Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia termasuk salah satu makhluk yang paling rentan terhadap infeksi streptococcus
dan tidak ada alat tubuh atau jaringan dalam tubuhnya yang brtul-betul kebal. Kuman ini
dapat menyebabkan penyakit epidemic antara lainerisipelas, radang tenggorokan,
reumatik fever dan bermacam-macam penyakit lainnya.
Diplococcus positif gram yang berbentuk lanset ini ditemukan dalam saliva
manusia oleh Sternberg dan Pasteur pada tahun 1881 ditempat yang terpisah. Meskipun
kedua orang tersebut masing- masing berhasil membuat septicemia dengan jalan
mnyuntikkan kuman ini pada kelinci, namun mereka tidak menghubungkannya dengan
penyakit pneumonia, mungkin karena tidak tahu bahwa orang sehat dapat menjadi carrier
kokus virulen. Baru pada tahun 1886 diketahui bahwa kuman ini dapat menyebabkan
pneumonia lobaris oleh frunkel dan weichselbaum ditempat yang terpisah.
Kuman ini biasa hidup normal dalam traktus respiratorius bagian atas dan dapat
menyebabkan penyakit pneumonia, sinusitis, otitis, meningitis, dan proses infeksi
lainnya.

B. Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengetahui morfologi, sifat pertumbuhan, daya tahan kuman,
struktur antigen dan pathogenesis serta gambaran klinik dari baktei streptococcus ini.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Streptococcus pyogenes
1. Defenisi
Streptococcus pyogenes ialah bakteri Gram-positif bentuk bundar yang tumbuh
dalam rantai panjang dan merupakan penyebab infeksi Streptococcus Grup A.
Streptococcus pyogenes menampakkan antigen grup A di dinding selnya dan betahemolisis saat dikultur di plat agar darah. Streptococcus pyogenes khas memproduksi
zona beta-hemolisis yang besar, gangguan eritrosit sempurna dan pelepasan
hemoglobin, sehingga kemudian disebut Streptococcus Grup A (beta-hemolisis).
Streptococcus bersifat katalase-negatif.

2. Morfologi Dan Identifikasi


Streptococcus terdiri dari kokus yang berdiameter 0,5 1 m. dalam bentuk rantai
yang khas, agak memanjang pada arah sumbuh rantai. Streptococcus pathogen jika di
tanam dalam perbenihan cair atau padat.
Streptococcus menyebabkan infeksi pada manusia adalah gram negative. Pada
perbenihan yang baru kuman positif gram, tetapi bila perbenihan telah berumur
beberapa hari dapat berubah menjadi negative gram. Tidak membentuk spora, kecuali
beberapa strain yang hidupnya saprofitik.
3. Sifat Pertumbuhan
Umumnya streptococcus bersifat anaerop fakultatif. Hanya beberapa jenis yang
bersifat anaerop obligatif. Pada perbenihan biasa pertumbuhannya kurang subur juka
kedalamnya tidak ditambahkan darah atau serum. Kuman ini tumbuh baik pada pH
7,4 -7,6, pada suhu optimum 37 0 C.
Streptococcus pyogenes mudah tumbuh dalam semua enriched media. Untuk isolasi
primer hanya di pakai media yang mengandung darah lengkap serum atau transudat.
Dalam lempeng agar darah yang di imkubasi pada 37

C setelah 18- 24 jam akan

membentuk koloni kecil ke abu-abuan, bentuknya bulat, pinggirannya rata, pada


permukaan media, koloni tampak sebagai setitik cairan.
Streptococcus membentuk 2 macam koloni yaitu mucoid dan glossy.
Berdasarkan sifat hemolitiknya pada lempeng agar darah, kuman ini di bagi dalam :
1) Hemolisis tipe alfa,( streptococcus viridians ) membentuk warna kehijauhijauan dan hemolisis sebagian pada koloninya.
2) Hemolisis tipe beta, ( streptococcus hemolyticus )membentuk zona bening di
sekeliling koloninya
3) Hemolisis tipe gamma,( streptococcus anhemolyticus ) tidak memnyebabkan
hemolisis.
4. Daya Tahan Kuman.
dalam sputum, eksudat dan ekskreta bintang, kiuman ini dapat hidup terus sampai
beberapa minggu. Pada media biasa pada suhu kamar, biasanya mati sesudah 10
14 hari. kuman dapat hidup sampai berbulan bulab atau bertahun tahun bila di
simpan secara liofil. mati setelah 30 -60 menit pada 60 0 C.
semua varietas streptococcus yang pathogen peka terhadap efek bakteriostatik
sulfonamide, kecuali streptococcus faecalis. resistensinya terhadap obat ini terjadi
bilabial obat diberikan dalam dosis yang tidak adekuat.
streptococcus hemolyticus yang anaerop jauh lebih resisten terhadap penisilin dari
pada aerop.
streptococcus umumnya rentan terhadap tetrasiklin dan kloramfenikol.
5. Struktur Antigen
1) karbohidrat C.
zat ini terdapat dalam dinding sel dal oleh lancefield dipakai sebagai dasar
untuk membagi streptococcus dalm group-group spesifik dari A sampai T.
sifat khas dari karbohidrat C secara serologic di tunjukan oleh suatu amino
segar.
2) protein M.
protein ini ada hubungannyadengan vaktor virulensi kuman streptococcus
gryp A, kerjanya menghambat fagositosis./ terutama dihasilkan oleh kuman
dengan koloni tipemukoid.

3) substansi T
antigen ini diperoleh dari dengan kuman dengan menggunakan enzim
proteolitik. antigen ini merangsang pembentukan agglutinin.
4) protein R
antigen R tip 20 tahan terhadap tripsin tetapi tidak tahan pepsin dan rusak
secara perlahn lahan oleh asam dan pemanasan.
5) nucleoprotein
ekstrasi streptococcus dengan basa lemah , menghasilkan suatu campuran
yang terdiri protein dan substansi P yang mungkin merupakan bagian dari
badan sel kuman.
6) bakteriofaga
Krause dan McCarty berhasil menemukan bakeriofaga yang dapat melisiskan
tipe 1, 6, 12, 25 dan streptococcus hemolyticus grup C huan.
7) metabolit bakteri
8) toksin eritogenik
toksin ini ntahan selama jam pada suhu 60

C, tetapi dalam air mendidih

akan rusak dalam waktu 1 jam. toksin ini merupakan penyebab terjadi rash
pada febris scarlatina.
9) hemolisis
in vitro streptococcus dapat menyebabkan terjadinya hemolisi pada sel darah
merah dalam berbagai taraf. Jika penghancuran sel darah merah terjadi secara
lengkap dengan disertai pelepasan hemoglobin, maka disebut beta hemolisis.
Jika penghancuran sel darah merah tidak menjadi secar lengkap dengan
disertai pembentukan pigmen hijau, maka disebut alfa hemolisis. Gamma
hemolisis kadang-kadang dipakai untuk menunjukan kuman yang non
hemolitik.
10) NAdase
Enzim ini terutama dibuat oleh streptococcus grup A, C dan G.
11) Streptokinase
Enzim ini kerjanya merubah plasminogen dalam serum menjadi plasmin,
yaitu suatu enzim proteolitik yang menghancurkan fibrin dan protein lainnya.

12) Streptodornase
Enzim ini kerjanya memecah DNA, terutama dibuat oleh streptococcus grup
A, C dan G.
13) Hialuronidase
Enzim ini memecah asam hialuronat yang merupakan komponen penting dari
bahan dasar jaringanikat. Ada beberapa jenis streptococcus grup A yang
dapat menghasilkan hialuronidase dalam cairan perbenihan, jenis ini tidak
membentuk selubung hialuronidase dibuat oleh streptococcus grupo B dan G.
14) Proteinase
Enzim ini diaktifkan oleh senyawa sulfhydryl pada pH 5,5 6,5. Dalam
suasana dimana enzim dapat dihasilkan dengan baik, justru secara langsung
mengakibatkan kerusakan pada protein streptokinase dan hialuronidase.
15) Amylase
Beberapa jenis streptococcus grup A membuat enzim ini dalam perbenihan
ditambahkan plasma manusia, tepung kanji glikogen dan maltose.
16) Esterase
enzim ini juga dibuat oleh streptococcus grup A, terutama bekerja terhadap
substrat yang berupa beta naptil asetat.
17) Koloni bentuk L
Koloni ini dapat timbul secara spontan, tetapi koloni ini dapat pula timbul
jika kedalam perbenihan ditambahkan penisilin atau basitrasin.
18) Alergi
Ada beberapa penyelidikan yang hasilnya dipakai sebagai dugaan bahwa
alergi terhadap kuman streptococcus ataupun produknya, mempunyai
peranan penting dalam demam rheuma glomerulonefritis.

6. Pathogenesis Dan Gambaran Klinik


Infeksi streptococcus timbulnya dapat dipengaruhi oleh bermacam-macam factor,
antara lain sifat biologic kuman, cara host memberikan respons dan port dentre
kuman. Penyakit yng ditimbulkan oleh kuman streptococcus dapat dibagi dalam
beberapa katagori, sebagai berikut :

Penyakit yang terjadi karena infasi streptococcus beta hemolyticus grup A


Erysipelas
Pepsis puerpuralis
Sepsis
Penyakit yang terjadi karena infeksi local streptococcus beta hemolitikus grup
A
Radang tenggorokan
Impentigo
Endokartitis bakterialis
Endokartitis bakterialis akuta
Endokartitis bakterialis subakuta
Infeksi lainnya
Berbagai macam streptococcus terutama enterococcus, merupakan penyebaba
infeksi traktus urinalius. Streptococcus anaerop, normal dapat ditemukan
dalam traktus genitalis wanita, dalam mulut dan dalam intestinum. Kuman ini
dapat menimbulkan lesi supuratif. Infeksi yang demikian dapat terjadi
dalamluka, endometritis postpartum, sehabis terjadi rupture dari suatu viscus
abdominalis, atau pada peradangan paru-paru yang kronis.
Penyakit paska infeksi streptococcus beta hemoliticus grup A
Glomerulusnefritis akut
Jantung rheuma

7. Pemeriksaan Laboratorium
1) Bahan pemeriksaan laboratorium
Bahan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dengan cara swabbing dari hidung atau
tenggorokan atau langsung dari darah, pus, sputum, likuor, serebrospinalis,
eksudat dan urin.
2) Pemeriksaan lansung
Pemeriksaan langsung dari sputum seringkali hanya menemukan kokus tunggal
atau berpasangan, jarang ditemukan dalam bentuk rantai. Jika pada pemeriksaan
lansung terlihat adanya treptococcus tetapi tidak tumbuh dalam suatu perbenihan,

harus dipikirkan kemungkinan kumannya bersifat anaerop. Pemeriksaan lensung


dari usap tenggorokan kurang begitu bernilai, karena normal selalu ditemukan
adanaya streptococcus viridians di tempat ini.
3) Perbenihan
Bahan perbenihan ditanam pada lempeng agar darah, jika diduga kumannya
bersifat anaerop juga ditanam dalam perbenihan tioglikolat. Pada lempenga gar
darah streptococcus hemoliticus grup A akan tumbuh dalam beberapa jam atau
hari. Di dalam perbenihan dari bahan darah atau kuman streptococcus tumbuhnya
dapat sangat lambat, jika diduga ada endokarditis perbenihan dibiarkan diinkubasi
1-2 minggu baru di buang.

8. Pengobatan
Antibiotik telah mengubah prognosis semua macam infksi stertococcus secara
radikal. Pengobatan yang dini dan teratur dengan antibiotika pada umumnya
memberikan penyembuhan. Streptococcus beta hemolyticus grup A yang anaerop
jauh lebih resisten terhadap penisilin dari pada aerop. sreptococcus umumnya
rentan terhadap tetrasiklin dan kloramfenikol.

9. Epidemologi, Pencegahan Dan Control


Sejumlah kuman streptococcus mis, streptococcus viridians dan enterococcus,
merupakan sebagian dari flora normal pada tubuh manusia. Kuman-kuman ini hanya
akan menimbulkan penyakit jika terdapat diluar tempat-tempat di mana mereka
biasanya berada, misalnya pada katup jantung.
Untuk mencegah kemungkinan terjadinya hal itu, terutama pada ewaktu melakukan
tindakan-tindakan opratif pada traktus urinarius dimana sering menyebabkan
terjadinya bakteremia temporer, pemberian obat-obatan antibiotika sangat diperlukan
untuk mencegah atau unutk pengobatan dini terhadap infeksi streptococcus beta
hemolytikus grup A pada pemderita yang diketahui mempunyai kelainan katup
jantung.
Sumber infeksi kuman streptococcus dapat berasal dari penderita atau carrier.
Penularannya terjadi secara droplet dari traktus respiratorius atau dari kulit.

Cara control terpenting adalah

Pada penderita dengan infeksi streptococcus grup A pada traktus respiratorius


ataupun kulit harus diberikan antibiotic secara intensif.

Pada penderita yang pernah mendapat serangan demam rheuma harus


diberikan antibiotikadalam dosis profilaksis.

Untuk mencegah penyebaran streptococcus dapat dilakukan dengan cara


mencegah pengotoran oleh debu, ventilasi yang baik, ringan udara, sinar
ultraviolet, dan pemakaian aerosol.

B. Streptoccocus Pneumoniae
(Pneumokokus)
1. Morfologi Dan Identifikasi
secara mikroskopik Nampak sebagai kokus berbentuk lanset, biasanya
berpasangan dan berselubung. Pneumokokus tip lll berbentuk bulat,baik yang berasal dari
eksudat maupun perbenihan. Rantaian panjang terdapat bila ditanam dan perbenihan yang
hanya sedikit mengandung magnesium. Kuman ini positif gram dan pada perbenihan tua
dapat Nampak sebagai negative gram, tidak membentuk spora, tidak bergerak (tidak
berflagel). Selubung terutama dibuat pleh jenis yang virulen.
2. Sifat sifat perbenihan
Untuk pertumbuhan terbaik perlu media dengan pH 7,6-7,8. Kuman ini tumbuh
aerob dan fakultatif anaerob. Jarang terlihat tiumbuh pada suhu di bawah 25oc dan diatas
410c.suhu

pertumbuhan

optimum

37,50c.

glukosa

dan

gliserin

meningkatkan

multiplication rate-nya,tetapi bertambahnya pembentukan asam laktat selain menghambat


dapat pula membunuhnya, kecuali bila kedalam perbenihan di tambah kalsium karbonat
1% untuk menetralkannya.
Didalam lempeng agar darah sesudah pengeraman selama 48 jam akan terbentuk
koloni yang bulat kecil dan di kelilingi zona kehijau-hijauan identik dengan zona yang
dibentuk oleh streptococcus viridians.kuman ini lisis dalam larutan empedu 10%

(otolisis) atau natrium desoksikholat 2% dalam waktu 5-10 menit, sifat ini penting untuk
membedakannya dari streptococcus viridians.
Kuman pneumokokus meragi inulin ; inulin positif dapat menegakkan diagnosis
,tetapi jika negative belum tentu bukan pneumokokus.
Kuman ini berbeda dengan kuman lainnya, dihambat oleh optokhin. Koloni yang
diduga pneumokokus, ditanam pada plat agar darah, kemudian ditampelkan cakram
optokhin.bila ternyata pneumokokus maka akan Nampak zona yang tidak ada
pertumbuhan kuman di sekeliling cakram.
Untuk memperoleh perbenihan yang murni bahan pemeriksaan di suntikkan
melalui intraperitoneum pada tikus putih. Dengan cara ini pula virulensinya dapat
diketahui.
3. Daya tahan kuman
Kuman Pneumokokus dala sputum yang kering yang tidak terkena sinar matahari secara
langsung dapat tahan beberapa bulan. Dalam perbenihan biasa mati setelah beberapa hari,
tetapi dapat dipertahankan dan tetap virulen berbulan bulan bakan bertahun tahun bila
disimpan dalam keadaan liofil. Kuman ini mati setelah 10 menit pada 52oC, 1 jam oleh
sinar matahari langsung, 11/2 jam oleh sinar matahari yang tifus. Pneumokokus lebih
mudah mati dengan fenol, HgC12, kalium permanganat dan antiseptikum lainnya dari
pada Mikrokokus dan Streptokokus. Selain itu, Pneumokokus rentan terhadap sabun,
empedu, natrium oleat, zat warna dan derivat kuinin. Pneumokokus dihambat oleh
sulfadiazin, tetapi sering terjadi resistensi sesudah beberapa hari. Kuman ini sangat
sensitif terhadap penisilin.
4. Struktur antigen
Antigen terpenting adalah kapsul polisakarida, yang menentukan virulensi dan 5 macam
tipe spesifik. Jika kuman dicampur dengan serum anti spesifik, maka selubung akan
membengkak. Reaksi ini disebut reaksi quellung.

5. Infeksinya pada manusia


Yang khas ialah menyebabkan penyakit pneumonia lobaris. Selain itu dapat pula
menimbulkan sinusitis, otitis media, osteomielitis, artritis, peritonitis, ulserasi kornea dan
meningitis. Dari pneumonia lobaris dapat terjadi komplikasi berupa septikemia,
empiema, endokarditis, perikarditis, meningitis dan artritis. Pneumonia sekunder oleh
Pneumokokus setelah infeksi virus (campak, influenza ) lebih jarang terjadi dari pada
oleh streptokokus, dan hal yang sebaiknya dengan infeksi Stafilokokus.
6. Mortalitas
Angka kematian pada pneumonia tergantung pada ras, seks, umur dan keadaan umum
penderita, tipe kumannya, luasnya bagian paru- paru yang terkena, ada tidaknya
septikemia, ada tindakanya septikemia, ada tindaknya komplikasi, pemberian terapi
spesifik, dan faktor faktor lainya. Pada penderita yang tidak diobati mortalitasnya 2030%, namun setelah ditemukan antibiotika turun sampai 5 %. Hasil yang kurang baik
pada infeksi primer oleh Pneumokokus terdapat pada meningitis, terutama pada otitis
media dan meningitis. Sebelum dipakai antibiotika mortalitasnya turun berkisar antara 772%, terendah pada anak-anak dan meningkat secara progresif sesudah umur 40 tahun.
7. Pengobatan
semua tip Pneumokokus sensitif terhadap penisilin, penisilin merupakan drug of choice.
Yang berbahaya bila terjadi infeksi sekunder oleh Stafilokokus yang resisten terhadap
penisilin dan antibiotik lainnya. Pada Pneumonia dan septikemia cukup dengan penisilin
dosis 500.000-1.000.000 satuan setiap hari. Sedang pada meningitis diperlukan dosis
yang lebih tinggi agar dapat mencapai selaput otak. Penisilin diberikan secara intravene
dengan dosis 1 juta satuan setiap jam sampai terlihat padanya perbaikan. Inipun harus
disertai suntikan penisilin intramuskulus setip 6 jam dengan dosis 4-5 juta satuan selama
2-3 minggu. Pemberian penisilin intratekal tidak dianjurka, karna bila dosisnya terlampau
tinggi akan mengakibatkan reaksi berupa perdarahan otak.

Akhir-akhir ini pneumokokus sudah resisten terhadap banyak preparat anti biotika,
misalnya tetrasiklin, eritromising dan linkomisin. Peningkatan sesistensi terhadap
penisilin juga terlihat pada pneumokokus yang diisolasi dari New Guinea.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Streptococcus pyogenes ialah bakteri Gram-positif bentuk bundar yang tumbuh
dalam rantai panjang. dan merupakan penyebab infeksi Streptococcus Grup A.
Streptococcus pyogenes menampakkan antigen grup A di dinding selnya dan betahemolisis saat dikultur di plat agar darah. Streptococcus pyogenes khas memproduksi
zona beta-hemolisis yang besar, gangguan eritrosit sempurna dan pelepasan
hemoglobin, sehingga kemudian disebut Streptococcus Grup A (beta-hemolisis).
Streptococcus bersifat katalase-negatif.
bakteri ini dapat menyebabkan penyakit pada manusia , baik yang bersifat kronis
maupun akut, yang disesuaikan dengan infeksi dalam tubuh yang terjadi.

B. Saran
Sampai sekarang belum ditemukan obat yang resisten terhadap bakteri S.
pneumonia, jadi kesehatan lingkungan tempat tinggal dan kebersihan diri sangatlah
penting dan harus di jaga.

DAFTAR PUSTAKA

Bagian mikrobiologi FKUI.1991.mikrobiologi kedokteran.binarupa aksara.jakarta


barat
Staf pengajar FKUI.1993.mikrobiologi kedokteran. Binarupa aksara. Jakarta barat
http//:www. Wikipedia.streptococcus.com
http//:www.penyebabpnewmonia.com

Anda mungkin juga menyukai