Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan berfungsi untuk membuang
sampah metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin, yang kemudian dikeluarkan
dari tubuh. Tetapi pada kondisi tertentu karena adanya gangguan pada ginjal, fungsi
tersebut akan berubah. Gagal ginjal kronik biasanya terjadi secara perlahan-lahan
sehingga biasanya diketahui setelah jatuh dalam kondisi parah. Gagal ginjal kronik
tidak dapat disembuhkan. Gagal ginjal kronik dapat terjadi pada semua umur dan
semua tingkat sosial ekonomi. Pada penderita gagal ginjal kronik, kemungkinan
terjadinya kematian sebesar 85 %.
Melihat kondisi seperti tersebut di atas, maka perawat harus dapat mendeteksi
secara dini tanda dan gejala klien dengan gagal ginjal kronik. Sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensip pada klien dengan gagal ginjal
kronik.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana gambaran perawatan pada penyakit gagal ginjal kronik?
C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal kronik.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien gagal ginjal kronik
b. Mampu membuat analisa data pada pasien gagal ginjal kronik
c. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik.
d. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik.
e. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik.
f. Mampu membuat evaluasi pada pasien gagal ginjal kronik

D. MANFAAT
1. Secara umum
a. Menambah wawasan, pengetahuan penulis dan pembaca di bidang
kesehatan khususnya gagal ginjal kronik.
b. Memberikan informasi mengenai masalah keperawatan pada pasien
dengangagal ginjal kronik dan penatalaksanaan masalah keperawatan.
c. Meningkatkan ketrampilan penulis dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien Gagal ginjal kronik.
1

2. Secara khusus
a. Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa
dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai penyebab serta
upaya pencegahan penyakit gagal ginjal kronik agar terciptanya kesehatan
masyarakat yang lebih baik.
b. Bagi Pembaca

Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang gagal ginjal kronik


lebih dalam sehingga dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari
penyakit gagal ginjal kronik.
c. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam penanganan
gagal ginjal kronik sehingga dapat meningkatkan pelayanan keperawatan
yang baik
d. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah informasi tentang gagal ginjal kronik serta dapat
meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit ini.

BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan
fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel. Dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)
( KMB, Vol 2 hal 1448).
Penyakit gagal ginjal kronis bersifat progresif dan irreversible dimana terjadi
uremia

karena

kegagalan

tubuh

untuk

mempertahankan

metabolisme

dan

keseimbangan cairan serta elektrolit ( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1448)


Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal
lanjut secara bertahap (Doenges, 1999; 626)
B. ETIOLOGI
Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain :
1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)
2. Penyakit peradangan (glomerulonefritis)
3. Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
4. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sklerosis sitemik)
5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus
ginjal)
6. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme)7.Nefropati toksik
7. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih)
(Price & Wilson, 1994)
Penyebab gagal ginjal kronik cukup banyak tetapi untuk keperluan klinis dapat
dibagi dalam 2 kelompok :
1. Penyakit parenkim ginjal
a. Penyakit ginjal primer: Glomerulonefritis, Mielonefritis, Ginjal polikistik, Tbc
ginjal
b. Penyakit ginjal sekunder: Nefritis lupus, Nefropati, Amilordosis ginjal,
Poliarteritis nodasa, Sclerosis sistemik progresif, Gout, DM
2. Penyakit ginjal obstruktif: Pembesaran prostat, batu saluran kemih, refluks ureter.
Secara garis besar penyebab gagal ginjal dapat dikategorikan infeksi yang berulang
dan nefron yang memburuk, obstruksi saluran kemih, destruksi pembuluh darah
akibat diabetes dan hipertensi yang lama, scar pada jaringan dan trauma langsung
pada ginjal.
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369) :
3

a. Gejala dini: lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan
berkurang, mudah tersinggung, depresi
b. Gejala yang lebih lanjut: anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau
sesak nafas baik waktu ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan,
pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
2. Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001 : 1449) antara lain: Hipertensi, (akibat

retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin - angiotensin aldosteron),
gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan
perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia,
mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran,
tidak mampu berkonsentrasi).
3. Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut:
a. Kardiovaskuler : Hipertensi, gagal jantung kongestif, udema pulmoner,
perikarditis pitting edema (kaki, tangan, sacrum), edema periorbital friction rub
pericardial, pembesaran vena leher
b. Integumen : Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering bersisik, pruritus,
ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar
c. Pulmoner : Krekels, sputum kental dan liat, nafas dangkal, pernafasan
kussmaul
d. Gastrointestinal : Nafas berbau ammonia, ulserasi dan perdarahan mulut,
anoreksia, mual, muntah, konstipasi dan diare, perdarahan saluran cerna
e. Neurologi : Kelemahan dan keletihan, konfusi/ perubahan tingkat kesadaran,
disorientasi, kejang, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki.
f. Muskuloskeletal : Kram otot, kekuatan otot hilang,kelemahan pada tungkai
Fraktur tulang, Foot drop
g. Reproduktif : Amenore, Atrofi testekuler
D. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron
yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai
reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai dari nefronnefron rusak. Beban
bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat
4

diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang
rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana
timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas
kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini
fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau
lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka
gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner &
Suddarth, 2001 : 1448).
Klasifikasi gagal ginjal kronik dibagi menjadi 5 stadium :
1. Stadium 1, bila kadar gula tidak terkontrol, maka glukosa akan dikeluarkan lewat
ginjal secara berlebihan. Keadaan ini membuat ginjal hipertrofi dan hiperfiltrasi.
Pasien akan mengalami poliuria. Perubahan ini diyakini dapat menyebabkan
glomerulusklerosis fokal, terdiri dari penebalan difus matriks mesangeal dengan
bahan eosinofilik disertai penebalan membran basalin kapiler.
2. Stadium 2, insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak, Blood
Urea Nitrogen ( BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
3. Stadium 3, glomerulus dan tubulus sudah mengalami beberapa kerusakan. Tanda
khas stadium ini adalah mikroalbuminuria yang menetap, dan terjadi hipertensi.
4. Stadium 4, ditandai dengan proteinuria dan penurunan GFR. Retinopati dan
hipertensi hampir selalu ditemui.
5. Stadium 5, adalah stadium akhir, ditandai dengan peningkatan BUN dan kreatinin
plasma disebabkan oleh penurunan GFR yang cepat.

E. PATHWAY
ETIOLOGI

Jumlah nefron fungsional

Nefron yg terserang hancur

Neferon yg masih utuh

90% nefron hancur

75% nefron hancur

Tdk dpt mengkompensasi


(ketidakseimbangan cairan
elektrolit)

GFR

Adaptasi

Nefron hipertropi

(BUN & kreatinin )

GFR 10% dari normal

Adaptasi

kecepatan filtrasi, beban

(BUN & kreatinin )

solut, reabsorpsi

Urine isoosmotis

Kegagalan proses filtrasi

Kecepatan filtrasi & beban

Keseimbangan cairan

solut

elektrolit dipertahankan

Ketidakseimbangan dlm

Fungsi ginjal rendah

glomerulus & tubulus

Oliguri

Poliuri, nokturi, azotemia

cadangan ginjal

Uremia

Insufisiensi ginjal

Penumpukan kristal

Gagal ginjal

urea di kulit

Pruritus

Gangguan integritas kulit

Eritropoetin di ginjal

SDM

Angiotensin

Retensi Na+

Kelebihan volume cairan

Pucat, fatigue, malaise,


anoreksia
anemia

Gangguan nutrisi kurang


dari kebutuhan

Intoleransi aktivitas

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara
lain:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Laboratorium darah : BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat),
Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan
protein dan immunoglobulin)
b. Pemeriksaan UrinWarna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein,
sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT2.
2. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia, dan
gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia)
3. Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim ginjal,
anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta prostate
4. Pemeriksaan Radiologi
Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal Aretriografi
dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan rontgen dada,
pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen
G. PENCEGAHAN
Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat lumrah dan
sering kali tidak menimbulkan gejala yang membawa kerusakan dan kegagalan ginjal.
Penurunan kejadian yang sangat mencolok adalah berkat peningkatan perhatian
terhadap peningkatan kesehatan. Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah dan
pemeriksaan urinalisis.
Pemeriksaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah individu yang menjadi
insufisiensi sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan ditujukan kepada pengobatan
masalah medis dengan sempurna dan mengawasi status kesehatan orang pada waktu
mengalami stress (infeksi, kehamilan). (Barbara C Long, 2001).
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
8

1. Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan laboratorium darah dan urin
b. Observasi balance cairan
c. Observasi adanya odema
d. Batasi cairan yang masuk
2. Dialysis
a. peritoneal dilisis biasanya dilakukan pada kasus kasus emergency.
b. Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut
adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis).
c. Hemodialisis
d. Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
e. AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
f. Double lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke jantung).
3. Operasi
a. Pengambilan batu
b. transplantasi ginjal

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN


KLIEN DENGAN CHRONIC KIDNEY DISEASE ( CKD )

A. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Primer
a. Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik,antara lain :
1) Airway
a) Lidah jatuh kebelakang
b) Benda asing/ darah pada rongga mulut
c) Adanya sekret

Pada klien CKD biasanya Pasien penurunan kesadaran, sulit bernafas,


nampak sesak, ada sedikit secret, tidak ada muntahan di rongga mulut,
terdengar adanya bunyi aliran udara pernafasan, bunyi auskultasi paru
ronkhi, terasa adanya aliran udara pernafasan
2) Breathing
a) Pasien sesak nafas dan cepat letih
b) Pernafasan Kusmaul
c) Dispnea
d) Nafas berbau amoniak
Pada klien CKD biasanya RR 50 x per menit. Udara terasa berhembus.
Perkembangan dada seimbang. Ada retraksi dinding dada. Perkembangan
dinding dada cepat

3) Circulation
a) TD meningkat
b) Nadi kuat
c) Disritmia
d) Adanya peningkatan JVP
e) Terdapat edema pada ekstremitas bahkan anasarka
f) Capillary refill > 3 detik
g) Akral dingin
h) Cenderung adanya perdarahan terutama pada lambung
Pada klien CKD biasanya KU lemah. Nadi 120x permenit, TD 260/160.
Akral dingin warna kulit pucat, piting edema 2mm. Nadi terasa lemah dan
cepat. Tidak ada indikasi pendarahan

4) Disability

Pemeriksaan neurologis GCS menurun bahkan terjadi koma.


A : Allert

sadar penuh, respon bagus

V : Voice Respon kesadaran menurun, berespon terhadap suara


P : Pain Respons kesadaran menurun, tidak berespon terhadap suara,
U : Unresponsive kesadaran menurun, tidak berespon terhadap suara,
tidak berespon terhadap nyeri.
10

2.

Pengkajian sekunder
a. Pemeriksaan fisik
1) Kepala = bentuk bulat, rambut hitam ,sedikit beruban, tidak ada
luka, tidak ada kerontoka.
2) Mata = mata selalu menutup, berkedip kedip tidak sadar saat
bernafas, konjungtiva anemis, sclera bening, pupil simetris, reflek
cahaya tidak berespon.
3) Hidung = tidak ada secret yang mengganggu, bersih, ada cuping
hidung.
4) Telinga = simetris, bersih, tidak terlihat adanya benjolan.
5) Mulut = klien tidak memakai gigi palsu, tidak ada pendarahan atau
muntahan di rongga nafas, mukosa bibir anemis.
6) Leher = tidak ada pembesaran tiroid , tidak ada pembesaran
kelenjar limfoid, tidak ada peningkatan JVP .

7) Dada = Paru paru


I
P

: nampak tidak ada lesi


:retraksi dinding dada,

seimbang
: bunyi nafas paru

perkembangan

dada

Jantung
I
: dada simetris
A : S1 S2 takikardi
P : nadi perifer teraba lebih jelas
P : redup
Abdomen
I
: datar
A

: bising usus 12 x per menit

: timpani

: tidak ada masa abnormal dalam tubuh

8) Ekstremitas = ektremitas atas dan bawah tidak ada kelemahan,


adanya pitting edema pada ekstremitas bawah 2mm.
9) Genetalia = tidak ada hernia scrotalis, testis lengkap
b. Pemeriksaan Penunjang
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka
perlu pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun
kolaborasi antara lain :
11

a. Pemeriksaan lab.darah = hematologic ( Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit,


b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Trombosit ).
RFT ( renal fungsi test ) = ureum dan kreatinin
LFT (liver fungsi test )
Elektrolit ( Klorida, kalium, kalsium )
Urine rutin dan urin khusus : benda keton, analisa kristal batu.
Pemeriksaan kardiovaskuler
Radiodiagnostik
USG abdominal
CT scan abdominal
BNO/IVP, FPA

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme pengaturan tubuh.
2.
Kerusakan integritas kulit b/d pruritis.
3.
Ketidakimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia.
4.
Intoleransi aktivias b/d ketidakmampuan tubuh memenuhi metabolisme otot
dan rangka.

12

NO
1.

DX

TUJUAN

KRITERIA HASIL

Kelebihan

Setelah

volume cairan

dilakukan

b/d gangguan

tindakan

mekanisme

keperawatan

jelas
JVP tidak nampak
Intake dan output

pengaturan

segera,

tubuh.

kelebihan

perifer

volume cairan

tidak haus abnormal

teratasi.

Nadi perifer teraba

seimbang
Tidak
ada

edema

INTERVENSI
1. Memantau keadaan umum klien
R/ mengetahui masalah
2. Monitor status hidrasi, mukosa, tekanan darah dan laborat
R/ Melihat penyebab edema
3. Pasang Dc sesuai ukuran
R/ Memudahkan eliminasi dan balance cairan
4. Berikan diuretik sesuai advice dokter
R/ mengurangi cairan berlebih
5. Monitor mukosa, turgor kulit, crt
R/ mengetahui status pasien terhadap cairan
6. monitor input dan output cairan
R/ sebagai balance cairan.

13

TTD

2.

Kerusakan

Setelah

integritas kulit

dilakukan

b/d pruritis

tindakan

M Mempertahankan kulit

keperawatan
integritas kulit
dapat terjaga

1. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler,

utuh
Menunjukan perilaku /
teknik untuk mencegah

perhatikan kadanya kemerahan


R: Menandakan area sirkulasi buruk atau kerusakan yang
dapat menimbulkan pembentukan dekubitus / infeksi.
2. Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran
mukosa
R: Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan

kerusakan kulit

yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan.


3. Inspeksi area tergantung terhadap udem
R: Jaringan udem lebih cenderung rusak / robek.
4. Ubah posisi sesering mungki
R: Menurunkan tekanan pada udem , jaringan dengan
perfusi buruk untuk menurunkan iskemia.
5. Berikan perawatan kulit
R: Mengurangi pengeringan , robekan kulit.
6. Pertahankan linen kering
R: Menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit
7. Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan
dingin untuk memberikan tekanan pada area pruritis
R: Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan
risiko cedera.

14

Ketidakimbangan Setelah

Adanya peningkatan

nutrisi kurang

dilakukan

berat

dari kebutuhan

tindakan

dengan tujuan.

tubuh b/d

keperawatan

anoreksia

klien
mengalami
kestabilan BB

Berat

badan

sesuai

badan

ideal

sesuai dengan tinggi


badan.
Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda tanda

1. Awasi konsumsi makanan / cairan.


R: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi.
2. Perhatikan adanya mual dan muntah
R: Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang
dapat mengubah atau menurunkan pemasukan dan
memerlukan intervensi.
3. Berikan makanan sedikit tapi sering
R: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan
makanan.
4. Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan
R: Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek
sosial.
5. Berikan perawatan mulut sering.
R: Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa
tak disukai dalam mulut yang dapat mempengaruhi

malnutrisi

masukan makanan

Tidak terjadi penurunan


berat badan yang
berarti

15

Intoleransi

Setelah

Berpartisipasi dalam

aktivias b/d

dilakukan

aktivitas fisik tanpa

ketidakmampuan

tindakan

disertai peningkatan

tubuh memenuhi

keperawatan

tekanan darah, nadi

metabolisme otot

kilen

dan RR

dan rangka.

mengalami
penurunan
intoleransi
aktivitas.

Mampu melakukan
aktivitas sehari hari
(ADLs) secara mandiri

Energy Management
1. Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan
aktivitas
2. Dorong anal untuk mengungkapkan perasaan terhadap
keterbatasan
3. Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
4. Monitor nutrisi dan sumber energi tangadekuat
5. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan
6. Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas
7. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

Activity Therapy
1. Kolaborasikan

dengan

Tenaga

Rehabilitasi

Medik

dalammerencanakan progran terapi yang tepat.


2. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan
3. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yangsesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan social
4. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
5. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
16

6. Bantu untu mengidentifikasi aktivitas yang disukai


7. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
8. Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
9. Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
10. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
11. Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual

17

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa definisi mengenai osigenasi maka dapat dirumuskan
gangguan pada pasien dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi harus dilakukan
tindakan secara lebih intensif.
B. Saran
1. Persiapan diri sebaik mungkin sebelum melaksanakan tindakan asuhan
keperawatan.
2. Bagi mahasiswa diharapkan bisa melaksakan tindakan asuhan keperawatan sesuai
prosedur yang ada.

18

DAFTAR PUSTAKA
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC.
http://askep-ebook.blogspot.com/2009/04/ckd-chronic-kidney-disease.html
http://www.scribd.com/doc/14558331/Laporan-Pendahuluan-Chronic-Kidney-DiseaseCKD.

19

Anda mungkin juga menyukai