KUHN
kekacauan. Dan jika dalam perkembangan sains ke-alam-an seseorang atau kelompok mampu
mengaplikasikan dari pempraktek generasi selanjutnya, maka secara berangsur-angsur aliran lama akan
lenyap dengan sendirinya. Hilangnya alirang-aliran itu sebagian di sebabkan pembelotan anggotanya
kepada paradigma yang baru. Walaupun pasti ada yang masih menganut pada salah satu pandangan yang
lebih lama ini. Paradigma baru akan menyiratkan hal yang baru pula dan lebih kaku di bidangnya, mereka
cenderung tetap; bidang filsafat akan melahirkan sain-sain khusus. Terkadang kesediaan menerima dan
mentransformasikan kelompok yang awalnya hanya tertarik kepada studi alam kemudian menjadi profesi
atau disiplin. Hal ini, berbeda dengan bidang-bidang yang lain seperti teknologi, hukum atau bidang yang
lainnya. Karena yang menjadi prioritas yang utama berskala spesialisasi, pendirian masyarakat spesialis dan
menuntut spesialisasi kurikulum seperti misalnya sebuah paradigma oleh kelompok. Ketika ilmuan percaya
begitu saja tentang sebuah paradigma, ia tidak perlu lagi membangun kembali di bidangnya itu, hanya tetap
dalam prinsip-prinsip pertama dan memperkuat setiap konsepyang diperkenalkan pertama kali. Ilmuan yang
kreatif akan memulai risetnya di bagian atau yang ada dalam buku itu sehingga dapat memfokuskan pada
aspek alami yang transparan dan isoterik, komunike risetnya akan mulai berubah dengan cara evolusinya,
tetapi prodak akhir modernnya menjadi realitas di masyarakat serta menyesalkan bagi semua orang.
Sebaliknya, mereka hanya akan memberikan artikel-artikenya kepada rekan profesionalnya, orang yang
mengerti dan paham tentang paradigma dan dapat terbukti dengan mempresentasikan dan
mempertanggungjawabkan isi artikel-artikel tersebut. Sebagai wahana komunikasi, risetlah garis-garis
profesionalisasi kelonggaran sehingga orang awam dapat mengikuti kemajuan dengan belajar, membaca,
memahami dan mengaplikasikannya.
Paradigma adalah model atau pola yang di terima dan aspek namanya telah memungkinkan pengambilan
paradigma itu tidak semua benar dengan pengertian yang biusa digunakan untuk mendevinisikan
paradigma. Dalam penerapan yang baku, paradigma berfungsi memperbolehkan replikasi contoh yang
masing-masing pada prinsipnya dapat di ganti. Disisi lain, sebuah sains paradigma menjadi objek replikasi.
Akan tetapi, keputusan yudikatif yang terima dalam hukum tak tertulis menjadi objek bagi pengutaraan dan
rincian lebih lanjut dalam keadaan yang baru atau lebih radikal. Sains yang normal terdiri atas perwujudan
janji yang dicapai dengan memperluas pengetahuan dengan fakta-fakta yang oleh paradigma ditalarkan
sebagai pembuka pikiran dengan mencocokkan fakta-fakta dengan prakiraan paradigma dengan artikulasi
lebih lanjut tentang paradigma itu sendiri.
Ada tiga fokus yang normal bagi penyelidikan faktual, ketiganya itu tidak selamanya jelas. Yang pertama
adalah kelas fakta-fakta yang telah diperlihatkan oleh paradigma yang akan menyingkap sifat sesuat.
Paradigma ini sangat bermanfaat untuk menetapkan kecermatan yang lebih tinggi maupuan dalam situasi
yang variatif. Kelas kedua, biasa tetapi lebih kecil dari penetapan-penetapan fakta walaupun cenderung
tampak kepentingan yang hakiki namun dapat di bandingkan secara langsung dengan paradigma.
Dan kelas ketiga, adalah menyerap seluruh kegiatan pengumpulan data sains yang normal. Kelas ini
meliputi empiris yang dilaksanakan untuk mengartikulasikan teori paradigma untuk memecahmenyelesaikan ambiguitas yang masih belum terselesaikan. Upaya-upaya mengartikulasikan paradigma
bagaimanapun tidak dibatasi dengan determinasi konstanta universal. Suatu paradigma merupakan
parasyarat bagi bagi penemuan-penemuan hukum.
Adapun ciri-ciri yang paling menonjol dari masalah riset yang normal betapa sedikitnya masalah yang di
tujukan untuk menghasilkan penemuan baru yang besar dan konseptual. Eksprimen ditujukan untuk
mengartikulasikan suatu paradigma dan juga bisa menyerupai ekplorasi terutama sering di gunakan dalam
periode-periode dan dalam sains yang lebih cenderung berurusan dengan aspek kualitatif daripada
kuantitatif dari regularitas alam. Sering suatu paradigma yang dikembangkan bagi satu perangkat gejala
ambigus dalam penerapannya dengan yang lain yang sangat erat kaitannya. Kemudian eksprimeneksprimen itu perlu memilih diantara cara-cara alternatif menerapkan paradigma pada bidang perhatian yang
lainnya. Tujuan prakiraan itu ialah untuk memperhatikan penerapan baru dari paradigma atau untuk
meningkatkan ketepatan suatu penerapan yang di buat.
Target sains yang normal hanya hal-hal yang baru yang besar dan nyata jika kegagalan mendekati hasil
yang di antisipasi itu merupakan kegagalan sebagai ilmuwan. Semestinya para ilmuwan, hasil-hasil yan di
peroleh dalam riset yang normal itu signifikan karena merupakan tambahan bagi ruang lingkup dan presisi
yang dapat di terapkan oleh paradigma. Mengantarkan masalah riset yang normal kepada kesimpulan
adalah mencapai apa yang di ntisipasi dengan cara baru dan juga memerlukan pemecahan segala jenis
teka-teki instrumental, konseptual dan matematis. Orang yang berhasil membuktikannya adalah seorang
pakar pemecah teka-teki dan tantangan itu merupakan bagian yang vital. Tekateki adalah kategori khusus
dari masalah-masalah yang digunakan untuk menguji keliahaian atau skill dalam pemecahannya.
Karakteristik-karakteristik oleh tekateki dalam masalah sains normal perlu adanya klasifikasi dan spesialisasi
dengan yang lain, yang di dapatkan oleh masyarakat ilmiah.
Paradigma ialah kreteria untuk memilih masalah-masalah yang di anggap sudah wajar dan memiliki
alternatif. Masalah yang lain masih banyak yang sebelumnya menjadi standart di tolak, karena di anggap
masuk dalam metafisika, masuk kepada disiplin yang lain atau terkadang terlalu rumit sehingga hasilnya
tidak memadai pada alokasi waktu yang di gunakan. Masalah dalam suatu Paradigma bahkan dapat
menyekat masyarakat tersebut dari yang esensial, aspek sosial yang tidak di bentuk tekateki karena tidak
dapat di gunakan sebagai alat konseptual dan instrumental yang di sediakan oleh Paradigma tersebut. Salah
satu alasan sains yang normal tampak maju begitu pesat seperti para pempraktik memfokuskan perhatian
mereka kepada masalah yang tidak dapat di pecahkan karena minimnya pengetahuan dan kecerdasan.
Masalah-masalah sains yang normal merupakan teka-teki dalam pengertian.seseorang dapat tertarik pada
sains karena hasrat untuk berguna untuk mengeksplorasi wilayah baru, harapan untuk menemukan tatanan
dan dorongan untuk menguji pengetahuan yang mapan, motif-motif ini disertai juga untuk membantu
mengatasi masalah-masalah tertentu yang artinya akan menyibukkan aktifitas mereka. Individu yang terlibat
dalam riset yang normal tidak pernah menggerjakan yang manapun dari hal diatas. Yang kemudian
menentang keyakinan bahwa ia pun cukup terampil dalam memecahkan tekateki yang belum di pecahkan
oleh siapa pun. Diantara para tokoh yang besar banyak yang telah mencurahkan seluruh perhatian
profesionalnya pada tekateki yang menentangnya. Setiap bidang spesialisasi tidak menyajikan yang lain
untuk dikerjakan, suatu kenyataan yang membuatnya optimis dari pada jenis kecanduan yang pantas.
Kesejajaran antara teka-teki dan masalah sains yang normal akan di klasifikasikan sebagai
pemecahkannya.juga kaidah-kaidah yang membatasi sifat pemecahan yang dapat diterima maupun
langkah-langkah untuk memperolehnya.
B. Keunggulan Paradigma
Untuk menemukan hubungan antara kaidah, paradigma dan sains yang normal perlu di perhatikan terlebih
dahulu bagaimana histori yang mengisolasi tempat-tempat tertentu dari komitmen yang baru di jadikan
kaidah-kaidah yang di terima. Penyelidikan historis yang cermat terhadap suatu spesialitaspada masa
tertentu menyingkapkan seperangkat keterangan yang berulang-ulang yang di kuasai standart tentang
berbagai teori dalam penerapan konseptual, observasional dan instrumental. Tentu saja selain itu, sejarawan
akan menemukan daerah penumbrah yang ditempati pencapaian-pencapaian yang statusnya masih di
ragukan. Meskipun kadang-kadang terdapat ambiguitas Paradigma-Paradigma masyarakat sains yang
matang dapat di tentukan dengan relatif mudah.
Tujuan laporan-laporan riset untuk menemukan unsur-unsur yang dapat di isolasi secara gamblang atau
tersirat yang oleh masyarakat kemungkinan di ringkas dari paradigma yang lebih global dan di gunakan
sebagai kaidah-kaidah dalam riset. Mencari kaidah-kaidah lebih sukar ketimbang mencari paradigma,
diantara generalisasi yang di gunakan untuk melukiskan kepercayaan bersama dari masyarakat itu akan
menimbulkan masalah. Namun yang lainnya, termasuk yang digunakan sebagai ilustrasi akan tampak begitu
kuat. Dan jika perpaduan tradisi riset di pahami sebagai aspek kaidah-kaidah, harus ada rincian-rincian
tentang dasar bersama dalam bidan yang sesuai. Akibatnya, kumpulan pencarian kaidah yang berwenang
membentuk tradisi riset normal tertentu menjadi sumber frustasi yan radik dan berkesinambungan.
Para ilmuwan sepakat bahwa para tokoh-tokoh terdahulu (seperti Newton, dll red) telah menghasilkan
pemecahan yang tampaknya permanen bagi sekelompok masalah penting. Namun kadang-kadang tanpa
menyadarinya karakteristik-karakteristik abstrak tertentu yang menjadikan pemecahan itu permanen. Artinya,
mereka sepakat dalam identifikasi mereka tentang paradigma tanpa sepakat dalam bahkan berupaya
menghasilkan intepretasi dan rasionalisasi yang bulat tentang paradigma. Riset yang normal dapat di
tentukan sebagian oleh pemeriksaan langsung terhadap suatu paradigma. Dan suatu proses sering di bantu
tetapi tidak bergantung pada perumusan kaidah-kaidah asumsi. Suatu jenis yang sama dapat berlaku dalam
berbagai teknik dan masalah riset yang timbul dalam tradisi sains yang normal. Apa yang menjadi kesamaan
diantara mereka bukanlah menjadi hal yang dapat memenuhi suatu perangkat kaidah dan asumsi yang jelas
atau bahkan yang dapat di temukan seluruhnya, yaitu perangkat yang memberi karakter kepada tradisi yang
menyebabkan suatu tradisi mempunyai tempat dalam pikiran ilmiah. Akan tetapi mereka bisa mempunyai
pertalian karena kesamaan dan menjadi model bagi salah satu bagian dari sekelompok sains yang oleh
masyarakat telah diakui sebagai pencapaian-pencapaiannya yang telah mantap. Paradigma-paradigma
dapat menentukan sains yang normal tanpa adanya campur tangan kaidah-kaidah yang di temukan.
C. Anomali dan Munculnya Penemuan Sains
Penemuan-penemuan bukanlah peristiwa asing, melainkan epesode yang di perluas dengan struktur yang
terluang secara teratur. Penemuan di awali dengan kesadaran akan anomali (kelainan dari fenomena), yakni
dengan pengakuan bahwa alam dengan suatu cara telah melanggar pengharapan yang di dorong oleh
paradigma yang menguasai sains yang normal yang kemudian dengan eksplorasi yang di perluas pada
wilayah anomali dan akan berakhir jika teori paradigma telah di sesuaikan. Pengasimilasian suatu fakta jenis
baru menuntut pada penyesuaian tambahan teori yang juga erat sekali hubungannya antara faktual dengan
teoritis dalam penemuan ilmiah.
D. Krisis, munculnya Teori Sains dan Tanggapan
Setelah menemukan argumentasi bahwa dalam sains itu fakta dan teori, penemuan dan penciptaan tidak
berbeda menurut kategori serta secara permanen dapat diantisipasi adanya lingkup. Kesadaran akan
anomali memainkan peran dalam munculnya jenis-jenis gejala yang baru, maka tidak akan mengejutkan
bahwa kesadaran yang serupa, tetapi lebih mendalam. Merupakan prasyarat bagi semua perubahan teori
yang dapat diterima.
Sesudah mencapai status paradigma, teori sains hanya di nyatakan tidak sahih jika ada calon alternatif untuk
menggantikannya. Namun, tidak ada proses yang telah di singkapkan oleh study historis tentang
perkembangan sains yang mirip dengan steriotipe pemalsual yang metodologis dengan perbandingan
lansung dengan alam. Tindakan mempertimbangkan yang mengakibatkan para ilmuwan menolak teori yang
semula di terima, karena berdasarkan pada perbandingan teori dengan dunia. Menolak paradigma sekaligus
merupakan putusan untuk menerima yang lain dan pertimbangan yang mengakibatkan putusan itu
melibatkan perbandingan paradigma dengan alam ataupun satu sama yang lain. Dan alasan yang kedua,
untuk meragukan bahwa para ilmuwan menolak paradigma karena dihadapkan pada anomali-anomali atau
penggantinya. Alasan bagi keraguan semata-mata faktual, artinya alasan itu sendiri menggantikan teori
epistemologi yang berlaku dan hal ini dapat menciptakan krisis atau memperkuat krisis yang benar-benar
sudah ada.
prasyarat
bagi
revolusi.
Revolusi politik bertujuan mengubah lembaga-lembaga politik itu sendiri. oleh sebab itu, keberhasilannya
memerlukan pelepasan sebagian dari perangkat lembaga untuk di ganti oleh yang lain, dan masyarakat
tidak sepenuhnya di perintah oleh lembaga tersebut. Mula-mula hanya krisis yang mengurangi lembaga
politik, seperti menurunnya peran paradigma. Hal ini bertujuan berdemonstrasikan bahwa study historis
tentang perubahan paradigma menyingkap karakteristik yang mirip dalam evolusi sains. Seperti pemulihan
diantara lembaga-lembaga politik yang berkompetisi, pemilihan diantara pemerintah paradigma yang
bersaingan ternyata merupakan pemilihan diantara modus-modus kehidupan masyarakat yang bertentanan.
Karena yang memiliki karakter itu, pemilihannya tidak tidak dapat di tentukan dengan prosedur evaluatif yan
menjadi karakteristik yang normal, sebab tergantung pada paradigma tertentu dan paradigma itu sedang di
permasalahkan sebagaimana mestinya. Masuk pada debat paradigma maka perannya perlu sekuler untuk
membela paradigma itu, sekuleritas yang dilibatkan itu menyebabkan argumen-argumen salah bahkan tidak
berpengaruh.
Mengulang sejarah karena hasil riset sains tidak menunjukkan kebergantungan yang nyata pada konteks
historis dari ingkuiri, kecuali pada krisis dan revolusi karena kedudukan kontenporen ilmuan tampaknya
begitu kokoh. Penurunan nilai kenyataan sejarah secara mendalam, fungsional, berakal dalam ideologi sains
dan profesi yang sama yang memberikan nilai tertinggi pada rincian kenyataan jenis yang lain. Jiwa yang
tidak historis pada masyarakat sains ketika ia mengatakan, rugilah sains yang buruk melupakan
pendiriannya, namun ia tidak sepenuhnya benar karena sains kegiatan profesional lainmasih membutuhkan
pahlawan sendiri serta melestarikan nama-nama mereka.
Hasilnya adalah kecenderungan yang terus-menerus membuat sejarah sains tampil lurus atau komulativ,
bahkan mempengaruhi para ilmuan yang melihat kebelakang pada riset mereka sendiri.Sebenarnya
masalah itu tampaknya tefikirkan oleh kebersamaan dan tata cara pemecahannya tampak tidak terfikirkan
karya kreatifnya sendiri tidak terselesaikan. Hasilnya adalah reorientasi kearah bidang baru yang mengajari
para ahli untuk menyajikan pertanyaan dan mengambil kesimpulan dari data-data lama.
Merekalah yang mula-mula belajar melihat sains dan dunia dengan cara yang berbeda dan kemampuan
mereka untuk membuat transisi itu dimudahkan oleh keadaan yang tidak bisa anggota lain andil dalam
proesinya.Tampak berubah degan sungguh-sungguh difokuskan pada masalah-masalah yang merangsang
krisis dan kecenderungannya orang yang berbeda serta kemampuan untuk membuat transisi dimudahkan
oleh dua keadaan yang diluar keadaan yang diluar kebiasaan bagi kebanyakan anggota lain dari profesinya.
Biasanya mereka relatif muda atau baru dlam bidang yang dilanda krisis praktek dan kurang mendalam
pandangannya pada dunia dan kaidah-kaidah yang ditetapkan oleh paradigma lama. Pekerjaan riset adalah
pemecah teka-teki bukan untuk menguji paradigma. Sains berbeda dengan teka-teki dalam pemecahannya,
situasi pengujian tidak pernah terjadi semata-mata karena perbandingan suatu paradigma dan alam akan
tetapi terjadi karena adanya konpetesi diantara dua paradigma untuk memperebutkan dalam masyarakat
sains.
Perubahan-perubahan paradigma menyebabkan para ilmuan berbeda dalam memandang dua riset. Salah
satu jalan mereka kejalan itu melalui apayang mereka lihat.Prototipe-prototipe transformasi dunia ilmuan
yang elementer seperti inilah yang menyebabkan demonstrasi perubahan dalam gestan visual yang dikenal
sugestik. Setelah transformasi, meskipun biasanya bertahap dan hampir semuanya tidak dapat dibalikkan,
nampak hal yang umum menyertai latihan sains. Eksprimen-eksprimen gestalt menggambarkan sifat
transformasi persepsi tidak harus menerangkan peran paradigma atau eksprimen yang sebeumnya
diasimilasikan dalam proses persepsi. Akan tetapi, hal itu terdapat kumpulan pustaka dan psikologi yang
kaya.Subyek eksprimen yang mengen akan kaca mata yang dilengkapi lensa pembalik, mula-mula melihat
dunia terbalik keatas atau bahkan pada permulaanya berfungsi seperti fungsi yang lebih dilatihkan tampa
kaca mata yang akibatnya disorientasi yang ekstrim krisis personal yang gawat.