Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMATEMESIS MELENA
DI RUANGAN TANJUNG (PDP) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ULIN
BANJARMASIN

Oleh
Hengki Hanggara
NOM
011016 D3KI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUAMMADIYAH


BANJARMASIN
PROGRAM STUDY D3 KEPERAWATAN KELAS INTERNASIONAL
2013-2014

ANATOMI DAN FISIOLOGI LAMBUNG


lambung dalam bahasa medisnya yaitu gaster, lambung merupakan salah
satu organ Pencernaan yang terdapat dalam tubuh manusia. untuk lebih jelasnnya
apa itu lambung atau gaster, aku akan membahas anatomi lambung terlebih
dahulu. tidak hanya anatomi lambung, disini aku juga akan membahas fisiologi
lambung atau lebih komplitnya aku akan membahas Anatomi dan Fisiologi
Lambung. anatomi dan fisiologi lambung yang aku bahas di sini meliputi: lapisan
lambung, persarafan dan aliran darah pada lambung, fungsi motorik dari lambung,
fungsi pencernaan dari lambung, fungsi sekresi dari lambung, Proses pencernaan
makanan di lambung, serta enzim dan hormon yang berperan dalam pencernaan di
lambung. lanjung aja yah anda baca di bawah ini mengenai anatomi fisiologi
lambung.
Anatomi Lambung (Gaster)

Gaster terletak di bagian atas abdomen, terbentang dari permukaan bawah arcus
costalis sinistra sampai regio epigastrica an umbilicalis. Sebagian besar gaster
terletak di bawah costae bagian bawah. Secara kasar gaster berbentuk huruf J dan
mempunyai dua lubang, ostium cardiacum dan ostium pyloricum; dua curvatura,

curvatura major dan curvatura minor; dan dua dinding, paries anterior dan paries
posterior.
Secara umum lambung di bagi menjadi 3 bagian:
1. kardia/kelenjar jantung ditemukan di regia mulut jantung. Ini hanya mensekresi
mukus
2. fundus/gastric terletak hampir di seluruh corpus, yang mana kelenjar ini
memiliki tiga tipe utama sel, yaitu :

Sel zigmogenik/chief cell, mesekresi pepsinogen. Pepsinogen ini diubah


menjadi pepsin dalam suasana asam. Kelenjar ini mensekresi lipase dan
renin lambung yang kurang penting.

Sel parietal, mensekresi asam hidroklorida dan factor intrinsic. Faktor


intrinsic diperlukan untuk absorbsi vitamin B12 dalam usus halus.

Sel leher mukosa ditemukan pada bagian leher semua kelenjar lambung.
Sel ini mensekresi barier mukus setebal 1 mm dan melindungi lapisan
lambung terhadap kerusakan oleh HCL atau autodigesti.

3. pilorus terletak pada regia antrum pilorus. Kelenajr ini mensekresi gastrin dan
mukus, suatu hormon peptida yang berpengaruh besar dalam proses sekresi
lambung.

Lapisan Lapisan Lambung

Lambung terdiri atas empat lapisan :


1. Lapisan peritoneal luar atau lapisan serosa yang merupakan bagian dari
peritoneum viseralis.
Dua lapisan peritoneum visceral menyatu pada kurvatura minor lambung dan
duodenum, memanjang kearah hati membentuk omentum minus. Lipatan
peritoneum yang kelaur dari organ satu menuju organ lain disebut ligamentum.
Pada kurvatura mayor peritoneum terus kebawah membentuk omentum mayus.

2. Lapisan berotot yang terdiri atas tiga lapis:

serabut longitudinal, yang tidak dalam dan bersambung dengan otot


esofagus,

serabut sirkuler yang paling tebal dan terletak di pilorus serta membentuk
otot sfingter; dan berada di bawah lapisan pertama, dan

serabut oblik yang terutama dijumpai pada fundus lambung dan berjalan
dari orifisium kardiak, kemudian membelok ke bawah melalui kurvatura
minor (lengkung kecil).

3. Lapisan submukosa yang terdiri atas jaringan areolar berisi pembuluh darah dan
saluran limfe. Lapisan mukosa yang terletak di sebelah dalam, tebal, dan terdiri
atas banyak kerutan atau rugue, yang hilang bila organ itu mengembang karena
berisi makanan.
4. Membran mukosa dilapisi epitelium silindris dan berisi banyak saluran limfe.
Semua sel-sel itu mengeluarkan sekret mukus. Permukaan mukosa ini dilintasi
saluran-saluran kecil dari kelenjar-kelenjar lambung. Semua ini berjalan dari
kelenjar lambung tubuler yang bercabang-cabang dan lubang-lubang salurannya
dilapisi oleh epithelium silinder. Epithelium ini bersambung dengan permukaan
mukosa dari lambung. Epithelium dari bagian kelejar yang mengeluarkan sekret
berubah-ubah dan berbeda-beda di beberapa daerah lambung.
Persarafan dan Aliran Darah Pada Lambung
Persarafan pada lambung umumnya bersifat otonom. Suplay saraf parasimpatis
untuk lambung di hantarkan ke dan dari abdomen melalui saraf vagus. Trunkus
vagus mencabangkan ramus gastric, pilorik, hepatic dan seliaka.
Persarafan simpatis melalui saraf splangnikus mayor dan ganglia seliakum.
Serabut-serabut afferent simpatis menghambat pergerakan dan sekresi lambung.
Pleksus auerbach dan submukosa ( meissner ) membentuk persarafan intrinsic

dinding lambung dan mengkoordinasi aktivitas motorik dan sekresi mukosa


lambung.
Suplai darah dilambung berasal dari arteri seliaka. Dua cabang arteri yang penting
dalam

klinis

adalah

arteri

duodenalis

dan

pankreas

tikoduodenalis

(retroduodenalis) yang berjalan sepanjang bulbus posterior duodenum. Tukak


dinding posterior duodenum dapat mengerosi arteri itu menyebabkan perdarahan.
Darah vena dari lambung dan duodenum serta berasal dari pankreas, limpa dan
bagian lain saluran cerna berjalan ke hati melalui vena porta.
Fisiologi Lambung
Secara umum gaster memiliki fungsi motorik dan fungsi pencernaan & sekresi,
berikut fungsi Lambung:
1. Fungsi motorik

Fungsi reservoir

Menyimpan makanan sampai makanan tersebut sedikit demi sedikit dicernakan


dan bergerak ke saluran pencernaan. Menyesuaikan peningkatan volume tanpa
menambah tekanan dengan relaksasi reseptif otot polos yang diperantarai oleh
saraf vagus dan dirangsang oelh gastrin.

Fungsi mencampur

Memecahkan makanan menjadi partikel-partikel kecil dan mencampurnya dengan


getah lambung melalui kontraksi otot yang mengelilingi lambung.

Fungsi pengosongan lambung

Diatur oleh pembukaan sfingter pylorus yang dipengaruhi oleh viskositas,


volume, keasaman, aktivitas osmotis, keadaan fisisk, emosi, obat-obatan dan
kerja. Pengosongan lambung di atur oleh saraf dan hormonal
2. Fungsi pencernaan dan sekresi

Pencernaan protein oleh pepsin dan HCL

Sintesis dan pelepasan gastrin. Dipengaruhi oleh protein yang di makan,


peregangan antrum, rangsangan vagus

Sekresi factor intrinsik. Memungkinkan absorpsi vitamin B12 dari usus


halus bagian distal.

Sekresi mucus. Membentuk selubung yang melindungi lambung serta


berfungsi sebagai pelumas sehingga makanan lebih mudah untuk diangkut.

Proses Pencernaan Makanan Di Lambung


1. MEKANIK
Beberapa menit setelah makanan memasuki perut, gerakan peristaltik yang lembut
dan berriak yang disebut gelombang pencampuran (mixing wave) terjadi di perut
setiap 15-25 detik. Gelombang ini merendam makanan dan mencampurnya
dengan hasil sekresi kelenjar lambung dan menguranginya menjadi cairan yang
encer yang disebut chyme. Beberapa mixing wave terjadi di fundus, yang
merupakan tempat penyimpanan utama. Makanan berada di fundus selama satu
jam atau lebih tanpa tercampur dengan getah lambung. Selama ini berlangsung,
pencernaan dengan air liur tetap berlanjut.
Selama pencernaan berlangsung di perut, lebih banyak mixing wave yang hebat
dimulai dari tubuh dan makin intensif saat mencapai pilorus. Pyloric spinchter
hampir selalu ada tetapi tidak seluruhnya tertutup. Saat makanan mencapai
pilorus, setiap mixing wave menekan sejumlah kecil kandungan lambung ke
duodenum melalui pyloric spinchter. Hampir semua makanan ditekan kembali ke
perut. Gelombang berikutnya mendorong terus dan menekan sedikit lagi menuju
duodenum. Pergerakan ke depan atau belakang (maju/mundur) dari kandungan
lambung bertanggung jawab pada hampir semua pencampuran yang terjadi di
perut.

2. KIMIAWI
Prinsip dari aktivitas di perut adalah memulai pencernaan protein. Bagi orang
dewasa, pencernaan terutama dilakukan melalui enzim pepsin. Pepsin memecah
ikatan peptide antara asam amino yang membentuk protein. Rantai protein yang
terdiri dari asam amino dipecah menjadi fragmen yang lebih kecil yang disebut
peptide. Pepsin paling efektif di lingkungan yang sangat asam di perut (pH=2) dan
menjadi inaktif di lingkungan yang basa. Pepsin disekresikan menjadi bentuk
inaktif yang disebut pepsinogen, sehingga tidak dapat mencerna protein di sel-sel
zymogenic yang memproduksinya. Pepsinogen tidak akan diubah menjadi pepsin
aktif sampai ia melakukan kontak dengan asam hidroklorik yang disekresikan
oleh sel parietal. Kedua, sel-sel lambung dilindungi oleh mukus basa, khususnya
setelah pepsin diaktivasi. Mukus menutupi mukosa untuk membentuk hambatan
antara mukus dengan getah lambung.
Enzim lain dari lambung adalah lipase lambung. Lipase lambung memecah
trigliserida rantai pendek menjadi molekul lemak yang ditemukan dalam susu.
Enzim ini beroperasi dengan baik pada pH 5-6 dan memiliki peranan terbatas
pada lambung orang dewasa. Orang dewasa sangat bergantung pada enzim yang
disekresikan oleh pankreas (lipase pankreas) ke dalam usus halus untuk mencerna
lemak. Lambung juga mensekresikan renin yang penting dalam mencerna susu.
Renin dan Ca bereaksi pada susu untuk memproduksi curd. Penggumpalan
mencegah terlalu seringnya lewatnya susu dari lambung menuju ke duodenum
(bagian pertama dari usus halus). Rennin tidak terdapat pada sekresi lambung
pada orang dewasa.

Enzim dan Hormon yang Berperan dalam Pencernaan di Lambung


1. Hormon Gastrin
Kerja

Makna

fisiologis
1. merangsang

sekresi

asam

dan

pepsin

1.

mempermudah pencernaan
2. merangsang sekresi factor intrinsic

2.

mempermudah absorpsi dalam usus


3. merangsang

sekresi

enzim

pancreas

3.

mempermudah pencernaan
4. merangsang peningkatan aliran empedu hati

4. mempermudah

pencernaan
5. merangsang

pengeluaran

insulin

5.

mempermudah metabolisme glukosa


6. merangsang pergerakan lambung & usus

6.mempermudah

pencampuran
7. mempermudah relaksasi reseptif lambung
dengan mudah

7.lambung dapat

meningkatkan volume, tanpa meningkatkan tekanan

8. meningkatkan tonus istirahat SEB

8. mencegah

refluks lambung waktu pencampuran dan pangadukan


9. menghambat

pengosongan

lambung

9.

memungkinkan pencampuran seluruh isi lambung sebelum diteruskan ke


usus
2. Enzim pepsin: mengubah protein menjadi pepton
3. Enzim rennin: mengendapkan kasein dalam susu
4. Enzim lipase: memecah lemak menjadi asam lemak
5. HCl: mmbunuh kuman dan mengasamkan makanan

I. Definisi
Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran faeses
atau tinja yang berwarna hitam seperti ter yang disebabkan oleh adanya
perdarahan saluran pencernaan bagian atas. Warna hematemesis tergantung
pada lamanya kontak antara darah dengan asam lambung dan besar kecilnya
perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan
bergumpal-gumpal.
Biasanya terjadi hematemesis bila ada perdarahan di daerah proksimal
jejunum dan melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan
hematemesis. Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50-100 ml, baru
dijumpai keadaan melena. Banyaknya darah yang keluar selama hematemesis
atau melena sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga besar kecilnya
perdarahan saluran makan bagian atas. Hematemesis dan melena merupakan
suatu keadaan yang gawat dan memerlukan perawatan segera di rumah sakit.
III. Etiologi
Penyebab hematemesis melena:
1. Kelainan di esofagus

Varises esofagus
Penderita dengan hematemesis melena yang disebabkan pecahnya
varises esofagus, tidak pernah mengeluh rasa nyeri atau pedih di
epigastrum. Pada umumnya sifat perdarahan timbul spontan dan masif.
Darah yang dimuntahkan berwarna kehitam-hitaman dan tidak
membeku karena sudah bercampur dengan asam lambung.

Karsinoma esofagus
Karsinoma esofagus sering memberikan keluhan melena daripada
hematemesis. Disamping mengeluh disfagia,badan mengurus dan
anemis, hanya seseklai penderita muntah darah dan itupun tidak masif.
Pada endoskopi jelas terlihat gambaran karsinoma yang hampir

menutup esofagus dan mudah berdarah yang terletak di sepertiga


bawah esofagus.

Sindroma Mallory-WeissSebelum timbul hematemesis didahului


muntahmuntah hebat yang pada akhirnya baru timbul perdarahan,
misalnya pada peminum alkohol atau pada hamil muda. Biasanya
disebabkan oleh karena terlalu sering muntah-muntah hebat dan terus
menerus. Bila penderita mengalami disfagia kemungkinan disebabkan
oleh karsinoma esofagus.

Esofagitis korosiva
Pada sebuah penelitian ditemukan seorang penderita wanita dan
seorang pria muntah darah setelah minum air keras untuk patri. Dari
hasil analisis air keras tersebut ternyata mengandung asam sitrat dan
asam HCl, yang bersifat korosif untuk mukosa mulut, esofagus dan
lambung. Disamping muntah darah penderita juga mengeluh rasa nyeri
dan panas seperti terbakar di mulut. Dada dan epigastrum.

Esofagitis dan tukak esofagus


Esofagitis bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering bersifat
intermittem atau kronis dan biasanya ringan, sehingga lebih sering
timbul melena daripada hematemsis. Tukak di esofagus jarang sekali
mengakibatkan perdarahan jika dibandingkan dengan tukak lambung
dan duodenum.

2. Kelainan di lambung

Gastritis erisova hemoragika


Hematemesis bersifat tidak masif dan timbul setelah penderita minum
obat-obatan yang menyebabkan iritasi lambung. Sebelum muntah
penderita mengeluh nyeri ulu hati. Perlu ditanyakan juga apakah
penderita sedang atau sering menggunakan obat rematik (NSAID +
steroid) ataukah sering minum alkohol atau jamu-jamuan.

Tukak lambung
Penderita mengalami dispepsi berupa mual, muntah, nyeri ulu hatidan
sebelum hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di epigastrum
yang

berhubungan

dengan

makanan.

Sesaat

sebelum

timbul

hematemesis karena rasa nyeri dan pedih dirasakan semakin hebat.


Setelah muntah darah rasa nyeri dan pedih berkurang. Sifat
hematemesis tidak begitu masif dan melene lebih dominan dari
hematemesis.

Karsinoma lambung
Insidensi karsinoma lambung di negara kita tergolong sangat jarang
dan pada umumnya datang berobat sudah dalam fase lanjut, dan sering
mengeluh rasa pedih, nyeri di daerah ulu hati sering mengeluh merasa
lekas kenyang dan badan menjadi lemah. Lebih sering mengeluh
karena melena.

3.

Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular coagulation),


purpura trombositopenia dan lain-lain.

4.

Penyakit sistemik lainnya: uremik, dan lain-lain.

5.

Pemakaian

obat-obatan

yang

ulserogenik:

golongan

salisilat,

kortikosteroid, alkohol, dan lain-lain.


IV. Insidensi
Perdarahan dari varises esofagus terjadi pada kurang lebih sepertiga
penderita sirosis hepatis dan varises. Angka mortalitas yang terjadi akibat
episode perdarahan pertama adalah 40% hingga 50%. Perdarahan ini
merupakan salah satu penyebab kematian yang utama pada penderita sirosis
hepatis. Perdarahan juga merupakan komplikasi paling umum dari ulkus
peptikum dan terjadi kira-kira pada 20% pasien dengan ulkus.
V. Prognosis
Pada umumnya penderita dengan perdarahan saluran makan bagian atas
yang disebabkan pecahnya varises esofagus mempunyai faal hati yang
buruk/terganggu sehingga setiap perdarahan baik besar maupun kecil
mengakibatkan kegagalan hati yang berat. Banyak faktor yang mempengaruhi
prognosis penderita seperti faktor umur, kadar Hb, tekanan darah selama
perawatan, dan lain-lain. Angka kematian penderita dengan perdarahan saluran
makan bagian atas dipengaruhi oleh faktor kadar Hb waktu dirawat,

terjadi/tidaknya perdarahan ulang, keadaan hati, seperti ikterus, encefalopati


dan golongan menurut kriteria Child.
Mengingat
menanggulangi

tingginya

angka

perdarahan

sakuran

kematian
makan

dan

bagian

sukarnya
atas

maka

dalam
perlu

dipertimbangkan tindakan yang bersifat preventif terutama untuk mencegah


terjadinya sirosis hati.

VI. Patofisiologi
Sirosis hepatis

Gastritis

Obstruksi sirkulasi
vena porta

Ulkus peptikum

Hipertensi portal

Perforasi
lambung/
duodenum

Pembentukan
sirkulasi kolateral

Varises esofagus
Perubahan
nutrisi: kurang
dari kebutuhan
tubuh

tekanan
vaskuler
Perdarahan
(hematemesis,
melena)

Anemia

Kelemahan

Gangguan
pemenuhan ADL

Kecemasan

Syok
hipovolemik

beban nitrogen,
amonia serum

perfusi serebral,
hepatic, ginjal

ensefalopati

Potensial
gangguan perfusi
jaringan

Defisit volume
cairan

TANDA DAN GEJALA


1.

Gejala-gejala intestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual, muntah dan
diare.

2.

Demam, berat badan turun, lekas lelah.

3.

Ascites, hidratonaks dan edemo.

4.

Ikterus, kadang-kadang urin menjadi lebih tua warnanya atau kecoklatan.

5.

Hematomegali, bila telah lanjut hati dapat mengecilkarena fibrosis. Bila secara
klinis didapati adanya demam, ikterus dan asites, dimana demam bukan oleh
sebab-sebab lain, ditambahkan sirosis dalam keadaan aktif. Hati-hati akan
kemungkinan timbulnya prekoma dan koma hepatikum.

6.

Kelainan pembuluh darah seperti kolateral-kolateral didinding, koput medusa,


wasir dan varises esofagus.

7.

Kelainan endokrin yang merupakan tanda dari hiperestrogenisme yaitu:

Impotensi, atrosi testis, ginekomastia, hilangnya rambut axila dan pubis.

Amenore, hiperpigmentasi areola mamae

Spider nevi dan eritema

Hiperpigmentasi

8.

Jari tabuh

VI. Pemeriksaan Penunjang


Komplikasi:

Syok hipovolemik

Anemia

Penatalaksanaan
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini mungkin
dan sebaiknya diraat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan yang teliti
dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan penderita perdarahan saluran makan
bagian atas meliputi :
1. Pengawasan dan pengobatan umum

Penderita harus diistirahatkan mutlak, obat-obat yang menimbulkan


efek sedatif morfin, meperidin dan paraldehid sebaiknya dihindarkan.

Penderita dipuasakan selama perdarahan masih berlangsung dan bila


perdarahan berhenti dapat diberikan makanan cair.

Infus cairan langsung dipasang dan diberilan larutan garam fisiologis


selama belum tersedia darah.

Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan


bila perlu dipasang CVP monitor.

Pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu dilakukan untuk


mengikuti keadaan perdarahan.

Transfusi darah diperlukan untuk menggati darah yang hilang dan


mempertahankan kadar hemoglobin 50-70 % harga normal.

Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4 x 10 mg/hari,


karbasokrom (Adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor
antagonis (simetidin atau ranitidin) berguna untuk menanggulangi
perdarahan.

Dilakukan klisma atau lavemen dengan air biasa disertai pemberian


antibiotika yang tidak diserap oleh usus, sebagai tindadakan sterilisasi
usus. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya peningkatan
produksi amoniak oleh bakteri usus, dan ini dapat menimbulkan
ensefalopati hepatik.

2. Pemasangan pipa naso-gastrik

Tujuan pemasangan pipa naso gastrik adalah untuk aspirasi cairan


lambung, lavage (kumbah lambung) dengan air , dan pemberian obat-obatan.
Pemberian air pada kumbah lambung akan menyebabkan vasokontriksi lokal
sehingga diharapkan terjadi penurunan aliran darah di mukosa lambung, dengan
demikian perdarahan akan berhenti. Kumbah lambung ini akan dilakukan
berulang kali memakai air sebanyak 100- 150 ml sampai cairan aspirasi berwarna
jernih dan bila perlu tindakan ini dapat diulang setiap 1-2 jam. Pemeriksaan
endoskopi dapat segera dilakukan setelah cairan aspirasi lambung sudah jernih.
3. Pemberian pitresin (vasopresin)
Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian pitresin per infus
akan mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan splanknikus sehingga
menurunkan tekanan vena porta, dengan demikian diharapkan perdarahan varises
dapat berhenti. Perlu diingat bahwa pitresin dapat menrangsang otot polos
sehingga dapat terjadi vasokontriksi koroner, karena itu harus berhati-hati dengan
pemakaian obat tersebut terutama pada penderita penyakit jantung iskemik.
Karena itu perlu pemeriksaan elektrokardiogram dan anamnesis terhadap
kemungkinan adanya penyakit jantung koroner/iskemik.
4. Pemasangan balon SB Tube
Dilakukan pemasangan balon SB tube untuk penderita perdarahan akibat
pecahnya varises. Sebaiknya pemasangan SB tube dilakukan sesudah penderita
tenang dan kooperatif, sehingga penderita dapat diberitahu dan dijelaskan makna
pemakaian alat tersebut, cara pemasangannya dan kemungkinan kerja ikutan yang
dapat timbul pada waktu dan selama pemasangan.
Beberapa peneliti mendapatkan hasil yang baik dengan pemakaian SB tube ini
dalam menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas akibat pecahnya
varises esofagus. Komplikasi pemasangan SB tube yang berat seperti laserasi dan
ruptur esofagus, obstruksi jalan napas tidak pernah dijumpai.
5. Pemakaian bahan sklerotik
Bahan sklerotik sodium morrhuate 5 % sebanyak 5 ml atau sotrdecol 3 %
sebanyak 3 ml dengan bantuan fiberendoskop yang fleksibel disuntikan
dipermukaan varises kemudian ditekan dengan balon SB tube. Tindakan ini tidak

memerlukan narkose umum dan dapat diulang beberapa kali. Cara pengobatan ini
sudah mulai populer dan merupakan salah satu pengobatan yang baru dalam
menanggulangi perdarahan saluran makan bagian atas yang disebabkan pecahnya
varises esofagus.
6. Tindakan operasi
Bila usaha-usaha penanggulangan perdarahan diatas mengalami kegagalan
dan perdarahan tetap berlangsung, maka dapat dipikirkan tindakan operasi .
Tindakan operasi yang basa dilakukan adalah : ligasi varises esofagus, transeksi
esofagus, pintasan porto-kaval. Operasi efektif dianjurkan setelah 6 minggu
perdarahan berhenti dan fungsi hari membaik.
VII. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan (kehilangan secara
aktif)
2. Potensial gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemik
karena perdarahan.
3. Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan akibat
anemia.
4. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kehilangan nafsu makan akibat mual muntah
5. Kecemasan berhubungan dengan ancaman terhadap kesejahteraan diri.

VIII. Intervensi Keperawatan


No
1

Diagnosa Keperawatan
Defisit volume cairan

Tujuan & Kriteria hasil


Tujuan: Kebutuhan cairan

Intervensi
Ukur dan catat pemasukkan dan

Rasional
Dokumentasi yang akurat

berhubungan dengan

terpenuhi setelah dilakukan

pengeluaran.

membantu meng-identifikasi

perdarahan (kehilangan

perawatan.

kehilangan cairan atau

secara aktif)

memenuhi kebutuhan cairan


Kriteria hasil :

dan mempengaruhi tindakan

Tanda vital dalam batas

selanjutnya.

normal.
Hipotensi, tachikardi,

Turgor kulit normal.


Membran mukosa lembab.

Monitor vital sign

merupakan indikasi

Produksi urine output

kekurangan cairan.

seimbang
Muntah darah dan berak
darah berhenti

peningkatan respirasi

Monitor cairan parentral

Penurunan volume cairan


petensial untuk terjadinya
dehidrasi, kolaps
kardiovaskuler tidak
seimbangnya cairan dan

elektrolit.
Monitor laboratorium ; Hb, Hct
Anemia, Hct rendah terjadi
akibat kehilangan cairan pada
saat muntah darah dan berak
darah
2

Potensial gangguan

Tujuan: Setelah dilakukan

perfusi jaringan

perawatan perfusi jaringan

berhubungan dengan

adekuat

a. Auskultasi frekuensi dan irama


jantung

jantung yang abnormal


menunjukkan perfusi

hipovolemik karena
perdarahan

a. Frekuensi dan irama

jaringan yang tidak adekuat


Kriteria hasil :
-

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 60-100x /menit

Akral hangat

Sianosis (-)

CRT< 2 s

Turgor

b. Observasi warna dan suhu kulit,


membrane mukosa

b. Kulit pucat dan sianosis,


suhu dingin merupakan
tanda fase konstriksi perifer
c. Menandakan

c. Ukur keluaran urin

keseimbanagan intake
output cairan
d. Nadi lemah menandakan

d. Cek kualitas nadi

gangguan perfusi jaringan

perifer
e. Edema menandakan
e. Observasi adanya edema

adanya gangguan perfusi


jaringan
f. Peningkatan cairan untuk

f. Kolaborasi pemberian IV line


3

Gangguan pemenuhan

Tujuan: Pasien mampu

ADL berhubungan

melakukan akvitas hariannya

dengan kelemahan akibat

dengan bantuan orang lain.

anemia

1. Observasi respon terhadap aktivitas

mendukung perfusi
jaringan.
Melihat kemampuan
beraktivitas klien

2. Identifikasi faktor yang mempengaruhi


Kriteria Hasil:

pemenuhan ADL seperti stres, efek

a. Tingkat kemandirian klien

samping obat, pemasangan WSD

Intevensi dilaksanakan sesuai


faktor yang mempengaruhi

meningkat dari
kemandirian total ke

3. Rencanakan periode istirahat

parsial.

Mengurangi kelelahan melalui


isitirahat yang cukup

b. Klien memperoleh
bantuan untuk memenuhi 4. Bantu pasien memenuhi kebutuhan

Membantu pasien untuk

kebutuhan ADL secara

memenhi kebutuhannya tanpa

ADL

parsial.

menyebabkan kelelahan

c. Kebutuhan makan,
minum, BAB, BAK,
mandi, dan ganti baju
terpenuhi.

Perubahan nutrisi: kurang

Tujuan: Kebutuhan nutrisi

dari kebutuhan tubuh

pasien terpenuhi setelah

berhubungan dengan

dilakukan perawatan

kehilangan nafsu makan


akibat mual muntah

1. Tentukan kemampuan pasien untuk


memenuhi kebutuhan nutrisi

mengetahui sejauh mana


bantuan akan diberikan

2. Ketahui makanan kesukaan pasien

menambah nafsu makan pasien

3. pantau kandungan nutrisi dan kalori

memastikan pasien

Kriteria Hasil:

Mempertahankan massa
tubuh dan berat badan

pada catatan asupan

mendapatkan nutrisi adekuat

dalam batas normal

Nilai laboratorium dalam


batas normal

4. pantau nilai laboratorium, khususnya


transferin, albumin, dan elektrolit

mengetahui status nutrisi


pasien

5. pertahankan oral hygiene

menambah nafsu makan pasien

6. kolaborasi dengan ahli gizi mengenai

memberikan nutrisi yang tepat

diet yang tepat

Kecemasan berhubungan

Tujuan : ansietas teratasi

a. Kaji perilaku koping baru dan

dengan ancaman terhadap

setelah dilakukan asuhan

anjurkan penggunaan ketrampilan yang

kesejahteraan diri

keperawatan

berhasil pada waktu lalu.


b. Dorong dan sediakan waktu untuk

Kriteria hasil : pasien

mengungkapkan ansietas dan rasa

mampu mendemonstrasikan

takut; berikan penenangan.

koping positif, TTV normal.

c. Jelaskan prosedur dan tindakan dan

bagi pasien

mengajarkan koping positif


kepada pasien
membantu pasien mengurangi
stres
mengurangi kecemasan pasien

beri penguatan penjelasan mengenai


penyakit, tindakan dan prognosis.
d. Pertahankan lingkungan yang tenang
dan tanpa stres.

mengurangi kecemasan pasien

Daftar Pustaka
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth volume 2. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
.
M. Syaifoellah Noer. Prof. dr, dkk., Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta, 1996.
Marlyn E. Doenges dkk, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.
2000.
Lynda Juall Carpenito, Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta, 1999.

Anda mungkin juga menyukai