Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Karena atas rahmat-Nya
maka saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul Identitas Sosial pada
Pulau Serangan.
Penulisan makalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
tugas mata kuliah Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar Universitas Udayana Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini, dan kami harapkan kedepannya dapat lebih baik.

























BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengenal Pulau Serangan adalah sebuah pulau kecil yang terletak 5 km di sebelah
selatan Kota Denpasar, Bali. Pulau yang termasuk wilayah Kota Denpasar, Bali. Serangan
memiliki lingkungan, masyarakat yang beragama, budaya dan pariwisata yang selama
bertahun-tahun memiliki nilai tambah bagi perkembangan pariwisata Bali. Pulau ini masih
dipertahankan sebagai ikon yang diberkati dengan suasana keindahan laut dan keagungan
rohani, sebuah definitif Golden Island (tanah yang ditutupi dengan pasir emas berkilauan),
pernah memabukkan dan menawan pengunjung dengan cinta, harmoni dan kenangan. Kata
Serangan disebutkan berasal dari kata sira dan angen. Dulu, dalam pelayaran yang
melelahkan dari Makassar, para pelaut sering singgah di Serangan untuk mencari air minum.
Setelah minum di sana, mereka pun akhirnya terkena pengaruh sira angen atau orang-orang
disekitar sana menyebut merasa sayang atau kangen dengan Serangan. Sehingga, tak sedikit
dari pelaut Bugis itu memutuskan menetap di sana. Di Pulau Serangan, satwa langka penyu
sering mendarat untuk bertelur. Ini juga yang menjadi daya tarik Pulau sayang ini. Dalam
profesinya rata-rata sebagai Nelayan. Profesi tersebut bisa kita sebut dengan suatu identitas
sosial. Menginjak suatu perkembangan zaman maka muncul kemajuan berupa aspek ekonomi,
budaya, pariwisata, dan politik. Dalam kurun wakktu terakhir pemerintah telah berhasil
memugarkan pulau ini menjadi syarat pulau yang dikenal dengan pariwisatanya.
Secara Geografis, Pulau Serangan terletak di Kecamatan Denpasar Selatan.
Kotamadya Denpasar, Propinsi Bali. Luas asli Pulau Serangan yaitu 111,9 ha. Desa Serangan
terdiri dari enam banjar yaitu Banjar Ponjok, Banjar Kaja, Banjar Tengah, Banjar Kawan,
Banjar Peken, dan Banjar Dukuh, dan Kampung Bugis. Jumlah jiwa di pulau serangan
mencapai 752 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah jiwa 3253 orang. 85% penduduk bekerja
sebagai nelayan pesisir, dan yang lainnya merupakan karyawan. Dengan demikian penduduk
Pulau Serangan mempunyai identitas sebagai orang pesisir. Desa Serangan terdiri dari
penduduk Hindu dan Muslim. Orang Muslim ini sudah tinggal di Pulau Serangan berabad-
abad, kebanyakannya adalah keturunan orang Bugis dari Sulawesi Selatan yang datang ke
pulau Bali pada abad ke-17.
Seiring berjalannya waktu, Desa Serangan saat ini lebih maju, dapat dibandingkan
bahwa dahulu anak-anak yang tinggal di Pulau serangan sangatlah terkucilkan, sangat sedikit
yang dapat menempuh bangku sekolah, selain karena sekolah di Desa Serangan zaman dahulu
sangat minim, sarana dan prasarana seperti transportasi pun sangat kurang. Jika ingin
berangkat sekolah, anak-anak harus menyebrangi lautan dengan sarana transprotasi perahu
sederhana, jaman dahulu, sangat jarang ditemukan anak yang menamatkan sekolahnya sampai
ke jenjang sarjana. Ilmu pengetahuan dan teknologi informasi serta berita-berita pun lambat.
Namun sejak dibangunnya jembatan yang menghubungkan pulau serangan dengan Kota
Denpasar, pendidikan pun menjadi lebih mudah, sehingga anak-anak serta penuda Serangan
dapat menuntut ilmu setinggi mungkin yang nantinya diharapkan dapat diimplementasikan
untuk membangun Pulau serangan yang lebih maju.
Dalam kehidupan bermasyarakat, sering kali kita menemui perubahan-perubahan
dalam segala segi kehidupan, termasuk perubahan pada masyarakat itu sendiri, karena pada
dasarnya tidak ada masyarakat yang statis. Selalu ada perubahan-perubahan dalam masyarakat
secara dinamis. Perubahan tersebut dapat membangun dalam artian berdampak positif
kedepannya bagi masyarakat, namun sebaliknya dapat membawa dampak buruk bagi
masyarakat. Ternyata arus globalisasi tidak luput menghampiri masyarakat dan sedikit banyak
memberikan dampaknya, tak terkecuali pada masyarakat pedesaan yang sering dilukiskan
sebagai masyarakat yang masih tradisional. Masyarakat Desa Serangan,dimana warganya
mempunyai hubungan yang lebih erat dan mendalam, sistem kehidupannya berkelompok atas
dasar kekeluargaan dan pada umumnya bermata pencaharian sebagai nelayan. Masuknya
alat-alat modern dalam bidang nelayan sedikit banyak memberikan dampak bagi kehidupan di
pedesaan. Jika dulu kita masih sering menyaksikan orang-orang desa menggunakan alat-alat
tradisional seperti perahu dijalankan dengan mendayung untuk melakukan aktivitas nelayan,
maka sekarang, Masyarakat desa menggunakan alat-alat nelayan yang lebih modern dengan
menggunakan mesin untuk menjalankan perahunya, meskipun terdapat beberapa nelayan
yang masih melestarikan perahu tradisional. Ketidaksanggupan masyarakat Desa Serangan
menerima arus globalisasi dapat membuat identitas social Desa Serangan menjadi pudar
seiiring berjalannya waktu. Terutama bagi pemuda-pemuda yang sangat rentan dengan
perubahan. Mereka merasa menjadi lebih gaul jika telah mengikuti trend. Ketidakberdayaan
tradisi dalam menghadapi kekuatan-kekuatan lain di luar dirinya tidak boleh dibiarkan begitu
saja .Upaya-upaya pembakuan dan modernisasi yang mengarah pada proses pembunuhan
tradisi harus dilawan, karena itu berarti pelenyapan atas sumber lokal yang diawali dengan
krisis identitas di Desa Serangan.



1.2 Rumusan Masalah
Untuk membahas tentang Identitas Sosial yang terdapat di Pulau Serangan maka
rumusan masalah sebagai berikut;
1.2.1 Apakah yang disebut sebagai Identitas sosial?
1.2.2 Bagaimana pengaruh globalisasi terhadap identitas sosial masyarakat Desa Serangan?
1.2.3 Apakah konflik yang timbul akibat adanya pengaruh globalisasi yang terjadi di Desa
Serangan?
1.2.4 Bagaimana solusi untuk permasalahan globalisasi terhadap Desa Serangan?

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 ?????

Mengetahui dan menganalisis faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi Munculnya
Konflik Politik dalam Golongan partai di Desa Serangan Bali Pilkades 2009.
















BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Identitas Sosial
Identitas sosial (social identity) adalah definisi seseorang tentang siapa dirinya
termasuk di dalamnya atribut pribadi (self concept) serta keanggotaan dalam berbagai
kelompok (aspek yang dimiliki bersama dengan orang lain. Contoh: saya adalah pemuda Desa
Serangan (identitas sosial saya adalah sebagai Pemuda Desa Serangan). Identitas social
mencakup nama, konsep diri, hubungan interpersonal, afiliasi politik, gender, atribut yang
tidak disukai beberapa orang, afiliasi etnis atau religious, pekerjaan, hobby. Identitas social
dapat dikonseptualisasikan paling baik dalam empat dimensi. Persepsi dalam konteks antar
kelompok (hubungan antara in-group seseorang dengan grup perbandingan yang lain). Daya
tarik in-group (afek yang ditimbulkan oleh in-group seseorang). Keyakinan yang saling
terkait (norma dan nilai yang menghasilkan tingkah laku anggota kelompok ketika mereka
berusaha mencapai tujuan dan berbagi keyakinan yang sama). Depersonalisasi (memandang
dirinya sendiri sebagai contooh dari kategori social yang dapat digantikan dan bukannya
individu yang unik), orang kehilangan identitas pribadinya karena meleburkan dirinya ke
dalam identitas kelompok.
Identitas social berperan dalam hubungan antar kelompok tergantung pada dimensi
yang dapat diterima (aman atau tidak aman). Ketika identitas aman memiliki derajat yang
tinggi, individu cenderung mengevaluasi out-groups lebih baik, lebih sedikit bias bila
membandingkan in-group dengan out-group, dan kurang yakin pada homogenitas in-group.
Sebaliknya, identitas tidak aman dengan derajat yang tinggi, berhubungan dengan evaluasi
yang sangat positif terhadap in-group, bias lebih besar dalam membandingkan in-group
dengan out-group, dan persepsi homogenitas in-group yang lebih besar. Proses pembentukan
identitas diri antara lain :
1. Interaksi social dengan keluarga langsung. Contoh: dalam kelurganya Susi selalu
dinasehati: Kita ini keluarga terpelajar, jadi jangan sampai nilai kamu kalah dari yang
lainnya!, maka dalam diri Susi ada konsep diri keluarga terpelajar.
2. Interaksi social dengan orang lain sepanjang hidup. Contoh: teman-teman Susi selalu
mengatakan, Susi baik sekali yah, dia anak yang baik yah, maka dalam diri Susi
terbentuk konsep diri orang baik.
3. Hereditas. Contoh: Orang Cina kulitnya kuning.
Ketika konteks social seseorang berubah, membangun sebuah identitas social baru
dapat menjadi sumber stress yang besar. Perilaku coping yang muncul: 1) semakin
mengidentifikasi diri pada identitas yang ada; atau 2) berasimilasi dan mengidentifikasi diri
dengan konteks yang baru.
Konsep self adalah identitas diri seseorang sebagai suatu skema dasar yang terdiri dari
kumpulan keyakinan dan sikap terhadap diri sendiri yang terorganisir. Berfungsi untuk
mengolah informasi tentang diri sendiri, motivasi, keadaan emosional, kemampuan, dll. Kita
bekerja sangat keras untuk melindungi citra diri kita dari informasi yang mengancam, untuk
mempertahankan konsistensi diri kita, dan untuk menemukan alasan pada setiap
inkonsistensi. Self defensiveyaitu ketertutupan pada informasi muncul ketika sadar tidak
disukai orang lain. Orang cenderung menolak perubahan dan salah memahami atau berusaha
meluruskan informasi yang tidak konsisten dengan konsep diri mereka. Ketika perhatian
difokuskan pada aspek yang tidak berhubungan dengan identitas seseorang, hasilnya ia akan
lebih terbuka pada informasi dan sikap untuk mempertahankan dirinya sendiri akan
berkurang.
2.1 Pengaruh globalisasi terhadap identitas sosial masyarakat Desa
Serangan serta konflik yang timbul akibat adanya pengaruh globalisasi
Berkembangnya arus Globalisasi yang sangat pesat terhadap Desa Serangan, sedikit
banyak telah memberikan dampak bagi Desa Serangan tersebut, tidak terkecuali kaum
pemuda ataupun remaja.. Khusus pada satu decade terakhir, kencangnya penetrasi budaya
barat ke Indonesia memberikan suatu efek percepatan pengaruh yang ditimbulkan terhadap
sikap, perilaku, dan gaya hidup masyarakat Indonesia, khususnya para remaja yang dengan
cepat merespon keberadaan teknologi dan informasi. Akses yang begitu cepat dengan adanya
teknologi dan informasi membuat masuknya budaya barat ke negara ini juga semakin mudah.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa secara langsung maupun tidak keberadaan teknologi
telah mempercepat akses masuknya budaya barat ke negara-negara lain, termasuk Indonesia.
Dan dengan keberadaan teknologi pula yang berkembang pesat pada abad ini, remaja-remaja
ataupun pemuda Indonesia dapat dengan mudah mengetahui dan juga menerima masuknya
budaya barat. Yang mana hal tersebut telah menimbulkan dampak baik positif maupun
negative terhadap gaya hidup remaja ataupun pemuda kita saat ini.
Dampak positif dari masuknya budaya barat bagi para pemuda kita adalah
bertambahnya wawasan mereka terhadap kebudayaan-kebudayaan asing, khususnya barat.
Akan tetapi dibandingkan dampak positif, terdapat lebih banyak dampak negative yang saat
ini telah mempengaruhi gaya hidup remaja kita.
Bertolak dari besarnya peran media massa dalam mempengaruhi pemikiran
khayalaknya, tentulah perkembangan media massa di Indonesia pada masa yang akan datang
harus dipikirkan lagi. Apalagi menghadapi globalisasi media massa yang tak terelakan lagi.
Globalisasi media massa merupakan proses yang secara nature terjadi, sebagaimana
jatuhnya sinar matahari, sebagaimana jatuhnya hujan atau meteor. Pendekatan profesional
menjadi kata kunci, masalah dasarnya mudah diterka. Pada titik - titik tertentu, terjadi
benturan antar budaya dari luar negeri yang tak dikenal oleh bangsa Indonesia. Jadi
kehawatiran besar terasakan benar adanya ancaman, serbuan, penaklukan, pelunturan karena
nilai nilai luhur dalam paham kebangsaan. Saat ini masyarakat sedang mengalami serbuan
yang hebat dari berbagai produk poernografi berupa tabloitd, majalah, buku bacaan di media
cetak, televisi, rasio, dan terutama adalah peredaran bebas VCD. Baik yang datang dari luar
negeri maupun yang diproduksi sendiri. Walaupun media pernografi bukan barang baru bagi
Indonesia, namun tidak pernah dalam skala seluas sekarang. Bahkan beberapa orang asing
menganggap Indonesia sebagai surga pornografi karena sangat mudahnya mendapat
produk-produk pornografi dan harganya pun murah. Menurut Afdjani (2007 bahwa:
Globalisasi pada hakikatnya ternyata telah membawa nuansa budaya dan nilai yang
mempengaruhi selera dan gaya hidup masyarakat. Melalui media yang kian terbuka dan kian
terjangkau, masyarakat menerima berbagai informasi tenteng peradaban baru yang datang dari
seluruh penjuru dunia. Padahal, kita menyadari belum semua warga degara mampu menilai
sampai dimana kita sebagai bangsa berada. Begitulah, misalnya banjir informasi dan budaya
baru yang dibawa media tak jarang teramat asing dari sikap hidup dan norma yang berlaku.
Terutama masalah pornografi dimana sekarang wanitawanita Indonesia sangat terpengaruh
oleh trend mode dari Amerika dan Eropa yang dalam berbusana cenderung minim,yang
kemudian ditiru habis-habisan. Sehingga kalau kita berjalan-jalan di mal atau di tempat publik
sangat mudah menemui wanita Indonesia yang berpakaian serba minim dan mengumbar
aurat.Dimana budaya itu sangat bertentangan dengan dengan norma yang ada di
Indonesia.Belum lagi maraknya kehidupan free sex di kalangan remaja masa kini. Terbukti
dengan adanya video porno yang pemerannya adalah orang-orang Indonesia.
Di sini pemerintah dituntut untuk bersikap aktif tidak masa bodoh melihat
perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia. Menghimbau dan kalau perlu melarang
berbagai sepak terjang masyarakat yabg berperilaku yang tidak semestinya. Misalnya ketika
Presiden Susilo Bambang Yudoyono menyarankan agar televisi tidak merayakan goyang
erotis denga puser atau perut kelihatan. Ternyata dampaknya cukup terasa, banyak televisi
yang tidak menayangkan artis yang berpakaian minim

2.3 Konflik yang Timbul akibat Globalisasi yang Terjadi di Desa Serangan
Desa Serangan yang terkenal sangat ramah dan saling menghormati satu sama lainnya,
meskipun terdapat perbedaan agama antar masyarakatnya yaitu agama Hindu dan Muslim.
Dibalik berbagai keindahan dan pesona Desa Serangan, terdapat konflik yang timbul akibat
adanya globalisasi di Bidang Politik yang terjadi di Desa serangan, yaitu adanya konflik sosial
yang terjadi dalam 5 tahun lalu yang menyebabkan perselisihan antar kelompok dikarenakan
pengaruh partai politik.
Situasi sosial politik di suatu negara baik yang positif maupun negatif, tidaklah bisa
dilepaskan dari pengaruh berbagai gejolak yang terjadi di tingkat global ditentukan oleh citra
diri dan identitas bangsa itu sendiri yang mana masing-masing bangsa di dunia sudah pasti
memiliki citra diri dan identitas masing-masing sehingga setiap pengaruh global yang
diterima setiap bangsa dan negarapun akan berbeda. Era globalisasi yang
diboncengi neolibralisme dan modernisasi menuju diiringi revolusi IPTEK. Dimana manusia
akan terus mengalami revolusi tour ti (technologi, telekomunication,transportation,tourism)
yang memiliki globalizing force yang dominan sehingga batas antar daerah dan antar
negara semakin kabul, yang mengakibatkan dunia tanpa batas yang menganut aliran
kebebasan, kebebasan nerkreatifitas, kebebasan berpendapat, dan kebebasan berkreatifitas,
kebebasan berpendapat, dan kebebasan berekpresi. Seperti contoh bila kita duduk di satu kursi
dan berkomunikasi dengan orang di tempat yang paling jauh ditempat diluar sana,
maka kemajuan tehnologi informasi dan telekomonikasi mendekatkan jarak dan waktu.
Kondisi tersebut secara tidak langsung dapat mempengaruhi tantangan budaya masyarakat
khususnya Indonesia.
Hal ini sangatlah berbahaya bila kita tidak memfilter serta membedakan mana budaya
asing yang dapat diserap dan mana yang tidak. Jika kita melihat kondisi riil
masyarat Indonesia sekarang ini, ternyata daya serap masyarakat terhadap budaya global lebih
cepat dibanding daya serapnya terhadap budaya lokal. Bukti nyata dari pengaruh globalisasi
itu, antara lain dapat disaksikan dari gaya berpakaian, dan gaya berbahasa masyarakat
Indonesia, khususnya generasi muda yang sudah berubah yang kesemuanya itu diperoleh
karena kemajuan tehnologi iformatika dan komunikasi khususnya pada media masa.
Globalisasi media dengan segala nilai yang dibawanya seperti lewat televisi, radio, majalah,
koran, buku, film, VCD, HP, dan kini lewat internet sedikit banyak akan berdampak pada
budaya dan kehidupan masyarakat Indonesia.
2.4 Solusi Permasalahan Globalisasi Terhadap Desa Serangan

Ketidakberdayaan tradisi dalam menghadapi kekuatan-kekuatan lain di luar dirinya
tidak boleh dibiarkan begitu saja .Upaya-upaya pembakuan dan modernisasi yang mengarah
pada proses pembunuhan tradisi harus dilawan, karena itu berarti pelenyapan atas sumber
lokal yang diawali dengan krisis identitas lokal.
Upaya-upaya pembangunan jati diri bangsa Indonesia, termasuk didalamnya
penghargaan nilai budaya dan bahasa, nilai-nilai solidaritas sosial, kekeluargaan dan cinta
tanah air yang dirasakan semakin memudar dapat disebabkan oleh beberapa faktor.Dalam
kenyataannya didalam struktur masyarakat terjadi ketimpangan sosial, baik dilihat dari status
maupun tingkat pendapatan. Kesenjangan sosial yang semakin melebar itu menyebabkan
orang kehilangan harga diri. Budaya lokal yang lebih sesuai dengan karakter bangsa semakin
sulit dicernakan sementara itu budaya global lebih mudah merasuk. Dalam kasus Globalisasi
Media, sekarang di Desa Serangan bermunculan lembaga-lembaga media watchyang keras
sebai pers sebagai jawaban terhadap kian maraknya terhadap penerbitan yang tidak
memperhitungkan masalah etika dan kode etik. Dimana melalui media massapun, kita dapat
membangun media publik, karena media mempunyai kekuatan mengkonstruksi masyarakat.
Misalnya melalui pemberitaan tentang dampak negatif pornografi. Komentar para ahli dan
tokoh-tokoh masyarakat yang anti pornogrfi dan anti media pornografi serta tulisan-tulisan,
gambar dan surat pembaca yang berisikan realitas yang dihadapimasyarakat dengan maraknya
pornografi, maka media dapat dengan cepat mengkontruksikan masyarakat secara luas karena
jangkauannya jauh.
Dalam masyarakat terutama di daerah pedesaan , dikenal adanya opinion leader atau
pembuka pendapat atau tokoh masyarakat. Mereka mempunyai kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain untuk bertindak laku dalam cita-cita tertentu. Menurut Rogers
(1983): pemuka pendapat memainkan peranan penting dalam penyebaran informasi. Melalui
hubungan sosial yang intim, para pemuka pendapat berperan menyampaikan pesan-
pesan, ide-ide dan informasi-informasi baru kepada masyarakat. Melalui pemuka pendapat
seperti tokoh agama, sesepuh desa, kepala desa, pesan-pesan tentang bahaya media pornografi
dapat disampaikan. Tapi yang lebih penting lagi adalah ketegasan Pemerintah dalam
menerapkan hukum baik Undang-Undang Pers, Undang-Undang Perfilman dan Undang-
Undang Penyiaran secara tegas dan konsisten disamping tentu saja partisipasi dari masyarakat
untuk bersama-sama mencegah dampak buruk dari globalisasi media yang kalau dibiarkan
bisa menghancurkan negeri ini.
Kemudian hal yang tidak kalah pentingnya dalam menghadapi globalisasi budaya
adalah nilai-nilai kearifan lokal bukanlah nilai usang yang harus dimatikan, tetapi dapat
bersinergi dengan nilai-nilai universal dan nilai-nilai modern yang dibawa globalisasi. Dunia
internasional sangat menuntut demokrasi, hak asasi manusia, lingkungan hidup menjadi
agenda pembangunan di setiap negara. Isu-isu tersebut dapat bersinergi dengan aktualisasi
dari filosofi lokal yang dimiliki di Bali yang dikenal dengan Tri Hita Karana, yang
mengajarkan pada masyarakat Bali, bagaimana harus bersikap dan berperilaku yang selalu
mengutamakan harmoni, keselarasan, keserasian dan keseimbangan hubungan antara manusia
dengan alam, manusia dengan manusia, dan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa dalam
melaksanakan hidup.
Oleh karena itu globalisasi yang tidak terhindarkan harus diantisipasi dengan
pembangunan budaya yang berkarakter penguatan jati diri dan kearifan lokal yang dijadikan
sebagai dasar pijakan dalam penyusunan strategi dalam pelestarian dan pengembangan
budaya. Upaya memperkuat jati diri daerah dapat dilakukan melalui penanaman nilai-nilai
budaya dan kesejarahan senasib dan sepenanggungan diantara warga sehingga perlu
dilakukan revitalisasi budaya daerah dan perkuatan budaya daerah.






















BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari uraian dan penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengaruh
globalisasi pada Desa Serangan, kenyataannya sangat berpengaruh terhadap prilaku dan
budaya masyarakat Indonesia dimana fenomena peng- globalan dunia harus disikapi dengan
arif dan positif thinking karena globalisasi dan modernisasi sangat diperlukan dan
bermanfaat bagi kemajuan. Namun kita tidak boleh lengah dan terlena, karena era
keterbukaan dan kebebasan itu juga menimbulkan pengaruh negatif yang akan merusak
budaya bangsa. Menolak globalisasi bukanlah pilihan tepat, karena itu berarti menghambat
kemajuan ilmu pengetahwan dan teknologi. Akan tetapi perlu kecerdasan dalam menyaring
efek globalisasi. Akses kemajuan tehnologi informatka dan komunikasi dapat dimanfaatkan
sebagai pelestari dan pengembang nilai-nilai budaya lokal.Jati diri daerah harus terus tertanam
dijiwa masyarskat Indonesia, serta harus terus, meningkatkan nilai-nilai keagamaaan.

3.2 Saran














DAFTAR PUSTAKA






















LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai