Anda di halaman 1dari 3

EFEK DARI TRAVOPROST TERHADAP 24 JAM TEKANAN INTRAOKULAR PADA

NORMAL TENSION GLAUCOMA

Tujuan : mengetahui efek pemberian travopros 0,004 % terhadap 24 jam tekanan intraokular (
TIO ) pada pasien dengan normal tension glaucoma ( NTG)
Subjek dan Metode : penelitian ini dilakukan pada 17 pasien yang baru didiagnosa dengan
unilateral NTG. TIO diukur selama 24 jam dengan jarak interval 3 jam menggunakan
tonometer aplanasi Goldman pada pasien yang menggunakan travoprost topikal 0,004 % dan
dibandingkan dengan mata yang tidak mendapat travoprost.
Hasil : Jumlah TIO sangat menurun secara signifikan pada tiap individu yang mendapat
terapi. Nilai rata-rata 24 jam TIO, maksimal 24 jam TIO, minimal 24 jam TIO dan 24 jam
TIO

Kesimpulan : travoprost dapat menurunkan 24 jam TIO dengan lebih dari setengah dari mata
diperiksa menunjukkan TIO menurun sebanyak 20 %.
Kata Kunci : 24 jam TIO, fluktuasi, normal tension glaucoma, travoprost, travatan Z

Latar Belakang
Peningkatan tekanan intraokular ( TIO) merupakan faktor resiko primer terjadinya glaukoma.
Dimana beberapa pasien yang terkena glaukoma dan akan berakibat merusak saraf optikus
adalah pasien yang tidak pernah mengontrol atau mengetahui kenaikan pada TIO, disebut
juga pasien dengan normal tension glaucoma (NTG). Yang terpenting adalah menurunkan
TIO untuk mengurangi perkembangan glaukoma yang progresif yang ditunjukkan dengan
Collaborative Normal Tension Glaukoma (CNTG). Grup penelitian menunjukkan bahwa
sebanyak 30 % dengan menurunkan TIO akan menurunkan resiko kehilangan lapangan
pandang pada pasien NTG. Dimana presentasi awalnya 12% meningkat menjadi 35 % dalam
waktu 5 tahun.
The Early Manifest Glaucoma Trial ( EMGT ) menunjukkan bahwa fluktuasi TIO bukanlah
faktor resiko perkembangan glaukoma. Namun beberapa penelitian menunjukkan pengukuran
24 jam TIO, fluktuasi harian TIO, dan maksimal harian TIO sangat berperan penting
meningkatnya glaukoma secara progresif. Fluktuasi dari TIO yang berpengaruh
meningkatkan perkembangan glaukoma sampai saat ini masih belum dapat diketahui, namun
penelitian ini dapat menunjukkan penurunan TIO secara signifikan.
Pasien awal yang menggunakan tetes mata antiglukoma, menunjukkan penurunan TIO dan
untuk peningkatan TIO nya tidak meningkat secara signifikan. Penelitian Wilensky dkk
menunjukkan bahwa pengukuran 24 jam TIO secara rutin sangat berpengaruh terhadap

perkembangn glaukoma. Penelitian tersebut menunjukkan betapa penting nya untuk


mengukur tekanan intraokular dalam 24 jam.
Prostaglandin dapat menurunkan TIO lebih baik dibandingkan dengan Beta Blokers atau
anhydrase carbon inhibitor. Latanaprost 0,005% dan bimatoprost 0,03% merupakan golongan
dari prostaglandin sangat efektif dalam menurunkan TIO pasien dengan NTG. Pemberian
terapi golongan prostaglandin lainnya, yaitu travoprost 0,004% menunjukkan penurunan TIO
pada glukoma sudut terbuka primer dan glukoma hipertensi.
Subjek dan Metode
Penelitian ini membandingkan 17 pasien yang baru didiagnosa dengan unilateral NTG yang
diterapi dengan travoprost 0,004 % pada 1 mata nya selama 1-2 bulan. Pasien yang diambil
adalah pasien dari Osaka City Univerity Hospital antara januari 2004 sampai oktober 2004
yang di evaluasi tekanan intraokularnya selama 24 jam setelah mendapat terapi travoprost
topikal 0,004%. Semua pasien yang diambil sudah menyetujui untuk dilakukan nya
pengukuran TIO selama 24 jam dan sudah di informed consent sesuai dengan deklarasi
helsinsky. Pemeriksaan menggunakan slit lamp lengkap, evaluasi genoskopi dan funduskopi
dilakukan oleh spesialis ahli glukoma. Tes lapangan pandang juga dilakukan oleh ahlinya
(Humphrey 30-2 or 24-2 SITA program,Humphrey Field Analyzer, Carl Zeiss Meditec,
Dublin, CA). Pengukuran ketebalan kornea sentral menggunakn spekular mikroskop ( SP3000P, Topcon, Japan ).
Diagnosis NTG ditegakkan jika beberapa kriteria diagnosis dipenuhi antara lain adanya
perubahan optic disc, penurunan atau kehilangan lapangan pandang, dan pasien yang masuk
dalam penelitian klinis pengukuran TIO selama 24 jam. Pasien dengan glukoma kongenital,
kelainan kornea, glukoma sudut terbuka dan tertutup, serta yang telah melakukan operasi
bedah mata dikeluarkan atau tidak dimasukkan dalam penelitia.
Di RS tempat penelitian, TIO pasien diukur dalam posisi pasien duduk menggunakan
tonometer aplanasi goldman, pengukuran dilakukan denga n jarak interval 3 jam dimulai dari
tengah malam sampai pukul 9 pagi oleh dokter yang sama. Pasien diberikan travoprost
0,004% pada mata yang diobati seperti biasanya. Pada pengukuran tengah malam, pasien
terjaga dan berjalan 10-20 meter ke arah tonometer. Segera setelah pengukuran TIO pasien
kembali ketempat tidur mereka. Berarti selama 24 jam akan dilakukan 8 kali pengukuran
TIO. Fluktuasi dalam 24 jam TIO akan berbeda antara TIO maksimal dan minimal elama 24
jam nya. Pengukuran selanjutnya dilakukan pukul 10 pagi sampai pukul 6 sore pada masingmasing pasien.
Kami menggunakan travatan Z ophthalamic solusion 0,004%, dimana prostaglandin yang
diproduksi tanpa benzalkonium chloride ( BAK ) dan hanya mengandung sedikit efek
samping dan aman untuk pasien dibandingkan dengan yang menggunakan benzalkonium
chloride. Masing-masing pasien menunjukan penurunan TIO pada mata yang telah diterapi
dengan Travoprost dibandingkan dengan mata pasien yang tidak diberikan selama
pengobatan 1- 2 bulan.

Analisa Statistik
Nilai pengukuran menunjukkan adanya standar deviasi (SD). Digunakan paired t-test untuk
menganalisa perbedaan TIO antara
Hasil
Pasien
Penelitian ini mengambil 17 pasien yang baru didiagnosa dengan unilateral NTG ( mata
kanan berjumlah 6, dan mata kiri berjumlah 11 ). Pasien terdiri dari 9 pria dan 8 wanita
dengan umur 31-81 tahun. Dengan ketebalan kornea sentral bpada masing-masing mata 515.8
34.6 M. Nilai rata-rata deviasi nya 7.3 3.3 dB (range 3.315.0) pada mata yang
diterapi. Data pengukuran 24 jam TIO pada masin-masing mata ditunjukkan pada tabel 1.
Terlihat perbedaan TIO yang signifikan pada mata yang diterapi menggunakan travoprost
( P<0.01, gambar 1) dan mata sebelah yang tidak diterapi menggunak travoprost (P>0.05,
gambar 2)
Perbedaan Multiple pada Kurva TIO
Sebelum pemberian terapi, terdapat perbedaan sinifikan pada kurva TIO antara pukul 9 pagi
sampai pukul 12 siang, pukul 12 siang sampai pukul 9 malam, pukul 12 siang dan 12 malam,
serta pukul 12 siang sampai pukul 3 pagi pada mata yang diberikan terapi terhadap mata yang
tidak diberikan terapi yang juga dilakukan pengukuran yang sama pada pukul 12 sian sampai
pukul 9 malam dan pukul 12 siang sanpai pukul 12 malam. Setelah pengobatan tidak ada
perbedaan peningkatan signifikan pada kurva TIO . namun terdapat perbedaan signifikan
pada kurva TIO antar pukul 12 siang sampai 12 malam dan pukul 3 pagi, pukul 12 siang
sampai pukul 6 pagi pada mata pasien yang tidak mendapat terapi.
Peningkatan TIO sekitar 24.3% (dari 14.8 2.7 mmHg menjadi 11.2 2.4 mmHg, P , 0.001).
nilai rata-rata tekanan intraokular selama 24 jam meningkat menjadi 20,2 % (dari 12.9 2.2
mmHg menjadi 10.3 2.0 mmHg,P , 0.001). Maksimal 24-hour IOP decreased 19.5% (from
15.4 2.7 mmHg to 12.4 2.5 mmHg, P , 0.001), and
minimum 24-hour IOP was reduced by 19.0% (from 10.5
2.2 mmHg to 8.5 1.9 mmHg, P , 0.001). Fluctuation
in
24-hour IOP was flattened by 20.4% (from 4.9 1.2 mmHg
to 3.9 1.5 mmHg, P , 0.05, Table 2).

Anda mungkin juga menyukai