abad XIV Masehi), dan jaman Majapahit II (sekitar abad XV dan XVI
Masehi). Ada dua jaman Majapahit, hal ini dikarenakan perbedaan bahasa yang digunakan
pada kesusasteraan tersebut. Jaman Majapahit I menggunakan bahasa Jawa kuno, sedangkan
jaman Majapahit II menggunakan bahasa Jawa tengahan.
Melihat bentuk gubahannya, dibagi sebagai gancaran (prosa) dan tembang (puisi).
Sebagian besar adalah tembang. Tembang Jawa kuno disebut kakawin sedangkan Jawa
tengahan dinamakan kidung. Irama kakawin diurutkan kepada irama India, sedangkan irama
kidung adalah irama yang berkembang kemudian yang terdiri atas tengahan dan macapat.
Dilihat dari sudut isinya, kesusasteraan purba terdiri atas tutur (kitab keagamaan),
sastra (kitab hukum), wicarita (cerita kepahlawanan), kitab-kitab lainnya yang isinya
mengenai keagamaan dan kesusilaan dan kitab-kitab yang dimaksud dengan uraian sejarah.
Beberapa kesusasteraan kuno, antara lain:
a. Negarakertagama
Merupakan karya kesusasteraan kuno yang dilihat dari waktu
perkembangannya merupakan hasil dari jaman Majapahit I. Sedangkan dari isinya
merupakan kitab yang dimaksud sebagai uraian sejarah. Isi dari kitab
Negarakertagama merupakan uraian sejarah dari Kerajaan Singasari dan Majapahit
dan ternyata sesuai dengan prasasti-prasasti yang ditemukan. Di dalamnya terdapat
pula uraian tentang kota Majapahit, jajahan-jajahan Majapahit, perjalanan Raja
Hayam Wuruk si sebagian Jawa Timur yang dijalin dengan daftar candi-candi yang
ada, upacara craddha yang dilakukan untuk roh Gayatri dan tentang pemerintahan
serta keagamaan dalam jaman Hayam Wuruk. Negarakertagama merupakan karya
Prapanca tahun 1365 Masehi.
b. Bharatayudha
Bharatayudha merupakan karya dari Mpu Sedah dan Mpu Panuluh tahun
1157 Masehi. Karya ini merupakan gubahan dari Mahabarata. Isi dari kitab ini
menjelaskan peperangan dari darah bharata yaitu Pandawa dan Kurawa, yang
berlangsung 18 hari.
c. Pararaton
Pararaton termasuk kesusasteraan jaman Majapahit II. Kitab ini
menggunakan bahasa Jawa tengahan dan berbentuk tembang atau kidung namun ada
pula yang berupa gancaran. Kitab ini dimaksudkan sebagai uraian sejarah namun
kurang dapat dipercaya karena isinya lebih bersifat dongeng. Selain itu, angka-
angka tahun yang ada tidak cocok denagn sumber sejarah yang lain. Dari kitab ini
mula-mula diuraikan tentang riwayat Ken Arok, yang penuh dengan kegaiban.
Raja-raja Singasari berikutnya juga demikian. Bagian kedua menguraikan Raden
Wijaya dari ikut Kertanegara sampai menjadi raja Majapahit. Kemudian diceritakan
tentang Jayanegara dan pemberontakan-pemberontakan Rangga Lawe dan Sora,
serta peristiwa Putri Sunda di Bubat. Kitab ini ditutup dengan daftar raja-raja
sesudah Hayam Wuruk.
a. Calon Arang
Calon Arang termasuk kesusasteraan kuno yang menggunakan bahasa Jawa
tengahan, sehingga dapat dimasukkan ke dalam jaman Majapahit II. Kitab Calon
Arang ini berisi tentang Calon Arang kemudian dibunuh oleh Mpu Bharada atas
suruhan Raja Airlangga. Kitab Calon Arang ini juga mengisahkan tentang
pembelahan Kerajaan Kediri oleh Mpu Bharada atas suruhan Raja Airlangga.
b. Sutasoma
Kitab Sutasoma menggunakan bahasa Jawa kuno sehingga
dimasukkan dalam kesusasteraan jaman Majapahit I. Kitab Sutasoma menceritakan
tentang seorang anak raja bernama Sutasoma. Sutasoma rela meninggalkan
kehidupan duniawi karena taat kepada agama Buddha. Ia bersedia berkorban untuk
kebahagiaan makhluk hidup. Bahkan diceritakan ia rela dimakan raksasa agar
raksasa tersebut kenyang.

6. Pengamatan hasil karya budaya masa Islam
Setelah melalui verifikasi dan penilaian oleh tim ahli, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia melalui Direktorat Internalisasi Nilai dan Diplomasi
Budaya menetapkan 77 karya budaya yang telah didaftarkan sebagai Warisan Budaya
TakBenda Nasional Indonesia. Enam diantaranya telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya
Indonesia yang diakui oleh UNESCO. Berikut karya budaya yang telah ditetapkan:
a. Wayang Indonesia

Wayang telah diakui oleh UNESCO sebagai daftar perwakilan Warisan Budaya Takbenda
dari Indonesia pada tahun 2008. Wayang adalah salah satu seni pertunjukan rakyat yang
masih banyak penggemarnya hingga saat ini. Pertunjukan wayang dimainkan oleh seorang
dalang dengan menggerakkan tokoh-tokoh pewayangan yang dipilih sesuai dengan cerita
yang dibawakan. Cerita-cerita yang dipilih bersumber pada kitab Mahabarata dan Ramayana
yang bernafaskan kebudayaan dan filsafat Hindu, India, namun telah diserap ke dalam
kebudayaan Indonesia. Dalam setiap pegelaran, sang dalang dibantu para swarawati atau
sindhen dan para penabuh gamelan atau niyaga, sehingga pertunjukan wayang melibatkan
banyak orang. Di Indonesia, Wayang telah menyebar hampir keseluruh bagian wilayah
Indonesia. Jenis-jenisnya pun beragam yang diantaranya adalah :Wayang kulit Purwa,
Wayang Golek Sunda, Wayang Orang, Wayang Betawi, Wayang Bali, Wayang Banjar,
Wayang Suluh, Wayang Palembang, Wayang Krucil, Wayang Thengul, Wayang Timplong,
Wayang Kancil, Wayang Rumput, Wayang Cepak, Wayang Jemblung, Wayang Sasak
(Lombok), dan Wayang Beber.
b. Keris Indonesia

Keris adalah benda budaya yang eksotik dan original. Ini merupakan karya seni sekaligus
benda budaya asli Nusantara. Budaya keris terbentang dari Ujung pulau Sumatra di barat,
Semenanjung Siam dan Sulu di Utara, Gugusan kepulauan Maluku di Timur dan
Kepulauan Nusa Tenggara di Selatan. Keris menjadi identitas pengikat yang mendorong rasa
kebangsaan itu tumbuh subur di Nusantara. Pada tahun 2005, Keris Indonesia telah diakui
sebagai Warisan Budaya Takbenda dari Indonesia .
Keris merupakan senjata tikam golongan belati (berujung runcing dan tajam pada kedua
sisinya) dengan banyak fungsi budaya yang dikenal di kawasan Nusantara bagian barat dan
tengah. Bentuknya khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya karena tidak simetris
di bagian pangkal yang melebar, seringkali bilahnya berkelok-kelok, dan banyak di antaranya
memiliki pamor (serat-serat lapisan logam cerah) pada helai bilah. Pada masa lalu keris
berfungsi sebagai senjata dalam duel/peperangan, sekaligus sebagai benda pelengkap sesajian.
Saat ini, penggunaan keris lebih banyak sebagai ornamen pelengkap dalam berbusana adat.
Sebagai produk kebudayaan, keris mengandung sejumlah nilai luhur kebudayaan pembuatnya
yang disimbolkan dalam berbagai bagian keris. Selain itu, keris juga marak menjadi benda
koleksi yang dinilai dari segi estetikanya.
c. Batik Indonesia

Pada dasarnya, batik merupakan seni lukis yang menggunakan canting sebagai alat untuk
melukisnya. Canting sendiri merupakan sebuah alat berbentuk mangkok kecil yang terbuat
dari tembaga dan memiliki carat atau monong, dengan tangkai dari bambu atau kayu yang
dapat diisi malam (lilin) sebagai bahan untuk melukis. Canting ini dapat membuat kumpulan
garis, titik atau cecek yang pada akhirnya membentuk pola-pola. Pola-pola inilah yang
kemudian menjadi ragam hias dalam kesenian Batik.
Membatik telah diwariskan secara turun temurun hingga saat ini. Dengan pola tradisional ini,
sejak dahulu masyarakat menuangkan imajinasi melalui gambar pada batik. Masyarakat juga
telah mengenal seni pewarnaan tradisional dengan bahan-bahan alami sebelum mengenal
pewarnaan dengan bahan kimia. Batik yang tersebar hampir diseluruh Indonesia memiliki
bentuk ragam hias yang berbeda-beda diantara satu dan lainnya. Pada tahun 2009, Batik
diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda dari Indonesia.
d. Angklung

Angklung adalah alat musik tradisional Indonesia yang terbuat dari bambu dan dibunyikan
dengan cara digoyangkan. Alat musik ini berasal dari Tanah Sunda. Kata Angklung berasal
dari Bahasa Sunda angkleung-angkleungan yaitu gerakan pemain Angklung dan suara
klung yang dihasilkannya. Secara etimologis, Angklung berasal dari kata angka yang
berarti nada dan lung yang berarti pecah. Jadi Angklung merujuk nada yang pecah atau
nada yang tidak lengkap. Setiap angklung akan menghasilkan nada yang berbeda, sehingga
setiap penampilan membutuhkan lebih dari satu angklung. Sedikitnya delapan nada dihasilkan
oleh angklung. Angklung telah diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda dari
Indonesia pada tahun 2010.

7. Pengamatan hasil karya budaya masa colonial

Dua tahun pertama di Eropa ia pakai untuk memperdalam bahasa Belanda dan belajar
teknik mencetak menggunakan batu. Sedangkan soal melukis, selama lima tahun pertama, ia
belajar melukis potret dari Cornelis Kruseman dan tema pemandangan dari Andries
Schelfhoutkarena karya mereka memenuhi selera dan mutu rasa seni orang Belanda saat itu.
Krusseman adalah pelukis istana yang kerap menerima pesanan pemerintah Belanda dan
keluarga kerajaan.
Raden Saleh makin mantap memilih seni lukis sebagai jalur hidup. Ia mulai dikenal, malah
berkesempatan berpameran di Den Haag danAmsterdam. Melihat lukisan Raden Saleh,
masyarakat Belanda terperangah. Mereka tidak menyangka seorang pelukis muda dari Hindia
dapat menguasai teknik dan menangkap watak seni lukis Barat.
Saat masa belajar di Belanda usai, Raden Saleh mengajukan permohonan agar boleh
tinggal lebih lama untuk belajar "wis-, land-, meet- en werktuigkunde (ilmu pasti, ukur tanah,
dan pesawat), selain melukis. Dalam perundingan antara Menteri Jajahan, Raja Willem
I (1772-1843), dan pemerintah Hindia Belanda, ia boleh menangguhkan kepulangan ke
Indonesia. Tapi beasiswa dari kas pemerintah Belanda dihentikan.
Saat pemerintahan Raja Willem II (1792-1849) ia mendapat dukungan serupa. Beberapa
tahun kemudian ia dikirim ke luar negeri untuk menambah ilmu, misalnya Dresden, Jerman.
Di sini ia tinggal selama lima tahun dengan status tamu kehormatan Kerajaan Jerman, dan
diteruskan ke Weimar, Jerman (1843). Ia kembali ke Belanda tahun 1844. Selanjutnya ia
menjadi pelukis istana kerajaan Belanda.
Wawasan seninya pun makin berkembang seiring kekaguman pada karya
tokoh romantisme Ferdinand Victor Eugene Delacroix (1798-1863),
pelukis Perancis legendaris. Ia pun terjun ke dunia pelukisan hewan yang dipertemukan
dengan sifat agresif manusia. Mulailah pengembaraannya ke banyak tempat, untuk
menghayati unsur-unsur dramatika yang ia cari.
Saat di Eropa, ia menjadi saksi mata revolusi Februari 1848 di Paris, yang mau tak mau
memengaruhi dirinya. Dari Perancis ia bersama pelukis Prancis kenamaan, Horace Vernet,
ke Aljazair untuk tinggal selama beberapa bulan pada tahun 1846. Di kawasan inilah lahir
ilham untuk melukis kehidupan satwa di padang pasir. Pengamatannya itu membuahkan
sejumlah lukisan perkelahian satwa buas dalam bentuk pigura-pigura besar. Negeri lain yang
ia kunjungi: Austria dan Italia. Pengembaraan di Eropa berakhir tahun 1851 ketika ia pulang
ke Hindia bersama istrinya, wanita Belanda yang kaya raya.
Kembali ke Hindia Belanda

Rumah Raden Saleh di Batavia tahun 1875-1885 (sekarang Rumah Sakit PGI Cikini)
Saleh kembali ke Hindia Belanda pada 1852 setelah 20 tahun menetap di Eropa. Dia
bekerja sebagai konservator lukisan pemerintahan kolonial dan mengerjakan sejumlah portret
untuk keluarga kerajaan Jawa, sambil terus melukis pemandangan. Namun dari itu, ia
mengeluhkan akan ketidaknyamanannya di Jawa. "Disini orang hanya bicara tentang gula dan
kopi, kopi dan gula" ujarnya di sebuah surat.
Saleh membangun sebuah rumah di sekitar Cikini yang didasarkan istana Callenberg,
dimana ia pernah tinggal saat berada di Jerman. Dengan taman yang luas, sebagian besarnya
dihibahkan untuk kebun binatang dan taman umum pada 1862, yang tutup saat peralihan
abad. Pada 1960, Taman Ismail Marzuki dibangun di bekas taman tersebut, dan rumahnya
sampai sekarang masih berdiri sebagai Rumah Sakit PGI Cikini.
Pada 1867, Raden Saleh menikahi gadis keluarga ningrat keturunan Kraton
Yogyakarta bernama Raden Ayu Danudirja dan pindah ke Bogor, dimana ia menyewa sebuah
rumah dekat Kebun Raya Bogor yang berpemandangan Gunung Salak. Di kemudian hari,
Saleh membawa istrinya berjalan-jalan ke Eropa, mengunjungi negeri-negeri seperti Belanda,
Prancis, Jerman, dan Italia. Namun istrinya jatuh sakit saat di Paris, sakitnya masih tidak
diketahui hingga sekarang, dan keduanya pun pulang ke Bogor. Istrinya kemudian meninggal
pada 31 Juli 1880, setelah kematian Saleh sendiri 3 bulan sebelumnya.

C. MANUSIA DAN SENI : Dokumentasikan, nama, fungsi, bahan pembuat. Gunakan
pencarian teknologi atau kunjungi galeri seni.
8. Pengamatan hasil karya seni masa hindu
a. Candi Prambanan

Candi Prambanan ini merupakan salah satu peniggalan kekunoan warisan nenek moyang kita
bangsa Indonesia, oleh sebab itu candi ini harus kita rawat dan kita jaga untuk kelestariannya.
Berdasarkan prasasti Siwagrha yang berangka tahun 856 M (778 caka) yang ditemukan
didaerah Prambanan (sekarang prasasti ini disimpan di museum pusat Jakarta) diterangkan
bahwa candi tersebut diperkirakan didirikan sekitar abad IX oleh seorang raja yang bernama
Dyah Pitaloka yang bergelar Rakai Kayu Wangi. Beliau ini memerintah pada tahun 851 - 882
M. Secara fisik candi ini dibuat dari susunan beribu ribu batu andesit (batu kali). Di candi
Prambanan banyak kita jumpai ruangan yang didalamnya diletakkan patung atau arca
sehingga dengan demikian bisa diambil kesimpulan candi Prambanan merupakan tempat
untuk memuja atau sembahyang bagi penganut agama Hindu.
b. Candi semar

Candi Semar merupakan candi yang berbentuk persegi panjang dengan ukuran 3,5 m x 7 m
dengan kaki candi berbentuk Padma. Candi Semar merupakan salah satu cani di komplek
candi arjuna yang menantang matahari terbit. Candi semar di percaya sebagai candi
pendamping dari Candi Arjuna karena letaknya yang tepat di depan Candi Arjuna. Dahulu
candi ini sebagai tempat menyimpan alat-alat dan perlengkapannya untuk sembahyang.
c. Candi Bima

Candi Bima di temukan dengan ukuran 4,55 m x 4,55 m. Kalau diperhatikan dengan seksama
Candi Bima meniru gaya candi-candi di India yaitu terdiri dari tiga tingkatan mendatar dan
disisi dinding candi terdapat Arca Kudu nya. Candi Bima merupakan candi yang kedua di
Dieng yang menghadap ke arah timur. Candi ini sering digunakan untuk upacara Pradiksina
yaitu mengelilingi candi Siwa searah putaran jarum jam sebanyak tiga kali putaran dengan
melakukan Kirab Mendhak Tirta. Hal ini terlihat dari tembok pembatas yang mengelilingi
candi Hindu tertua di Dieng ini.
d. Candi Gunung Wukir

Candi Gunung Wukir atau Candi Canggal adalah candi Hindu yang berada di dusun Canggal,
kalurahan Kadiluwih, kecamatan Salam, Magelang, Jawa Tengah. Candi ini tepatnya berada
di atas bukit Gunung Wukir dari lereng gunung Merapi pada perbatasan wilayah Jawa Tengah
dan Yogyakarta. Menurut perkiraan, candi ini merupakan candi tertua yang dibangun pada
saat pemerintahan raja Sanjaya dari zaman Kerajaan Mataram Kuno, yaitu pada tahun 732 M
(654 tahun Saka).Kompleks dari reruntuhan candi ini mempunyai ukuran 50 m x 50 m terbuat
dari jenis batu andesit, dan di sini pada tahun 1879 ditemukan prasasti Canggal yang banyak
kita kenal sekarang ini. Selain prasasti Canggal, dalam candi ini dulu juga ditemukan altar
yoni, patung lingga (lambang dewa Siwa), dan arca lembu betina atau Andini. Berfungsi
sebagai tempat pemujaan.
e. Candi Gedong Songo

Candi Gedong Songo adalah nama sebuah komplek bangunan candi peninggalan budaya
Hindu yang terletak di desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa
Tengah, Indonesia tepatnya di lereng Gunung Ungaran. Di kompleks candi ini terdapat
sembilan buah candi. Sejarah Candi Gedong Songo yaitu salah satu candi yang mempunyai
karakter Aura Alam Ghaib yang begitu kuat dan mistik. Sesuai namanya komplek candi ini
terdiri atas sembilan candi, berderet bawah ke atas yang dihubungkan dengan jalan setapak
bersemen. Satu Candi yang berada dipuncak paling tinggi disebut puncak Nirwana. Sayang
sekali dari sembilan Candi dua diantaranya sudah rusak hingga sekarang tinggal tujuh buah.
Ada juga bukit Kendalisodo dan Gua tempat Hanoman bertapa.
Komplek Candi Gedong Songo ini dibangun oleh Putera Sanjaya, Raja Mataram Kuno pada
sekitar abad 7 masehi. Melihat langgam arsitektur dan pendirinya yang beragama hindu, candi
gedong songo jelas merupakan candi hindu yang dibangun untuk tujuan pemujaan.Berbagai
patung Dewa yang ada disini seperti Syiwa mahaguru, Syiwa Mahadewa, Syiwa
Mahakala,Durgamahesasuramardhani dan Ganesya sebagai bangunan pemujaan umat hindu.
Juga ditemukan Lingga dan Yoni yang merupakan ciri khas candi hindu di Indonesia.
Candi yang berada di komplek Gedongsongo ini diperkirakan merupakan candi untuk
pemakaman. Karena pada saat ditemukan di sekitar candi banyak terdapat abu. Sangat
mungkin abu ini merupakan bekas pembakaran orang yang meninggal. Sesuai ajaran Hindu
orang yang meninggal biasanya dibakar
f. Arca Gupolo

Arca Gupolo adalah kumpulan dari 7 buah arca berciri agama Hindu yang terletak di dekat
candi Ijo dan candi Barong, di wilayah kelurahan Sambirejo, kecamatan Prambanan,
Yogyakarta. Gupolo adalah nama panggilan dari penduduk setempat terhadap patung Agastya
yang ditemukan pada area situs. Walaupun bentuk arca Agastya setinggi 2 meter ini sudah
tidak begitu jelas, namun senjata Trisula sebagai lambang dari dewa Siwa yang dipegangnya
masih kelihatan jelas. Beberapa arca yang lain, kebanyakan adalah arca dewa Hindu dengan
posisi duduk. Di dekat arca Gupolo terdapat mata air jernih berupa sumur yang dipakai oleh
penduduk setempat untuk mengambil air, dan meskipun di musim kemarau panjang sumur ini
tidak pernah kering. Menurut legenda rakyat setempat, Gupolo adalah nama patih (perdana
menteri) dari raja Ratu Boko yang diabadikan sebagai nama candi Ratu Boko (ayah dari dewi
Loro Jonggrang dalam legenda candi Prambanan).

9. Pengamatan hasil karya seni lukis bangsa eropa

Nama: Lukisan Monalisa
Fungsi: keindahan seni lukisan
Bahan pembuat : cat dan kanvas
Dokumentasi dan keterangan :
Sebuah senyum ternyata bisa memancing banyak interpretasi, teori, polemik, film,
lagu, puisi bahkan parodi. Sementara sang empunya senyum mungkin hanya sekedar
tersenyum saja dan tidak memiliki maksud apapun dari senyumannya itu karena hingga kini
dia hanya terpaku diam di dinding Museum Louvre, Perancis. Itulah senyum Monalisa,
sebuah ekspresi dari lukisan karya maestro Leonardo da Vinci. Lukisan Monalisa sampai saat
ini dipercaya merupakan karya seni yang paling banyak dilihat orang sedunia. Bagaimana
tidak, jutaan salinan lukisan ini telah dibuat dan beredar di seluruh dunia, sementara lukisan
aslinya yang dipajang di Museum Louvre dipelototi oleh ribuan pengunjung setiap hari. Lalu
mengapa lukisan ini menjadi sangat terkenal? Berikut sepenggal kisah asal-usul dan beberapa
fakta menarik tentang lukisan Monalisa.

Asal-usul Monalisa
Lukisan Monalisa yang juga dikenal sebagai La Gioconda di Italia dan La Joconde di
Perancis diyakini banyak kalangan dilukis oleh Leonardo da Vinci pada era Renaisans yaitu
tepatnya di tahun 1503. Sementara subyek lukisannya menurut sejumlah sejarawan adalah
seorang wanita asal kota Florence, Italia yang bernama Lisa del Giocondo atau Lisa
Gherardini, isteri dari seorang pengusaha sutera kaya, Francesco del Giocondo.
Leonardo da Vinci mengerjakan lukisan potret ini hingga tahun 1506 dan sayangnya ia
tidak meninggalkan catatan apapun dalam karya legendaris tersebut hingga akhir hayat pada
tahun 1519. Namun hal inilah yang membuat Monalisa menjadi masyhur karena para
sejarawan mengajukan beragam teori tentang lukisan ini baik berupa motif pribadi da Vinci
dalam melukis, subyek lukisan, kapan lukisan dibuat, siapa pemilik sah lukisan dan tentu saja:
makna senyum si Monalisa.
Lukisan Monalisa menggambarkan potret setengah badan seorang wanita usia
pertengahan 20an yang berpose di sebuah teras gedung. Berbeda dengan sejumlah model
lukisan potret pada masa itu yang umumnya berpose tegak lurus dan kaku, model lukisan ini
terlihat santai menyilangkan tangannya di pegangan kursi sambil mengembangkan senyum
tipis yang sangat misterius. Lukisan ini menjadi khas juga karena sang model lukisan tidak
memakai perhiasan apapun di tubuhnya dan bahkan tidak mempunyai alis mata! Namun
sebenarnya lukisan Monalisa tidak terlalu terkenal hingga pertengahan era 1800an ketika para
seniman aliran Simbolik memuji Monalisa sebagai simbol kemisteriusan wanita. Sejak saat
itu Monalisa menjadi inspirasi berbagai macam puisi, lagu dan drama. Semakin terkenal lagi
ketika lukisan ini dicuri pada tahun 1911 dan untungnya dua tahun kemudian diketemukan.
Perjalanan panjang Monalisa
Monalisa merupakan salah satu karya kesayangan Leonardo da Vinci. Ini terbukti
karena da Vinci terus membawa lukisan tersebut kemana pun dia pergi hingga akhir hayat.
Tahun 1516, da Vinci diundang melukis ke Perancis oleh Raja Francois I. Raja yang kagum
terhadap karya-karya da Vinci membeli sejumlah lukisan sang maestro termasuk lukisan
Monalisa dan kemudian memajangnya di istana Chteau Fontainebleau. Selanjutnya, Raja
Louis XIV memindahkan lukisan ke istana Versailles. Setelah Revolusi Perancis, lukisan
berpindah lagi ke istana (sekarang museum) Louvre. Penguasa terkenal pasca Revolusi
Perancis, Napoleon I bahkan pernah menggantung lukisan Monalisa di kamar pribadinya.
Peristiwa menggemparkan terjadi pada 21 Agustus 1911 ketika Monalisa dicuri oleh
seorang karyawan museum berkebangsaan Italia, Vincenso Peruggia. Dia menyimpan
Monalisa selama dua tahun di loteng kamarnya di Paris. Tahun 1913, Peruggia membawa
pulang Monalisa ke Italia dan mencoba menjualnya. Dia kemudian tertangkap, namun
masyarakat Italia malah menganggap Peruggia sebagai pahlawan karena berhasil
memulangkan Monalisa ke tanah airnya. Setelah dipamerkan ke publik, Pemerintah Italia
akhirnya memulangkan Monalisa kembali ke rumah di Museum Louvre, Perancis. Tahun
1962, Monalisa sempat berkunjung ke negara Paman Sam, AS untuk dipamerkan di museum
National Gallery. Tahun 1974, bertualang ke Moskow dan Tokyo, di mana jumlah
pengunjung pameran hampir mencapai dua juta orang hanya dalam beberapa hari saja. Sebuah
rekor jumlah kunjungan museum yang belum terpecahkan hingga sekarang.

Banyak yang menyukai lukisan Monalisa namun tidak sedikit pula yang
membencinya. Tahun 1956, Monalisa dilempari asam hingga menyebabkan sedikit kerusakan
di bagian bawah lukisan. Selanjutnya terkena lemparan batu yang menyebabkan lukisan lecet
di beberapa bagian. Tahun 1974, Pemerintah Jepang menghadiahi Monalisa bingkai kaca anti
peluru yang berpenyejuk udara. Sejak saat itu Monalisa mulai aman dari gangguan tangan-
tangan jahil

10. Pengamatan hasil karya seni lukis bangsa Indonesia

Nama: Pangeran Diponegoro
Fungsi: keindahan seni lukisan
Bahan pembuat : cat dan kanvas

Salah satu lukisan Pangeran Diponegoro yang terkenal adalah karya pelukis Basuki Abdullah
yang bercerita tentang sejarah Bangsa Indonesia pada zaman Perang Diponegoro. Dalam
historiografi sejarah Indonesia, Perang Diponegoro atau Perang Jawa memang peristiwa
perlawanan terhadap kolonial yang terbilang besar. Perang yang berlangsung selama lima
tahun (1825-1830) ini menewaskan dua ratus ribu orang, sedangkan yang mengalami
penderitaan berjumlah sepertiga dari penduduk Jawa kala itu, kira-kira dua juta orang.

Dilukiskan mengenakan jubah berwarna putih dengan sebilah keris yang menjadi salah satu
ciri khas yang selalu ditaruh di pinggangnya, Pangeran Diponegoro terlihat gigih memimpin
pasukannya dalam perang gerilya melawan Belanda. Di dalam lukisan tersebut, Basuki
Abdullah menciptakan sosok sang pangeran dengan raut muka tegas dan berwibawa, serta
kepala yang tegak menghadap ke depan sambil menunggangi seekor kuda hitam.

Basuki Abdullah sendiri adalah pelukis kelahiran di Surakarta, Jawa Tengah, 25 Januari 1915
dan wafat pada 5 November 1993. Beliau adalah salah seorang maestro pelukis Indonesia. Ia
dikenal sebagai pelukis aliran realis dan naturalis. Ia pernah diangkat menjadi pelukis resmi
Istana Merdeka Jakarta dan karya-karyanya menghiasi Istana-istana Kepresidenan Indonesia,
disamping menjadi barang koleksi dari berbagai penjuru dunia.
D. MANUSIA DAN MASALAH SOSIAL
11. Pengamatan interaksi social: anda dan orang lain
Interaksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang
berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat. Dengan
adanya nilai dan norma yang berlaku,interaksi sosial itu sendiri dapat berlangsung dengan
baik jika aturan - aturan dan nilai nilai yang ada dapat dilakukan dengan baik. Jika tidak
adanya kesadaran atas pribadi masing masing,maka proses sosial itu sendiri tidak dapat
berjalan sesuai dengan yang kita harapkan. Di dalam kehidupan sehari hari tentunya
manusia tidak dapat lepas dari hubungan antara satu dengan yang lainnya,ia akan selalu perlu
untuk mencari individu ataupun kelompok lain untuk dapat berinteraksi ataupun bertukar
pikiran. Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekamto di dalam pengantar sosiologi, interaksi sosial
merupakan kunci semua kehidupan sosial. Dengan tidak adanya komunikasi ataupun interaksi
antar satu sama lain maka tidak mungkin ada kehidupan bersama. Jika hanya fisik yang saling
berhadapan antara satu sama lain, tidak dapat menghasilkan suatu bentuk kelompok sosial
yang dapat saling berinteraksi. Maka dari itu dapat disebutkan bahwa interaksi merupakan
dasar dari suatu bentuk proses sosial karena tanpa adanya interaksi sosial, maka kegiatan
kegiatan antar satu individu dengan yang lain tidak dapat disebut interaksi.
Pada saat dua individu bertemu, walaupun tidak melakukan kegiatan apa-apa, namun
sebenarnya interaksi sosial telah terjadi apabila masing-masing pihak sadar akan adanya pihak
lain yang menyebabkan perubahan dalam diri masingmasing. Seperti minyak wangi, bau
keringat, bunyi sepatu ketika berjalan, dan hal-hal lain yang bisa mengundang reaksi orang
lain. Interaksi jenis ini selain tidak harus konkret seperti telah dijelaskan di atas, juga bisa
sangat konkret. Wujudnya antara lain berjabat tangan, saling bercakap-cakap, saling menyapa,
dan lain-lain.

12. Pengamatan interaksi social: manusia di tempat umum

* Perbincangan atau pertikaian dua orang.
* Berjabat tangan.
* Saling menegur.
* Bercakap-cakap atau mungkin bertengkar.
* Saling menatap.
* Tersenyum.
* Seorang yang sedang membayar belanjaan di kasir.
* Seorang ibu yang sedang menawar harga pada seorang penjual di pasar tradisional
* Seorang guru yang sedang mengajar di dalam ruangan kelas.
* Seorang ustad yang sedang ceramah di dalam mimbar.
* Seperti juga seorang politikus yang sedang berorasi di tengah
masyarakat.
* Pengarahan seorang bidan dalam posyandu yang sedang menyosialisakan
kesehatan.
* Wasit yang sedang memberikan pengarahan pada tim olaharaga.
* Orasi seorang calon pejabat.
* Seorang psikiater yang sedang melakukan konseling dengan pasiennya.
13. Pengamatan patologi social: pengemis, gelandangan, pengamen.
Patologi Sosial adalah ilmu tentang gejala-gejala sosial yang dianggap sakit.
Disebabkan oleh faktor-faktor sosial. Berasal dari kata Phatos (Yunani) : penderitaan,
penyakit.
Semua tingkah laku yang bertentangan dengan norma kebaikan, stabilitas lokal. Pola
kesederhanaan, moral, hak milik, solidariatas kekeluargaan, hidup rukun bertetangga, disiplin,
kebaikan dan hukum formal.
Pengamen atau sering disebut pula sebagai penyanyi jalanan (Inggris: street singers),
sementara musik-musik yang dimainkan umumnya disebut sebagai Musik Jalanan. Pengertian
antara musik jalanan dengan penyanyi jalanan secara terminologi tidaklah sederhana, karena
musik jalanan dan penyanyi jalanan masing-masing mempunyai disiplin dan pengertian yang
spesifik bahkan dapat dikatakan suatu bentuk dari sebuah warna musik yang berkembang di
dunia kesenian.


Gambar. Pengemis sebagai Patologi Sosial (Jangan Memberi Uang kepada Pengemis)
Pengemis adalah fenomena social. Keberadaan pengemis seolah mengiringi
pembangunan yang dilaksanakan. Pembangunan menjadi daya tarik pengemis. Kehadirannya
menghiasi lokasi-lokasi strategis untuk melaksanakan kegiatannya. Kegiatan utama
pengemis adalah meminta, mengeksploitasi belas kasihan sesama untuk mendapatkan kucuran
rejeki.
Gemerlap kota melahirkan ketertarikan warga bangsa untuk memilih berprofesi sebagai
pengemis. Ketertarikan tidak hanya didasarkan pada kondisi obyektif individu yang secara
subyektif mengalami kekurangan materi. Kekurangan materi menjadi alasan utama untuk
menjadi pengemis. Namun sepertinya alasan utama tersebut sudah mengalami transformasi
menjadi komodifikasi.
Komodifikasi kemiskinan mengarah pada industrialisasi, dan arah inilah yang menjadi
penyebab patologi pengemis sekarang. Industrialisasi pengemis dimaksud bahwa pengemis
ada yang mandiri, tetapi ada pengemis yang memang diorganisir oleh oknum tertentu.
Pengemis yang terorganisir inilah yang menjadi bagian industri kemiskinan. Miskin dan
eksploitasi belas kasihan adalah produk dari industry ini. Entah miskin obyektif maupun
mentalitas miskin atau merasa miskin, pengemis itu ada dan mengalami pengembangbiakan.
Industrialisasi menjadi daya tarik dan mengakibatkan patologi pengemis di beberapa
kota di Indonesia. Daya tarik dan patologis seolah bersimbiosi mutualisme bagi individu yang
ingin menjadi pengemis. Kemudian ditingkahi dengan model industrialisasi pengemis yang
menggejala, dimana iming-iming perolehan pendapatan/penghasilan membulatkan tekad
untuk menjadi pengemis. Kebulatan tekad menjadi pengemis terjadi karena pengemis secara
social adalah berada pada strata social rendah.
Strata social yang rendah secara obyektif tidak diinginkan oleh setiap manusia
Indonesia. Tetapi daya tarik penghasilan yang relative besar, dengan kerja yang tidak
berkeringat mendorong manusia membulatkan tekad untuk memilih berprofesi sebagai
pengemis. Penghasilan yang relative besar banyak ditemukan, seperti terungkap pada acara
Uya Kuya di stasiun televisi swasta ketika menghinoptis seorang pengemis yang mengaku
penghasilan sampai pada Rp. 800.000/hari pada saat menjelang hari raya.
Tingkat penghasilan tersebut tidak terjadi setiap hari, tetapi cerita lain dari pengemis di
alun-alun kota Salatiga mengungkapkan penghasilan per hari rata-rata Rp. 20.000. Pengemis
dengan penghasilan tersebut masih anak-anak, sedangkan cerita lain pengemis seorang ibu
menyatakan penghasilan mereka Rp. 80.000/hari. Cerita mengenai penghasilan pengemis
bermaksud menunjukkan bahwa dari perspektif penghasilan, pengemis bukan profesi yang
dapat dipandang sebelah mata.
Ketika pengemis mengalami proses industrialisasi, profesi pengemis tidak kalah
mentereng dengan profesi lainnya. Hanya stigma social atau strata social yang melekat untuk
berpikir ulang memilih menjadi pengemis. Bagi kategori orang tertentu, khususnya yang
memiliki mentalitas miskin yaitu tak ingin bekerja keras atau keluar keringat dan berwatak
malas , pengemis menjadi profesi dengan daya tarik luar biasa. Daya tarik inilah, pengemis
menjadi patologi social. Kegiatan mengemis dengan segala daya tariknya menular secara
social, dan mendorong orang lain untuk mengikuti jejak pengemis yang sudah eksis.


Penularan profesi pengemis membahayakan, meski tidak akan terjadi secara masif,
mentalitas yang terbentuk karena ketertarikan menjadi pengemis dapat mempengaruhi
pembangunan karakter. Penularan dapat terjadi tanpa kita sadari, yaitu memberikan kontribusi
pengembang-biakan pengemis. Kontribusi kita adalah dengan memberikan pengemis
recehan uang karena didorong alasan belas kasihan kita. Namun itu dikembalikan ke hati
nurani masing-masing, apakah pemberian kita tepat sasaran atau tidak.
Ketepat-sasaran ini begitu penting karena tanpa menggebyah-uyah bahwa pengemis
adalah profesi karena sebuah kesadaran yang didorong motivasi kemalasan. Karena ada
pengemis yang benar menjalaninya didorong ketidakmampuan secara ekonomi dengan segala
keterbatasan yang ada. Ketidaktepat-sasaran akan mendorong lahirnya bayi-bayi pengemis,
dan lebih berbahaya adalah pengembang biakan mental malas dan ketidakmauan bekerja.
Ketika terjadi pengembang-biakan maka pengemis menjadi patologi social dan itu harus
menjadi perhatian dan keprihatinan bersama dalam rangka pembangunan karakter bangsa.





DAFTAR PUSTAKA


Muljana, Slamet (2005). Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara
Islam di Nusantara. PT LKiS Pelangi Aksara. hlm. 61. ISBN 9798451163.ISBN
9789798451164

Sh. Musthofa, Suryandari, Tutik Mulyati. 2009. Sejarah 2 : Untuk SMA/ MA Kelas XI
Program Bahasa. Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai