Persiapan sosial :
Pengenalan masyarakat
Pengenalan masalah
Penyadaran masyarakat
b.
Pelaksanaan
c.
Evaluasi
d.
Perluasan
Pengertian
MMD adalah pertemuan perwakilan warga desa untuk membahas hasil Survei Mawas
Diri (SMD) dan merencanakan penanggulangan masalah kesehatan yang diperoleh
dari hasil SMD (Wrihatnolo, 2007).
Tujuan MMD
Masyarakat mengenal masalah kesehatan diwilayahnya
a. Masyarakat bersepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan melalui
pelaksanaan desa siaga dan poskesdes.
1 | Tu t o r 3 F I K U N P A D - 2 0 1 3
peserta
yang
lainnya,
komposisi
jangan
seperti
diruangan
kelasPimpinan pertemuan duduk sederetan, setara dan berada diantara para peserta,
tidak memisah atau duduk dikursi istemewaDuduk tidak harus selalu dikursi, boleh
juga dilantai diatas tikar/permadani/matras.
Suasana MMD
Ciptakan suasana kekeluargaan yang akrab jangan cipatakan suasana formal dengan
meja yang ditata seperti dimeja persidangan.
Waktu MMD
Mulailah tepat waktu, sesuai dengan rencana & jadwal , jangan sampai peserta
menungguYang mengundang hadir terlebih dahulu, jangan terlambat.
Peran Ketua MMD
Mengarahkan
pembicaraan
ditetapkan.Menjadi
penengah
agar
jika
jangan
terjadi
menyimpang
perselisihan
dari
arah
pendapat
yang
dalam
hal-hal yang menjengkelkan,Ketua harus jeli, cerdik dan segera bisa menangkap apa
yang dimaksud oleh peserta,Setiap pendapat harus dihargai, jangan memaksakan
kehendak untuk disetujui, Semua keputusan harus berdasarkan musyawarah, bukan
paksaan,Ketua harus selalu memantau kepada bahasa tubuh, ekspresi, gerak-gerik
peserta, apakah mereka kelihatan bosan/jengkel mendengarkan , bila perlu diselingi
dengan gurauan untuk mencairkan (Ice Breaker)Bila ada hal-hal tekhnis yang kurang
jelas, terutama tentang masalah/info yang berkaitan dengan kesehatan, dapat meminta
kejelasan / penjelasan dari dokter Puskesmas / stafnya.
Langkah-langkah Penyelenggaraan MMD
A.
Persiapan :
Kader menyiapkan hasil analisis yang ditulis dalam lembar balik
perlengakapan
Kader memotivasi atau mengajak para Tomas, Toga, pimpinan Ormas yang
ada didesa itu untuk hadir dalam MMD, agar dapat membantu memecahkan masalah
bersama-sama
B.
C.
Tindak lanjut
Latihan Kader
Melaksanakan kegiatan masyarakat dibidang kesehatan
Memantau atau memonitor hasil kegiatan
Memotivasi warga agar kegiatan dibidang kesehatan dapat dikembangkan baik
lokasinya maupun jenis kegiatannya
4 | Tu t o r 3 F I K U N P A D - 2 0 1 3
5 | Tu t o r 3 F I K U N P A D - 2 0 1 3
sering mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa
menopause.
B. OSTEOARTRITIS
Defenisi
Osteoartritis adalah penyakit peradangan sendi yang sering muncul pada usia lanjut.
Jarang dijumpai pada usia dibawah 40 tahun dan lebih sering dijumpai pada usia
diatas 60 tahun.
Penyakit Sendi Degeneratif ( osteoartritis) adalah penyakit kerusakan tulang rawan
sendi yang berkembang lambat dan penyebabnya belum diketahui (Kalim,
IPD,1997).Atau gangguan pada sendi yang bergerak ( Price & Wilson,1995).
Osteoarthritis yang juga dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoarthritis
(sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering
ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas).
Etiologi
Penyebab dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa
faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :
a. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang
terkuat.
Prevalensi
dan
beratnya
orteoartritis
semakin
meningkat
dengan
bertambahnya umur. Osteoartritis hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada
umur dibawah 40 tahun dan sering pada umur diatas 60 tahun.
b. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering
terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah
45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas
50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
6 | Tu t o r 3 F I K U N P A D - 2 0 1 3
c. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari
seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua
kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan
cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dananak perempuan dari
wanita tanpa osteoarthritis.
d. Suku.
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat
perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya osteoartritis paha lebih
jarang diantara orang-orang kulit hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoartritis
lebih sering dijumpai pada orang orang Amerika asli dari pada orang kulit putih.
Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada
frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
e. Kegemukan
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak
hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga
dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
Patofisiologi
Osteoarthritis dapat dianggap sebagai hasil akhir banyak proses patologi yang
menyatu
menjadisuatu
predisposisi
penyakit
yangmenyeluruh.
Osteoarthritis
7 | Tu t o r 3 F I K U N P A D - 2 0 1 3
Factor resiko bagi osteoarthritis mencakup usia, jenis kelamin wanita, predisposisi
genetic, obesitas, stress mekanik sendi,trauma sendi, kelainan sendi atau tulang yang
dialami sebelumnya, dan riwayat penyakit inflamasi, endokrin serta metabolic.
Unsure herediter osteoarthritis yang dikenal sebagai nodal generalized osteoarthritis
( yang mengenal tiga atau lebih kelompoksendi) telah dikomfirmasikan. Tipe
osteoarthritis ini meliputi proses inflamasi primer. Wanita pascamenopause dalam
keluarga yang sama ternyata memiliki tipe osteoarthritis pada tangan yang ditandai
dengan timbulnya nodus pada sendi interfalang distal dan proksimal tangan.
Gangguan congenital dan perkembangan pada koksa sudah diketahui benar sebagai
predisposisi dalam diri seseorang untuk mengalami osteartritis koksa. Gangguan ini
mencakup sublokasi-dislokasi congenital sendi koksa,displasia, asetabulum, penyakit
Legg-Calve-Perthes dan pergeseran epifise destroyed femoris. Obesitas memiliki
kaitan dengan osteoarthritis sendi lutut pada wanita. Meskipun keadaan ini mungkin
terjadi akibat stress mekanik tambahan, dan ketidaksejajaran sendi lulut terhadap
bagian tubuh lainnya karena diameter paha, namun obesitas dapat memberikan efek
metabolic
langsung
pada
kartilalago.
Secara
mekanis,obesitas
dianggap
meningkatkan gaya sendi wet arena itu menyebabkan generasi kartilago. Teori
bourgeois metabolic yang berkaitan dengan danmenyebabkan osteoarthritis. Obesitas
akan disertai dengan peningkatan masa tulang subkondrium yang dapat menimbulkan
kekakuan pada tulang sehingga menjadi kurang lentur terhadap dampak beban
muatan yang akan mentrasmisikan lebih besar gaya pada kartilago artikuler yang
melapisi atasnya dan dengan demikian memuat tulang tersebut lebih rentan terhadap
cidera.
Factor-faktor mekanis seperti trauma sendi, aktivitas olahraga dan pekerjaan juga
turut terlibat. Factor-faktor ini mencakup kerusakan pada ligamentum krusiatum dan
robekan menikus, aktivitas fisik yang berat dan kebiasaan ser berlutut.
8 | Tu t o r 3 F I K U N P A D - 2 0 1 3
Menifestasi klinis
Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu
bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian
timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan
sendi, kaku pagi , krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan
Penatalaksanaan
a. Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh
karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk
mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan.
Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus
mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses
patologis osteoartritis.
b. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang
baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian
tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan.
Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).
c. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi
program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat
mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
d. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang
menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin
menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut
memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai
alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
9 | Tu t o r 3 F I K U N P A D - 2 0 1 3
e. Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang
belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter
karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.
f. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi
pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang
sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada
sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai
sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator,
bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran
panas.Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat
otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih
baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi
dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban
ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikularmemegang
peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otototot tersebut adalah penting.
g. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang
nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan
adalah
osteotomy
untuk
mengoreksi
ketidaklurusan
atau
ketidaksesuaian,
10 | T u t o r 3 F I K U N P A D - 2 0 1 3
11 | T u t o r 3 F I K U N P A D - 2 0 1 3
6. NEUROSENSORI
Gejala: kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan
Tanda: Pembengkakan sendi
7. NYERI / KENYAMANAN
Gejala: fase akut dari nyeri
Terasa nyeri kronis dan kekakuan
8. KEAMANAN
Gejala: Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
Kekeringan pada mata dan membran mukosa
9. INTERAKSI SOSIAL
Gejala: kerusakan interaksi dan keluarga / orang lsin : perubahan peran: isolasi
B. ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Nyeri b/d penurunan fungsi tulang
Kriteria hasil: nyeri hilang atau tekontrol
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
1.
2.
Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal.
3.
berikan matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur
sesuai kebutuhan.
4.
biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di
dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat
tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak.
6.
anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu
bangun. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa
kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi
12 | T u t o r 3 F I K U N P A D - 2 0 1 3
7.
kolaborasi
8.
Beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai petunjuk
Dorong klien mempertahankan postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan.
Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk menggunakan alat bantu.
Berikan obat-obatan sesuai indikasi seperti steroid.
Untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan.
Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas.
Menghindari cedera akibat kecelakaan seperti jatuh.
Untuk menekan inflamasi sistemik akut.
Diagnosa 3 : Risiko cedera b/d penurunan fungsi tulang.
Kriteria Hasil : Klien dapat me mpertahankan keselamatan fisik.
INTERVENSI
RASIONAL
Kendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas,
mengurangi potensial cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan
penyanggah tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan
malam siapkan lampu panggil
Izinkan kemandirian dan kebebasan maksimum dengan memberikan kebebasan
dalam lingkungan yang aman, hindari penggunaan restrain, ketika pasien melamun
alihkan perhatiannya ketimbang mengagetkannya.
Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan membebaskan
keluarga dari kekhawatiran yang konstan.
Hal ini akan memberikan pasien merasa otonomi, restrain dapat meningkatkan
agitasi,
Diagnosa 4 : Perubahan pola tidur b/d nyeri
Kriteria Hasil : Klien dapat memenuhi kebutuhan istirahat atau tidur.
14 | T u t o r 3 F I K U N P A D - 2 0 1 3
INTERVENSI
RASIONAL
Madiri
Tentukan kebiasaan tidur biasanya dan biasanya dan perubahan yang terjadi.
Berikan tempat tidur yang nyaman
Instruksikan tindakan relaksasi
Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur, misalnya mandi hangat dan massage.
Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi: rendahkan tempat tidur bila mungkin.
Hindari mengganggui bila mungkin, misalnya membangunkan untuk obat atau
terapi
Kolaborasi
Berikan sedative, hipnotik sesuai indikasi
Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
Meningkatkan kenyamaan tidur serta dukungan fisiologis/psikologis
Membantu menginduksi tidur
Meningkatkan efek relaksasi
Dapat merasakan takut jatuh karena perubahan ukuran dan tinggi tempat tidur,
pagar tempat untuk membantu mengubah posisi
Tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar dan pasien mungkin mungkin
tidak mampu kembali tidur bila terbangun.
15 | T u t o r 3 F I K U N P A D - 2 0 1 3
17 | T u t o r 3 F I K U N P A D - 2 0 1 3