0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
81 tayangan11 halaman
Dokumen tersebut merangkum tentang Deklarasi Arusha yang bertujuan meningkatkan integritas aparat kepabeanan dan mencegah korupsi. Dokumen juga membahas penyebab, konsekuensi, dan ketentuan hukum terkait korupsi serta gratifikasi menurut undang-undang di Indonesia.
Deskripsi Asli:
Deklarasi Arusha, ermasalahan yang biasanya
dilontarkan para pengguna jasa
kepabeanan,faktor yang mendorong terjadinya
korupsi
Dokumen tersebut merangkum tentang Deklarasi Arusha yang bertujuan meningkatkan integritas aparat kepabeanan dan mencegah korupsi. Dokumen juga membahas penyebab, konsekuensi, dan ketentuan hukum terkait korupsi serta gratifikasi menurut undang-undang di Indonesia.
Dokumen tersebut merangkum tentang Deklarasi Arusha yang bertujuan meningkatkan integritas aparat kepabeanan dan mencegah korupsi. Dokumen juga membahas penyebab, konsekuensi, dan ketentuan hukum terkait korupsi serta gratifikasi menurut undang-undang di Indonesia.
Adang Karyana Syahbana, S.ST. BUDAYA ANTIKORUPSI Deklarasi Arusha Setiap strategi untuk mengendalikan tindak korupsi di lingkungan Administrasi kepabeanan harus sesuai dengan semangat dan tujuan Deklarasi Arusha. Deklarasi Arusha yang ditandatangani di Arusha, Tanzania pada tanggal 7 Mei 1993 merupakan wujud pengakuan WCO bahwa korupsi merupakan masalah yang semakin berkembang dan faktor yang merusak di dalam setiap masyarakat. Korupsi mengakibatkan Bea dan Cukai tidak berhasil mencapai misi yang diembannya. Deklarasi Arusha dimaksudkan untuk mengembalikan citra baik administrasi pabean sehingga mampu menjamin terwujudnya tingkat integritas dan profesionalisme aparatnya. Deklarasi Arusha terdiri dari 12 faktor utama yang dimaksudkan untuk meningkatkan integritas berisi rekomendasi upaya yang harus dilakukan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menangani masalah korupsi dan menjadi dasar program peningkatan integritas serta strategi integritas yang saling berhubungan. Deklarasi Arusha memberikan dasar-dasar praktis bagi administrasi kepabeanan untuk membuat, mengembangkan dan melaksanakan strategi peningkatan integritas dan pengendalian tindak korupsi.
Permasalahan yang biasanya dilontarkan para pengguna jasa kepabeanan Ketidakjelasan besarnya biaya pengurusan kepabeanan yang disebabkan banyaknya cost, baik yang resmi maupun tidak resmi yang harus dikeluarkan; Ketidakpastian waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan prosedur kepabeanan; Kegagalan Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai dalam memberantas penyelundupan dan mengatasi pelanggaran pabean lainnya di pelabuhan; Bocornya penerimaan negara.
faktor yang mendorong terjadinya korupsi Lemahnya sistem dan prosedur administrasi pemerintahan ; Lemahnya pengawasan oleh pihak independen ; Lemahnya kemampuan SDM ; dan Kurangnya kesejahteraan aparat pemerintahan. Definisi Korupsi Undang-undang No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Bab II, Pasal 2, ayat (1) dijelaskan tindak korupsi adalah: Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, .. Pasal 3 menyebutkan bahwa termasuk tindak korupsi adalah: Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara. Sedangkan definisi korupsi menurut sumber referensi internasional adalah: Penyalahgunaan kewenangan dan sumber daya untuk kepentingan pribadi; (sumber : Deklarasi Lima 1997; Deklarasi Colombus 1994) Pengertian korupsi selanjutnya berarti : bekerja sama dengan pihak lain, baik secara sendiri-sendiri atau bersama- sama, untuk mengambil keuntungan dengan melakukan perbuatan yang menyebabkan negara mengalami kerugian. berarti menyelewengkan atau menggelapkan harta milki negara untuk keuntungan pribadi atau pihak lain. berarti perbuatan yang hanya memberikan keuntungan pada keluarga, teman- teman, kerabat dan seterusnya, yang dapat merugikan negara.
Elemen kunci terjadinya korupsi Terdapat kegiatan meninggalkan tugas negara (kewajiban kepada masyarakat); Menerima segala bentuk pemberian sebagai imbalan; dan Terjadi secara rahasia/ tertutup.
Penyebab Terjadinya Korupsi Terdapatnya monopoli kekuasaan, misalnya : keputusan clearance barang di pelabuhan tidak dapat diberikan kepada instansi lain; Terdapatnya discretionary power (kewenangan diskresi) yang terlalu besar dimana dengan kekuasaan itu dapat menentukan nasib pengguna jasa, misalnya : dengan dimilikinya kewenangan untuk membuat professional judgement terhadap dokumen PIB ataupun barang penumpang; Tidak terdapatnya penilaian akuntabilitas kinerja yang memadai. Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa penyebab korupsi, khususnya pada administrasi kepabeanan di negara berkembang terdapat beberapa faktor tambahan yang menyebabkan tindak korupsi dapat berkembang yaitu : Tingginya tingkat toleransi terhadap korupsi; Rendahnya penegakan hukum yang mengakibatkan rendahnya hukuman yang dijatuhkan; Rendahnya risiko yang ditanggung oleh pelaku; Rendahnya gaji dan insentif yang legitimate; Belum dipatuhinya kode etik dan perilaku dengan baik. Konsekuensi Terjadinya Korupsi Berkurangnya kepercayaan masyarakat pada pemerintah; Berkurangnya tingkat kepercayaan dan kerjasama antara Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dengan instansi penegak hukum lainnya; Rendahnya semangat kerja aparatur pemerintah (termasuk pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai), terutama apabila wibawa pemerintah sudah sedemikian rendahnya dimata masyarakat; Meningkatnya cost pada masyarakat yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi; Berkurangnya tingkat kepatuhan masyarakat; Kebocoran penerimaan negara; Tidak efektifnya perlindungan kepada masyarakat terhadap lalu lintas perdagangan barang yang berbahaya dan merusak lingkungan, sosial dan budaya, serta keamanan negara; Timbulnya hambatan dalam perdagangan internasional yang berdampak pada berkurangnya kepercayaan para investor karena tidak adanya jaminan keamanan investasinya. Gratifikasi Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya apabila berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya dilarang menurut undang-undang. Ketentuan Pidana Ketentuan pidana yang akan dibahas dalam bagian ini adalah tentang penyuapan dan gratifikasi menurut undang-undang Nomor 31 tahun 1999 yang kemudian diperbarui dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Terkait dengan korupsi diatur dalam pasal 5 dan 11 Terkait dengan gratifikasi diatur dalam pasal 12B dan 12C. TERIMA KASIH