Cara Menghitung MMR
Cara Menghitung MMR
PENDAHULUAN
Ilmu Prostodonsi adalah cabang dari ilmu kedokteran gigi yang
mempelajari cara penggantian gigi yang hilang dengan suatu gigi tiruan (dental
prothesis). Berdasarkan jumlah gigi yang hilang dan diganti dengan gigi palsu
(artificial teeth), maka prostodonsia dibagi menjadi dua bagian yaitu : gigi tiruan
lengkap (full denture) dan gigi tiruan sebagian (partial denture). Gigi tiruan
sebagian (partial denture) dapat dibagi lagi menjadi gigi tiruan sebagian lepasan
(removable prosthodontics) dan gigi tiruan sebagian cekat (fixed prosthodontics).
Gigi tiruan lengkap (GTL) adalah gigi tiruan yang dibuat untuk
menggantikan semua gigi asli beserta bagian jaringan gusi yang hilang, karena
apabila seseorang telah hilang semua gigi geliginya, maka dapat menghambat
fungsi pengunyahan, fungsi fonetik, fungsi estetik dan dapat mempengaruhi
keadaan psikis. Tujuan pembuatan GTL adalah :
a. Merehabilitasi seluruh gigi yang hilang sehingga dapat memperbaiki atau
mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan, estetis dan psikis.
b. Memperbaiki kelainan, gangguan dan penyakit yang disebabkan oleh keadaan
edentulous.
Bagi seseorang yang telah kehilangan gigi geliginya, prosessus
alveolarisnya akan mengalami penyusutan yang disebut residual ridge.
Penyusutan alveolaris biasanya berjalan 2-3 minggu, tetapi ada yang sampai
berbulan-bulan. Pembuatan GTL akan mencegah pengerutan / atropi processus
alveolaris (residual ridge), mencegah berkurangnya vertikal dimensi yang
disebabkan turunnya otot-otot pipi karena tidak ada penyangga dan hilangnya
oklusi sentrik. Selama berfungsi rahang bawah (RB) berusaha berkontak dengan
rahang atas (RA) sehingga dengan tidak adanya gigi-gigi RA dan RB akan
menyebabkan hilangnya oklusi sentrik. Mandibula menjadi protusif dan hal ini
menyebabkan malposisi pada temporo-mandibula joint.
BAB II
ISI
Full denture (complete denture) atau gigi tiruan lengkap menurut Soelarko
dan Herman (1980), adalah suatu gigi tiruan yang menggantikan seluruh gigi pada
lengkung rahang sehingga dikenal dengan istilah upper full denture yaitu gigi
tiruan penuh rahang atas serta lower full denture yaitu gigi tiruan penuh rahang
bawah. Indikasi pembuatan gigi tiruan lengkap adalah :
a. Individu yang seluruh giginya telah tanggal atau dicabut.
b. Individu yang masih punya beberapa gigi yang harus dicabut karena kesehatan
atau kerusakan gigi yang masih ada tidak mungkin diperbaiki.
c. Bila dibuatkan GTS gigi yang masih ada akan mengganggu keberhasilannya.
d. Kondisi umum dan kondisi mulut sehat.
e. Ada persetujuan mengenai waktu, biaya dan prognosa yang akan diperoleh.
Pasien tidak bergigi mempunyai kecenderungan untuk memajukan
mandibula secara tidak sengaja dan berusaha untuk berkontak dengan rahang atas.
Hal ini dikarenakan adanya perubahan/pengurangan dimensi vertikal dan tidak
adanya sentrik posisi. Sehingga jika pasien dibuatkan gigi tiruan lengkap maka
dimensi vertikal dan physiological rest position akan kembali seperti pada saat
gigi asli ada.
Retensi dapat didefinisikan sebagai kekuatan menahan dari suatu gigi
tiruan terhadap daya lepas pada saat gigi tiruan tersebut dalam keadaan diam.
Pemeriksaan retensi dilakukan dengan memasangkan gigi tiruan kuat-kuat dalam
mulut dan mencoba melepaskannya dengan gaya tegak lurus terhadap bidang
oklusal. Bila gigi tiruan dapat bertahan terhadap gaya-gaya tersebut, berarti gigi
tiruan mempunyai retensi yang cukup. Gaya-gaya fisik yang berhubungan dengan
retensi GTL adalah :
1. Tekanan permukaan, meliputi gaya adhesi antara saliva dan gigi tiruan serta
mukosa.
2. Gaya-gaya dalam cairan, meliputi tegangan permukaan saliva, gaya-gaya
3
kohesi dalam cairan saliva, dan viskositas saliva, semua mempengaruhi retensi
gigi tiruan dan berhubungan erat dengan ketepatan kontak basis terhadap
jaringan
3. Tekanan atmosfer, yaitu tekanan atmosfer menahan gaya-gaya yang akan
melepaskan gigi tiruan asalkan ada peripherial seal yang utuh.
Menurut Basker dkk (1996), kekuatan retentif memberikan kekuatan
terhadap pengungkitan gigi tiruan dari mukosa pendukung dan bekerja melalui 3
permukaan gigi tiruan antara lain:
a. Permukaan oklusal (occlusal surface) : bagian permukaan gigi tiruan yang
berkontak atau hampir berkontak dengan permukaan yang sesuai pada gigi
tiruan lawan atau gigi asli.
b. Permukaan poles (polishing surface): bagian permukaan gigi tiruan yang
terbentang dari tepi gigi tiruan ke permukaan oklusal, termasuk permukaan
palatal. Bagian basis gigi tiruan inilah yang biasanya dipoles, termasuk
permukaan bukal dan lingual gigi-geligi, dan permukaan ini berkontak dengan
bibir, pipi, dan lidah.
c. Permukaan cetakan (finishing surface): bagian permukaaan gigi tiruan yang
konturnya ditentukan oleh cetakan. Bagian ini mencakup tepi gigi tiruan yang
terbentang ke permukaan poles.
Tekanan retentif yang berperan terhadap semua permukaan adalah tekanan otot
dan tekanan fisik.
Faktor retensi dan stabilisasi adalah faktor yang penting dalam
keberhasilan GTL. Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi GTL, terutama GTL
rahang atas:
1. Faktor fisis:
a. Peripherial seal, efektifitas peripherial seal sangat mempengaruhi efek
retensi dari tekanan atmosfer. Posisi terbaik peripherial seal adalah
disekeliling tepi gigi tiruan yaitu pada permukaan bukal gigi tiruan atas,
pada permukaan bukal dan lingual gigi tiruan bawah.
b. Postdam, diletakkan tepat disebelah anterior garis getar dari palatum molle
4
yang berguna untuk mendapatkan bentuk tiruan rahang manusia yang menirukan
gerakan rahang pada saat artikulasi.
Pembuatan base plate diklasifikasikan dalam 2 golongan (Jehl, 1959),
yaitu:
1. Temporer base, bila digunakan untuk perlekatan oklusal rim guna merestorasi
facial dari rahang atas dan rahang bawah.
2. Permanent base, berguna untuk mencatat posisi relasi rahang dan
menempatkan gigi-gigi.
Base plate adalah suatu bentuk sementara yang mewakili dasar gigi tiruan
dan digunakan untuk membuat Maxillo-Mandibular Record, menempatkan gigigigi dan untuk insersi ke dalam mulut. Sedangkan bite rim dibuat di atas base
plate yang telah dihaluskan dengan menggunakan modeling wax (Swenson,
1964). Base plate yang telah bergabung dengan bite rim disebut occlusal bite rim
atau tanggul gigitan. Kegunaan bite rim adalah:
1. Untuk melekatan gigi sebelum diganti dengan akrilik.
2. Untuk mencatat maxilo-mandibula relationship pada pasien
Bite rim atas harus sejajar dengan garis pupil dan bite rim harus kelihatan
kira-kira 2 mm di bawah garis bibir atas dan lehernya harus mengikuti general out
line processus alveolaris (Soelarko dan Wachijati, 1980).
Artikulator mounting artinya adalah memasang occlusal bite rim rahang
atas dan bawah dari mulut pasien ke artikulator bersama modelnya setelah
ditentukan dimensi vertikal maupun sentrik oklusinya (Soelarko dan Harman,
1980). Vertikal dimensi disebut juga tinggi gigitan, dapat dicapai dengan
mengukur jarak pupil dengan sudut mulut akan sama dengan jarak hidung dengan
dagu pasien (PM=HD) dalam keadaan oklusi sentris (Soelarko dan Harman,
1980). Menurut Itjiningsih (1996), pengukuran vertical dimensi terdapat 2 cara:
1. Dengan Willis bite gauge
Pada alat ini ada 3 bagian penting:
a. Fixed arm
b. Sliding arm
di bawah dagu
c. Verctical
orientation
gauge
:mempunyai
skala
dalam
mm/cm,
b. Jika cupsnya terlalu tinggi dalam oklusi sentris tetapi tidak dalam
oklusi eksentris, perdalam fossanya.
b. Pada sisi bawah yang mengimbangi, kurangi lereng bagian dalam cusp
facial/holding cusp gigi bawah
c. Dalam relasi protrusive, kurangi guiding cusp/cusp facial gigi-gigi atas
dan guiding cusp/cusp lingual gigi-gigi bawah
10
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTIFIKASI PASIEN
Nama
: Sumardiman
Umur
: 56 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Buruh swasta
Alamat
: Mangkuyudan MJ III/281
: S 080391
PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
Motivasi
CC
PI
PDH
PMH
11
telur negeri.
FH
Ayah :
PEMERIKSAAN OBYEKTIF
GENERAL :
Jasmani
: Sehat
Rohani
LOKAL
1. EKSTRA ORAL :
Wajah
Bibir
Pipi
Lnn
: tidak teraba
2. INTRA ORAL :
Mukosa
Palatum
Gingiva
Lidah
Keadaan gigi-gigi
b) Rahang Bawah
Posterior kiri
: sedang
Posterior kiri
: rendah
Anterior
: sedang
Anterior
: sedang
Posterior kanan
: sedang
Posterior kanan
: sedang
12
BAB IV
RENCANA PERAWATAN
Gambar-gambar batas anatomis
Rahang Atas
1. Frenulum labii superior
2. Ruggae palatina
3. Frenulum buccalis
4. Tuberositas maxillae
5. Hamular notch
6. Vibrating line
7. Processus alveolaris
8. Incisivus papilae
9. Fornix
10. Vovea palatine
Rahang Bawah
1. Frenulum labii inferior
2. Frenulum buccalis
3. Vestibulum buccalis
4. Retromolar pad
5. Frenulum lingualis
6. Processus alveolaris
7. Mylohyoid line
13
1. KUNJUNGAN I
a) Anamnesa dan pemeriksaan obyektif
b) Membuat cetakan studi model
Sendok cetak
Bahan cetak
Metode mencetak
: mucostatic
Stabilisasi
Relief area : tercakup semua baik rahang atas maupun rahang bawah
Bahan cetak
: Elastomer (Exaflec)
14
Metode mencetak
: mucodynamic
Cara mencetak
Rahang Atas
Bahan cetak diaduk kemudian dimasukkan ke dalam sendok atas
Masukkan sendok cetak ke dalam mulut dengan posisi operator
disamping kanan belakang.
Pasien mengucapkan ah untuk mencetak vibrating line.
Pasien mengucapkan oh untuk mencetak frenulum buccalis,
frenulum labialis superior.
Posisi dipertahankan sampai bahan cetak setting
Cetakan dilepas dan dicuci
Rahang Bawah
Bahan cetak diaduk kemudian dimasukkan ke dalam sendok bawah
Masukkan sendok cetak ke dalam mulut dengan posisi operator
disamping kanan depan.
Pasien diminta menjulurkan lidah untuk mencetak frenulum
lingualis.
Pasien mengucapkan oh untuk mencetak frenulum buccalis,
frenulum labialis inferior.
Posisi dipertahankan sampai bahan cetak setting
Cetakan dilepas, dicuci
c) Membuat base plate
Setelah diperoleh cetakan yang akurat, kemudian diisi dengan gips stone.
Setelah diperoleh model kerja, ditentukan batas tepi, relief area juga dibuat
postdam. Kemudian menurut batas-batas tersebut dibuat base plate dari
wax yang kemudian diganti dengan akrilik. Base plate yang diperoleh
dihaluskan dan di atasnya dibuat bite rim dari wax.
Batas tepi untuk rahang bawah adalah peripheral seal dibatasi fornik,
posterior seal dibatasi oleh 2/3 bagian trigonum retromolar dan media/lingua
15
dimensi
vertikal
dapat
dilakukan
dengan
17
mendapatkan posisi sentrik, bite rim diberi tanda tempat median line dan
garis ketawa.
Median line, garis ketawa, high lip line, low lip line ditentukan
kemudian dicek dengan cara pasien dinstruksikan untuk membuka dan
menutup mulut kemudian dilihat apakah garis tersebut sudah tepat dan
tetap kedudukannya dalam keadaan oklusi sentrik.
Rahang atas dan rahang bawah difiksasi dengan double V-groove
shape, caranya: dibuat V-groove pada rahang atas kira-kira P1 dan M1;
pada rahang bawah daerah V-groove dikurangi kira-kira 2 mm. Bite rim
rahang bawah diberi gulungan malam kecil yang telah dilunakkan dibawah
V-groove RA. V-groove pada RA diolesi vaselin. Rahang atas dan bawah
dikatupkan, mulut dilihat apakah V-groove dan kontranya sudah tepat,
kemudian lakukan membuka dan menutup berulang-ulang.
5. Pemasangan pada artikulator
Jenis artikulator yang digunakan adalah anatomical type yang disebut free
plane articulator.
Bagian-bagian articulator ini adalah: upper member, lower member,
incisal guide pin dan mounting table.
Cara kerja :
18
19
letaknya diantara
20
tonjol mesiopalatinal 6
relasi 6
terhadap 6
2.
3.
6. KUNJUNGAN VI
Try in seluruh gigi tiruan di atas malam dan kontur gusi tiruannya, lalu
dilakukan pengamatan pada :
a)
Oklusinya
b)
c)
d)
7. KUNJUNGAN VII
Setelah diganti dengan resin akrilik, protesa diinsersikan dalam mulut dan
diperhatikan :
1. Retensi
Di cek dengan menggerak-gerakkan pipi dan bibir, protesa lepas atau tidak.
2. Oklusi
Di cek ada tidaknya prematur kontak. Apabila oklusinya terganggu,
dilakukan grinding. Gangguan diketahui dengan kertas artikulasi yang
diletakkan pada oklusi, kemudian pasien disuruh menggerakkan gigi seperti
mengunyah. Pengurangan menggunakan hukum BULL dan MUDL
(pengurangan pada permukaan bukal dan mesial pada rahang atas dan
pengurangan permukaan lingual dan distal pada rahang bawah). Gangguan
diketahui dengan kertas artikulasi yang diletakkan pada oklusi, kemudian
pasien disuruh menggerakkan gigi seperti mengunyah.
3. Stabilisasi
Di cek saat mulut berfungsi, tidak boleh mengganggu mastikasi, penelanan,
bicara, ekspresi wajah dan sebagainya. Apabila sudah tidak ada gangguan,
maka protesa dapat dipolis.
Instruksi untuk pemeliharaan protesa :
23
24
BAB V
DISKUSI
Pasien merupakan laki-laki berusia 56 tahun dan datang ke poliklinik
untuk membuatkan gigi tiruan karena hilangnya seluruh gigi pada kedua
rahangnya. Kondisi pasien dan juga jaringan mulutnya baik, sehingga
memungkinkan untuk dilakukan perawatan dengan menggunakan GTL. Keadaan
residual ridge RA dan RB baik, sehingga dalam pembuatan GTL dapat diperoleh
retensi dan stabilisasi yang baik. Pasien sebelumnya belum pernah memakai GTL.
Retensi adalah kemampuan bertahan terhadap daya pelepasan, sedangkan
stabilisasi adalah kemampuan bertahan terhadap perpindahan tempat dan
goncangan. Besar kecilnya retensi dipengaruhi oleh :
1.
Pheripheral seal
2.
Posterior seal
3.
4.
5.
Untuk retensi yang baik maka harus memperhatikan faktor faktor sebagai
berikut:
1. Fitting surface
Model kerja harus berstruktur dan berelief sesuai dengan keadaan di dalam
mulut.
2. Ketebalan GTL
Ketebalan GTL RA dan RB tidak sama, yaitu protesa RB lebih tebal dibanding
protesa RA. Untuk menjaga stabilisasi yang baik harus memperhatikan:
a. polishing surface
25
b. occlusal surface
c. penyesuaian gigi-gigi tiruan
d. artikulasi
e. dimensi vertikal, apabila dimensi vertikal kurang maka gigi geligi tidak
tampak dan bila terlalu tinggi maka gigi geligi terlihat panjang dan tidak
baik.
Tujuan utama ketika melakukan penyesuaian oklusi ketika insersi adalah agar
tercapai oklusi yang seimbang (balance).
26
BAB VI
PROGNOSA
Prognosa dari pembuatan gigi tiruan lengkap ini diperkirakan baik,
dengan mempertimbangkan :
1) Oral hygine pasien baik
2) Jaringan pendukung sehat
3) Kesehatan umum pasien baik
4) Pasien kooperatif dan komunikatif
BAB VII
KESIMPULAN
Dalam pembuatannya, GTL harus dibuat melalui tahapan-tahapan
pekerjaan seperti yang telah ditentukan sehingga hasil akhir GTL dapat
mengembalikan fungsi gigi asli yang telah hilang seoptimal mungkin.
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka pasien dapat
dibuatkan GTL dan prognosa baik karena processus alveolaris RA dan RB masih
baik, kesehatan dan kebersihan mulut baik, pasien kooperatif dan komunikatif,
serta keinginan yang kuat dari pasien untuk memiliki gigi tiruan.
27
DAFTAR PUSTAKA
Basker., R. M., Davenport, J.C. and Tomlin, H. R., 1996, Perawatan
Prostodontik bagi Pasien Tak Bergigi ( terj. ), Edisi III, EGC, Jakarta.
Itjingningsih , W. H., 1996, Geligi Tiruan Lengkap Lepas, Cetakan III, EGC,
Jakarta.
Soelarko, R. M. dan Wachijati, H., 1980, Diktat Prostodonsia Full Denture, FKG
Unnpad, Bandung.
Swenson, M. G., 1960, Complete Denture, 5
Louis.
28
th