Anda di halaman 1dari 8

Suplemen Cincau Hitam dan Daun Bungur Arditiana, dkk

Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 1 p.166-173, Januari 2015

SUPLEMEN CINCAU HITAM DAN DAUN BUNGUR UNTUK KOLESTEROL,


HIPERTENSI DAN DIABETES
Supplements of Black Grass Jelly and Banaba Leaves to Treatment
Cholesterol, Hypertension, and Diabetes
Ayu Arditiana1, Nia Rochmawati1*, Puruhito Widinugroho1, Renny Dwi Puspitasari1, Tri
Dewanti Widyaningsih1
1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang
Jl. Veteran, Malang 65145
*Penulis Korespondensi, Email : niaarochmawati@gmail.com
ABSTRAK
Pengobatan penyakit degeneratif saat ini masih menggunakan obat kimiawi yang
memiliki efek samping. Cincau hitam (Mesona palustris BL) mengandung komponen aktif
seperti flavonoid, polifenol, glikosida saponin, terpenoid dan steroid, sedangkan daun
bungur (Lagerstroemia speciosa) mengandung ellagitannin dan asam korosolat. Hal ini
menjadikan peluang tanaman tersebut dapat dikembangkan menjadi suplemen. Tujuan
penelitian adalah untuk mengetahui perlakuan terbaik dalam pembuatan suplemen.
Penelitian menggunakan metode penelitian RAK dengan 2 faktor yaitu proporsi cincau hitam
: daun bungur (1:0; 2:1; 5:1) dan jenis pelarut (aquades, etanol dan etil asetat). Data
penelitian dianalisis menggunakan ANOVA dan apabila terdapat perbedaan maka
dilanjutkan dengan uji lanjut BNT atau DMRT dengan =1%. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perlakuan terbaik pada penelitian ini didapatkan pada produk suplemen yang
diekstrak menggunakan pelarut aquades proporsi 2:1 dan etanol proporsi 1:0 dengan kadar
air, total fenol dan IC50 berturut-turut adalah 7.34 %, 266.92 ppm, 59.85 ppm and 6.03 %,
100.33 ppm, 69.04 ppm.
Kata Kunci: Alami, Lagerstromia speciosa, Mesona palustris BL, Suplemen
ABSTRACT
Chemical therapies are the treatment of degenerative diseases which have side
effects. Mesona palustris BL is containing flavonoid, polyphenol, glycoside saponin,
terpenoid and steroid. Lagerstromia speciosa containing ellagitannin and corosolic acid.
Therefore, it makes grass jelly and banaba leaves can be used as supplements. The
purpose of this research is to know the best formulation. Design experiment used in this
study was factorial randomized block design with two factors. They are proportions of grass
jelly: banaba leaves (1:0; 2:1: 5:1) and solvents (aquades, ethanol and ethyl acetate). The
data obtained is analysed by ANOVA followed by post hoc tests ( = 1%). The following
results show that the best treatments are the proportion of grass jelly:banaba leaves of 2:1
and 1:0 extracted with aquades and ethanol, with the water content, total phenol and IC50
are 7.34 %, 266.92 ppm, 59.85 ppm and 6.03 %, 100.33 ppm, 69.04 ppm, respectively.
Keywords: Herbal, Lagerstromia speciosa; Mesona palustris BL; Supplement
PENDAHULUAN
Prevalensi penyakit degeneratif saat ini semakin meningkat dari tahun ketahun.
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada penduduk umur
18 tahun keatas di Indonesia adalah sebesar 31.7%, prevalensi stroke sebesar 8.3%,
prevalensi penyakit jantung adalah 7.2% dan prevalensi DM adalah 1.1%. Prevalensi
166

Suplemen Cincau Hitam dan Daun Bungur Arditiana, dkk


Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 1 p.166-173, Januari 2015
penyakit degeneratif tampak meningkat sesuai peningkatan umur responden [1]. Sejauh ini
penggunaan obat kimiawi sebagai jalur pengobatan penyakit degeneratif, sering
memberatkan pasien karena harga sediaan yang tergolong mahal. Selain itu pengobatan
kimia seperti obat glibenklamid untuk DM dapat memberikan efek samping seperti mual,
diare, hipersekresi asam lambung, vertigo, hipertiroidisme dan lain sebagainya [2]. Namun
perkembangan ilmu pengetahuan mengarahkan pada penemuan baru terhadap pengobatan
penyakit degeneratif, salah satunya adalah pemanfaatan antioksidan [3]
Cincau hitam (Mesona palustris BL) merupakan bahan pangan tradisional yang
mengandung antioksidan yang secara empiris berkhasiat sebagai obat. Beberapa
komponen aktif cincau hitam yang memiliki nilai fungsional di antaranya flavonoid, polifenol,
glikosida saponin, terpenoid dan steroid [4]. Berdasarkan hasil penelitian, cincau hitam
memiliki khasiat terhadap kerusakan DNA limfosit yang dipapar hidrogen peroksida dan
iradiasi ultraviolet [5], sebagai antimutagenik [6], sebagai antihipertensi [7], serta protektif
renal (ginjal) pada tikus diabetes [8]. Komponen aktif pada cincau hitam dapat diekstraksi
menggunakan berbagai macam pelarut seperti aquades, methanol dan etil asetat. Hung and
Yen (2001) dan Yeh et al. (2008) telah meneliti spesies cincau hitam yang lain yaitu
Mesona procumbens Hemsl., dan menyatakan bahwa hasil ekstraksi menggunakan pelarut
yang berbeda akan menghasilkan komponen aktif terlarut yang berbeda pula [9].
Selain cincau hitam, salah satu tumbuhan dari sekian banyak tanaman di Indonesia
yang juga mempunyai khasiat obat adalah daun bungur (Lagerstroemia speciosa). Daun
bungur memiliki kandungan kimia, seperti ellagitanin serta asam korosolat [10-11]. Beberapa
laporan penelitian menunjukkan adanya potensi ekstrak daun bungur dalam menurunkan
kadar glukosa darah pada tikus sebesar 20, 43%. Diharapkan cincau hitam dan daun
bungur dapat dikembangkan menjadi suplemen berbahan alami yang bermanfaat untuk
pengobatan penyakit degeneratif. Namun penelitian mengenai pembuatan suplemen
berbasis cincau hitam (Mesona palustris BL) dengan penambahan daun bungur
(Lagerstromia speciosa) belum pernah dilakukan, sehingga diperlukan penelitian mengenai
proporsi dan pelarut yang efektif dalam pembuatan suplemen tersebut.
BAHAN DAN METODE
Bahan Baku (Simplisia)
Simplisia Mesona palustris BL dibeli dari petani di Magetan, Jawa Tengah - Indonesia.
Sedangkan daun bungur (Lagerstoemia speciosa) didapatkan dari halaman Universitas
Brawijaya, Malang-Jawa Timur. Simplisia kedua bahan tersebut didapatkan pada bulan
Agustus 2013.
Bahan Kimia
Aquades, Etanol 70% dan 96%, etil asetat, dekstrin, reagen folin ciocalteau, dan Na2CO3
dibeli di Toko Kimia Makmur Sejati. Sedangkan reagen radikal DPPH (1,1-diphenyl-2picrylhydrazyl) didapatkan dari Laboratorium Biokimia dan Analisis Pangan, Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya.
Pembuatan Suplemen
Bahan baku cincau hitam dan daun bungur yang telah dikeringkan dan diperbesar luas
permukaannya menggunakan blender kemudian di ekstrak menggunakan tiga macam
pelarut. Pelarut dan metode ekstraksi yang digunakan yaitu aquades menggunakan metode
infusa pada suhu 100oC selama dua jam dan etanol serta etil asetat menggunakan metode
maserasi selama 3 x 24 jam. Ekstrak yang diperoleh selanjutnya dievaporasi pada suhu
50oC hingga diperoleh ekstrak kental 20% dari volume awal (v/v) dan selanjutnya ekstrak
kental dikeringkan menggunakan oven kering pada suhu 50oC setelah ditambahkan dekstrin
sebanyak 5%. Serbuk suplemen cincau hitam dan daun bungur yang dihasilkan kemudian
di timbang sesuai proporsi cincau hitam : daun bungur yang ditentukan yaitu 1:0, 2:1 dan
5:1.
167

Suplemen Cincau Hitam dan Daun Bungur Arditiana, dkk


Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 1 p.166-173, Januari 2015

Analisis Fisik dan Kimia Suplemen


Produk suplemen yang telah dikeringkan kemudian dianalisis fisik berupa kadar air [12],
serta analisis kimia berupa total fenol [13], IC50 serta aktifitas antioksidannya [14].
Analisis Statistika
Data dianalisis dengan analisis ragam dengan menggunakan Analysis of Varian (ANOVA)
dengan selang kepercayaan 1%, untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pada tiap
perlakuan. Apabila hasil uji menunjukkan terdapat beda sangat nyata pada interaksi kedua
perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT (Duncans Multiple Range Test)
dengan selang kepercayaan1%. Sedangkan apabila tidak terdapat interaksi namun disalah
satu perlakuan atau keduanya terdapat beda sangat nyata, maka dilanjutkan dengan uji
lanjut BNT (Beda Nyata Terkecil) dengan selang kepercayaan 1%. Pemilihan perlakuan
terbaik menggunakan Indeks Efektivitas (Metode Zeleny).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bahan Baku
Bahan baku pembuatan suplemen pada penelitian ini yaitu cincau hitam (Mesona palustris
BL) dan daun bungur (Lagerstroemia speciosa) dalam bentuk simplisia. Bahan baku pada
proses pembuatan suplemen terlebih dahulu dianalisis, yang bertujuan untuk mengetahui
kandungan awal yang terdapat pada bahan baku. Parameter yang diujikan terhadap bahan
baku antara lain meliputi analisis kadar air, total fenol, IC50 dan aktifitas antioksidan pada
konsentrasi 80 ppm. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Analisis Bahan Baku
Proporsi
Cincau :
Bungur
1:0
2:1
5:1

Kadar Air (%)

Total Fenol
(ppm)

7.7430.271a
9.6080.454b
8.4790.480a

25.5830.520a
25.6672.323a
28.0001.732a

IC50 (ppm)
542.66836.797a
581.01737.998a
610.264158.881a

Aktifitas
Antioksidan
(ppm)
7.7001.267a
7.4020.430a
5.9611.577a

Analisis kadar air awal pada bahan baku dilakukan untuk mengetahui kandungan air
yang terdapat pada bahan baku berupa simplisia. Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa nilai
kadar air pada simplisia cincau hitam dan bungur dengan berbagai macam proporsi sudah
sesuai dengan Fajriyah (2011) yang menyatakan bahwa kadar air simplisia tanaman obat
maksimal 10% [15]. Analisis total fenol awal dilakukan untuk mengetahui kandungan total
fenol awal pada bahan baku berupa simplisia, sehingga dapat diketahui kenaikan maupun
penurunan kandungan total fenol pada produk yang akan dihasilkan nantinya. Berdasarkan
Tabel 1 diketahui bahwa nilai total fenol pada simplisia berkisar antara 25.583 28.000 ppm
dikarenakan senyawa golongan fenol pada cincau hitam dan daun bungur masih belum
terekstrak pada simplisia.
Selain analisis kadar air dan total fenol, juga dilakukan analisis awal terhadap IC50
dilakukan untuk mengetahui aktifitas antioksidan awal pada simplisia dan filtrat sehingga
dapat diketahui kenaikan dan penurunan pada produk yang dihasilkan nantinya. Inhibition
concentration (IC50) dapat didefinisikan sebagai kosentrasi larutan sampel yang akan
menyebabkan reduksi terhadap aktivitas DPPH sebesar 50%. Semakin kecil nilai IC50 berarti
aktivitas antioksidannya semakin tinggi. Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan
sangat kuat apabila nilai IC50 kurang dari 50 ppm, kuat apabila nilai IC50 antara 50-100 ppm,
sedang apabila nilai IC50 berkisar antara 100-150 ppm, dan lemah apabila nilai IC50 berkisar
antara 150-200 ppm [16-17]. Aktifitas antioksidan pada cincau hitam dan daun bungur
diduga berasal dari kontribusi senyawa fenol yang terekstrak pada filtrat [18-19].
168

Suplemen Cincau Hitam dan Daun Bungur Arditiana, dkk


Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 1 p.166-173, Januari 2015
Kadar Air
Kadar air merupakan salah satu parameter penting dalam produk yang dihasilkan
melalui proses pengeringan. Hal ini berkaitan dengan masa simpan dan keawetan dari
produk yang dihasilkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap kadar air produk,
diketahui bahwa kadar air produk suplemen berbasis cincau hitam dengan penambahan
daun bungur yang diekstrak dari berbagai macam pelarut memiliki kadar air antara 3.242
7.432 %.
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis pelarut dan proporsi cincau hitam :
daun bungur memberi pengaruh sangat nyata (=0,01) pada kadar air produk suplemen,
interaksi kedua perlakuan juga berpengaruh sangat nyata terhadap kadar air suplemen yang
dihasilkan.

Gambar 1. Rata-rata kadar air suplemen berbasis cincau hitam dengan penambahan daun
bungur pada berbagai kombinasi perlakuan
Keterangan : Data merupakan rata-rata 3 kali ulangan
Nilai yang disertai dengan notasi yang berbeda menunjukkan berbeda nyata
pada uji Duncan (= 0,01)
P1=pelarut aquades, P2= pelarut etanol, P3=pelarut etil asetat,
C1= proporsi suplemen cincau hitam: daun bungur 1:0, C2 = 2:1, C3= 5:1

Seperti yang ditunjukkan Gambar 1, terdapat perbedaan sangat nyata antara


perlakuan jenis pelarut etil asetat dengan jenis pelarut aquades dan etanol pada berbagai
proporsi. Suplemen yang dihasilkan dari pelarut aquades dengan proporsi 2:1 tidak berbeda
nyata dengan suplemen yang dihasilkan dari pelarut aquades dengan proporsi 5:1. Kadar air
produk suplemen yang dihasilkan dari pelarut aquades pada proporsi 2:1 dan 5:1 paling
tinggi dibandingkan kadar air produk lainnya. Hal ini dikarenakan pada proporsi 2:1 dan 5:1
terdapat daun bungur yang memiliki kadar air yang lebih tinggi dibandingkan dengan cincau
hitam, karena proses pengeringan daun bungur menggunakan sistem kering angin tanpa
terkena sinar matahari untuk mempertahankan kandungan fenol dalam daun tersebut.
Suplemen yang dihasilkan dari pelarut aquades dengan proporsi 1:0 tidak berbeda nyata
dengan suplemen yang dihasilkan dari pelarut etanol dengan proporsi 1:0, 2:1 dan 5:1.
Sedangkan pada suplemen yang dihasilkan dari pelarut etil asetat tidak berbeda nyata
antara proporsi 1:0, 2:1 dan 5:1. Suplemen yang dihasilkan dari ekstraksi menggunakan
pelarut etil asetat memiliki nilai kadar air yang lebih kecil dibandingkan suplemen yang
dihasilkan dari pelarut lainnya dikarenakan sifat etil asetat yang mampu mengikat air [20].
Total Fenol
Polifenol merupakan salah satu kategori terbesar dari fitokimia dan paling banyak
penyebarannya di antara kingdom tanaman. Senyawa golongan fenol diketahui sangat
berperan terhadap aktivitas antioksidan, semakin besar kandungan senyawa golongan fenol
maka semakin besar aktivitas antioksidan. Metode folin ciocalteu adalah salah satu metode
termudah untuk mengukur kandungan total fenol. Metode ini berdasarkan kemampuan
169

Suplemen Cincau Hitam dan Daun Bungur Arditiana, dkk


Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 1 p.166-173, Januari 2015
reagen Folin-Ciocalteu mengoksidasi gugus hidroksil (OH-) dari senyawa golongan fenol dan
menghasilkan perubahan warna yang diukur pada absorbansi 750 nm [21]. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan terhadap total fenol produk, diketahui bahwa total fenol yang
terukur pada produk suplemen berbasis cincau hitam dengan penambahan daun bungur
yang diekstrak dari berbagai macam pelarut memiliki total fenol yang beragam yaitu berkisar
antara 11.250 261.917 ppm. Hasil penentuan kandungan total fenol didasarkan pada
persaman kurva standar asam kafeat yaitu y = 0.004x 0.033 (R2 = 0.997). Hasil analisis
ragam menunjukkan bahwa jenis pelarut memberi pengaruh sangat nyata (=0,01) pada
total fenol produk suplemen, interaksi kedua perlakuan juga berpengaruh sangat nyata
terhadap nilai total fenol suplemen yang dihasilkan. Namun proporsi suplemen dan daun
bungur tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap total fenol yang terukur.

Gambar 2. Rata-rata total fenol suplemen berbasis cincau hitam dengan penambahan daun
bungur pada berbagai kombinasi perlakuan
Keterangan : Data merupakan rata-rata 3 kali ulangan
Nilai yang disertai dengan notasi yang berbeda menunjukkan berbeda nyata
pada uji Duncan (= 0,01)
P1=pelarut aquades, P2= pelarut etanol, P3=pelarut etil asetat,
C1= proporsi suplemen cincau hitam: daun bungur (1:0), C2 = 2:1, C3= 5:1

Berdasarkan rata-rata total fenol yang dihasilkan pada kombinasi perlakuan seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 2, diketahui bahwa terdapat perbedaan sangat nyata antara
suplemen pelarut aquades proporsi 1:0 dengan produk yang dihasilkan dari semua
perlakuan. Namun perbedaan ini tidak didapatkan pada suplemen yang diekstrak
menggunakan pelarut aquades proporsi 2:1 dan 5:1 yang memiliki nilai total fenol yang
tertinggi. Hal ini dikarenakan ada kontribusi total fenol yang banyak terekstrak pada daun
bungur yang banyak mengandung senyawa polifenol [22]. Senyawa fenol yang terekstrak
pada suplemen dengan pelarut aquades proporsi 1:0 memiliki nilai lebih kecil dibandingkan
suplemen dengan pelarut aquades proporsi 2:1 dan 5:1. Hal ini dikarenakan tidak adanya
kontribusi dari senyawa fenol yang terdapat pada daun bungur. Namun, pada suplemen
yang dihasilkan dari pelarut aquades proporsi 1:0, nilai total fenol yang terukur masih lebih
tinggi dibandingkan suplemen yang dihasilkan dari pelarut etanol dan etil asetat karena sifat
pelarut aquades yang dapat melarutkan senyawa fenol yang terkandung pada cincau hitam.
Suplemen yang dihasilkan menggunakan pelarut etanol proporsi 1:0 berbeda sangat
nyata dengan proporsi 2:1dan 5:1. Namun perbedaan ini tidak didapatkan antara proporsi
2:1 dan 5:1. Total fenol yang dihasilkan pada suplemen yang dihasilkan menggunakan
pelarut etanol proporsi 1:0 lebih tinggi dibandingkan proporsi 2:1 dan 5:1 dikarenakan lebih
banyak senyawa fenol yang terekstrak pada cincau hitam dibandingkan dengan daun
bungur, sehingga daun bungur tidak memberikan banyak kontribusi pada proporsi 2:1 dan
5:1. Selain itu, nilai total fenol yang lebih kecil ini dimungkinkan karena dekstrin yang
ditambahkan pada suplemen tidak larut pada pelarut etanol sehingga saat pembuatan
larutan induk 1000 ppm menggunakan pelarut etanol, senyawa bioaktif yang terlindungi oleh
dekstrin tidak larut dan tidak terukur saat analisis.
170

Suplemen Cincau Hitam dan Daun Bungur Arditiana, dkk


Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 1 p.166-173, Januari 2015

Aktifitas Antioksidan dan IC50


Berdasarkan hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa ada pengaruh sangat
nyata ( = 0.01) jenis pelarut terhadap nilai IC50 yang dihasilkan. Sedangkan proporsi dan
interaksi diantara keduanya tidak memberikan pengaruh nyata terhadap nilai IC50.
Tabel 2 Rata-rata nilai IC50 suplemen berbasis cincau hitam dengan penambahan daun
bungur akibat perlakuan pelarut
Pelarut

IC50

Aktifitas Antioksidan

Aquades
Etanol
Etil Asetat

83.952 18.688a
79.867 21.786a
229.988 128.659b

48.270 10.414b
51.515 14.228b
23.216 12.331a

Keterangan : Data merupakan rata-rata 3 kali ulangan


Nilai yang disertai dengan notasi yang berbeda menunjukkan berbeda nyata
pada uji BNT (= 0,05 dan 0,01)

Berdasarkan uji lanjut BNT pada Tabel 2 terlihat bahwa IC50 suplemen yang
dihasilkan menggunakan pelarut etil asetat berbeda sangat nyata dengan aquades dan
etanol. Namun perbedaan ini tidak didapatkan pada suplemen yang dihasilkan
menggunakan pelarut aquades dan etanol. Inhibition concentration (IC50) dapat didefinisikan
sebagai kosentrasi larutan sampel yang akan menyebabkan reduksi terhadap aktivitas
DPPH sebesar 50%. Semakin kecil nilai IC50 berarti aktivitas antioksidannya semakin tinggi.
Suatu senyawa dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat apabila nilai IC50 kurang dari 0,05
mg/mL, kuat apabila nilai IC50 antara 0,05-0,10 mg/mL, sedang apabila nilai IC50 berkisar
antara 0,10-0,15 mg/mL, dan lemah apabila nilai IC50 berkisar antara 0,15-0,20 mg/mL. Nilai
IC50 yang dihasilkan pada produk sudah sesuai dengan yang diharapkan yaitu berkisar
antara 50-100 ppm yang dikategorikan sebagai antioksidan kuat. Namun pada pelarut etil
asetat tidak memiliki aktifitas antioksidan dikarenakan sedikitnya senyawa fenol yang
terekstrak karena etil asetat yang bersifat non polar. Senyawa fenol diduga berkontribusi
terhadap aktifitas antioksidan, sehingga ketika tidak ada senyawa fenol yang terekstrak
maka tidak ada pula aktifitas antioksidan didalam ekstrak tersebut. Begitu pula sebaliknya
apabila total fenol memiliki nilai yang tinggi maka aktivitas antioksidan cenderung meningkat
[23]. Hal ini didukung oleh pernyataan Masuda et al. (1992) yang menyatakan bahwa
senyawa fenol dikenal sebagai antioksidan alami karena memiliki properti penangkap radikal
yang menghasilkan aktivitas antioksidan [24].
Perlakuan Terbaik
Pemilihan perlakuan terbaik dipilih berdasarkan metode zeleny. Perlakuan terbaik
dipilih diantara pelarut aquades proporsi 1:0, 2:1 dan 5:1 dan pelarut etanol serta etil asetat
proporsi 1:0, 2:1 dan 5:1. Hal ini didasarkan pada kehidupan sehari-hari dimana masyarakat
secara empiris mengkonsumsi dan membuat obat-obatan secara tradisional menggunakan
aquades atau air. Sedangkan produk suplemen yang beredar yang di produksi oleh pabrik,
dibuat dengan mengekstrak bahan menggunakan pelarut organik (dalam penelitian ini
digunakan etanol dan etil asetat). Berikut merupakan hasil perlakuan terbaik pada
pembuatan suplemen berbasis cincau hitam dengan penambahan daun bungur.

171

Suplemen Cincau Hitam dan Daun Bungur Arditiana, dkk


Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 1 p.166-173, Januari 2015

Tabel 3. Kadar Air, Total Fenol dan Nilai IC50 Produk Suplemen Perlakuan Terbaik
Proporsi Cincau Hitam:
Total Fenol
Pelarut
Kadar Air (%)
IC50 (ppm)
Daun Bungur
(ppm)
Aquades

2:1

7.340.32

266.922.32

59.853.85

Etanol

1:0

6.030.23

100.3314.61

69.0420.89

SIMPULAN
Berdasarkan analisis yang dilakukan pada produk suplemen yang diekstrak
menggunakan pelarut aquades, etanol dan etil asetat proporsi 1:0, 2:1 dan 5:1,diketahui bahwa
perlakuan terbaik yaitu suplemen yang diekstrak menggunakan pelarut aquades proporsi 2:1
dan etanol 1:0. Parameter yang diuji (berturut-turut) meliputi kadar air 7.35% dan 6.03%, nilai
total fenol 266.92 ppm dan 100.33 ppm serta nilai IC5059.85 ppm dan 69.04 ppm.
DAFTAR PUSTAKA
1)

Nadimin. 2011. Pola makan, aktifitas fisik dan status gizi pegawai dinas kesehatan
Sulawesi Selatan. Media Gizi Pangan, 11 (1): 1-6
2)
Tony H., dan B. Suharto. 2005. Insulin, Glukagon dan Antidiabetik Oral. Dalam: Sulistia G.
Ganiswara. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Bagian Farmakologi Universitas
Indonesia: 467-81
3)
Baynes, J.W. 2003. Role of oxidative stress in diabetic complications. a new perspective on
an old paradigm. J.Diabetes, 48:1-9
4)
Melodita, R. 2011. Identifikasi Pendahuluan Senyawa Fitokimia dan Uji Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Daun Cincau Hitam (Mesona palustris BL.) dengan Perlakuan Jenis
Pelarut. Skripsi. Universitas Brawijaya: Malang
5)
Yen, G.C., and C.Y. Hung. 2000. Effect of alkaline and heat treatment on antioxidative
activity and total phenolics of extracts from hsian tsao (Mesona procumbens Hemsl.) J.Food
Res., 33:487-492
6)
Yen, G.C., P.D. Duh and Y.L. Hung. 2001. Contibutions of major components to the
antimutagenic effect of hsian-tsao (Mesona procumbens Hemsl). J.Agric.Food Chem.,
49:5000-5004
7)
Yeh, C.T., W.H. Huang, and G. C. Yen. 2008. Antihypertensive effects of hsian-tsao and its
active compound in spontaneously hypertensive rats. Science Direct Journal of Nutritional
Biochemistry : 001-010
8) Yang, M., Z.P.Xu, C.Xu, J.Meng, G. Ding, X. Zhang, and Y. Weng. 2008. Renal protective
activity of hsian-tsao extract in diabetic rats. J.Biomedical and Enviromental Sciences, 21:
222-227
9)
Hung, C.Y. and G.C. Yen. 2001. Extraction and Identification of Antioxidative Components
of Hsian-tsao (Mesona procumbens Hemsl.). Department of Food Science, National Chung
Hsing University, Academic Press. Taiwan, Republic of China. Lebensm.-Wiss. u.-Technol.,
34: 306-311
10) Toshihiro, M., S. Takagi and T. Ishida. 2012. Management of diabetes and its complications
with banaba (lagerstroemia speciosa l.) and corosolic acid. Review Article : 1-8
172

Suplemen Cincau Hitam dan Daun Bungur Arditiana, dkk


Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No 1 p.166-173, Januari 2015
11) Hernawan,U.E, Sutarno dan Ahmad, D.S. 2004. Aktifitas hipoglikemik dan hipolipidemik
ekstrak air daun bungur (Lagerstroemia speciosa) terhadap tikus diabetik. J.Biofarma, 2 (1):
15-23
12) AOAC. 1984. Official Method of Analysis. Association Official Agriculture Chemist: USA
13) Andarwulan, N. and Shetty, K. 2000. Stimulation of novel phenolic metabolite, epoxypsuedoisoeugenol-(2 methylbutyrate) [epb], in transformed anise (pimpinella anisum l.) root
cultures by fish protein hydrolysates. J.Food Biotechnology, 14:1-20
14) Hatano T., Edamatsu R., Hiramitsu M., Mori A., Fujita Y., Yasuhara T., Yoshida T., and
Okuda T. 1989. Effect of the interaction of tannins with co-existing substances. vi. Effect of
tannins and related polyphenols on superoxide anion radical and on 1, 1-diphenyl-2picrylhidrazil radical. J.Chem. Pharm. Bull, 37:2016-2021
15) Fajriyah, S. 2011. Pembuatan Simplisia dan Standarisasi Mutu Simplisia. Tanggal Akses 19
november 2012. www.shofipunya.wordpress.com.
16) Molyneux, P. 2004. The use of stable free radical diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for
estimating antioxidant activity. Journal of Science Technology 26 (2): 211-219
17) Kiessoun K., Souza A., Meda N.T.R., Coulibaly A.Y., Kiendrebeogo M., Lamien-Meda A.,
Lamidi M., Millogo-Rasolodimby J., and Nacoulma O.G. 2010. Polyphenol contents,
antioxidant and anti-inflammatory activities of six malvaceae species traditionally used to
treat hepatitis b in Burkina Faso. European Journal of Scientific Research, 44(4): 570-580
18) Shahwar D., Shafiq-ur-Rehman, Ahmad N., Ullah S., and Raza M.A. 2010. Antioxidant
activities of the selected plants from the family euphorbiaceae, lauraceae, malvaceae and
balsaminaceae. African Journal of Biotechnology, 9(7): 1086-1096
19) Budavari, S., M. Windholz, R.F. Blumetti, and E.S. Otterbein. 1983. The Merck Index, an
Encyclopedia of Chemicals, Drugs, and Bioligicals. 10th Edition. Merck and Co., Inc.: New
Jersey
20) Agbor, G.A., J.E. Oben, J.Y. Ngogang, C.Xinxing, and J.A.Vinson. 2005. Antioxidant
capacity of some herbs/spices from Cameroon: a comparative study of two methods.
Journal of Agricultural and Food Chemistry, 53 (17): 6819-6824
21) Hayashi, T., H. Maruyama, R. Kasai. K. Hattori, S. Takasuga, O. Hazeki, K. Yamasaki, and
T. Tanaka. 2002. Ellagitanins from Lagerstroemia speciosa as activators of glucose
transport in fat cells. J.Planta Medica, 68: 173-175
22) Pinsirodom, P., J. Rungcharoen and A. Liummi. 2010. Quality Of Commercial Wine
Vinegars Evaluated On The Basis Of Total Polyphenol Content And Antioxidant Properties.
Tanggal
Akses
30
September
2012.
http://www.ajofai.info/Abstract/Quality%20of%20commercial%2s.pdf
23) Masuda, T., J. Isobe, A. Jitoe and N. Nakatani. 1992. Antioxidative curcuminoids from
rhizomes of Curcuma xanthorrhiza. J.Phytochemistry, 31 (10): 3645-3647

173

Anda mungkin juga menyukai