PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identifikasi
Nama
: Ny. MJD
Umur
: 50 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Pekerjaan
: IRT
Agama
: Islam
Status
: Kawin
MRS
No. RM
: 822970
di rawat di RS Muhammadiah)
Riwayat penyakit anemia
Riwayat Kebiasaan
Riwayat mengkonsumsi obat reumatik 1 tahun (allopurinol)
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
Riwayat penyakit yang sma dalam keluarga disangkal.
2.3 Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum :
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Nadi
Temperatur
: 36.5 C
RR
: 28 x/m
Dehidrasi
: tidak ada
Gizi
: cukup
Berat Badan
: 50 kg
Tinggi Badan
: 165 cm
IMT
Keadaan Spesifik
Kulit
Warna sawo matang, efloresensi tidak ada, scar tidak ada, pigmentasi dalam
batas normal, ikterus pada kulit tidak ada, temperatur kulit normal, keringat
umum tidak ada, keringat setempat tidak ada, pucat pada telapak tangan dan
kaki ada, sianosis tidak ada, lapisan lemak cukup.
Kelenjar Getah Bening
Kelenjar getah bening submandibular, leher, axilla, dan inguinal tidak ada
pembesaran, nyeri tekan tidak ada.
Kepala
Bentuk bulat, simetris, rambut rontok tidak ada, deformitas tidak ada,
perdarahan temporal tidak ada, dan nyeri tekan tidak ada.
Mata
Eksopthalmus dan Endopthalmus tidak ada, edema palpebra tidak ada,
konjungtiva palpebra kedua mata pucat ada, sklera ikterik tidak ada, pupil
isokor, refleks cahaya baik, penglihatan kabur pada kedua mata tidak ada,
gerakan bola mata ke segala arah dan simetris, lapangan penglihatan baik.
Hidung
Bagian luar tidak ada kelainan, septum dan tulang-tulang perabaan baik.
Selaput lendir dalam batas normal. Tidak ditemukan adanya penyumbatan
dan perdarahan. Pernapasan cuping hidung tidak ada.
Telinga
Tophi tidak ada, pada liang telinga tidak ada kelainan, nyeri tekan
proc.mastoideus tidak ada, selaput pendengaran tidak ada kelainan,
pendengaran baik.
Mulut
Tonsil tidak ada pembesaran, pucat pada lidah tidak ada, atrofi papil tidak
ada, gusi berdarah tidak ada, stomatitis tidak ada, rhagaden tidak ada, bau
pernapasan yang khas tidak ada.
Leher
Pembesaran kelenjar getah bening tidak ada, pembesaran kelenjar tiroid tidak
ada, JVP (5-2) cm H2O, hipertrofi m. sternocleidomastoideus tidak dijumpai.
Dada
Bentuk
dada
normal,
simetris,
perbandingan
dinding
Palpasi
Perkusi
VI.
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Batas jantung atas ICS II, kanan linea sternalis dextra, kiri
2 jari lateral linea midclavicula.
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas Atas
Kedua ekstremitas atas tampak pucat ada, ekimosis pada tangan kanan, palmar
eritema tidak ada, nyeri otot dan sendi tidak ada, gerakan kesegala arah,
kekuatan +5, refleks fisiologis normal, refleks patologis tidak ada, jari tabuh
tidak ada, eutoni, eutropi, tremor tidak ada, edema ada pada kedua lengan dan
tangan tidak ada.
Ekstremitas Bawah
Kedua ekstremitas bawah tampak pucat, nyeri otot tidak ada, nyeri sendi ada
di bagian lutut kanan dan kiri, kekuatan +5, refleks fisiologis normal, refleks
patologis tidak ada, eutoni, eutrophi, varices tidak dijumpai, jaringan parut
tidak ada, pigmentasi dalam batas normal, jari tabuh tidak ada, turgor cukup,
edema pretibia tidak ada.
Alat Kelamin
Tidak diperiksa
Sinus Rythm, axis normal, HR: 86x/m, Gelombang P normal, PR Interval 0,20
Detik, QRS Kompleks 0,04 detik, R/S di V1 <1, SV1 + RV5/V6 <35 Normal.
Kesan: Normal EKG
Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi (30Mei 2014)
Hb
: 3,6 g/dl
Hematokrit
: 13%
(normal : 38-44%)
Eritrosit
: 2,13x 106/mm3
Leukosit
: 8.600/mm3
(normal : 4500-11000/mm3)
Trombosit
: 301.000/mm3
(normal : 150.000-450.000/mm3)
MCV
: 610 fl
MCH
: 17 pg
MCHC
: 28 gr/dl
LED
: 125 mm/jam
Basofil
:0
(normal : 0-1 %)
Eosinofil
:3
(normal : 1-6%)
N. Batang
:0
(normal : 2-6%)
N. Segmen
: 66
(normal : 50-70%)
Limfosit
: 24
(normal : 25-40%)
Monosit
:7
(normal : 2-8%)
Hitung Jenis
: 6,8 g/dL
Albumin
: 3,0 g/dL
Globulin
: 3,8 g/dL
LDH
: 338 U/L
K+
: 3.6 mmol/l
Metabolisme Karbohidrat
Gula darah sewaktu : 95 mg/dl
Ginjal
Ureum
: 19 mg/dl
Asam urat
: 640 mg/dl
: Kuning
(normal : Kuning)
Kejernihan
: Jernih
(normal : Jernih)
Berat Jenis
: 1.010
(normal : 1.003-1.030)
pH
: 6.0
(normal : 5-9)
Protein
: Negatif
(normal : Negatif)
Glukosa
: Negatif
(normal : Negatif)
Keton
: Negatif
(normal : Negatif)
Darah
: Negatif
(normal : Negatif)
Bilirubin
: Negatif
(normal : Negatif)
Urobilinogen
:1
Nitrit
: Negatif
(normal : Negatif)
(normal : Negatif)
Sedimen Urine
Epitel
: Positif (+)
(normal : negatif)
Leukosit
: 0-3/ LPB
(normal : 0-5/LPB)
Eritrosit
: 0-1/LPB
(normal : 0-1/LPB)
Silinder
: Negatif
(normal : Negatif)
Kristal
: Negatif
(normal : Negatif)
Bakteri
: Negatif
(normal : Negatif)
Mukus
: Negatif
(normal : Negatif)
Jamur
: Negatif
(normal : Negatif)
10
Istirahat
Puasa 24 Jam pasang NGT, bila tidak ada perdarahan aktif Diet
lambung II
Edukasi
O2 3 L/menit
Farmakologi
-
Endoscopy
USG Abdomen
2.9 Prognosis
Quo ad vitam
: dubia
Quo ad functionam
: dubia
Qou ad sanctionam
: dubia
11
RESUME
Identifikasi
Ny. MJD, Perempuan , 50 tahun. Alamat Dusun Satu Pelabuhan Dalam,
Pemulutan, Kab.OI. Pekerjaan IRT, MRS Sabtu, 10 Mei 2014.
Anamnesis (Auto dan Alloanamnesis)
Keluhan Utama
Muntah hitam sejak 4 hari SMRS
Keluhan Tambahan
Sesak sejak 2 hari SMRS
Riwayat Perjalanan Penyakit
4 SMRS, os mengeluh muntah hitam sebanyak 1-2 gelas kecil, mual
(+), sesak napas, pusing, badan lemas, nafsu makan menurun (+) sesak
dirasakan terus menerus, sesak dipengaruhi oleh aktifitas (berjalan ke kamar
mandi) dan berkurang dengan istirahat (duduk). Sesak tidak dipengaruhi
cuaca dan emosi. Mengi (-). Os juga meneluh nyeri ulu hati, nyeri menjalar
sampai ke bahu belakang. Mual (+), muntah (-), penglihatan berkunangkunang (+), BAB hitam (-), BAK biasa, nyeri di daerah lutut (+). Os berobat
ke puskesmas.
2 hari SMRS os mengeluh sesak napas bertambah , pusing, badan lemas,
nafsu makan menurun (+) sesak dirasakan terus menerus, sesak dipengaruhi
oleh aktifitas (berjalan ke kamar mandi) dan berkurang dengan istirahat
(duduk). Sesak tidak dipengaruhi cuaca dan emosi. Mengi (-). Muntah hitam
sebanyak 1-2 gelas kecil, mual (+), nyeri ulu hati (+), perut terasa kembung,
nyeri di daerah lutut (+), Batuk (-), penglihatan berkunang-kunang (+), BAB
hitam (+), BAK tidak lancar 4x sehari, sebanyak gelas kecil (belimbing).
OS berobat ke RS Bari dan di rujuk ke RSMH
Riwayat Penyakit Dahulu
12
di rawat di RS Muhamadya.
Riwayat penyakit anemia
Riwayat Kebiasaan
Riwayat mengkonsumsi obat reumatik 1 tahun (allopurinol)
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum :
Keadaan Umum
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Nadi
Temperatur
: 36.5 C
RR
: 28 x/m
Dehidrasi
: tidak ada
Gizi
: cukup
Berat Badan
: 50 kg
Tinggi Badan
: 165 cm
IMT
13
Keadaan Spesifik
Kulit
Warna sawo matang, efloresensi tidak ada, scar tidak ada, pigmentasi dalam
batas normal, ikterus pada kulit tidak ada, temperatur kulit normal, keringat
umum tidak ada, keringat setempat tidak ada, pucat pada telapak tangan dan
kaki ada, sianosis tidak ada, lapisan lemak cukup.
Kelenjar Getah Bening
Kelenjar getah bening submandibular, leher, axilla, dan inguinal tidak ada
pembesaran, nyeri tekan tidak ada.
Kepala
Bentuk bulat, simetris, rambut rontok tidak ada, deformitas tidak ada,
perdarahan temporal tidak ada, dan nyeri tekan tidak ada.
Mata
Eksopthalmus dan Endopthalmus tidak ada, edema palpebra tidak ada,
conjungtiva palpebra kedua mata pucat ada, sklera ikterik tidak ada, pupil
isokor, refleks cahaya baik, penglihatan kabur pada kedua mata tidak ada,
gerakan bola mata ke segala arah dan simetris, lapangan penglihatan baik.
Hidung
Bagian luar tidak ada kelainan, septum dan tulang-tulang perabaan baik.
Selaput lendir dalam batas normal. Tidak ditemukan adanya penyumbatan
dan perdarahan. Pernapasan cuping hidung tidak ada.
Telinga
Tophi tidak ada, pada liang telinga tidak ada kelainan, nyeri tekan
proc.mastoideus tidak ada, selaput pendengaran tidak ada kelainan,
pendengaran baik.
Mulut
Tonsil tidak ada pembesaran, pucat pada lidah tidak ada, atrofi papil tidak
ada, gusi berdarah tidak ada, stomatitis tidak ada, rhagaden tidak ada, bau
pernapasan yang khas tidak ada.
Leher
14
Pembesaran kelenjar getah bening tidak ada, pembesaran kelenjar tiroid tidak
ada, JVP (5-2) cm H2O, hipertrofi m.sternocleidomastoideus tidak dijumpai.
Dada
Bentuk
dada
normal,
simetris,
perbandingan
dinding
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Batas jantung atas ICS II, kanan linea sternalis dextra, kiri
2 jari lateral linea midclavicularis
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas Atas
Kedua ekstremitas atas tampak pucat ada, ekimosis pada tangan kanan, palmar
eritema tidak ada, nyeri otot dan sendi tidak ada, gerakan kesegala arah,
kekuatan +5, refleks fisiologis normal, refleks patologis tidak ada, jari tabuh
tidak ada, eutoni, eutropi, tremor tidak ada, edema ada pada kedua lengan dan
tangan tidak ada.
15
Ekstremitas Bawah
Kedua ekstremitas bawah tampak pucat, nyeri otot tidak ada,nyeri sendi ada di
bagian lutut kanan dan kiri, kekuatan +5, refleks fisiologis normal, refleks
patologis tidak ada, eutoni, eutrophi, varices tidak dijumpai, jaringan parut
tidak ada, pigmentasi dalam batas normal, jari tabuh tidak ada, turgor cukup,
edema pretibia ada.
Alat Kelamin
Tidak diperiksa
EKG: (28 Mei 2014)
Sinus Rythm, normal axis, HR: 86x/m, Gelombang P Normal, PR Interval
0,20 detik, QRS Kompleks 0,06 detik, R/S di V1 <1, SV1 + RV5/RV6 <35
Normal.
Kesan: Normal EKG
Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi (30Mei 2014)
Hb
: 3,6 g/dl
Hematokrit
: 13%
(normal : 38-44%)
Eritrosit
: 2,13x 106/mm3
Leukosit
: 8.600/mm3
(normal : 4500-11000/mm3)
Trombosit
: 301.000/mm3
(normal : 150.000-450.000/mm3)
MCV
: 610 fl
MCH
: 17 pg
MCHC
: 28 gr/dl
LED
: 125 mm/jam
Basofil
:0
(normal : 0-1 %)
Eosinofil
:3
(normal : 1-6%)
Batang
:0
(normal : 2-6%)
Segmen
: 66
(normal : 50-70%)
Hitung Jenis
16
Limfosit
: 24
(normal : 25-40%)
Monosit
:7
(normal : 2-8%)
: 6,8 g/dL
Albumin
: 3,0 g/dL
Globulin
: 3,8 g/dL
LDH
: 338 U/L
K+
: 3.6 mmol/l
Metabolisme Karbohidrat
Gula darah sewaktu : 95 mg/dl
Ginjal
Ureum
: 19 mg/dl
Asam urat
: 640 mg/dl
: Kuning
(normal : Kuning)
Kejernihan
: Jernih
(normal : Jernih)
Berat Jenis
: 1.010
(normal : 1.003-1.030)
pH
: 6.0
(normal : 5-9)
Protein
: Negatif
(normal : Negatif)
Glukosa
: Negatif
(normal : Negatif)
Keton
: Negatif
(normal : Negatif)
Darah
: Negatif
(normal : Negatif)
Bilirubin
: Negatif
(normal : Negatif)
Urobilinogen
:1
Nitrit
: Negatif
(normal : Negatif)
(normal : Negatif)
Sedimen Urine
17
Epitel
: positif (+)
(normal : negatif)
Leukosit
: 0-3/ LPB
(normal : 0-5/LPB)
Eritrosit
: 0-1/LPB
(normal : 0-1/LPB)
Silinder
: Negatif
(normal : Negatif)
Kristal
: Negatif
(normal : Negatif)
Bakteri
: Negatif
(normal : Negatif)
Mukus
: Negatif
(normal : Negatif)
Jamur
: Negatif
(normal : Negatif)
Diagnosa Sementara
Hematemesis, melena ec gastropati NSAID
Anemia Perdarahan
OA genu dextra et sinistra
Diagnosa Banding
Hematemesis, melena ec pecahnya varises esofagus ec sirosis hepatis
Anemia defisiensi besi
OA genu dextra et sinistra
Penatalaksanaan
Non Farmakologi
-
Istirahat
Puasa 24 Jam pasang NGT, bila tidak ada perdarahan aktif Diet
lambung II
Edukasi
O2 3 L/menit
Farmakologi
-
18
Rencana Pemeriksaan
-
Endoscopy
USG Abdomen
Prognosis
Quo ad vitam
: dubia
Quo ad functionam
: dubia
Qou ad sanctionam
: dubia
Follow Up
19
(2 Juni 2014)
S:
O : Keadaan Umum
Sensorium
Tekanan Darah
Nadi
Frekuensi Pernapasan
Temperatur
Keadaan Spesifik
Kepala
Leher
Thorax
Abdomen
Ekstremitas
A
20
Tinja
Makroskopik
Warna
Konsistensi
Coklat
Keras
Miksoskopik
Amoeba
Eritrosit
Leukosit
Bakteri
Jamur
Telur cacing
Sisa makanan
Protein
Lemak
Karbohidrat
Negatif (negatif)
0-1 (negatif)
2-3 (negatif)
+ (negatif)
Negatif (negatif)
Negatif (Negatif)
Negatif (negatif)
Negatif (negatif)
Negatif (negatif)
(6 Juni 2014)
S:
O : Keadaan Umum
Sensorium
Tekanan Darah
Nadi
Frekuensi Pernapasan
Temperatur
Keadaan Spesifik
Kepala
Leher
Thorax
Nyeri lutut
Sakit sedang
Compos mentis
130/80 mmHg
84 x/menit
20 x/menit
37 0 C
Palpebra conjungtiva pucat (+), Sklera ikterik (-)
JVP (5-2) cm H2O, Pembesaran KGB (-)
Cor:
I : Ictus cordis terlihat
P : Ictus cordis teraba, thrill tidak ada
P : Batas atas jantung ICS II, kanan LPS dextra, kiri LMC sinista.
A: HR84 x/menit, reguler, murmur tidak ada, gallop tidak ada.
Pulmo:
21
Abdomen
Ekstremitas
A
(8 juni 2014)
S:
O : Keadaan Umum
Sensorium
Tekanan Darah
Nadi
Frekuensi Pernapasan
Temperatur
Keadaan Spesifik
Kepala
Leher
Thorax
22
Abdomen
Ekstremitas
A
Rencana :
Endoscopy bila HB > 10
Cek lab ulang Hb post tansfusi
Hasil pemeriksaan lab
Hematologi
Hb
Leukosit (WBC)
Hematokrit
Trombosit
BAB III
23
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Lambung (Gaster)
3.1.1. Anatomi Lambung
Lambung adalah organ pencernaan yang paling melebar, dan
terletak di antara bagian akhir dari esofagus dan awal dari usus halus
(Gray, 2008). Lambung merupakan ruang berbentuk kantung mirip
huruf J, berada di bawah diafragma, terletak pada regio epigastrik,
umbilikal, dan hipokondria kiri pada regio abdomen.16
Secara anatomik, lambung memiliki lima bagian utama, yaitu
kardiak, fundus, badan (body), antrum, dan pilori. Kardia adalah daerah
kecil yang berada pada hubungan gastroesofageal (gastroesophageal
junction) dan terletak sebagai pintu masuk ke lambung Fundus adalah
daerah berbentuk kubah yang menonjol ke bagian kiri di atas kardia.
Badan (body) adalah suatu rongga longitudinal yang berdampingan
dengan fundus dan merupakan bagian terbesar dari lambung. Antrum
adalah bagian lambung yang menghubungkan badan (body) ke pilorik
dan terdiri dari otot yang kuat. Pilorik adalah suatu struktur tubular
yang menghubungkan lambung dengan duodenum dan mengandung
spinkter pilorik.16
24
propia
terdapat
pleksus
myenterik
(auerbach)
25
26
Gambar 3. Mekanisme Sekresi Asam Lambung dan FaktorFaktor Yang Mempengaruhi (Harrison, 2008)
Semua sekresi eksokrin ini dikeluarkan ke lumen lambung dan
mereka berperan dalam membentuk getah lambung (gastric juice).
Kantung-kantung lambung pada daerah kelenjar pilorik terutama
mengeluarkan mukus dan sejumlah kecil pepsinogen, yang berbeda
dengan mukosa oksintik. Sel-sel di daerah kelenjar pilorik ini jenis
selnya adalah sel parakrin atau endokrin. Sel-sel tersebut adalah sel
enterokromafin yang menghasilkan histamin, sel G yang menghasilkan
gastrin, sel D menghasilkan somatostatin. Histamin yang dikeluarkan
berperan sebagai stimulus untuk sekresi asetilkolin, dan gastrin. Sel G
yang dihasilkan berperan sebagai stimuli sekresi produk protein, dan
sekresi asetilkolin. Sel D berperan sebagai stimuli asam.14
27
28
dimana
pembelahan
sel
secara
independen
dan
komponen
utama
dari
pertahanan
subepitel,
yang
29
30
Obat anti inflamasi non steroid adalah obat yang secara luas
dikenal sebagai pengobatan nyeri, inflamasi, dan demam. (Sinha &
Gautam, 2013). Selain itu, obat ini juga obat yang paling sering
diresepkan di seluruh dunia. OAINS adalah suatu kelompok kimia
heterogen yang memiliki efek teraputik (antiinflamasi, antipiretik, dan
analgesik) dan efek samping. OAINS terdiri dari obat non selektif
tradisional dan sub kelas obat yang secara selektif menghambat
cyclooxygenase-2 (COX-2).1,2
Obat ini dianggap sebagai first line therapy untuk atrthritis dan
digunakan secara luas pada kasus trauma, nyeri pasca pembedahan dan
nyeri-nyeri yang lain. Sebagian besar efek samping OAINS pada
saluran cerna bersifat minimal dan reversible. Hanya sebagian kecil
yang menjadi berat yakni tukak peptik, perdarahan saluran cerna dan
perforasi.4
3.3.2. Klasifikasi OAINS
Tabel 1. Klasifikasi OAINS
31
32
33
kemotaksis,
dan
keterlibatan
dengan
kejadian
34
35
36
membawa kepada perforasi, striktur pada usus halus dan besar, yang
membawa kepada masalah yang kronik.15
3.4. Gastropati Obat Anti Inflamasi Non Steroid
3.4.1. Definisi
Gastropati OAINS merupakan komplikasi yang sering ditemukan
yang mempunyai karakteristik gejala sindroma dispepsia dengan
keluhan perasaan tidak nyaman di daerah epigastrium disertai kembung
dan mual.4 Gastropati OAINS disebut sebagai suatu fenomena dimana
OAINS menyebabkan kerusakan mukosa lambung yang menghasilkan
kejadian bervariasi dari dispepsia nonspesifik seperti, ulserasi, dan
perdarahan saluran cerna bagian atas.1,2
Gastropati OAINS ini juga sering disebut sebagai gastropati kimia
(chemical gastropathy). Istilah ini lebih diutamakan karena mengacu
kepada perubahan histologi dari mukosa lambung yang disebabkan oleh
jejas kimia pada mukosa lambung.9
3.4.2. Faktor Resiko Gastropati OAINS
Faktor resiko gastropati yang perlu dipertimbangkan untuk
mendapat gejala gastropati adalah jika individu tersebut merupakan
pasien yang berusia di atas 60 tahun, memiliki riwayat ulserasi
sebelumnya dan sedang menjalani pengobatan osteoartitis.12
Usia > 60 tahun
Jenis kelamin perempuan
Perokok (current smoker)
Riwayat ulserasi atau perdarahan sebelumnya
Kombinasi terapi OAINS
Penggunaan yang bersamaan dari agen antiplatelet, aspirin,
kortikosteroid, dan antikoagulan
Tabel 2. Faktor Resiko Gastropati (Roth, 2012)
3.4.3. Patofisiologi OAINS menginduksi gastropati
37
permeabilisasi
membran,
dan
produksi
dari
mediator
proinflamatori.15
1. Inhibisi dari COX-1 dan Gastroprotektif PG Ada dua isoform dari
COX, yaitu COX-1 dan COX-2, yang memiliki fungsi yang
berbeda. Enzim COX-1 bertanggung jawab terhadap proteksi
normal fisiologis dari mukosa lambung. COX-1 penting untuk
sintesis dari prostaglandin, yang mana melindungi lambung dari
pengeluaran asam, mengatur aliran darah di mukosa lambung, dan
menghasilkan bikarbonat. Isoform lain, COX-2, dipicu oleh
kerusakan sel, sitokin proinflamatori yang bervariasi. Kebanyakan
gastropati yang terjadi disebabkan oleh inhibisi COX-1 oleh
OAINS.
2. Membran Permeabilisasi OAINS juga memiliki efek sitotoksik
langsung pada sel mukosa lambung yang menyebabkan lesi dan
luka. Kerusakan topikal pada jenis ini telah diobservasi pada kasus
keasaman dari OAINS, seperti aspirin yang menghasilkan
akumulasi dari OAINS yang terionisasi, suatu fenoma dinamakan
ion trapping. Aspirin menurunkan ketidaklarutan air dan
menyebabkan difusi kembali dari ion H+ dan pepsin (Schellack,
2012). Hal itu menunjukkan bahwa OAINS menyebabkan
permeabilisasi membran membawa kepada kerusakan sawar epitel.
OAINS juga dapat menginduksi baik nekrosis dan apoptosis pada
mukosa sel lambung.
38
39
dalam sel epitel mukosa lambung bersama dengan ion H+. Dalam epitel
lambung, suasana menjadi netral sehingga bagian obat yang berdifusi
terperangkap dalam sel epitel dan terjadi penumpukan obat
pada epitel mukosa. Akibatnya, epitel menjadi sembab, pembentukan
PG terhambat, dan terjadi proses inflamasi.6
Selain itu, adanya uncoupling of mitochondrial oxidative
phosphorylation yang menyebabkan penurunan produksi adenosine
triphosphate (ATP), peningkatan adenosine monophosphate
(AMP),
pembentukan
radikal
oksigen,
dan
perubahan
40
konsekuensi
penghambatan
COX,
sintesis
leukotrien
oleh
mediator
proinflamasi
menyebabkan
aktivasi
memperlambat
penyembuhan,
dan
meningkatkan
41
42
cerna seperti mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati, sendawa, rasa
terbakar, rasa penuh ulu hati dan rasa cepat kenyang. (PAPDI)
Gastropati OAINS mengacu kepada spektrum yang bervariasi dari
dispepsia ringan, dan ketidaknyamanan perut sampai kepada perforasi
yang lebih serius, erosi, ulserasi dan perdarahan (Roth, 2012).
Manifestasi klinis dari penggunaan OAINS dapat bergantung pada
keparahannya. Penggunaan OAINS dapat menyebabkan beberapa
keadaan serius, dan komplikasi yang mengancam jiwa.8
3.4.6. Diagnosis Gastropati OAINS
Spektrum klinis gastropati OAINS meliputi suatu keadaan klinis
yang bervariasi sangat luas, mulai keluhan yang paling ringan berupa
keluhan gastrointestinal discontrol. Secara endoskopi akan dijumpai
kongesti mukosa , erosi-erosi kecil dan kadang disertai perdarahan
kecil-kecil. Kemampuan mukosa mengatasi lesi ringan akibat
rangsangan kemis sering disebut adaptasi mukosa. Lesi yang lebih berat
dapat berupa erosi dan tukak multiple, perdarahan luas dan perforasi
saluran cerna. Secara histopatologi tidak khas. Dapat dijumpai
regenerasi epitelial, hiperplasia foveolar, edema lamina propia dan
ekspansi serabut oto polos ke arah mukosa. Ekspansi dianggap
abnormal bila mencapai sepertiga bagian atas.18
Diagnosis juga diperkuat dengan melihat adanya faktor resiko yang
memicu terjadinya gastropati OAINS, seperti penyakit komorbid (yang
memperparah) seperti osteoartritis, reumatoid artritis, ankylosing
spondylitis, penyakit muskuloskeletal dan penyakit kardiovaskular yang
memiliki resiko lebih besar untuk mendapatkan gastopati yang
disebabkan oleh pemakaian OAINS.12
43
44
2.
Kombinasi
Terapi
OAINS
dengan
Gastroprotektif
Analog
E.
Walaupun
penggunaan
misoprostol
45
dari
PPI
terhadap
pemberian
OAINS
telah
terjadi
yaitu
konstipasi.
Antasida
diberikan
untuk
46
ada
hubungan
terhadap
antara
penggunaan
dosis
dan
celecoxib.
toksisitas
Ketika
47
BAB IV
ANALISIS KASUS
Pasien perempuan 50 tahun dirawat di ruang interna C (RC) penyakit
dalam RSUP Dr. Mohammad Hoesin dengan keluhan utama muntah hitam sejak 4
hari SMRS dengan diagnosis Gastropati NSAID, OA Genu dan Anemia
Perdarahan. Pasien didiagnosis Melena e.c gastropati NSAID karena didapatkan
kondisi yang mengarah dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium. Gastropati adalah suatu keadaan mukosa lambung tanpa proses
inflamasi atau proses inflamasi yang minimal dengan karakteristik perdarahan
subepitelial dan erosi, erosi adalah pengelupasan permukaan epitel dengan bagian
dalam mukosa tetap utuh dan ulkus merupakan pengelupasan seluruh ketebalan
mukosa, salah satu penyebab gastropati adalah pemakaian obat anti inflamasi non
steroid, selain refluks asam empedu, asam, basa dan konsumsi sejumlah alkohol).
Gastropati OAINS disebut sebagai suatu fenomena dimana OAINS
menyebabkan kerusakan mukosa lambung yang menghasilkan kejadian bervariasi
dari dispepsia nonspesifik seperti, ulserasi, dan perdarahan saluran cerna bagian
atas.
Berdasarkan
anamnesis
kepada
pasien
diketahui
bahwa
pasien
mengkonsumsi obat penghilang rasa nyeri yang diberikan oleh dokter karena
pasien sering mengeluh nyeri lutut dan berobat ke dokter dan diberikan obat
penghilang rasa nyeri, pasien tidak rajin untuk kontrol dan membeli obat tersebut
di warung dan berlangsung selama 2 tahun terakhir. OAINS menyebabkan
kerusakan mukosa melalui dua cara utama, yaitu inhibisi sistemik dari
prostaglandin dan iritasi epitel lambung. Inhibisi prostaglandin berhubungan
dengan penghambatan dari COX-1, sementara efek antiinflamasinya berhubungan
dengan inhibisi COX2. Iritasi epitel lambung berhubungan dengan keasaman
OAINS (Schellack, 2012). Ada tiga mekanisme yang berbeda dari gastropati yang
disebabkan oleh OAINS dan menginduksi komplikasi saluran cerna, yaitu
melalui: penghambatan enzim COX-1 dan gastroprotektif PG, permeabilisasi
membran, dan produksi dari mediator proinflamatori.
48
49
50
51
DAFTAR PUSTAKA
1. Becker, J.C., Domschke, W., Pohle, T., 2004. Current Approach to Prevent
NSAID-induced Gastropathy-COX Selectivity and beyond. British
Journal of Clinical Pharmacology 58(6):587-600.
2. Brunton, L., Parker, K., Blumenthal, D., Buxton, I., 2008. Goodman &
Gilmans Manual of Pharmacology and Therapeutics. New York :
McGraw-Hill.
3. Furst, D.E., Ulrich, R.W., 2007. Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs,
Disease-Modifying Antirheumatic Drugs, Nonopioid Analgesics, &Drugs
Used in Gout. In : Katzung, B.G., ed. Basic & Clinical Pharmacology.
10th ed. Singapore : McGraw-Hill, 573-577.
4. Hirlan. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. PAPDI Interna
Publishing. Hal: 509-514
5. Lanza, F.L., 1998. A Guideline for the Treatment and Prevention of
NSAID-Induced Ulcers. Am Coll of Gastroenterology 93 (11) 2037-2045.
6. Longo D,L. Et al. Peptic Ulcer Disease. Harrisons Principle of Internal
Medicine. Access Medicine.
7. M, Pietsch et al., 2002. Results of systemic screening for serious
gastrointestinal bleeding associated with OAINSs in Rostock hospitals. Int
J Clin Pharmacol Ther 40 (3) : 115-5.
8. Manan, C., Priosoeryanto, B.P., Daldiyono, Estuningsih, S., Rahminiwati,
M., 2011. Dyspepsia in Nonsteroidal Anti Inflammatory Drugs
Gastropathy. The Indonesian Journal of Gastroenterology, Hepatology,
and Digestive Endoscopy 12(2) : 100-103.
9. Nel, W., 2012. Gastritis and Gastropathy: More Than Meets The Eye.
Continuing Medical Education 30 (2) : 61-66.
10. Pashankar, D.S., Bishop, W.P., Mitros, F.A., 2002. Chemical Gastropathy:
A Distinct Histopathologic Entity in Children. Journal of Pediatric
Gastroenterology and Nutrition 35 : 653-657.
11. Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia. 2011. Konsensus Nasional
Penatalaksanaan Gastro-enteropati OAINS di Indonesia. Jakarta Pusat :
Interna Publishing.
52
53