Anda di halaman 1dari 10

EMBRIOTOMI

PERSALINAN DESTRUKTIF
( embriotomi )
dr.Bambang Widjanarko, SpOG
Batasan :
Terdapat sejumlah tindakan pembedahan obstetri yang bertujuan untuk memperkecil ukuran
kepala, memperkecil ukuran bahu atau volume rongga dada pada janin mati dengan tujuan
agar dapat dilahirkan per vaginam. Pada era modern tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi
dan digantikan dengan tindakan sectio caesar yang dianggap lebih aman untuk keselamatan
ibu.
Jenis tindakan:
1. Kraniotomi
2. Dekapitasi
3. Kleidotomi
4. Eviserasi
5. Spondilotomi
6. Pungsi
Indikasi:
1. Janin mati dan ibu dalam keadaan bahaya (maternal distress) atau
2. Janin mati dan tak mungkin lahir secara spontan
Syarat:
1. Janin sudah mati, kecuali pada kasus hidrosepalus, hidrops fetalis atau pada
kleidotomi
2. Conjugata vera lebih dari 6 vm
3. Pembukaan servik > 7 cm
4. Ketuban sudah pcah
5. Jalan lahir normal

KRANIOTOMI
Definisi:
Tindakan untuk memperkecil ukuran kepala janin dengan cara memberi lubang dan
mengeluarkan isi tengkorak, sehingga janin dapat dilahirkan pervaginam.
Tindakan kraniotomi biasanya disusul dengan ekstraksi kepala dengan menggunakan
kranioklast sehingga tindakan ini lazim disebut sebagai tindakan perforasi & kranioklasi
Alat yang digunakan:
1. Pisau bedah (scalpel)
2. Perforator SIMPSON
3. Kranioklast
4. Cunam BOER
5. Cunam Mouzeaux
Perforator SIMPSON:
Peforator memiliki dua daun dengan tepi tajam dan ujung yang runcing, masing-
masing dibatasi dengan bahu penahan
Tangkai perforator bila daun sedang dalam keadaan tertutup, akan dalam keadaan
terbuka dengan sebuah penahan
Penahan tersebut menjaga agar daun perforator selalu dalam keadaan tertutup
Dengan menekan gagang secara serempak, daun perforator akan terpisah satu sama
lain ( terbuka )

Cranioclast BRAUN:
Terdiri dari dua daun ( sendok jantan dan betina ) yang pemasangannya dilakukan
secara terpisah.
Sendok jantan dimasukkan kedalam lubang ditengkorak kepala janin.
Sendok betina diletakkan pada daerah muka janin.
Penguncian dilakukan setelah kedua daun terpasang dengan benar.

Tehnik:
1. Ibu dalam posisi lithotomi.
2. Tangan kiri operator dimasukkan secara obstetrik kedalam jalan lahir dan diletakkan
diantara kepala janin dan bagian simfisis menghadap ke bawah. Seorang asisten
melakukan fiksasi kepala janin dari sebelah luar disebelah atas simfisis. (gambar 3)
3. Dengan pisau bedah, dibuat lubang pada ubun-ubun besar atau sutura sagitalis.
4. Perforator Naegele dalam keadaan tertutup dimasukkan jalan lahir secara horisontal
dengan bagian lengkung berada diatas dan ujung yang runcing mengarah kebawah
dibawah perlindungan telapak tangan kiri ( agar tidak mencederai dinding vesica
urinaria) dan selanjutnya ujung perforator dalam keadaan tertutup dimaskkan kedalam
lubang pada kepala janin yang sudah dibuat sebelumnya.
5. [ memasukkan perforator dapat dilakukan tanpa terlebih dulu membuat lubang pada
ubun-ubun besar atau sutura sagitalis yaitu dengan cara menembuskan langsung
perforator ke kepala janin ; dalam hal ini, agar ujung perforator tidak meleset maka
arah perforator harus tegak lurus dengan kepala janin ]
6. Setelah perforator berada didalam tengkorak kepala janin, lubang perforasi
diperlebar dengan cara membuka dan menutup perforator dalam arah tegak lurus dan
horisontal sedemikian rupa sehingga lubang perforasi berbentuk irisan silang ( gambar
4 )
7. Dengan perlindungan telapak tangan kiri, perforator dikeluarkan dalam keadaan
tertutup dari jalan lahir.
8. Jaringan otak tak perlu dikeluarkan secara khusus oleh karena akan keluar dengan
sendirinya saat ekstraksi kepala.

Gambar 3. Asisten operator menahan posisi kepala agar tidak tertdorong keatas saat
perforator dimasukkan rongga kepala

Gambar 4. Membuka dan menutup perforator untuk melebarkan lubang perforasi
Ekstraksi kepala:
Untuk melakukan ekstraksi kepala dapat digunakan:
1. Pemasangan cunam Muzeaux sebanyak 2 buah pada kulit kepala janin
2. Cranioclast Braun
Cunam Muzeux
Untuk ekstraksi kepala setelah tindakan perforasi hanya boleh dilakukan dimana kulit kepala
masih kuat dan hubungan antara tulang kepala masih kuat dan kepala janin sudah didasar
panggul.

Tehnik:
Dengan perlindungan spekulum, 2 buah cunam Museux dipasang satu diatas dan satu
dibawah lubang perforasi.
Setelah cunam menjepit kulit kepala dengan baik, dilakukan traksi searah sumbu jalan
lahir sambil mengikuti gerakan putar paksi dalam.
Setelah suboksiput dibawah simfisis, dilakukan elevasi kepala sehingga secara
berurutan lahirlah ubun-ubun besar, dahi, muka dan dagu.
Setelah kepala janin lahir, tubuh janin dilahirkan dengan cara seperti biasa.
Cranioclast BRAUN
Tangan kiri dimasukkan kedalam jalan lahir.
Sendok jantan dipegang dengan tangan kanan secara horisontal dengan bagian yang
bergerigi menghadap keatas, kemudian dimasukkan kedalam lubang perforasi
sedalam mungkin ; bagian sendok yang melengkung diarahkan kemuka janin dan
tangkainya dipegang oleh asisten.
Sendok betina dipegang seperti memegang pensil, dengan arah sejajar pelipatan depan
paha, sendok betina dimasukkan kedalam jalan lahir sedemikian rupa sehingga daun
cranioclast betina terletak di wajah janin.
Kedua sendok cranioclast ditutup, dilakukan pemeriksaan dalam untuk memeriksa
apakah ada bagian jalan lahir yang terjepit dan apakah pemasangan instrumen sudah
benar.
Bila pemasangan sudah benar, kedua sendok cranioclast dikunci serapat mungkin dan
dikerjakan ekstraksi kepala dengan menarik pemegang cranioclast.
Arah traksi harus sesuai dengan sumbu panggul dan diikuti dengan gerakan putar
paksi dalam.
Setelah occiput nampak dibawah arcus pubis, dilakukan elevasi keatas pada tangkai
cranioclast sehingga secara berurutan lahir ubun-ubun besar, dahi, muda dan dagu
anak.
Setelah kepala lahir, kunci cranioclast dibuka dan daun cranioclast dibuka satu persatu
kemudian tubuh anak dilahirkan dengan cara seperti biasa.

Gambar 6. Memasukkan sendok jantan kedalam lobang perforasi yang sudah terbentuk

Gambar 7. Memasang sendok betina yang berlubang dibagian depan wajah anak.
Catatan :
Pada letak sungsang, kraniotomi dikerjakan pada foramen magnum melalui arah
belakang atau dari arah muka dibawah mulut.
Setelah dikerjakan perforasi, after coming head dilahirkan dengan cara seperti
persalinan kepala.
Bila saat ekstraksi kepala terdapat tulang tengkorak yang terlepas maka serpihan
tulang tersebut diambil dengan cunam BOER agar tidak melukai jalan lahir saat
dilakukan ekstraksi kepala.




Gambar 8 ( kiri ) Melakukan perforasi pada after coming head dari bagian belakang
Gambar 9 ( kanan ) Melakukan perforasi pada after coming head dari arah depan

DEKAPITASI
Definisi :
Tindakan untuk memisahkan kepala dari tubuh janin dengan cara memotong leher janin.
Indikasi : Letak Lintang
Tehnik:
1. Dengan pengait BRAUN
1. Bila letak janin adalah letak lintang dengan tangan menumbung, maka
lengan yang menumbung diikat dulu dengan tali (dengan ikatan
SIEGEMUNDIN agar tidak masuk kembali kejalan lahir) dan ditarik kearah
bokong oleh asisten.
2. Tangan operator yangdekat dengan leher janin dimasukkan kedalam jalan lahir
dan langsung mencekap leher janin dengan ibu jari didepan leher dan jari-jari
lain dibelakang leher.
3. Tangan lain memasukkan pengait BRAUN kedalam jalan lahir dengan ujung
menghadap kebawah. Pengait dimasukkan jalan lahir dengan cara menyelusuri
tangan dan ibu jari operator yang berada didalam jalan lahir sampai menemui
leher dan kemudian dikaitkan pada leher janin.

d. Dengan pengait ini, leher janin ditarik kebawah sekuat mungkin dan kemudian diputar
kearah kepala janin (pada saat yang sama, asisten memfiksasi kepala anak dari dinding
abdomen) untuk mematahkan tulang leher janin.




Gambar 11 ( kiri ) Memasukkan pengait kedalam jalan lahir
Gambar 12 ( kanan ) Memasang pengait pada leher janin
1. Jaringan lunak leher kemudian dipotong dengan gunting SIEBOLD secara
avue sedikit demi sedikit sampai putus.
2. Setelah kepala anak terpisah, tubuh dilahirkan dengan menarik lengan janin
dan kemudian kepala dilahirkan secara Mouriceau.


Gambar 13 ( kiri ) Melahirkan tubuh janin dengan menarik lengan
Gambar 14 (kanan ) Melahirkan kepala dengan cara Mouriceau
1. Dengan gunting SIEBOLD

1. Tangan penolong yang dekat dengan kepala janin dimasukkan kedalam jalan
lahir.
2. Dipasang spekulum vagina.
3. Dengan dilindungi oleh telapak tangan yang didalam jalan lahir, leher janin
dipotong sedikit demi sedikit dengan gunting SIEBOLD secara avue mulai
dari kulit, otot dan tulang leher.
4. Setelah kepala anak terpisah, tubuh dilahirkan dengan menarik lengan janin
dan kemudian kepala dilahirkan secara Mouriceau.
1. Dengan gergaji GIGLI
1. Gergaji kawat GIGLI dilingkarkan di leher janin.
2. Dengan perlindungan dua buah spekulum vagina atas dan bawah, gergaji
dinaik turunkan sampai leher janin putus.
3. Badan dan kepala anak dlahirkan dengan yang sudah dijelaskan diatas.




Gambar 16. Gergaji kawat GIGLI
Gambar 17. Pemasangandan pemotongan leher dengan kawat

KLEIDOTOMI
Definisi : Tindakan memotong atau mematahkan 1 atau dua buah klavikula untuk
memperkecil diameter lingkar bahu.
Indikasi: Distosia bahu
Instrumen: Gunting Dubois atau Gunting SIEBOLD
Tehnik :
Pasien berada pada posisi lithotomi
Satu tangan operator masuk jalan lahir dan langsung memegang klavikula bawah
Dengan spekulum yang terpasang di vagina, tangan lain melakukan pemotongan
klavikula bersamaan dengan tindakan ini, assisten melakukan fiksasi kepala dari arah
luar
Bila dengan satu klavikula yang terpotong, bahu masih masih belum dapat dilahirkan
maka dapat dilakukan pemotongan klavikula kontraleteral


Gambar 18 Kleidotomi

EVISERASI atau EKSENTERASI
Definisi: Tindakan merusak dinding abdomen atau thorax untuk mengeluarkan organ viseral
Indikasi: Letak lintang
Hidrops fetalis

SPONDILOTOMI
Definisi: Tindakan memotong ruas tulang belakang
Indikasi: Letak lintang dorso inferior

PUNGSI
Definisi: Tindakan untuk mengeluarkan cairan dar kepala janin
Indikasi: Hidrosepalus
Tehnik: Transabdominal atau transvaginal


Gambar 19 Pungsi , Hidrosepalus pada presentasi kepala yang menyebabkan distosia,
pungsi dilakukan melalui ubun-ubun besar (bila mungkin), Pasca pungsi, kepala mengecil
dan ditarik dengan cunam Mouseaux

Sumber Bacaan :
1. Douglas GR, Stromme WB: Operative Obstetrics, Appleton-Century-Crofts, Inc
New York, 1963
2. Husodo L: Pembedahan Vaginal Dengan Merusak Janin dalam ILMU KEBIDANAN
(ed) edisi ke 3 YBPSP, Jakarta 1997
3. Martius G: Operative Obstetrics:Indication and Techniques, George Thieme Verlag
Rudigerstrabe, stuttgart, 1980
4. Myerscough PR: Munro Kerrs Operative Obstetrics 9
th
ed, A Bailliere Tindal,
London, 1978

Anda mungkin juga menyukai