Yth. Para Anggota Senat, Ketua dan Para Anggota Komisi Guru Besar Universitas Negeri
Malang
Yth. Rekan dosen, tenaga fungsional, dan mahasiswa Universitas Negeri Malang
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
Assalmu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah nikmat, sempat, dan
segala karuniaNya yang sungguh tiada terhingga, sehingga salah satunya berupa kesehatan
dan kesempatan bagi saya sekeluarga, khususnya kebahagiaan pada hari ini. Bersyukur
pula saya pada hari ini masih diberi kesempatan dan mendapat kehormatan untuk
menyampaikan pidato pengukuhan saya sebagai Guru Besar dalam bidang Pendidikan
Luar Sekolah di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Namun demikian, pengukuhan guru besar ini saya rasakan sebagai suatu beban
berat yang harus saya tunaikan untuk memenuhi sebuah proses inisiasi yang mungkin telah
berkembang menjadi tradisi. Untuk memperingan beban itu sampai-sampai saya terpaksa
mengutip pengantar pidato pengukuhan guru Guru Besar saya, Prof. H.M. Saleh Marzuki
ketika memberikan pengantar pada pidato pengukuhan guru besar beliau tanggal 29 Maret
2005. Dikatakan bahwa pidato pengukuhan guru besar adalah proses inisiasi yang telah
berkembang menjadi tradisi. Seseorang yang telah melampaui suatu tahap tertentu dalam
hidupnya perlu memperoleh pengakuan khalayak, untuk jabatan guru besar harus
melakukan pidato pengukuhan. Jika tradisi ini semakin menguat maka akan menjadi adat
kebiasaan, yang apabila tidak dilakukan akan mendapat sanksi sosial dari komunitasnya,
yaitu komunitas akademik. Sebelum saya dikenai sanksi adat tersebut saya memberanikan
diri untuk berpidato pada hari ini. Demikianlah pengantar yang menjadi motivator saya
sehingga “komawani” menggelar pidato.
Namun demikian ada yang menjadi catatan saya yakni bahwa pengukuhan ini sama
sekali tidak saya maksudkan untuk memperoleh pengakuan khalayak bahwa saya patut
menyandang jabatan guru besar, bukan demikian. Terus terang pidato ini saya lakukan
lebih didorong oleh alasan kedua, yakni agar saya tidak mendapat sanksi adat dari
masyarakat adat di perguruan tinggi, khususnya dari ketua adat yang terhormat Bapak
Rektor dan tetua adat yang terhormat Bapak Ketua Komisi Guru Besar.
Lebih lanjut, melalui pidato pengukuhan ini saya berharap mudah-mudahan ada
butir-butir manfaat yang bisa dipetik oleh para pengambil keputusan maupun oleh pihak
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
lain yang ingin membangun masyarakat melalui dunia pendidikan secara lebih baik. Saya
ingin mengajak kita semua untuk memahami pendidikan secara komprehensif dengan
berbagai masalah yang dihadapi. Kita perlu menyadari bahwa pendidikan adalah satu-
satunya jalan arteri atau tulang punggung (back bone) bagi terciptanya sosok manusia dan
tatanan masyarakat yang baik sebagaimana yang dicita-citakan setiap insan, setiap
keluarga, setiap masyarakat, dan setiap bangsa, serta segenap bangsa di dunia yang masih
menginginkan terwujudnya nilai-nilai kenabian (prophet values).
Pendidikan saja memang bukan pancia atau obat mujarab yang mampu
menyembuhkan segala sakit tetapi tanpa pendidikan sudah dapat dipastikan tidak akan ada
pertumbuhan kualitas hidup. Orang boleh kaya tetapi kualitas hidup tidak berjalan searah
dengan kekayaan seseorang. Orang boleh taat hukum dan tercipta masyarakat tertib, aman,
dan damai; tetapi jika tanpa melalui proses pendidikan penyadaran maka ketaatan,
ketertiban, keamanan, dan kedamaian semu, mekanistis, rapuh, temporer, dan potensial
munculnya situasi chaos dan anarkhis. Orang boleh berbudaya, berseni, berpolitik,
berkuasa, dan berteknologi canggih; tetapi tanpa pendidikan bentuk dan arah kebudayaan,
kesenian, politik dan kekuasaan, dan teknologi yang diterapkan bisa jadi membawa umat
manusia ke arah yang destruktif menuju kehancuran dan kebinasaan. Pendidikan bukan
melulu alat untuk sesuatu, pendidikan adalah tujuan itu sendiri.
Setiap preskripsi dan diskripsi tentang prototipe manusia sempurna (insan kamil)
dan masyarakat ideal (good community) senantiasa menghajatkan pembentukan
kepribadian seseorang agar memiliki kualitas hidup yang baik yang menyangkut
perubahan tingkah laku, pertumbuhan dan pengembangan diri yang tidak lain adalah tugas
pendidikan. Dalam berbagai kesempatan diskusi kolegial, guru saya yang lain, yang belum
profesor tetapi sudah saya sebut sebagai guru besar yakni Bapak Dr. Sanapiah Saleh
Faisal, mengintrodusir sebuah teori tentang Teori Pendidikan Prophetik. Inti pemikirannya
bahwa tugas pendidikan adalah sama dan sebangun dengan tugas kenabian, yakni
memperbaiki kualitas hidup dan kehidupan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan
dengan segala predikat potensi kesempurnaannya.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
Namun, sayangnya sampai saat ini rasanya kita belum bisa menunjuk atau
memberikan jawaban secara pasti terhadap pertanyaan-pertanyaan sekitar pendidikan yang
mana, pendidikan seperti apa, dan pendidikan yang bagaimana yang dimaksud dan yang
mampu membawa terbentuknya manusia sempurna dan tatanan masyarakat ideal
sebagaimana yang diinginkan tadi. Sebagian besar jawaban atas model pendidikan yang
pernah ditawarkan masih bersifat tekstual dan parsial. Sampai hari ini pencarian sosok
ideal sistem pendidikan itu masih terus dilakukan oleh bangsa Indonesia.
Dalam kesempatan yang baik ini saya hendak menyampaikan sebuah pemikiran
tentang aktualisasi filosofi pendidikan dan belajar sepanjang hayat atau pendidikan dan
belajar seumur hidup yang telah lama diadopsi dalam sistem pendidikan nasional namun
belum sepenuhnya mampu diwujudkan dalam tata kelola sistem pendidikan nasional itu
sendiri. Pemikiran ini saya beri judul: Interkoneksi antar Jalur Pendidikan: Sinergi
Pendidikan Sekolah dan Pendidikan Luar Sekolah dalam Pembangunan Pendidikan
Nasional.
A. PENDAHULUAN
Hadirin yang saya hormati,
Tujuan Negara Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 adalah
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan
bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pernyataan ini amat
terkait dengan pendidikan. Pentingnya pendidikan bagi seluruh warga Negara diamanatkan
dalam batang tubuh UUD 1945, Pasal 28 b ayat (1) menyatakan setiap orang berhak
mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan
pendidikan dan mendapatkan manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan
budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan umat manusia, dan Pasal
1 ayat (1) menyatakan setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
Pendidikan merupakan salah satu pilar terpenting dalam meningkatkan kualitas
manusia. Oleh karena itu pembangunan pendidikan nasional harus mampu menjamin
pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan dalam menghadapi tantangan nasional dan
global. Demikian pula pembangunan pendidikan nasional harus mempertimbangkan
kesepakatan internasional seperti Pendidikan untuk Semua (Education for All), Konvensi
Hak Anak (Convention on the Right of Child) dan Tujuan Pembangunan Milenium
(Millenium Development Goals) serta Pertemuan Tingkat Dunia untuk Pembangunan
Berkelanjutan (World Summit on Sustainable Development) yang secara jelas menekankan
pentingnya pendidikan sebagai salah satu cara untuk penanggulangan kemiskinan,
peningkatan keadilan dan kesetaraan gender, pemahaman nilai-nilai dan keberagaraman
budaya, serta peningkatan keadilan sosial.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
Landasan filosofis ini telah merubah pandangan hidup manusia tentang belajar,
yang semula cenderung terjebak pada keterbatasan mainstream sistem pendidikan formal
di persekolahan, menjadi tidak terbatas hanya pada persekolahan. Pemahaman masyarakat
yang meletakkan sekolah sebagai satu-satuanya lembaga pendidikan (on schooling alone)
harus diubah ke arah terbentuknya kepercayaan terhadap sistem belajar seumur hidup
(reliance on lifelong learning system). Sikap masyarakat yang tidak respek dan tidak acuh
terhadap pendidikan (uncaring and cold) harus diubah ke arah sikap penuh perhatian dan
saling berbagi (caring and sharing) (Unesco,1995:21).
Untuk mewujudkan prinsip belajar dan pendidikan seumur hidup, peran pendidikan
anak usia dini, jalur pendidikan nonformal dan informal sangatlah strategis. Hal demikian
juga telah disadari dalam membangun sistem pendidikan nasional di Indonesia. Pendidikan
diselenggarakan atas jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. Ketiga jalur
pendidikan itu diselenggarakan untuk melayani semua warga negara berdasarkan pada
prinsip pendidikan sepanjang hayat menuju terbentuknya manusia Indonesia yang
berkualitas.
Sejak semula telah disadarari oleh para pendiri bangsa ini bahwa sistem pedidikan
di Indonesia terdiri atas beberapa jalur yang saling mengisi, yaitu jalur pendidikan sekolah
dan jalur pendidikan luar sekolah atau juga disebut sebagai jalur pendidikan formal,
pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. Pada masa berlakunya Undang-undang
Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebut adanya dua jalur
pendidikan, yaitu: jalur sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Dalam bahasa yang
berbeda, namun dengan kandungan makna yang sama, Undang-undang Nomor 20 Tahun
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebut adanya tiga jalur pendidikan, yaitu:
pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal. Bahkan jauh sebelum
itu, Ki Hajar Dewantara (1956) telah memikirkan bahwa ada tiga tempat berlangsungnya
pendidikan yang disebut sebagai Tri Pusat Pendidikan, yaitu alam keluarga, alam sekolah,
dan alam kepemudaan. Pusat pendidikan di alam kepemudaan itulah hakekat dari
pengakuan adanya peristiwa pendidikan secara informal dan nonformal di masyarakat.
Pada prinsipnya pilar pendidikan alam kepemudaan (menurut Ki Hajar Dewantara), jalur
pendidikan luar sekolah (menurut UU No. 2 tahun 1989), dan jalur pendidikan nonformal
(menurut UU Nomor 20 tahun 2003) menunjuk pada substansi yang sama yaitu kebutuhan
bangsa Indonesia akan layanan pendidikan sistematis di luar sistem persekolahan.
… .... U P S3 Penataran/Up
/ grading
… ... n S o BERBAGAI
Sp FORUM Kursus dinas
27 21 Pendi- i e l 2 BELAJAR
DAN PEM- Pelatihan
26 20 dikan v k I i
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
25 19 Tinggi e n A S2 BELAJARA Diklat
N PLS:
24 18 r T s k T Sp Kursus
1
23 17 s i t a e Pondok pesantren
22 16 i n i d k Kelompok belajar
D4
(kejar, klompen-
21 15 t g t e n S1 D3 Universi capir, KSM,
a g u m i Pokmas, dsb.)
20 14 D2 tas Ter
s i t i k buka Magang
19 13 D1
Korespondensi
18 12 Pendi- S S M S SMU Program
LB Les Privat
17 11 dikan M M A/ M Paket C
K Home schooling
16 10 Menengah U K Kd
Taman Pendidikan
15 9 SM Program
PL Pola Pembelajaran
14 8 SL MTs B Paket B
alamiah lainnya
13 7 TP
- kelompok hoby
12 6 Pendidik- S
-padepokan/sanggar
11 5 an Dasar L
-dsb
10 4 SD MI B SD Program
9 3 LB Paket A
8 2
7 1
6 Pendidika OA KB,
n
5 Prasekolah OB TPA& SKS
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
2 LAINNYA
Hampir semua literatur yang membahas peristiwa, praktik, kebijakan, program, dan
satuan pendidikan yang terjadi di samping sistem persekolahan dominan berisi konsepsi
pendidikan nonformal, sehingga terjadi keruwetan (doubfull) dalam mempersepsi dan
memaknai pendidikan luar sekolah dan pendidikan nonformal. Miskonsepsi tentang
pendidikan luar sekolah tersebut terjadi karena titik pandang (point of view) yang berbeda.
Titik pandang akademisi dari perguruan tinggi atau dari lembaga penelitian dan
pengembangan tentu dari sudut pandang keilmuan atau kajian akademik yang luas
lingkupnya dan bersifat divergen. Titik pandang para pemangku pengambil kebijakan
pendidikan tentu dari sudut pandang peraturan perundangan dan pelayanan publik. Titik
pandang pengelola, penyelenggara, dan praktisi pendidikan tentu dari sudut pandang teori,
konsepsi, prinsip, dan panduan penyelenggaraan lembaga dan program pendidikan secara
praktis.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
bagi orang dewasa, perubahan sosial, pembangunan masyarakat, pengorganisasian
masyarakat, dan banyak lagi terminologi sejenis yang menunjuk pada substansi pendidikan
nonformal. Masing-masing istilah tersebut memiliki makna dan relevansinya sesuai
dengan program pendidikan yang dimaksudkan, termasuk pendidikan luar sekolah itu
sendiri. Ada terminologi yang terikat dengan satuan pendidikan, term perundangan, term
kebijakan, peristiwa pendidikan, setting tempat, sasaran didik, agensi pendidikan, tujuan
pendidikan/pembelajaran, dan yang paling sering terjadi adalah yang menunjuk pada
program pendidikan spesifik bagi orang dewasa atau kelompok masyarakat.
Mispersepsi dan duplikasi pemaknaan terhadap pendidikan luar sekolah telah lama
terjadi sebagaimana pernah ditulis oleh Apps (1979) tentang pendidikan berkelanjutan
yang maknanya juga dekat dengan pendidikan luar sekolah dan pendidikan nonformal.
Daftar istilah yang dikumpulkan oleh Apps (1979:60) untuk menunjukkan keberagaman
istilah yang terkait dengan pendidikan berkelanjutan (continuing education) sebagai salah
satu genre pendidikan nonformal dalam istilah aslinya yaitu: lifelong education, lifelong
learning, continuous learning, continuous education, continuing education, adult
education, adult learning, permanent education, postsecondary education, recurrent
education, informal education, nonformal study, andragogy, dan nontraditional study.
Bahkan Apps juga masih menambahkan cukup banyak istilah lain yang terkait dengan
program pendidikan berkelanjutan bagi orang dewasa yang dikenal di seluruh dunia, di
mana terdapat lebih dari dua puluh istilah yang terkait dengan pendidikan nonformal untuk
orang dewasa.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
formal yang ternyata tidak memberikan dampak kepada pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan rakyat.
Bahkan pada tahun 2010 muncul terminologi baru yang makin memperkaya
khasanah peristilahan pendidikan luar sekolah yaitu PAUDNI (baca: paudni), singkatan
dari kata Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Nonformal, dan Pendidikan Informal.
Istilah paudni muncul pertama kali secara resmi dalam Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 67 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian
Negara, serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara. Pada
Peraturan Presiden tersebut disebutkan bahwa salah satu direktorat jenderal yang ada di
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah Direktorat Jenderal Pendidikan Anak
Usia Dini Pendidikan Nonformal dan Informal, disingkat Ditjen PAUDNI. Sejak inilah
dikenal adanya istilah paudni dalam khasanah pendidikan di Indonesia.
Kebijakan manajemen tidak selalu seiring, searah, dan sebangun dengan dimensi
kajian konseptual teoritik pendidikan. Secara konseptual teoritik dan filosofis antara ke
tiga katagori program/satuan pendidikan yang tergabung dalam istilah paudni yaitu paud,
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
pendidikan nonformal, dan pendidikan informal mememiliki landasan berpijak yang
berbeda. Dengan demikian menyatukan tiga janis program/satuan pendidikan ini dalam
satu kesatuan pembahasan akan banyak mengalami kesulitan. Untuk memperoleh
pemahaman yang sedekat mungkin dengan konsep denotatifnya perlu diuraikan artikulasi,
substansi, dan signifikansi masing-masing nomenklatur itu secara terpisah.
Istilah paudni sering dikaitkan dengan istilah pendidikan luar sekolah (PLS),
pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. Hal ini terjadi semata-mata karena sejak
diinisiasi pada tahun 1997 program paud secara kebijakan dan manajerial di Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan diurus oleh Direktorat Jenderal yang dahulu mengurus
pendidikan luar sekolah, yaitu Ditjen PLSPO (Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan
Olahraga), kemudian menjadi Ditjen PLSP (Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda),
kemudian menjadi Ditjen PNFI (Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Informal), dan
akhirnya tahun 2010 menjadi Ditjen PAUDNI (Pendidikan Anak Uisia Dini, Pendidikan
Nonformal dan Pendidikan Informal). Pada tahun 2000 dibentuk direktorat khusus yang
mengurusi paud yaitu Direktorat PAUD.
Sebelumnya, sebelum istilah paudni dipakai telah digunakan istilah pendidikan luar
sekolah (PLS). Perubahan istilah ini pada dasarnya tidak merubah konten sehingga aspek-
aspek yang ada di dalamnya tetap sama. PAUDNI adalah kependekan dari pendidikan
anak usia dini (PAUD), pendidikan nonformal (PNF) dan pendidikan informal (PIF); yang
tidak lain adalah PLS plus.
Perubahan label untuk pendidikan nonschool ini juga terjadi ketika diundangkan
Rancangan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (RUU Sisdiknas) menjadi
Undang-undang oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) pada
tanggal 11 Juni 2003. Melalui undang-undang tersebut tidak lagi digunakan istilah PLS,
dan muncul istilah baru yaitu: pendidikan nonformal, pendidikan informal, dan pendidikan
formal. Meskipun tidak terlalu tepat makna dan sama arti, namun dapat dikatakan bahwa
PLS telah bermetamorfosa menjadi pendidikan nonformal dan pendidikan informal.
Dengan demikian terminologi paudni sama makna dan kandungan esensinya dengan
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
pendidikan luar sekolah (PLS). Perubahan label untuk menamai medan garap pendidikan
di luar sistem persekolahan ini bukan hal yang pertama dan terakhir. Hal ini akan duraikan
pada bagian selanjutnya.
Pada masa sebelum lahirnya UU Nomor 20 Tahun 2003, yang berlaku adalah UU
Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam UU No. 2 Tahun 1989
menyebut adanya dua jalur pendidikan, yaitu: jalur sekolah dan jalur pendidikan luar
sekolah (Pasal 10 ayat [1]). Dalam bahasa yang berbeda namun dengan kandungan makna
yang sama, UU Nomor 20 Tahun 2003 menyebut adanya tiga jalur pendidikan, yaitu:
pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal (pasal 26, ayat [1]).
Pada prinsipnya jalur pendidikan luar sekolah (menurut UU No. 2 tahun 1989) dan jalur
pendidikan nonformal dan pendidikan informal (menurut UU Nomor 20 tahun 2003)
menunjuk pada substansi yang sama yaitu kebutuhan bangsa Indonesia akan layanan
pendidikan sistematis di luar sistem persekolahan. Layanan pendidikan sistematis di luar
sistem persekolahan itulah yang bisa disebut sebagai pendidikan nonformal. Sedangkan
peristiwa pendidikan yang kurang sistematis dan tidak sistematis yang terjadi di luar
sistem persekolahan dimasukkan ke dalam kelompok jalur pendidikan informal.
Secara politis dan yuridis formal, kedudukan paudni sebagai pranata didukung oleh
Undang-undang (UU) Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal 13
ayat (1) UU) Nomor 20 tahun 2003 tersebut menyebutkan bahwa jalur pendidikan di
Indonesia terdiri atas pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal
yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Selanjutnya pada pasal 26 (ayat 1)
disebutkan bahwa pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau
pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat [ayat
(1)]. Pendidikan informal diatur pada UU Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (13)
dan Pasal 27 ayat (1). Dalam Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional tersebut
pendidikan informal diartikan sebagai jalur pendidikan keluarga dan lingkungan (Pasal 1;
ayat 13) yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri (pasal 27; ayat 1).
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
Adapun penjelasan tentang paud diatur pada pasal 1 ayat (14) bahwa Pendidikan
anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Secara rinci diatur secara khusus pada
pasal 28 yang terdiri dari enam ayat, yaitu: (1) Pendidikan anak usia dini diselenggarakan
sebelum jenjang pendidikan dasar; (2) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan
melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal; (3) Pendidikan anak usia
dini pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK), raudhatul athfal
(RA), atau bentuk lain yang sederajat; (4) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk
lain yang sederajat; (5) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal
berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan;
dan (6) Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah. Berdasarkan ketentuan undang-undang Sistem Pendidikan Nasional itu, paud
merupakan program pendidikan yang terjadi pada tiga jalur sekaligus yaitu formal,
nonformal, dan informal. Dengan demikian paud bukan melulu perihal yang terkait secara
khusus dengan pendidikan luar sekolah.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
Klasifikasi ini sejalan dengan taksonomi Axinn (1976:22), di mana peristiwa
belajar dapat dilihat berdasarkan nirmana (perspective) kesengajaan peserta didik dan
sumber belajar atau pendidik. Apabila pada sebuah peristiwa belajar, si pelajar dan
pengajar keduanya sengaja mengadakan kegiatan belajar-mengajar di luar sistem
persekolahan, maka di situ peristiwa belajar nonformal terjadi sepanjang keseluruhan
proses pembelajaran yang dilakoninya itu terancang secara sistematis dan terkontrol.
Apabila salah satu pihak, si pelajar atau si pengajar tidak sengaja untuk belajar atau untuk
mengajar, namun melalui sebuah interaksi langsung atau secara tidak langsung terjadi
perubahan tingkah laku pada si pelajar, maka di situ telah terjadi peristiwa belajar secara
informal. Berikut ini diagram yang dibuat Axinn untuk menvisualisasikan anatomi sistem
pendidikan berdasarkan aspek kesengajaan belajar dan mengajar. Model ini telah
dimodifikasi untuk memberikan konteks pada situasi di Indonesia.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
Nirmana
Pengajar
SENGAJA TIDAK SENGAJA
Nirmana Pelajar
A B
Pendidikan Formal
C D
TIDAK SENGAJA
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
Melalui diagram tersebut mudah untuk dipahami bila format pendidikan nonformal
dan pendidikan informal terjadi pada setting yang spesifik di luar sistem pendidikan
formal. Meskipun diagram tersebut nampak sederhana, namun memiliki implikasi
substantif terhadap nilai-nilai, prinsip, dan aktualisasi praktis dalam penyelenggaraan
pembelajaran di tataran kebijakan dan praksis. Apa yang disebut pendidikan nonformal
adalah format pendidikan yang terjadi di luar sistem persekolahan yang terdesain
sepenuhnya oleh pihak pengajar (pendidik dan tenaga kependidikan) dan keterlibatan
pelajar sebagai subjek belajar dilakukan secara disadari sepenuhnya.
Sedangkan pendidik informal adalah format pendidikan yang terjadi di luar sistem
persekolahan dan program belajarnya tidak sepenuhnya terdisain, dengan tiga
kemungkinan varian yaitu: (1) program didisain oleh pihak pengajar (pendidikan informal
tipe 1), (2) program didisain oleh pihak pelajar sendiri (pendidikan informal tipe 2), dan
(3) program belajar tidak terdesain sama sekali baik oleh pengajar maupun oleh pelajar
(pendidikan informal tipe 3).
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
(1) Kegiatan belajar mandiri pasif. Contoh tipe belajar mandiri secara pasif misalnya:
melalui membaca, mengamati, dan menonton yang akibat dari kegiatan tersebut dapat
menumbuhkan pemahaman atau nilai-nilai tertentu pada dirinya.
(2) Kegiatan belajar mandiri aktif. Contoh tipe belajar mandiri aktif dapat dilakukan
seseorang melalui bertanya dan diskusi dengan orang yang memiliki pengetahuan atau
kecakapan yang lebih banyak, atau membaca berbagai buku tentang suatu keterampilan
atau kecakapan tertentu maupun tentang pendalaman kecakapan profesional.
Pada kuadran C menggambarkan varian pendidikan informal tipe 1 di mana ada
kesengajaan dari pihak pendidik (sumber belajar) untuk membantu atau mengarahkan
peserta didik tertentu guna memperoleh pengalaman belajar, sedangkan pihak peserta didik
tidak sengaja untuk belajar sesuatu dengan bantuan pendidik. Kegiatan belajar semacam
ini termasuk ke dalam kategori pendidikan informal tipe 1. Pendidikan informal tipe ini
dapat berbentuk perorangan, kolektif dan massal. (1) Pendidikan yang dilakukan secara
perorangan dapat terjadi dalam keluarga (pendidik alamiah). Peran orangtua dalam
keluarga adalah sebagai pendidik informal bagi anak-anak dan anggota keluarganya. (2)
Pendidikan informal dapat dilakukan secara kolektif yaitu melalui kegiatan-kegiatan
kelompok yang memiliki kepentingan bersama. Pendidikan informal secara kolektif ini
merupakan bentuk pemberdayaan masyarakat yang terselenggara karena diciptakan oleh
pemerintah atau agensi pendidikan masyarakat secara mandiri (pendidik semi profesional).
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
Pendidikan yang dilakukan secara massal dapat dilakukan melalui penyuluhan langsung
atau melalui media massa.
Perubahan akibat belajar dapat terjadi dalam berbagai bentuk perilaku, dari ranah
kognitif, afektif, dan atau psikomotor. Sifat perubahannya relatif permanen (bukan
perubahan bersifat sesaat), tidak akan kembali kepada keadaan semula. Perubahan terjadi
akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan perubahan serta-merta
akibat refleks atau perilaku yang bersifat naluriah. Perubahan akan lebih mudah terjadi bila
disertai adanya penguat, berupa ganjaran yang diterima - hadiah atau hukuman - sebagai
konsekuensi adanya perubahan perilaku tersebut. Perasaan bangga dalam diri karena dapat
mengerti dan paham akan apa yang di pelajari. Kegiatan belajar berlangsung sepanjang
hidup manusia karena untuk mempertahankan hidup dan memenuhi kebutuhan hidupnya.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
informal tipe 1 di mana perencanaan program belajar dilakukan oleh pihak pengajar, di
mana tipe ini bisa disebut sebagai planned learning sekaligus dapat dikatakan sebagai
random learning. Katagori ke tiga adalah pendidikan informal tipe 2 di mana perencanaan
program belajar dilakukan oleh pihak pelajar sendiri, di mana tipe ini bisa juga disebut
sebagai planned learning sekaligus dapat dikatakan sebagai random learning. Katagori ke
empat adalah pendidikan informal tipe 3 di mana sepenuhnya tidak ada perencanaan
program belajar/pembelajaran.
Dengan demikian dapat dimaknai pula bahwa pendidikan formal dan pendidikan
nonformal sepenuhnya bersifat planned learning. Pendidikan informal tipe 3 sepenuhnya
bersifat random learning atau unplanned learning. Pendidikan informal tipe 1 bersifat
tentatif sebagai planned learning dari sudut pandang pengajar, namun bersifat random
learning dari sudut pandang pelajar. Sebaliknya pendidikan informal tipe 2 bersifat
planned learning dari sudut pandang pelajar, tetapi random learning dari sudut pandang
pengajar.
C. SIGNIFIKANSI PLS
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
pendidikan dan belajar seumur hidup. Sementara pendidikan anak usia dini diharapkan
berperan strategis dalam menyiapkan generasi penerus bangsa sepuluh sampai tiga puluh
tahun ke depan.
Segala bentuk dan praktek belajar yang berlangsung di luar sistem persekolahan,
baik berupa pembimbingan, pembelajaran maupun pelatihan, dapat dikatakan sebagai
praktek pendidikan luar sekolah. Para pemangku praktek, profesi PLS, pengambil
kebijakan, dan pemangku kajian PLS perlu memahami peta ini agar dapat mengarahkan
perhatiannya secara menyeluruh dan mendalam. Dalam posisi ini, setidaknya PLS dapat
diamati sebagai tiga hal yang saling terkait, yaitu: sebagai lahan garapan (field of practice),
sebagai bidang kajian (field of study), dan sebagai bidang pekerjaan (line of
work/profession). Bahkan ada yang menyatakan PLS sebagai sebuah pranata yang berisi
seperangkat komponen dan norma, aturan dan etika.
Memasuki wilayah garapan dan komunitas PLS maka seseorang perlu memahami
terlebih dahulu nilai-nilai normatik-idealistik yang berlaku di wilayah garapan dan
komunitas ini. Nilai-nilai itu antara lain: (1) pendidikan adalah berlangsung seumur hidup,
belajar bisa di mana saja, kapan saja, dan kepada siapa/apa saja, yang terpenting dalam
kegiatan belajar PLS adalah proses, bukan hasil dan bukan pula ijasah/kredensial; (2)
pendidikan harus dilaksanakan secara swa-arah, membangkitkan kesadaran kritis,
dilakukan secara andragogis, dan menjunjung nilai-nilai kemanusiaan. Nilai-nilai
pendidikan luar sekolah tersebut telah menjadi sebuah “ideologi” dan cara pandang dalam
menyelesaikan problem-problem sosial sebagaimana makna tesis-tesis yang pernah
diintrodusir oleh Soedjatmoko (1990) “Pembangunan sebagai Proses Belajar”; Edgar
Faure (1972) “Belajar untuk Hidup; Kindervatter (1978) “Nonformal Education as
Empowering Process”, atau Freire (1972) “Pendidikan sebagai Praktek Pembebasan.”
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
Berbagai norma PLS itu bahkan telah bisa diangkat sebagai idiologi perubahan sosial
terencana (pembangunan) sebagaimana paradigma pembangunan mulai dari belakang
(rakyat), pendidikan sebagai praktek pembebasan, pendekatan akar rumput, pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis
kebutuhan nyata peserta didik, dan segala konsepsi turuannya.
Praktek PLS di masyarakat, di manapun itu dan pada level kebudayaan apapun,
kelembagaan PLS berentang dari yang sangat longgar, terbuka dan tidak terorganisir
sampai dengan yang sangat ketat, tertutup, sangat terorganisir. Dalam bentuknya yang
sangat terbuka, longgar, dan tidak terorganisir misalnya adalah forum belajar melalui
magang, nyantrik, ngernet, belajar mandiri melalui sumber-sumber belajar masyarakat;
termasuk dalam hal ini adalah praktek pendidikan di dalam keluarga. Incidental learning
tidak termasuk dalam klasifikasi ini karena tidak memenuhi karakteristik “kesengajaan”
dari proses pendidikan. Dalam bentuknya yang sangat tertutup, ketat, dan sangat
terorganisir misalnya adalah kursus penjenjangan pegawai, kursus kemiliteran, pendidikan
dan pelatihan kader, penataran kedinasan, dan sebagainya. Bahkan beberapa forum belajar
PLS ini lebih ketat dari sekolah dalam hal persyaratan input, proses pembelajaran, dan
baku mutu out put, dan baku mutu pasca pendidikan.
Menurut Apps (1979) garapan PLS merentang dari persoalan pelajaran yang terkait
dengan “survive for live” atau basic needs yang berupa pemenuhan kebutuhan dasar
manusia sampai dengan pengisian waktu luang dan hal yang bersifat filosofis. Secara
kronologis dalam sekuensi kehidupan manusia, pada PLS-lah proses belajar bagaimana
mempertahankan dan melangsungkan hidup manusia, baik secara personal maupun
komunal; sampai dengan pelajaran tentang nilai-nilai hidup dan kehidupan setelah mati,
dipelajari. Dalam kaitan ini Apps (1979) mengelompokkan kurikulum PLS mencakup tiga
hal pokok, yaitu (1) to help people survive, (2) to help people in a community (society),
dan (3) to help people discover a sense of meaning in their lives.
Misi PLS yang pertama, yaitu to help people survive (membantu manusia untuk
mempertahankan hidup), adalah isi pendidikan yang ditujukan untuk terpenuhinya
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
kebutuhan manusia tingkat dasar, yaitu makan, pakaian, dan perumahan. Bentuk
programnya bisa bermacam-macam, misalnya kelompok belajar usaha (KBU), berbagai
macam program pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam bermata-pencaharian
(pangupa jiwa, Jawa). Program-program kesehatan, gizi, keluarga berencana, pengetahuan
alam (sifat-sifat alam dan cara mengendalikannya), dan sebagainya yang dimaksudkan
agar hidup manusia bisa lestari dan lebih baik adalah termasuk jenis tujuan PLS ini.
Misi PLS yang ke tiga, yaitu to help people discover a sense of meaning in their
lives (membantu manusia menemukan makna atau nilai-nila hidup), adalah isi pendidikan
yang ditujukan untuk memfasilitasi dan mendorong manusia sebagai mahkluk yang ber-
Tuhan, beretika dan berestetika. Pada dimensi inilah PLS berperan mewujudkan sosok
manusia dan masyarakat yang memahami dan menghargai nilai-nilai hidup serta berupaya
mewujudkannya dalam kehidupan antara lain dalam bentuk pelajaran dan pencarian makna
hidup atau nilai-nilai hidup (values of life). Contoh program PLS yang termasuk kategori
misi ini misalnya pengajian, sekolah minggu, berbagai latihan kejiwaan, meditasi,
“management qalbu”, latihan pencarian makna hidup, kelompok hobi, pendidikan
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
kesenian, dan sebagainya. Melalui program pendidikan tersebut hidup manusia berusaha
diisi dengan nilai-nilai keagamaan, keindahan, etika dan makna.
Pendek kata program PLS merentang sangat luas, baik dari dimensi waktu, isi dan
tujuan pendidikan, maupun tempat dan pola transaksi pembelajarannya. Ketika sekolah
terbelenggu oleh persyaratan-persyaratan formal sehingga sangat banyak mengalami
keterbatasan, maka PLS dapat keluar dari semua keterbatasan itu. Di luar sekolah orang
bisa belajar apa pun di kala usianya telah di atas usia sekolah, orang bisa belajar apapun
yang dibutuhkan atau disukai di pusat-pusat sumber belajar yang ada di masyarakat. Pada
sisi lain orang dapat mengajarkan apapun, menginformasikan apa pun, atau kampanye apa
pun yang menjadi kepentingannya melalui media komunikasi dan forum belajar
indigeneous maupun yang telah direkayasa.
Dalam kasus di Indonesia, bidang pelajaran dan pendidikan yang tidak diajarkan di
sekolah adalah garapan dan tanggung jawab pendidikan luar sekolah. Banyak masalah dan
kebutuhan belajar individu dan masyarakat yang hanya bisa dipenuhi melalui teknologi
(rekayasa) pendidikan luar sekolah, sementara daya jangkau dan kemampuan teknologi
pembelajaran sekolah tidak bisa menyentuhnya. Kemampuan sekolah untuk menyentuh
masalah-masalah sosial kependidikan yang ada di masyarakat sangat terbatas, baik karena
keterbataan tempat, ruang, waktu, maupun keterbatasan sarana-prasarana. Secara
sederhana dapat dikatakan, di mana ada kebutuhan belajar atau masalah sosial yang
membutuhkan sentuhan pendidikan di luar sistem persekolahan, maka di situ PLS perlu
hadir. Hanya PLS yang bisa menyentuh masalah-masalah buta huruf, penyakit sosial,
masalah disintegrasi bangsa, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, kemampuan
kewiraswastaan, trauma konflik horizontal, trauma psikologis, pengembangan hobi dan
kegiatan pengisi waktu luang, sampai dengan masalah-masalah kemanusiaan dalam
mencari makna hidup. Meskipun retorika semacam ini sering diucapkan berbagai pihak
namun aktualisasinya sering mengalami kendala dan keterbatasan terkait sumberdaya
pembelajaran dan masalah-masalah kejiwaan dan budaya.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
Dalam kaitan ini paudni atau PLS tidak sekedar sebagai substitusi bagi mereka
yang tidak memperoleh pendidikan formal, tetapi lebih dari itu, yakni sebagai alternatif
untuk mengatasi kelemahan pendidikan formal. Dirjen PNFI, Hamid Muhammad (2009)
mulai mengintrodusir peran PNFI (baca: paudni) yang lebih luas lagi, yakni sebagai
”pilihan” dalam arti alternatif layanan pendidikan yang diprioritaskan, baik oleh subjek
belajar maupun oleh perancang program belajar. Fenomena ini telah muncul cukup lama di
mana ada di antara warga masyarakat yang memilih belajar di jalur pendidikan luar
sekolah dalam upaya untuk mendapatkan pendidikan. Sensasi yang terkahir adalah
munculnya praktik sekolah rumah (home schooling) sebagai wujud praktik pendidikan di
luar sekolah sebagai pilihan dalam mengembangkan diri. Dalam hal ini, PLS berperan
sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap terhadap pendidikan formal yang dipandang
tidak cukup lagi mampu menampung konsep dan kebutuhan mutakhir layanan pendidikan
nonformal dan informal.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
besar, yang ditujukan untuk memberikan layanan pendidikan kepada sasaran didik yang
tujuan belajarnya teridentifikasi secara jelas dan spesifik. Dalam konteks ini pendidikan
formal dianggap hanya salah satu saja dari komponen sistem pendidikan di samping
komponen pendidikan nonformal dan pendidikan informal. Peran pendidikan nonformal
sejajar dengan pendidikan formal dalam sistem pendidikan nasional. Peran pendidikan
nonformal menjadi lebih besar lagi apabila dikaitkan dengan upaya mewujudkan
masyarakat belajar (the learning society).
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
Kebutuhan terhadap layanan PLS dewasa ini semakin meningkat, sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan kualitas hidup yang semakin
meningkat. Pada saat ini tidak kurang dari 39 ribu satuan PLS yang memberikan layanan
berbagai jenis program PNF kepada 48 juta penduduk; diantarannya 8,3 juta dilayani
melalui program pendidikan anak usia dini, 12,7 juta mengikuti program pendidikan
keaksaraan, dan 1,5 juta mengikuti program keterampilan teknis melalui berbagai macam
kursus dan pelatihan (Ditjen PLSP, 2006).
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
umumnja. Semuanja itu telah memberi kesadaran jang lebih mendalam
dikalangan orang2 dan pemimpin serta pemuka rakjat dan kaum terpeladjar
pada umumnja akan kekurangan2 jang ada pada sesama bangsanja, terutama
dalam hal kurangnja pengertian, kemelaratan dan kesengsaraan (Hamidjojo,
1957:44).
Demikianlah gambaran romantik yang terjadi pada tahun 1946 tentang awal mula
munculnya gerakan Pendidikan Masyarakat di Indonesia. Seiring dengan keinginan dan
desakan dari berbagai pihak maka pada tanggal 1 Juni 1946 di dalam kementerian P.P. dan
K. diadakan satu bagian khusus yaitu Djawatan Pendidikan Masyarakat. Secara formal
(kedinasan) program Djawatan Pendidikan Masyarakat yang semula disebut dengan istilah
P.B.H (Pemberantasan Buta Huruf), atau Kursus P.B.H. dengan berbagai macam
variannya seperti K.K.O.D. (Kursus Kemasjarakatan Orang Dewasa), atau KBU
(Kelompok Belajar Usaha), K.K.M. (Kursus Kader Masjarakat), T.P.M. (Taman Pustaka
Masjarakat), atau Perpustakaan Desa. Ada lagi Program Kepanduan, Kepemudaan,
Kewanitaan, dan Keolahragaan (Cf. Hamidjojo, 1957).
Peranan PLS dalam mengatasi berbagai masalah yang timbul di masyarakat masih
belum banyak dikenal oleh banyak kalangan termasuk para pendidik. Pendidikan luar
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
sekolah (baca: Pendidikan Nonformal) yang oleh para ahli didefinisikan sebagai upaya
pelayanan pendidikan yang diprogram secara sistematik, berencana dan terorganisasi
kepada mereka yang ingin menambah, melengkapi dan mengganti, kekurangan
pengetahuan, keterampilan dan sikap di luar sistem persekolahan, belum banyak dipahami
orang. Coombs (1983) mendefinisikan sebagai kegiatan belajar yang terorganisasi untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu bagi sekelompok sasaran didik, yang dilaksanakan di
luar sistem persekolahan. Archibald Callaway dalam Brembeck (1983) mendefinisikan
PLS sebagai suatu bentuk kegiatan belajar yang berlangsung di luar sekolah dan
universitas. Harbison dalam Brembeck (1983) mengintrodusir pendapat tentang PLS
sebagai pembentukan skills dan pengetahuan di luar sistem sekolah formal. Di luar sistem
pesekolahan artinya tidak mengikuti sepenuhnya kaidah-kaidah yang diberlakukan dalam
sistem persekolahan, seperti jenjang, kesebayaan usia, ketenagaan yang profesional, ijazah,
periodesasi, dan lain-lain. Pemaknaan PLS yang demikian menimbulkan kerancuan karena
PLS disamakan dengan pendidikan nonformal, pendidikan massa, dan pendidikan orang
dewasa.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
didorong oleh terbatasnya penduduk pribumi yang memperoleh kesempatan pendidikan
pada zaman penjajahan Belanda dan Jepang. Oleh karena itu peran pendidikan nonformal
lebih banyak sebagai substitusi dari pendidikan formal bagi yang tidak memperoleh
pendidikan formal dengan fokus utama untuk pemberantasan buta huruf dalam hal
membaca, menulis dan berhitung, diselenggarakan oleh swasta melalui swadaya
masyarakat dengan sasaran utama orang dewasa.
Dengan desakan dari Kongres Perempuan Indonesia ke-2 pada tahun 1935 dan mosi
Putri Budi Sejati, pendidikan rakyat (masyarakat) tumbuh subur dan didorong dengan
tujuan utama untuk (i) memberikan pelatihan keprajuritan bagi pemuda dan pemudi; (ii)
memberikan pendidikan pada orang dewasa; (iii) pendidikan khusus bagi kaum ibu; dan
(iv) memberikan layanan bahan bacaan dengan memajukan perpustakaan, penerbitan, surat
kabar dan majalah (Depdikbud, 1995:50-51). Pada masyarakat yang beragama Islam,
kebutuhan melek huruf itu tidak saja diartikan sebagai huruf Latin, tetapi juga huruf Arab
dan pengetahuan keagamaan yang tidak diajarkan di sekolah formal. Inilah yang
mendorong didirikannya pesantren dan madrasah guna memenuhi kebutuhan tersebut.
Kedua, pada awal kemerdekaan akses untuk memperoleh pendidikan sekolah dasar
masih sangat terbatas. Hanya sekitar 2,5 juta orang saja yang memperoleh kesempatan
mengenyam pendidikan sekolah dasar dan sekitar 90 ribu orang yang memperoleh
kesempatan pendidikan tingkat sekolah lanjutan pertama (Depdikbud, 1995:96-97). Hanya
sekitar 3 persen warga negara Indonesia yang dapat memperoleh akses terhadap
pendidikan formal. Pada tanggal 1 Juni 1946 untuk pertama kali dibentuk Bagian
Pendidikan Masyarakat pada Kementerian PP dan K dengan tugas: (i) memberantas buta
huruf; (ii) menyelenggarakan kursus pengetahuan umum; dan (iii) mengembangkan
perpustakaan rakyat.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
dengan melaksanakan kader masyarakat; (iii) menyediakan dan menyebarkan bacaan
dengan mengadakan perpustakaan atau taman bacaan masyarakat; (iv) memfungsionalkan
golongan wanita dengan melaksanakan pendidikan kewanitaan; dan (v) memfungsionalkan
golongan pemuda dengan melaksanakan pendidikan taruna karya.
Pada periode ini peran pendidikan nonformal lebih difokuskan dalam bentuk
pendidikan masyarakat yang target sasarannya mencakup pemuda dan pemudi sebagai
kader masyarakat. Peran pendidikan nonformal diujudkan dalam bentuk pendidikan masal
(mass education) dengan metode kampanye (campaign). Pendidikan nonformal tidak
sebatas sebagai substitusi tetapi telah meningkat menjadi suplemen pendidikan formal
dalam pembangunan masyarakat.
(1) Kejar pendidikan dasar melalui program pemberantasan buta huruf fungsional dengan
cara belajar paket A.
(2) Kejar Pendidikan Kesejahteraan Keluarga yang ditujukan untuk menciptakan keluarga
sejahtera dengan mempelajari 10 pokok keluarga sejahtera.
(3) Kejar Pendidikan Mata Pencaharian untuk memperoleh keterampilan bagi masyarakat
yang dipergunakan untuk memperoleh mata pencaharian.
(4) Pendidikan kejuruan masyarakat yang memberikan keterampilan kejuruan tertentu.
(5) Kursus-kursus keterampilan yang diselenggarakan oleh masyarakat.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
Mulai tahun 1978, Kejar Pendidikan Dasar dikembangkan menjadi program
pemberantasan buta huruf gaya baru dilakukan dengan pendekatan andragogy dan
dikaitkan dengan upaya peningkatan ekonomi dan berbagai bidang kehidupan. Pada waktu
Presiden Republik Indonesia menyampaikan pidato kenegaraan dihadapan Dewan
Perwakilan Rakyat pada tanggal 16 Agustus 1978, diungkapkan strategi perluasan
kesempatan belajar melalui pernyataan sebagai berikut.
Dengan menggunakan 100 buku Paket A warga belajar tidak hanya mempertahankan
kemampuan baca-tulis-hitung (calistung), tetapi juga memperoleh keterampilan hidup
guna menunjang kesejahteraannya. Melalui program Kejar Pendidikan Mata Pencaharian,
modal dan keterampilan diberikan sebagai bekal untuk menjalankan usaha sendiri secara
berkelompok.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
bentuknya dapat berupa pendidikan umum, pendidikan keagamaan, pendidikan jabatan
kerja, pendidikan kedinasan, dan pendidikan kejuruan.
D. COMPLEMENTARY EDUCATION
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
Konsepsi pendidikan nonformal sebagai “anunya” sekolah karena merujuk
pendapat David R. Evans sebagaimana dikutip Marzuki (2010) yang mengkategorikan
pendidikan nonformal berdasarkan peranan dan fungsinya terhadap sekolah yaitu sebagai
(1) complementary education, (2) suplementary education, dan (3) replacement education.
Konsep inilah yang selanjutnya banyak dirujuk oleh ahli pendidikan di Indonesia termasuk
para ahli pendidikan luar sekolah, dan diadopsi dalam peraturan perundangan tentang
sistem pendidikan nasional di Indonesia tahun 2003. Complementary education, artinya
pendidikan nonformal berfungsi melengkapi pelajaran di sekolah karena biasanya kegiatan
belajarnya tidak cocok untuk disajikan di kelas atau sekolah. Suplementary education,
artinya pendidikan nonformal berfungsi sebagai tambahan pendidikan setelah mereka
tamat dari sekolah, karena ketika di sekolah tidak mendapatkannya. Replacement
education, artinya pendidikan nonformal berfungsi sebagai pengganti pendidikan sekolah
bagi mereka yang tidak dapat menikmati sekolah, biasanya berupa keterampilan dasar
membaca, menulis berhitung dan pengetahuan-pengetahuan praktis seperti kesehatan,
nutrisi, berkeluarga, bermasyarakat, berwarga negara, pertanian, dan lain-lain.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
sehingga tidak memungkinkan lagi untuk diajarkan oleh orang tua. Pada awalnya sekolah
masih sederhana dengan mendatangkan guru untuk mengajar sekelompok anak di
lingkungan istana. Sesuai dengan perkembangan jaman kegiatan tersebut tidak lagi
sesederhana itu. Ia memerlukan suatu lembaga yang diurus oleh sejumlah orang dengan
pembagian tugas yang berbeda dan memerlukan pengaturan atau pengelolaan yang lebih
baik. Perkembangan itu semakin kompleks dengan sarana dan prasarana yang semakin
canggih seperti sekolah-sekolah modern sekarang ini.
Bentuk pendidikan tertua sudah tentu adalah pendidikan yang berlangsung di rumah
dan masyarakat. Pendidikan ini berlangsung secara alami sebagaimana juga binatang yang
dibekali instink untuk memelihara anaknya. Hanya saja pada manusia lebih berkembang
sebagai hasil belajar karena manusia memang makhluk belajar yang dapat
mengembangkan tingkah lakunya. Kegiatan pendidikan yang dilakukan oleh orang tua
maupun masyarakat yang tidak atau kurang terorganisir itu biasa disebut pendidikan
informal. Kegiatan pendidikan di luar setting sekolah dimaksud adalah pendidikan yang
diajarkan oleh keluarga dan masyarakat yang belum terorganisir yang sekarang dikenal
sebagai pendidikan informal, meskipun tidak berarti pendidikan informal adalah
pendidikan keluarga.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
nonformal. Evans menyebutnya sebagai anggur lama dimasukkan ke dalam botol baru atau
“old wine in new bottles,” artinya ia bukan barang baru. Konsep pendidikan nonformal
menurut Evans adalah kegiatan pendidikan yang terorganisir di luar sistem pendidikan
formal yang menempatkan pendidikan nonformal sebagai bagian dari keseluruhan konsep
terpadu dari sistem pendidikan. Dalam konsep itu Evans juga memberikan penekanan
pada ciri-ciri antara lain sebarannya sangat luas, partisipatif, melibatkan kerja organisasi
kemasyarakatan, perkumpulan swasta, lebih mementingkan tindakan pada tingkat lokal,
namun pada saat yang sama menimbulkan kerancuan yang lebih kompleks antara
perencanaan pendidikan nonformal dan sistem pendidikan pada umumnya yang
mempertimbangkan tujuan pembangunan nasional.
Apabila pada awal mulanya gerakan Pendidikan Masyarakat atau PLS atau
pendidikan nonformal hanya ditujukan untuk memberantas buta huruf dan pendidikan
politik akan perlunya perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan, maka pada
perkembangan terakhir pendidikan luar sekolah telah berkembang menjadi sebuah
enterprise yang sangat luas wilayah garapnya dan bervariasi jenjangnya seiring dengan
prinsip belajar dan pendidikan seumur hidup.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
pendidikan perluasan dan pendidikan nilai-nilai hidup. Contoh program pendidikan
nonformal yang ditujukan untuk mendapatkan dan memaknai nilai-nilai hidup misalnya
pengajian, sekolah minggu, berbagai latihan kejiwaan, meditasi, “manajemen qalbu”,
latihan pencarian makna hidup, kelompok hoby, pendidikan kesenian, dan sebagainya.
Dengan program pendidikan ini hidup manusia berusaha diisi dengan nilai-nilai
keagamaan, keindahan, etika, dan makna hidup. Dalam kapasitas inilah pendidikan
nonformal memiliki sifat multi purposes.
Ditinjau dari faktor agensi atau provider (penyedia layanan), pendidikan nonformal
memiliki variabilitas agensi yang besar dan beragam, baik yang berada di bawah
koordinasi pemerintah, swasta, LSM, atau masyarakat luas lainnya. Dalam kapasitas inilah
pendidikan nonformal memiliki sifat multi agencies. Perkembangan agensi ini telah diikuti
pula oleh perkembangan “profesi” pendidik pendidikan nonformal dengan variasi jenis dan
tingkat pekerjaan dari yang setara “tukang” sampai dengan tenaga professional, dan tenaga
ahli.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
lembaga bimbingan belajar (Bimbel atau LBB) di setiap kota merupakan indikasi larisnya
layanan pembelajaran pelengkap ini. Sayangnya belum ada penelitian kredibel yang
memberikan bukti ilmiah tentang berbagai variabel keberadaan LBB, misalnya sumbangan
efektifnya terhadap peningkatan kompetensi atau penguasaan materi siswa, bagaimana
profil siswa dan lulusan sekolah yang mengikuti bimbingan belajar pada LBB, berapa
banyak dana masyarakat yang beredar pada program LBB, bagaimana sistem penjaminan
mutunya, bagaimana modus pemasarannya, dan sebagainya.
Dua judul penelitian terbatas yang dilakukan secara terpisah oleh dua orang
mahasiswa yaitu Pradana (2010) dan Pratesnya (2012) setidaknya memberikan bukti awal
bahwa peran pendidikan nonformal sebagai pelengkap pendidikan sekolah cukup berarti.
Pradana (2010:54, 59) menemukan bahwa 56% mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan UM
menyatakan pernah mengikuti kursus bahasa Inggirs ketika duduk di bangku sekolah, di
mana proporsi kesertaan yang paling tinggi adalah ketika sekolah di tingkat SLP. Ketika
dihubungkan dengan kemampuan berbahasa Inggris yang diwakili dengan indikasi sekor
kemampun setara TOEFL ditemukan bahwa pengalaman mengikuti kursus bahasa Inggris
memberikan sumbangan efektif yang signifikan sebesar 16,75%. Sedangkan latar belakang
sosial ekonomi sebagai variabel dependen yang lain tidak memberikan sumbangan efektif
yang signifikan walaupun sumbangan efektifnya juga cukup besar (14,19%). Ini berarti
kemampuan berbahasa Inggris (mahasiswa FIP UM) dipengaruhi oleh pengalaman
kesertaan mereka pada kursus bahasa Inggris ketika masih duduk di bangku sekolah
sebelumnya. Dalam penelitian ini memang tidak dilacak bagaimana sumbangan variabel
mutu pembelajaran bahasa Inggris di sekolah mereka terhadap kemampuan berbagai
Inggris tersebut. Hasil penelitian Pratesnya (2012) terhadap siswa sebuah SMP Swasta di
Kota Malang, menunjukkan bahwa semua siswa diwajibkan mengikuti jam belajar
tambahan (JPT) di mana 65,2% siswa mengaku mengikuti dengan sungguh-sungguh, 8,3%
siswa mengikuti Bimbel, 9,7% mengikuti les privat, dan sekitar 9,7% mengikuti kursus
yang terkait dengan mata pelajaran sekolah seperti kursus bahasa Inggris, kumon, mental
aritmatika, dan sebagainya.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
Tidak sulit unuk menemukan bukti lain melalui pengamatan umum di kota-kota
besar betapa banyak siswa sekolah, mulai dari SD hingga perguruan tinggi yang mengikuti
program pendidikan nonformal di luar jam belajarnya di sekolah. Lembaga bimbingan
belajar (LBB) marak ada di mana-mana, baik yang didirikan secara lokal di setiap daerah
maupun yang bersifat sebagai waralaba (francise) dari merek-merek lembaga bimbingan
belajar yang terkenal. Sebagaimana LBB GO (Ganesha Operasion) dan Prima Gama yang
cabangnya/waralabanya ada hampir di semua kota besar di Indonesia. Pada sekolah-
sekolah favorit dengan tingkat persaingan belajar yang tinggi, keberadaan LBB dan
kesertaan siswa pada LBB atau les privat di luar jam belajar sekolah proporsinya dapat
diperkirakan mendekati angka 100%. Bahkan siswa lulusan SLTA yang belum diterima di
perguruan tinggi banyak yang melibatkan diri pada LBB, les privat, belajar kelompok,
komunitas belajar bersama, atau menjelang seleksi penerimaan mahasiswa di perguruan
tinggi.
Namun sayangnya tidak ada komunikasi dan kordinasi antara skolah dengan
lembaga bimbingan belajar, les privat, atau bentuk lain program pendidikan luar sekolah
yang kompelentari terhadap sekolah tersebut. Keberadaan berbagai LBB dan les privat
tersebut lebih didorong karena kebutuhan (demand drivent) dari pihak orang tua siswa dan
para siswa yang merasa belum cukup belajar di sekolah dan atau karena kehawatiran tidak
akan lulus ujian akhir atau ujian seleksi siswa/mahasiswa baru bila tidak menambah
kegiatan belajar di luar sekolah tersebut. Implikasi dari model belajar melalui bimbingan
belajar yang demikian tentu tidak akan sinkron dengan desain pendidikan yang dirancang
untuk mencapai SKL (standar kompetensi kelulusan), terutama yang berkenaan dengan
pencapaian tujuan pendidikan pada ranah nilai dan moral.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
UU tersebut secara berurutan menarasikan bahwa (1) pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana, (2) pendidikan nasional adalah pendidikan yang berlandaskan Pancasila dan
UUD 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama dan kebudayaan nasional Indonesia dan
tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman, (3) sistem pendidikan nasional adalah
keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional, dan (4) jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta
didik untuk mengembangkan potensi dirinya dalam suatu proses pendidikan yang sesuai
dengan tujuan pendidikan.
Pada bab dan pasal yang lain, yaitu Pasal 4 ayat (2) Undang-undang tentang Sitem
Pendidikan Nasional tersebut menyatakan hal-hal sebagai berikut:
• Pasal 4 ayat (2) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik
dengan sistem terbuka dan multi makna.
• Pasal 5 ayat (1): setiap warga negara mempunyai hak yang sama utnuk memperoleh
pendidikan yang bermutu.
• Pasal 5 ayat (5): setiap warga negara berhak mendapatkan kesempatan meningkatkan
pendidikan sepanjang hayat.
• Pasal 13 ayat (1): jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan
informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.
• Pasal 26 ayat (3): Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hayat,
pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan
perempuan, pendidikan keaksaraan pendidikan keterampilan dan pelathan kerja,
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik.
• Pasal 26 ayat (6): Hasil pendidikan non formal dapat dihargai setara dengan hasil
program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga
yang ditunjuk oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada standar
nasional penilaian.
Ketentuan UU Sisdiknas Pasal 27 ayat (1) sampai dengan ayat (3) sebetulnya telah
memberi dasar kebijakan operasional bagi pendidikan informal, namun substansi ayat-ayat
tersebut memaknai pendidikan informasi sebatas ”belajar mandiri” dalam kerangka
sebagai substitusi pendidikan formal. Hal tersebut tentu saja mereduksi makna pendidikan
informal sebagai wahana pembelajaran yang sangat luas dan tak terbatas, baik dalam
cakupan konten maupun tempat dan waktu.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
tersebut. Misalnya program taman bacaan masyarakat (TBM), balai belajar bersama,
posyandu, berbagai lomba dan festival, jambore, dan sebagainya pada hakikatnya
merupakan intervensi agar tercipta lingkungan yang mendidik. Berbagai praktik semacam
itu masih belum dikelola oleh sistem pendidikan nasional dalam kerangka pengembangan
jalur pendidikan nonformal dan pendidikan informal, karena belum ada payung kebijakan
yang dijadikan dasar pengembangan program dan kelembagaan jalur tersebut.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
menempuh tes penempatan dan pembelajaran untuk mengikuti proses penyetaraan sesuai
dengan jenjang dan jenis pendidikan yang akan dijalani.
Gagasan dan implementasi KKIK antar jalur pendidikan sesungguhnya telah mulai
dilakukan oleh pengambil kebijakan dan praktisi pendidikan, walaupun mungkin
dilakukan secara tidak sengaja atau terlepas dari kepentingan KKIK tersebut. Beberapa
kebijakan yang dapat dipandang sebagai simpul-simpul KKIK antar jalur pendidikan
antara lain pengakuan hasil belajar pendahuluan (PHBP), model multi entry multi exit,
sistem kredit kompetensi (SKK), model kumpul kredit, model pengakuan kredit, ujian
nasional pendidikan kesetaraan, dan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
dihargai dan diekuivalensikan dengan pengalaman belajar terakreditasi dalam dunia
akademik.
Untuk memberikan panduan (guide line) implementasi PKBP atau yang juga disebut
sebagai PPKHB (Pengakuan Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar) Kemdiknas (2010) telah
merumuskan dan menerbitkan sebuah buku panduan berjudul Model Penilaian Portofolio
Pengakuan Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar (PPKHB) Program Sarjana (S-1)
Kependidikan bagi Guru Dalam Jabatan. Namun demikian dalam implementasinya banyak
mengalami kendala, tidak banyak perguruan tinggi LPTK yang berkenan menerapkan
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
model ini secara masif. Kesulitan administrasi akademik, keterbatasan prasarana dan
fasilitas pembelajaran menjadi alasan keengganan penerapan model ini. Walaupun belum
ada penelitian (evaluasi) yang dilakukan terhadap penerapan model ini, keengganan
menerapkan model PPKHB oleh LPTK lebih disebebkan karena ketidak percayaan awak
sistem program studi dan universitas terhadap efektivitas model ini dalam membentuk
keutuhan kompetensi kependidikan.
Salah satu alasan utama rencana penerapan sistem SKK pada pendidikan kesetaraan
adalah memberikan peluang kepada warga belajar untuk belajar sesuai dengan gaya belajar
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
dan tingkat kesanggupan masing-masing. Dengan sistem SKK, ada kesempatan lebih luas
bagi warga belajar yang cerdas dan punya sumber daya untuk menyelesaikan pendidikan
kesetaraan lebih cepat daripada bila ia harus mengikuti sistem reguler melalui
pembelajaran semester dan klasikal. Model implementasi konsep SKK untuk pendidikan
kesetaraan telah pernah dilakukan oleh Supriyono (2009) selama dua tahun 2008 dan tahun
2009 dengan judul Model Pengelolaan Ketuntasan Belajar pada Program Pendidikan
Kesetaraan dengan Pola Satuan Kredit Kompetensi (SKK) untuk Berbagai Media Belajar
Masyarakat.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
Kumpul kredit adalah kegiatan mahasiswa untuk menempuh dan menyelesaikan
beban studinya melalui kegiatan nonreguler. Apabila mahasiswa reguler menyelesaikan
studinya melalui kegiatan perkulihan reguler sebagai mahasiswa penuh waktu (full-time
student), maka mahasiswa kumpul kredit menyesaikan studinya melalui kegiatan belajar
yang bersifat on-off. Ketika memiliki waktu cukup dia akan mengikuti kegiatan
perkuliahan, namun ketika memiliki agenda lain yang lebih prioritas dia bisa cuti kuliah
dengan tetap mencatatkan diri sebagai mahasiswa terdaftar di perguruan tinggi afiliasinya.
Yang perlu dicatat bahwa penerapan konsep ini juga belum sepenuhnya implementatif di
perguruan tinggi karena terkendala oleh kerumitan sistem administrasi kemahasiswaan dan
administrasi akademik.
Konsep multi entry multi exit menunjuk pada adanya peluang bagi seorang peserta
didik melakukan pindah jalur, pindah satuan pendidikan, dan atau pindah jenis/jenjang
program sesuai dengan situasi yang dialami. Sebagai ilustrasi, karena alasan ekonomi,
keluarga, atau mobilitas geografis seorang siswa SMA tidak bisa menyelesaikan studinya
di sebuah SMA asal, kemudian pindah jalur pada program Paket C, atau sebaliknya. Pada
jalur pendidikan nonformal pola multi entry multi exit sudah biasa terjadi, misalnya pada
program kursus Bahasa Inggris di mana mobilitas perpindahan peserta kursus antar
lembaga sangat sering terjadi.
Ujian nasional pendidikan kesetaraan (UNPK) atau yang juga disebut sebagai ujian
nasional program paket (UNPP) diselenggarakan sebagai proses akreditasi kompetensi
peserta didik program paket untuk mendapatkan pengakuan (sertifikat) pendidikan
kesetaraan. Secara operasional UNPK/UNPP disiapkan bagi para peserta didik warga
belajar Program Paket A, B, dan C. Karena alasan-alasan administratif dan regulatif
UNPK/UNPP hanya disediakan untuk warga belajar program yang telah tercatat pada
satuan-satuan lembaga penyelenggara program paket. Secara konseptual pola
UNPK/UNPK bisa digunakan sebagai pintu sertifikasi kompetensi kesetaraan atau
kompetensi lainnya sepanjang lembaga penyelenggara ujian/sertifikasi memiliki
kredibiltas yang tinggi.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
Melalui Peraturan Presiden RI nomor 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia (KKNI) Pemerintah Republik Indonesia berkehendak adanya acuan
yang jelas tentang kesetaraan kompetensi kerja sebagai luaran lembaga/program
pendidikan dengan dunia kerja yang disepekati secara nasional dan kompatibel dengan
kerangka kualifikasi kerja secara internasional. Putra (2012), seorang anggota Tim IQF
(Indonesian Quality Framework), menyatakan bahwa KKNI adalah penjenjangan capaian
pembelajaran yang menyetarakan luaran bidang pendidikan formal, nonformal, informal,
atau pengalaman kerja dalam rangka pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur
pekerjaan di berbagai sektor. Jenjang kualifikasi adalah tingkat capaian pembelajaran yang
disepakati secara nasional, disusun berdasarkan ukuran hasil pendidikan dan/atau pelatihan
yang diperoleh melalui pendidikan formal, nonformal, informal, atau pengalaman kerja.
KKNI merupakan perwujudan mutu dan jati diri Bangsa Indonesia terkait dengan sistem
pendidikan dan pelatihan nasional yang dimiliki Indonesia.
Konsep dasar KKNI sangat kompetibel dengan ide KKIK antar jalur pendidikan, dan
diharapkan mampu memberi ruang dan peluang seluas-luasnya bagi peserta didik untuk
memperoleh pengakuan atas pembelajaran yang telah ditempuh melalui jalur pendidikan
tertentu atau belajar mandiri oleh pemegang otoritas pengakuan hasil belajar secara
susbtansial maupun secara legal formal, khususnya pada dunia kerja. Peran Kemendikbud
dalam peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia berbasis KKNI adalah (1)
Menjamin akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan melalui Penyetaraan Jenis dan Strata
Pendidikan Nasional berbasis KKNI, (2) Mengembangkan strategi dan kebijakan
implementasi Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) dalam sektor pendidikan, (3)
Menjamin Pendidikan Sepanjang Hayat melalui pnegembangan kebijakan pendidikan
berbasis Multi Entry Multi Exit yakni perpindahan antara jenis, jalur dan strata pendidikan
tinggi, dan (4) Menjamin implikasi KKNI terhadap peningkatan mutu pendidikan:
Pengembangan Sistem Penjaminan Mutu (SPMI) sesuai dengan sasaran KKNI (Putra,
2012). Berikut ini salah satu visualisasi keterkaitan pendidikan formal, pendidikan
nonformal dan pendidikan informal dengan pengakuan derajad stratifikasi kompetensi dan
renumerasinya.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
Pencapaian Level KKNI Melalui Berbagai Jalur
Gambar 3: Interaksi Pencapaian Level KKNI antara Latar Pendidikan Formal, Pendidikan
Nonformal dan Informal, Jenjang Profesionalitas,
Dalam gambar tersebut, sisi bawah kanan adalah interaksi dari jalur pendidikan nonformal
dan pendidikan informal sebagai komponen pembentuk kompetensi okupasi, vokasi, dan
profesional yang akan berpengaruh terhadap jenjang kompetensi kerja, jabatan, dan
renumerasinya.
Berapa simpul KKIK antar jalur pendidikan sebagaimana terurai di atas masih
bersifat sebagain saja. Masih ada pola-pola manajemen pendidikan dan praktek bagus (best
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
practice) pendidikan yang bisa saling dipertautkan untuk terciptanya KKIK dalam sistem
pendidikan nasional di Indonesia. Tiga praktek model pendidikan lain yang bisa digunakan
sebagai model implementasi KKIK adalah preseden model SKS (Sistem Kredit Semester)
dan satuan kredit semester (sks) di perguruan tinggi dan pada sekolah, model SKU dan
SKK (syarat kecakapan umum dan syarat kecakapan khusus) pada Gerakan Pramuka, dan
model Iqro’ untuk pembelajaran huruf Arab.
Model SKU dan SKK pada Gerakan Pramuka digunakan sebagai instrumen
pengelolaan pengakuan kecakapan anggota Pramuka. SKU digunakan untuk mengukur
dan mengakui kemampuan anggota pada kompetensi umum kepramukaan, mulai dari
komitmennya terhadap organisasi, kerajinannya mengikuti latihan-latihan, dan
penguasaannya terhadap kompetensi umum kepramukaan. Sedangkan SKK digunakan
untuk mengukur dan mengakui kemampuan anggota pada kompetensi khusus yang disebut
kemampuan kesakaan, yaitu peminatan dan kompetensi khusus.
Daftar satuan SKU dan SKK tertulis dalam sebuah buku saku yang harus dimiliki
oleh seorang anggota Pramuka. Sepanjang hari-hari latihan, seorang anggota Pramuka
belajar berbagai kecakapan hidup sesuai dengan jenjang usia dan kemampuan yang
disediakan untuknya, sesuai dengan lingkungan alam--sosial yang bersangkutan. Apabila
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
ia merasa telah menguasai satu atau lebih satuan SKU/SKK, maka ia mengajukan diri
untuk diuji oleh pembinanya. Setelah pembina melakukan pengukuran (asesmen) terhadap
anggota yang bersangkutan dan merasa puas atas performance anggota sesuai dengan
peraturan dan berlandaskan kode etik dan profesionalisme Pembina Pramuka, maka
Pembina tersebut memberikan paraf yang berarti “persetujuan” pada Buku SKU/SKK
yang dimiliki anggota, sebagai bukti bahwa anggota itu telah cakap mengerjakan sebuah
kompetensi. Demikian seterusnya sampai sejumlah kecakapan yang dipersyaratkan pada
satu jenjang jabatan terpenuhi, maka anggota Pramuka itu boleh mengajukan ujian
kenaikan tingkat. Anggota Pramuka yang tidak pernah mengajukan ujian SKU dan SKK,
maka yang bersangkutan tidak akan pernah mendapatkan brevet kecakapan tingkat
tertentu.
Iqro’ adalah metode pembelajaran membaca huruf Arab yang sangat dikenal di
satuan-satuan Taman Pendidikan Al Qur’an. Dengan metode ini kemampuan membaca
huruf Arab disusun secara berjenjang sebanyak enam tahapan yang disebut Iqro’ 1 sampai
dengan Iqro’ 6, di mana Iqro’ 1 adalah pelajaran yang paling sederhana berupa pelajaran
pengenalan abjad huruf hijaiyah beserta harokat-nya. Seorang siswa harus terlebih dulu
menguasai secara sempurna (mastery) kompetensi yang tertuang pada Iqro’ 1 sebelum
beranjak ke pelajaran pada Iqro’ 2; demikian seterusnya. Keterangan tingkat penguasaan
kompetensi itu dicatat dalam sebuah buku semacam buku rapor yang berisi tingkatan-
tingkatan kompetensi baca tulis secara hirarkis. Pihak yang berwenang menetapkan tingkat
penguasaan itu adalah para pengajar, yakni para Ustadz atau Ustadzah (tutor). Dengan
demikian setidaknya terdapat dua jenis dokumen yang dimiliki oleh setiap siswa sebagai
komponen model Iqro’, yaitu buku paket belajar Iqro’ dan buku catatan laporan kemajuan
belajar siswa.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
Apabila dia sempat putus belajar, maka untuk memulai lagi program belajarnya, sang
Ustad akan melakukan tes penempatan untuk mengetahui di mana pelajaran berikutnya
harus dimulai lagi. Dengan metode Iqro’ ini proses belajar dapat menerapkan sistem multi
entry and multi exit, yakni kapanpun bisa memulai belajar dan kapan pun bisa (boleh)
putus belajar dengan berbagai alasannya, untuk suatu saat nanti melanjutkan lagi program
belajar ngajinya.
Berdasarkan preseden sistem SKS di perguruan tinggi, sistem SKU dan SKK
dalam Gerakan Pramuka, dan sistem Iqro’; model KKIK dalam sistem pendidikan nasional
dapat dikembangkan. Hal-hal yang diambil dari ketiga sistem tersebut adalah model
pembobotan kompetensi menjadi satuan kredit kompetensi (skk), kalender pendidikan,
cara mengadministrasikan ketuntasan belajar, serta cara pengujiannya.
G. PENUTUP
Dari berbagai diskripsi yang telah dipaparkan di atas, terkait dengan gagasan upaya
menciptakan koneksitas, kompatibilitas, integrasi, dan koherensi antar jalur, program, dan
satuan pendidikan yang dibutuhkan daalam sistem pendidikan nasional di Indonesia, untuk
mengaktualkan pinsip belajar dan pendidikan seumur hidup, berikut adalah butir-butir
kesimpulan yang relevan.
1. Simpulan
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
gerakan atomistis, anomik, dan ego sektoral. Bahklan pada program pendidikan yang
paling dekatpun tidak ada komunikasi apalagi integrasi, misalnya, antara sekolah
dengan lembaga bimbingan belajar, lembaga kursus mata pelajaran, dan atau lembaga
les privat.
c. Ada beberapa pola dan model penyelenggaraan pendidikan, regulasi, dan kebijakan
yang dapat difungsikan sebagai simpul KKIK antar jalur pendidikan yang bisa lebih
mensinergikan sistem pendidikan nasional sehingga menjadi lebih efisien, efektif serta
yitu: pengakuan hasil belajar pendahuluan (PHBP), model multi entry multi exit,
sistem kredit kompetensi (SKK), model kumpul kredit, model pengakuan kredit, ujian
nasional pendidikan kesetaraan, dan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
(KKNI).
d. Dibutuhkan adanya revisi peraturan perundangan tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang berkaitan dengan pendidikan informal dan pendidikan nonformal, koneksitas
antar jalur, program, dan satuan pendidikan yang benar-benar mempu mewujudkan
sebuah sistem pendidikan nasional yang utuh, saling kompetibel, integratif, efisien,
dan efektif dalam mewijudkan sosok insan kamil dan masyarakat madani. Momentum
revisi undang-undang sistem pendidikan nasional yang dihajadkan oleh lembaga
legislatif nasional pada tahun 2013 harus dimanfaatkan untuk merkonstruksikan KKIK
antar jalur, program, dan satuan ini.
2. Saran-saran
Realitas yuridis dan empiris yang demikian merupakan tantangan yang dihadapi
Sistem Pendidikan Nasional. Oleh sebab itu, Kementerian Pendidikan Nasional bersama
kementerian dan lembaga terkait perlu menentukan langkah-langkah strategis, sistematis
dan terencana untuk mengembangkan model koneksitas, kompatibilitas, integrasi, dan
koherensi (KKIK) antar jalur pendidikan. Gagasan untuk pengembangan pendidikan
nonformal dan pendidikan informal sebagai suatu usaha sadar dan terencana di dalam
Sistem Pendidikan Nasional menuntut kebijakan penting. antara lain sebagai berikut:
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
1) Mengembalikan konsep pendidikan nonformal dan pendidikan informal sesuai dengan
makna yang sesungguhnya sehingga dapat mewujudkan amanat UUD 45. Konsep dan
makna pendidikan nonformal tidak lagi direduksi sebatas pada program pendidikan
yang bersifat sebagai pelengkap, penambah, dan pengganti pendidikan formal.
Sementara pendidikan informal yang ada saat ini, sebagaimana tertuang dalam dalam
UU no 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 27 ayat (1), (2), dan
(3), telah tereduksi menjadi sekedar belajar mandiri di keluarga dan lingkungan,
sebagai subordinasi pendidikan formal dan nonformal. Untuk itu perlu ada upaya
sinkronisasi di tingkat undang-undang.
2) Perlu adanya ketentuan-ketentuan turunan dari UU no 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang berkaitan dengan pendidikan informal dan pendidikan
nonformal, yang dapat dijadikan landasan operasional pengembangan dan
pelembagaannya. Sampai dengan saat ini tuntutan penerbitan Peraturan Pemerintah
tentang pendidikan nonformal dan pendidikan informal sebagaimana diminta UU No
20 Tahun 2003 pada Pasal 26 ayat (7) dan Pasal 27 ayat (3) belum berhasil
diwujudkan.
a. Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan nonformal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) diatur
lebih lanjut dengan peraturan pemerintah (Pasal 26 ayat [7].
b. Ketentuan mengenai pengakuan hasil pendidikan informal sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah (Pasal
27 ayat [3].
3) Perlu adanya lembaga (setidaknya setingkat direktorat) yang secara teknis mengelola
program-program pengembangan pendidikan informal dan pendidikan nonformal
yang betul-betul memahami peta masalah, garapan, dan menejerial pendidikan
nonformal dan pendidikan informal sebagai subsistem pendidikan nasional yang
sangat strategis bagi pembentukan karakter dan kompetensi warga negara.
4) Perlu peningkatan layanan pendidikan nonformal dan/atau pendidikan informal yang
dapat menciptakan lingkungan mendidik di keluarga dan di masyarakat.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
5) Perlu pengembangan kompetensi dasar pendidik yang sesuai dengan karakteristik
pendidikan informal dan pendidikan nonformal, agar mereka dapat berfungsi optimal
di lingkungannya.
Dalam rangka mendukung implikasi-implikasi kebijakan di atas perlu dilakukan
kajian-kajian yang mendalam tentang potensi dan aktualisasi pendidikan informal dan
pendidikan nonformal dalam Sistem Pendidikan Nasional.
Berkat pertolongan, ridha, dan kehendak Allah SWT dan dorongan berbagai pihak,
akhirnya saya mendapat kesempatan memangku jabatan akademik tertinggi sebagai guru
besar yang tidak pernah saya cita-citakan ketika masa kanak-kanak dan remaja, dan
sekaligus pada hari ini saya mampu menyampaikan pidato pengukuhan jabatan guru besar
tersebut. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi dan menjaga kesehatan, kecerdasan
otak dan kecerdasan hati ini sebagai karunia yang tak terhingga harganya, apabila Allah
SWT menghendaki maka dalam sekejap seluruh karunia kecerdasan ini akan hilang tanpa
bekas. Allahu Akbar.
Dalam kesempatan yang baik dan mulia ini perkenankan saya menyampaikan
penghargaan dan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan berjasa
dalam hidup dan karir saya.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
bisa menunjukkan kemampuan saya sekaligus merasa tertantang sekaligus memacu
andrenalin akan kesanggupan saya menyelesaikan tugas-tugas tersebut secara baik.
Kepada segenap pimpinan universitas yang lain ketika usulan guru besar ini dimajukan,
Bapak Dr. Kusmintradjo, M.Pd. (Warek I), Prof. Dr. Rofi’udin, M.Pd. (Warek II), Bapak
Drs. Kadim Masykur, M.Pd. (Warek III), dan Bapak Drs. Ir. Isnandar, M.T. (Warek IV),
para Dekan, Ketua Lembaga dan khususnya Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Prof. Dr. H.
Hendyat Sopetopo, M.Pd, para Pembantu Dekan dan Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu
Pendidikan saya ucapkan terima kasih atas segala fasilitasi dan kerjasamanya.
Kepada Ketua, Sekretaris Jurusan PLS beserta segenap kolega dosen jurusan, saya
sangat berterimakasih atas pemberian kesempatan dan dukungannya, serta iklim kerja yang
kondusif kepada saya sampai ke jenjang jabatan Guru Besar, tanpa mereka sulit untuk
meraihnya karena tidak ada Guru Besar Bidang PLS jika tanpa keberadaan jurusan
tersebut. Hampir semua dosen yang sudah pensiun dan yang sekarang bertugas adalah para
dosen yang turut nggula-wenthah saya. Salam hormat kepada bapak-bapak dosen: Prof.
Drs. HM. Saleh Marzuki, M.Ed., Drs. H.M. Sofwan, M.Pd., Drs. B. Suparna, M.Pd., Drs.
H. Abdillah Hanafi, M.Pd., Dr. Sapaiah S. Faisal, Drs. Mulyadi Guntur Waseso, Drs.
HMA. Prawoto, M.Pd., Drs. Nurhadi Musa, M.Pd., Drs. Ishom Ihsan, M.Pd., Drs. Imam
Hambali, M.Pd., dan Dr. Ach. Rosyad, M.Pd. Ungkapan terimakasih, dan doa seorang
murid selalu saya panjatkan. Khusus kepada Bapak Dr. M. Ishaq Maulana, M.Pd. saya
sampaikan terima kasih atas kerbersamaan dan kerjasama selama menempuh studi doktor
di UPI Bandung. Kepada beliau para dosen Jursan PLS UM yang sudah tiada semoga
mendapat tempat yang bahagia di sisi Alloh SWT, yakni Pak Soedomo, Pak Nachrowi,
Pak Sardjan Kadir, Pak Latief Ismail, pak Zainal Arifin, pak Ikhsan Hadi Saputro, dan pak
In’am Sulaiman. Kepada yang masih sugeng semoga diberi kesehatan dan panjang usia
oleh Allah swt., sejahtera, dan bahagia bersama para putra dan para cucu, mulai dari Prof.
Drs. H.M. Saleh Marzuki, M.Ed. dan Bapak Drs. H.M. Sofwan, M.Pd., sampai dengan
generasi dosen PLS angkatan 1981. Penghargaan dan terima kasih saya ini disertai
permohonan maklum atas segala keterbatasan dan kekurangan daya pikir, kemampuan,
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
dan perilaku saya yang belum bisa menyempurnakan sosok akademisi PLS sebagaimana
yang ingin Bapak-bapak wujudkan dalam sosok ideal guru besar PLS yang saya sandang.
Tanpa mengurangai makna jasa para senior lainnya, perlu saya sebutkan adanya
empat orang dosen PLS UM yang begitu berpengaruh dalam memberikan hikmah dan
inspirasi bagi saya. Kepada mereka saya sampaikan terimakasih secara khusus. Mereka
adalah: (1) Prof. Drs. H.M. Soedomo, M.A, (2). Prof. Drs. H.M. Saleh Marzuki, M.Ed., (3)
Dr. Sanapiah S. Faisal, dan (4) Drs. Mulyadi Guntur Waseso.
Prof. H.M. Soedomo, M.A. adalah “guru spiritual” saya. Walaupun saya hanya
sempat akrab dengan beliau selama satu setengah tahun ketika menempuh studi S2 tahun
1994 – 1995, saya merasa begitu dekat dan senantiasa mendapat pertolongannya secara
tidak langsung. Kemudahan dan kelancaran urusan selalu saya dapatkan ketika
berhubungan dengan kolega PLS di Indonesia, karena begitu diketahui saya adalah orang
Jurusan PLS UM, murid Pak Domo, maka seolah mendapat “syafaat” karena telah
“bertawasul” kepada Pak Domo, semua urusan menjadi cepat dan lancar.
Allahumaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu, semoga Allah SWT telah menyiapkan
sorga untuk beliau.
Prof. Drs. H.M. Saleh Marzuki, M.Ed. adalah guru, pembimbing dan orangtuaku.
Skripsi S1 dan tesis S2 saya selesai atas bimbingannya. Ilmu dan pengetahuan yang saya
miliki sebagian adalah ajaran dan bimbingannya. Nilai-nilai hidup yang saya terapkan
sebagian adalah petuahnya yang disampaikan dalam forum informal, nonformal, maupun
formal. Terima kasih atas segala bimbingan dan nasehatnya, disertai permohonan maaf
bila ada hal yang kurang berkenan di hati, termasuk keterlambatan saya mengurus diri
untuk mencapai jabatan guru besar.
Dr. Sanapiah S. Faisal adalah inspirator saya. Harus diakui bahwa pola perilaku
egalitarian yang berkembang di Jurusan PLS UM adalah ajaran Pak San. Terimakasih Pak
San atas segala inspirasi dan diskusi-diskusinya yang selalu mengejutkan, menantang, dan
memancing untuk berpikir ulang. Sedangkan Drs. Mulyadi Guntur Waseso (Pak Guntur)
adalah mentor saya dalam penelitian, pengoperasian komputer, dan menulis karya ilmiah.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
Proposal penelitian saya yang pertama dengan dana DIP tahun 1989 adalah atas berkat
dorongan dan bimbingan beliau. Keberanian saya pertama kali mengoperasikan komputer
pada tahun 1992 adalah berkat kegigihannya berkali-kali “menculik” saya untuk dibawa ke
rumah beliau (sewaktu masih pidalem di Perumahan Poharin, sekarang sudah jengkar ke
Ndalem Mertojayan) untuk dilatih mengoperasikan komputer. Keberanian saya menulis
artikel opini di koran, majalah, dan artikel ilmiah di jurnal adalah berkat provokasi melalui
“show of” dan suri tauladan yang ditampilkannya sebagai penulis dan penyunting naskah
buku dan artikel jurnal yang produktif hingga saat ini.
Penghargaan dan ucapan terimakasih saya sampaikan kepada semua guru mulai
dari Taman Kanak-kanak Pertiwi 2 Desa Wonorejo Talun Blitar, Sekolah Dasar Negeri
Wonorejo I Talun Blitar, SMP Negeri I Wlingi Blitar, SPG Negeri Blitar, sampai dosen
Prodi S1 dan S2 PLS IKIP Malang dan program Pasca Sarjana S3 PLS UPI Bandung.
Dalam hal ini, jasa kepala sekolah sewaktu saya sekolah di SD, bapak Darijono Ugroseno
(alm), dan wali kelas VI tahun 1976, Ibu Soemartiwi, sangat saya kenang dan hargai.
Beliau berdua adalah pemandu bakat dan aktor intelektual atas terpilih saya dalam seleksi
di tingkat kecamatan untuk memperoleh beasiswa Pembinaan Bakat dan Prestasi (kalau
tidak salah menyebutkan namanya) dari Depdikbud. Beasiswa inilah yang saya rasakan
sangat berpengaruh terhadap self-efficacy perception dan pandangan saya tentang potensi
diri. Dalam kapasitas ini secata khusus saya sampaikan rasa hormat dan terimaksih kepada
Bapak Prof. Dr. Soetaryat Trisnamansyah, M.A. dan Dr. H.M. Zainuddin (alm.), beliau
adalah promotor dan pembimbing studi doktor saya di UPI Bandung, bersama Bapak Prof.
Dr. Endang Sumantri, M.Ed. Tiada terhitung kebaikan, kebijakan, dan jasa beliau berdua
sekeluarga terhadap saya. Bahkan perhatian dan kasih sayang Pak Taryat itu masih saya
terima sampai hari ini. Untuk Pak Zainuddin, semoga almarhum ditempatkan di sisi Allah
SWT, diterima amal baiknya dan diampuni semua dosa dan kesalahannya.
Allohumaghfirlahu, warhamhu wa’affihi wa’fu’anhu.
Khusus kepada yang terhormat Prof. Dr. H.S. Mundzir, M.Pd. (Guru Besar PLS
UM) dan Prof. Dr. Achmad Fatchan, M.Pd., M.Si. (Guru Besar Pendidikan Geografi FIS
UM), saya sangat berterimakasih yang telah bersedia menjadi reviewer atas karya tulis
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
saya, serta perkenan beliau merekomendasikan kelayakan saya untuk diusulkan kepada
pemerintah untuk menjadi Guru Besar dan alhamdulillah disetujui.
Kepada penyunting dan tata usaha Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP) khususnya Pak
Drs. M. Guntur Waseso, Ibu Dra. Aminarti Siti Wahyuni, dan mbak Retno; Jurnal
Teknologi Pendidikan khususnya Bapak Dr. Waras, M.Pd.; Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran khususnya Bapak Prof. Dr. Ipung Yuwono, M.Ed; saya sampaikan terima
kasih yang setinggi-tingginya atas perhatian, peluang, dan kerjasamanya sehingga artikel
jurnal saya termuat pada jurnal-jurnal terakreditasi nasional tersebut, sehingga memenuhi
syarat komponen untuk usulan jabatan guru besar. Dalam era pengusulan jabatan guru
besar saya saat itu (sampai hari ini) artikel yang termuat di jurnal terakreditasi nasional
merupakan hal yang paling sulit didapatkan/dipenuhi. Dalam kapasitas ini ungkapan
terima kasih saya sampaikan juga kepada para penyunting jurnal lainnya (yang non
akreditasi) yaitu Visi (UNJ & Dit PTKPNF), Jurnal Pendidikan Nonformal dan Buletin
Mediksi (BPPNFI Regional II Surabaya) yang telah menerima dan memuat artikel-artikel
ilmiah yang saya gunakan untuk usulan guru besar.
Terima kasih saya sampaikan pula kepada para senior, sahabat, dan teman sejawat
atas segala perhatian, atensi, pemberian kesempatan, dan kerjasama yang baik ketika
mengerjakan tugas dinas maupun mencari solusi atas masalah-masalah pribadi. Saya
merasa berarti, tenteram dan terlindungi ada di antara bapak-bapak dan ibu sekalian.
Komunikasi, silaturahmi, interaksi, dan diskusi bersama para senior, sahabat, dan sejawat
ini telah ikut mewarnai hidup dan karir saya. Dalam kapasitas ini adalah Prof. Dr. H.
Sukowiyono, SH., M.H., Prof. Dr. Hariyono, M.Pd., Prof. Dr. Sumarmi, M.Pd., Prof. I
Nyoman Sudana Degeng, M.Pd., Prof. Dr. Punaji Setyosari, M.Ed., Prof. Dr. Ruminiati,
M.S., Dr. Triyono, M.Pd., Dr. Hardika, M.Pd., Drs. H. Sutrisno, S.Pd. M.Pd., Prof. H.M.
Sochieb, M.Pd. (alm.), Prof. Dr. Ery Trijatmiko RWW, M.A. M.Si., Dr. Bambang
Pranowo, M.Pd., Prof. Dr. Budi Eko Sucipto, M.Ed., M.Si., Prof. Dr. Wahyudi, M.Pd.,
M.M., Dr. H. Suharto S.M., M.Pd. M.M., Prof. Dr. F. Danardhana Murwani, M.M., Dr. H.
Sutrisno, M.M., Drs. Sugeng Rahayu, Drs. Suwarno Winarno, Dr. Waras, M.Pd., Drs.
Andoko, MT., Drs. Maftuchin Romlie, M.T., Prof. Dr. M.E. Winarno, M.Pd., Drs. H.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
Mahmud Yunus, M.Kes., Drs. Mu’arifin, M.Pd., Drs. Sapto Adi, M.Kes., Prof. Dr. Anang
Santoso, M.Pd., Prof. Dr. Suyono, M.Pd., Prof. Dr. Joko Saryono, M.Pd., dan Dr. Gunadi
Harisulistyo, M.Pd.
Peran dan jasa jajaran Ditjen PMPTK dan Ditjen PNFI Kementerian Pendidikan
Nasional Jakarta juga sangat signifikan dalam ikut mengantarkan karir saya sehingga
mampu memangku jabatan Guru Besar PLS. Sebagian besar kredit poin untuk karya
ilmiah dan pengabdian kepada masyarakat yang saya kumpulkan adalah berkat banyaknya
kesempatan yang saya terima dari dua Ditjen tersebut sebagai konsultan, nara sumber, dan
peserta dalam berbagai workshop, seminar, dan diklat tentang PNFI. Dalam hal ini peran
dan jasa bapak Dr. Erman Syamsuddin, M.Pd. (mantan Direktur PTK PNF, sekarang
Direktur PAUD Kemdikbud) beserta jajaran stafnya, serta bapak Drs. H. Harun Al-Rasyid,
M.Si. (sekarang Dosen di Universitas Trunojoyo Madura) dan bapak Drs. Sucahyono,
M.Pd. (sekarang Dosen di Universitas Negeri Surabaya), beliau berdua adalah mantan
Kepala Balai Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal Regional IV Surabaya.
Untuk semua kesempatan dan kerjasama yang telah diberikan untuk saya, saya sampaikan
terima kasih.
Ketika menempuh studi S1 saya merasa sangat berhutang budi kepada keluarga
Bapak Sahari (alm) di Klampok Kasri Gang II-D Nomor 190 Malang, tempat di mana saya
kost selama lima tahun. Ketika mulai belajar bekerja sebagai CPNS tahun 1988, menikah
tahun 1990 sampai tahun 1997 saya numpang di “rumah dinas” Paklik Sajitno (alm) di Jl.
Besar ijen 94 Malang. Dan ketika menempuh studi S3 kami sekeluarga juga kos di rumah
keluarga Bapak Haji Mohammad Ido (alm.) di Jl. Gegerkalong Girang 9 Bandung selama
tiga tahun. Kami sampaikan terima kasih atas segala kesediaan menerima, bantuan dan
pertolongannya, pemberian tarif kos yang lebih murah dibanding konsumen yang lain dan
keistimewaan fasilitas lainnya.
Kepada orang tua saya, ayahanda Soepartono (87 tahun) dan ibunda Welas (75
tahun), serta bapak-ibu mertua Bapak Soejoto (82 tahun) dan ibu Lasmiati (72 tahun), saya
haturkan sembah sungkem untuk kesekian kalinya, penghargaan dan terima kasih yang tak
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
ada tandingannya atas segala kasih sayang, perhatian dan doa restunya. Selanjutnya, saya
sampaikan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada istriku Titik Purwowinarni,
S.Pd. yang telah mendampingi, merawat saya dan memberi semangat dalam hidup ini,
termasuk mencapai Guru Besar dan hidup saya selanjutnya. Demikian pula kepada ketiga
anakku: Riset Wijang Prihandana, Wuwuh Wijang Prihandini, dan Anisa Wijang
Prihandani, mereka telah ikut memberi semangat hidup dan penghilang duka lara.
Memandangmu bertiga bersendagurau, “bertengkar” dan saling menggoda, dan belajar
(dan bekerja membantu orangtua); bahkan di kala kalian tertidur pulas pun di wajah kalian
senantiasa tergambar masa depan yang indah. Dari ketulusan gerak hatimu, gerak bibir,
dan tengadah tanganmulah doa anak sholeh/khah senantiasa kami rindukan di dunia dan di
akhirat kelak. Kepada semua saudara adik sekandung dan adik ipar: Dwi Purwanti,
Trimanto, S.Pd., Ari Krismawati, Sujito, S.Kom., M.Pd., Septiana Okhirawati, A. Dwi
Purnomo, dan Tri Rudi W. (alm) beserta keluarga masing-masing, saya sampaikan terima
kasih atas kehidupan rukun, saling asih asuh dan pengertian yang tercipta. Terima kasih
pula saya sampaikan kepada Ustad Ali Alatas, Ustad Sasmito, dan kelompok pengajian
Masjid Ahmad Yani yang menjadi tempat kami sekeluarga belajar “Iqro’’secara privat dan
melalui kursus. Jazakumullah khairan katsyira.
Kepada Kasubag Kumtala UM Drs. Sudibyo Putra, M.Pd. (mas Dibyo) beserta
jajaran staf, Bagian Kepegawaian UM, dan semua pihak yang telah berupaya
terselenggaranya acara pengukuhan ini saya sampaikan terima kasih yang tulus.
Kepada siapa saja dan/atau pihak manapun yang telah membantu mengantar saya
ke jenjang guru besar dan belum sempat disebutkan dalam naskah pidato ini saya ucapkan
terima kasih dan permohonan maaf.
Terakhir saya berterima kasih dan bertawakal kepada Allah SWT. Syukur
Alhamdulillaah atas karunia yang berlimpah kepada kami sekeluarga semoga tetap dalam
bimbingan Nya. Karena kuasa-Nya-lah otak ini berfungsi untuk berpikir, hati ini dapat
merasa, dan segenap potensi jiwa raga ini bisa bertasbih dan bersujud. Berkat karunia-Nya,
yang demikian besar saya dapat dititipi sedikit ilmunya dari sekian maha luas ilmu
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
pengetahuan yang dimiliki-Nya. Amanah memangku jabatan guru besar ini semakin
menyudutkan saya pada sebuah titik sempit betapa kecil ilmu maha luas yang dimiliki
oleh-Nya yang bisa saya pelajari. Semakin mendapat kesempatan maju sedikit menguasai
sekelumit pengetahuan, semakin terasa betapa masih begitu banyak ilmu pengetahuan lain
yang belum dan tidak mungkin saya kuasai.
Amin.
Atas kesabaran Bapak, Ibu dan Hadirin sekalian mengikuti acara ini, saya ucapkan
terima kasih.
SUPRIYONO
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
REFERENSI
Apps, Jerold W. 1979. Problems in Continuing Education, New York: McGraw Hill, Inc.
Coombs, Philip H. 1983. New Paths to Learning. For the Rural Children and Youth. New
York: International Council for Educational Development.
Coombs, Philip H. 1984. Attacking Rural Poverty, How Non Formal Education Can Help.
Baltimore: The Johns Hopkins University Press.
Cross, Patricia, K. 1981. Adult as Learners. San Francisco: Jossey Boss Publisher.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995. 50 Tahun Pendidikan di
Indonesia. Jakarta: Sekrateriat Jenderal.
Departemen Pendidikan Nasional, Ditjen PLS dan Pemuda. 2003. Majalah Visi, Media
Kajian Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda no. 14, th XI. 2003.
Ditjen PLSP. 2006. Program Prioritas Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda tahun 2006.
Jakarta: Ditjen PLSP.
Faure, Edgar, et al. 1972. Learning to Be: the World of Education Today and Tomorrow.
Paris: Unesco.
Freire, Paulo, 1984, Education of The Oppresed, Center for International Education
University of Massachusetts.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
Hamidjojo. Santoso 1956. Pendidikan Masjarakat (Djilid III): Tjara2 Penjelenggaraan
dan Perkembangan Usaha Chusus di Indonesia. Bandung: Ganaco, N.V.
Kemdiknas. 2010. Model Penilaian Portofolio Pengakuan Pengalaman Kerja dan Hasil
Belajar (PPKHB) Program Sarjana (S-1) Kependidikan bagi Guru Dalam Jabatan.
Jakarta Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan & Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Pratesnya. Lukyta Dwi. 2012. “Kesertaan Siswa dalam Program Pendidikan Nonformal
sebagau Suplemen Pendidikan Formal di SMP Laboratorium Universitas Negeri
Malang”. Skripsi. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Supriyono, 2008 & 2009. “Model Pengelolaan Ketuntasan Belajar Pada Program
Pendidikan Kesetaraan Dengan Pola Satuan Kredit Kompetensi (SKK) Untuk
Berbagai Media Belajar Masyarakat. Lapaoran penelitian. Malang: Lembaga
Penelitian UM.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
UNESCO. 1992. Researh in Basic Education and Literacy. Report of Regional Seminar,
Apied UNESCO, Bangkok.
UNESCO. 1993. Continuing Education New Policies and Direction. Bangkok: Unesco.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
CURRICULUM VITAE
I. IDENTITAS DIRI
Nama/Jenis : Prof. Dr. SUPRIYONO, M.Pd. Laki-laki
Kelamin
Profesi : Dosen Tetap Universitas Negeri Malang
Mertua:
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
Ayah: Soejoto (79 tahun)
Malang (65132)
E-mail: pakprium@yahoo.com
pakprium@gmail.com
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
3. Penata III/b 01–10- 141.600 Rektor IKIP 0097/KEP/P 20-02-
Muda Tk. I 1992 Malang a.n. T28.H2/C/9 1993
Mendikbud 3
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
Ahli -1992 Mendikbud T28.H/C/92 1992
2. 1999 – 2000 : Konsultan Ahli Pendukung bidang Pelatihan pada P2KP KMW III
LPPM Uninus Bandung
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
dan Terapan Pendidikan dan Pengembangan Masyarakat,
Universitas Negeri Malang
9. 2001 – 2002 : Konsultan Program Dana Bantuan Langsung (School Block Grant
Concultant) pada Proyek Peningkatan Pendidikan Dasar III
Sumatera Depdiknas Jakarta under World Bank Guide
13. 2005 – 2006 : Manajer Program Sekolah Unggul Terpadu (SUT) Kabupaten
Lumajang (Kerjasama UM & Pemda Kab. Lumajang)
14. 2006 : Anggota Tim ad hoc BSNP untuk Penyusunan Standar Isi
Pendidikan Kesetaraan (Paket A B C) Depdiknas
16. 2007 : Anggota Tim ad hoc BSNP untuk Penyusunan Standar Lembaga
kursus dan Pelatihan, Depdiknas
17. 2008 : Anggota Tim ad hoc BSNP untuk Penyusunan Standar Teknisi dan
Sumber Belajar pada Kursus. Depdiknas
18. 2003-2012 : Dosen undangan di Program Magister Manajemen dan Kebijakan
Pendidikan Program Pasca Sarjana Universitas Muhamadiyah
Malang .
19. 2003-2012 : Dosen luar biasa pada Program Magister Pendidikan Luar Sekolah
Program Pasca Sarjana Universitas Palangkaraya.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
20. 2012 : Anggota Tim ad hoc BSNP untuk Pemantauan dan Evaluasi
Standar-standar Pendidikan Nonformal (Program Pendidikan
Kesetaraan Paket A, B, dan C)
21. 2007 – 2011 : Pembantu Dekan I (Bidang Akademik) Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang
22. 2012 – : Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang
sekarang
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
13. 1992/1993 : Pengaruh Pemilihan Kepala Desa terhadap Partisipasi Warga Desa
dalam Pembangunan di Wilayah Kecamatan Kedungkandang
Kodya Malang (ketua)
14. 1992/1993 : Aspirasi Kerja Buruh Wanita Pada Pabrik Rokok di Kodya Malang
Ditinjau dari Tingkat Pendidikan, Latar Pergaulan Sosial dan
Frekwensi Terpaan Media, (ketua)
15. 1994/1995 : Kesiapan Masyarakat Desa dalam Melaksanakan Program IDT di
Desa-desa di Dua Wilayah Kabupaten Jawa Timur, (ketua)
16. 1994/1995 : Fasilitasi Petugas Lapangan Kecamatan dalam Pelaksanaan
Program IDT di Empat Kecamatan di Dua Wilayah Kabupaten jawa
Timur, (ketua)
17. 1995/1996 : Penelitian tentang Pelaksanaan Program IDT, Studi Kasus dua
Wilayah Kabupaten di Jawa Timur, (ketua)
18. 1996/1997 : Penelitian Tindakan untuk Pengembanan Gerakan Pramuka yang
Berpangkalan di Kejar Paket B pada Yayasan Pendidikan Miftahul
Jannah, di Desa Sumbersekar Kec. Dau Kabupaten Malang. (ketua)
19. 1998 : Pengaruh Peningkatan Pelibatan Warga Belajar dalam Pengelolaan
Interaksi Belajar terhadap Keaktifan Prestasi Belajanya, Studi
Eksperimental Pada Kejar Paket B Setara SMP di Kabupaten Blitar
Jawa Timur. (ketua)
20. 1999 : Kontribusi Model Pengelolaan Kelompok Belajar terhadap
Keberdayaan Diri Warga Belajar pada Program Kejar Paket B
(Studi Sidik Pengaruh Faktor Determinan Yang Menentukan
Keberdayaan Diri Warga Belajar Pada Program Kejar Paket B di
Kabupaten Bandung. (ketua)
21. 1999/2000 : Model Pemberdayaan warga belajar pada kelompok belajar (Studi
Eksperimental untuk mengembangkan Kelompok Belajar Sebagai
Satuan Pendidikan Untuk Meningkatkan rasa Keberdayaan Diri
warga Belajar Pada Program Kejar Paket B) (ketua)
22. 2000 : Pemberdayaan Warga Belajar pada Kelompok Belajar (Studi
Pengembangan Model Pengelolaan Program Pembelajaran Paket B
Kesetaraan melalui Kelompok Belajar) (ketua)
23. 2000 : Survey Indeks Kualitas Sekolah (School Quality Indexs Survey)
Sekolah-sekolah Dampingan PLAN International Unit Surabaya
(peneliti utama)
24. 2001 : Penelitian Tindakan Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah pada
Sekolah-sekolah Binaan PLAN International Program Unit
Surabaya. (peneliti utama)
25. 2003 : Penelitian Profil Pengelola Pusat-pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM) di Propinsi Jawa Timur, (peneliti utama)
26. 2005 : Kajian Partisipasi Masyarakat terhadap Sekolah (Pelajaran dari
Lapangan untuk Mewujudkan Visi Direktorat PLP Ditjen
Dikdasmen Depdiknas) (peneliti utama)
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
27. 2006 : Model Akreditasi dan Sertifikasi Program Paket C dalam Upaya
Menciptakan Standarisasi Baku Mutu Program Pendidikan
Kesetaraan Berbasis Otonomi Daerah (anggota)
28. 2006 Model Perilaku Belajar Masyarakat Mantan Petani Dalam
Mengembang kan Usaha Nonpertanian Sebagai Akibat Dari
Pengalihan Fungsi Lahan Pertanian Untuk Keperluan Nonpertanian.
(Penelitian Hibah Bersaing Tahun I dan II, peneliti utama)
29. 2006, 2007 Model Akreditasi dan Sertifikasi Program Paket C Dalam Upaya
Menciptakan Standarisasi Baku Mutu Program Pendidikan
Kesetaraan Berbasis Otonomi Daerah (Penelitian Hibah Bersaing
Tahun I dan II, ketua peneliti)
30. 2007 Sistem Belajar Asli (Indigenous Learning System) Masyarakat
MantanPetani Dalam Mengembangkan Usaha Nonpertanian.
(anggota)
31. 2007 Peningkatan Kreativitas Belajar Mahasiswa Dalam Matakuliah
Belajar Pembelajaran Jurusan PLS Melalui Strategi Transfer Of
Learning (anggota)
32. 2008 Pengembangan Model Pembelajaran Transfer Of Learning Untuk
Peningkatan Kreativitas Dan Kemandirian Belajar Mahasiswa
Berwawasan Life Long Learning (anggota).
33. 2008, 2009 Model Pengelolaan Ketuntasan Belajar Pada Program Pendidikan
Kesetaraan Dengan Pola Satuan Kredit Kompetensi (SKK) Untuk
Berbagai Media Belajar Masyarakat (Penelitian Hibah Bersaing
Tahun I dan II, ketua peneliti)
34 2010 : Studi Kebijakan tentang Pembinaan dan Pengembangan Program
Kelembagaan Kursus dan Pelatihan di Indonesia (peneliti utama)
35 2010/2011 Pemetaan dan Analisis Sisi Pasokan dalam Dimensi Kualitas,
Kuantitas, Lokasi, dan Waktu (Studi Ekplorasi Pasokan Tenaga
Kerja Lulusan Lembaga Pendidikan) (peneliti utama)
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
2. 1990, 1991, : Penilaian Lomba Kejar Paket A dan Pembinaan Kejar Paket A,
1992 Tingkat Wilayah Pembantu Gubernur Jawa Timur di Malang (tim
penilai)
3. 1991 : Penilai Lomba Permainan Simulasi Dalam Rangka HUT RI ke 46 di
Kelurahan Lowokwaru Kecamatan Lowokwaru (anggota)
4. 1991 : Pendidikan dan Bimbingan Peningkatan Peranan Wanita untuk
Pemanfaatan Air Bersih dan Sehat di Desa Pandansari Lor
Kecamatan Jabung Kabupaten DATI II Malang. (ketua)
5. 1992/1993 : Bimbingan Analisis Kelemahan dan Faktor Pengham-bat serta
Pemecahannya bagi Pengembangan KBU di Desa Kebobang
Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang (ketua)
6. 1992/1993 : Bimbingan Pengembangan Budidaya Tanaman Produktif di Desa
Ngenep Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang (ketua)
7. 1992/1993 : Rintisan Pengembangan Laboratorium Sosial Lembaga Pengabdian
s.d Kepada Masyarakat (Labsos LPM) IKIP Malang (anggota)
1994/1995
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
16. 1996/1997 : Konsultan Ahli Pendukung pada Konsultan Manajemen Wilayah
Program Pengentasan Kemiskinan di Perkotaan Wilayah Kerja III
(KMW P2KP SWK III) Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Kepada Masyarakat Universitas Islam Nusantara Bandung.
17. 1998 - 2000 : Konsultran Mitra (Assosiate Consultant) pada Klinik Konsultasi
Bisnis (KKB) Kantor Wilayah Departemen Koperasi., Pengusaha
Kecil dan Menengah Propinsi Jawa Barat
18. 2000-2002 : Tenaga Ahli pada Pendampingan Penerapan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS) pada Sekolah-sekolah Dasar Binaan PLAN
International Unit Surabaya
19. 2000-2002 : Model Perencanaan dan Pengelolaan Program-program Pendidikan
Luar Sekolah pada Era Otonomi Daerah (ketua)
20. 2005— : Tim Akademisi pada berbagai Pelatihan, Workshop, dan Penelitian,
sekarang Produksi Media, dan Pengembangan program pada Balai
Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal (BPPNFi)
Regional IV Surabaya
VI. PUBLIKASI
A JURNAL DAN BUKU
3. “Penerapan Prinsip Androgogi pada Kelompok Belajar Binaan Mahsiswa PPL PLS FIP
IKIP MALANG”, artikel hasil penelitian, Jurnal Penelitian Kependidikan, ISSN 0854-
8323, tahun 5 nomor 2, Desember 1996, halaman 175 - 183
4. “Menyiasati Kelangkaan Sumber Daya Dalam Penyelenggaraan Kejar Pakaet B”, Abdi
Masyarakat, ISSN 234-4251, Tahun 12 Nomr 1, Pebruari 1995, 133-150, Malang LPM
IKIP Malang
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
ISSN 234-4521, Tahun 13 No. 1, Pebruari 1996, 133-150, Malang LPM IKIP Malang
7. “Pelibatan warga Belajar dala pengelolaan Kelompok dan Interaksi Belajar pada
Program kejar Paket B”, Jurnal Pendidikan Humaniora dan Sains, ISSN 0854-9095,
Tahun 4, Nomor 1 dan 2, April –September 1998, 89-101.
12. “Potensi Pendidikan Demokrasi dari Kelompok Belajar Sebagai Satuan Pendidikan”,
Laterat: Majalah Ilmiah Kependidikan, ISSN 0852-1557, Nomor 10/ Tahun 2000, 25-
35
13. “Model Pengelolaan Program Pembelajaran Paket B pada Kelompok Belajar Berbasis
Pemberdayaan”, Jurnal Ilmu Pendidikan, ISSN 0215-9643, Februari 2001, Jilid 8,
Nomor 1, 57-70.
14. “Kontribusi Model Pengelolaan Kelompok Belajar terhadap Keberdayaan Diri Warga
Belajar Program Kejar Paket B” , Jurnal Penelitian Kependidikan, Tahun 11, Nomor
1, Juni 2001, 27—36, ISSN 0854-8323.
15. “Ilmu Pendidikan Sebagai Guru Kebenaran”, Pendidikan Masyarakat, Tahun 11,
Nomor 1, Januari 2002, 1—12., ISSN 0852-1921.
16. “Pendidikan Nonformal Membangun Sumberdaya Manusia Indonesia Yang Unggul
dan Tangguh Pada Era Globalisasi”. Tulisan Terbaik/Juara III pada Lomba Karya Tulis
Dosen Tingkat Nasional (Depdiknas). Selanjutnya dimuat pada Jurnal Ilmiah VISI,
Nomor 04/XIII/2005, 53—68., ISSN 1410-4342.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
17. “Disain Diklat Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Nonformal”, Jurnal
Ilmiah VISI, Volume 1 Nomor 2 Tahun 2006, 45—55., ISSN 1907-9176.
18. “Komponen Pembelajaran pada Kursus Komputer dan Kursus Menjahit dan Upaya
Standarisasinya”, TEKNOLOGI PEMBELAJARAN, Tahun 12, Nomor 2, Oktober
2004, (halaman 156 - 166); Penulis Tunggal; ISSN: 0854 – 7599; Terakreditasi dengan
SK Dirjen Dikti Nomor: 52/DIKTI/KEP/2002
19. “Kebutuhan Akreditasi Dan Sertifikasi Pendidikan Kesetaraan Program Paket C
Berbasis Otonomi Daerah”, JURNAL ILMU PENDIDIKAN, Jilid 15, Nomor 1,
Februari 2008` (halaman 48–53); Penulis Tunggal; ISSN: 0215 – 9643; Terakreditasi
dengan SK Dirjen Dikti Nomor: 56/DIKTI/Kep/2005, tanggal 6 Desember 2005.
20. “Kebutuhan Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah, Suatu Keharusan”. JURNAL
PENDIDIKAN NON FORMAL, ISSN: 1907 – 1108. Edisi 02, Tahun 2006; (hal 1 –
10); Penulis Tunggal;
21. “Partisipasi Masyarakat Terhadap Sekolah” Pelajaran dari Lapangan Untuk
Mewujudkan Visi Direktorat Pembinaan SMP, Penerbit: UNIVERSITAS NEGERI
MALANG, Cetakan I, Agustus 2007 ISBN: 979-495-808-5
22. “Evaluasi Program Untuk Pendidikan Dan Pelatihan”, Buku. Penerbit: Balai
Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (BPPLSP) Regional IV, Cetakan
Pertama Desember 2007, ISBN: 978-979-24-5363-6
23. “Standarisasi Kursus: Antara Kebutuhan Dan Kesulitan Menetapkan Benchmark” VISI
Jurnal Ilmiah PTK-PNF, Volume 2, Nomor 2, 2007;, (halaman 52 – 59); Penulis
Tunggal; ISSN: 1907 – 9176
24. “Kemampuan Mengembangkan Profesionalisme Penilik Pendidikan Nonformal di
Indonesia” Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, Volume 16, Nomor 2, Oktober 2009;
(halaman 194 - 202); Penulis Tunggal; Terakreditasi dengan SK Dirjen Dikti Nomor:
83/DIKTI/Kep/2009, tanggal 6 Juli 2009, ISSN: 0854-8315, dan Laporan Penelitian
Mandiri, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang, Tahun 2009
25. “Manajemen Pemasaran Sekolah”, Tabloid KOMUNIKASI IKIP Malang, N0. 136 Th.
XIV h. 3, 4, 5, Juni-Juli 1992
26. “Dehistorisasi dan Tugas Guru”, Tabloid KOMUNIKASI IKIP, Malang,
dipublikasikan ulang melalui buku kumpulan artikel berjudul PENDIDIKAN DALAM
BERBAGAI PERSPEKTIF, Juli 1992
27. “Refleksi Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat LPM IKIP MALANG tahun
1992/1993”, bulletin WARTA IKIP MALANG No. 15 tahun XI, 31 Desember 1993
28. “Lahan Pendidikan Yang Belum Tergarap”, artikel pada tabloid KOMUNIKASI IKIP
Malang, No. 144 Th. XIV hal. 5, 6 , April 1993
29. “Dampak Negatif Alat Permainan”, artikel pada tabloid KOMUNIKASI IKIP Malang,
No. 142 Th. XIV hal. 5,6, Pebruari 1993.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
30. “Sedikit Diskusi Tentang Guru”, Majalah Suara Gu-ru, ISSN 0126-1864. No. 10/TH.
XLVI/1996, 26-28
31. “Nggayuh Sukses Liwat Pendidikan Luar Seko-lah”, Mingguan JAYA BAYA, Nomor
19/LII, 11 Januari 1998, 22—23, 29, ISSN 0215-4803
32. “Radio Siaran Kangge Ngrembakakaken Basa Jawi”, Mingguan JAYA BAYA, Nomor
23/LV, 4 Pebruari 2001, 11,46, ISSN 0215-4803.
33. “Sekolah Mahal dan Demokratisasi Pendidikan”, artikel opini pada Harian Surya, 1
Mei 2003:21, No 161 Tahun XVII.
34. “Makna Idiologis Marak dan Abruknya Bisnis Pohon Mas”, artikel opini pada Harian
Malang Post, 7 Mei 2003:12.
35. “Transfer PLS dan Pewujudan Masyarakat Belajar”, artikel opini pada Harian Jawa
Pos-Radar Malang, 0, dan 31 Maret 2005:41.
36. “Ban Serep Itu Bernama Program Paket C”, artikel opini pada Harian Surya, 30 Juni
2006:4, No 222 Tahun XX.
37. “Solusi Pendidikan Nonformal Mengatasi Krisis”, Mediksi: Media Pendidikan dan
Aksi, 771907 111625, halaman 8—10, ISSN 1907-1116.
38. “Konsep Itu Bernama Life Skills”, Mediksi: Media Pendidikan dan Aksi, ISSN 1907-
1116. edisi kedua tahun dua 2006, halaman 1—3,.
39. “Sistem SKK, Dari Surabaya Kita Mulai”, Mediksi: Media Pendidikan dan Aksi, edisi
ke satu tahun ketiga 2007, halaman 1—5, ISSN 1907-1116.
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
Nopember 1993‘93 Lembaga Pendidikan dalam Pengentasannya (peserta)
9 Mei 1995
Maret 1996
15. Surabaya, Seminar Nasional dan Konperensi ISPPSI 1997, Hotel Natour
Simpang, Surabaya, (penyumbang makalah dan peserta)
Nopember 1997
16. Bandung, Diskusi Panel dan Temu Karya Pendidikan Umum Program
Pasca Sarjana IKIP Bandung (penyumbang makalah dan
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
Desember 1998 peserta)
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
26. Surabaya, Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) V
(steering committee)
5 – 9 Oktober 2004
VIII. PENATARAN/PELATIHAN
1. 1985 : Pendidikan Latihan Dasar Resimen Mahasiswa Mahasurya Jawa Timur
Angkatan XXX (peserta)
2. 1990 : Lokakarya Penelitian Tingkat Dasar bagi Dosen PT. Negeri dan Swasta
Angkatan XII, Puslit IKIP Malang (presenter)
3. 1991 : Penataran P4, Tingkat Nasional Pola 120 Jam/Calon Penatar bagi Dosen
PTN dan PTS oleh BP-7 Pusat (peserta)
4. 1991 : Penyegaran Penatar P-4 Tingkat I (Propinsi) di bawah pembinaan
pengawasan dan pengkoordinasian BP-7 Daerah (panitia dan peserta)
5. 1993 : Penataran/Kursus Bahasa Inggris IKIP MALANG, selama 8 Bulan
(peserta)
6. 2003 : Pelatihan Pengelola dan Penyuntingan Jurnal Ilmiah (peserta)
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012
X. PENGHARGAAN
NAMA
TAHUN NOMOR SURAT PEJABAT
PENGHARGAAN
Keterangan Pribadi,
Prof. Dr. SUPRIYONO , M.Pd, Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar
Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan Disampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas
Negeri Malang, Rabu 10 Oktober 2012