Anda di halaman 1dari 32

Pendidikan

STRATEGI ADAPTASI TEKNOLOGI SEBAGAI PENUNJANG


PEMBELAJARAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR DI DAERAH
TERPENCIL DAN TERISOLASI

Diajukan untuk mengikuti LKTIM


Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2014

Di susun oleh :
Masruhil

: 1102412037

Sholakhuddin

: 1102412115

Eka Danu Saputra

: 1102412117

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
LKTIM

Abstrak
Setiap kali kita membicarakan tentang pendidikan merupakan satu kata yang
mempunyai beberapa interpretasi yang sangat luas cakupannya, sehingga tidak akan
pernah selesai membicarakan seputar tentang pendidikan. Praktik pendidikan dewasa
banyak menyinggung beberapa pokok permasalahan yang akan di hadapi oleh
pendidikan

keguruan.

Dalam

kehidupan

manusia

selalu

muncul

dimensi

perkembangan nilai-nilai baru yang merobek-robek batas kehidupan manusia yang


berjalan dengan cepat. Perkembangan IPTEK dapat merasuki jiwa seseorang untuk
selalu hidup berdampingan dengannya, sehingga peradaban manusia akan diambil alih
oleh kehidupan yang cenderung Materialistik, hedonistik, dan individualistik. Motor
penggerak kemajuan IPTEK tidak berjalan secara otomatis, akan tetapi berbagai
loncatan-loncatan dari inovasi-inovasi manusia yang selalu bergerak progress ke arah
perkembangan ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan itu bersifat tentative. Ilmu
pengetahuan dan teknologi merupakan sandingan bagi pendidikan untuk memahami
fenomena dan fakta sehingga akan melahirkan sebuah landasan dan teori tentang
pengetahuan bagi seseorang.
Esensi kemajuan IPTEK adalah kebebasan seseorang untuk selalu mencari
sesuatu tanpa batas. Ketika kebebasan sudah didapatkan oleh seseorang, maka mereka
akan membebaskan diri dari cengkraman aturan-aturan yang determinan, sehingga
membiarkan diri berjalan secara otomatis tanpa arah yang jelas dan tanpa misi hidup.
Ketika IPTEK memasuki lorong-lorong kehidupan manusia hakikatnya akan daya
kreativitasnya. Oleh sebab itu, fungsi pendidikan akan diambil alih dengan sendirinya.
Perubahan fungsi pendidikan tidak berjalan secara otomatis, tetapi sedikit orang yang
memikirkan tentang esensi pendidikan yang sesungguhnya. Apabila misi suatu
perguruan tinggi utuk mengembangkan kepeduliannya terhadap lembaga pendidikan
yang berada di bawahnya untuk menciptakan sumber daya manusia tenaga pendidik
yang memiliki berbagai variasi gaya mengajar untuk dapat mengkonstruksi peserta
didik dalam pengetahuannya sendiri untuk di bangun.
Penggunaan strategi pembelajaran

LKTIM

merupakan sebuah esensi yang sangat

penting untuk menunjang proses belajar-mengajar yang efektif dan efesien bagi
seorang pendidik (guru). Dengan menggunakan metode yang bervariatif diharapkan
peserta didik mampu memahami materi atau informasi yang di sampaikan oleh guru.
Seorang pendidik (guru) di tuntut dapat memahami kondisi psikologis peserta didik
untuk mengetahui kesiapan dan kesanggupan menerima materi pembelajaran sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh lembaga (sekolah). Oleh karena itu, guru
harus memahami berbagai metode, strategi, dan model pembelajaran yang dapat
menstimuli keingintahuan peserta didik untuk selalu belajar.
Kata Kunci : Teknologi, Guru, dan strategi pembelajaran

LKTIM

LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Naskah : STRATEGI ADAPTASI TEKNOLOGI SEBAGAI PENUNJAN
PEMBELAJARAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR DI DAERAH TERPENCIL DAN
TERISOLASI
2. Bidang Kajian

: Ilmu Pendidikan

3. Ketua Tim
a. Nama Lengkap

: Masruhil

b. NIM

: 1102412037

c. Jurusan/Fakultas

: Teknologi Pendidikan

d. Universitas

: Universitas Negeri Semarang

e. Alamat Rumah/Telepon

: Probolinggo Jawa Timur/ 085640215900

f. e-mail

: Masruhil@gmail.com/tp_12037@yahoo.com

4. Anggota Tim

: Sholakhuddin
Eka Danu Saputra

5. Dosen Pembimbing
a. Nama Lengkap dan Gelar

: Dr. Yuli Utanto, M.Si

b. NIP

: 197907272006041002

Menyetujui:

Semarang, 21 Juli 2014

Dosen Pembimbing,

Ketua Tim,

Dr. Yuli Utanto, M.Si

Masruhil

NIP : 197907272006041002

NIM : 110241203
Mengetahui:
Pembantu/Wakil Rektor Bidang
Kemahasiswaan

Prof. Dr. Masrukhi, M.Pd


NIP : 196205081988031002

LKTIM

Pengantar
Manusia tidak pernah berhenti memperhatikan dan menjadikan pendidikan sebagai
kompas untuk menerangi jalannya kearah yang lebih baik dan dapat memberdayakan
manusia sebagaimana fitrahnya. Tanpa pendidikan manusia tidak akan pernah
mengenal atau dapat membedakan mana yang benar dan mana yang tidak benar, serta
tidak akan mengetahui sejarah orang terdahulu sebagaimana perjalan hidupnya hingga
dapat menemukan titik terang yang dapat mengantarkan kearah jalan yang baik dan
benar. Melalui pendidikan kita dapat mengetahui jejak jejak orang dapat melampaui
realitas kehidupan dalam memikirkan perubahan zaman yang akan terjadi dan yang
akan di persiapkan untuk memenuhi berbagai tantangan yang akan terjadi di berbagai
lini kehidupan. Kecemasan banyak pihak terhadap kehidupan pada era global ini
menuntut persaingan yang sangat tinggi pada satu pihak dan ketangguhan pada pihak
lain untuk menghadapi perubahan yang amat cepat pada pihak lain.
Kalau kita membicarakan tentang seputar pendidikan tidak akan pernah ada habishabisnya diterpa oleh apapun itu karena begitu kompleks permasalahan yang dihadapi
oleh dunia pendidikan. Akan tetapi, pendidikan berusaha melepaskan semua belenggu
yang dapat mengganggu kestabilan dalam memainkan perannya sebagaimana
substansialnya yang berada di dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, banyak
akademisi dan praktisi pendidikan mencoba mencari jalan keluar untuk memecahkan
kebuntuan yang ditemukan di dalam tubuh pendidikan agar terlepas dari semua itu,
akantetapi realita yang terjadi justru malah bertambah semakin rumit dipecahkan
karena disebabkan oleh latar belakang ideology dan budaya kebarat-baratan (sekuler)
yang menimpa pada peserta didik (siswa) sehingga masalah sebelumnya belum
terselesaikan malah ditambah lagi dengan masalah yang jauh lebih rumit mencari jalan
keluarnya. Hal itu tidak dapat dipungkiri keberadaannya dan tidak mungkin kita untuk
menutup mata tentang hal-hal yang bernuansa ideology dan budaya yang tersebar
diberbagai penjuru Indonesia melalui berbagai media massa. Hal itu dapat
diminimalisir dengan peran pendidikan untuk lebih selektif dalam mengadopsi budaya
dari luar. Maka dari itu senjata yang paling ampuh dapat digunakan untuk saat ini

LKTIM

dengan memprioritaskan dan mengembalikan fungsi pendidikan yang sebenarnya agar


tidak terjadi multitafsir terhadap ideology dan budaya yang masuk di area kita.
Kadang-kadang kita langsung memvonis yang bernuansa kebarat-baratan tanpa
memperhitungkan konsekuensi yang akan terjadi pada kita. Jika kita yakin dan optimis
tentang fungsi pendidikan dan dijadikan sebagai kompas hidup tentunya tidak akan
mengalami krisis moral yang gencar dibicarakan dimana-mana hingga tak berujung
usai permasalahan itu.

LKTIM

Daftar Isi
Abstrak . i
Lembar Pengesahan .. iii
Kata Pengantar . iv
Daftar Isi .. vi
BAB I
Latar Belakang . 1
Rumusan Masalah 2
Tujuan dan Manfaat . 2
BAB II : Tinjauan Pustaka
Landasan teori 3
BAB III
Metode Penulisan ... 4

BAB IV : Pembahasan
Pengertian Strategi Pembelajaran .. 5
bentuk-bentuk strategi pembelajaran . 6
Bagaimana strategi adaptasi pembelajaran teknologi diterapkan .. 8
Macam Pendekatan Administratif . 9
Macam Pendekatan Pembelajaran ......... 14
Mengapa strategi adaptasi teknologi pembelajaran diterapkan 16
BAB V
Penutup .. 22
Saran ... 22
Daftar Pustaka 23
Lampiran : Biodata peserta 24

LKTIM

BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kualitas suatu bangsa akan tercermin dari bagaimana system pendidikan yang
diterapakan untuk anak-anak bangsa yang nantinya akan menjadi dan menjalankan
roda kepemimpinannya yang lebih baik bahkan menjadi semua harapan suatu warga
negara itu sendiri. Oleh karena itu, bersifatlah sebaik mungkin terhadap pendidikan
yang akan mencetak generasi muda bangsa yang akan memprovokasi kepada
masyarakat yang lebih luas. Kunci keberhasilan suatu bangsa tidak ditentukan oleh
aspek ekonomi, dan politik. Akan tetapi, ditentukan oleh aspek atau bidang
pendidikan. Ironisnya, kelihatannya pemerintah bersikap parsial terhadap dunia
pendidikan bahkan diskriminasi dengan aspek atau sector yang lain dibandingkan
dengan pendidikan. Semestinya kita banyak belajar dari negara tetangga yang dulunya
pernah belajar kepada kita justru sekarang malah berbalik arah, kita yang belajar
kepada mereka, Sebut saja Malaysia dan Singapura, apalagi kalua kita bandingkan
dengan Jepang yang hanya sebagaian kecil daratannya justru menjadi raksasa kedua di
dunia, kalau dibandingkan dengan kita yang datarannya sangat luas, subur, ditambah
dengan kekayaan alamnya yang melimpah justru kita tidak menikmati kekayaan alam
yang kita miliki sendiri malah terbalik yang menikmati justru orang lain yang
notabenenya negara berkembang.
Strategi pembelajaran sangat berperan sekali dalam perkembangan dunia pendidikan,
terutama bagi anak didik. Melalui proses pembelajaran yang bervariasi sangat
mempengaruhi hasil belajar yang signifikan untuk menunjang tercapainya visi, misi,
dan tujuan pendidikan (sekolah) itu sendiri. Pendidikan lebih menekankan pada
pembentukan dan pengembangan kepribadian dari seseorang (peserta didik). Pada
dasarnya pembelajaran merupakan teknik atau cara yang digunakan di dalam kelas
untuk mempengaruhi dan mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan.
Latar belakang yang mendorong kami untuk mengkaji lebih focus dengan

LKTIM

mengajukan judul Strategi adaptasi teknologi sebagai penunjang pembelajaran pada


siswa sekolah dasar di daerah terpencil dan terisolasi. Kondisi seperti inilah yang
ingin di perjuangkan untuk menuntut keadilan dan kesamaan hak bagi tiap warga
Negara yang berada di daerah terpencil, terisolasi, dan luar (3T). Mereka tidak
mendapatkan sebuah pendidikan yang layak dalam bentuk apapun, kesamaan terhadap
hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak hanyalah sebuah mimpi yang besar
bagi mereka. Dengan keterbatasan sarana dan prasarana seperti jalan, transportasi,
listrik, dan alat komunikasi yang dijadikan sebuah dalil oleh pemerintah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep Strategi pembelajaran ?
2. Apa saja bentuk strategi pembelajaran ?
3. Bagaimana strategi adaptasi pembelajaran teknologi yang diterapkan pada siswa
sekolah dasar di daerah terpencil dan terisolasi ?
4. Mengapa strategi adaptasi teknologi pembelajaran diterapkan ?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Untuk membantu guru dalam mempersiapkan pembelajaran yang semakin modern
atau canggih
2. Memahami karakteristik arus globalisasi (teknologi) yang mempengaruhi sikap
peserta didik (siswa)
3. Mengidentifikasi kekurangan atau kelemahan guru dalam pembelajaran
4. Membantu guru untuk menemukan cara yang efektif dalam pembelajaran supaya
peserta didik tidak bosan ketika di dalam kelas
5. Mengetahui strategi adaptasi pembelajaran teknologi yang diterapkan pada siswa
sekolah dasar di daerah terpencil dan terisolasi

LKTIM

BAB II
Tinjauan Pustaka
Landasan Teori
Teori merupakan integral yang terdiri dari konsep, prinsip, dan proposisi yang
memberikan sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan, sedangkan praktek merupakan
penerapakan teori ilmu pengetahuan untuk memecahkan permasalahan.
1.

Teknologi Pembelajaran merupakan usaha sistematik dalam merancang,


melaksankan, dan mengevaluasi keseluruhan proses belajar dan mengajar untuk
suatu tujuan khusus, serta didasarkan pada penelitian tentang proses belajar dan
komunikasi pada manusia yang menggunakan kombinasi sumber manusia dan
non-manusia agar belajar dapat berlangsung efektif (Commision on Instructional
Technology, 1970:21).

2.

Teknologi Pembelajaran adalah pengembangan (riset, desain, produksi, evaluasi,


dukungan-pasokan, pemanfaatan) komponen system pembelajaran (pesan, orang,
bahan, peralatan, teknik, dan latar) serta pengelolaan usaha pengembangan
(organisai dan personil) secara sistematik, dengan tujuan untuk memecahkan
masalah belajar (Silber, 1970:21).

3.

Hasil penelitian Arora Kamla menunjukkan bahwa karakteristik, latar belakang,


dan keahlian yang sangat mempengaruhi efektivitas guru dalam mengajar, tidak
hanya berkaitan dengan kemampuan menguasai pengetahuan tentang mata
pelajaran secara akurat, tetapi juga berkaitan dengan kemampuan menyesuaikan
mata pelajaran dengan tingkat pemahaman siswa.

4.

Finkelstein mengatakan bahwa seorang pendidik (guru) bukan hanya teknisi atau
pemimpi dengan ide-ide besar, tetapi ia adalah penafsir akan kenyataan, seorang
penemu dan yang ikut serta dalam kegiatan nyata pendidikan (dalam Tilaar,
1990: 224).

LKTIM

10

BAB III
Metode Penulisan
Ilmu pendidikan (pembelajaran) dibangun dengan berbagai riset penelitian
pendidikan yang dilakukan oleh para ahli pendidikan (pembelajaran) dengan berbagai
metode riset/penelitian untuk membangun ilmu pendidikan (pembelajaran) sebagai
alat berfikir untuk memahami dan memecahkan permasalahan yang terjadi
dimasyarakat. Istilah riset atau penelitian digunakan untuk memecahkan permasalahan
secara sistematis, objektif, dan seintensif mungkin.
Sehubungan dengan pembahasan mengenai langkah-langkah/prosedur pengumpulan
data dengan mengidentifikasi tiga teknik yang dapat dilakukan, yaitu :
a.

Metode Angket

Metode angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawab dengan yang sebenarnya untuk mendapatkan data yang konkret.
Angket/kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan
responden untuk dijawabnya.
b.

Metode Wawancara

Metode wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara menanyakan


langsung kepada koresponden tentang pembelajaran di kelas dengan tingkat
perkembangan teknologi yang canggih.
c.

Metode Observasi

Pengamatan atau observasi adalah aktivitas yang dilakukan makhluk cerdas, terhadap
suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami
pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah
diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan
untuk melanjutkan suatu penelitian. Ilmu pengetahuan biologi dan astronomi
mempunyai dasar sejarah dalam pengamatan oleh amatir. Di dalam penelitian,
observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar dan rekaman suara
(Wikipedia).

LKTIM

11

BAB IV
Pembahasan
1. Pengertian Strategi Pembelajaran
Yusufhadi Miarso mendefinisikan strategi pembelajaran adalah pendekatan
menyeluruh dalam suatu system pembelajaran yang berupa pedoman umum dan
kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran yang dijabarkan dalam
pandangan dan falsafah atau teori tertentu (2004). Strategi Pembelajaran adalah cara
yang digunakan secara sistematik untuk mengkomunikasikan isi pelajaran kepada
peserta didik (siswa) untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan.
Strategi Pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi serta mengurutkan
peristiwa belajar atau kegiatan pembelajaran dalam suatu pembelajaran. Penelitian
dalam strategi pembelajaran telah memberikan kontribusi terhadappengetahuan
tentang komponen pembelajaran. Seorang desainer pembelajaran menggunakan teori
atau komponen strategi pembelajaran sebagai prinsip pembelajaran. Secara khas,
strategi pembelajaran berinteraksi dengan situasi belajar. Situasi-situasi belajar ini
sering dinyatakan dalam model-model pembelajaran. model pembelajaran maupun
strategi pembelajaran yang diperlukan untuk mengaplikasikannya berbeda-beda
tergantung pada situasi belajar, sifat materi dan jenis belajar yang diinginkan (Joyce
dan Weil, 1972; Merril, Tennyson, dan Posey, 1992; Reigeluth, 1978a).
Dari pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan
bagian integral dari unit kegiatan, pengorganisasian berbagai materi pelajaran, teknik
dan metode penyampaian, dan penggunaan media pembelajaran yang menunjang
pembelajaran dalam

rangkan mencapai tujuan yang ditetapkan serta penggunaan

waktu dalam proses pembelajaran berlangsung. Keberhasilan pembelajaran salah


satunya ditentukan oleh strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru.

LKTIM

12

2. Bentuk-bentuk strategi pembelajaran


Pada umumnya strategi pembelajaran itu secara garis besar dapat di klasifikasikan
terdiri dari empat strategi pembelajaran, yaitu :
1. Inquiry-Discovery Learning
Inquiry merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk
menjelaskan secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu.
Dengan kata lain, inquiry berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif yang
fokus pada pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu
(Haury, 1993). Sedangkan Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan
hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan
(Budiningsih, 2005), discovery learning dapat diartikan sebagai pembelajaran yang
bertolak dari suatu deskripsi untuk menjelaskan abstraksi yang mudah dipahami dan
dicerna oleh khalayak, sehingga interpretasi yang dikemukakan menginspirasi bagi
peserta didik (siswa) untuk selalu mencari pengetahuan dan kebenaran.
Inquiry-Discovery Learning

adalah strategi pembelajaran yang menitikberatkan

pada keaktifan peserta didik (siswa) untuk mencari dan menemukan konsep sendiri
tentang belajar yang dapat memecahkan dan menyelesaikan permaslahan atau
kesulitan yang di hadapi maupun yang akan dihadapi oleh peserta didik (siswa)
dengan menggunakan teknik problem solving approach. Dengan problem solving
approach,

di

harapkan

peserta

didik

(anak

didik)

mampu

memecahkan

permasalahannya sendiri. Strategi pembelajaran inquiri-discovery menanamkan dasardasar untuk berfikir secara ilmiah dan objektif terhadap fenomena-fenomena yang ada
di kehidupan peserta didik (siswa), sehingga diharapkan mampu untuk meminimalisir
problem yang terjadi. Keaktifan peserta didik (siswa) sangat berperan dan dapat
menentukan keberhasilan dalam pembelajaran.

2. Ekspositori Learning
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan
pada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru transfer of
knowleadge kepada peserta didik (siswa) dengan maksud agar siswa dapat menguasai

LKTIM

13

materi pelajaran secara optimal dan dapat dipahami secara kognitif secara sistematik
(Ika Lestari 2013). Dimyati dan Mudjiono (1999) mengatakan, metode ekspositori
adalah pemindahan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa yang
bersifat verbal, sehingga pembelajaran monoton bagi peserta didik (siswa) dan
akhirnya dapat membosankan pembelajaran ketika dikelas.
Seorang guru dalam mengolah atau mendesain bahan pelajaran untuk di sampaikan
kepada peserta didik. Strategi ekspositori dapat digunakan untuk mengajarkan
berbagai materi pelajaran kepada peserta didik (siswa), kecuali yang sifatnya
pemacahan masalah. Jadi, strategi ekspository lebih menitikberatkan pada teacher
center daripada student center. Oleh karena itu, esensi strategi pembelajaran
ekspository

tidaklah

sesuai

untuk

digunakan

dalam

pembelajaran

yang

menitikberatkan pada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang


sedang mengalami perkembangan yang sangat progresif di kalangan masyarakat kita.

3. Strategi Pembelajaran Induktif


Pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tapi
sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat
tinggi dan keterampilan berpikir kritis. Model pembelajaran induktif adalah sebuah
pembelajaran yang bersifat langsung tapi sangat efektif untuk membantu siswa
mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan berpikir kritis.
Pada model pembelajaran induktif guru langsung memberikan presentasi informasiinformasi yang akan memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari
siswa, selanjutnya guru membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari
ilustrasi-ilustrasi yang diberikan. Model pembelajaran induktif dirancang berlandaskan
teori konstruktivisme dalam belajar. Model ini membutuhkan guru yang terampil
dalam bertanya (questioning) dalam penerapannya.

Materi pelajaran di desain dari

yang bersifat khusus ke yang bersifat umum atau generalisasi. Strategi pembelajaran
induktif menitikberatkan pada materi pelajaran yang telah diketahui oleh peserta didik
(siswa) dengan tujuan yang jelas, sehingga merangsang peserta didik (siswa) untuk
selalu belajar.

LKTIM

14

4. Strategi Pembelajaran Deduktif


Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah pendekatan yang menggunakan
logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat
premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang kompleks, peneliti dapat menarik
lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan
kesimpulan dari sesuatu yang umum kesesuatu yang khusus. Pembelajaran deduktif
adalah model pembelajaran yang merupakan imbangan yang sangat dekat bagi model
pembelajaran induktif. Keduanya dirancang untuk mengajarkan konsep dan
generalisasi, mengandalkan contoh dan bergantung pada keterlibatan guru secara aktif
dalam membing siswa. Perbedaan teletak pada urutan kejadian selama pembelajaran,
keterampilan berpikir, memotivasi, dan pendekatanpembelajaran deduktif adalah
seorang guru lebih aktif daripada peserta didik.
.

3. Bagaimana strategi adaptasi pembelajaran teknologi diterapkan


Pada dasarnya, penerapan teknologi pada pembelajaran disekolah-sekolah sangat
mempengaruhi terhadap efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar ketika
dihadapkan pada kondisi yang tidak memungkinkan, sebagai strategi alternatif yang
berorientasi pada teoritis dan filosofis pembelajaran. Penggunaan atau penerapan
teknologi yang begitu cepat dan canggih pada sekolah-sekolah akan mempengaruhi
penyampaian informasi atau pesan pembelajaran. Sebagai alterntif penyampaian
informasi atau pesan pembelajaran, teknologi bukan hanya memungkinkan visualisasi
yang lebih efektif jika dibandingkan tanpa menggunakan teknologi dalam
penyampaian informasi atau pesan pembelajaran akan menghambat proses belajar
mengajar di sekolah-sekolah, apalagi di daerah terpencil dan terisolasi yang sulit untuk
mengakses berbagai informasi yang berhubungan dengan pembelajaran. Penggunaan
strategi adapatasi teknologi pembelajaran akan membatu guru untuk beradapatasi
dengan kemajuan perkembangan zaman yang selalu mengalami perubahan yang
progresif.
Penerapan teknologi dalam pembelajaran pada sekolah-sekolah di daerah terpencil

LKTIM

15

dan terisolasi sangat memerlukan komponen-komponen atau sarana dan prasarana


bahkan fasilitas-fasilitas sekolah yang memadai. Oleh karena itu, ada beberapa
pemikiran yang akan kami tawarkan, yaitu pendekatan administrati dan pendekatan
pembelajaran.

Pendekatan Administratif
1.

Penempatan guru dan tenaga kependidikan dalam satu paket

2.

Pengelolaan pendidikan mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah

(kota dan
3.

1.

kabupaten)

Penerapan kurikulum beroreintasi kecakapan hidup.

Penempatan guru dan tenaga kependidikan

Penempatan guru dan tenaga kependidikan merupakan sesuatu yang harus


diprioritaskan dan menjadi paling utama dalam pendidikan (pembelajaran) yang
menjadi ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan. Masalah penempatan guru dan
tenaga kependidikan di daerah terpencil dan pesisir merupakan problem nasional yang
tidak kunjung usai. Di satu pihak terdapat kelebihan guru dan di pihak lain kekurangan
guru, padahal merupakan dalam satu lingkup daerah yang menjadi titik sentral bagi
pengorganisasian yang harus di kelola dengan professional dan bijaksana dalam
pemerataan penempatan guru di sekolah-sekolah dengan latar belakang yang berbedabeda. Dengan perbedaan latar belakang inilah seyogyana menjadi satu kekuatan yang
solid dalam pengembangan pendidikan (pembelajaran) yang akan melahirkan manusia
yang berkompeten dalam bidangnya masing-masing.
Penempatan guru di daerah terpencil dan terisolasi tidak akan berjalan dengan lancer
tanpa dibarengi dengan fasilitas yang memadai serta disertai dengan ketertarikan dan
kesejahteraan guru ketika mengajar didaerah tersebut. Menurut Tilaar (2011: 112)
yang perlu dikembangkan, yaitu : 1) Rotasi tugas dalam kabupaten sesudah mengabdi
3 tahun, 2) Kenaikan pangkat istimewa setiap mengabdi 5 tahun di tempat yang sama
atau di daerah terpencil lainnya, 3) Memperoleh beasiswa melanjutkan studi bagi yang
menunjukkan prestasi yang inovatif serta kemampuan akademik, 4) Memberikan

LKTIM

16

karya-siswa didalam maupun diluar negeri bagi yang berprestasi, dan 5) Menyediakan
perumahan yang layak ketika tugas di daerah tersebut.
Dalam menghadapi dunia yang serba cepat dan canggih dengan parameternya adalah
penggunaan teknologi yang mendominasi kehidupan masyarakat. Sehingga bagaimana
pun tuntutan dan kebutuhan masyarakat semakin kompleks dan bervariasi yang
dimotori oleh teknologi dan informasi dalam menggerakkan nilai-nilai kemanusiaan
untuk selalu berubah kearah yang progresif dan cenderung akan mematikan
kebudayaan. Suatu pendekatan baru dalam strategi penempatan guru didaerah
terpencil dan terisolasi ialah dengan melihat dari segi kebutuhan guru ketika berada
atau bertugas di daerah tersebut, tetapi juga dengan memperhitungkan kemungkinankemungkinan atau konsekuensi yang akan ditanggung oleh guru atau dengan
memberikan peluang-peluang yang menjanjikan untuk menerima tantangan dalam
mengembangkan atau penyadaran, pemberantasan buta huruf, dam pemberian hak
akan pendidikan yang sama dengan daerah-daerah perkotaan atau pedesaan yang
memenuhi standar pendidikan. Menurut Tilaar (1990) Masalah pendidikan guru
Sekolah Dasar yang menyangkut kelembagaan SPG. Justru tenaga-tenaga pendidikan
dasar ini merupakan peletak dasar proses mencerdaskan kehidupan bangsa, justru di
sinilah terletak titik lemah yang perlu segera di perbaiki dalam tahap pemantapan
system pendidikan nasional untuk menjawab tantangan era globalisasi. Apabila
adanya kemajuan teknologi tidak diikuti oleh masyarakat atau pemerintah pada
sekolah-sekolah di daerah tersebut maka akan semakin tersisihkan atau semakin
tertinggal dengan sekolah-sekolah yang berada di daerah perkotaan atau pedesaan,
sehingga akan menjauh dari kualitas pendidikan yang diinginkan.
Ada beberapa problem penempatan guru dan tenaga kependidikan di daerah terpencil
dan terisolasi yang fundamental untuk dikaji dan dipecahkan bersama, yaitu :
1. Ketidakpastian sistem pendidikan untuk menunjang profesi guru ketika mengajar
di daerah terpencil dan terisolasi
2. Profesi kependidikan (guru) tidak memberikan jaminan untuk kesejahteraan atau
kehidupan yang layak
3. Pemberian gaji lebih besar daripada guru-guru yang ada di daerah perkotaan atau

LKTIM

17

pedesaan yang semua kebutuhannya terpenuhi


Terkait dengan penyediaan anggaran pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam
UUD 1945, Pemerintah akan secara bertahap meningkatkan anggaran pendidikan
untuk dapat mencapai 20 persen dari APBN dan APBD yang tidak termasuk gaji dan
tunjangan guru.

2. Pengelolaan, pengorganisasia pendidikan mendapat perhatian khusus dari


pemerintah daerah
Pengelolaan, pengorganisasian, dan penanganan merupakan tiga kata yang berbeda,
tetapi mempunyai tujuan yang sama,yaitu sama-sama memperjuangkan pendidikan
secara khusus yang ada di daerah terpencil dan pesisir mendapatkan keadilan,
kesetaraan, dan pemerataan secara professional. Secara manajement pemerintah
daerah dapat menyelesaikan permasalahan atau keluh kesah yang dihadapi masyarakat
setempat tidak menutup kemungkinan untuk melirik sedikit masalah apa yang
dihadapi dan yang sedang bergejolak. Ketika kita membuka UUD 1945 dan Sistem
Pendidikan Nasional ( SISIDIKNAS ) No.20 th 2003, mengamanahkan bahwa setiap
warga Negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang layak. Artinya,
masyarakat Indonesia di kota maupun di desa (terpencil dan terisolasi), di daerah maju
maupun di daerah yang tidak maju semuanya berhak mendapatkan pendidikan baik
formal maupun informal. Ketika kita menganalisis UUD 1945 dan Sistem Pendidikan
Nasional ( SISIDIKNAS ) No.20 th 2003 tersebut tidak terdapat perbedaan satu pihak
dengan pihak/kelompok yang harus dikembengkan lebih baik satu sama lain, tapi
semuanya mendapatkan kesetaraan, keadilan, dan kesesuaian dengan pendidikan yang
berada diperkotaan. Bukan tidak mungkin jika pemerintah dalam mengambil
kebijakan tentang pendidikan yang harus diprioritaskan untuk mengatasi permaslahan
yang tidak berujung usai itu, padahal pemerintah baik daerah maupun pusat
sebenarnya dapat mengatasi permasalahan atau kesenjangan tersebut.
Di suatu era dengan spesifik tertentu ditandai dengan pertumbuhan dan
perkembangan industri, kompetisi atau persaingan di semua aspek kehidupan baik

LKTIM

18

ekonomi, social, budaya, politik, dan pendidikan serta perubahan kebutuhan yang
begitu cepat didorong oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang modern.
Untuk memenuhi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, diperlukan SDM
yang berkualitas, integritas, dan loyalitas kepribadian yang tinggi. Oleh karena itu,
pendidikan merupakan jalan satu-satunya yang dapat menjawab semua tantangan
perkembangan di era globalisasi ini pendidikan di Indonesia perlu ditingkatkan
untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi, sehingga
dapat bersaing dipanggung internasional. Oleh sebab itu, alat yang paling ampuh
untuk menciptakan SDM yang berkualitas tinggi hanya dengan pendidikan yang
mampu karena selama ini tidak belum ada suatu alat yang efektif kecuali pendidikan
(pembelajaran).
Keberadaan ideology dan kepentingan masing-masing politik sangat berperan dalam
menentukan suatu kebijakan pendidikan dalam menyosong pemberdayaan masyarakat
di daerah terpencil dan terisolasi. Tujuan dan substansi pendidikan berperan untuk
meningkatkan dan mengembangkan potensi di suatu daerah (terpencil & terisolasi).
Kebijakan pemerintahan di suatu daerah sangat menentukan atau dominan untuk
mengembangkan pendidikan di daerah tersebut. Keberadaan strategi akan membentuk
sebuah dinamika polarisasi untuk menentukan perumusan kebijakan pendidikan.

3. Penerapan kurikulum berorientasi pada kecakapan hidup


Pengertian konsep kecakapan hidup bukan hanya sekedar tentang keterampilan yang
akan di kuasai atau dimiliki oleh seseorang sebagai alat untuk bekerja, akan tetapi
pengertian kecakapan hidup sebagai orang mengertikan hanya sebagai keterampilan
yang di miliki oleh seseorang untuk bekerja, pengertian ini merupakan makna yang
sempit dalam mengartikan konsep kecakapan hidup. Ada beberapa pengertian
kecakapan hidup menurut beberapa ahli, yaitu :
1. Barrie Hopson dan Scally (1981) mengemukakan bahwa kecakapan hidup
merupakan pengembangan diri untuk bertahan hidup, tumbuh, dan berkembangan,
memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan berhubungan baik secara
individual, kelompok maupun melalui sistem dalam menghadapi situasi tertentu.

LKTIM

19

2. WHO (1997) mendefinisikan kecakapan hidup sebagai keterampilan atau


kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan
seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam kehidupan
secara lebih efektif. Kecakapan hidup mencakup lima jenis, yaitu kecakapan
mengenal diri, berpikir, social, akademik, dan kejuruan.
3. Kent Davis (2000) kecakapan hidup merupakan pedoman pribadi untuk tubuh
manusia yang membantu peserta didik belajar bagaimana menjaga kesehatan
tubuh, tubuh sebagai individu, bekerja dengan baik, membuat keputusan logis,
menjaga mereka sendiri ketika diperlukan dan menggapai tujuan hidup (dalam
Zainal Arifin. 2011: 243).

Dari konsep atau pengertian di atas, bahwa kecakapan hidup merupakan ilmu
pengetahuan yang dapat beradaptasi dengan lingkungan yang berbagai problem yang
dihadapi oleh seseorang (siswa) dan dapat menyelesaikan dengan cara membangun
relasi serta komunikasi.
Esensi kurikulum dalam pendidikan (sekolah) merupakan sesuatu yang signifikan
untuk diterapakan. Penerapan kurikulum tidak terlepas dari relevansi dengan
kehidupan masyarakat yang selalu mengikuti perubahan yang progresif untuk
memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Oleh kerena itu, sebuah kurikulum
tidak menutup kemungkinan dapat menyesuaikan lingkungan dimana sebuah
kurikulum diterapkan. Teknologi, pendidikan, pengajaran, dan kurikulum merupakan
satu dimensi system yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya karena merupakan
sebuah alat untuk mencapai tujuan dan substansi pendidikan itu sendiri. Sebuah
kurikulum dikatakan baik manakala relevan dengan kehidupan masyarakat dimana
kurikulum diterapkan. Dengan penerapan kurikulum yang relevan diharapkan mampu
menjawab, menyesuaikan, dan memenuhi semua kebutuhan masyarakat.
Penerapan kurikulum di sekolah-sekolah yang berada di daerah terpencil dan
terisolasi merupakan permasalahan yang sangat kompleks keberadaannya untuk dapat
dipecahkan karena hal ini menyangkut permasalahan nasional yang tidak bisa
dipecahkan hanya dengan beberapa orang saja kalau sudah menyangkut masalah

LKTIM

20

nasional. Pemerintah dalam mengembangkan bidang pendidikan bersifat parsial jika


dibandingkan dengan bidang-bidang yang lain (politik dan ekonomi). Padahal proses
keseimbangan antara bidang pendidikan, politik, dan ekonomi merupakan suatu proses
yang dinamis dan mengalami momen-momen trasformasi menuju keseimbangan yang
lebih tinggi dan lebih baik.

Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan adalah suatu ancangan atau kebijaksanaan dalam memulai pengajaran
suatu tbidang studi yang memberi arah dan corak kepada metode pengajarannya dan
didasarkan kepada asumsi yang berkaitan. Sedangkan pembelajaran adalah upaya
membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan pembelajaran akan melibatkan siswa
mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien (Muhaimin 1996). Di bawah ini
akan diuraikan beberapa pendekatan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta
didik untuk selalu belajar, yaitu :

1. Bawalah mereka ke Dunia kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia mereka.
Sebagai langkah pertama dan utama seorang pendidik harus mampu memasuki dunia
peserta didik (siswa) untuk mempermudah menerapkan berbagai metode pembelajaran
yang sesuai dengan keinginannya dan mampu membawa peserta didik (siswa) tetap
untuk belajar. Seorang pendidik untuk mendapatkan hak mengajar, pertama-tama
harus membangun jembatan autentik pentingnya memasuki kehidupan peserta didik
(siswa) yang melibatkan semua aspek kepribadian manusia baik pikiran, perasaan,
bahasa tubuh, sikap, dan keyakinan. Hal ini merupakan sesuatu yang paling mendasar
dilakukan oleh setiap pendidik (guru) yang sedang mengajar. Tindakan ini akan
memberikan izin untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan menuju
kesadaran ilmu pengetahuan yang lebih luas.

2. Menggunakan pendekatan TANDUR


Salah satu yang membedakan model pembelajaran yang satu dengan yang lain
adalah tingkah laku mengajar (syntaks) yang digunakan oleh masing-masing model

LKTIM

21

pembelajaran. Syntaks inilah yang menjadi ciri khas dari suatu model pembelajaran
TANDUR, yaitu :
T : Tumbuhkan, tumbuhkan minat dengan menunjukkan Apakah manfaatnya bagiku,
dan bagi kehidupanku
A : Alami, ciptakan dan datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua
peserta didik
N : Namai, sediakan kata-kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebagai sebuah
masukan
D : Demonstrasikan, sediakan waktu dan kesempatan bagi peserta didik untuk
menunjukkan bahwa mereka tahu
U : Ulangi, tunjukkan pada peserta didik cara mengulangi materi dan tegaskan bahwa
Aku tahu bahwa aku memang tahu ini
R : Rayakan, untuk mengakui hasil belajar peserta didik, baik dalam bentuk
penyelesaian, partisipasi, perolehan keterampilan ataupun ilmu pengetahuan lainnya,
maka akuilah dan rayakan.

3. Pendekatan DIDEQCES
D : Directing : memastikan bahwa semua peserta didik (siswa) tahu apa yang harus
diajarkan atau dikerjakan dan menarik perhatian peserta didik (siswa) yang
membutuhkan perhatian khusus.
I : Instructing : memberikan informasi dan menstrukturisasikan tujuan pembelajaran
kepada peserta didik (siswa) dengan baik, misalnya mendeskripsikan bagaimana
caranya.
D : Demonstrating : menunjukkan, mendeskripsikan pengalaman-pengalaman belajar
yang dapat membuat peserta didik (siswa) untuk selalu mencari tahu sendiri.
E : Explaining and illustrating : memberikan penjelasan-penjelasan yang merujuk
pada pembelajaran sebelumnya.
Q : Questioning and discussing : peserta didik (siswa) aktif dalam pembelajaran
dengan cara bertanya dan berdiskusi untuk mengklarifikasi pengetahuan (materi
pelajaran) yang dipelajari di dalam kelas.

LKTIM

22

C : Consolidating : memaksimalkan kesempatan kepada peserta didik (siswa) untuk


menguatkan dan mengembangkan apa yang telah dipelajari.
E : Evaluating pupils response : mengidentifikasi atau mendiagnosis pembelajaran
untuk memperbaiki dan merumuskan kembali tujuan pembelajaran yang tidak
tercapai.
S : Summarizing : menyimpulkan atau merangkum materi pelajaran yang telah
dipelajari dari awal pembelajaran hingga di akhir pembelajaran, sehingga
memberikan umpan-balik.

4. Mengapa strategi adaptasi teknologi pembelajaran diterapkan


Kehidupan masyarakat daerah terpencil dan terisolasi merupakan kesenjangankesenjangan yang sengaja dibuat oleh orang-orang tertentu, kelompok bahkan oleh
lembaga-lembaga pemerintah. Beberapa kebutuhan pokok yang tidak dapat dijangkau
oleh masyarakat terpencil dan terisolasi karena sarana dan prasarananya yang tidak
terpenuhi. Dengan berbagai asumsi yang di lontarkan oleh instansi lembaga
pemerintahan yang memegang peranan penuh dalam pemberdayaan masyarakat
tersebut. Oleh sebab itu, kami akan menawarkan terobosan-terobosan untuk
meminimalisir kesenjangan yang dialami oleh masyarakat daerah terpencil dan
terisolasi dari penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang sedang popular,
yaitu :
1. Menyesuaikan siswa di sekolah daerah terpencil atau terisolasi dengan siswa
di perkotaan atau pedesaan
Kehidupan masyarakat yang ada di daerah terpencil dan terisolasi merupakan
permasalahan yang kompleks untuk dipecahkan. Menyesuaikan atau mengimbangi
untuk menyetarakan antara masyarakat daerah terpencil dan terisolasi dengan
masyarakat perkotaan atau pedesaan bukan berarti tidak ada usaha untuk mengurangi
keterisolasian daerah-daerah terpencil. Berbagai bentuk dan sarana yang digunakan

LKTIM

23

untuk penyadaran bagi daerah tersebut pendidikan merupakan sebuah alternative


yang paling efektif untuk mengurangi keterisolasian dengan daerah perkotaan atau
pedesaan. Ada beberapa factor yang menyebabkan kurikulum disekolah terpencil dan
terisolasi tidak berjalan sesuai dengan harapan sekolah, yaitu :
1. Penempatan tenaga pendidik yang belum proporsional yang dilakukan oleh
perintah, karena pendidik (guru) yang ada disekolah tersebut tidak memenuhi
kualifikasi akademik seperti yang diharapkan oleh sekolah. sehingga guru yang
mengajar tidak mengikuti proses dan mekanisme penerapan kurikulum yang
seharusnya dikembangkan oleh guru-guru.
2. Fasilitas penunjang untuk belajar, sekolah belum memiliki buku-buku bacaan
sebagai sumber belajar dan sarana lain seperti laboratorium, alat tulis, dan listrik
yang menunjang kegiatan pembelajaran.
3. Penyusunan perangkat atau proses kegiatan belajar-mengajar tanpa mengikuti
prosedur yang telah ditentukan oleh pemerintah.
4. Gedung yang jumlahnya terbatas dalam penggunaannya atau kekurangan gedung
5. Satu guru mengisi lebih dari satu mata pelajaran, kelas dalam jam dan hari yang
sama
6. Tunjangan guru tidak sesuai dengan beban mengajar (750.000/bulan) itupun macet
enam bulan atau rendahnya tingkat kesejahteraan guru.
7. Ukuran kelas tidak memenuhi standar kelas (3 x 5 meter).
8. Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan.
9. Akses jalan yang menghubungkan ke sekolah
10. Akses Teknologi Informasi dan Komunikasi
11. Guru tidak percaya diri (sulit mengubah pola pikir guru yang terstruktur di daerah
pdalaman)
Dari berbagai problem diatas, mengisyaratkan kita bahwa permasalahan pendidikan
di daerah terpencil dan terisolasi merupakan tanggung jawab kita semua dalam
menyelesaikan atau mencari solusi yang tepat bagi sekolah tersebut. Problem tersebut
tidak akan terselesaikan tanpa intervensi pemerintah untuk membuat terobosanterobosan baru dalam penangana masalah tersebut. Oleh karena itu, perhatian

LKTIM

24

pemerintah juga merupakan sesuatu yang esensial terhadap pendidikan didaerah


tersebut.

2. Mengurangi kesenjangan pengunaan teknologi untuk daerah terpencil dan


terisolasi
Pembangunan nasional terhadap sector pengembangan daerah terpencil dan terisolasi
yang relative kurang efisien untuk pengembangan dengan berbagai dalih dan landasan
yang diungkapkan oleh lembaga legislative (DPR) tidak dapat direalisasikan ke daerah
tersebut dengan berbagai alasan yang tidak rasional. Menurut (Tilaar, 2011: 103)
usaha pemerataan pembangunan ini memerlukan perubahan sikap baik dari
pemerintah maupun dari masyarakatnya dalam menentukan kebutuhannya sendiri.
Dari pihak pemerintah diperlukan usaha-usaha debirokratisasi serta deregulasi dalam
penanganan serta pengelolaan dana yang tersedia baik dari perintah maupun dari
masyarakat sendiri, agar sumber daya yang tersedia dapat langsung diterima oleh yang
membutuhkan dan berkenaan langsung dengan kebutuhan mereka sendiri. Oleh sebab
itu, partisipasi aktif masyarakat marupakan modal utama, baik dalam pengelolaan
sumber-sumber begitu juga dalam pemanfaatannya. Menurut Muh. Yusuf T. (Volume
I Nomor 1,Oktober 2012) Teknologi pendidikan sebagai disiplin keilmuan
berpegangan pada serangkaian postulat sebagai berikut : 1) Lingkungan kita
senantiasa

berubah.

Perubahan

itu

ada

yang

direkayasa,

ada

yang dapat

diperkirakan, namun sebagian besar tidak dapat kita ketahui sebelumnya. 2)


Jumlah penduduk semakin bertambah, meskipun dengan prosentase yang mengecil.
Mereka semua perlu belajar, dan belajar itu berlangsung seumur hidup, di mana saja,
dan dari siapa saja. 3) Sumber-sumber tradisional semakin terbatas, karena itu harus
dimanfaatkan sebaik mungkin dan seoptimal mungkin. Kecuali itu harus pula
diciptakan sumber baru, dan didayagunakan sumber yang masih belum terpakai. 4)
Adalah hak setiap pribadi untuk dapat berkembang semaksimal mungkin, selaras
dengan perkembangan masyarakat dan lingkungan. 5) Masyarakat berbudaya
teknologi, yaitu bahwa teknologi merupakan bagian yang tertanam (embedded) dan

LKTIM

25

tumbuh dalam setiap masyarakat, dengan kadar yang berbeda-beda.


Ada beberapa hal yang perlu kita sadari dalam perkembangan arah kehidupan yang
semakin modern dan canggih. Apabila kemajuan IPTEK tidak diikuti dengan berbagai
persiapan yang memadai maka kehidupan masyarakat daerah terpencil dan pedalaman
semakin tertinggal jauh dengan daerah-daerah

pedesaana dan perkotaan, sejalan

dengan revolusi informasi dan komunikasi yang melumpuhkan sendi-sendi tata nilainilai kehidupan yang sangat cepat. Beberapa hal yang menjadi factor dalam
pengembangan pendidikan, yaitu :
1. Ledakan penduduk
2. Revolusi informasi dan komunikasi
3. Perkembangan gaya/selera hidup masyarakat

3. Menabur benih kreativitas siswa


Albert Einstein pernah mengatakan, Imagination is more important than
knowledge. Teknologi yang berada di sekeliling kehidupan kita itu pada dasarnya
merupakan buah hasil imajinasi. Menurut Chaedar bahwa imajinasi adalah upaya dan
kekuatan membangun pencitraan mental suatu objek yang belum pernah ada
sebelumnya. upaya menyiratkan kesenjangan dan perencanaan, sedangkan
kekuatan menyiratkan potensi-potensi internal manusia yang diberdayakan
semaksimal mungkin, sehingga melejit dan berdaya. Bila tidak diberdayakan, maka
potensi-potensi itu tidak akan tumbuh sebagai kekuatan. Terbukti, kreativitas pada
sebagian orang mandul, karena potensi yang dimilikinya mirip sebatang besi karatan
yang belum berwujud pisau tajam sehingga tidak mampu mengiris-iris problem
(Chaedar, 2010: 18).
Kreativitas tidak serta merta tumbuh dengan sendirinya bagi seseorang, kreativitas
memerlukan berbagai latihan-latihan yang dapat merangsang dan menumbuhkan
seseorang untuk kreativitas. Dengan penerapan teknologi terhadap sekolah-sekolah
daerah terpencil dan terisolasi dapat mengembangan, membantu dan menumbuhkan

LKTIM

26

daya kreativitas peserta didik untuk menciptakan sesuatu yang baru di daerah tersebut.
Akan tetapi, hal demikian akan menjadi sebuah harapan yang hampa dan kosong tanpa
merealisasikan ide tersebut dan dibarengi dengan adanya sarana yang menunjang atau
mendukung kearah tersebut. Kreativitas itu dapat dilatih, dibina, dan dikembangkan
melalui praktik pendidikan. Oleh karena itu, perlu disusun kurikulum yang memuat
materi yang membahas tentang kreativitas serta adanya buku-buku teks yang telah
ada. Menurut Chaedar, seseorang (siswa) yang kreatif pada umumnya memiliki
kesamaan dan tampaknya merupakan prasyarat munculnya kreativitas itu, antara lain :
Pertama, pengetahuan yang luas yang berhubungan dengan bidang yang dikuasainya,
dan keinginan yang terus menerus untuk mencari problem baru. Sederhananya,
mereka berkelana menyebrang batas pengetahuan yang dimilikinya. Kedua, adanya
sejumlah kualitas yang memungkinkan munculnya respon seperti rasa percaya diri,
ceria, mandiri, kukuh pendirian, tidak mengenal lelah, dan kesiapan mengambil resiko.
Ketiga, adanya kemampuan membagi konsentrasi, menjauh dari cara berpikir
konvensional menggunakan kekuatan intuitif dan yang tidak tersadari untuk
menyelesaikan masalah, dan tabah menanti (tidak segera mengakhiri suatu usaha).
Keempat,adanya keinginan kuat untuk mencapai keseimbangan saat menghadapi
persoalan, sehingga dorongan internal untuk melakukan integrasi dan disintegrasi
terhadap kemapanan yang ada akan senantiasa berakhir cemerlang (Chaedar,
2010:20).
Jeff DeGraff dan Khaterine mengelompokkan kreativitas pada kuadran kiri dan
kanan dalam diagram berikut:
1. Imajinif (imagine) memiliki kompetensi dalam mengembangkan kreativitas
bersumber dari daya imajinasinya. Sesungguhnya setiap individu memiliki
kemampuan menghayal, namun individu imajinatif mampu mewujudkan
hayalannya dalam ide dan karya yang unik. Ujung dari hayalnya adalah berkarya.
Individu imajinatif mengeksplorasi ide-ide baru, menciptakan tata artistik baru,
mewujudkan produk baru, membangun pelayanan baru, memecahkan masalah
dengan cara-cara baru. Potensinya akan berkembang jika didukung dengan kultur
lingkungan yang menghargai dengan baik percobaan, melakukan langkah-langkah

LKTIM

27

spekulatif, fokus pada pengembangan ide-ide baru, bahkan melakukan hal yang
tidak dapat dilakukan orang sebelumnya.
2. Penanam modal (invest) menunjukkan daya kompetisi yang kuat, memiliki
kesungguhan dalam berjuang serta intensif dalam mewujudkan keunggulan. Tipe
pribadi ini berani kalah dan siap menang dan siap menanggung resiko.
Kepribadian investor mengembangkan kreasi dengan cepat sebelum kopetitor
dapat melakukannya. Pribadi yang cerdas dan pekerja keras, pikirannya fokus pada
kebaikan yang yang akan diraihnya. Karena itu ia memiliki motivasi yang kuat
untuk mewujudkan keberhasilan. Kelebihannya ditunjukkan dengan kemampuan
merespon dengan cepat tiap perubahan.
3. Pembaharu (improve) ditandai dengan karakter yang kreativitasnya yang tak
pernah

surut.

Aktivitas

meniru

sesuatu

yang

ada,

memodifikasi,

dan

menyempurnakannya dan merekayasa sesuatu menjadi baru atau lebih baik,


hingga membuat sesuatu berbeda dari sebelumnya. Profil individu pembaharu,
seperti julukannya, memiliki karakter sangat kompleks, tak pernah kehabisan ide,
pejuang sejati, dan selalu berusaha keras tidak gagal.
4. Pengeram (incubate) adalah orang yang mematangkan atau mengeram ide-ide
inovatif dalam dirinya sebelum gagasan direalisasikan. Profil memiliki karakter
bekerja dengan penuh keyakinan dan sepenuh hati. Jika ia seorang pembisnis maka
keyakinan terhadap pekerjaannya lebih daripada bisnis itu sendiri. Ia menghayati
kedalamannya. Ia meyakini dengan dilandasi dengan nilai-nilai hidup yang
menjadi dasar hidupnya.

Karakter pribadinya selalu mendapat tempat dalam

kegiatan belajarnya maupun dalam pekerjaannya.


Pembelajaran kreatif yang membuat siswa mengembangkan kreativitasnya untuk
selalu mengeluarkan bentuk ekspresi yang dimiliki berarti merupakan pembelajaran
kreatif yang membuat siswa aktif membangkitkan dan mengembangkan kreativitasnya
sendiri.

LKTIM

28

BAB V
Penutup
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang untuk
mengembangakan potensi yang dimiliki, kecerdasan, kemandirian, dan kebebasan
untuk berpikir serta mengeluarkan pendapat bagi individu. Penerapan teknologi dalam
pembelajaran pada sekolah-sekolah di daerah terpencil dan terisolasi sangat
memerlukan komponen-komponen atau sarana dan prasarana bahkan fasilitas-fasilitas
sekolah yang memadai. Usaha pemerataan pembangunan ini memerlukan perubahan
sikap baik dari pemerintah maupun dari masyarakatnya dalam menentukan
kebutuhannya sendiri. Dari pihak pemerintah diperlukan usaha-usaha debirokratisasi
serta deregulasi dalam penanganan serta pengelolaan dana yang tersedia baik dari
perintah maupun dari masyarakat sendiri, agar sumber daya yang tersedia dapat
langsung diterima oleh yang membutuhkan dan berkenaan langsung dengan kebutuhan
mereka sendiri. Strategi Pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi serta
mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan pembelajaran dalam suatu pembelajaran.
Penelitian

dalam

strategi

pembelajaran

telah

memberikan

kontribusi

terhadappengetahuan tentang komponen pembelajaran. Seorang desainer pembelajaran


menggunakan

teori

atau

komponen

strategi

pembelajaran

sebagai

prinsip

pembelajaran. Secara khas, strategi pembelajaran berinteraksi dengan situasi belajar.


(metode lebih penting daripada materi, tetapi guru lebih penting daripada metode).

Saran
Pemerataan pendidikan sangat penting sekali bagi para siswa yang berada didaerah
terpencil dan pedalaman. Mereka juga bagian dari bangsa Indonesia yang
membutuhkan pendidikan yang layak bagi mereka sebagaimana pendidikan di daerahdaerah yang penerapan pendidikan sesuai dengan mereka, tapi didaerah terpencil dan
pedalaman sangat membutuhkan dan mengharapkan pendidikan yang sama dengan
daerah-daerah yang lain.

LKTIM

29

Daftar Pustaka
Seels B. Barbara dan Richey C. Rita, (1994) Teknologi Pembelajaran: Definisi dan
Kawasannya, Jakarta : Universitas Negeri Jakarta
Tilaar, H.A.R., (2011) Manajemen Pendidikan Nasional: Kajian Pendidikan Masa
Depan, Bandung : Remaja Rosdakarya
Tilaar, H.A.R., (1990) Pendidikan Dalam Pembangunan Nasional Menyongsong
Abad XXI, Jakarta : Balai Pustaka
Arifin, Zainal (2011) Konsep dan Model Pengembangan kurikulum, Bandung :
Remaja Rosdakarya
Alwasilah, A. Chaedar. 2010. Filsafat Bahasa dan Pendidikan, Bandung : Remaja
Rosdakarya
Muijs. Daniel Reynolds. David. 2008. Effective Teaching, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar

LKTIM

30

Lampiran
Biodata Peserta Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa (LKTIM)
Nama

: Masruhil

Tempat Tanggail Lahir : Probolinggo, 5 Oktober 1992


Nim

: 1102412037

Jurusan/Fakultas

: Teknologi Pendidikan/ Ilmu Fakultas Pendidikan

Perguruan Tinggi

: Universitas Negeri Semarang

Nama

: Eka Danu Saputra

Tempat Tanggail Lahir : Pati, 21 Juli 1993


Nim

: 1102412117

Jurusan/Fakultas

: Teknologi Pendidikan/ Ilmu Fakultas Pendidikan

Perguruan Tinggi

: Universitas Negeri Semarang

Nama

: Sholakhuddin

Tempat Tanggail Lahir : Kudus, 27 Juli 1994


Nim

: 1102412115

Jurusan/Fakultas

: Teknologi Pendidikan/ Ilmu Fakultas Pendidikan

Perguruan Tinggi

: Universitas Negeri Semarang

LKTIM

31

LKTIM

32

Anda mungkin juga menyukai