Varietas pada keberadaan proses autophagic, semua mengalami penurunan komponen intrasel yang
sama melalui lisosom. Mekanisme yang paling dikenal pada autofagi menyangkut pembentukan
membran di sekitar daerah yang dituju oleh sel, memisahkan kandungan dari sisa sitoplasma.
Gelembung yang dihasilkan kemudian mengalami fusi dengan lisosom dan kemudian menurunkan
kandungannya.
Hal tersebut pertama kali dipaparkan pada tahun 1960, namun banyak pertanyaan mengenai proses
dan mekanisme aktual yang terlibat masih tetap diuraikan. Peranannya dalam penyakit tidak benarbenar dikategorisasikan; hal itu dapat membantu untuk menghentikan perkembangan beberapa
penyakit dan memainkan peran protektif terhadap infeksi oleh pathogen intrasel; namun, pada
beberapa situasi, hal itu sebenarnya berperan untuk perkembangan penyakit.
Autofagi dapat dipisah secara luas menjadi tiga jenis: macroautofagi, microautofagi dan chaperonemediated autofagi. Macroautofagi menyangkut pembentukan membran berbentuk de-novo yang
mengikat dirinya sendiri untuk menelan komponen sitosolik (protein dan atau seluruh organel), yang
menurun setelah terjadinya fusi tersebut dengan lisosom, sedangkan microautofagi merupakan
invaginasi langsung pada bahan ke dalam lisosom.
Perbandingan macroautofagi dan microautofagi
Jenis spesifik autofagi termasuk:
Chaperone-mediated autofagi, kondisi yang digunakan untuk menggambarkan penurunan protein
sitosolik tertentu yang ditandai dengan rangkaian peptide spesifik. Molekul Chaperone mengikat dan
mengangkut protein menuju lisosom melalui kompleks reseptor.
Pexophagy, pemilihan autofagi untuk penurunan peroksisom, yang dapat dipisahkan menjadi
macropexophagy dan micropexophagy.
Mitophagy, pemilihan autofagi untuk penurunan mitokondria, yang dapat dipisahkan pada
macromitophagy dan micromitophagy.
Xenophagy, pemilihan autofagi untuk penurunan bakteri dan virus intrasel.
Kekurangan nutrien
Dalam kondisi kekurangan nutrien, meningkatnya level autofagi mengarah pada menurunnya
komponen non-vital dan melepaskan nutrien, memastikan bahwa proses vital dapat berlanjut. Sel
ragi bermutasi yang memiliki kapabilitas autophagic yang berkurang secara cepat mematikan dalam
kondisi kekurangan nutrien. Gen yang dikenal sebagai Atg7 telah dimasukkan pada nutrien yang
mengalami autofagi, saat tikus percobaan menunjukkan bahwa autofagi menginduksi kekurangan
tersebut merusak pada tikus yang kekurangan Atg7.
Infeksi
Autofagi memainkan peran dalam merusak beberapa bakteri termasuk sel. Patogen intrasel seperti
Mycobacterium tuberculosis tahan di dalam sel dan menahan aksi normal yang dilakukan oleh sel
untuk mengeluarkan dirinya sendiri dari sel. Rangsangan autofagi dalam sel yang terinfeksi
mengatasi hambatan dan membantu untuk mengeluarkan sel patogen.
Kematian sel yang terprogram
Hal tersebut telah diajukan bahwa autofagi menimbulkan kerusakan menyeluruh pada sel yang
merupakan salah satu dari beberapa jenis kematian sel yang terprogram; namun, tidak ada
kesimpulan yang membuktikan keberadaan proses tersebut. Meskipun demikian, observasi tentang
sel yang memiliki gambaran autophagic pada bagian yang mengalami kematian sel yang terprogram
mengarah pada timbulnya tahap kematian sel autophagic (yang juga dikenal sebagai kematian sel
sitoplasma atau kematian sel tipe II). Penelitian tentang metamorfosis serangga telah menunjukkan
sel yang mengalami bentuk kematian sel yang terprogram yang muncul secara nyata dari bentuk
lain, hal ini telah diajukan sebagai contoh kematian sel autophagic.
Hal tersebut tidak diketahui apakah aktivitas autophagic pada sel mati sebenarnya menyebabkan
kematian atau apakah hal tersebut hanya terjadi sebagai proses yang mengiringinya. Pada banyak
penyakit neurologis, dalam jalur kematian sel neuronal tertentu dan setelah cedera neuronal,
terdapat peningkatan jumlah autophagosome. Hubungan kausatif antara autofagi dan kematian sel
tidak ditampilkan. Hal tersebut tidak jelas apakah peningkatan dalam autophagosome menunjukkan
peningkatan pada aktivitas autophagic atau penurunan fusi autophagosome-lisosom. Baru-baru ini,
hal tersebut telah diperdebatkan tentang autofagi yang mungkin sebenarnya menjadi mekanisme
ketahanan sel.
FUNGSI HETEROFAGI
Pada penemuannya E. Metchnikoff pada tahun 1893,ia menyatakan bahwa bagian dalam dari
vakuola makanan pada invertebrate dan organisme uniseluler adalah bersifat asam, karena adanya
perubahan kertas lakmus dari biru menjadi merah dan mengandung enzim digesti.
Konsep modern dari heterophage , makromolekul atau agregat memasuki sel secara endostosis yang
dimediasi oleh reseptor seperti pada penyerapan LDD (lipoprotein low density) oleh fibroblast.
Secara alternatif, ini merupakan pagositik, seperti yang terjadi pada macrophage yang dicerna dalam
sel.
Kejadian fusi secara esensial menjadikan vakuola dan lisosom seterusnya dan organel yang
dihasilkan disebut lisosom sekunder. Hydrolisan dari makromolekul yang ada didalam vakuola
sekarang berlangsung dan hasil dari hidrolisa akan dilepaskan kedalam sitoplasma untuk digunakan
kembali dalam biosintesisi ayau metabolisme energi. Material yang tidak dapat dicerna dan residual
body akan dikeluarkan melalui exocytasis. Heterofagi terbalik juga terjadi melalui pelepasan
hidrolase lisosom ke ekstrasel.
LISOSOM DAN PENYAKIT
Pentingnya aksi litik dari lisosom ditunjukkan pada sejumlah kasus penyakit bawaan manusia dimana
aktivitas dari satu atau lebih hydrolase tidak ada atau sangat sedikit. Dalam semua kasus pada
substrat dimana enzimnya tidak ada terakumulasi didalam sel dan secara mikroskopis dapat
dideteksi melalui mikroskop.
Kasus yang ekstrim dari penyakit lisosom adalah penyakit I-sel (inclusion cell), dimana beberapa
hydrolase mempunyai target utama pada lisosom-lisosom dari jaringan konektif maupun jaringan
saraf. Pada penderita ini lisosom sekunder yang memecah produk jarang terbentuk sehingga vakuola
terisi dengan material yang tidak dicerna dan memenuhi sel. Hal ini diduga vakuola yang terbentuk
berasal dari fusi endosom dengan benda-benda asing dari lisosom primer
Beberapa parasit intraseluler mendapat keuntungan dari jalur autophage ini, organisme tersebut
memasuki sel eukariotik melalui endisitisis, akan tetapi akan dihidrolisa dalam lisosom sekunder,
mereka bertahan disana dan berkembang biak, selanjutnya akan memakan sel induk.
Contoh dari fenomena tersebut adalah parasit penyebab ricketsia (Coxiella burnetti) yang
menyebabkan terjadinya demam Q, penyakit ini merupakan penyakit infeksi pernafasan seperti
influenza yang menyerang ternak: domba dan kambing.
Membran lisosom melindungi sel dari kerusakan hidrolitik yang disebabkan oleh hidrolase yang ada
dalam organel. Jelasnya, gangguan pada membran sel mengakibatkan terjadinya autophag umum
dan kematian.
Mal fungsi dan pengaruh lingkungan dari lisosom
Kegagalan dalam proses pencernaan oleh lisosom dapat menyebabkan penyakit silikosis dan
reumatik.
Silikosis
Pada orang yang bekerja di daerah berdebu, debu-debu itu terhisap ke dalam paru-paru. Di dalam
sel alveoli paru-paru, debu-debu dalam vakuola dicerna oleh enzim lisosom. Namun bila debu
mengandung silikon yang keras, debu tidak tercerna dan sebaliknya justru membran vakuola
menjadi bocor. Akibatnya enzim lisozim keluarmencerna sel paru-paru. Orang yang menderita
penyakit demikian disebut menderita silicosis.
Reumatik
Orang yang sering mengkonsumsi makanan dari organ dalam (usus, hati), belinjo,da rebung,
darahnya banyak mengandungasam urat (berupa kristal). Asam urat itu masuk ke dalam lisosom dan
tidak dapat dicerna. Kemudian, enzim lisosom keluar, mencerna sel-sel pada persendian dan
akibatnya orang tersebut menderita reumatik. Penderita reumatik mengalami bengkak dan radang
di persendian yang menyebabkan rasa sakit luar biasa.
Selain penyakit diatas masih terdapat beberapa penyakit lain akibat kegagalan fungsi lisosom, antara
lain :
Asbetosis (menghirup serabut asbes)
Black lung (menghirup debu batu bara)
Inclution cell (I-cell) disease
Arthritis
Ricketsia
KESIMPULAN
Lisosom merupakan membran berbentuk kantong kecil yang berisi enzim hidrolitik yang berisi
lisozim. Enzim ini yang berperan dalam pencernaan intra sel yaitu mencerna zat-zat yang masuk ke
dalam sel.
Secara mikroskopis, lisosom dapat ditentukan oleh adanya asam phosphatase. Meskipun enzim ini
terdapat diseluruh bagian sel, konsentrasi terbesar berada pada lisosom.
Lisosom terdapat dalam jumlah yang banyak pada sel yang berfungsi untuk menyerap makromolekul
atau substansi yang lebih besar dari lingkungannya.
Enzim lisosom mempunyai pH optimum pada kondisi asam, akan tetapi disekeliling sitoplasma
mempunyai pH antara 6,5 7,5.
Lisosom mempunyai fungsi autofagi dan heterofagi.
Autofagi adalah proses katabolis menyangkut penurunan komponen sel itu sendiri melalui mesin
lysosomal.
Heterofagi adalah proses dimana makromolekul atau agregat memasuki sel secara endostosis yang
dimediasi oleh reseptor seperti pada penyerapan LDD (lipoprotein low density) oleh fibroblast.
Membran lisosom melindungi sel dari kerusakan hidrolitik yang disebabkan oleh hidrolase yang ada
dalam organel.
Beberapa penyakit lain akibat kegagalan fungsi lisosom, antara lain : Silikosis, asbetosis (menghirup
serabut asbes), black lung (menghirup debu batu bara), inclution cell (I-cell) disease, arthritis,
ricketsia, dan reumatik.
Diposkan oleh romzz-pabio di 13:01 Tidak ada komentar: