121 346 1 PB
121 346 1 PB
Total Fenol
(ppm)
7.7430.271a
9.6080.454b
8.4790.480a
25.5830.520a
25.6672.323a
28.0001.732a
IC50 (ppm)
542.66836.797a
581.01737.998a
610.264158.881a
Aktifitas
Antioksidan
(ppm)
7.7001.267a
7.4020.430a
5.9611.577a
Analisis kadar air awal pada bahan baku dilakukan untuk mengetahui kandungan air
yang terdapat pada bahan baku berupa simplisia. Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa nilai
kadar air pada simplisia cincau hitam dan bungur dengan berbagai macam proporsi sudah
sesuai dengan Fajriyah (2011) yang menyatakan bahwa kadar air simplisia tanaman obat
maksimal 10% [15]. Analisis total fenol awal dilakukan untuk mengetahui kandungan total
fenol awal pada bahan baku berupa simplisia, sehingga dapat diketahui kenaikan maupun
penurunan kandungan total fenol pada produk yang akan dihasilkan nantinya. Berdasarkan
Tabel 1 diketahui bahwa nilai total fenol pada simplisia berkisar antara 25.583 28.000 ppm
dikarenakan senyawa golongan fenol pada cincau hitam dan daun bungur masih belum
terekstrak pada simplisia.
Selain analisis kadar air dan total fenol, juga dilakukan analisis awal terhadap IC50
dilakukan untuk mengetahui aktifitas antioksidan awal pada simplisia dan filtrat sehingga
dapat diketahui kenaikan dan penurunan pada produk yang dihasilkan nantinya. Inhibition
concentration (IC50) dapat didefinisikan sebagai kosentrasi larutan sampel yang akan
menyebabkan reduksi terhadap aktivitas DPPH sebesar 50%. Semakin kecil nilai IC50 berarti
aktivitas antioksidannya semakin tinggi. Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan
sangat kuat apabila nilai IC50 kurang dari 50 ppm, kuat apabila nilai IC50 antara 50-100 ppm,
sedang apabila nilai IC50 berkisar antara 100-150 ppm, dan lemah apabila nilai IC50 berkisar
antara 150-200 ppm [16-17]. Aktifitas antioksidan pada cincau hitam dan daun bungur
diduga berasal dari kontribusi senyawa fenol yang terekstrak pada filtrat [18-19].
168
Gambar 1. Rata-rata kadar air suplemen berbasis cincau hitam dengan penambahan daun
bungur pada berbagai kombinasi perlakuan
Keterangan : Data merupakan rata-rata 3 kali ulangan
Nilai yang disertai dengan notasi yang berbeda menunjukkan berbeda nyata
pada uji Duncan (= 0,01)
P1=pelarut aquades, P2= pelarut etanol, P3=pelarut etil asetat,
C1= proporsi suplemen cincau hitam: daun bungur 1:0, C2 = 2:1, C3= 5:1
Gambar 2. Rata-rata total fenol suplemen berbasis cincau hitam dengan penambahan daun
bungur pada berbagai kombinasi perlakuan
Keterangan : Data merupakan rata-rata 3 kali ulangan
Nilai yang disertai dengan notasi yang berbeda menunjukkan berbeda nyata
pada uji Duncan (= 0,01)
P1=pelarut aquades, P2= pelarut etanol, P3=pelarut etil asetat,
C1= proporsi suplemen cincau hitam: daun bungur (1:0), C2 = 2:1, C3= 5:1
Berdasarkan rata-rata total fenol yang dihasilkan pada kombinasi perlakuan seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2, diketahui bahwa terdapat perbedaan sangat nyata antara
suplemen pelarut aquades proporsi 1:0 dengan produk yang dihasilkan dari semua
perlakuan. Namun perbedaan ini tidak didapatkan pada suplemen yang diekstrak
menggunakan pelarut aquades proporsi 2:1 dan 5:1 yang memiliki nilai total fenol yang
tertinggi. Hal ini dikarenakan ada kontribusi total fenol yang banyak terekstrak pada daun
bungur yang banyak mengandung senyawa polifenol [22]. Senyawa fenol yang terekstrak
pada suplemen dengan pelarut aquades proporsi 1:0 memiliki nilai lebih kecil dibandingkan
suplemen dengan pelarut aquades proporsi 2:1 dan 5:1. Hal ini dikarenakan tidak adanya
kontribusi dari senyawa fenol yang terdapat pada daun bungur. Namun, pada suplemen
yang dihasilkan dari pelarut aquades proporsi 1:0, nilai total fenol yang terukur masih lebih
tinggi dibandingkan suplemen yang dihasilkan dari pelarut etanol dan etil asetat karena sifat
pelarut aquades yang dapat melarutkan senyawa fenol yang terkandung pada cincau hitam.
Suplemen yang dihasilkan menggunakan pelarut etanol proporsi 1:0 berbeda sangat
nyata dengan proporsi 2:1dan 5:1. Namun perbedaan ini tidak didapatkan antara proporsi
2:1 dan 5:1. Total fenol yang dihasilkan pada suplemen yang dihasilkan menggunakan
pelarut etanol proporsi 1:0 lebih tinggi dibandingkan proporsi 2:1 dan 5:1 dikarenakan lebih
banyak senyawa fenol yang terekstrak pada cincau hitam dibandingkan dengan daun
bungur, sehingga daun bungur tidak memberikan banyak kontribusi pada proporsi 2:1 dan
5:1. Selain itu, nilai total fenol yang lebih kecil ini dimungkinkan karena dekstrin yang
ditambahkan pada suplemen tidak larut pada pelarut etanol sehingga saat pembuatan
larutan induk 1000 ppm menggunakan pelarut etanol, senyawa bioaktif yang terlindungi oleh
dekstrin tidak larut dan tidak terukur saat analisis.
170
IC50
Aktifitas Antioksidan
Aquades
Etanol
Etil Asetat
83.952 18.688a
79.867 21.786a
229.988 128.659b
48.270 10.414b
51.515 14.228b
23.216 12.331a
Berdasarkan uji lanjut BNT pada Tabel 2 terlihat bahwa IC50 suplemen yang
dihasilkan menggunakan pelarut etil asetat berbeda sangat nyata dengan aquades dan
etanol. Namun perbedaan ini tidak didapatkan pada suplemen yang dihasilkan
menggunakan pelarut aquades dan etanol. Inhibition concentration (IC50) dapat didefinisikan
sebagai kosentrasi larutan sampel yang akan menyebabkan reduksi terhadap aktivitas
DPPH sebesar 50%. Semakin kecil nilai IC50 berarti aktivitas antioksidannya semakin tinggi.
Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat apabila nilai IC50 kurang dari 0,05
mg/mL, kuat apabila nilai IC50 antara 0,05-0,10 mg/mL, sedang apabila nilai IC50 berkisar
antara 0,10-0,15 mg/mL, dan lemah apabila nilai IC50 berkisar antara 0,15-0,20 mg/mL. Nilai
IC50 yang dihasilkan pada produk sudah sesuai dengan yang diharapkan yaitu berkisar
antara 50-100 ppm yang dikategorikan sebagai antioksidan kuat. Namun pada pelarut etil
asetat tidak memiliki aktifitas antioksidan dikarenakan sedikitnya senyawa fenol yang
terekstrak karena etil asetat yang bersifat non polar. Senyawa fenol diduga berkontribusi
terhadap aktifitas antioksidan, sehingga ketika tidak ada senyawa fenol yang terekstrak
maka tidak ada pula aktifitas antioksidan didalam ekstrak tersebut. Begitu pula sebaliknya
apabila total fenol memiliki nilai yang tinggi maka aktivitas antioksidan cenderung meningkat
[23]. Hal ini didukung oleh pernyataan Masuda et al. (1992) yang menyatakan bahwa
senyawa fenol dikenal sebagai antioksidan alami karena memiliki properti penangkap radikal
yang menghasilkan aktivitas antioksidan [24].
Perlakuan Terbaik
Pemilihan perlakuan terbaik dipilih berdasarkan metode zeleny. Perlakuan terbaik
dipilih diantara pelarut aquades proporsi 1:0, 2:1 dan 5:1 dan pelarut etanol serta etil asetat
proporsi 1:0, 2:1 dan 5:1. Hal ini didasarkan pada kehidupan sehari-hari dimana masyarakat
secara empiris mengkonsumsi dan membuat obat-obatan secara tradisional menggunakan
aquades atau air. Sedangkan produk suplemen yang beredar yang di produksi oleh pabrik,
dibuat dengan mengekstrak bahan menggunakan pelarut organik (dalam penelitian ini
digunakan etanol dan etil asetat). Berikut merupakan hasil perlakuan terbaik pada
pembuatan suplemen berbasis cincau hitam dengan penambahan daun bungur.
171
Tabel 3. Kadar Air, Total Fenol dan Nilai IC50 Produk Suplemen Perlakuan Terbaik
Proporsi Cincau Hitam:
Total Fenol
Pelarut
Kadar Air (%)
IC50 (ppm)
Daun Bungur
(ppm)
Aquades
2:1
7.340.32
266.922.32
59.853.85
Etanol
1:0
6.030.23
100.3314.61
69.0420.89
SIMPULAN
Berdasarkan analisis yang dilakukan pada produk suplemen yang diekstrak
menggunakan pelarut aquades, etanol dan etil asetat proporsi 1:0, 2:1 dan 5:1,diketahui bahwa
perlakuan terbaik yaitu suplemen yang diekstrak menggunakan pelarut aquades proporsi 2:1
dan etanol 1:0. Parameter yang diuji (berturut-turut) meliputi kadar air 7.35% dan 6.03%, nilai
total fenol 266.92 ppm dan 100.33 ppm serta nilai IC5059.85 ppm dan 69.04 ppm.
DAFTAR PUSTAKA
1)
Nadimin. 2011. Pola makan, aktifitas fisik dan status gizi pegawai dinas kesehatan
Sulawesi Selatan. Media Gizi Pangan, 11 (1): 1-6
2)
Tony H., dan B. Suharto. 2005. Insulin, Glukagon dan Antidiabetik Oral. Dalam: Sulistia G.
Ganiswara. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Bagian Farmakologi Universitas
Indonesia: 467-81
3)
Baynes, J.W. 2003. Role of oxidative stress in diabetic complications. a new perspective on
an old paradigm. J.Diabetes, 48:1-9
4)
Melodita, R. 2011. Identifikasi Pendahuluan Senyawa Fitokimia dan Uji Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Daun Cincau Hitam (Mesona palustris BL.) dengan Perlakuan Jenis
Pelarut. Skripsi. Universitas Brawijaya: Malang
5)
Yen, G.C., and C.Y. Hung. 2000. Effect of alkaline and heat treatment on antioxidative
activity and total phenolics of extracts from hsian tsao (Mesona procumbens Hemsl.) J.Food
Res., 33:487-492
6)
Yen, G.C., P.D. Duh and Y.L. Hung. 2001. Contibutions of major components to the
antimutagenic effect of hsian-tsao (Mesona procumbens Hemsl). J.Agric.Food Chem.,
49:5000-5004
7)
Yeh, C.T., W.H. Huang, and G. C. Yen. 2008. Antihypertensive effects of hsian-tsao and its
active compound in spontaneously hypertensive rats. Science Direct Journal of Nutritional
Biochemistry : 001-010
8) Yang, M., Z.P.Xu, C.Xu, J.Meng, G. Ding, X. Zhang, and Y. Weng. 2008. Renal protective
activity of hsian-tsao extract in diabetic rats. J.Biomedical and Enviromental Sciences, 21:
222-227
9)
Hung, C.Y. and G.C. Yen. 2001. Extraction and Identification of Antioxidative Components
of Hsian-tsao (Mesona procumbens Hemsl.). Department of Food Science, National Chung
Hsing University, Academic Press. Taiwan, Republic of China. Lebensm.-Wiss. u.-Technol.,
34: 306-311
10) Toshihiro, M., S. Takagi and T. Ishida. 2012. Management of diabetes and its complications
with banaba (lagerstroemia speciosa l.) and corosolic acid. Review Article : 1-8
172
173