Anda di halaman 1dari 13

1.

Deni Indrayani : Mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI Tahun 2009
2. Kamin Sumardi : Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FPTK UPI
1
PERFORMA UNIT WATER CHI LLER TIPE
RCU 150 AHYZ-HR UNTUK APLIKASI HEAT RECOVERY
Deni Indrayani
1
Kamin Sumardi
2
Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, FPTK UPI
Jl. Dr. Setiabudhi No.207 Bandung 40154
deni.indra17@gmail.com
ABSTRAK
Air sebagai refrigeran sekunder pada sistem water chiller digunakan untuk
mengkondisikan ruangan. Temperatur di dalam ruangan hotel mencapai 76,1
0
F
dari kondisi temperatur awal 71,6
0
F. Akibatnya temperatur di dalam ruangan naik
hingga 4,5
0
F. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penyebab terjadinya
kenaikan temperatur ruangan dengan menganalisa kapasitas pendinginan aktual
unit water chiller, terhadap total beban pendinginan ruangan yang harus
ditanggulangi. Metode penelitian yang digunakan yaitu pengamatan dan
pengukuran langsung terhadap kondisi unit water chiller untuk aplikasi heat
recovery. Hasil penelitian diperoleh kapasitas pendinginan aktual unit water
chiller sebesar 90,15 TR. Total beban pendinginan ruangan yang harus
ditanggulangi 95,1 TR. Kapasitas pendinginan awal unit water chiller 103,2 TR.
Hasil penelitian menunjukan bahwa unjuk kerja kapasitas pendinginan unit water
chiller mengalami penurunan hingga 13,05 TR. Akibatnya temperatur naik di
dalam ruangan hotel karena 4,95 TR beban pendinginan ruangan tidak teratasi.
Kata kunci: beban pendinginan, unjuk kerja, water chiller, heat recovery.

ABSTRACT
Water as a secondary refrigerant in the water chiller systems used to condition
the room. The temperature inside the hotel room reaches 76,1
0
F of the initial
conditions of temperature 71,6
0
F. As a result, the temperature in the room rose to
4,5
0
F. The purpose of this research was to determine the cause of the increase
temperature in the room by analyzing the actual cooling capacity water chiller
units, the total room cooling load that must be addressed. The method used is
direct observation and measurement of the condition water chiller units for
specific heat recovery applications. The result showed the actual cooling capacity
of water chiller units 90,15 TR. Total room cooling load that must be addressed
95,1 TR. Initial cooling capacity water chiller units 103,2 TR. The results showed
that the performance of the cooling capacity water chiller units has decreased by
13,05 TR. As a result, the temperature rises in the hotel room because the room
cooling load of 4,95 TR is not resolved.
Keywords: cooling load, performance, water chiller, heat recovery.


2

PENDAHULUAN
Air Conditioner (AC) merupakan aplikasi dari sistem refrigerasi. Prinsip
dasar sistem AC adalah menyerap panas yang tidak dibutuhkan dari suatu
ruangan untuk dilepaskan ke ruangan lain dengan menggunakan media refrigeran.
Penelitian tentang penggunaan air sebagai refrigeran telah dilakukan oleh
beberapa peneliti. Kruse (2000) melakukan penelitian tentang penggunaan
refrigeran di Eropa. Berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan bahwa
penggunaan sistem refrigerasi tidak langsung (siklus sekunder) memerlukan
refrigeran lebih sedikit pada siklus primernya dibandingkan dengan sistem
refrigerasi langsung (direct expantion).
Water chiller (Daikinaircon, 2013) adalah salah satu jenis AC untuk
mendinginkan air sebagai secondary refrigerant yang mengaplikasikan sistem
refrigerasi tidak langsung. Air akan disirkulasikan untuk mengambil panas dari
suatu ruangan. Panas akan dibawa air untuk diserap oleh evaporator sebagai beban
pendinginan yang harus ditanggulangi. Penyerapan panas pada evaporator terjadi
dengan cara refrigeran yang memiliki temperatur dan tekanan rendah menyerap
panas dari air sampai tercapai titik temperatur penguapan refrigeran. Refrigeran
yang telah menyerap panas akan dikompresikan dan dibuang panasnya pada
kondenser. Air yang telah didinginkan akan disirkulasikan kembali untuk
menyerap panas dari ruangan yang dikondisikan temperaturnya.
Penggunaan unit water chiller pada suatu gedung perhotelan di kota Jakarta
dilengkapi dengan peralatan pemanfaatan panas kondenser untuk pemanas air
(heat recovery). Air panas pada hotel digunakan untuk keperluan mandi,
pencucian alat dan keperluan lainnya. Tingkat kenyamanan temperatur udara di
dalam ruangan merupakan salah satu faktor pertimbangan bagi pengunjung hotel.
Penulis memperoleh temperatur ruangan di dalam hotel 76,1
0
F dari kondisi
temperatur awal 71,6
0
F. Akibatnya temperatur di dalam ruangan naik 4,5
0
F.
Kenyamanan di dalam ruangan hotel akan terganggu jika kondisi yang ada tidak
segera diatasi. Penyebab kenaikan temperatur ruangan dikarenakan beberapa
faktor.


3

Terdapat dua unit water chiller yang terpasang pada hotel. Setiap unit
memiliki dua package sistem pendinginan yang akan bekerja sesuai
pengoperasian dan kapasitas pendinginan yang dibutuhkan. Unit sistem pendingin
ini memiliki fungsi ganda pada hotel. Fungsi utama unit sistem pendingin adalah
untuk mengkondisikan udara ruangan agar dapat tercapai kondisi yang ideal bagi
setiap orang yang berkunjung. Fungsi kedua adalah sebagai pemanas air dengan
memanfaatkan panas yang dibuang oleh sistem refrigerasi (recovery unit).
Unit water chiller recovery (gambar 1) digunakan tambahan peralatan
penukar kalor heat exchanger tipe Plate (HEI, 2009) atau biasa dinamakan Plate
Heat Exchanger (PHE) yang dipasang pada sisi tekan (discharge) sistem
refrigerasi yakni setelah kompresor. Refrigeran yang memiliki temperatur tinggi
akan melepaskan kalor dan diserap oleh air yang dialirkan pada PHE. Air panas
digunakan untuk kebutuhan hotel seperti mandi, cuci tangan, pencucian peralatan
dan yang lainnya. Dengan demikian kita dapat menghemat energi listrik atau
sumber energi yang digunakan oleh peralatan penghasil panas konvensional.
PHE adalah salah satu jenis peralatan penukar panas yang menggunakan
pelat logam untuk mentransfer panas antara dua liquid. Pelat logam yang disusun
secara berimpit memungkinkan perpindahan panas lebih efisien melalui
penampang pelat yang luas dan lebar. Bahan yang biasa digunakan adalah
menggunakan stainless steel karena tahan akan korosi, tahan akan benturan dan
memiliki daya hantar panas yang tinggi.
Insulasi pada permukaan luar PHE dengan thermalflex dilakukan agar
efektifitas perpindahan panas tidak terpengaruh oleh kondisi udara sekitar.
Adapun jarak anatara pelat biasanya 0,004 - 0,005 ft dengan demikian pendekatan
temperatur di dalam PHE mencapai hingga 33,8
0
F berdasarkan katalog unit heat
exchanger. Prinsip perpindahan panas yang terjadi pada PHE adalah secara
konduksi antara pelat yang disusun secara pararel dan berselingan terhubung
dengan masing-masing siklus dari aliran liquid tersebut.



4


Gambar 1. Siklus refrigerasi water chiller recover unit
Komponen utama unit water chiller pada umumnya sama seperti komponen
yang ada pada sistem refrigerasi lainnya. Adapun yang membedakan adalah
kapasitas dari pendinginan yang dihasilkan. Kapasitas pendinginan disesuaikan
dengan beban pendinginan yang harus ditanggulangi oleh unit pendingin.
Komponen utama unit water chiller diantaranya adalah kompresor, kondenser,
alat ekspansi dan evaporator.
Kompresor pada sistem refrigerasi memiliki fungsi menghisap refrigeran
gas dari evaporator dengan temperatur dan tekanan rendah. Memampatkan gas
tersebut sehingga menjadi gas bertekanan dan bertemperatur tinggi. Mengalirkan
refrigeran ke kondenser untuk dapat membuang panas kepada media pendingin
kondenser. Menurunkan tekanan di dalam evaporator sehingga refrigeran cair di
dalam evaporator dapat menguap pada temperatur yang lebih rendah dan
menyerap panas lebih banyak dari ruangan. Kompresor yang digunakan pada unit
water chiller ini adalah jenis kompresor semi hermetik yaitu motor penggeraknya
berada satu rumah dengan housing kompresornya. Kontruksi pengkompresi yang
digunakan adalah tipe screw yang mengaplikasikan twin screw.


5

Kondenser merupakan alat pengkondensasi refrigeran. Panas refrigeran
dibuang ke lingkungan sampai titik jenuh gas refrigeran tercapai sehingga
wujudnya berubah menjadi cair. Kondenser yang digunakan adalah tipe pendingin
udara (air cooled) dengan penampang berbentuk huruf M terbalik. Tujuannya
adalah agar setiap udara yang melewati fin pada sisi samping luar dan sisi bawah
penampang kondenser ditarik oleh fan dari sisi atas unit. Perpindahan panas dapat
berlangsung maksimal antara refrigeran pada kondenser dengan udara lingkungan.
Alat ekspansi (metering device) pada sistem refrigerasi merupakan suatu
tahanan yang tempatnya di antara sisi tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah.
Refrigeran cair yang mengalir melalui alat ekspansi, tekanannya diturunkan dan
jumlahnya diatur sesuai dengan keperluan evaporator. Expansion valve yang
digunakan pada unit water chiller adalah tipe Thermostatic Expansion Valve
(TEV atau TXV). Pada dasarnya prinsip kerja dari TXV sama seperti expansion
valve lainnya. TXV adalah suatu alat yang secara otomatis mengukur jumlah
aliran refrigeran cair yang masuk ke evaporator sehingga membuat tekanan dan
temperatur menjadi rendah.
Evaporator berfungsi untuk menyerap panas dari beban pendinginan
disekitarnya. Terletak diantara alat ekspansi dan kompresor yakni pada sisi
tekanan rendah dari sistem refrigerasi. Evaporator yang digunakan adalah tipe
shell and tube dengan jenis evaporator banjir (flooded evaporator). Pada
evaporator perpindahan panas terjadi ketika air yang mengalir melalui pipa-pipa
(tube) di dalam tabung (sheel) diserap panasnya oleh cairan refrigeran dan
menguap menuju kompresor. Air yang telah didinginkan akan disirkulasikan oleh
pompa untuk menyerap panas pada ruangan yang akan dikondisikan. Perpindahan
panas antara air dingin dengan udara yang ada di dalam ruangan digunakan sistem
Air Handling Unit (AHU). AHU adalah sebuah unit yang berfungsi sebagai
pengatur udara yang akan dimasukan ke dalam ruangan melalui saluran udara
(duct). Dimensi saluran udara yang digunakan sesuai dengan kapasitas
pendinginan yang dibutuhkan dari setiap ruangan.



6

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode observasi yaitu pengumpulan data
melalui pengamatan dan pengukuran langsung terhadap objek yang diteliti.
Wawancara yaitu melakukan tanya jawab kepada pihak-pihak terkait. Kepala
teknisi gedung (chief engineer) sebagai penanggung jawab terhadap setiap
penanganan perlengkapan gedung dan teknisi lapangan yang mengetahui kondisi
unit water chiller lebih spesifik. Supervisor kontraktor untuk memperoleh history
information data mengenai objek yang diteliti dan didukung dengan studi literatur
yaitu pengumpulan data dan teori dari buku, artikel dan media internet serta
referensi relevan lainnya.
Pengujian dalam penelitian ini adalah dengan melakukan pengumpulan dan
pencatatan data awal tentang unit water chiller. Data diperoleh melalui catatan
riwayat troubleshooting dari perusahaan kontraktor yang menangani pemeliharaan
dan perbaikan unit water chiller. Mengajukan pertanyaan kepada teknisi gedung
yang mengetahui kondisi aktual unit water chiller. Melakukan kalibrasi alat ukur
yang akan digunakan yaitu thermometer, pressure gauge, multitester,
anemometer, dan peralatan lain yang dibutuhkan.
Mencatat waktu awal, temperatur dan kelembapan lingkungan pada saat
pengujian mulai dilakukan. Mengoperasikan pompa utama untuk mengalirkan air
sebagai sistem refrigerant skunder pada evaporator. Mengoperasikan pompa
tambahan untuk mengalirkan air sebagai penghasil air panas pada PHE.
Menghidupkan sistem pendinginan unit water chiller untuk memulai pengujian
hingga kapasitas pendinginan maksimal dapat tercapai. Mengukur kuat arus yang
digunakan unit water chiller. Mencatat tekanan dan temperatur dari air masuk
(inlet) dan air keluar (outlet) pada evaporator (cooler) untuk siklus pendinginan
dan pada PHE untuk siklus pemanasan air. Mencatat kuantitas dan temperatur air
panas yang diperoleh. Mengukur kelembapan dan temperatur ruangan di dalam
hotel. Menganalisa beban pendinginan yang ada pada ruangan dari setiap sumber
panas. Menganalisa kapasitas pendinginan dengan diagram mollier yang
menggunakan refrigeran R-407c.


7

HASIL PENELITIAN
Total Beban Pendinginan
Total beban pendinginan (tabel 1) merupakan penjumlahan panas yang
berasal dari dalam ruangan dan dari luar ruangan untuk ditanggulangi mesin
pendingin. Perhitungan total beban pendinginan berdasarkan kondisi lingkungan
udara sekitar di luar ruangan dengan kondisi udara ideal yang ada di dalam
ruangan hotel (Carrier, 1965). Panas yang dikondisikan berupa panas sensibel dan
panas laten dari setiap sumber beban pendinginan.
Tabel 1. Total beban pendinginan
COOLI NG LOAD ESTI MATI ON
Objek location

Hotel Oria Jl. Wahid Hasyim No.85 Jakarta
Calculated by

Deni Indrayani

A. Design condition
0
F % RH
Outdoor condition

86 74
Indoor condition

71,6 50

B. Transmission gain Sensible (Btu/hr) Latent (Btu/hr)

1. Heat gain from outside

Wall north 83.048,54 -
Wall east 223.441,57 -
Wall south 83.048,54 -
Wall west 223.441,57 -
Roof / ceilling 17.847,00 -
Floor 27.340,55 -
2. Heat gain from infiltration 6.296,4 23.029,60
3. Heat gain from inside
Equipment 225.430,84 -
Occupants 47.250,00 48.750,00
Light 28.220,00 -
.

Heat gain 965.365,01 71.779,60
Total heat gain 1.037.144,61 Btu/hr
Safety factor 10% 103.714,46 Btu/hr
Grand Total Cooling Load 1.140.859,07 Btu/hr = 95,1 TR


8

Kapasitas Pendinginan Awal Unit Water Chiller
Water chiller memiliki beberapa tipe kapasitas pendinginan yang dapat
dihasilkan. Model unit water chiller (Hitachi, 2010) yang digunakan pada hotel
dapat diketahui pada name plate yang ada pada box electrical unit pendingin.
Kapasitas pendinginan awal unit water chiller (tabel 2) dapat diketahui pada
katalog unit sesuai dengan model yang tertera pada name plate.
Tabel 2. Kapasitas pendinginan awal unit water chiller
Unit Kapasitas
Water chiller RCU 150 AHYZ-HR 103,2 TR
Compressor
Power input 172,32 hp
Power 2 x 80 hp
Water pump
Chilling water 2175,4 ft
3
/hr
Hot water 88,29 ft
3
/hr
Heat recovery
Heating capacity 97,36 hp
Temperature 140
0
F
Sumber: Brocure Hitachi Appliance Inc.
Kapasitas Pendinginan Aktual Unit Water Chiller
Kapasitas pendinginan aktual (Tabel 3) unit water chiller mempengaruhi
kapasitas pemanasan air panas yang dihasilkan. Secara tidak langsung panas yang
dibuang oleh sistem refrigerasi dapat menunjukan performa unit water chiller.
Semakin besar panas yang dibuang akan menghasilkan kapasitas air panas yang
besar. Data yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukan keadaan performa
unit water chiller.
Tabel 3. Kapasitas pendinginan aktual unit water chiller
Unit Kapasitas
Water chiller RCU 150 AHYZ-HR 90,15 TR
Compressor
Power input 147,35 hp
Theoritical Power 2 x 74,74 hp
Water pump
Chilling water 1925,36 ft
3
/hr
Hot water 270,4 ft
3
/hr
Heat recovery
Heating capacity 83,5 hp
Temperature Max. 125,6
0
F



9

PEMBAHASAN
Kapasitas Pendinginan Unit Water Chiller
Pembahasan penelitian dilakukan berdasarkan hasil pengukuran dan
perhitungan yang penulis lakukan terhadap beban pendinginan ruangan dan
kapasitas pendinginan unit water chiller. Total beban pendinginan ruangan untuk
temperatur 71,6
0
F adalah sebesar 95,1 TR. Kapasitas pendinginan unit water
chiller berdasarkan katalog data (Bayutama, 2012) adalah sebesar 103,2 TR.
Penulis menganalisa kapasitas pendinginan aktual berdasarkan prinsip kerja
dari water chiller sebagai pendingin air. Air yang mengalir menuju saluran masuk
(inlet) evaporator membawa beban panas dari ruangan yang harus ditanggulangi.
Perpindahan panas terjadi ketika air yang disirkulasikan pada evaporator diserap
panasnya oleh refrigeran. Refrigeran yang menyerap panas secara tidak langsung
akan mengalami perubahan temperatur dan sebagian mengalami perubahan wujud
menjadi uap lanjut. Air yang telah dingin pada bagian akhir proses perpindahan
panas akan disalurkan menuju saluran keluar (outlet) evaporator. Perbedaan
temperatur air yang masuk dan temperatur air keluar pada evaporator dari hasil
pengukuran adalah:
Beda temperatur (T) = Temperatur inlet Temperatur outlet

= 53,6
0
F 44,6
0
F
= 9
0
F
Air sebagai refrigeran sekunder untuk menyerap panas ruangan
disirkulasikan dengan menggunakan pompa air. Kapasitas pompa air yang
digunakan sebesar 1925,36 ft
3
/hr. Adapun masa jenis air adalah 62,43 lb/ft
3

dengan panas jenis air sebesar 1 Btu/lb.
0
F. Data yang telah diperoleh menurut
UNEP (2006) digunakan untuk menghitung kapasitas pendinginan aktual dengan
persamaan:
Q
act
= m x Cp x T
= ( x ) x Cp x T


10

= 62,43 (
3
ft
lb
) x 1925,36 (
hr
ft
3
) x 1 (
F
0
lb.
Btu
) x 9 (
0
F)
= 1.081.802,02 Btu/hr
=
12.000
02 1.081.802,

= 90,15 TR

Keterangan :
Q
act
= Kapasitas pendinginan aktual (TR)
m = Laju aliran massa pendinginan (lb/hr)
= Massa jenis air (lb/ft
3
)
= Laju aliran air (ft
3
/hr)
Cp = Panas jenis air (Btu/lb.
0
F)
T = Beda temperatur (
0
F)

Hasil perhitungan yang diperoleh menunjukan bahwa kapasitas pendinginan
unit water chiller mengalami penurunan bila dibandingkan dengan kebutuhan
beban pendinginan ruangan dan kapasitas pendinginan awal unit water chiller.
Total kekurangan beban pendinginan ruangan yang diperoleh:
Total Kekurangan = Beban Pendinginan Kapasitas Pendinginan Aktual
= 95,1 TR 90,15 TR
= 4,95 TR
Penurunan kapasitas pendinginan yang diperoleh:
Penurunan Kapasitas Pendinginan = Kapasitas awal Kapasitas aktual
= 103,2 TR 90,15 TR
= 13,05 TR
Terdapat beberapa faktor terjadinya penurunan kapasitas pendinginan unit
water chiller. Penggunaan air sebagai secondary refrigerant perlu mendapat
perhatian khusus. Air yang digunakan harus sesuai dengan standar karakteristik
dan pemakaiannya. Kandungan air yang aman memiliki keasamaan sekitar 6,5-
9,2 dengan warna air jernih dan tidak berbau. Meski air yang disirkulasikan dalam


11

siklus tertutup, namun penggantian air dan pembersihan komponen perlu
dilakukan setiap priodenya.
Penurunan kapasitas pendinginan unit water chiller dapat disebabkan oleh
besarnya kecepatan aliran air (flow rate) yang disirkulasikan. Hal ini tentu akan
mempengaruhi kapasitas pendinginan dari unit water chiller. Jika flow rate airnya
terlalu rendah tentu beban pendinginan menurun di bawah batas kapasitas
pendinginan dan akan menyebabkan evaporator mengalami penurunan tekanan
(drop pressure). Jika flow rate terlalu tinggi maka proses perpindahan panas air
terhadap evaporator kurang maksimal. Nilai flow rate yang direkomendasikan
pada unit water chiller yaitu memiliki density sekitar 0,25-0,5 lb/ft
3
.
Kapasitas Pemanfaatan Air Panas (Heat Recovery Unit)
Kapasitas pemanasan untuk air panas dapat kita ketahui dari beberapa
parameter. Nilai-nilai pada faktor koreksi diperoleh pada tabel Hitachi water
chiller product. Kapasitas pemanasan dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan:
Heating Capacity (Q
Heat
) = Q
rej
x df x cf
1
x cf
2
.
= 1.462.482,62 Btu/hr x 0,15 x 1,054 x 0,92
= 212.721 Btu/hr
Keterangan:
Q
rej
= Total panas yang dibuang merupakan penjumlahan kapasitas pendinginan
dengan daya kompresor aktual.
df = Kapasitas dari pemanasan air dirancang 15% dari panas yang dikeluarkan
oleh kondenser.
cf
1
= Corection factor dari nilai outlet temperature of hot water sebesar 125,6
0
F sehingga diperoleh faktor koreksi sebesar 1,054.
cf
2
= Corection factor dari nilai inlet temperature of outdoor sebesar 86
0
F
sehingga diperoleh faktor koreksi sebesar 0,92.


12

Laju aliran air panas () dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
yang digunakan pada perhitungan kapasitas pendinginan dari unit water chiller.
Q
Heat
= m x C
p
x T
212.721 (
hr
Btu
) = m x 1 (
F
0
lb.
Btu
) x (125,6
0
F-113
0
F)
212.721 (
hr
Btu
) = m x 12,6 (
lb
Btu
)
m =
)
lb
Btu
( 12,6
)
hr
Btu
( 212.721

= 16.882,6 lb/hr
m = x
16.882,6 (
hr
lb
) = 62,43 (
3
ft
lb
) x
= 270,4 ft
3
/hr

KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai performa unit
water chiller untuk aplikasi heat recovery bahwa Kapasitas pendingianan unit
water chiller mengalami penurunan sebesar 13,05 TR dari kapasitas pendinginan
awal 103,2 TR. Total beban pendinginan ruangan yang harus ditanggulangi
sebesar 95,1 TR sedangkan kapasitas pendinginan aktual hanya 90,15 TR. Selisih
beban pendinginan yang ada 4,95 TR tidak teratasi oleh unit pendingin. Kenaikan
temperatur ruangan dikarenakan terdapat selisih beban ruangan yang tidak
teratasi. Beban ruangan yang tidak teratasi akibat laju aliran air yang dibutuhkan
kurang 250 ft
3
/hr dari 2175,4 ft
3
/hr. Kapasitas pemanasan air yang diperoleh
sebesar 83,5 hp dengan temperatur air panas yang dihasilkan 122
0
F125,6
0
F.
Kapasitas pemanasan air tidak maksimal karena laju aliran air yang disirkulasikan
terlalu tinggi. Maintenance perlu dilakukan untuk mengatur dan menyeimbangkan
kembali laju aliran air. Kinerja unit water chiller dapat maksimal jika proses
perawatan dilaksanakan rutin.


13

DAFTAR PUSTAKA
Bayutama. (2012). Tecnical Information Produk. Jakarta: PT. Metropolitan
Bayutama.
Carrier Air Conditioning Company. (1965). Hand Book of Air Conditioning
System Design. New York: McGraw-Hill Book Company.
Daikinaircon. (2013). Training and User Manual Book Air Conditioner. Jakarta:
PT. Daikin Airconditioning Indonesia.
HEI. (2009). Plate Heat Exchanger Brochure. PT. Heat Exchanger Indonesia.
Hitachi. (2010). Refrigeration Chiller Unit 150 AHYZ-HR Brochure. Hitachi
Appliance Inc.
Kruse H. (2000). Refrigerant use in Europe. ASHRAE Journal 23: 16-24.
UNEP. (2006). Peralatan Energi Listrik Refrigerasi dan Penyejuk AC. [online].
Tersedia: http://www.energiefficiencyasia.org [18 Januari 2014].

Anda mungkin juga menyukai