dewa, seperti semua makhluk hidup lainnya, mungkin menjadi Bodhisattwa tercerahkan dan
mencapai kesucian.
Ibadah umat Buddha dan fokus pada hukum spiritual alam semesta untuk mencapai
pencerahan. Dharmakaya (mana-mana buddha alam) kadang-kadang direpresentasikan
sebagai Buddha abadi dan dipandang sebagai kekuatan universal pemersatu.
Pemikiran sebagai "Sang Pencipta"
Sebagai sarjana Surian Yee menjelaskan, "sikap Buddha seperti yang digambarkan dalam
Nikaya s lebih anti-spekulatif daripada khusus ateistik".
Sebagai Hayes menjelaskan itu, "Dalam literatur Nikaya, pertanyaan tentang eksistensi
Tuhan diperlakukan terutama baik dari sudut pandang epistemologis pandang atau sudut
pandang moral. Sebagai masalah epistemologi, pertanyaan tentang jumlah keberadaan dewa
untuk diskusi tidaknya seorang pencari agama bisa yakin bahwa ada terbesar baik dan dengan
demikian upaya untuk mewujudkan kebaikan terbesar tidak akan menjadi sia-sia perjuangan
menuju tujuan yang tidak realistis. dan sebagai masalah dalam moralitas, jumlah pertanyaan
untuk diskusi apakah manusia itu sendiri akhirnya bertanggung jawab untuk semua
ketidaksenangan bahwa ia merasa atau apakah ada ada sesuatu yang lebih tinggi yang
menimbulkan ketidaksenangan atas manusia apakah dia layak atau tidak ... Buddha Gotama
digambarkan bukan sebagai seorang ateis yang mengaku dapat membuktikan ketiadaan
Tuhan, melainkan sebagai skeptis terhadap klaim guru lain untuk dapat memimpin muridmurid mereka untuk kebaikan tertinggi."[23]
Mengutip Devadaha Sutta ('Majjhima Nikaya 101), Hayes menyatakan bahwa "sementara
pembaca yang tersisa untuk menyimpulkan bahwa itu adalah keterikatan dan bukan Tuhan,
tindakan dalam kehidupan masa lalu, nasib, jenis kelahiran atau upaya dalam kehidupan ini
yang bertanggung jawab untuk pengalaman kami kesedihan, ada argumen yang sistematis
diberikan dalam upaya untuk menyangkal keberadaan Tuhan.
Dalam Pali Canon Buddha mengatakan bahwa Vasettha Tathagata (Buddha) adalah
Dharmakaya, para 'Kebenaran-tubuh' atau 'Perwujudan Kebenaran', serta Dharmabhuta,
'kebenaran menjadi ',' One yang telah menjadi kebenaran.
Buddha ini terkait dengan dharma:
dan Buddha kenyamanan dia, "Cukup, Vakkali Mengapa Anda ingin melihat tubuh ini kotor
Siapapun yang melihat Dhamma melihat saya;.?. siapapun yang melihatku melihat Dhamma"
Putikaya, yang "membusuk" tubuh, dibedakan dari kekal Dhamma buddha tubuh dan
Bodhisattwa tubuh.
sementara satu titik akademik Aggaa Sutta sebagai parodi dari kepercayaan Hindu Budha,
sebagian besar sejarawan tidak setuju dengan hal itu, menunjukkan konvergensi doktrin
Buddha dan mengingat teks proto-Mahayana.
Dalam Aggaa Sutta Buddha menyarankan Vasettha bahwa siapa pun yang memiliki kuat,
berakar mendalam, dan mendirikan kepercayaan di Tathagata, ia dapat menyatakan bahwa
dia adalah anak dari Bhagawan, lahir dari mulut Dhamma, dibuat dari Dhamma, dan pewaris
Dhamma . Karena judul dari Tathagata adalah: Tubuh Dhamma, Tubuh Brahma, Manifestasi
Dhamma, dan Manifestasi Brahma.
Meskipun Buddha menyangkal dia adalah dewa tertinggi, makhluk sepenuhnya tercerahkan
dianggap sebagai salah satu dharma ilahi.
Tuhan sebagai perwujudan pikiran
Salah satu Sutra Mahayana, Sutra Lankavatara, mengatakan konsep tuhan berdaulat pribadi,
atau Atman berasal dari pikiran dan dapat menjadi penghalang untuk kesempurnaan karena
dapat membuat kita untuk mengabaikan kausalitas:
"Semua konsep seperti sebab, pelanjutan, atom, unsur-unsur dasar, yang membuat
kepribadian, jiwa pribadi, roh sakti, Tuhan yang berdaulat, pencipta, adalah imajinasi belaka
dan perwujudan dari pemikiran manusia".
Buddhisme menganggap bahwa tatahagata adalah apect tercerahkan bahwa antarmenghubungkan dan menyatukan segala sesuatu di alam semesta, termasuk pikiran dan
manifestasi karma lainnya seperti masalah beton. Pikiran dibandingkan dengan pencipta terus
menerus manifestasi karma individu. Namun, dalam Buddhisme, tidak ada substrat suci ilahi
mirip dengan hindu brahman, karena dalam Buddhisme semuanya jaring saling bergantung
causar tanpa penyebab tunggal. Penciptaan dianggap dalam gerakan terus menerus dan tanpa
awal atau akhir:
"Tidak, Mahamati, doktrin Tathgata dari rahim ke-Tathgata-an tidaklah sama dengan
filosofi Atman".
Terlebih lagi, sutra yang sama juga menanggap Buddha menungkapkan bahwa dia adalah
"Seorang Yang Tidak Dikenal", yang sebenarnya diungkapkan ketika semua manusia
memproyeksikan konsep dari keTuhanan kemudian bercakap-cakap dengan dewa oleh
pemikiran mereka yang belum terbangun. Buddha berkata bahwa begitu banyak nama untuk
keberadaan yang paling hebat atau kebenaran pada kenyataannya merupakan kesalahan. Dia
menyatakan:
Kasus yang sama boleh dinyatakan kepada aku ketika aku hadir dalam dunia kesabaran di hadapan
orang-orang yang bodoh dan dimana aku dikenal dengan sejuta nama-nama yang tak terhitung.
Mereka memanggil aku dengan nama-nama yang berbeda tidak menyadari itu semua merupakan
nama-nama dari satu Tathagatagarbha.
Beberapa mengenal saya sebagai matahari, sebagai bulan; beberapa sebagai hasil reinkarnasi dari
orang-orang bijak; beberapa sebagai "10 kekuatan"; beberapa sebagai Rama, beberapa sebagai Indra,
dan beberapa sebagai Baruna. ada pula yang memanggil saya sebagai "Yang Tak Terlahirkan",
sebagai "Kehampaan", sebagai "Apa adanya", sebagai "Kebenaran", sebagai "Kenyataan", sebagai
"Prinsip Terakhir"; masih ada juga yang memanggil saya sebagai Dharmakaya, sebagai Nirwana,
sebagai "Yang Abadi"; beberapa ada yang menyebutkan saya sebagai kesatuan, sebagai "Yang tidak
ada duanya", sebagai "Yang tidak akan mati", sebagai "Yang tak berbentuk"; beberapa menganggap
saya sebagai doktrin atau penyebab Buddha, atau sebagai emansipasi, atau sebagai Jalan
Kemuliaan; beberapa juga menganggap saya sebagai pemikiran yang mulia dan kebijaksanaan yang
mulia.
Demikian dalam dunia ini dan dalam dunia lain, aku dikenal dengan nama-nama yang tak terhitung
jumlahnya, tapi mereka melihat aku seperti bayangan bulan di air. Walaupun mereka menghormati,
memuji dan menyembah aku, mereka tidak mengerti sepenuhnya arti dan akibat dari kata-kata yang
mereka ucapkan; tanpa mengerti kenyataan diri dari kebenaran, mereka bergantung kepada kata-kata
dari buku peraturan mereka, atau dari apa yang mereka dengar, atau apa dari yang mereka bayangkan,
dan gagal untuk mengetahui bahwa nama yang mereka pakai tidak lain adalah satu nama dari sekian
banyak nama Tathagatagarbha.
Dari penelitian mereka, mereka mengikuti kata-kata hampa dari teks dengan sia-sia tanpa mengerti
arti sebenarnya, bukannya berusaha untuk memiliki kepercayaan dalam "teks", dimana kenyataan
yang mengkonfirmasikan diri sendiri mengungkapkan dirinya yaitu memiliki kepercayaan diri dalam
perwujudan kebijaksanaan yang mulia.
Dalam sutra bagian Sagathakam (yang berisi peryataan yang berkebalikan dengan bab-bab
sebelumnya), juga menyebutkan kenyataan dari diri yang murni (atman), yang (tidak sama
dengan atman dalam agama Hindu) disamakan dengan Tathagatagarbha (Intisari-Buddha):
Tathagatagarbha terletak di dalam Sutra Lankavatara yang dikenal sebagai akar dari
kesadaran penuh semua makhluk hidup, yaitu Alaya-vijnana. Tathagatagarbha-Alayavijnana
ini dinyatakan tidak dapat dispekulasikan, tetapi dapat dimengerti secara langsung dengan
Matrix Buddha yang mengandung segala (Tathagatagarbha) atau basis dari kesadaran
universal (Alayavijnana) memiliki hubungan dengan konsep kemuliaan yang menaruh
Alayavijnana sebagai kenyataan di belakang dan dalam semua makhluk hidup. "Diri" ini
terletak di dalam naskah Buddha Mahayana dan tantra-tantra yang disamakan dengan asal,
unsur dasar dari Buddha kosmik yang mengandung segalanya (dianggap sebagai
Samantabhadra atau Mahavairochana). "Tuhan" dalam konteks tersebut kemudian dimengerti
sebagai makhluk mental spiritual mana-mana, baik dan kekal.
Tathagatagarbha, Dharmakaya dan Abadi buddha
Buddhisme Mahayana, seperti Theravada, berbicara tentang pikiran menggunakan istilahistilah seperti " rahim Jadi-datang One" ( tathagatagarbha). Penegasan kekosongan oleh
terminologi positif secara radikal berbeda dari doktrin Buddhis awal Anatta dan penolakan
untuk menyatakan setiap Realitas Tertinggi.
Dalam tradisi tathagatagarbha, Buddha pada kesempatan diidentifikasi dengan Dharmakaya,
Realitas Tertinggi, yang memiliki sifat-sifat dewa-seperti keabadian, sifat gaib dan
menunjukkan tempat kediaman dari Shang Di (Siang Te), sedangkan Shang Di sendiri berarti
yang termulia yang berada paling atas.
Dalam buku-buku Tiongkok kuno (sebelum era Laozi), orang Tiongkok sudah mempercayai
adanya sesuatu sebagai penguasa segala sesuatu di jagat raya ini. Sesuatu ini umumnya
disebut Shang Di atau Thian, sebab menurut mereka, sesuatu penguasa kedudukannya
pastilah di atas. Sejalan dengan pemujaan kepada Shang Di atau Thian, mereka juga
mempercayai bahwa di tempat-tempat tertentu memiliki penguasa-penguasa sendiri
(semacam penguasa lokal), sehingga timbul juga pemujaan kepada penguasa-penguasa
lokal tersebut (misalnya penguasa sungai, penguasa gunung, penguasa bumi, dan
sebagainya).
Setelah era Laozi, pemujaan kepada Shang Di dan pemujaan kepada penguasa-penguasa
lokal, sedikit demi sedikit mulai tertata bentuknya sehingga hirarki pemerintahan langit
menjadi semakin jelas. Menurut buku Myths and Legends of China karanganvWerner,
orang Tionghoa percaya bahwa pemerintahan surga / langit / kayangan, termasuk para dewa
dan malaikat, dipimpin oleh suatu sistem pemerintahan yang mirip dengan sistem
pemerintahan yang ada di bumi. Dalam sastra Tionghoa disebutkan sebagai Tian Di Yi Li
atau Langit dan bumi punya tatanan yang sama.
Pemimpin tertinggi dan berkuasa penuh atas jagat raya, dipegang oleh Siang Te (Shang Di),
dan menteri-menterinya dijabat oleh para dewa, baik sipil maupun militer. Kaisar yang
memerintah di daratan Tiongkok dipercayai sebagai utusan dari langit (utusan Siang Te) yang
diberi mandat untuk memerintah di bumi (oleh sebab itu, Kaisar Tiongkok selalu disimbolkan
sebagai naga hewan perkasa dari langit. Jubah kebesaran Kaisar disebut jubah Naga. Selain
Kaisar, tidak seorangpun boleh menggunakan attribut ataupun hiasan Naga. Bagi yang
melanggar akan terkena hukuman pancung, sebab berarti dia men-sejajar-kan kedudukannya
sama dengan kaisar). Upacara sembahyang kepada Siang Te hanya dilakukan oleh Kaisar dan
keluarga kerajaan, rakyat tidak boleh mengikuti ataupun menghadirinya. Bagi rakyat,
memuja Kaisar sebagai utusan Siang Te yang ada di dunia, sudah merupakan wujud
pemujaan kepada Siang Te sendiri. Bila ada rakyat yang berani memuja kepada Siang Te
secara langsung, berarti men-sejajar-kan dirinya dengan kaisar dan dapat dikenai hukuman
mati.
Karena rakyat tidak mempunyai hak untuk memuja Shang Di secara langsung, maka ketika
mereka mempunyai seorang Kaisar yang lalim dan penindas kaum lemah, rakyat mulai
mencari obyek pengaduan agar penderitaan mereka berubah menjadi baik. Rakyat kemudian
mempersonifikasikan dan melakukan pemujaan kepada Thian (Tian), yang sebenarnya
hanyalah tempat kediaman Siang Te. (Mungkin mirip dengan zaman sekarang, dimana
apabila ada kepala pemerintahan yang korupsi, maka rakyat lalu berbondong-bondong datang
dan berunjuk-rasa di gedung kepala pemerintahan tersebut). Pemujaan kepada Thian tidak
dilarang oleh Kaisar, bahkan Kaisar juga kadang-kadang ikut memujanya (di Beijing ada
Tian Tan altar pemujaan kerajaan), sedangkan rakyat biasanya melakukan pemujaan di
depan pintu rumah masing-masing.
Dengan adanya pengaruh Taoisme, maka kemudian bermunculan tokoh-tokoh yang dianggap
sebagai Shang Di. Dalam buku-buku kuno, tokoh Shang Di memiliki beberapa sebutan,
antara lain: Ming Ming Shang Di, Tang Tang Shang Di, Wei Huang Shang Di, Yuan Shi Tian
Zun, Yu Huang Shang Di, dan lain-lain.
Setelah munculnya pengaruh Konfusianisme, mulailah upacara sembahyang kepada Shang Di
tertata lebih jelas. Dalam ajaran Konfusius, dikenalkan adanya tiga unsur dalam alam
semesta, yaitu unsur Tian Huang (Penguasa Langit), Di Huang (Penguasa Bumi) dan Ren
Huang (Penguasa Manusia). Penguasa tertinggi terletak pada Tian Huang atau Tuhan Yang
Maha Esa, yang disebut sebagai Huang Tian Shang Di. Pemujaan kepada Huang Tian Shang
Di, banyak dilakukan oleh kaisar-kaisar dari zaman dinasti Ming dan Qing. Hal ini
disimpulkan karena pada Altar Tian Tan terdapat sebilah papan suci yang bertuliskan
Huang Tian Shang Di.
Dengan masuknya pengaruh Buddhisme, kemudian muncul suatu aliran yang disebut Thian
Tao (Tian Dao), yang merangkum ketiga ajaran yaitu Taoisme, Konfusianisme dan
Buddhisme. Aliran ini mempertegas nama dan kedudukan Siang Te. Menurut mereka, alam
semesta ini terdiri dari tiga tingkat, yaitu Li Tian (Nirwana), Qi Tian (Kayangan) dan Xiang
Tian (Bumi). Tuhan Yang Maha Esa disebut sebagai Bing Bing Siang Te (Ming Ming Shang
Di) dan berkedudukan di Li Tian / Nirwana. Bing Bing Siang Te mengeluarkan firmannya
yang disebut Tao, yang merupakan sumber kebenaran dan sumber kehidupan semua
makhluk. Sebagai pelaksana pemerintahan alam semesta dijabat oleh Yu Huang Shang Di
dengan dibantu para dewa-dewi dan malaikat sebagai menteri-menterinya, yang
berkedudukan di Qi Tian / Kahyangan. Kedudukan Yu Huang Shang Di dijabat secara
(Sam Sing / San Xing) atau lima macam hewan (Ngo Sing / Wu Xing), dimana sajian Sam
Sing atau Ngo Sing itu sebenarnya ditujukan untuk para malaikat pengawal Thian Kong.
Disini jelaslah bahwa orang Tionghoa mempercayai adanya Tuhan sebagai penguasa tertinggi
di jagat raya ini. Hanya saja konsepsi ke-Tuhan-an ini berbeda dengan agama-agama lain,
sebab bagi orang Tionghoa, Tuhan atau Thian Kong adalah Pencipta yang Esa, sedangkan
pembantu-pembantunya (para dewa dan malaikat) yang bertugas mengawasi, menghukum
dan memberikan ganjaran kepada manusia, sesuai dengan perbuatannya.
Pemujaan kepada Thian Kong semata-mata untuk mensyukuri segala berkah yang telah
diberikanNya kepada kita, sedangkan segala permohonan dilakukan kepada masing-masing
dewa pembantu Thian Kong yang sesuai dengan tugasnya. Thian Kong menurut pengertian
Tao adalah Esa, tidak bersifat Im-Yang atau dualisme (baik-buruk, fana-baka, menghukummengganjar, dll). Sedangkan para pembantuNya, mulai dari tingkatan Giok Hong Tay Te (Yu
Huang Da Di) yang tertinggi sampai malaikat terendah, masih memiliki sifat atau unsur ImYang. Itu sebabnya, mengapa di tempat pemujaan Thian Kong (Tian Gong Lu), tidak pernah
terdapat Pwak Pwee (keping penunjuk untuk berkomunikasi dengan dewa) ataupun Cu Ciam
(tabung berisi batang penunjuk angka ramalan). Begitu pula bahwa Thian Kong sebagai yang
Esa, tidak pernah di-patung-kan (dipersonifikasikan). Dengan berkembangnya waktu,
pengertian Thian Kong (Tian Gong) dan Giok Hong Tay Te (Yu Huang Da Di) menjadi
kabur, sehingga pemujaan kepada Thian Kong secara salah kaprah dianggap sama dengan
memuja kepada Giok Hong Tay Te. Apalagi hari ulang tahun Giok Hong Tay Te jatuh pada
tanggal 9 bulan 1 Imlek, beberapa saat setelah dilangsungkannya upacara sembahyang King
Thi Kong. Sebenarnya apabila diteliti, ada beberapa hal yang menguatkan pendapat bahwa
Giok Hong Tay Te bukanlah Tuhan Yang Maha Esa, yaitu : - Pemujaan kepada Giok Hong
Tay Te baru populer pada sekitar abad 11 (era dinasti Song). - Giok Hong Tay Te masih
dipersonifikasikan, antara lain dalam bentuk gambar maupun arca. - Dalam cerita Se Yu Ki,
Giok Hong Tay Te sempat dibuat bingung dan kelabakan saat berhadapan dengan Sun Go
Kong, sehingga ia meminta bantuan Ji Lay Hud. - Konon Giok Hong Tay Te memiliki anak.
Salah seorang anaknya (putera ke empat), dipuja orang dengan gelar Giok Hong Tay Cu (Yu
Huang Tai Zi). - Dalam gambar maupun arca Giok Hong Tay Te ditampilkan dengan
membawa Chao Hu, yaitu semacam surat tugas yang diberikan oleh kaisar kepada
bawahannya, surat tersebut biasanya dibawa di depan dada (disojakan) bila akan
menghadap kaisar. Dari beberapa hal di atas, sebenarnya jelaslah perbedaan antara pemujaan
kepada Thi Kong/ Tian Gong dengan pemujaan kepada Giok Hong Tay Te.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Tuhan_dalam_Agama_Konghucu
C. KONSEP TUHAN MENURUT AGAMA KRISTEN
Ajaran ketuhanan dalam agama Kristen sebagaimana yang tercantum dalam kredo
Iman Rasuli yaitu, Tritunggal yang terdiri dari Allah Bapa, Allah putera, dan Roh Kudus.
Semuanya itu adalah adalah pribadi Allah. Allah yang Maha Sempurna, Maha Kudus, Maha
Tahu dan kekal. Ketiga pribadi Allah tersebut disembah dengan cara yang sama karena dari
ketiganya itu hanya ada satu Allah. Pada Umumnya banyak yang menyatakan bahwa Kristen
menganut paham Politeisme, yang mengakui tuhan lebih dari satu. Untuk membuktikan
pernyataan tersebut, mari kita bahas pada uraian berikut ini.
Secara umum, umat Kristiani bersyukur akan Allah Tritunggal, yakni Allah Bapa
sebagai pencipta alam semesta, Allah Putera sebagai penebus dosa manusia, dan Roh Kudus
menyucikan manusia. Konsep ketuhanan seperti inilah yang menjadi perdebatan diantara para
ahli agama, paham monoteisme atau politeisme yang digunakan dalam ajaran kristen belum
menemui titik terang dari sebagian pihak.
1. Allah Bapa
Allah Bapa adalah pencipta langit dan bumi serta seisinya. Dia berada dalam surga.
Dia maha kasih terhadap hambanya dan selalu menampakkan dirinya kepada hambanya.
Seperti terdapat pada keluaran 3; 1-16. Dimana tuhan menampakkan diri kepada Musa.
Tujuan tuhan menampakkan diri adalah menunjukkan siapa Dia dan apa yang dilakukan-Nya.
Namun penampakan tuhan dengan cara itu masih dapat menimbulkan keraguan akan adanya
tuhan. Puncaknya adalah Allah turun kedunia dengan cara hadir dalam diri Yesus Kristus
sebaagi tanda kasih-Nya.
Dengan hadirnya Allah dalam diri Yesus kristus, berarti Allah tidak hanya di surga
tetapi sudah ada didunia ini (Immanent). Bahkan manusia pun bisa menjadi tempat
kediaman-Nya. Semuanya ini adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hambanya karena
manusia tidak mengenal dan memandang Allah seandainya Dia tidak menampakkan dan
mendekatkan diriNya pada manusia. Allah Bapa kekal adanya, tiada permulaan dan tiada
pula penghabisan. Pernyataan ini serupa dengan konsep yang di bawa islam, bahwa Allah itu
kekal dan azali. Jika dalam islam ini termasuk sebagai Tauhid Rububiyah.
2. Allah Putera
Dan akan Yesus Kristus PutraNya yang tunggal, Tuhan kita, yang termaktub dalam
Kredo. Secara umum umat kristiani meyakini bahwa Yesus Kristus itu sebagai Tuhan. Yesus
Kristus diyakini sebagai penebus dosa manusia didunia, ia juga hadir untuk melawan
kejahatan dimuka bumi ini. Yesus Kristus lahir dari perawan Maria di Bethlehem menurut
versi perjanjian lama dan perjanjian baru. Ia mempunya 12 orang murid yang membantunya
dalam berdakwah. Untuk menunjukkan cintanya pada manusia, Yesus rela mati disalib
sebagai tanda kasihnya dan tanda ketuhanannya yang diyakini oleh umat kristiani sebagai
penebus dosa. Kematiannya akan diurapi sehingga diberi gelar sebagai Messiah, Al-Masih.
Namun yesus selain kedudukannya sebagai tuhan, ia juga manusia biasa yang sama
seperti yang lain, butuh makan, minum dan tidur. Karena yesus adalah Allah yang
mendaging, artinya adalah Allah yang hadir dalam pribadi manusia. Tritunggal memang sulit
untuk ditafsirkan, kaarena umat kristen sendiri jika ditanya tentang tuhan mereka mayoritas
tidak mau membahasnya. Menurutnya kalau tuhan bisa digambarkan itu namanya bukan
tuhan. Tetapi ada juga yang ahli dalam bidangnya berani mengupas secara taja tentang
ketuhanan dalam kristen ini.
3. Roh Kudus
Menurut ajaran Kristiani, seorang Kristen memiliki Roh Kudus di dalam dirinya. Roh
tersebut berfungsi sebagai penolong, pemimpin, penghibur, dan teman yang setia. Roh Kudus
menuntun umat Kristiani agar hidup sejalan dengan kehendak Tuhan. Roh Kudus juga
merupakan penghubung antara umat Kristiani dengan Allah. Roh Kudus keluar dari Allah
Bapa dan Allah Putera.
Apabila seseorang yang dipenuhi dengan Roh Kudus, maka ia akan memiliki apa
yang disebut dengan Kehidupan Berahmat. Dan ia juga terhindar dari dosa sekecil apapun.
Serta orang tersebut memiliki suatu kehidupan yang Adikrodrati karena Roh Kudus sudah
ada dalam dirinya, bahkan Bapa dan Putera pun ada dalam diri orang tersebut.
Sumber : http://filsafat.kompasiana.com/2013/02/13/konsep-tuhan-dalam-islam-dan-kristen533896.html
suatu keadaan. Pendukung dari aliran Mimamsayang berdasarkan pada ritual dan
ortopraksimenyatakan bahwa tidak ada cukup bukti untuk membuktikan keberadaan
Tuhan. Aliran ini berpendapat bahwa kita tidak perlu membuat postulat tentang suatu
"pencipta dunia", sebagaimana kita tidak perlu memikirkan siapa penulis Weda atau Tuhan
apa yang dibuatkan upacara. Mimamsa menganggap bahwa nama-nama Tuhan yang tertulis
dalam Weda sebenarnya tidak mengacu pada wujud apa pun di dunia nyata, dan hanya untuk
keperluan mantra belaka. Atas pemahaman tersebut, mantra itulah yang sebenarnya
merupakan "kekuatan Tuhan", sehingga Tuhan tiada lain hanyalah kekuatan mantra belaka.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Hindu#Konsep_ketuhanan
E. KONSEP TUHAN MENURUT AGAMA YAHUDI
Konsep ketuhanan agama yahudi secara ketat didasarkan pada Unitarian monoteisme.
Doktrin ini mengekspresikan kepercayaan kepada satu Tuhan. Konsep tuhan yang mengambil
beberapa bentuk (misalnya Trinitas) dianggap bidaah dalam Judaisme. Dalam doa secara
utuh dalam hal mendefinisikan Tuhan adalah Shema Yisrael, awalnya muncul di dalam
Alkitab Ibrani: "Dengarkan O Israel, Tuhan adalah Allah kita, Tuhan adalah satu", juga
diterjemahkan sebagai "Dengarkan O Israel, Tuhan kami adalah Allah, Tuhan adalah yang
tunggal "
Allah disini disusun sebagai zat yang kekal, pencipta alam semesta, dan sumber
moralitas. Allah mempunyai kuasa untuk campur tangan di dunia. Istilah Allah sehingga
terkait dengan kenyataan sebenarnya, dan bukan hanya proyeksi dari jiwa manusia. Allah
dijelaskan dalam pengertian seperti: "Ada satu Zat, sempurna dalam segala cara, yang
merupakan penyebab utama dari semua keberadaan. Semua tergantung pada keberadaan
Allah dan semua berasal dari Allah. "
Alloh berkata : Kami telah membuat manusia berdasarkan bentuk Kami, seperti
serupaan dari Kami.
Sehingga apa saja yang bisa terjadi pada manusia, bisa pula dialami oleh Alloh.
Bahkan dalam keyakinan orang-orang Yahudi, Alloh bisa menga-lami keletihan dan
kecapaian sehingga perlu beristirahat, sebagaimana ter sebut dalam Taurat pada Kitab
Kejadian Fasal II :
Alloh menyelesaikan pekerjaan yang Dia kerjakan pada hari yang ke-7, kemudian Di
beristirahat di hari ke-7 dari seluruh pekerjaan yang Dia ker jakan.
Demikian umat Yahudi meyakini tentang Allah SWT, yaitu dengan keyakinan model
kaum musyabbihah. Maha Suci dan Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka sifatkan.
Bahkan tidak hanya meyakini keserupaan Alloh dengan makhluk, mereka pun mensifati
Allah taala dengan sifat-sifat yang tidak layak ba-gi Allah, seperti : kikir, miskin, bisa
diperdaya dan lain-lain. Sebagaimana firman Allah SWT :
Mereka tidak memaksudkan dengan perkataan mereka itu bahwa tangan Alloh
terikat, tetapi mereka hendak mengatakan : Kikir, menahan apa yang ada di sisi-Nya. Maha
tinggi Alloh dari apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang besar.
Maka Alloh pun membantah ucapan mereka dalam firmannya QS. Al-Maidah : 64
Tangan mereka itu sebenarnya yang terbelenggu, dan mereka dilaknat atas apa
yang mereka telah katakan. Bahkan kedua tangan-Nya terben-tang, Dia menafkahkan
sebagaimana yang Dia kehendaki.( Qs. Al-Maidah : 64 )
Berkata Ibnu Jarir Ath-Thobari : Ayat ini dan ayat setelahnya turun berkenaan
dengan sebagian orang Yahudi yang ada pada zaman Nabi.
Yaitu mereka mengatakan demikian karena Allah SWT dalam banyak ayat memerintakan
manusia untuk berinfaq. Lalu muncullah anggapan jelek orang-orang Yahudi yang terkenal
kikir, bahwa Allah itu miskin sehingga butuh kepada harta manusia. Ini adalah alasan yang
paling jelek untuk menolak berinfaq, dan lebih jauh lagi adalah alasan untuk menolak masuk
ke dalam agama Islam.
Begitulah orang-orang Yahudi yang tidak hanya menyamakan Alloh dengan makhluk,
tetapi juga mensifati Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak, bahkan menghina Allah SWT.
Namun pada saat yang sama, mereka mengaku sebagai kekasih Alloh !!!
Orang-orang Yahudi dan Nashrani berkata : Kami adalah anak-anak Alloh dam kekasihkekasih-Nya. ( Qs. Al-Maidah : 18 )
Bahkan mereka menyakini bahwa mereka tercipta dari unsur-unsur Allah sedangkan
manusia selain bangsa Yahudi mereka yakini berasal dari tanah setan atau tanah najis. Oleh
karena itu mereka menganggap dirinya sebagai bangsa pilihan yang layak memimpin dunia,
sedangkan bangsa-bangsa lainnya mereka yakini sebagai bangsa-bangsa budak yang harus
mengabdi kepada mereka. Bertolak dari pemikiran yang buruk ini lahir-lah doktrin Zionisme
dengan protokolatnya guna mewujudkan mimpi orang-orang Yahudi.
Mereka berkata : Tidak akan pernah bisa masuk syurga kecuali orang-orang yang
beragama Yahudi atas Nashrani. ( Qs. Al-Baqoroh : 111 )
Namun dalam perkembangannya, agama Yahudi juga meyakini bahwa Alloh memiliki anak,
yaitu Uzair ( Ezra ). Uzair adalah seorang sholih yang hafal kitab Taurat, kemudian Alloh
mematikannya selama 100 ta-hun. Ketika dihidupkan kembali setelah kematiannya itu, kitab
Taurat te-lah musnah karena serbuan dari Bukhtunshir. Maka Uzair membawa bukti akan
keberadaan dirinya dengan memaparkan hafalan Tauratnya.
Ketika itulah orang-orang Yahudi mengkultuskannya dengan anggapan, kalau Nabi Musa
datang kepada mereka membawa Taurat dalam bentuk kitab maka ia diyakini sebagai Rosul
utusan Alloh, sedangkan Uzair datang membawa Taurat dengan tanpa kitab, yaitu hanya
dengan hafalannya, ma ka Uzair lebih
kedudukannya daripada Musa sebagai anak Alloh, dan mereka pun menyembahnya. Ada pun
Uzair berlepas diri dari perbuatan syirik kaum Yahudi ( Bani Isroil ).
Sumber : http://bulansabit-kembar.blogspot.com/2013/08/konsep-ketuhanan-agamayahudi.html