Anda di halaman 1dari 2

KAPITALISME DAN ASAL-USUL KAPITALISME (BAG.

I)
Apa Itu Kapitalisme?
Kapitalisme adalah sistem ekonomi di mana perdagangan, industri dan alat-alat produksi dikendalikan
oleh pemilik kapital (baik swasta maupun negara) dengan tujuan membuat keuntungan dalam ekonomi
pasar. Ciri-ciri yang berpusat pada kapitalisme termasuk akumulasi modal, pasar kompetitif dan kerja
upahan. Dalam ekonomi kapitalis, pihak yang bertransaksi biasanya menentukan harga di mana asset
(kapital/modal/faktor produksi), barang, dan jasa dipertukarkan (disebut dengan komoditas). Tingkat
persaingan, peran negara dalam keikutsertaan dan pengaturan, dan ruang lingkup kepemilikan publik
bermacam-macam di seluruh model yang berbeda dari kapitalisme. Para ekonom, ahli ekonomi politik,
dan sejarawan telah mengambil sudut pandang yang berbeda dalam penilaian mereka akan bentukbentuk dan berbagai kegiatan kapitalisme. Secara garis besar, kapitalisme dibagi menjadi: kapitalisme
laissez-faire (pasar bebas dimana peran negara atau lembaga publik minim dan tidak ada), kapitalisme
kesejahteraan (welfare capitalism) dan kapitalisme negara (state capitalism). Bentuk tersebut ditinjau
berdasarkan berbagai tingkat ketergantungan pada pasar, kepemilikan publik, dan penyertaan kebijakan
sosial.
Masa Pra-Sejarah Kapitalisme
Sistem kapitalisme modern berawal pada "krisis abad-14 di Eropa, dimana terjadi konflik antara
aristokrasi (kaum bangsawan) pemilik tanah dan para pekerja pertanian, yang disebut dengan serf
(pekerja mirip budak, yang tinggal, terikat dan harus bekerja di tanah yang dimiliki oleh bangsawan tuan
tanah). Krisis tersebut memiliki beberapa penyebab: Produktivitas pertanian mencapai keterbatasan
teknologi dan berhenti berkembang, cuaca buruk menyebabkan Kelaparan Besar dari 1315-1317, Black
Death (Wabah Sampar/Pes) di 1348-1350 menyebabkan turunnya laju populasi. Faktor-faktor ini
menyebabkan penurunan produksi pertanian. Menanggapi ancaman tersebut, Kaum Feodal berusaha
untuk memperluas produksi pertanian mereka dengan cara memperluas wilayah kekuasaan mereka
melalui peperangan, sehingga mereka menuntut lebih banyak upeti dari serf mereka untuk membayar
biaya peperangan.
Hubungan antara bangsawan dan serf menimbulkan masalah pada cara produksi, karena serf dipaksa
bekerja bagi bangsawan, serf tidak akan tertarik dalam perubahan cara kerja dan teknologi, karena serf
bekerja untuk bertahan hidup bagi diri dan keluarga mereka sendiri, serf tidak tertarik bekerja sama
satu sama lain. Disamping itu, karena bangsawan tidak memproduksi (lewat tenaga kerja serf) hasil-hasil
kerja untuk dijual di pasar, tidak ada tekanan persaingan bagi mereka untuk perubahan cara kerja dan
teknologi kerja. Karena bangsawan memperluas kekuasaan dan kekayaan mereka melalui cara-cara
militer, mereka menghabiskan kekayaan mereka pada peralatan militer atau untuk menjalin ikatan
kerjasama dengan bangsawan lainnya, mereka tidak memiliki cukup modal dan kepentingan untuk
dihabiskan dalam mengembangkan cara kerja dan teknologi kerja baru. Karena serf memberikan upeti
hasil kerja yang sebagian besarnya dalam bentuk bahan mentah dan dipergunakan untuk konsumsi
sendiri bagi para bangsawan, mereka tidak merasa perlu untuk mengembangkan pertukangan,
perdagangan dan penggunaan uang. Segera hal itu, memicu banyak serf untuk memberontak. Beberapa

pindah dari pedesaan ke kota-kota, beberapa membeli atau menyewa tanah, dan beberapa menjual
tenaga kerja mereka.
Karl Marx dalam Das Kapital Volume I, Bab 29, menggambarkan evolusi kelas dalam petani (dalam
bentuk yang dikenal di Eropa, terutama di Inggris) dari serf berubah menjadi peasant (petani penggarap
dimana bibit serta alat-alat pertukangan diberikan oleh tuan tanah bangsawan), kemudian berubah
menjadi metayer (petani penggarap yang memiliki sendiri bibit serta alat pertukangan), kemudian
berubah lagi menjadi farmer (petani penyewa atau pemilik tanah, yang mempekerjakan petani
penggarap). Farmer inilah cikal-bakal kelas borjuis, mereka memiliki keleluasaan dan kekuasaan atas
tanah, bibit serta perkakas kerja, mempekerjakan tenaga kerja bebas dan upahan, serta menukarkan
hasil atas produk mereka. Hasil dari penukaran produk mereka, dipergunakan untuk membayar sewa
dan upah tenaga kerja mereka, kelebihan dari proses pembayaran tersebut, yang tersisa untuk mereka
dipergunakan untuk menambah apa yang kita sebut sebagai modal. Karl Marx menyebut periode awal
ini sebagai masa pra-sejarah kapitalisme.

Anda mungkin juga menyukai