Anda di halaman 1dari 22

PENYAKIT PADA SALURAN PERNAFASAN UNGGAS

1. New Castle Disease (ND)


2. Avian Influenza
3. Infection Coryza (Snot)
4. Infection Bronchitis (IB)
5. Infection Laryngotracheitis
6. Cronic Respiratory Disease (CRD)
7. Aspergillosis
8. Kolera unggas
9. Swollen Head Syndrome (SHS)
10. Koliseptimia

1. New Castle Disease (ND)


Gejala klinis
-

Adanya batuk-batuk, ngorok, megap-megap, nafsu makan hilang, minum lebih


banyak dan berkumpul di tempat yang hangat (Yahya, 1991).

Leher berputar (torticolis), pembengkakan bagian kepala dan leher, produksi telur
menurun, kelumpuhan yang diikuti dengan kematian (Fadilah dan polana, 2005)

Kelesuan, peningkatan frkuensi pernafasan, diare warna hijau, paralisi pada kaki
dadan sayap , dan kadang-kadang dapat disertai oleh opisototonus (Tabu, 2000)

Perubahan Makroskopik.

Peradangan pada sinus hidung, trachea, laryng, pnomonia, proventriculus mengalami


pendarahan yang berbentuk bintik bintik(ptechiea), usus mengalami pembengkakan
dan pendarahan, pendarahan berupa bintin-bintik (ptechiea) pada lemak sekitar alat
tubuh, induk telur mengalami perubahan yaitu mengecil (atropi) dan selaput telur
membengkak dan pendarah selaput telur (Yahya, 1991).

Trachea dan laryng biasanya ditemukan banyak lender (Ressang, 1989)

Perubahan Mikroskopis.
-

Nekrosa koagulasi yang hemoragik terlihat pada dinding usus dan sebagian kecil
didalam limpa dan otak. Nekrosa kougulasi sederhana didapatkan dalam hati, paruparu dan otak, sedangkan nekrosa limpa kebanyakan bersifat hialin dan berfibrin
(Ressang, 1989).

Pada pembuluh darah, hyperemia,edema dan hemoragik, trombosi dan nekrosis


endoter. Perubahan pada system limfoid, meliputi hilangnya jaringan limfoid; pada
infeksin subakut akan di jumpai adanya hyperplasia sel-sel retikulohistiositik pada
berbagai organ, terutama hati. Nerkrosis pada limpa; vakuolisasi dan nekrosis limfosit
mungkin ditemukan pada daerah korteks dan germinal center dari limpa dan timus.
Bursa fabrisius dapat menujukkan adanya degenerasi limfosit pada bagian medulla.
Pada usus nekrosis hemorogika yang diperkirakan meluas dari kumpulan limfoid
pada usus. Pada trachea meliputi hilang nya silia, kongesti, edema, dan infiltrasi
limfosit dan makrofag (Tabu, 2000)

Proventriculus mengalami pendarahan ptechiae kerusakan ini bersifat khas bagi ND tipe asiatik (Retno dkk., 1998)

Akibat serangan ND, ayam dapat menderita diare seHingga tinja menjadi encer bewarna hijau lumut. Diare
terjadi akibat usus mengalami perlukaan(Retno dkk., 1998)

Hampir seluruh bagian saluran pencernaan mengala


mi pemebengkakan dan pendarahan terutama bagian
pada bagian usus(Retno dkk., 1998)

Trachea belendir berlebihan. Pada keadaan lebih parah trachea mengalami pendarahan di samping pembentukan lendir yang berlebihan (Retno dkk., 1998)

2. Avian Influenza
Gejala klinis
-

Batuk, bersin, sinusitis, mata berair, badan lemas, produksi telur menurun drastis,
terjadi udema bagian kepala dan muka, serta ayam tampak nervous (Fadilah dan
polana, 2005).

Sinusistis, edema di daerah kepala dan muka, pendarahan jaringan subkutan yang
diikuti oleh sianosis pada kulit, terutama daerah kaki, kepala dan pial; diare dan
gangguan saraf (Tabu, 2000)

Perubahan Makroskopik.
-

Adanya eksudat fibrinous atau caseous di bagian kantong hawa (air sac), saluran telur
(oviduct), katup penutup jantung (pericardial sac), atau peritoneum. Terjadi udema di
bagian mukosa trakea dengan eksudat yang encer sampai kental . Di bagian kulit ,
jengger, pial atau limpa dan paru-paru akan ditemukan necrosis berbentuk bulat
(Fadilah dan polana, 2005).

Pembengkakan pada pial dan balung, bengkak pada kaki yang disertai oleh bintik
bintik pendarahan ekimosis.

Perubahan Mikroskopis.
-

Lesi yang ditimbulkan oleh fowl plaque ditandai oleh adanya edema, hyperemia,
hemeragik, dan perivascular cuffing sel limfoid, terutama pada miokardium, limpa,
paru-paru, otak balung dan dengan frekuensi yang lebih rendah pada hati dan ginjar.
Perubahan degenerasi dan nekrosis dapat di temukan pada limpa, hati, dan ginjal.
Lesi pada otak meliputi foki nekrosis, perivascular cuffing sel limfoid, gliosis,
proferasi pe,ebuluh darah dan degenerasi patogenik kerapkali menimbulkan nekrosis
miokardium dan miokarditis (Tabu, 2000).

3. Infection Coryza (Snot)


Gejala klinis
-

Dari lubang hidung keluar eksudat (lendir) yang mula-mula bewarna kuning dan
encer tetapi lambat laun berubah menjadi kental, bernanah dan berbau khas, sinus
infraorbital membengkak, kelopak mata membengkak, ayam sulit bernafas, kadangkadang di temukan diare, pertumbuhan terlambat dan kecil, jenggel membengkak dan
produksi telur menurun (Yahya, 1991).

Ayam selalu menggeleng-gelengkan kepala sebagai upaya membebaskan sumbatan


karena ada eksudat di hidung, napasnya berbunyi (Fadilah dan polana, 2005).

Bersin, nafsu makan hilang dan ayam menjadi kurus (Ressang, 1989).

Perubahan Mikroskopis.
-

Di dalam sinus infraorbital terdapat eksudat kental bewarna putih atau kuning dengan
bau yang khas. Jika keadaan sudah kronis terdapat peradangan pada kantong hawa,
ovarium mengalami atropi (Yahya, 1991).

Ayam akan mengelurakan lendir/ingus terus menu


rus 1-4 hari setelah tertulular. (Retno dkk., 1998)

Selaput lendir hidung mengalami perlukaan karena


bersifat asam dapat terserap masuk kedaam selaput
lendir (Retno dkk., 1998)

4. Infection Bronchitis (IB)


Gejala klinis
- Batuk, bersin dan ngorok (Fadilah dan polana, 2005).
-

Keluar lendir dari hidung, sesak nafas, mata terlihat selalu basah, sudut mata medial
melebar dan selaput nikitan bewarna merah, nafsu makan dan minum menurun,
sepses menjadi bewarna hijau bercampur kuning keputihan, mutu dan produksi telur
ayam menurun dratis (Yahya, 1991)

Kepala bengkak, telur ayam tidak berkulit sempurna,(Ressang, 1963).

Kelesuan, bulu berdiri, diare dan peningkatan konsumsi air. Pada ayam petelur
menujukkan adanaya urolitasis, penurunan produksi telur (Tabu, 2000).

Perubahan Makroskopis.
-

Di daerah tachea dan bronchi bewarna merah dan terdapat lendir atau sumbatan
darah(Fadilah dan polana, 2005).
Kantong hawa menjadi keruh dan ada bagian bagian yang menebal (cloudy swelling).
Pada layer ovarium menjadi lemah dan lunak, sering kali ditemukan kuning telur
pacah dalam rongga perut sehingga akan terjadi peradangan pada peritoneum. Pada
ginjal akan ditemukan perubahan yang khas yaitu pembengkakan disertai pengedapan
asam urat (Yahya, 1991).

Dalam tingkat akut ada pembendungan paru-paru dan di dalam bronchi ditemukan
eksudat berlendir atau belendir nanah (Ressang, 1963).

Paru-paru dapat mengalami kongesti atau menujukan adanya gambaran pneumonia


(warna merah-hitam) (Tabu, 2000)

Perubahan Mikroskopis.
-

Terlihat di bawah selaput lendir bronchi kelompok-kelompok sel bundal dalam


jumlah sedang (Ressang, 1989).
Mukosa trakea dan broki terlihat edematus, kehilangan silia dan hyperplasia serta
metaplasia pada epitel. Jaringan subepitelia terlihat menebal disertai edema dan
infiltrasi limfosit dan monosit pada lamina propria dan menghilang kelejar mukosa.
Kantong udara akan memperlihatkan edema, deskuamasi epitel dan pemebentukan
eksudat berfibri. Paru-paru biasanya menujukkan infiltrasi limfosit, sel plasama, dan

heterofil di antara dinding parabronki. Pada ginjal biasanya menujukkan suatu bentuk
nefritis intersitialis dan pada stadium lanjut nekrosis epiter tubuli yang disertai oleh
akumulasi asam urat dan hancuran sel didalam lumen tubuli (Tabu, 2000)

Dinding tracea menjadi tebal, bewarna keputihantanpak putihan, terdapat lendir yang berjumlah terus
bertambah , Pada selaput lendir trachea tampak bercak-bercak pendarahan (Retno dkk., 1998)

Induk telur berdarah , memebengkak, lembek dan dapat


pecah sehingga tidak berfungsi lagi. Jika pada induk
telur yang siap diovulasikan biasanya kuning telur akan
pecah dan mengalir keluar pada rongga perut
(Retno dkk., 1998).

IB akan menyebabkan timbulnya perubahan khas pada


ginjal yaitu pembengkakan disertai pengedapan asam
urat pada ureter dan uretra (Retno dkk., 1998)
5. Infection Laryngotracheitis
Gejala klinis
- Batuk, ayam selalu menggelengkan kepala dan mengalami kesulitan bernafas, kepala
dijulurkan keatas, sering mengelurakan bunyi panjang, sering dijumpai adanya
pendarahan dibagian paruh, kotoran, dan bulu (Fadilah dan polana, 2005).
-

Keluarnya lendir bercampur darah dari mata dan lubang hidung, bersin, paruh dibuka
lebar-lebar untuk menghirup udara sebanyak banyaknya, sering di temukan eksudat di
lantai kandang dan dinding, kepela menjadi berwarna kebiruan (Yahya, 1991).

Ayam itu secara lekas membiru, menjadi kurus dan lemas, kemudian seakan-akan
mati lemas (Ressang, 1989).

Perubahan Makroskopis.
-

Di daerah trachea terjadi laryngotracheitis yang sering di dikuti dengan adannya


eksudat berdarah. Penembalan tampak di daerah bronchi dan kantong udara, pada
ayam mati terdapat pseudomembrane atau penyumbatan berupa keju di daerah
trachea (Fadilah dan polana, 2005).

Selaput trachea mula mula mengalami penebalan sehingga ayam sukar bernafas
(Yahya, 1991).

Perubahan Mikroskopis
-

Secara histologik juga di jumpai dalam tingkat permulaan penyembukan sel-sel


bundal pada mukosa alat pernafasan. Juga pendarahan-pendarahan dibawah selaput
lendir, dan kelupas sel-sel epitel terlihat, akan tetapi Pada penyakit ini terbentuk
inclusion bodies. Badan-badan ini berada dalam inti sel-sel trachea, epitel bronchi,
demikian pula inti sel-sel mukosa mata dan inti sel-sel epitel entoder

pada

alantokhorion. (Ressang, 1963).


-

Pembengkakan sel pada stadium awal,hilangnyasilia dan edema selular. Nekrosis


epitel hemoragik. Infiltrasi sel radang akan ektesif. Lesi yang karakteristik untuk ILT
adalah pemebentukan benda inklusi intranuklear, yang hanya dapat diamati selama
beberapa hari sebelum terjadi deskuamasi epitel (Tabu, 2000

Lendir kental dalam jumlah sangat banyak menyum


bat saluran pernafasan (Retno dkk., 1998)

Selaput lendir trachea mula-mula mengalami peneba


lan dan terjadi pembentukan lendir kental sehingga
ayam sukar bernafas (Retno dkk., 1998)

6. Cronic Respiratory Disease (CRD)


Gejala klinis
-

diawali dengan keluarnya cairan eksudat bening (catarrhal) dari rongga hidung,
bersin-bersin, batuk, ngorok dan radang conjunctiva (conjunctivitis) (ley, 2003;
Akoson, 1990; Yahya, 1991; Fadilah, 2005; Tabu, 2000; Ressang, 1989).

Serta kepala tertunduk atau dikibaskan untuk mengeluarkan cairan yang mengganggu
pernafasan (Akoson, 1990)

Pada mata dapat terlihat adanya eksudat yang berbuih dan kadang-kadang sinus
periorbital dapat membengkak. Bulu sayap kerapkali menjadi kotor oleh karena ayam
akan berusaha menggosok hidung dan mata yang mengeluarkan eksudat (Tabu,
2000).

Perubahan Makroskopis.
-

peradangan pada trakhea dan kantong membran udara khususnya pada rongga perut
yang disebut dengan airsacculitis, oleh karena itu penyakit ini disebut juga dengan
Airsac disease (Soeripto et al., 1989; Ley, 2003). Serta terdapat tanda catarrhal
inflammation disaluran hidung, sinus, dan bronchi,. Kantong udara menebal dan

berisi folikel hyperplastic lymphoid di dindingnya, serta tampak exudates seperti keju
(Fadilah, 2005; Akoson, 1990; Yahya, 1991).
-

Perubahan pasca mati penyakit ini tergantung pada saat hewan diseksi. Biasanya
terlihat radang kataral di dalam kantong hawa sebelah atas dan di dalam kantong
udara sering ditemukan kekeruhan atau radang berfibrin jelas (Ressang, 1989).

Perubahan Mikroskopis
-

Pada awal infeksi biasanya ditandai oleh menghilangnya silia dari epitel pada dinding
saluran pernafasan, sedangkan pada infeksi berat, lesi yang terlihat meliputi
penebalan membrane mukosa saluran pernafasan akibat infitrasi limfosit makrofag
dan hyperplasia glandula mukosa. Pada daerah submukosa kerapkali ditemukan juga
adanya hyperplasia sel-sel limfoid yang bersifat multifocal. Pada paru, dapat
ditemukan infiltrasi limfosit, makrofag dan sejumlah kecil heterofil di antara dinding
panbroki (Tabu, 2000)

Gambaran histopatolpgi Penyakit

ini adalah bahwa jaringan limfoid diaktifkan.

Seperti diketahui unggas tidak mempunyai kelenjar getah bening . Tetapi dibawah
selaput lendir hidung, trachea, bronchi dan usus terdapat kelompok-kelompok
jaringan limfoid yang banyak sedikit berfungsi sebagai kelenjar kelenjar getah
bening. Demikian pula dalam paru-paru dan hati ada kelompok-kelompok sel sel
bundar yang sama fungsinya (Ressang, 1989).

Selaput lendir trachea tersalaputi dengan cairan lendir


Bengkak merah kekuning-kuningan (Retno dkk., 1998)

Rongga hidung penuh berisi cairan lendir bewarna


abu-abu lama kelamaan menjadi massa kuning seper
ti keju, selaput lendir bengkak bewarna merah
(Retno dkk., 1998)

Peradangan kantung udara pada ayam CRD.


(Retno dkk., 1998)

7. Aspergillosis
Gejala klinis
- Pada bentuk akut didapatkan ayam tidak mau makan, mengantuk, susah bernafas,
suatu saat timbul kejang-kejang. Sedangkan pada bentuk kronis pada ayam dewasa
ditemukan nafsu makan menurun, batuk, kesulitan bernafas, lama kelamaan ayam
menjadi kurus (Yahya, 1991)
-

Pada anak ayam akan terjadi gejala sayap terkulai, ayam tidak aktif, kadang-kadang
leher tampak seperti didorong ke belakang, gangguan koordinasi gerak otot, lemas,
paralysis dan diare (Fadilah dan polana, 2005).

Perubahan Makroskopis.
-

Paru dan kantong udara akan nampak benjola (nodul) keras bewarna kuning (seperti
butiran kecil jagung) berdiameter 1mm. Biasanya diikuti dengan adanya penebalan di
memebran kantong udara. Dibagian membrane kantong udara kadang-kadang
ditemukan vlak besar dan jumlah yang banyak berbentuk luka yang bersatu
(aggregate lesions). Jaringan lainnya yang sering ditumbuhi nodul adalah daerah
trachea (bagian syrinx). Walaupun jarang terjadi , nodul tersebut dapat tumbuh juga
didaerah peritoneal cavity, hati dan otak (Fadilah dan polana, 2005).

Bentuk radang paru-paru tersebar, bentuk bungkul kecil-kecil dan bentuk radang
kantong udara yang tersebar. Radang paru-paru ini secara umum sering di jumpai,
kadang-kadang di sertai cairan bernanah yang bewarna hijau kekuning-kuningan
Yahya, 1991).

Bercak pernanahan seperti keju kekekuningan atau kelabu yang merupakan koloni
jamur ditemukan di sisi paru, kantung udara atau otak (Akoson, 1990).

Perubahan Makroskopis.
-

Pada stadium awal adanya timbunan limfosit, sejumlah makrofag dan beberapa giant
cells, yang bersifat local. Pad stadium lanjutan lesi akan berkembang menjadi
granuloma yang terdiri atas daerh nekrosis sentral yang mengandung heterofil dan
dikelilingi oleh makrofag, giant cells, limfosit, dan sejumlah jaringan ikat. Lesi pada
otak tediri atas abses dengan daerah nekrosis bagian sentral yang mengandung

heterofi dan giant cells. Pada daerah nekrosis biasa ditemukan adannya hyphae.
(Tabu,2000)

Aspergilosi mengnimbulkan bintik-bintik kekuning


an pada alat pernafasan dan salurannya
(Retno dkk., 1998)

Mata terserang aspergilosis mula-mula ada bintik


pendarahan yang kemudian menghilang, mata beru
bah menjadi abu-bau dan lensa mata keruh, Ayam
sering berkedip dan air mata keluar cairan kuning.
(Retno dkk., 1998)

Terjadi pembesaran hati bewarna pucat kekuningan


dengan daerah haemorrhagie jaringan, penembahan
lemak yang banyak di ventrikulus dan lemak tubuh.
(Retno dkk., 1998)

8. Kolera unggas
Gejala klinis
- Pada bentuk akut dapat di temukan adanya conjunctivitis dan keluarnya kotoran dari
mata. Daerah muka, jengger dan pial memebesar dan ada gangguan pernafasan, tinja
encer bewarna hijau kekuningan, unggas menjadi lumpuh akibat adanya peradangan
pada sendi tarsus, muka menjadi biru kehitaman, sedangkan bentuk kronis terjadi
infeksi local pada pial, sendi kaki, sayap dan basal otak, pial membengkak berisi
ciaran oedema atau masa perkejuan, kadang-kadang juga torticolis, penurunan
produksi telur (Retno, 1998)
-

Bentuk perakut menyebabkan ayam tiba-tiba mati tampa ditandai ada gangguan
sebelumnyan (Yahya, 1991).

Anoreksia depresi, hidung dan mulut berisi lendir diare dengan cair putih atau diare
bewarna hijau (Fadilah dan polana, 2005).

Perubahan Makroskopis.
-

Pendarahan yang berupa ptechiae dan echimosa pada otot jantung, lemak abdominal,
ventriculus, mukosa usus, peritoneum dan paru-paru. Duodenum memebengkak berisi
eksudat kenta, hati membesar bewarna belang, hyperemi dan terdapat sarang-sarang
nekrosa pada ayam petelur, ovarium dan ovum mengalami pendarahan subcapsular
dan pada kantong kuning telur terdapat massa perkejuan sedanngkan bentuk kronis
kadang-kadang ditemukan hati bewarna kehijauan, sarang sarang nekrosa mengalami
pemebesaran. Jika terjadi gangguan pada saluran pernafasan terdapat peradangan
ringan pada trachea, pial membengkak berisi cairan oedema samapai perkejuan, pada
oviduct terjadi abses, arthritis yang suppratif kadang-kadang pada persedian kakai
atau sayap (Retno, 1998)

Perubahan Mikroskopis.
-

Pada bentuk perakut ditandai dengan adanya lesi yang timbul pada umumnya
berhubungan dengan kerusakan endoter pembuluh darah, yang menyebabkan
timbulnya hemoragik pada berbagai organ visceral. Hati akan mengalami kongesti
dan kadang-kadang disertai oleh nekrosis koagulasi yang bersifat multifokal. Pada
bentuk akut terjadi kerusakan endotel pembuluh darah yang menebabkan adanya
pendarahan pada berbagai organ. Di sertai oleh infiltrasi heterofil. Infiltrasi heterofil
dapat juga ditemukan pada paru-paru. Sedangkan pada bentuk kronis peradangan
supuratif yang ditandai oleh adanya daerah nekrosis, infiltrasi heterofil, pembentukan
fibrin, multinucleated giant cells, dan proliferasi fibrolas. Kerapkali ditemukan
adanya meningitis local ditandai oleh adanya infiltrasi heterofil dan limfosit di daerah
meninges (Tabu, 2000).

Infeksi bakteri Pasteurela multocida dapat menye


babkan jengger dan pial memebengkkak berisi materi serupa keju padat (Retno dkk., 1998)

Terjadi peradangan pada usus (Retno dkk., 1998)

Hati mengalami pemebendungan dan pada permukaan terdapat daerah jaringan mati yang bewarna kuning
(Retno dkk., 1998)

9. Swollen Head Syndrome (SHS)


Gejala klinis
- Bersin,-bersin, pembengkakan pada palpebraenya sehingga mata tertutup, ayam
menjadi enggah berpindah tempat, tampak menggoyang-goyangkan kepala,
mengeluarkan air mata, memutar-mutarkan leher dan menggarukkan daerah
periorbotal

ke daerah anteriol sayap atau menggarutkan jari ke daerah mata,

peradangan pada telinga tengah, sehingga menyebabkan inkordinasi dan tampak


gejala torticolis serupa ND (Retno, 1998).
-

Penurunan produksi telur (Akoson, 1998).

Pembengkakan daerah fasial, dorsal kepala dan pial (Tabu,2000)

Perubahan Makroskopis.
-

Mukosa pada rongga hidung, katup paltine dan saluran pernafasan bagian atas
mengalami; pemebendungan, titik-titik kemerahan dan luka- luka kematian jaringan
(Retno, 1998).

Apabila kulit bagian luar muka di buka dibuka akan terlihat busung dan Bernanah
(Akoson, 1998).

Timbunan eksudat mukosa purulen bernoda darah darpada jaringan subkutan dan
permukaan cranium (Tabu, 2000)

Perubahan Mikroskopis.
-

Kulit pada berbagai bagian kepala/muka, akan memeperlihatkan perubahan yang


beratnya bervariasi pada epididmis. Dermis dan subkutis. Pada epidimis biasanya
terlihat adanya edema interselular/degenerasi hidropik. Perubahan pada dermis bagian
superficial dapat berbentuk edema sampai adanya infiltrasi limfosit dan heterofil yang
bersifat multifocal

ataupun difus. Pada bagian ini terlihat juga adanya

perifolikulitis/folikulitis dan perivaskulitis/vaskulitis serta proliferasi jaringan ikat.


Pada bagian dermis yang bebatsan dengan subkutis biasanya dijumpai perubahan
yang mirip dengan dermis bagian superficial, kecuali reaksi keradangan yang lebih
berat. Perubahan pada subkutis biasanya lebih dodiminasi oleh reaksi heterofil,
limfosit dan jaringan ikat disarping adanya nekrosis, hemorogik, timbunan fibrin dan
material mengeju (Tabu, 2000)

Swollen head syndrome pada ayam daging menimbulk


an kebengkakan pada kepala dan Kadang kadang terja
di torticolis (Retno dkk., 1998)

10. Koliseptimia
Gejala klinis
- Penurunan nafsu makan, lalu diikuti oleh kelusuan dan bulu berdiri, Ayam yang sakit
akan menujukkan peningkatan frekuensi napas dan kadang-kadang bernafas dengan
mulut disertai oleh ngorok (Tabu, 2000).
Perubahan Makroskopis.
-

Ginjal terlihat membesar dan bewarna hitam,kalkas secarad keseluruhan akan


menujukkan gejala septisemik disertai oleh hati dan limpa membesar dan bewarna
hitam, kantong empedu membesar dan penuh dengan empedu, jantung mengalami
kongesti dan terasa empuk; di dalam pericardium ditemukan adanya cairan bewarna
kekuningan, Kadang-kadang ditemukan adanaya suatu bentuk septisemia akut pada
ayam dara ataupun ayam dewasa, kantong udara mengalami penebalan, keruh dan
permukaan tertutup oleh cairan kental bewarna kuning-kekuningan menyerupai keju,
kantong jantung menebal, bewarna kelabu dan melekat pada dinding jantung, hati
ditutupi diselaput berfibrin bewarna kelabu (Tabu, 2000).

Perubahan Mikroskopis.
-

Lesi pada ginjal dapat bebentuk kongesti pembuluh darah disertai infitrasi heterofil.
Hati dapat menujukkan adanya kongesti disertai infiltrasi heterofil, terutama disekitar
pemebuluh darah, penebalan kapsula glissoni akibat infiltrasi heterofil, limfosit dan
proliferasi fibroblast dan adanya daerah
infitrasi heterofil dan limfosit (Tabu, 2000).

nekrosis multifocal yanf disertai oleh

DAFTAR PUSTAKA
Akoson, B. T. 1990. Kesehatan unggas. Penerbit Kanasius. Yogyakarta.
Fadilah, R dan Polana. 2005. Aneka penyakit pada ayam dan cara mengatasi. Agromedia
Pustaka.
ley, D.H. 2003. Mycoplasma galisepticum infection. In: Diseases of Poultry. 11th ed. Saif Y.M.,
H.J. Barnes, A.M. Fadly, J.R. Glisson, L.R. Mcdougald and D.E. Swayne (Eds.). CD Rom
version produced and distributed by Iowa State Press. A Blackwell Publishing Company. pp. 722
744.
Tabu, C. R. 2000. Penyakit ayam dan penanggulangannya. Kanisius. Yogyakarta.
Ressang, A. A. 1989. Patologi khusus veteriner edisi II, Bali.
Retno, F.D., Jarja, J dan Suryana, T. 1998. Penyakit-penyakit penting pada ayam edisi ke IV. PT.
Medion. Bandung.
Yahya, Y., Retno, F. D., Witarso dan Z. A Said. 1991. Penyakit-penyakit penting pada ayam
edisi ke II. PT. Medion. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai