Laporan Skenario A Fix
Laporan Skenario A Fix
04011281320015
Helvie Rahmadaniati
04011181320071
Margaretha Carolina
04011281320045
04011181320001
04011181320073
04011181320047
04011281320023
04011281320023
Shafira Amalia
04011381320049
04011281320021
Sherly Wahyuni
04011181320091
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahNya penyusun bisa menyelesaikan Laporan Tutorial Skenario A Blok 12 ini dengan baik.
Laporan ini disusun sebagai bentuk pemenuhan tugas Tutorial Skenario B Blok X
yang merupakan bagian dari sistem pembelajaran KBK (Kurikulum Berbasis
Kompetensi) di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Terima kasih tak lupa kami haturkan kepada Dra Enny Kusumastuti, Apt, M.Kes.
yang telah membimbing dalam proses tutorial ini. Kami menyadari bahwa laporan ini
belum sempurna, oleh karena itu kritik yang membangun sangat kami harapkan sebagai
bahan pembelajaran dimasa yang akan datang.
Kelompok Tutorial IV
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................1
DAFTAR ISI ................................................................................................2
SKENARIO A ...........................................................................................................3
I. Klarifikasi Istilah ............................................................................3
II. Identifikasi Masalah .......................................................................................4
III.Analisis Masalah ........................................................................................
IV. Keterkaitan antar-Masalah ....................................................................................
V. Identifikasi Topik Pembelajaran (Learning Issue)
1. Hipertensi........................................................................
2. Reseptor alfa beta............................................................................................
3. Mekanisme keja obat.............................................................................
4. Interaksi obat dan factor kormorbid.......................................................
5. Golongan obat untuk tingkat hipertensi...............................................
VI. Kerangka Konsep ....................................................................................................
VII.KESIMPULAN................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
I.
KLARIFIKASI ISTILAH
No.
Istilah
Definisi
Hipertensi
Terapi Antihipertensi
Enalapril
Hydrochlorothiazide
COPD
Peptic ulcer
Omepazole
Acetaminophen
10
II.
Metoprolol
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Mr. Hypertension, 62-years old came to primary care physician to control
hypertension who have suffered for 6 years later. VVVV
2. At present, given antihypertensive therapy is consisting of enalapril and
hydrochlorothiazide.V
3. He also suffered a chronic obstructive pulmonary disease (COPD), peptic ulcer
and chronic low back pain VVV
4. On physical examination were found blood preasure (BP) 165/95 mmHg; heart
ate (RR) 18x/min, while laboratory examination show data serum creatine: 1.5
mg/dl, K+: 5.0 mEq/L VV
5. Based on these data, the physician will provide omeprazole, enalapril,
hydrochlorothiazide, acetaminophen and metoprolol as adjustive antihypertensive
agent. V
memiliki resiko yang sama dan bahkan resiko tersebut lebih besar dibanding
yang diturunkan oleh gen orang tua.
b. Usia
Usia juga mempengaruhi tekanan darah seseorang, semakin bertambahnya
usia maka tekanan darah pun akan semakin meningkat. Namun usia yang
semakin tua pun tekanan darah dapat dikendalikan dengan tetap menjaga pola
asupan makan, rajin berolahraga dan melakukan pemeriksaan rutin tekanan
darah.
c. Garam
Garam mempunyai peluang yang sangat besar dalam meningkatan tekanan
darah secara cepat. Ditambah pada mereka yang sebelumnya memiliki riwayat
terhadap penyakit diabetes, hipertensi ringan dan mereka yang berusia diataas
45 tahun.
d. Kolesterol
Kolesterol yang identik dengan lemak berlebih yang tertimbun pada dinding
pembuluh darah. Pembuluh darah yang dipenuhi dengan kolesterol ini akan
mengalami penyempitan dan mengakibatkan tekanan darah pun meningkat.
e. Obesitas/kegemukan
Seseorang yang memiliki berat tubuh berlebih atau kegemukan merupakan
peluang besar terserang penyakit hipertensi.
f. Stress
Stress dapat memicu suatu homron dalam tubuh yang mengendalikan pikirang
seserang. Jika mengalami stress hal tersebut dapat mengakibatkan tekanan
darah semakin tinggi dan meningkat, tak hanya itu mampu mempengaruhi
mood atau perasaan seseorang terhadap suatu emosi jiwa.
g. Rokok
Kandungan nikotin dan zat senyawa kimia yang cukup berbahaya yang
terdapat pada rokok juga memberikan peluang besar seseorang menderita
hipertensi terutama pada mereka yang termasuk dalam perokok aktif. Tak
hanya mengkibatkan hipertensi, zat rokok yang terhirup dan masuk ke dalam
tubuh akan meningkatkan resiko pada penyakit diabetes mellitus, serangan
jantung dan stroke.
h. Kafein
Kafein banyak terdapat pada kopi,teh dan minuman bersoda. Kopi dan teh jika
dikonsumsi melebihi batasan normal dalam penyajian akan mengakibatkan
hipertensi. sebenarnya kopi memiliki manfaat yang baik bagi tubuh terutama
bagi pria dewasa dalam hormon seksualnya, begitu pula dengan teh
mengandung antioksidan yang sangat baik dan diperlukan oleh tubuh. Untuk
itu batasi asupan minum kopi dan teh minimal 1 cangkir = 100ml.
i. Minuman beralkohol
Minuman beralkohol seperti bir, wiski, minuman yang dibuat dari ragi, tuak
dsb. Minuman alkohol ini juga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi.
j. Kurang olahraga
Kurangnya aktivitas fisik seperti olahraga membuat organ tubuh dan pasokan
darah maupun oksigen menjadi tersendat sehingga meningkatkan tekanan
darah. Dengan melakukan olahraga teratur sesuai dengan kemampuan dapat
menurunkan tekanan darah tinggi
3. Bagaimana mekanisme hipertensi pada kasus?
merasa
kehausan,
nausea,
vormiting,
impoten,
pankreatitis,
anaphylaxis, urin merah atau gelap, ikterus pada kulit dan mata
3. Berapa dosis obat enalapril dan hydrochlorothiazideyang diberikan pada kasus?
a. Enalapril
Sediaan
: Tablet 5 dan 10 mg
Dosis (mg/hari)
: 2,5-40
Frekuensi pemberian : 1-2x
b. HCT
Sediaan
: tablet 25 dan 50 mg
Dosis (mg/hari)
: 12,5-25 (HT); 25-100 (CHF)
Lama Kerja
: 6-12 jam
Pemberian
: od/bd
4. Bagaimana dampak klinik interaksi antara obat enalapril dan hydrochlorothiazide
yang diberikan bersamaan?
Enalaprilat
Enalaprilat menembus sebagian jaringan tubuh, terutama di paru-paru, Ginjal dan
pembuluh darah. Menghubungkan protein plasma darah 50-60%. nalaprilat
tidak menjalani lebih lanjut metabolisme. Enalapril dan nalaprilat menembus
penghalang
bolus
dan
berdiri
keluar
dengan
susu
payudara.
oksidan dan antioksidan diduga sebagai patogenesis PPOK yang tidak hanya
ditemukan pada jalan napas dan jaringan paru tetapi juga pada darah tepi.
Banyak penelitian menyatakan bahwa peningkatan oksidan dapat terjadi
karena peningkatan jumlah neutrofil dalam jaringan paru perokok dan
penderita PPOK. Efek ini dapat dideteksi dalam plasma berupa peningkatan
petanda stres oksidan diikuti dengan penurunan kapasiti antioksidan. Rahman
dkk. menemukan ketidak seimbangan status reduksi oksidasi pada perokok
dan penderita PPOK eksaserbasi akut. Peningkatan stres oksidatif yang
menetap dalam plasma penderita PPOK dibuktikan dengan penemuan kadar
lipid peroxidation yang tinggi.
Peningkatan kadar beberapa mediator sitokin ditemukan pada penderita
PPOK stabil. Nougera dkk. melakukan penelitian terhadap penderita PPOK
Rasanyeriyangmenyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang berulangulang atau kambuh kembali.Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya
dan sembuhpadawaktuyang lama.
Chroniclow
back
pain dapat
degenerasi discus
intervertebralis dan tumor. Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam
mengubah stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam
transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari
komponen system nosiseptif dapat dipengaruhi oleh sejumlah factor dan
berbeda diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus
yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi sangat nyeri bagi
seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain.
Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang
berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak,
dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, termal. Reseptor nyeri
merupakan jaras multi arah yang kompleks. Serabut saraf ini bercabang sangat
dekat dengan asalnya pada kulit dan mengirimkan cabangnya ke pembuluh
darah local. Sel-sel mast, folikel rambut dan kelenjar keringat. Stimuli serabut
ini mengakibatkan pelepasan histamin dari sel-sel mast dan mengakibatkan
vasodilatasi. Serabut kutaneus terletak lebih kearah sentral dari cabang yang
lebih jauh dan berhubungan dengan rantai simpatis paravertebra system saraf
dan dengan organ internal yang lebih besar. Sejumlah substansi yang dapat
meningkatkan transmisi atau persepsi nyeri meliputi histamin, bradikinin,
asetilkolin dan substansi P. Prostaglandin dimana zat tersebut yang dapat
meningkatkan efek yang menimbulkan nyeri dari bradikinin. Substansi lain
dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri adalah
endorfin dan enkefalin yang ditemukan dalam konsentrasi yang kuat dalam
system saraf pusat.
Kornu dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori,
dimana agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden
harus diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang
terletak dalam kulit dan organ internal. Proses nyeri terjadi karena adanya
interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi nyeri.
Patofisiologi Pada sensasi nyeri punggung bawah dalam hal ini kolumna
vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang yang elastik yang tersusun
atas banyak unit vertebrae dan unit diskus intervertebrae yang diikat satu sama
lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis.
Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas
sementara disisi lain tetap dapat memberikanperlindungan yang maksimal
terhadap sum-sum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan
menyerap goncangan vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh
membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks
sangat penting ada aktifitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan
melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah
lepas lambat ( slow release ) atau obat berefek panjang ( long acting ).
Macam - macam bronkodilator :
Golongan antikolinergik
Digunakan pada derajat ringan sampai berat, disamping sebagai bronkodilator
juga mengurangi sekresi lendir ( maksimal 4 kali perhari ).
Golongan agonis beta 2
Bentuk inhaler digunakan untuk mengatasi sesak, peningkatan jumlah
penggunaan dapat sebagai monitor timbulnya eksaserbasi. Sebagai obat
pemeliharaan sebaiknya digunakan bentuk tablet yang berefek panjang.
Bentuk nebuliser dapat digunakan untuk mengatasi eksaserbasi akut, tidak
Peptic Ulcer:
Berikut ini adalah obat-obat yang digunakan untuk eradikasi bakteri H.pylori
dan mengobati tukak :
ANTIBIOTIK.H.pylori
sensitif
dengan
antibiotik
tertentu
misalnya
golongan ini jarang, meliputi sakit kepala, diare, konstipasi, muntah, dan ruam
merah pada kulit. Ibu hamil dan menyusui sebaiknya menghindari
penggunaan PPI. Antagonis Reseptor H2 mengurangi sekresi asam lambung
dengan cara berkompetisi dengan histamin untuk berikatan dengan reseptor H2
pada sel parietal lambung. Bila histamin berikatan dengan reseptor H2, maka
akan dihasilkan asam. Dengan diblokirnya tempat ikatan antara histamin dan
reseptor, digantikan dengan obat-obat ini, maka asam tidak akan dihasilkan.
Beberapa macam obat ini yaitu cimetidine (Corsamet-Corsa, tablet 200 mg
dan 400 mg), famotidine (Ifamul-Guardian Pharmatama, tablet 20 mg),
ranitidine (Tricker-Meprofarm, tablet salut selaput 150 mg), dan nizatidine
(Axid-Eli Lily, kapsul 150 mg). Efek samping obat golongan ini yaitu diare,
sakit kepala, kantuk, lesu, sakit pada otot, dan konstipasi.
BISMUT. Bismut biasanya dikombinasikan dengan obat penekan jumlah
asam pada terapi tukak yang disertai infeksi bakteri H.pylori. Bismut aktif
melawan H.pylori dengan konsentrasi hambat minimal yaitu 16 mg/ml.
Beberapa macam obat yang mengandung bismut yaitu Diotame dan PeptoBismol,
keduanya
dalam
bentuk
tablet
kunyah
262
mg.
Bismut
lututnya atau berbaring miring dengan lutu dan panggul ditekuk dan tungkai
dan sebuah bantal diletakkan dibawah kepala. Posisi tengkurap dihindari
karena akan memperberat lordosis. Kadang-kadang pasien perlu dirawat untuk
penanganan konservatif aktif dan fisioterapi. Traksi pelvic intermiten
dengan 7 sampai 13 kg beban traksi. Traksi memungkinkan penambahan
fleksi lumbal dan relaksasi otot tersebut.
Fisioterapi perlu diberikan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot. Terapi
bisa meliputi pendinginan (missal dengan es), pemanasan sinar infra merah,
kompres lembab dan panas, kolam bergolak dan traksi. Gangguan sirkulasi ,
gangguan perabaan dan trauma merupakan kontra indikasi kompres panas.
Terapi kolam bergolak dikontraindikasikan bagi pasien dengan masalah
kardiovaskuler karena ketidakmampuan mentoleransi vasodilatasi perifer
massif yang timbul. Gelombang ultra akan menimbulkan panas yang dapat
meningkatkan ketidaknyamanan akibat pembengkakan pada stadium akut.
Obat-obatan mungkin diperlukan untuk menangani nyeri akut. Analgetik
narkotik digunakan untuk memutus lingkaran nyeri, relaksan otot dan
penenang digunakan untuk membuat relaks pasien dan otot yang mengalami
spasme, sehingga dapat mengurangi nyeri. Obat antiinflamasi, seperti aspirin
dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), berguna untuk mengurangi nyeri.
Kortikosteroid jangka pendek dapat mengurangi respons inflamasi dan
mencegah timbulnya neurofibrosis yang terjadi akibat gangguan iskemia.
Penatalaksanaan yang terbaik adalah menghilangkan penyebabnya (kausal),
walaupun bagi pasien yang terpenting adalah menghilangkan rasa sakitnya
(simptomatis). Jadi kita menggunakan kombinasi antara pengobatan kausal
dan simptomatis. Untuk mencari penyebab yang tepat disamping pemeriksaan
foto rontgen poros tulang belakang, kadang-kadang diperlukan pemeriksaan
khusus misalnya Scanning, MRI, dll.
Pada LBP karena tegang otot dapat dipergunakan SIRDALUD (Tizanidine)
yang berfungsi untuk mengendorkan kontraksi otot tersebut (muscle relaxan).
Untuk pengobatan simptomatis lainnya kadang-kadang memerlukan campuran
antara obat-obat analgesic, anti inflamasi, NSAID, penenang, dll. Apabila
dengan pengobatan biasa tidak berhasil mungkin fisioterapi (rehabilitasi)
Normal
Mr.
range
Hypertension
Blood
120/80
165/95
pressure
mmHg
mmHg
Heart rate
60
Tinggi
100
85 /min
Normal
20
18 /min
Normal
1,3
1,5 mg/dL
Tinggi
5,2
5,0 mEq/L
Normal
/min
Respiratory
12
rate
/min
Creatinine
0,7
mg/dL
K+
3,7
mEq/L
acetaminophen
and
metoprolol
as
adjustive
antihypertensive agent.
1. Bagaimana distribusi reseptor alfa beta adregenik pada jaringan atau organ sesuai
kasus?
Reseptor alfa adrenergik, dibagi menjadi 2 :
a. Alfa-1 adrenergik
Menyebabkan vasokonstriksi pada pembuluh darah, saluran gastrointestinal,
vasodilatasi otot bronkus (efeknya lebih kecil dibanding beta-2)
b. Alfa-2 adrenergik
Fungsi dari reseptor ini dapat menginhibisi pelepasan insulin, induksi
pelepasan glukagon, kontraksi spincher pada gastro intestinal
Reseptor beta adrenergik, dibagi menjadi 2:
a. Beta 1 : terdapat di jantungmenaikkan heart rate (jumlah denyut jantung per
unit waktu), menaikkan kontraksi jantung alfa 1-adrenoreseptor postsinaptik
terdapat pada otot polosvaskuler, otot miokardial, sel hepatosit, dan sel
adiposity.
b. Beta 2: terdapat di pembuluh darah, otot polos skeletal, otot polos bronkus
relaksasi otot polos di gastro intestinal dan bronkus, dilatasi arteri,
glukoneogenesis. Alfa 2-adrenoreseptor prasinaptik terdapat pada semua
organ yang sarafnya dikontrol oleh sistem saraf simpatetik. Alfa 2adrenoreseptor postsinaptik terdapat pada otot polos vascular, pankreas,
platelet, adiposit, ginjal, melanosit, dan otot polos mata (Lemke, 2008).
ergotoksin)
Blocker
Jenisnya adalah propanolol yang menjadi prototype golongan obat ini.
asam
yang
distimulasi
oleh
pentagastrin.IndikasiOmeprazol
Renin : peningkatan sekresi renin jika terjadi penurunan aliran darah ginjal
c. Hydrochlorothiazide:
Mekanisme kerja
paling banyak diresepkan dari golongan diuretik tiazid mencegah perpindahan
Na+ dan Cl- pada lapisan korteks saluran tubulus distal. Tiazid memiliki aksi
yang lebih lemah daripada loop diuretik karena sisi nefron lebih sedikit
menyerap Na+ dibandingkan lapisan tubulus yang naik. Apabila filtrasi
glomerolous menurun, maka lebih sedikit cairan yang sampai pada tubulus
distal dan tiazid berefek sedikit pada Na+ dan sekresi air. Hal ini
menyebabkan tidak efektifnya obat ini pada insufisiensi ginjal. Tiazid dapat
menyebabkan kontraksi volume dimana dapat menyebabkan reabsorpsi dari
cairan dan larutan. Tiazid menyebabkan peningkatan absorpsi dari Ca2+ dan
asam urat pada tubulus proksimal, sehingga menyebabkan terjadinya
pengurangan dari Ca2+ dan asam urat.
Farmakokinetik: Seluruhnya akan diabsorbsi dari usus,dimulai 1 jam dan
mulai dihilangkan 6-8 jam.Bioavalabilitas menurun pada pasien dengan
penytakit ginjal,penyakit hati dan CHF.
d. Acetaminophen
Acetaminophen atau paracetamol merupakan obat yang paling laku dan
paling banyak dikonsumsi orang selain Amoxicillin. Setiap kali menderita
demam, paracetamol sudah pasti akan menjadi obat yang paling dicari untuk
menurunkan panas badan. Kalau di dunia blog kita sering mendengar istilah
seleb blog maka di dunia obat, paracetamol bisa kita masukan ke dalam seleb
drug alias seleb obat.
Obat yang mempunyai nama generik acetaminophen ini, dijual di pasaran
dengan ratusan nama dagang. Beberapa diantaranya adalah Sanmol, Pamol,
Fasidol, Panadol, Itramol dan lain lain. Cukup banyak pilihan bukan? Namun
tidak usah khawatir walaupun dengan nama dagang, harga obat ini termasuk
terjangkau bagi semua kalangan.
Paracetamol utamanya digunakan untuk menurunkan panas badan yang
disebabkan oleh karena infeksi atau sebab yang lainnya. Disamping itu,
paracetamol juga dapat digunakan untuk meringankan gejala nyeri dengan
intensitas ringan sampai sedang.
Jika tidak ada masalah di organ hati, dosis maksimum paracetamol untuk
orang dewasa adalah 4 gram (4000mg) per hari atau 8 tablet paracetamol
500mg. Bila karena suatu sebab yang tidak jelas pasien bandel minum obat ini
melebih dosis maksimum tadi maka jangan heran bila kelak terjadi kerusakan
hati yang fatal. Gejala kerusakan hati yang perlu mendapatkan perhatian dan
harus segera ke dokter antara lain : mual sampai muntah, kulit dan mata
berwarna kekuningan, warna air seni yang pekat seperti teh, nyeri di perut
kanan atas, dan rasa lelah dan lemas.
Beberapa reaksi alergi yang dilaporkan sering muncul antara lain :
kemerahan pada kulit, gatal, bengkak, dan kesulitan bernafas/sesak. Seperti
biasa, bila mengalami tanda tanda diatas setelah minum paracetamol, segera
ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menjalani pengobatan dengan
paracetamol antara lain, sebelum minum paracetamol, sampaikan ke dokter
anda kalau anda sebelumnya pernah mengalami alergi setelah mengkonsumsi
paracetamol atau alergi yang disebabkan oleh sebab lain. Selain itu,
informasikan pula ke dokter bila anda mempunyai riwayat penyakit khronis
seperti penyakit hati, ketergantungan alkohol, dan lain lain. Paracetmol dapat
merusak hati, maka bila ditambah dengan mengkonsumsi alkohol secara
berlebihan maka akan mempercepat terjadinya kerusakan hati.
e. Metoprolol:
Farmakodinamik
Pada umumnya efek obat-obat golongan beta blocker seperti metaprolol dapat
timbul karena adanya pengikatan pada reseptor beta. Namun, beberapa
kerjanya dapat terjadi karena efek lain, termasuk aktivitas parsial agonis pada
reseptor beta dan kerja anestesi lokal.Efek terhadap sistem Kardiovaskuler :
Dapat menurunkan tekanan darah, mekanisme kerjanya belum diketahui
vasodilatasi
yang
menyebabkan
peningkatan
resistensi
Dosis lazim yang diberikan untuk peptic ulcer adalah 20-40 mg sekali sehari.
b. Enalapril
- Hipertesi: PO, 2,5-20 mg sekali atau dua kali sehari
IV, 0,625-1,25 mg setiap 6 jam. Berikan secara perlahan dalam 5 menit.
- Kemasan : Tablet, 2,5mg, 5 mg, 10mg, 20mg,
Suntikan 1,25mg/ml
c. Hydrochlorothiazide:
Dosis dewasa untuk hipertensi secara umum: Dosis awal yaitu 25 mg setiap
hari secara oral untuk sekali penggunaan. Dosis maintenance yaitudapat
ditingkatkan hingga 50 mg setiap hari secara oral, dapat digunakan sekaligus
atau dibagi menjadi 2 dosis. Pasien umumnya tidak memerlukan dosis lebih
dari 50 mg dalam sehari ketika digunakan secara bersamaan dengan agen
antihipertensif lain
d. Acetaminophen:
Dewasa dan remaja
a. 325 atau 500 mg setiap 3 atau 4 jam
b. 650 mg setiap 4-6 jam
c. 1000 mg setiap 6 jam atau bila diperlukan
Dosis total sehari tidak boleh >4000 mg (misalnya, 8 tablet 500 mg)
e. Metoprolol:
Dosis pemberian obat
Hipertensi : Anak : dosis awal 1-2 mg/kg/hari, maksimum 6 mg/kg/hari (
200 mg/hari); berikan dalam 2 dosis terbagi. Dewasa : 100-450 mg/hari dalam
2-3 dosis terbagi, dimulai dengan dosis 50 mg dua kali sehari dan tingkatkan
dosis dalam interval mingguan untuk mendapatkan efek yang diinginkan;
range dosis lazim : 50-100 mg/hari. Angina, profilaksis infark miokardiak
Dewasa : 100 - 450 mg/hari dalam 2 -3 dosis terbagi, dimulai dengan dosis 50
mg dua kali sehari dan tingkatkan dosis dalam interval mingguan untuk
mendapatkan efek yang diinginkan. Gagal jantung kongestif : Dewasa : dosis
awal 25 mg satu kali sehari, dosis dapat ditingkatkan menjadi dua kali setiap 2
minggu jika dapat ditoleransi.
7. Bag
aimana
hubungan
pemberian
obat
Omeprazole,
enalapril,
berbeda.
Bobot Badan
Perbandingan dosis obat bobot badan menentukan konsentrasi obat yang
mencapai sasaran.
Kehamilan
Pengosongan lambung, metabolisme , ekskresi/filtrasi glomerolus .
Obat dalam ASI
Ampisilin, eritromisin, kanamisin, linkomisin, kloramfenikol, rifampisin,
streptomisin sulfat, tetrasiklin, dll.
Variasi Diurenal
Hormon kortikosteroid dari korteks adrenal pada pagi hari , mlm hari
Toleransi
MK : Induksi enzim
Suhu Tubuh
Distribusi ekskresi, ikatan, aktivitas enzim
Kondisi Patologik
Gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal.
Genetik
Defisiensi enzim
Waktu Pemberian
Diuretik
Kelas
Nama generik
Thiazide diuretics
chlorothiazide
Diuril
Kelemahan,
kebingungan,
chlorthalidone
Hygroton
penurunan level
potasium, gout,
hydrochlorothiazide Esidrix,
kelelahan, haus,
HydroDiuril,
Microzide
kecil meningkat,
pusing, kram otot,
indapamide
Lozol
diare atau
konstipasi,
metolazone
Mykrox,
peningkatan
Zaroxolyn
sensitivitas
terhadap sinar
matahari, reakssi
alergi pada orang
yang alergi obat
sulfa, impoten.
Loop diuretics
bumetanide
Bumex
Kelemahan,
kebingungan,
ethacrynic acid
Edecrin
penurunan level
potasium, gout,
furosemide
Lasix
kelelahan, haus,
diare atau
torsemide
Demadex
konstipasi,
peningkatan
sensitivitas
terhadap sinar
matahari, reaksi
Potassium-sparing
amiloride
Midamor
diuretics/
aldosterone-receptor
Kelebihan level
potasium, terutama
spironolactone
Aldactone
blockers*
triamterene
Dyrenium
pembesaran
payudara dan
disfungsi erektil
pada pria;
menstruasi yang
irreguler pada
wanita.
eplerenone
Inspra
Sakit kepala,
pusing, diare,
kelelahan, sakit
perut, dan
pembesaran atau
tenderness
payudara.
sering
dikenal
sebagai
aldosteroen-receptor
blocker.
Amiloride,
b. Anti-adrenergik
Anti-adrenergik menurunkan tekanan darah dengan membatasi aksi hormon
epinefrin dan norepinefrin, dengan demikian melemaskan pembuluh darah dan
mengurangi kecepatan dan kekuatan kontraksi jantung.
c. Peripheral adrenergic-receptor blockers
Obat ini bekerja dengan mencegah neurotransmiter untuk melekat pada sel
dan menstimulasi jantung dan pebuluh darah. Jenis obat ini dibagi menjadi
dua grup utama: beta blocker dan alpha blocker.
Beta blocker melekat ke struktur sel yang disebut beta reseptor reseptor
yang umumnya diikat oleh neurotransmiter (biasanya epinefrin) untuk
menstimulasi jantung. Sehingga dengan mencegah neurotransmiter untuk
mengaktivasi sel jantung, beta blocker menyebabkan denyut jantung
melambat dan tekanan darah menurun. Ada dua jenis beta blocker:
kardioselektif dan nonselektif. Beta blokcer kardioselektif utamanya melekat
pada reseptor beta-1 di jantung. Beta blocker nonselektif melekat tidak hanya
pada reseptor beta-1 tapi juga pada reseptor beta-2 yag ditemukan di paruparu, pembuluh darah, dan jaringan lain.Kedua jenis betablocker dapat
memperburuk asma atau penyakit paru kronis lain, namun agen nonselektif
lebih berbahaya untuk orang dengan masalah respiratori. Beta blocker dapat
menutupi tanda hipoglikemia pada pasien dengan diabetes. Edek samping
yang paling umum adalah kelelahan, depresi, disfungsi erektil, napas pendek,
insomnia, dan penurunan toleransi olahraga.
Alpha blocker memiliki cara kerja yang mirip dengan beta blocker, namun
bekerja pada reseptor alfa lokasi perlekatan neurotransmiter yang dapat
menyebabkan konstriksi pembuluh darah (biasanya norepinefrin). Alpha-1
blocker memblokir reseptor alfa di jantung dan pembuluh darah. Digunakan
khususnya pada pasien hipertensi dengan olesterol tinggi. Selain menurunkan
tekanan darah, alpha-1 blocker jua menurunkan level LDL kolesterol dan
meningkatkan level HDL kolesterol. Alpha-1 blocker dapat meningkatkan
sensitivitas terhadap insulin pada pasien dengan intoleransi glukosa dam
hiperglikemi. Juga diresepkan untuk pria dengan bnign prostatic hyperplasia
(BPH) karena obat ini melemaskan otot polos yang mengelingi prostat,
mengurangi konstriksi uretra dan mempermudah aliran urin.Efek samping
alpha blocker termasuk orthostatic hypotension (penurunan tekanan darah
saat berdiri), palpitasi jantung, pusing, kongesti nasal, dan mulut kering. Obat
ini juga dapat menyebabkan disfungsi erektil meskipun tidak sesering obat
tekanan darah lain.
d. Centrally acting agents
Obat ini memblokir neurotransmiter yang mengaktivasi saraf simpatis untuk
meningkatkan tekanan darah. Seperti obat peripheral nerve-acting umumnya
digunakan sebagai kombinasi dengan obat tekanan darah lain. Efek samping
yang umum termasuk tekanan darah yang rendah secara abnormal ketika
berdiri, mulut kering, depresi, disfungsi erektil, dan sedasi.
e. Peripheral nerveacting agents
Obat anti-adrenergik ini menghilangkan saraf otonom norepinefrin, substasni
yang menyebabkan pembuluh darha berkontraksi dan meningkatkan tekanan
darah. Obat seperti ini biasanya diresepkan bersama dengan antihipertensif
lain agar lbih efektif. Reserpine dapat menyebakan depresi, mimpi buruk,
hidung tersumbat, dan indigesti, sedangkan guanethidine lebih cocok untuk
orthostatic hypotension dan menurukan denyut jantung.
Agen Anti-adrenergic
Kelas
Nama
Nama brand
Efek samping
Tenormin
gnerik
Beta
blockers Atenolol
(cardioselective)
Lopressor
metoprolol
Toprol-XL
berolahraga. Dapat
extended
memperburuk penyakit
release
nebivolol
Bystolic
Beta
blockers nadolol
Corgard
(nonselective)
pindolol
Visken
propranolol
Inderal,
Inderal LA
Alpha-1
sotalol
Betapace
timolol
Blocadren
doxazosin
Cardura
blockers
prazosin
Minipress
terazosin
Hytrin
kepala, kongesti nasal, mulut
Coreg
blockers
labetalol
Normodyne,
Trandate
Catapres,
agents
Catapres-TTS
methyldopa
Aldomet
Peripheral
guanethidine
Ismelin
nerveacting
reserpine
Serpalan
agents
f. Direct-acting vasodilator
Direct-acting vasodilator melemaskan arteri. Bekerja dengan cepat dan sering
digunakan saaat emergensi.
Namun,
direct-acting
vasodilator
dapat
Direct-acting vasodilators
Nama
Nama brand
Efek samping
generik
hydralazine Apresoline
minoxidil
Loniten
g. Calcium-channel blockers
Calcium-channel blockers memperlambat pergerakan kalsium ke sel otot
polos jantung dan pembuluh darah. Ini melemahkan kontriksi otot jantung dan
Calcium-channel blockers
Nama
Nama
generik
brand
amlodipine Norvasc
Efek samping
diltiazem
Cardizem,
Dilacor,
others
felodipine
Plendil
isradipine
DynaCirc
nicardipine Cardene,
Cardene
SR
nifedipine
Adalat CC,
Procardia
XL
verapamil
Calan,
Isoptin,
others
i. Inhibitor ACE
Obat kelas ini terlah tebrukti efektif untuk mengobati hipetensi. Agen ini
mencegah ginjal menyimpan sodium dan air dengan mendeaktivasi angotensinconverting enzyme yang mengubah angiotensin I inaktif menjadi angiotensin II
yang aktif. Angiotensin II meningkatkan tekanan darah dengan memicu retensi
sodium dan air dan menkontriksi arteri.Inhibitor ACE menurunkan tekanan darah
pada kebanyakan pasien dan memberikan lebih sedikit efek samping dibanding
obat antihipertensi lain. Selain itu, inhibitor ACE melindungi ginjal pasien dengan
diabetes dan disfungsi ginjal dan jantung pasien dengan kegagalan jantung
kongestif.Efek samping yang paling umum dari obat ini adalah penurunan indra
perasa dan batuk kering. Meski jarang terjadi, ada pasien yang mengalami
kesulitan bernapas karena pembengkakan bibir, lidah, dan tenggorokan. Inhibitor
ACE juga menyebabkan retensi potasium sehingga pasien dengan fungsi ginjal
yang buruk harus menggunakan obat ini dengan hati-hati. Karena obat ini dapat
menyebabkan abnormalitas fetus, wanita hamil atau yang mencoba untuk hamil
tidak disarankan untuk menggunakannya.
Inhibitor ACE
Nama
Nama brand
Efek samping
generik
benazepril Lotensin
captopril
Capoten
enalapril
Vasotec
fosinopril
Monopril
lisinopril
Prinivil, Zestril
quinapril
Accupril
Ramipril
Altace
Nama brand
Efek samping
generik
candesartan Atacand
eprosartan
Teveten
irbesartan
Avapro
Losartan
Cozaar
olmesartan
Benicar
telmisartan
Micardis
valsartan
Diovan
Nama generik
dan amiloride + HCTZ*
Nama brand
Moduretic
thiazide diuretics
spironolactone + HCTZ
Aldactazide,
Spirozide
Spironazide,
triamterene + HCTZ
Alpha
blocker
Dyazide, Maxzide
Minizide
diuretic
Beta blocker dan diuretic
atenolol + chlorthalidone
Tenoretic
bisoprolol + HCTZ
Ziac
metoprolol + HCTZ
Lopressor HCT
nadolol
+ Corzide
bendroflumethiazide
ACE
inhibitor
propranolol + HCTZ
Inderide, Inderide LA
timolol + HCTZ
Timolide
Lotensin HCT
diuretic
captopril + HCTZ
Capozide
enalapril + HCTZ
Vaseretic
fosinopril + HCTZ
Monopril HCT
lisinopril + HCTZ
Prinzide, Zestoretic
moexipril + HCTZ
Uniretic
quinapril + HCTZ
Accuretic
candesartan + HCTZ
Atacand HCT
eprosartan + HCTZ
Teveten HCT
irbesartan + HCTZ
Avalide
losartan + HCTZ
Hyzaar
telmisartan + HCTZ
Micardis HCT
valsartan + HCTZ
Diovan HCT
Lotrel
Kombinasi lain
diltiazem + enalapril
Teczem
felodipine + enalapril
Lexxel
verapamil + trandolapril
Tarka
methyldopa + HCTZ
Aldoril
reserpine + chlorothiazide
Diupres
reserpine + HCTZ
Hydropres
aliskiren + HCTZ
Tekturna HCT
Exforge
dan ARB
amlodipine + olmesartan
Azor
*HCTZ=hydrochlorothiazide
---------------
yang lalu
back pain
V. Learning Issue
Hipertensi
Pengertian
Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu
gangguan
pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa
Faktor utama dalam mengontrol tekanan arterial ialah output jantung dan
tahanan perifer total. Bila output jantung (curah jantung) meningkat, tekanan darah
arterial akan meningkat, kecuali jika pada waktu yang bersamaan tahanan perifer
menurun. Tekanan darah akan meninggi bila salah satu faktor yang menentukan
tekanan darah mengalami kenaikan ( Lumbantobing, 2008).
Klasifikasi tekanan darah berdasarkan JNC VII :
Tekanan
Tekanan
Kategori
darah sistol
diastol
Normal
< 120
< 80
Prehypertension
120 139
80 89
140 159
90 99
160
100
Hypertension
stage 1
Hypertension
stage 2
Etiologi Hipertensi
darah
Patofisiologi Hipertensi
antara curah jantung dan tahanan vaskular perifer. Sebagian terbesar pasien
dengan hipertensi esensial mempunyai curah jantung yang normal, namun
tahanan perifernya meningkat. Tahanan perifer ditentukan bukan oleh arteri
yang besar atau kapiler, melainkan oleh arteriola kecil, yang dindingnya
mengandung sel otot polos. Kontraksi sel otot polos diduga berkaitan dengan
peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler (Lumbantobing, 2008).
Kontriksi otot polos berlangsung lama diduga menginduksi perubahan
sruktural dengan penebalan dinding pembuluh darah arteriola, mungkin
dimediasi oleh angiotensin, dan dapat mengakibatkan peningkatan tahanan
perifer yang irreversible. Pada hipertensi yang sangat dini, tahanan perifer tidak
meningkat dan peningkatan tekanan darah disebabkan oleh meningkatnya
curah jantung, yang berkaitan dengan overaktivitas simpatis. Peningkatan
tahanan peifer yang terjadi kemungkinan merupakan kompensasi untuk
mencegah agar peningkatan tekanan tidak disebarluaskan ke jaringan
pembuluh darah kapiler, yang akan dapat mengganggu homeostasis sel secara
substansial (Lumbantobing, 2008).
2. Sistem renin-angiotensin
Sistem renin-angiotensin mungkin merupakan sistem endokrin yang paling
penting dalam mengontrol tekanan darah. Renin disekresi dari aparat
juxtaglomerular ginjal sebagai jawaban terhadap kurang perfusi glomerular
atau kurang asupan garam. Ia juga dilepas sebagai jawaban terhadap stimulasi
dan sistem saraf simpatis (Lumbantobing, 2008).
Renin bertanggung jawab mengkonversi substrat renin (angiotensinogen)
menjadi angotensin II di paru-paru oleh angiotensin converting enzyme (ACE).
Angiotensin II merupakan vasokontriktor yang kuat dan mengakibatkan
peningkatan tekanan darah (Lumbantobing, 2008)
3. Sistem saraf otonom
Hampir setengah abad yang lalu, Irvin H. Page yang terkenal dengan teori
mosaic of hypertension menguraikan bahwa, hipertensi merupakan penyakit
pengaturan tekanan yang diakibatakan oleh multifaktorial (Majid, 2005).
Dengan kemajuan dalam penelitian mengenai hipertensi ternyata masih banyak
lagi faktor yang berperan dalam mekanisme pengaturan tekanan darah yang
belum termasuk dalam teori mosaic. Multifaktorial yang dihubungkan dengan
patogenesis hipertensi primer yang terutama terdiri dari 3 elemen penting
yaitu :
1. Faktor genetik
2. Rangsangan lingkungan : terutama asupan garam, stress dan obesitas
3. Adaptasi struktural yang membuat pembuluh darah dan jantung
membutuhkan
tekanan yang lebih tingi dari fungsi normalnya.
Ketiga elemen ini saling terkait dimana pengaruh lingkungan yang berlebihan
dibutuhkan untuk mencetuskan predisposisi genetik sedangkan perubahan
struktural kadang-kadang dipercepat oleh faktor genetik (Majid, 2005). Pada
fase awal, interaksi antara predisposisi genetik dan pengaruh lingkungan
menyebabkan terjadi peningkatan cardiac output (CO) melebihi resistensi
perifer.
1. Faktor genetik
a. Peran faktor genetik dibuktikan dengan berbagai kenyataan yang
dijumpai maupun dari penelitian, misalnya:
-
Kejadian hipertensi primer dijumpai lebih tinggi 3,8 kali pada usia
sebelum 50 tahun, pada seseorang yang mempunyai hubungan
keluarga derajat pertama yang hipertensi sebelum usia 50 tahun.
2.
Faktor lingkungan
a. Keseimbangan garam
Garam merupakan hal yang amat penting dalam patofisiologi
hipertensi primer. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada
golongan suku bangsa dengan asupan garam yang minimal. Apabila
asupan garam kurang dari 3 gram perhari, prevalensi hipertensi
beberapa persen saja, sedangkan apabila asupan garam antara 5-15
gram perhari, prevalensi hipertensi menjadi 15-20%. Pengaruh asupan
garam terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui peningkatan
volume plasma, curah jantung GFR (glomerula filtrat rate) meningkat.
Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan kelebihan ekskresi garam
(pressure natriuresis) sehingga kembali kepada keadaan hemodinamik
yang normal. Pada penderita hipertensi, mekanisme ini terganggu
dimana pressure natriuresis mengalami reset dan dibutuhkan tekanan
yang lebih tinggi untuk mengeksresikan natrium, disamping adanya
faktor lain yang berpengaruh (Majid, 2005).
b.
Obesitas
Banyak penyelidikan menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang
positif diantara obesitas (terutama upper body obesity) dan hipertensi.
Bagaimana mekanisme obesitas menyebabkan hipertensi masih belum
jelas. Akhir-akhir ini ada pendapat yang menyatakan hubungan yang
erat diantara obesitas, diabetes melitus tipe 2, hiperlipidemia dengan
hipertensi melalui hiperinsulinemia (Majid, 2005).
c.
Stress
Hubungan antara stress dan hipertensi primer diduga oleh aktivitas
saraf simpatis (melalui cathecholamin maupun renin yang disebabkan
oleh pengaruh cathecolamin) yang dapat meningkatkan tekanan darah
yang intermittent. Apabila stress menjadi berkepanjangan dapat
berakibat tekanan darah menetap tinggi. Hal ini secara pasti belum
terbukti, akan tetapi pada binatang percobaan dibuktikan, pemaparan
terhadap stress membuat binatang tersebut hipertensi (Majid, 2005).
d.
Lain-lain
Faktor-faktor lain yang diduga berperan dalam hipertensi primer rasio
asupan garam, kalium, inaktivitas fisik, umur, jenis kelamin dan ras
(Majid, 2005).
Hipertensi termasuk kedalam 10 besar penyakit yang paling banyak diderita oleh
masyarakat di Indonesia .Selain faktor internal seperti sejarah keluarga, hipertensi juga
dipicu oleh faktor eksternal seperti gaya hidup yang cenderung lebih dominan seperti
merokok, dan obesitas.
Contoh obat-obat anti hipertensi antara lain:
Golongan
-blocker
Obat
1,2
Propanolol
1
Atenolol
Nadolol
Metoprolol
Pindolol
Acebutolol
Timolol
Betaxolol
Labetolol
Oxyprenolol
Carvedilol
Captopril
ACEIs
Enalapril
Lisinopril
Manitol
Diuretics
Asetozolamida
Furosemide
Tiazida
Spironolakton
Triamterene
Verapamil
CaCB
Dialtiazem
Nifedipine
Amlodipine
Felodipine
Clonidine
-adrenergic agonists
Guanabenz
Methyldopa
Guanfancine
Prazosin
-adrenergic antagonists
Teterazosin
Doxazosin
Cargdesertan
Angiotensin reseptor bloker
Eprosartan
Losartan
valsartan
Diazoxide
Vasodilator lain
Hydralazine
Natrium nitroprusside
tubuh
CaCB : Relaksasi otot polos vaskuler
-adrenergic agonists : Menstimulasi SSP
-adrenergic antagonists : Mengurangi pengaruh SSO terhadap jantung dan
pembuluh darah
Angiotensin reseptor bloker
No.
Nama Obat
Mekanisme Obat
Nifedipin
Menghambat kanal
Nama Obat B
Eritromisin
kalsium
Mekanisme Obat
Interaksi
yang terjadi
Menginhibisi
Efek aditif
enzim
pada denyut
jantung
Verapamil
Menghambat kanal
Rifampisin
kalsium
Menginduksi
Efek aditif
enzim
kadar
verapamil
Kaptopril
Menghambat
Meningkatkan
Efek aditif
enzim konversi
kontraksi
hipotensi
yang memutuskan
miokardium
ikatan
Digoksin
peptidildipeptida
pada angiotensin I
sehingga tidak
terbentuk
angiotensin II
4
Propanolol
Kaptopril
Menghambat
Meningkatkan
Efek aditif
reseptor adrenergik
kontraksi
hipotensi
miokardium
Menghambat enzim
Digoksin
Asetosal
Menghambat
Efek aditif
konversi yang
sintesa
hipertensi
memutuskan ikatan
prostaglandin
peptidildipeptida
dengan
pada angiotensin I
menghambat
sehingga tidak
enzim
terbentuk
siklooksigenase
angiotensin II
6
Furosemid
Menghambat
Asetaminofen
Menghambat
Efek aditif
pengeluaran
sintesa
hipertensi
elektrolit Na, K, Ca
prostaglandin
pada lengkung
dengan
Henle
menghambat
enzim
siklooksigenase
Furosemid
Furosemid
Menghambat
Menghambat
Efek aditif
pengeluaran
sintesa
gagal jantung
elektrolit Na, K, Ca
prostaglandin
pada lengkung
dengan
Henle
menghambat C0X2
Meningkatkan
Celecoxib
Cefaloridin
Menghambat
Efek aditif
insiden nekrosis
pertumbuhan
tubuler, sehingga
bakteri, dengan
terjadi penurunan
menghambat
klirens dan
peningkatan kadar
mikroba
nefrotoksisitas
plasma cefaloridin
9
Digitalis
Meningkatkan
Susu
Mengurangi
Efek aditif
kontraksi
ekskresi
miokardium
meningkatkan
digitalis
terbuangnya K.
10
Propanolol
Menghambat
Makanan
reseptor adrenergik
berdaging
hipotensi
menyebabkan
rendahnya TD.
VI.
Beta-blockers
Acebutolol (eg, Sectral)
Thiazide-type diuretic
Bendroflumethiazide* (Naturetin)
Betaxolol (Kerlone)
Bisoprolol (Zebeta)
Hydrochlorothiazide*(eg,
HydroDiuril)
Carteolol (Cartrol)
Esmolol (Brevibloc)
Hydroflumethiazide
Methyclothiazide(eg, Enduron)
Penbutolol (Levatol)
Polythiazide
Trichlormethiazide(eg, Naqua)
Loop Diuretic
Bumetanide* (eg, Bumex)
Torsemide (Demadex)
Kelas obat utama yang digunakan untuk mengendalikan tekanan darah adalah :
Diuretik
Thiazide
Thiazide adalah golongan yang dipilih untuk menangani hipertensi,
golongan lainnya efektif juga untuk menurunkan tekanan darah. Penderita
dengan fungsi ginjal yang kurang baik Laju Filtrasi Glomerolus (LFG)
diatas 30 mL/menit, thiazide merupakan agen diuretik yang paling efektif
untuk menurunkan tekanan darah. Dengan menurunnya fungsi ginjal,
natrium dan cairan akan terakumulasi maka diuretik jerat Henle perlu
digunakan untuk mengatasi efek dari peningkatan volume dan natrium
tersebut. Hal ini akan mempengaruhi tekanan darah arteri. Thiazide
menurunkan tekanan darah dengan cara memobilisasi natrium dan air dari
dinding arteriolar yang berperan dalam penurunan resistensi vascular
perifer.
Antagonis Aldosteron
Antagonis Aldosteron merupakan diuretik hemat kalium juga tetapi
lebih berpotensi sebagai antihipertensi dengan onset aksi yang lama
(hingga 6 minggu dengan spironolakton).
Beta Blocker
jalur
renin-angiotensin
(termasuk ACE) dan jalur alternatif yang digunakan untuk enzim lain
seperti chymases. Inhibitor ACE hanya menutup jalur renin-angiotensin,
ARB menahan langsung reseptor angiotensin tipe I, reseptor yang
memperentarai efek angiotensin II. Tidak seperti inhibitor ACE, ARB
tidak mencegah pemecahan bradikinin.
Antagonis Kalsium
CCB menyebabkan relaksasi jantung dan otot polos dengan
menghambat saluran kalsium yang sensitif terhadap tegangan sehingga
VASO-dilator langsung
Hedralazine dan Minokxidil menyebabkan relaksasi langsung otot
polos arteriol. Aktivitasi refleks baroreseptor dapat meningkatkan aliran
simpatetik dari pusat fasomotor, meningkatnya denyut jantung, curah
jantung, dan pelepasan renin. Oleh karena itu efek hipotensi dari
vasodilator langsung berkurang pada penderita yang juga mendapatkan
pengobatan inhibitor simpatetik dan diuretik.
B. Pengruh rangsangan
a. Pengaruh rangsangan
Bila di suatu organ terdapat kedua jenis reseptor, maka responsnya terhadap
stimulasi oleh katecholamin (adrenalin, NA, dopamin, serotonin) agar
tergantung dari pembagian dan jumlah reseptor-alfa dan reseptor-beta di
jaringan tersebut. Sebagai contoh dapat disebutkan bronchi, dimana terdapat
banyak reseptor beta-2; disini NA hanya berefek ringan sedangkan adrenalin
dan isoprenalin meninbulkan bronchodilatasi kuat. Begitu pula di otot polos
dinding pembuluh terdapat reseptor-alfa dan beta: sedikit NA sudah bisa
merangsang reseptor-beta-2 dengan efek vasodilatasi, sedangkan lebih banyak
NA diperlukan untuk merangsang reseptor-alfa dengan efek vasokonstriksi.
Pembuluh kulit memiliki banyak reseptor alfa, maka adrenalin dan NA
mengakibatkan vasokonstriksi, sedangkan isoprenalin hanya berefek ringan
sekali.
Dalam tabel di bawah ini diikhtisarkan efek adrenergis yang terpenting.
Efek
Efek 1
Efek 2
Jantung
Ino-/krono-trop + Vaso>koroner
Perifer
Vaso
Stimulasi sirkulasi
<,
TD-
Sekresi kelenjar
Stimulasi SSP
Napas
Konstriksi mukosa-
Bronco >
Aktiv.psikomotor
pupil
>,
nafsu
makan
Stimulasi
Glikogenolise
metabolisme
pelepasan
asam
lemak
Zat-zat tersendiri yang termasuk golongan adrenergik antara lain:
2.
Epinefrin
3.
Isoprenalin
4.
Fenilefrin
5.
1-Efedrin (F.I)
6.
Derivat Imidazolin
7.
Amfetamin
C. Pengaruh hambatan
Obat-obat
antiadrenergik
umumnya
mengahambat
efek
neurotransmitter
adrenergic dengan menempati reseptor alfa dan beta baik secara langsung maupun tidak
langsung. Berdasar tempat kerjanya, golongan obat ini dibagi atas antagonis
adrenoreseptor (adrenoreseptor bloker) dan penghambat saraf adrenergic.
Antagonis reseptor atau adrenoreseptor blocker ialahh obat yang menduduki
adrenoreseptor sehingga menghalanginya untuk berinteraksi dengan obat adrenergic,
dengan demikian menghalangi kerja obat adrenergic pada sel efektornya. Untuk masingmasing adrenoreseptor dan memiliki penghambat yang efektif yakni -blocker dan blocker.
Penghambat saraf adrenergic adalah obat yang mengurangi respon sel efektor
terhadap perangsangan saraf adrenergic, tetapi tidak terhadap obat adrenergic eksogen.
1. - Blocker
ergotoksin)
Efek Samping
2. Blocker
Hipotensi postural
Iskemia miokard dan infark miokard
Takikardi dan aritmia
Hambatan ejakulasi dan espermia yang reversible
Kongesti nasal
Pusing, sakit kepala, ngantuk, palpasi edema perifer dan nausea.
Tekanan darah menurun
Efek Samping
-
bahkan kematian)
Hipoglikemia dan hipotensi
Efek sentral (rasa lelah, gangguan tidur dan depresi)
Gangguan saluran cerna (nausea, muntah, diare atau konstipasi)
Gangguan fungsi libido ( penurunan libido dan impotensi)
Alopesia, retensi urine, miopati dan atropati
Farmakologi
Omeprazole bekerja menghambat sekresi asam lambung dengan cara berikatan
pada pompa H+K+ATPase (pompa proton) dan mengaktifkannya sehingga terjadi
pertukaran ion kalium dan ion hydrogen dalam lumen sel. Omeprazole berikatan pada
enzim ini secara irreversibel, tetapi reseptor-H2 tidak dipengaruhi. Secara klinis, tidak
terdapat efek farmakodinamik yang berarti selain efek obat ini terhadap sekresi asam.
Pemberian melalui oral dari obat ini menghambat sekresi asam lambung dan stimulasi
pentagastrik.
Cara kerja :
Omeprazol menghambat sekresi asam lambung dengan cara berikatan pada
pompa H + K + ATPase dan mengaktifkannya sehingga terjadi pertukaran ion kalium dan
ion hydrogen dalam lumen sel. Omeprazole berikatan pada enzim ini secara irreversibel,
tetapi reseptor-H2 tidak dipengaruhi. Secara klinis, tidak terdapat efek farmakodinamik
yang berarti selain efek obat ini terhadap sekresi asam. Pemberian melalui oral dari obat
ini
menghambat
basal
dan
sekresi
asam
yang
distimulasi
oleh
Pengobatan jangka pendek tukak duodenal dan yang tidak responsif terhadap
endoskopi.
Pengobatan jangka lama pada sindroma Zollinger Ellison.
Kontraindikasi
Omeprazole sebaiknya tidak diberikan pada penderita hipersensitif terhadap
omeprazole.
sekali sehari.
Penderita sindroma Zollinger Ellison dosis awal 20-160 mg sekali sehari, dosis
ini harus disesuaikan untuk masing-masing penderita. Untuk dosis lebih dari
Dosis :
Dewasa:
-
Tukak lambung dan tukak duodenum (termasuk yang komplikasi terapi AINS),
20 mg satu kali sehari selama 4 minggu pada tukak duodenum atau 8 minggu
pada tukak lambung; pada kasus yang berat atau kambuh tingkatkan menjadi
40 mg sehari
Pemeliharaan untuk tukak duodenum yang kambuh, 20 mg sehari; pencegahan
kambuh tukak duodenum, 10 mg sehari dan tingkatkan sampai 20 mg sehari
bila gejala muncul kembali.
Tukak lambung atau tukak duodenum karena AINS dan erosi gastroduodenum,
20 mg sehari selama 4 minggu, diikuti 4 minggu berikutnya bila tidak
sepenuhnya sembuh
Profilaksis pada pasien dengan riwayat tukak lambung atau tukak duodenum,
lesi gastroduodenum, atau gejala dispepsia karena AINS yang memerlukan
sebelum operasi.
Penyakit refluks gastroesofagal, 20 mg sehari selama 4 minggu diikuti 4-8
minggu berikutnya jika tidak sepenuhnya sembuh; 40 mg sekali sehari telah
diberikan selama 8 minggu pada penyakit refluks gastroesofagal yang tidak
dapat disembuhkan dengan terapi lain; dosis pemeliharaan 20 mg sekalis
sehari.
Penyakit refluks asam (Penatalaksanaan jangka panjang), 10 mg sehari
respons.
Esofagitis refluks yang menyebabkan kondisi tukak yang parah (obati selama
4-12 minggu) ANAK di atas 1 tahun, berat badan 10-20 kg, 10 mg sekali
sehari, jika perlu ditingkatkan menjadi 20 mg sekali sehari; Berat badan di atas
20 kg, 20 mg sekali sehari jika perlu ditingkatkan menjadi 40 mg sehari;
Pemberian harus diawali oleh dokter anak di rumah sakit.
Anak:
-
Neonatus 700 mcg/kg bb satu kali sehari, ditingkatkan jika perlu setelah 7-14
hari menjadi 1,4 mg/kg bb, beberapa neonatus memerlukan hingga 2,8 mg/kg
Berat badan 10-20 kg, 10 mg satu kali sehari ditingkatkan jika perlu menjadi
20 mg satu kali sehari (pada kasus refluks esofagitis ulseratif yang parah,
sebelum operasi.
Refluks gastroesofagal, tukak duodenum dan tukak lambung, 40 mg sekali
Efek samping
-
Diare, mual, sakit kepala, sembelit dan perut kembung pernah dilaporkan tetapi
jarang. Pada sejumlah pasien, ruam kulit mungkin terjadi. Efek samping yang
Interaksi obat
-
dan fenitoin.
Pada wanita hamil, wanita menyusui dan anakanak sebaiknya dihindari bila
penggunaannya dianggap tidak cukup penting.
Enalapril
Enalapril termasuk ke dalam golongan Angiotensin-converting-enzyme inhibitor (ACEi).
Mekanisme kerja :
Angiotensin converting enzyme inhibitor(ACEi) menghambat secara kompetitif
pembentukan angiotensin II dari prekursor angiotensin I yang inaktif, yang terdapat pada
darah, pembuluh darah, ginjal, jantung, kelenjar adrenal dan otak. Angitensin II
merupakan vasokonstriktor kuat yang memacu penglepasan aldosteron dan aktivitas
simpatis sentral dan perifer. Penghambatan pembentukan angiotensin II ini akan
menurunkan tekanan darah. Jika sistem angiotensinreninaldosteron teraktivasi
(misalnya pada keadaan penurunan sodium, atau pada terapi diuretik) efek antihipertensi
ACEi akan lebih besar.
ACE juga bertanggungjawab terhadap degradasi kinin, termasuk bradikinin, yang
mempunyai efek vasodilatasi. Penghambatan degradasi ini akan menghasilkan efek
antihipertensi yang lebih kuat.
Efek Samping :
Efek samping yang paling umum dari enalapril meliputi peningkatan serum
kreatinin (20%), pusing (2-8%), tekanan darah rendah (1-7%), sinkop (2%), dan batuk
kering (1-2%). Efek samping yang serius umum adalah angioedema (pembengkakan)
(0,68%) yang sering mempengaruhi wajah dan bibir serta membahayakan jalan napas
pasien. Angioedema dapat terjadi pada setiap saat selama pengobatan dengan enalapril
tetapi paling umum setelah beberapa dosis pertama. (Enalapril maleat Tablet)
Hydrochlorothiazide
Sediaan:
Tablet 25 mg, 50 mg
Indikasi:
Edema, hipertensi
Kontraindikasi:
Hipokalemia yang refraktur, hiponatremia, hiperkalsemia, gangguan ginjal dan
hati yang berat, hiperurikemia yang simptomatik, penyakit adison.
Dosis:
-
Edema: dosis awal 5-10 mg sehari atau berselang sehari pada pagi hari; dosis
pemeliharaan 5-10 mg 1-3 kali seminggu.
Usia lanjut;
Porfiria.
Efek Samping :
Hipotensi postural dan gangguan saluran cerna yang ringan; impotensi (reversibel
bila obat dihentikan); hipokalemia, hipomagnesemia, hiponatremia, hiperkalsemia,
alkalosis hipokloremanik, hiperurisemia, pirai, hiperglikemia, dan peningkatan kadar
kolesterol plasma; jarang terjadi ruam kulit, fotosensitivitas, ganggan darah (termasuk
neutropenia dan trombositopenia, bila diberikan pada masa kehamilan akhir);
pankreatitis, kolestasis intrahepatik dan reaksi hipersensitivitas.
Mekanisme Kerja :
Obat hidroklorotiazid biasa disingkat HCT merupakan obat golongan diuretik
yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah. Obat ini bekerja di ginjal agar terjadi
peningkatan pengeluaran cairan melalui urine. Dengan berkurangnya cairan di dalam
pembuluh darah, maka jumlah darah yang masuk kembali ke dalam jantung akan
berkurang. Dengan berkurangnya jumlah darah yang masuk kembali ke dalam jantung,
maka curah jantung pun akan berkurang. Dan hal inilah yang mengakibatkan penurunan
tekanan darah. Inilah mekanisme utama mengapa HCT dapat menurunkan tekanan darah.
HCT dikatakan juga dapat menurunkan resistensi perifer yang berperan dalam
menurunnya tekanan darah, namun kerja HCT yang utama adalah sebagai obat diuretik
(water pill).
Oleh karena itu salah satu efek samping penggunaan HCT jangka panjang adalah
hiperkalsemia.
Metaprolol
Metoprolol adalah jenis obat beta-blocker yang bekerja dengan cara mempengaruhi
tekanan syaraf dalam beberapa bagian tubuh seperti jantung. Obat ini hanya digunakan
berdasarkan resep dokter.
Indikasi:
Untuk mengobati tekanan darah tinggi.
Dosis:
1. 5 mg (diberikan IV) selama 2 menit
2. Boleh diulangi selama setiap 5 menit untuk total keseluruhan 15 mg
3. Berikan dosis oral 15 menit setelah pemberian IV terakhir: 50 mg melalui mulut
(per oral) diberikan 4 kali sehari x 48 jam
4. Setelah itu: Dosis lanjutan 100 mg melalui mulut (per oral), diberikan 2 kali
sehari.
Efek Samping:
Efek CNS (kelelahan, depresi, pusing, kebingungan, gangguan tidur); Efek CV (gagal
jantung, hipotermia, impotensi); Efek berturut-turut (bronchospasma pada pasien yang
rentan dan obat dengan kandungan beta1 harus digunakan secara hati-hati pada pasien
ini); Efek GI (N/V, diare, konstipasi). Efek metabolik (bisa memproduksi hiper- atau
hipoglikemia, perubahan pada serum kolestrol dan trigliserid.
Farmakokinetik
a. Absorpsi
Beta-bloker dibagi menjadi 3, yaitu yang larut dalam lemak, larut dalam air,
dan kelarutannya terletak di antara lemak dan air. Metoprolol tergolong pada betabloker yang larut dalam lemak. Pada golongan ini, semua obat diabsorbsi dengan
baik (>90%) dari saluran cerna, tetapi bioavailabilitasnya rendah (tidak lebih dari
50%) karena mengalami metabolisme lintas pertama yang ekstensif di hati.
Eliminasinya melalui metabolisme di hati sangat ekstensif sehingga obat utuh
yang diekskresi melalui ginjal sangat sedikit (<10%). Kelompok ini mempunyai
waktu paruh eliminasi yang pendek, yakni berkisar antara 3-8 jam, kecuali
karvedilol dapat mencapai 10 jam.
b. Disribusi
Metoprolol disalurkan luas ke dalam jaringan tubuh. Konsentrasi dari obat
lebih besar pada jantung, paru-paru, dan air liur pada plasma. Metoprolol 11-12%
terikat pada protein serum, yang nampak hanya pada albumin. Setelah menerima
dosis terapi konsentrasi metoprolol pada eritrosit adalah 20% lebih tinggi dari
pada konsentrasi pada plasma. Konsentrasi metoprolol pada CSF adalah sekitar
78% dari konsentrasi pada plasma.
c. Eliminasi
Metoprolol dimetabolisme terutama oleh CYP2D6 yang mengalami
polimorfisme genetik. Karena itu waktu paruh elminasinya berkisar dari 3-4 jam
pada extensive metabolizer dan sampai 7-8 jam pada poor metabolizer. Selain itu,
resiko efek samping meningkat 5 kali pada poor metabolizer dibanding pada
extensive metabolizer.
Farmakodinamik
mg
Gagal Jantung Kongestif
Dewasa: dosis awal 25 mg satu kali sehari, dosis dapat setiap 2 minggu
jika dapat ditoleransi.
Interaksi obat dan factor kormorbid yang berhubungan dengan efek farmakologi
obat yang digunakan
aktivitas,
atau
efek
samping
(4)
kombinasi
obat
anti
tuberculosis:
Insidens interaksi obat yang penting dalam klinik sukar diperkirakan karena :
1. Dokumentasinya masih sangat kurang;
2. Seringkali lolos dari pengamatan karena kurangnya pengetahuan para dokter
akan mekanisme dan kemungkinan terjadinya interaksi obat sehingga interaksi
obat berupa peningkatan toksisitas seringkali dianggap sebagai reaksi idiosinkrasi
terhadap salah satu obat sedangkan interaksi berupa penurunan efektifitas
seringkali diduga akibat bertambahnya keparahan penyakit; selain itu, terlalu
banyak obat yang saling berinteraksi sehingga sulit untuk diingat;
3. Kejadian atau keparahan interaksi dipengaruhi oleh variasi individual (populasi
tertentu lebih peka misalnya penderita lanjut usia atau yang berpenyakit parah,
adanya perbedaan kapasitas metabolisme antar individu ), penyakit tertentu
( terutama gagal ginjal atau penyakit hati yang parah), dan faktor- faktor lain
( dosis besar, obat ditelan bersama-sama, pemberian kronik).
a. Usia
Fisiologi tubuh, metabolisme dan eliminasi pada bayi, anak dan orang dewasa
berbeda.
b. Bobot Badan
Perbandingan dosis obat bobot badan menentukan konsentrasi obat yang
mencapai sasaran.
c. Kehamilan
Pengosongan lambung, metabolisme , ekskresi/filtrasi glomerolus .
d. Obat dalam ASI
Ampisilin, eritromisin, kanamisin, linkomisin, kloramfenikol, rifampisin,
streptomisin sulfat, tetrasiklin, dll.
e. Variasi Diurenal
Hormon kortikosteroid dari korteks adrenal pada pagi hari , mlm hari
f. Toleransi
MK : Induksi enzim
g. Suhu Tubuh
Distribusi ekskresi, ikatan, aktivitas enzim
h. Kondisi Patologik
Gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal.
i. Genetik
Defisiensi enzim
j. Waktu Pemberian
Sesudah makan/ sebelum makan
4 X y mg 2 X 2y mg
Sekarang ini, potensi efek yang tidak terduga sebagai akibat dari interaksi
antara obat dan obat lain atau makanan telah ditetapkan. Risiko interaksi obat
akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah obat yang digunakan oleh
individu. Hal ini juga menyiratkan risiko yang lebih besar pada orang tua dan
mengalami penyakit kronis, karena mereka akan menggunakan obat-obatan lebih
banyak daripada populasi umum. Risiko juga meningkat bila rejimen pasien
berasal dari beberapa resep. Peresepan dari satu apotek saja mungkin dapat
menurunkan risiko interaksi yang tidak terdeteksi (McCabe, et.al., 2003).
Interaksi obat potensial seringkali terjadi pada pasien rawat inap yang diresepkan
banyak pengobatan. Prevalensi interaksi obat meningkat secara linear seiring
dengan peningkatan jumlah obat yang diresepkan, jumlah kelas obat dalam terapi,
jenis kelamin dan usia pasien.
Interaksi farmakokinetik ditandai dengan perubahan kadar plasma obat, area di bawah
kurva (AUC), onset aksi, waktu paruh dsb.
Salah satu faktor yang dapat mengubah respon terhadap obat adalah pemberian
bersamaan dengan obat-obat lain. Ada beberapa mekanisme dimana obat dapat
berinteraksi, tetapi kebanyakan dapat dikategorikan secara farmakokinetik (absorpsi,
distribusi, metabolisme, eksresi), farmakodinamik, atau toksisitas kombinasi.
verapamil
VII. Kesimpulan
Mr. Hypertension 62 tahun, menderita hipertensi sejak 6 tahun yang lalu. Keluhan
COPD, peptic ulcer, dan chronic low back pain sebagai factor kormorbid.
Mr. Hipertensi
60 tahun
Hipertensi
COPD
Peptic ulcer
Chronic low
back pain
Omeprazol
Enalapril
Ace-
HCT
fungsi ginjal
Penghambatan dan
Diuretiktiazi
Inhibitor
Menurunnya
Acetaminopen
pompa proton
d
Tekanan Darah
tetap tinggi
Antiuretik
Tidak ada
bronkospasme
Sekresi asam
Kreatinin
Ditambah
serum menurun
Metoprolol
Beta bloker selective
Analgesik dan
lambung menurun
Menghilangkan
nyeri punggung