Pembimbing :
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1.7 Pedigree
2.2 Pemeriksaan Fisik tanggal 14 Oktober 2021
2.2.1 Keadaan Umum Pasien
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Sensorium : Compos mentis
Tekanan Darah : 130/70 mmHg
Nadi : 128x/menit, regular, isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 20x/menit, regular
Suhu : 38.10C
NRS :5
Tinggi Badan : 170 cm
Berat Badan : 55 Kg
IMT : 19.0 Kg/m2 (Normoweight)
Pulmo (anterior)
Inspeksi : Statis dinamis simetris kanan sama dengan kiri
Palpasi : Stemfremitus paru kanan dan kiri normal
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru, batas paru – hepar ICS V
dextra peranjakan paru hepar 1 sela iga
Auskultasi : Vesikuler ada, ronkhi tidak ada, wheezing inspirasi/ekspirasi
tidak ada
Pulmo (posterior)
Inspeksi : Statis dinamis simetris kanan sama dengan kiri
Palpasi : Stemfremitus paru kanan dan kiri sama
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru, batas paru – hepar ICS V
dextra peranjakan paru hepar 1 sela iga
Auskultasi : Vesikuler ada, ronkhi tidak ada, wheezing inspirasi/ekspirasi
tidak ada
Abdomen
Inspeksi : Datar, venektasi tidak ada
Auskultasi : Bising usus normal
Perkusi : Tymphani
Palpasi : Lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan epigastrium
tidak ada, tak teraba massa, nyeri tekan supra pubik tidak ada.
Ekstremitas
Superior :
Look : Tampak hematom regio manus dextra et sinistra, tampak
kemerahan pada regio ante brachii dextra, deformitas tidak ada, bengkak pada sendi
bahu, siku, pergelangan tangan, jari – jari tangan tidak ada, nodus Heberden tidak ada,
nodus Bouchard tidak ada, Boutonniere deformity tidak ada, Swan neck deformity
tidak ada.
Feel : Nyeri tekan pada sendi bahu, siku, pergelangan tangan tidak
ada, nyeri tekan pada jari – jari tangan manus dextra ada, teraba panas pada sendi
bahu, siku, pergelangan tangan, jari – jari tangan tidak ada.
Movement : Sinistra : ROM aktif sendi bahu terbatas saat fleksi dan
ekstensi, ROM aktif sendi siku, pergelangan tangan dan jari – jari manus sinistra tidak
terbatas. ROM pasif sendi bahu terbatas saat fleksi dan ekstensi, ROM pasif sendi
siku, pergelangan tangan dan jari – jari manus sinistra tidak terbatas
Dextra : ROM aktif sendi bahu, siku, dan pergelangan tangan
tidak terbatas, ROM aktif sendi jari – jari manus dextra terbatas saat fleksi, ekstensi,
abduksi dan adduksi. ROM pasif sendi bahu, siku, dan pergelangan tangan tidak
terbatas, ROM pasif sendi jari – jari manus dextra terbatas saat fleksi, ekstensi,
abduksi dan adduksi.
Inferior :
Look : Tampak hematom regio pedis dextra et sinistra, deformitas
tidak ada, bengkak tidak ada.
Feel : Nyeri tekan pada sendi lutut tidak ada, ankle ada, dan jari –
jari kaki tidak ada, teraba panas pada sendi lutut, ankle dan jari – jari kaki tidak ada.
Movement : Sinistra : ROM aktif sendi lutut, ankle dan jari – jari kaki tidak
terbatas, ROM pasif sendi lutut, ankle, jari – jari kaki tidak terbatas.
Dextra : ROM aktif sendi lutut, ankle, dan jari – jari kaki
terbatas saat fleksi dan ekstensi, ROM pasif sendi lutut, ankle dan jari – jari kaki
terbatas.
Gambar 1. A. Salmon skin rash regio brachii dextra, B. Hematom regio manus dextra
et sinistra, C. Hematome regio pedis dextra et sinistra
2.3.3 Elektrokardiografi
Gambar 2. Elektrokardiografi
Interpretasi: Irama sinus, reguler, aksis normal, HR 128 kali/menit, gelombang P
normal 0.08 detik, PR interval 0,17 detik, Q patologis (-), QRS kompleks 0,108 detik,
segmen ST normal, R/S di V1 < 1: RVH (-), R di V5 + S di V1 < 35 : LVH (-), drop
beat (-), AV block (-) KESAN : Sinus takikardia
Ekspertise radiologis:
CTR < 50%, besar dan bentuk jantung normal
Trakea di tengah, mediastinum superior tidak melebar
Kedua hilus tidak menebal
Corakan bronkovaskular tidak meningkat
Tak tampak infiltrat maupun nodul di kedua lapangan paru
Diafragma licin, sudut costophrenicus lancip
Tulang – tulang dan jaringan lunak baik
Kesan :
Tak tampak kelainan radiologis pada foto thorax saat ini
2.4 Resume
Tn. ME 18 tahun, dating ke IGD RSMH pada tanggal 14 Oktober 2021 dengan
keluhan nyeri sendi semakin bertambah berat sejak 3 hari SMRS, pasien mulai
mengeluh nyeri sendi dimulai dari 2 minggu yang lalu, nyeri sendi dirasakan terus –
menerus namun pasien masih dapat beraktifitas seperti biasa, demam ada, nyeri
tenggorokan tidak ada, kemerahan pada wajah tidak ada, rambut rontok tidak ada,
Pasien mengatakan dahulu pernah menderita sakit demam rematik saat berusia 9 tahun
dirawat oleh spesialis anak di Bengkulu, rutin control dan minum obat eritromisin dan
asetosal, namun sejak 1 bulan belakangan pasien berhenti minum obat dan mulai
timbul gejala – gejala yang dialami saat ini. Lalu pasien berobat ke RSMH sesuai
rujukan untuk dilakukan pemeriksaan dan pengobatan yang lebih lanjut.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran compos mentis, tekanan darah 130/70 mmHg, frekuensi nadi 128x/menit,
frekuansi nafas 20x/menit, suhu 36.7oC. Pada pemeriksaan keadaan spesifik
didapatkan kemerahan pada lengan atas kanan (salmon rash-skin), tampak hematom
regio manus dextra et sinistra, tampak hematom regio pedis dextra et sinistra, ROM
terbatas aktif dan pasif pada sendi bahu sinistra, sendi jari – jari manus dextra, sendi
lutut, ankle dan jari – jari pedis dextra.
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan leukositosis,
peningkatan LED, peningkatan kadar fibrinogen dan D-dimer. Pada pemeriksaan EKG
di dapatkan kesan sinus takikardia dengan laju nadi 128x/menit, hasil rontgen thorax
didapatkan kesan normal.
Rencana Pengobatan
Non Farmakologis:
Diet NB TKTP
BEE = 66 + (13.7 x BB) + (5 x TB) - (6.8 x usia)
= 66 + (13.7 x 55) + (5 x 170) – (6.8 x 18)
= 1547.1 kal
Energi = BEE x Faktor Aktifitas x Faktor Stres
= 1547.1 x 1.3 x 1.1
= 2200 kalori per 24 jam
Farmakologis
IVFD RL gtt xx/menit
Ibuprofen 3 x 400 mg PO
Rencana Edukasi
Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga pasien tentang
penyakit dan kemungkinan penyebabnya
Menjelaskan terapi yang akan digunakan selama pengobatan, mencakup
jenis, dosis, dan lama pemberiannya.
Menjelaskan tentang rencana pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan,
serta prognosa dari penyakit.
Rencana Pemeriksaan
Rencana Konsultasi
2.6.2 Hiperkoagulasi
Pada anamnesis, keluhan nyeri kepala tidak ada, mimisan tidak ada, gusi
berderah tidak ada, telinga berdenging tidak ada, BAB hitam tidak ada. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan kadar fibrinogen kontrol 299.0
mg/dL, pasien 767.0 mg/dL dan peningkatan D-dimer 2.42. Dilakukan perhitungan
padua skor dengan nilai 4 poin, diberikan antikoagulan sebagai profilaksis.
Rencana Pengobatan
Rencana Konsultasi
Konsul divisi Hemato Onkologi
2.9 Penatalaksanaan
Istirahat
Edukasi
Diet NB 2200 kkal per 24 jam
2.9.2 Farmakologis
IVFD RL gtt xx/menit
Paracetamol 3 x 650 mg PO
Natrium diclofenac 2 x 25 mg PO
Inj. Enoxaparin 2 x 0.6 cc SC
2.10 Rencana Pemeriksaan
2.11 Prognosis
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad malam
Quo ad sanationam : Dubia ad malam
Segmen Anterior
Palpebra : Tenang Tenang
Konjungtiva : Tenang Tenang
Kornea : Jernih Jernih
BMD : Sedang Sedang
Iris : Baik Baik
Pupil : RC (+), 3 mm RC (+), 3 mm
Lensa : Jernih Jernih
Segmen Posterior
RF ODS (+)
FODS : Papil : bulat, warna merah, C/D 0.3 A:V 2: 3, macula RF
(-) normal, retina kontur pembuluh darah baik, perivascular
sheating (+)
Vaskulitis ODS
Methylprednisolon 3 x 4 mg
Konsul ulang 3 hari untuk evaluasi vaskulitisnya
Kriteria EULAR 2010
Total skor 4, tidak memenuhi kriteria EULAR 2010. Diagnosis
banding Rheumatoid Arthritis dapat disingkirkan.
Assessment Demam Rematik dengan Hiperkoagulasi
Diagnosis Dd/ Lupus Eritematosus Sistemik manifestasi arthritis,
Adult Onset Still’s Disease,
Vaskulitis
Terapi Non Farmakologis :
Istirahat
Farmakologis :
IVFD NaCl gtt xx/menit
Ibuprofen 3 x 400 mg PO
Methylprednisolon 3 x 8 mg PO
Inj. Enoxaparin 2 x 0.6 mg SC
Rencana Menunggu hasil ANA test
Pemeriksaan Cek evaluasi faal hemostasis (evaluasi)
Konsul Departemen Mata (evaluasi)
INR : 0.97
APTT
Kontrol : 31.6 detik
Pasien :30.4 detik
Fibrinogen
Kontrol : 313.0 mg/dL
Pasien : 660.0 mg/dL
ANA test
Pola : -
Titer : Negatif
Well’s Score for DVT
Kriteria Skor
Active cancer 0
Bedridden recently > 3 days or major 1
surgery within 12 weeks
Calf Swelling >3 cm compared to the 1
other leg
Collateral (nonvaricose) superficial veins 0
present
Entire leg swollen 0
Localized tenderness along the deep 1
venous system
Pitting edema, confined to symptomatic 0
leg
Paralysis, paresis, or recent plaster 0
immobilization of the lower extremity
Previously documented DVT 0
Alternative diagnosis to DVT as likely or 0
more likely
Segmen Anterior
Palpebra : Tenang Tenang
Konjungtiva : Tenang Tenang
Kornea : Jernih Jernih
BMD : Sedang Sedang
Iris : Baik Baik
Pupil : RC (+), 3 mm RC (+), 3 mm
Lensa : Jernih Jernih
Clinical criteria Immunologic criteria
Acute cutaneous Lupus ANA
Chronic cutaneous lupus Anti dsDNA
Oral or nasal ulcer Anti SM
Non-scarring alopecia Antiphospholipid
Antibody
Arthritis Low complement (C3,
Segmen Posterior
C4, CH50)
Serositis RF ODS Direct
(+) Coombs’ test (do
FODS : Papil : bulat,
not count warna
in the merah, C/D 0.3 A:V 2: 3, macula RF
presence
(+) normal, retina kontur
of hemolytic anemia pembuluh darah baik, perivascular
Renal sheating (+)
Neurologic
Hemolytic anemia
Leukopenia
Thrombocytopenia
(<100.000/mm3)
Vaskulitis ODS
Observasi
Konsul ulang bila terdapat penurunan visus
Kriteria ACR 1997
Kriteria
Ruam malar
Ruam discoid
Fotosensitifitas
Ulkus mulut
Artritis non erosive (+)
Pleuritis atau perikarditis
Gangguan renal
Gangguan neurologi
Gangguan hematologi
Gangguan imunologi
ANA positif (-)
Obyektif :
Keadaan Umum Tampak Sakit sedang
Sensorium Kompos mentis
TD 120/80 mmHg
Nadi 92 x/menit
Pernafasan 20 x/menit
Suhu 36,5ºC
NRS 2
Keadaan
Spesifik
Kepala Leher Mata konjungtiva palpebra pucat tidak ada, sklera ikterik tidak ada
Thoraks : JVP (5-2) cm H20, pembesaran kelenjar getah bening tidak ada
Cor HR 86 x/m, reguler, murmur tidak ada, gallop tidak ada
Pulmo vesikular normal, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
Abdomen datar, lemas, hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan epigastrium
tidak ada, bising usus normal
Extremitas Ekstremitas dekstra et sinistra:
Edema pretibial (-/-), akral hangat (+/+), palmar pucat (-/-), ROM
terbatas aktif dan pasif manus, cruris dextra et sinistra, hematoma
(+) regio manus, cruris dextra et sinistra, deformitas (-), ptechiae
(-)
Pemeriksaan laboratorium Darah Rutin (30 Oktober 2021)
Hb : 10.9 g/dL
Ht : 34%
Leukosit : 14.560/mm3
Trombosit : 671.000/mm3
Diff. Count : 0/0/75/16/9
MCV : 83 fl
MCH : 25 pg
LED : 59 mm/jam
Kesan : Leukositosis
Pemeriksaan laboratorium Faal Hemostasis (30 Oktober
27 April 2021):
2021 PT + INR
Kontrol : 16.20
Pasien : 14.5 detik
INR : 1.08
APTT
Kontrol : 32.4 detik
Pasien :27.9 detik
Fibrinogen
Kontrol : 332.0 mg/dL
Pasien : 337.0 mg/dL
BAB III
ANALISA KASUS
3.2 Hiperkoagulasi
Hiperkoagulasi merupakan keadaan kongenital/didapat yang telah diketahui
atau dicurigai berhubungan dengan hipereaktivitas sistem koagulasi dan atau
perkembangan kearah tromboemboli. Suatu respon normal saat terjadi perdarahan
untuk mempertahankan hemostasis ialah melibatkan formasi pembentukan bekuan
darah yang stabil, proses ini disebut sebagai koagulasi. Hiperkoagulasi
menggambarkan keadaan patologis dafri aktivasi yang berlebihan dari faktor pro-
koagulan atau defisiensi anti-koagulan. Terdapat interaksi antara inflamasi dengan
sistem koagulasi. Dimana inflamasi akan memicu hiperkoagulasi. Endotoksin
mengaktifkan sistem komplemen yang menyebabkan trombositopenia dan
hiperkoabilitas.
Manifestasi klinis kelainan ini adalah: meningkatnya kejadian thrombosis,
yang muncul pada usia muda, thrombosis familial, dan thrombosis di lokasi yang tidak
lazim (di vena otak).
Untuk penyebab dari suatu kondisi hiperkoagulasi yang didapat memiliki
beberapa kondisi, yaitu : kehamilan, keganasan, sindrom antifosfolipid, kelainan
mieloproliperatif, pasca pembedahan, sindrom nefrotik, inflamasi, dan Paroxysmal
Nocturnal Hemoglobinuria (PNH). Untuk keadaan pasien saat ini kami lebih
memikirkan penyebabnya adalah suatu kondisi inflamasi.
Pasien dipikirkan mengalamai suatu kondisi hiperkoagulasi karena memiliki
resiko seperti imobilisasi yang lama, dan faktor inflamasi yang memperberat kondisi
hiperkoagulasi yang dapat dibuktikan dari pemeriksaan laboratorium yang menunjang
kondisi hiperkoagulasi, yaitu, didapatkan pemendekan PT pasien 14.2 detik dan
kontrolnya 15.10 detik, pemendekan APTT pasien 30.7 detik dan kontrolnya 32.1
detik, serta peningkatan fibrinogen pasien 767.0 mg/dL dan peningkatan D-dimer
pasien 2.42 µg/mL. Terapi yang diberikan berupa injeksi Enoxaparin dengan dosis 0,6
mg secara subcutan, kami evaluasi untuk hasil faal hemostasis, namun tidak terjadi
perubahan yang signifikan, lalu kami ganti dengan heparin pada dosis 15.000 iu
dengan memntau hasil aPTT dan tanda – tanda perdarahan.1
Daftar pustaka