Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN
I.1. Ruang Lingkup Analisis Senyawa Kimia
Analisis senyawa kimia adalah kegiatan

analisis, bagian dari kimia analitik

yang merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari dasar-dasar analisa kimia. Dalam
analisa kimia tercakup usaha-usaha yang dilakukan oleh manusia untuk mengetahui
komposisi materi-materi yang ada di alam. Ilmu ini telah dikenal oleh manusia sejak
berabad-abad yang lalu seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan alam. Untuk
mengetahui komposisi bahan kimia baik meliputi jenis dan jumlahnya merupakan kerja
sehari-hari dari para ilmuan kimia khususnya yang bergerak dalam kimia analitik.
Secara garis besar ruang lingkup kimia analitik dapat digolongkan menjadi dua kategori
besar yakni: analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Tujuan dari analisis kualitatif
adalah untuk mengetahui jenis unsur yang terkandung dalam bahan kimia yang
dianalisis, sedangkan analisis kuantitatif bertujuan untuk mengetahui jumlah unsur atau
komponen yang ada dalam bahan kimia tersebut. Bahan kimia yang dianalisis biasa
disebut sebagai analit. Komposisi analit yang dipelajari dalam analisis kimia meliputi
spesies yang dapat berupa: unsur, ion, molekul, radikal maupun isotop.
Analisis kualitatif menghasilkan data kualitatif , misal terbentuknya:
endapan, warna, gas, dan data-data non numerik lainya. Analisis kualitatif biasa
digunakan sebagai langkah awal untuk analisis kuantitatif.
Tujuan utama analisis kuantitatif adalah untuk mengetahui kuantitas komponenkomponen penyusun analit yang dianalisis. Analisis ini akan menghasilkan data numerik
yang memiliki satuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam satuan-satuan: volume,
berat, maupun satuan konsentrasi. Metode analisis kuantitatif umumnya melibatkan
proses-proses kimia dan fisika. Analisis kuantitaif yang melibatkan proses kimia
misalnya analisis gravimetri dan volumetri, sedangkan yang melibatkan proses fisika
umumnya menggunakan prinsip interaksi materi dengan energi dalam pengukurannya.

Berdasarkan sifat analisis terhadap komponen analitnya dalam analisis kimia


dapat digolongkan:
a. Analisis perkiraan
Disebut sebagai analisis perkiraan, karena hasil analisis ini hanya
memberikan gambaran dari keberadaan komponen dalam analit yang belum
dapat dinyatakan secara pasti.
b. Analisis parsial
Dalam analisis ini hanya sebagian komponen dari analit yang dianalisis dan
sebagian lain tidak dianalisis. Misal dalam analisis mikro, hanya komponen
renik saja yang ditetapkan baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
c.Analisis komponen renik
Dalam analisis ini hanya komponen renik saja yang ditetapkan baik secara
kualitatif maupun kuantitatif.
d.Analisis lengkap
Dikatakan sebagai analisis lengkap jika semua komponen penyusun analit
dianalisis, sehingga hasilnya dapat menyatakan komposisi yang sebenarnya
dari analit, sehingga analisis ini dapat memberikan informasi yang lengkap.
Analisis kimia yang didasarkan atas kuantitas analit dapat dikenal adanya:
analisis mikro, semimikro, dan makro. Disebut analisis mikro jika kadar komponen
dalam analit sangat kecil misal dalam orde: mikrogram atau ppm, sedangkan dalam
analisis makro jika kadar komponen dalam analit mempunyai kisaran orde: gram atau
prosen. Kisaran kadar komponen dalam analit pada analisis semimikro biasanya: 0,01 0,1 gram.
Jenis analit dalam analisis kimia sangat bervariasi mulai dari bahan anorganik
yang berupa batuan, bijih logam, bahan radioaktif, bahan konduktor, super konduktor,
dan bahan anorganik lainya. Bahan organik baik sintetik maupun bahan alam meliputi:
komponen penyusun tanaman, binatang, manusia, bahan makanan, polimer sintetik.
Berdasarkan hal yang dijelaskan di atas maka dapat dinyatakan bahwa analisis kimia
sangatlah diperlukan dalam menunjang kehidupan manusia.

1.2. Pelarutan
Analisis kimia dapat dilakukan dengan cara kering atau cara basah. Cara kering
merupakan suatu jenis analisis pendahuluan dan bersifat orientatif, yaitu mencari
kemungkinan unsur-unsur apa yang terdapat dalam suatu analit. Hal ini dilakukan
terhadap perubahan-perubahan baik sifat fisik maupun sifat kimia pada analit yang
disebabkan oleh pengaruh-pengaruh dari luar.
Analisis secara kering biasa dilakukan terhadap analit yang berupa zat padat.
Apabila analit berupa zat cair, maka zat tersebut terlebih dahulu diuapkan, kemudian
residunya jika ada, dipakai sebagai analit padat dan uapnya diembunkan dan dilakukan
analisis lebih lanjut.
Pada analisis kering, dapat dilakukan dengan cara-cara:
1. Mengamati analit dalam temperatur kamar.
2. Mengamati pengaruh pemanasan analit.
3. Mengamati warna nyala saat analit dibakar.
4. Mengamati warna analit dengan metode analisis mutiara boraks.
5. Melakukan analisis dengan metode reduksi dengan arang kayu.
Analisis kimia secara basah sebenarnya lebih disukai oleh para analis
dibandingkan dengan analisis kimia secara kering. Hal ini disebabkan reaksi kimia yang
terjadi dalam cairan relatif memiliki laju yang lebih cepat dibandingkan dengan reaksi
kimia yang terjadi dalam padatan.
Untuk mendapatkan analit dalam bentuk cairan, jika analit berupa padatan maka
zat tersebut dapat diubah menjadi fasa cair dengan jalan melarutkannya. Langkahlangkah pelarutan dapat dilakukan dengan urutan sebagai berikut.
1. Dalam air pada temperatur kamar, jika tidak larut dicoba dengan air mendidih.
2. Jika tidak larut pada langkah 1, agar dilarutkan dalam larutan asam klorida

pada

temperatur kamar. Apabila masih sukar larut didihkan.


3. Jika analit tidak larut pada langkah 2, agar dilarutkan dalam larutan asam nitrat pada
temperatur kamar. Apabila masih tidak larut didihkan.
4. Jika analit tidak larut pada langkah 3, agar dilarutkan dalam akuaregia.

BAB II
TEORI-TEORI DASAR DALAM KIMIA ANALITIK
2.1. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan mahasiswa dapat:
1. Menjelaskan terjadinya proses dissosiasi larutan elektrolit.
2. Menghitung besarnya derajat dissosiasi elektrolit
3. Menjelaskan tentang teori asam-basa menurut teori Arhenius, BronstedLowry.
4. Menghitung harga pH larutan.
5. Menuliskan berbagai rekasi terhadap kation dan anion.
6.Menentukan titik ekivalen dan titik akhir titrasi.
7.Menghitung kadar analit dalam sampel melalui titrasi asidi-alkalimetri.
8.Menghitung kadar analit dalam sampel melalui titrasi oksidimeteri
9.Menghitung kelarutan suatu zat dalam suatu larutan.
10. Menjelaskan pengaruh pH terhadap kelarutan suatu zat.
11. Menghitung massa zat dengan teknik gravimetri.
12.Melakukan analisis proksimat
2.2. Teori Dissosiasi Elektrolit
Larutan adalah sutu sistem homogen yang tersusun atas zat pelarut (solven) dan
zat terlarut (solute). Dalam larutan zat terlarut bisa merupakan zat tunggal ataupun
campuran. Jika ditinjau dari sifat hantaran listriknya, larutan dapat dibedakan menjadi
larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Berdasarkan sifatnya dikenal adanya larutan
ideal dan larutan non ideal, dimana larutan ideal mesti merupakan larutan encer.
Berdasarkan harga pH nya larutan dapat dibedakan menjadi larutan yang bersifat asam,
bersifat basa dan bersifat netral.
Larutan elektrolit akan terdissosiasi menghasilkan ion-ion, sehingga dapat
menghantarkan listrik, makin besar konsentrasi ion dalam larutan akan memperbesar
sifat hantaran listriknya. Besarnya konsentrasi ion alam larutan sangat tergantung dari

besar kecilnya derajat dissosiasi ( ). Harga derajat dissosiasi ini menyatakan


perbandingan antara zat yang terdissosiasi dengan banyaknya zat mula-mula. Untuk
larutan elektrolit kuat harga :
~

~ 1, sedangkan untuk larutan elektrolit lemah harga:

0.
Untuk setiap konsentrasi tertentu, di dalam larutan akan terjadi kesetimbangan

antara molekul-molekul yang tidak terionisasi dengan ion-ionnya. Proses ionisasi dari
beberapa senyawa elekltrolit dapat dinyatakan sebagai berikut:
NaCl(aq)

< ------------------- >

Na+(aq) + Cl-(aq)

HCl(aq)

< ------------------- >

H+(aq)

Ca(NO3)2(aq) < ------------------- >

+ Cl-(aq)

Ca2+(aq) + 2 NO3 (aq)

Seperti terlihat dari contoh di atas jumlah muatan ion (+) dan ion (-) yang dihasilkan dari
dissosiasi tersebut selalu sama.
Air murni, merupakan suatu elektrolit sangat lemah sehingga disebut sebagai
penghantar listrik yang jelek, tetapi apabila ke dalam air tersebut ditambahkan senyawasenyawa asam; basa; garam, maka sifat hantaranya akan berubah menjadi kuat, sehingga
larutan yang diperoleh merupakan larutan elektrolit kuat. Hal ini disebabkan dengan
adanya senyawa-senyawa yang terlarut tersebut akan mengakibatkan konsentrasi ion
dalam larutan akan meningkat.
~
H2O (l)

< ------------------- >

H+(aq)

+ OH- (aq)

Hasil ionisasi pada temperatur kamar besarnya [H+] = [OH-] = 10-7 M, hal ini berarti
untuk setiap 1 mol H2O pada kondisi tersebut yang terdissosiasi hanya sebesar 10-7 mol.
Di dalam suatu larutan selalu terjadi gaya tarik menarik antar molekul: pelarutpelarut; terlarut-pelarut; terlarut-terlarut. Volatilitas pelarut

< volatilitas terlarut,

sehingga dengan adanya zat terlarut akan mengakibatkan volatilitas pelarut menurun, hal
ini disebabkan partikel terlarut yang lebih besar dari partikel pelarut mengakibatkan

partikel pelarut makin sulit meninggalkan fasa cair menjadi fasa uap. Dari kenyataan
tersebut mengakibatkan titik beku larutan selalu lebih rendah dibanding titik beku
pelarut murninya. Besarnya penurunan titik beku sangat tergantung pada jenis pelarut
dan konsentrasi partikel terlarut.
Untuk larutan non elektrolit partikel terlarut yang ada dalam larutan berupa
molekul-molekul zat terlarut, sedangkan untuk larutan elektrolit partikel yang ada dalam
larutan berupa ion-ion sebagai hasil dissosiasi.
X(aq)

< ------------------- >

molekul X(aq) {non elektrolit}


x Ay+(aq) + y Bx-(aq) {elektrolit}

A xB y(aq) < ------------------- >

Disini terlihat perbedaan jumlah partikel dalam larutan antara larutan non elektrolit dan
larutan elektrolit. Untuk larutan elektrolit dari setiap mol Ax By akan menghasilkan
partikel Ay+ dan Bx- yang jumlahnya sangat tergantung harga derajat dissosiasinya. Untuk
larutan non elektrolit jumlah partikel terlarut sebelum dan sesudah pelarutan (a) tidak
mengalami perubahan, karena disini hanya terjadi perubahan fasa dari padat menjadi
larutan.
A xB y(aq)
m

< ------------------- >

x Ay+(aq) + y Bx-(aq)

diss. : a
------------------------ stb. : a - a

xa
ya
--------------------------------- +
xa
ya

Jumlah partikel sebelum dissosiasi : a molekul


Jumlah partikel ses. diss.: a - a + xa + ya = a [1 + {(x + y) 1]
Jika (x + y) = n (jumlah ion yang dihasilkan untuk setiap 1 mol zat ) maka,
jumlah partikel dalam larutan elektrolit = a {1 + ( n - 1 )
2.3. Kesetimbangan Kimia
Suatu fakta penting yang harus selalu diingat, bahwa reaksi kimia di alam adalah
merupakan suatu reaksi yang dapat balik (reversibel). Menurut Gulberg-Waage dalam
reaksi reversibel, pada saat tertentu akan mencapai suatu sistem kesetimbangan yang
berarti secara mikro bereaksinya reaktans dan bereaksinya kembali zat hasil menjadi

reaktans memiliki laju reaksi yang sama besar. Artinya banyaknya zat reaktans yang
bereaksi saat tersebut akan sama banyak dengan zat reaktans yang terbentuk kembali.
A + B

< ------------------- >

C + D

Laju reaksi antara A dan B dapat dirumuskan : v1 = k1 x [A] x [B]


Laju reaksi antara C dan D dapat dirumuskan : v2 = k2 x [C] x [D]
Pada kesetimbangan tercapai dapat dinyatakan bahwa; v1 = v2 sehingga:
k1 x [A] x [B]
k1
-------- = K
k2

= k2 x [C] x [D]
[C] x [D]
= -------------------[A] x [B]

K = tetapan kesetimbangan
(fungsi temperatur)

Secara umum untuk reaksi reversibel:


a A + b B + c C + .... < ------------------- >
berlaku:
K

p D + q E + r F + ....

[D]p x [E]q x [F]r x ...


-------------------------------------[A]a x [B]b x [C]c x ..

bilangan: a, b, c, p, q, r merupakan bilangan stoikhiometri dari reaksi.


Berdasarkan hal di atas dapat dinyatakan: bila suatu reaksi reversibel telah mencapai
kesetimbangan maka, hasil konsentrasi spesies ruas kiri dibagi hasil kali konsentrasi
spesies di ruas kanan (masing-masing dipangkatkan dengan bilangan stokhiometrinya)
pada temperatur yang tetap harganya adalah konstan.{Hukum aksi massa}.
Larutan elektrolit lemah, berarti hanya sebagian zat terlarut yang terdissosiasi,
maka saat tertentu akan berada dalam keadaan setimbang, yang berarti dapat
diberlakukan hukum aksi massa tersebut. Sebaliknya hukum aksi massa tidak dapat
diberlakukan untuk elektrolit kuat karena zat terlarut hampir sempurna mengalami
dissosiasi yang berarti hasil kali konsentrasi spesies di ruas kanan >>> hasil kali
konsentrasi spesies di ruas kiri, dan berakibat harga perbandingannya menjadi besar
sampai tak terhingga.
Misal: Sistem kesetimbangan untuk asam lemah monoprotik (monofungsional).

HA (aq) < ------------------- > H+ (aq) + A- (aq)


m : a
diss. : a
a
a
------------------- ---------------------------- +
stb. : a - a
a
a
Ka

[H+] x [A-]
--------------------[HA]

a x a
a 2
= ------------------ = --------------a - a
1 -

a = konsentrasi awal dari asam lemah dalam satuan molar = n/V, sehingga rumusan di
atas menjadi:

Ka

n x 2
= ----------------------V x (1 - )

Ka x V x (1 - )
atau: 2 = ---------------------------n

Dari rumusan di atas dapat dinyatakan jika V diperbesar akan memperbesar : .


Rumusan di atas biasa dikenal dengan hukum pengenceran Ostwald.
Analog untuk larutan basa lemah monofungsional.
Untuk larutan yang pekat rumusan di atas ternyata tidak dapat dipergunakan
karena memberikan hasil yang tidak akurat. Berkenaan dengan hal tersebut G. N. Lewis
memperkenalkan suatu besaran termodinamika baru yang disebutnya sebagai: keaktifan
sebagai pengganti besaran konsentrasi tetapi mempounyai dimensi yang sama. Keaktifan
(a) dari suatu spesies A dapat dinyatakan sebagai hasil kali antara konsentrasi dengan
koefisien aktivitas spesies, berarti : aA = [A] x fA, dimana

f :koefisien aktivitas.

Untuk sistem kesetimbangan: aA + b B < ------------------- >

cC + d D berlaku:

aC x a D
fC [C] x fD [D]
fC x fD
[C] x [D]
K = ------------- =
-------------------------- = ------------ x ------------------aA x aB
fA [A] x fB [B]
fA x fB
[A]x[B]
Untuk larutan encer besarnya koefisen aktivitas dianggap : 1, sehingga aktivitas =
konsentrasi dalam satuan molar.

Konsep aktivitas ini merupakan besaran termodinamik, dan dalam konsep


trmodinamik modern maka persamaan kesetimbangan untuk suatu elektrolit biner
misalnya, adalah sebagai berikut:
AB (aq)
Kterm.

< ------------------- >

A+(aq) + B-(aq)

aA+ x aB= -----------------------, Kterm. merupakan tetapan kesetimbangan sesungguhnya.


aAB

Padahal: aA+ = fa x [A+] ; aB- = fB x [B-] ; aAB = fAB x [AB], maka:


[A+] x [B-]
fA+ x fBKterm. = ---------------- x ---------------[AB]
fAB
Koefisien aktivitas merupakan fungsi dari konsentrasi, untuk ion-ion juga
merupakan fungsi dari valensi ion. Untuk semua larutan encer yang mempunyai
kekuatan ion yang sama harganya sama. Menurut Lewis dan Randall, kekuatan ion
dinyatakan sebagai: setengah dari jumlah hasil kali antara konsentrasi masing-masing
ion dengan kuadrat valensinya, secara matematis dapat diuliskan:
I

C i Zi 2

C : konsentrasi dan Z : valensi ion

2.4.Teori asam- Basa


a. Teori Svanthe Arrhenius: Asam adalah suatu zat jika dilarutkan ke dalam air
akan membebaskan/menghasilkan ion H+, sedangkan basa adalah suatu zat yang jika
dilarutkan ke dalam air akan memnbebaskan/menghasilkan ion OH-.
Contoh asam:
HCl (aq)

------------------- >

H+(aq)

+ Cl-(aq)

HNO3(aq)

------------------- >

H+(aq)

+ NO3-(aq)

H2SO4(aq)

------------------- >

2 H+(aq) + SO42- (aq)

Contoh basa:
NaOH (aq)

------------------- >

Na+(aq) + OH-(aq)

KOH (aq)

------------------- >

K+(aq)

+ OH-(aq)

NH4 OH (aq) ------------------- >

NH4+ (aq) + OH-(aq)

Ba(OH)2 (aq)

Ba2+(aq)

------------------- >

+ 2 OH- (aq)

b. Teori Bronsted- Lowry: asam adalah suatu zat yang dapat memberikan proton
(H+) atau proton donor, sedangkan basa adalah suatu zat yang dapat menerima proton
(H+) atau proton akseptor. Teori ini mendasarkan bahwa tidak mungkin H+ berada dalam
keadaan bebas.
Contoh :
HCl + H2O < ------------------- > H3O+ + ClAsam1 basa2
asam2 basa1
H2O + NH3 < ------------------- > NH4+ + OHAsam1 basa2
asam2 basa1
Pasangan asam1 basa1 dan asam2 basa2 disebut sebagai pasangan asambasa konjugasi.
Dalam bahasan lebih lanjut kita akan lebih banyak menganut teori asam-basa
Arrhenius dan Bronsted-Lowry, yakni tinjauan tentang keadaan zat dalam bentuk
larutannya, khususnya sebagai larutan encer dan ideal. Dalam larutan asam maupun basa
yang ditandai oleh adanya tranfer ion, maka larutan asam dan basa adalah merupakan
larutan elektrolit.
Kekuatan sifat elektrolit asam dan basa ditentukan oleh kemampuan zat-zat
tersebut untuk melakukan transfer ion, artinya

makin mudah zat tersebut

melepas/menerima ion ( khususnya H+ ) makin kuat sifat elektrolitnya. Berdasarkan hal


tersebut maka bisa dibedakan adanya asam/basa kuat, artinya zat ini akan mengalami
dissosiasi sempurna dan asam/basa lemah yang berarti zat ini akan mengalami dissosiasi
sebagian kecil saja.
Derajat atau keasaman suatu larutan dapat diukur dari besar kecilnya konsentrasi
H+ dalam larutan tersebut, yang berarti makin besar [H +] dalam larutan makin tinggi
tingkat keasamannya, dan sebaliknya makin kecil [H +] juga makin rendak derajat
keasaman larutan tersebut.
2.5. Teori Dissosiasi Air (H2O).
Air merupakan statu zat yang memiliki daya hantar rendah, hal ini memberikan
petunjuk bahwa air bersifat sebagai elektrolit sangat lemah. Pada suhu kamar akan
terjadi

10

H2O (l) < ------------------- > H+(aq) + OH- (aq)


Hasil pengukuran yang dilaksanakan dalam kondisi temperatur kamar (25oC) dan
tekanan udara l atmosfer, menunjukkan bahwa [H+] = [OH-] = 10-7M.
Untuk sistem kesetimbangan di atas berlaku:
[H+] x [OH-]
K
= ----------------------- , atau K x [H2O]
[H2O]

= [H+] x [OH-]

Berdasarkan hasil pengukuran dapat dinyatakan bahwa H2O yang terdissosiasi sangat
sedikit, sehingga [H2O] dalam sistem dapat dianggap tetap, dan persamaan di atas dapat
dituliskan:
K x [H2O] = [H+] x [OH-]

= Kw = 10-14

Untuk larutan encer, konsentrasi spesies yang ada memiliki harga yang relatif
kecil. Berkenaan dengan hal tersebut maka Sorensen merumuskan besaran baru yang
disebut dengan eksponen: p = - log , dengan demikian dapat dituliskan:
- log [H+] = pH; - log [OH-] = pOH ; - log Kw = pKw ; - log Ka = pKa ; - log Kb =
pKb
Selanjutnya: log [H+] x [OH-] = log Kw = log 10-14
- log[H+] - log [OH-] = - log Kw = - log 10-14
pH

pOH

= pKw = 14

Dari rumusan di atas dapat dinyatakan bahwa dalam suatu larutan jika harga pH semakin
besar berarti pOH semakin kecil, dan sebaliknya.
2.6. Teori Dissosiasi Asam dan Basa Dalam Air.
a. Asam/Basa kuat ( derajat dissosiasi :. 1)
HnX (aq)

------------------- >

nH+(aq) + OH-(aq)

H2O (l)

< ------------------- >

H+(aq) + OH-(aq)

[H+]tot. = [H+]air + [H+]HnX, jika [H+]air <<< [H+]HnX maka [H+]tot. = [H+]HnX, yang
berarti: [H+]tot = n [HnX], jika [H+]air >>> [H+]HnX maka [H+]tot. = [H+]air

11

Contoh:Hitunglah pH larutan 0,01 M HCl dan larutan 10-9 M HCl.


Jawab:

H+(aq) + Cl- (aq)

HCl (aq) ------------------- >


0,01
H2O (l)

0,01
< ------------------- >

0,01

H+(aq) + OH- (aq)


10-7

10-7

[H+]air <<< [H+]HCl maka : [H+]tot = 0,01 = 10-2 jadi: pH = - log 10-2 = 2
HCl(aq)

H+(aq) + Cl-(aq)

------------------- >

10-9

10-9

H2O(l)

10-9

H+ (aq) + OH- (aq)

< ------------------- >

10-7

10-7

[H+]air >>> [H+]HCl maka: [H+]tot. = [H+]air = 10-7 jadi: pH = - log 10-7 = 7
Analog untuk larutan basa kuat dalam air, jika [OH -]air <<< [OH-]basa maka [OH-]tot. =
[OH-]basa, sebaliknya jika: [OH-]air >>> [OH-]basa maka: [OH-]tot = [OH-]air.
b. Asam/Basa lemah monoprotik ( derajat dissosiasi : .

0)

H+(aq) + X- (aq)
a.
a
------------------------ +
a.
a

HX(aq) < ------------------- >


m : a
diss. : a.
-------------------- stb. : a - a.

[H+] x [X-]
[H+]2
[a]2
+
Ka = ------------------ karena [H ] = [X ] maka: Ka = --------- = ----------[HX]
[HX]
a - a
karena harga .
Jadi:
Ka

0, maka :
=

dapat juga dinyatakan:

a - a.

a2 2
-------------- =
a

a.

a 2 , a = molaritas asam mula-mula

[H+]2 = Ka x [HX]mula-mula

12

Analog untuk basa lemah monofungsi: [OH-]2 = Kb x [MOH]mula-mula


c. Asam/basa lemah poliprotik
HnX (aq)

H+(aq) + Hn-1X- ........

< ------------------- >

K1

Hn-1X-(aq) < ------------------- >

H+(aq) + Hn-2X2-(aq) .. K2

Hn-2X2-(aq) < ------------------- >

H+(aq) + Hn-3X3-(aq) .. K3

Bila K1, K2, K3 memiliki harga yang berjauhan, maka masing-masing tahap dissosiasi
dari asam tersebut dapat dianggap sebagai asam monoprotik. Besarnya [H +] hanya
tergantung pada tahap dissosiasi pertama, dalam hal demikian: K 1 >> K2 >> K3 . Untuk
harga [Xn-] semua tahap dissosiasi harus diperhitungkan.
Misal:

H2S(aq) < ------------------- > H+(aq) + HS-(aq)

K a1 = 9 x 10-8

HS-(aq) < ------------------- > H+(aq) + S2-(aq)

K a2 = 1,2 x 10-15

Pada tahap dissosiasi (1) [H+] = [HS-] maka:


[H+] x [HS-]
[H+]2
Ka1 = --------------------- , berarti : Ka1 = ---------- jadi: [H+]2 = Ka1 x [H2S]
[H2S]
[H2S]
+
2[H ] x [S ]
[H+] x [HS-]
[H+] x [S2-]
Ka2 = --------------------- , sehingga Ka1xKa2 = ------------------- x ---------------- = Ka
[HS-]
[H2S]
[HS-]
[H+]2 x [S2-]
Ka x [H2S]
Ka = ----------------------- , jadi: [S2-] = ------------------[H2S]
[H+]2
Dari persamaan di atas terlihat bahwa besarnya [S2-] berbanding terbalik dengan [H+]2.
Artinya jika ke dalam larutan jenuh H 2S ditambahkan asam kuat sedemikian rupa
sehingga konsentrasi H+ naik menjadi 2x, akan mengakibatkan [S2-] turun 4 x.
Analog untuk basa lemah M(OH)2 berlaku:
2+

[M ]

[OH-]2 = Kb1 x [M(OH)2] dan:

Kb x [M(OH)2]
= ------------------------- , dimana Kb = Kb1 x Kb2
[OH-]2

13

Contoh : Hitung pH dan [ S2-] dari larutan 0,01 M H2S


Jawab : [H+]2 = 9 x 10-8 x 10-2 = 9 x 10-10 jadi [H+] = 3 x 10-5 dan pH = 5 log 3
9 x 10-8 x 1,2 x 10--15 x 10-2
[S2-] = ---------------------------------------

= 1,2 x 10-15 M

[3 x 10-5]2
2.7. Pengaruh Ion Sejenis Terhadap Harga:
Kesetimbangan kimia merupakan sistem kesetimbangan dinamis, berarti sistem
dapat bergeser jika ada pengaruh dari luar. Hal ini diterangkan oleh Guldberg-Waage
dalam Hukum Aksi Reaksi : Jika ke dalam suatu sistem setimbang dipeberikan
penmgaruh dari luar, maka sistem tersebut akan bergeser sedemikian rupa sehingga
sistem selalu tetap dalam keadaan setimbang. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya pergeseran kesetimbangan adalah: konsentrasi komponen, temperatur, dan
khusus untuk sistem kesetimbangan gas juga dipengaruhi oleh volume dan tekanan.
Di dalam sistem kesetimbangan dissosiasi (ionisasi) terdapat komponen yang
berupa ion, oleh karena itu jika ke dalam sistem tersebut ditambahkan ion yang sejenis
dengan ion-ion yang sudah ada dalam sistem kesetimbangn akan mengakibatkan
terjadinya perubahan derajat dissosiasinya. Hal ini sangat penting untuk dicermati, dan
banyak diaplikasikan dalam praktek.
Contoh: Ke dalam 2 liter larutan 0,1 M asam asetat ditambahkan 16,4 gram Na-asetat
anhidrid (NaC2H3O2). Jika Ka asam asetat: 1,85 x 10-5 , hitunglah derajat dissosiasi asam
asetat sebelum dan sesudah ditambah Na-asetat.
Jawab: Sebelum ditambah Na-asetat
CH3COOH (aq) < ------------------- > H+(aq) + CH3COO-(aq)
Ka

Ka
= [CH3COOH] x atau: = ----------------[CH3COOH]
2

14

1,85 x 10-5
= --------------10-1

= 1,85 x 10-4 jadi = 1,36 x 10-2

- Sesudah ditambah Na-asetat.


Na-asetat dalam larutan bersifat sebagai elektrolit kuat dan terurai sempurna.
[NaCH3COO] = (16,4/82) mol/2 lt = 0,1 M
NaCH3COO (aq) < ------------------- >

Na+(aq) + CH3COO- (aq)

Adanya ion CH3COO- dari Na-asetat akan mengakibatkan terjadinya pergeseran


kesetimbangan dari asam asetat. Misal sekarang derajat dissosiasi asam asetat menjadi

, maka : [H+] ; [CH3COO-] dan [CH3COOH]sisa berturut-turut:

0,1 M; 0,1 M dan (0,1 0,1 ) M. Dalam kesetimbangan asam asetat :


[H+] x [CH3COO-]
0,1 x 0,1
Ka = ---------------------------- = ----------------------- =
[CH3COOH]sisa
[CH3COOH]sisa

0,01
---------------------(0,1 0,1 )

harga: (0,1 0,1 ) dianggap = 0,1 yang berarti [CH 3COOH]sisa = [CH3COOH]awal
maka:
Ka = 0,1 jadi :

= (1,85 x 10-5)/0,1 = 1,85 x 10-4

Dari perhitunganb tersebut dapat terlihat bahwa dengan penambahan Na-asetat ke dalam
larutan asam asetat akan mengakibatkan terjadinya pernurunan derajat dissosiasi asam
asetat dari; 1,36 x 10-2 turun menjadi: 1,85 x 10-4
Adanya ion CH3COO- yang berasal dari Na-asetat juga akan mengakibatkan
berubahnya [H+] dalam larutan yang disebabkan oleh adanya pergeseran kesetimbangan
yang terjadi. CH3COO- merupakan basa konjugasi dari CH3COOH, sehingga dapat
dinyatakan:
[H+]

Ka x [CH3COOH]
[asam]
= ------------------------------- = Ka x -------------------------[CH3COO-]
[basa konjugasi]

pH = - log [H+ ] = - log Ka log [asam] + log [ bs konjugasi]

15

Larutan yang terjadi sekarang merupakan suatu larutan penyangga atau penahan atau
buffer. Hal serupa akan terjadi jika ke dalam larutan basa lemah ditambahkan asam
konjugasi dari basa lemah tersebut, dan analog didapatkan:

[OH-]

= Kb x

[basa]
-----------------------------[asam konjugasi]

pOH = - log [OH-] = -log Kb log [basa] + log [asam konjugasi]


pH = 14 {-log Kb log [basa] + log [asam konjugasi]}
= 14 + log Kb + log [basa] log [asam konjugasi]
Larutan penyangga adalah: Campuran antara larutan asam lemah dengan basa
konjugasinya atau campuran larutan basa lemah dengan asam konjugasinya.
Larutan penyangga memiliki sifat dapat mempertahankan pH larutan seandainya ada
penambahan sedikit ion H+ ataupun sedikit ion OH-, dan sistem ini sangat bermanfaat
dalam kehidupan manusia.
Contoh: a). Hitung pH larutan contoh soal sebelumnya!
b). Jika ke dalam larutan ditambahkan lagi 1 ml larutan 0,1 M HCl,
hitung pH larutan sekarang!.
Jawab : a). Di dalam larutan terjadi campuran antara H-asetat dengan Na-asetat.
Sesuai rumusan di atas : [H+] = 0,1 = 0,1 x 1,85 x 10-4 = 1,85 x 10-5
pH = - log 1,85 x 10-5 = 5 log 1,85 = 4,73
Atau: karena terdissosiasi sempurna: [CH3COO-] = [NaCH3COO] = 0,1 M
[asam]
0,1
-5
[H ] = Ka x --------------------- = 1,85 x 10 x --------- = 1,85 x 10-5
[basa konjugasi]
0,1
+

Jadi pH = - log 1,85 x 10-5 = 5 log 1,85 = 4,73


b). HCl yang ditambahkan = 1 ml x 0,1 mmol/ml = 0,1 mmol
[HCl] = 0,1mmol/(2000 + 1)ml = 5 x 10-5 M, karena HCl asam kuat
monoprotik maka: [H+]HCl = [ HCl] = 5 x 10-5 M.

16

[H+]tot. = [H+]HCl + [H+]H-Ast. = 5 x 10-5 + 1,85 x 10-5 = 6,85 x 10-5


Jadi pH larutan : - log 6,85 x 10-5 = 5 log 6,85 = 4,17
NaAst (aq)

---------------------- > Na+(aq) + Ast-(aq)

0,1 M

0,1 M

0,1 M

H-Ast (aq) < =============== > H+ (aq) + Ast- (aq)


1,85 . 10-5 M
HCl(aq)

----------------------- > Cl-(aq) + H+ (aq)

5. 10-5 M

5.10-5M

Jumlah H+ dari HCl yang bereaksi dengan Ast- = jumlah Ast - =.10-5M
Jadi jumlah Ast- sisa = 10-1 - 5. 10-5 10-1 Mdan jumlah [HAst] = 10-1M
Jadi: pH = -log 1,85. 10-5 - log 10-1 + log 10-1 = 4,73
Dari perhitungan tersebut terlihat bahwa setelah penambahan sedikit larutan HCl
ternyata perubahan pH yang terjadi relatif kecil. Hal ini membuktikan statemen di atas
yaitu jika ke dalam sistem penyangga ditambahkansedikit ion H + maka sistem tersebut
akan mempertahankan pH agar tetap.
2.8. Hidrolisis
Larutan garam (khususnya garam anorganik) di dalam air ada yang bersifat asam
(pH <7), bersifat netral (pH = 7), dan ada yang bersifat basa (pH >7). Hal ini disebabkan
garam-garam tersebut akan bereaksi dengan air sebagai pelarut yang disebabkan oleh
adanya proses dissosiasi dari air itu sendiri.
Berdasarkan jenisnya garam dapat dibedakan menjadi: 1. Garam yang berasal
dari asam kuat dan basa kuat. 2. Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah.
3. Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat. 4. Garam yang berasal dari asam
lemah dan basa lemah.
1.Garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat.
Misal: Garam NaCl dalam air.
NaCl (aq) + H2O (l) <---------------> HCl (aq) + NaOH(aq)

17

Na+(aq) + Cl-(aq) + H2O(l) <-------------- > H+(aq) + Cl-(aq) + Na+(aq) + OH-(aq)


H2O(l)

< -------------- > H+(aq) + OH-(aq)

Dari persamaan reaksi di atas terlihat bahwa proses yang terjadi sebenarnya hanya
merupakan dissosiasi air, sehingga dalam larutan tersebut [H +} = [OH-], jadi larutan
tersebut bersifat netral.
2. Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah.
Misal: Garam NH4Cl dalam air.
NH4Cl (aq) + H2O(l) < ------------- > HCl (aq) + NH4OH(aq)
NH4+(aq) + Cl-(aq) + H2O(l) < ------------ > H+(aq) + Cl-(aq) + NH4OH(aq)
NH4+(aq) + H2O(l) < ------------ > H+(aq) + NH4OH(aq)
Disini terlihat yang mengalami reaksi dengan air (terhidrolisis) hanyalah ion NH 4+ ,
sedangkan ion Cl- tidak terhidrolisis, larutan bersifat asam karena adanya H+. Keadaan
seperti ini garam tersebut mengalami hidrolisis parsial (sebagian). Untuk kesetimbangan
tersebut berlaku:

K =

[H+] x [NH4OH]
------------------------- ,
[NH4+] x [H2O]

[H+]] x [NH4OH]
K x [H2O] = ------------------------- = Kh
[NH4+]
Adanya basa lemah NH4OH maka dalam larutan terjadi kesetimbangan:
NH4OH (aq) < -------------- > NH4+(aq) + OH-(aq) dimana:
[NH4+] x [OH-]
Kb = ---------------------[NH4OH]
Kw
[H+] x [OH-] x [NH4OH]
Jika ------- = --------------------------------- = Kh ,dalam larutan:
[H+] = [NH4OH],
+
Kb
[NH4 ] x [OH ]
Kw
[H+]2
Kw
-------- = --------------------, atau [H+]2 = -------- x [NH4+]
Kb
[NH4+]
Kb

18

Jadi : [H+] = [Kw /Kb] x [NH4+] atau pH = pKw pKb log [NH4+]
3. Garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat.
Misal : Larutan garam Na-asetat dalam air.
NaCH3COO(aq) + H2O(l) < ------------- > NaOH(aq) + CH3COOH(aq)
Na+(aq)+CH3COO-(aq) +H2O(l) < ------------- > Na+(aq) + OH-(aq) + CH3COOH(aq)
CH3COO-(aq) + H2O(l)

< ------------- > OH-(aq) + CH3COOH(aq)

Disini yang mengalami hidrolisis juga hanya ion asetat, sedangkan ion Na + tidak, larutan
bersifat basa karena adanya ion OH- sehingga garam jenis ini juga dikatakan mengalami
hidrolisis parsial (sebagian).
[OH-] x [CH3COOH]
Kw
Kh = ----------------------------- = ---------- , disini: [OH-] = [CH3COOH]
[CH3COO-]
Ka
maka dapat dirumuskan:
Kw
[OH-]2 = ------------- x [CH3COO-] atau: [OH-] = [Kw/Ka x [CH3COO-]
Ka
Jadi : pOH = pKw - pKa log [CH3COO-] atau:
pH

= pKw + pKa + log [CH3COO-]

4. Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah.


Misal: larutan garam NH4 Asetat dalam air.
NH4CH3COO(aq) + H2O(l) < ---------- > NH4OH(aq) + CH3COOH(aq)
NH4+(aq) + CH3COO-(aq) + H2O(l) < ---------- > NH4OH(aq) + CH3COOH(aq)
Dari persamaan di atas terlihat bahwa baik ion NH4+ maupun ion CH3COO- keduanya
mengalami hidrolisis, sehingga garam jenis ini dikatakan mengalami hidrolisis
sempurna. Untuk kesetimbangan ini juga berlaku:
Kh

[NH4OH] x [CH3COOH]
[H+] x[OH-]
= ---------------------------------- , jika ruas kanan dikalikan: ----------------[NH4+] x [CH3COO-]
[H+] x[OH-]

Kh

[NH4OH] x [CH3COOH] x [H+] x[OH-]


Kw
= --------------------------------------------------- = --------------[NH4+] x [CH3COO-] x [H+] x[OH-]
Ka x Kb

19

Dalam larutan terjadi juga dissosiasi CH3COOH dan berlaku:


[CH3COOH]
[H+] = Ka x -------------------- ; [NH+] = [CH3COO-]; [NH4OH] = [CH3COOH]
[CH3COO-]
[CH3COOH]2
Kh = ---------------------- dari sini terlihat bahwa: Ka = Kh maka didapat:
[CH3COO-]2
[H+] = Ka x Kh = Kh x Ka2 = (Kw x Ka)/Kb = {(Kw x Ka)/Kb}1/2
Jadi pH = pKw + pKa pKb disini terlihat bahwa pH larutan hanya tergantung
pada harga Ka dan Kb. Jika :Ka > Kb maka larutan bersifat asam (pH < 7),
Ka < Kb larutan bersifat basa (pH > 7), Ka = Kb larutan bersifat netral (pH = 7).
Contoh:
Diketahui berturut-turut larutan 0,01 M Na2SO4 ; 0,01 M NH4NO3 ; 0,01 M K-asetat;
0,01 M NH4-Asetat. Ka H-Asetat = 1,8 x 10-5, Kb NH4OH = 1,85 x 10-5. hitunglah pH
dari larutan-larutan tersebut!.
Jawab: a. Larutan 0,01 M Na2SO4
Na2SO4(aq) + H2O(l) < ------------ > H2SO4(aq) + 2 NaOH(aq)
As. Kuat

Bs. Kuat

Karena garam ini berasal dari asam kuat dan basa kuat, maka tidak mengalami
hidrolisis dan pH larutan netral = 7
b. Larutan 0,01 M NH4NO3
NH4NO3(aq) + H2O(l) < ------------ > HNO3(aq) + NH4OH(aq)
As. Kuat

Bs. Lemah

Karena garam ini berasal dari asam kuat dan basa lemah, berlaku:
pH

= pKw - pKb + p [NH4NO3]


= - log 10-14 + log 1,85 x 10-5 log 10-2
= 7 - 2,5 + 0,133 + 1 = 5,633.

c. Larutan 0,01 M K-asetat { KCH3COO} dalam air


KCH3COO(aq) + H2O(aq) < ----------- > CH3COOH(aq) + KOH(aq)
As. Lemah

20

Bs. Kuat

Karena garam ini berasal dari asam lemah dan basa kuat, maka berlaku:
pOH

= pKw - pKa + p[KCH3COO]


= - log 10-14 + log 1,8 x 10-5 - log 10-2
= 7 - 2,5 + 0,128 + 1 = 5,63

pH

= 14 - pOH = 14 - 5,63 = 8,37

d. Larutan 0,01 M NH4-Asetat {NH4CH3COO} dalam air


NH4CH3COO(aq)+H2O(l) < ----------- > CH3COOH(aq) + NH4OH(aq)
As. Lemah

Bs. Lemah

Karena garam ini berasal dari asam dan basa lemah, maka berlaku:
pH

pKw + pKa - pKb

= - log 10-14 - log 1,8 x 10-5 + log 1,85 x 10-5


=

7 + 2,5 - 0,128 - 2,5 + 0,133 = 7,005.

Reaksi antara asam dan basa.


Asam

+ Basa < ---------------- > Garam + Air

a. Asam Kuat + Basa Kuat


a.1. Asam dan Basa ekivalen : pH larutan netral
a.2. Asam tersisa

: pH tergantung [as. kuat]sisa

a.3. Basa tersisa

: pH tergantung [bs. Kuat]sisa

b. Asam Kuat + Basa Lemah


b.1. Asam dan Basa ekivalen : garam terhidrolisis parsial
pH = pKw pKb + p[G]
b.2. Basa tersisa

: larutan penyangga
pH = 14 - pKb + log [basa] - log [as. konj.]

b.3. Asam tersisa

: pH tergantung pada [as.Kuat]sisa

21

c. Asam Lemah + Basa Kuat


c.1. Asam dan Basa ekivalen : garam terhidrolisis parsial
pH = pKw + pKa - p[G]
c.2. Asam tersisa

: larutan penyangga
pH = pKa log [asam] + log [bs.konj.]

c.3. Basa tersisa

: pH tergantung pada [bs. Kuat]sisa

d. Asam Lemah + Basa lemah


d.1. Asam dan Basa ekivalen : garam terhidrolisis sempurna
pH = pKw + pKa - pKb
d.2. Asam tersisa

: larutan penyangga
pH = pKa log [asam] + log [bs.konj.]

d.3. Basa tersisa

: larutan penyangga
pH = 14 - pKb + log [basa] - log [as. konj.]

2.9. Kelarutan dan Kesetimbangan Kelarutan


Air dinyatakan sebagai pelarut universal, karena sangat banyak zat kimia di alam
ini yang bisa dilarutkan oleh air. Jika ditinjau dari proses pelarutan, maka zat kimia di
alam dibedakan menjadi zat yang mudah larut dan zat yang sukar larut. Zat kimia
terutama garam-garam anorganik yang melarut dalam air akan bersifat sebagai elektrolit
kuat.
Garam anorganik yang sukar larut dalam air, bagian yang melarut akan
membentuk larutan jenuh selama dalam sistem tersebut masih terdapat padatan di bagian
bawah larutan tersebut. Banyaknya garam yang melarut untuk membentuk larutan tepat
jenuh dinyatakan sebagai besarnya kelarutan garam tersebut. Jadi kelarutan suatu
garam yang sukar larut adalah: jumlah maksimum (gram atau mol) dari garam
tersebut yang dapat melarut dalam 1 satuan volume larutan (misal lt.)
Menurut Nernst (1889) : Dalam larutan jenuh garam-garam yang sukar larut,
pada temperatur tetap maka hasil kali konsentrasi ion-ionya selalu tetap.

22

MaXb (s) < --------- > MaXb (aq) < ---------- > aMb+(aq) + bXa-(aq)
Biasa dituliskan:

MaXb (s) < ---------- > aM b+(aq) + bXa-(aq) pada saat setimbang

ini, berarti larutan dalam keadaan jenuh, menurut Nernst berlaku:


[Mb+]a x [Xa-]b = Ksp { tetapan hasil kali kelarutan}, sebagai tetapan setimbang maka
Ksp merupakan fungsi temperatur.
Hubungan Antara Kelarutan ( s mol/lt.) dengan Ksp
Misal kelarutan garam MaXb = s mol/lt, maka kesetimbangan kelarutannya:
MaXb (s) < ---------- > aMb+(aq) + bXa-(aq)
s mol/lt
Berarti:

as mol/lt

Ksp = [Mb+]a x [Xa-]b


a+b

s =

bs mol/lt

= (as)a x (bs)b = aa x bb x sa+b

Ksp
----------aa x bb

Jika: : Ksp > [Mb+]a x [Xa-]b , berarti larutan belum jenuh


Ksp < [Mb+]a x [Xa-]b , berarti terjadi pengendapan.
Adanya ion sejenis yang berada dalam sistem kesteimbangan kelarutan akan
menyebabkan terjadinya pergeseran kesetimbangan.
MaXb (s) < ---------- > aMb+(aq) + bXa-(aq)

(1)

NaX (aq) ------------ > Na+(aq) + X-(aq)

(2)

Adanya X- yang berasal dari NaX akan menyebabkan [X-] naik, karenanya
kesetimbangan (1) bergeser kekiri, hal ini berakibat kelarutan garam M aXb semakin
kecil.

Contoh: Jika Ksp AgCl = 10-10 : a.Hitung kelarutan AgCl dalam air
b.Hitung kelarutan AgCl dalam larutan 0,05 M NaCl
Jawab:
a. AgCl(s) < ---------------- > Ag+(aq) + Cl-(aq) , elektrolit biner a = 1, b = 1
s = Ksp = 10-10 = 10-5 mol/lt.

23

b. AgCl(s) < ---------------- > Ag+(aq) + Cl-(aq)


sM

sM

sM

NaCl(aq) ----------------- > Na+(aq) + Cl-(aq)


0,05M

0,05M

0,05M

[Cl-]tot = [Cl-]AgCl + [Cl-]NaCl = s + 0,05

0,05 ( s <<< 0,05)

Dalam sistem kesetimbangan kelarutan berlaku:


Ksp = [Ag+] x [Cl-] = 10-10 = s x 0,05 jadi : s = 10-10/0,05 = 2 x 10-9 mol/lt
Dari perhitungan di atas terlihat bahwa kelarutan AgCl dalam larutan 0,05 M NaCl jauh
berkurang jika dibandingkan dengan kelarutan AgCl dalam air.
Contoh: Diketahui Ksp Mg(OH)2 = 3,4 x 10-11. Berapa kelarutan Mg(OH)2 dalam air dan
berapa gram NaOH anhidrat minimal yang harus ditambahkan ke dalam 500 ml larutan
0,001 M MgCl2 agar dapat terjadi pengendapan Mg(OH)2.
Jawab:

Mg(OH)2(s) < ------------------ > Mg2+(aq) + 2OH-(aq)


Harga a + b = 1 + 2 = 3 dan aa x bb = 11 x 22 = 4
Jadi :
3

Ksp Mg(OH)2
-----------------4

3
=

3,4 x 10-11
------------4

= 2,05 x 10-4 mol/lt


Jadi kelarutan Mg(OH)2 dalam air = 2,05 x 10-4 mol/lt.
Mg(OH)2(s) < ------------------ > Mg2+(aq) + 2OH-(aq)
Agar terjadi pengendapan Mg(OH)2 maka: Ksp Mg(OH)2 < [Mg2+] x [OH-]2
MgCl2(aq) --------------- > Mg2+(aq) + 2Cl-(aq)
0,001

0,002

NaOH(aq) --------------- > Na+(aq) + OH-(aq)


aM

24

aM

Jadi:

3,4 x 10-11 < 10-3 x a2 berarti: a2 > (3,4 x 10-11)/10-3 = 3,4 x 10-8

a > 3,4 x 10-8 artinya: a > 1,84 x 10-4 mol/lt atau a > 1,84 x 10-4 x 40 gr/lt
Jadi dalam 500 ml larutan 0,001 M MgCl 2 tersebut agar terjadi pengendapan Mg(OH)2
harus ditambah NaOH anhidrat sebanyak > (1,84 x 10 -4 x 40) x 500/1000 gr atau
sebanyak > 3,68 mgr.

25

BAB. III
REDOKS DAN ELEKTROKIMIA
Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan mahasiswa dapat:


1. Menentukan bilangan oksidasi suatu unsur dalam senyawa.
2. Menjelaskan terjadinya reaksi reduksi
3. Menjelaskan terjadinya reaksi oksidasi.
4. Menyetarakan reaksi redoks
5. Menghitung harga potensial sel elektrokimia
6. Mengaplikasikan hukum Faraday
3.1. Konsep Reduksi dan Oksidasi
Salah satu jenis reaksi kimia adalah reaksi redoks, yaitu suatu reaksi yang
melibatkan terjadinya peristiwa reduksi dan peristiwa oksidasi. Pada awalnya reaksi
oksidasi diartikan sebagai peristiwa bereaksinya suatu zat dengan oksigen, sedangkan
reaksi reduksi adalah suatu peristiwa bereaksinya suatu zat dengan hidrogen. Reaksi
reduksi juga sering diartikan sebagai peristiwa pelepasan oksigen dari suatu senyawa
kimia.
Saat ini dikembangkan teori tentang reduksi dan oksidasi yang melibatkan
peristiwa transfer elektron. Disini reduksi diartikan sebagai peristiwa penangkapan
elektron, sedangkan oksidasi diartikan sebagai peristiwa pelepasan elektron.
Berlangsungnya reaksi reduksi selalu dibarengi dengan reaksi oksidasi, artinya baik
reaksi reduksi maupun reaksi oksidasi tidak bisa berlangsung sendiri-sendiri. Pada
peristiwa peleppasan elektron mengakibatkan kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan
pada penangkapan elektron mengakibatkan penurunan bilangan oksidasi.
Penentuan bilangan oksidasi suatu unsur disusun berdasarkan suatu peninjauan
tentang: 1). Komposisi senyawa. 2). Keelektronegatifan dari unsur dalam senyawa
dan
3). Aturan-aturan menurut perjanjian. Adapun hal yang perlu diperhatikan dalam
penentuan bilangan oksidasi adalah:

26

Bilangan oksidasi suatu unsur dalam senyawa paling tinggi = nomor


golongan unsur tersebut dalam tabel periodik unsur.

Jumlah bilangan oksidasi semua unsur dalam suatu senyawa = 0

Jumlah bilangan oksidasi semua unsur dalam ion poliatom = muatan ion

Unsur yang paling besar kelektronegatifanya, bilangan oksidasinya = (-)

Unsur yang paling kecil keelektronegatifanya, bilangan oksidasinya = (+)

Pada kondisi normal (temperatur kamar) unsur-unsur bebas yang berada pada
keadaan stabil, bilangan oksidasinya = 0

Dalam suatu senyawa bilangan oksidasi unsur O = -2, kecuali pada senyawa
peroksida bilangan oksidasi O = -1 dan dalam senyawa F2O = +2

Dalam senyawa, bilangan oksidasi unsur H selalu = +1, kecuali dalam


hidrida logam bilangan oksidasi H = -1.

Contoh:

Fe(s)
0
H Cl
+1 -1
Cl-1

Zn(s)
0
KO H
+1 -2 +1
Na+
+1

Al(s)
0

Mg(s)
0

H2 (g)
0

Mg S O4
+2 +6 -2

H2 O2
+1 -1

Al H3
+3 -1

N O3+5 -2

C N+4 -5

ClO3+5 -2

Berlangsungnya reaksi redoks dipengaruhi oleh pH medium, artinya suatu reaksi


redoks ada yang berlangsung hanya pada pH netral, pH asam, dan pH basa. Suatu reaksi
redoks yang berlangsung dalam pH medium netral tidak akan berlangsung pada medium
asam ataupun basa, begitu pula sebaliknya. Stoikhiometri reaksi redoks tercapai jika:
jumlah atom-atom dan jumlah muatan ruas kiri = ruas kanan.
Spesies yang terlibat dalam reaksi redoks adalah spesies yang mengalami
perubahan bilangan oksidasi, sedangkan unsur/spesies yang tidak mengalami perubahan
bilangan oksidasi tidak terlibat dalam reaksi. Penyetaraan reaksi redoks dapat ditempuh
melalui langkah-langkah:

Tuliskan persamaan reaksi dalam bentuk persamaan reaksi ionik.

27

Tentukan bilangan oksidasi unsur-unsur dalam setiap spesies yang ada.

Unsur-Unsur/Spesies yang tidak mengalami perubahan bilangan oksidasi


agar diabaikan.

Setarakan jumlah unsur yang mengal;ami perubahan bilangan oksidasi.

Tentukan jumlah penambahan dan jumlah pengurangan bilangan oksidasi


yang terjadi kemudian setarakan jumlahnya ruas kiri = ruas kanan.

Jika sampai disini stoikhiometri telah tercapai, berarti reaksi tersebut dapat
berlangsung dalam medium netral, artinya reaksi tersebut hanya dapat berlangsung
dalam medium netral. Sebaliknya jika stoikhimetri belum tercapai berarti reaksi tersebut
tidak dapat berlangsung dalam medium netral.
Reaksi redoks yang berlangsung dalam medium asam ditandai dengan jumlah
muatan positip ruas kiri < muatan positip ruas kanan, sebaliknya untuk reaksi redoks
yang berlangsung dalam medium basa ditandai oleh jumlah muatan negatif ruas kiri <
jumlah muatan negatif ruas kanan. Penyetaraan reaksi redoks yang berlangsung dalam
medium asam atau basa setelah langkah ke 5) di atas perlu dilanjutkan dengan langkah
berikut:

Jika reaksi berlangsung dalam medium asam, tambahkan H+ di ruas kiri


sebanyak yang diperlukan untuk penyetaraan muatan, demikian juga reaksi
berlangsung dalam medium basa, tambahkan OH- pada ruas kiri sebanyak
yang diperlukan untuk penyetaraan muatan.

Untuk penyetaraan jumlah atom H tambahkan H2O pada ruas yang


memerlukannya.

Contoh: Setarakan reaksi redoks berikut


a. FeCl2(aq)

+ Cl2 (g) ---------------------- >

FeCl3 (aq)

b. FeSO4 (aq)+ KMnO4 (aq) -------- > Fe2(SO4)3(aq)+K2SO4(aq) + MnSO4 (aq) (asam)
Jawab:
a. FeCl2(aq)

+ Cl2(g)

------------------------ > FeCl3(aq)

- Fe2+ + Cl- + Cl2 ------------------------------ > Fe3+ + Cl-

28

+2

-1

- Fe2+

+3

-1

-------------------------- > Fe3+ + 2 Cl-

Cl2

(+1) x 2
(-2) x 1
- 2Fe2+

-------------------------- > 2 Fe3+ + 2 Cl- (stoikhiometris)

Cl2

Berarti reaksi di atas berlangsung dalam medium netral.


b.FeSO4(aq) + KMnO4(aq) ------- > Fe2(SO4)3(aq) + K2SO4(aq) + MnSO4(aq)
- Fe2+ + SO42- + K+ + MnO4- ----- > Fe3+ + SO42- + K+ + SO42- + Mn2+ + SO42+2

+6 -2

+1

+7 -2

- Fe2+ + MnO4-

+3

+6 -2

+1

+6 -2

+2

+6 -2

------------ > Fe3+ + Mn2+


(+1) x5
(-5) x 1

- 5Fe2+ + MnO4-

---------------- > 5 Fe3+ + Mn2+ (belum stoikhimetris)

Jumlah muatan (+) ruas kiri < ruas kanan, reaksi berlangsung dalam medium asam.
- 5 Fe2+ + MnO4- + 8 H+ ----------- > 5 Fe3+ + Mn2+
- 5 Fe2+ + MnO4- + 8 H+ ----------- > 5 Fe3+ + Mn2+ + 4 H2O (stoikhimetris)
Penyetaraan reaksi redoks dapat juga dilakukan dengan metode satengah reaksi. Cara ini
dilakukan dengan menyetarakan secara terpisah untuk masinmg-masing reaksi reduksi
dan reaksi oksidasi. Hasil penyetaraan masing-masing reaksi selanjutnya dijumlahkan,
sehingga diperoleh reaksi total redoks.
Contoh: Setarakan reaksi : Cl2(g) + KIO3(aq) --------- > KIO4(aq) + KCl (aq)
- Cl2(g) + K+(aq) + IO3-(aq)

---------- > K+(aq) + IO4-(aq) + K+(aq) + Cl-(aq)

- Cl2(g) + IO3-(aq)

---------- > IO4-(aq) + Cl-(aq)

reduksi : - Cl2
- Cl2
oksidasi: - IO3- IO3-

+5 -2

+7 -2

2e

-1

---------- > Cl----------- > 2 Cl----------- > IO4----------- > IO4- + 2e

29

- IO3- + 2OH- IO3- + 2OH-

----------- > IO4- + 2e


----------- > IO4- + H2O + 2e

redoks: Cl2
+ 2e
----------- > 2 ClIO3+ 2 OH------------ > IO4- + H2O + 2e
------------------------------------------------------------------------------ Cl2 + IO3- + 2 OH----------- > 2Cl- + IO4- + H2O (stoikhiometris)

3.2. Sel Elektrokimia


Di alam energi terdapat dalam bentuk-bentuk yang beragam, mulai: energi
dalam, energi potensial, energi mekanik, energi listrik, energi kimia dan lain
sebagainya.Menurut Hukum Kekekalan Energi: Di alam energi tidak dapat dihapuskan
ataupun diciptakan, tetapi bentuk energi dapat diubah dari bentuk energi yang satu ke
bentuk energi yang lainnya.
Sel elektrokimia merupakan suatu media terjadinya perubahan bentuk energi
antara energi kimia dan energi listrik. Sesuai dengan terjadi perubahan bentuk energi sel
elektrokimia dibedakan menjadi :
1. Sel Volta/sel Galvani: terjadi perubahan bentuk energi dari energi kimia
menjadi energi listrik.
2. Sel elektrolisa: terjadi perubahan bentuk energi dari energi listrik menjadi
energi kimia..
ad.1.Sel Volta/Galvani
Sel ini terdiri dari dua buah elektroda yaitu katoda dan anoda, masing-masing
harus memiliki potensial standar yang berbeda. Adanya perbedaan potensial tersebut jika
kedua elektroda dihubungkan satu dengan yang lain akan timbul aliran elektron,
sehingga akan timbul energi listrik. Reaksi reduksi akan terjadi di katoda dan reaksi
oksidasi terjadi di anoda.
Secara teoritis besarnya potensial sel yang ditimbulkan oleh suatu rangkaian sel
volta dapat dihitung berdasarkan besarnya potensial standar elektroda dari masingmasing elektrodanya, dan secara matematis dirumuskan:

30

Eosel

= Eored (katoda) Eored(anoda)

Besarnya Eored dari berbagai elektroda beserta rekasi kimianya dapat dilihat di berbagai
literatur kimia.
b

Sel volta biasa dituliskan sebagai berikut:


L , Ln+
oksidasi (anoda)

Mn+, M
reduksi (katoda)

berdasarkan notasi sel volta tersebut, maka reaksi kimia yang terjadi adalah:
L

Mn+

------------------ > Ln+ + M

Contoh: Hitunglah Eosel dari suatu sel volta dengan elektroda Zn dan Cu, dan tuliskan
reaksi yang terjadi dalam sel tersebut !.
EoZn2+, Zn = - 0,76 V dan EoCu2+, Cu = 0,34 V.
Jawab:

E oZn2+, Zn = - 0,76 V

< E oCu2+, Cu = 0,34 V, berarti dalam rangkaian sel volta

elektroda Zn harus sebagai anoda dan Cu harus sebagai katoda.


Eosel

= Eored(reduksi) - Eored(oksidasi) = EoCu - EoZn = 0,34 (-0,76)


= 1,10 V.

Syarat berlangsungnya reaksi kimia dalam sel volta: Harga Eosel = (+)
Menurut Nernst besarnya potensial suatu sel dapat dihitung dengan rumusan:
0,059
[oks]
Esel = E sel - ----------- log --------n
[red]
n = menyatakan banyaknya mol elektron yang ditransfer dalam reaksi kimia.
Jadi besarnya potensial sel di atas adalah:
o

0,059
[Zn2+]
Esel = 1,1
- ------------- log -----------2
[Cu2+]
Reaksi kimia yang terjadi: Zn(s) + Cu2+(aq) -------- > Zn2+(aq) + Cu(s)
Aplikasi sel volta ini antara lain untuk pembuatan sel aki, pembuatan batu baterei, sel
merkuri-Zn, sel bahan bakar.
Ad.2. Sel Elektrolisis
Seperti halnya dalam sel volta, sel elektrolisis juga terdiri atas dua buah
elektroda: katoda dan anoda. Agar sel ini dapat berfungsi maka harus dihubungkan

31

dengan sumber arus listrik, dan kedua elektrodanya harus dicelupkan kedalam larutan
elektrolit. Adanya energi listrik yang masuk ke rangkaian sel, akan mengakibatkan
terjadinya reaksi kimia di dalam sel tersebut.Reaksi reduksi akan terjadi di katoda dan
reaksi oksidasi akan terjadi di anoda.
Reaksi yang mungkin terjadi di katoda:
-

Jika ada ion Mn+, dimana Eored.M << Eo H2 reaksi yang mungkin:
2H2O + 2e --------------- > 2 OH- + H2(g)
Jika ada ion Mn+,dimana Eored.M > Eo H2 atau sama, reaksi yang mungkin:
Mn+
+ ne --------------- > M(s)
Jika ada ion H+ dari asam, reaksi yang mungkin:
2H+ + 2e --------------- > H2(g)

Reaksi yang mungkin terjadi di anoda:


- Jika ada ion X- (halida), rekasi yang mungkin:
2X---------------- > X2 + 2e
- Jika ada ion OH dari basa:
4 OH---------------- > 2 H2O + O2(g) + 4e
- Jika ada ion sisa asam oksi:
2 H2O
---------------- > 4 H+ + O2(g) + 4e
Jika anoda digunakan elektroda L yang tidak inert (bukan: Pt, C ), reaksi nya:
L(s)
---------------- > Ln+ + ne
Menurut hukum Faraday ada korelasi antara jumlah zat yang terbebaskan dengan
jumlah listrik yang terpakai dalam proses elektrolisis pada setiap elektrodanya.
Hukum Faraday I : Banyaknya zat yang dibebaskan pada masing-masing
elektroda dalam proses elektrolisis, sebanding dengan banyaknya listrik yang mengalir
ke dalam larutan selama elektrolisis tersebut berlangsung. Secara matematis dituliskan:
w

= (e x i x t)/96500 gram

i = amp.; t = det.;e = ek. zat = (Ar atau Mr)/n {n = jmlh mol e untuk per 1 mol zat }
catatan: amp. x det. = C (coulomb) dan 96500 C = 1 F (faraday).
Jadi :

w = e x F gram

32

Hukum Faraday II: banyaknya zat yang terbebaskan pada masing-masing


elektroda dalam rangakaian sel yuang tersusun secara seri berbanding lurus dengan
massa ekivalennya. Secara matematis dapat dituliskan:
w1 : w2 : w3 : ........

= e1 : e2 : e3 : .......

Contoh: Arus sebesar 0,1 F dialirkan ke dalam 500 ml larutan KI. Jika selama
elektrolisis volume larutan dianggap tetap, hitung:
a. berat I2 yuang dibebaskan dalam elektrolisis tersebut.
b. pH larutan setelah proses elektrolisis.
Jawab: Reaksi: { KI(aq)
------------ > K+(aq) + I-(aq) } x 2
Kat. : 2H2O(l)
An. :

+ 2e

2I-(aq)

------------ > 2 OH-(aq) + H2(g)


------------ > I2 (s) + 2e

2KI(aq) + 2 H2O(l) ------------ > 2K+(aq) + 2OH-(aq) + H2(g) + I2(s)


a. w I2 = e I2 x F

= (2 x 128)/2 x 0,1 gr = 12,8 gr

b. mol OH- = 2 x mol I2 = 2 x {12,8/(2 x 128)} = 0,1 mol


[OH-] = 0,1/0,5 mol/lt = 0,2 M, sehingga: pOH = - log 0,2 = 0,699
Jadi pH = 14 - 0,699 = 13,301
Aplikasi dari proses elektrolisis antara lain: industri cat; industri aluminium;
elektroplating ; industri gas oksigen.

33

BAB IV
ANALISIS KUALITATIF ANION DAN KATION ANORGANIK
DALAM LARUTAN
Analisis kualitatif bertujuan untuk mengenali komposisi atau struktur bahan
kimia. Bahan kimia anorganik dalam sampel juga banyak ragamnya sesuai dengan
struktur dari bahan kimia tersebut. Analisis kualitatif untuk bahan organik dibahas
tersendiri dalam kelompok kajian kimia organik.
Jenis anion dan kation dari bahan kimia anorganik cukup banyak, sehingga
diperlukan suatu cara yang sistematis untuk melakukan kajian. Berkenaan dengan hal
tersebut maka; Karl Remegius Fresenius sejak tahun 1840 telah memperkenalkan cara
sistematis analisis anion dan kation melalui suatu diagram alir yang sampai sekarang
masih menjadi standar dalam kajian anion dan kation anorganik.
Dalam setiap kegiatan analisis kualitatif pengamatan visual merupakan hal yang
sangat penting, disamping mengenali reaksi-reaksi yang terjadi selama treatmen analit.
Pengamatan visual yang dimaksud termasuk: adanya warna, adanya gas, adanya
endapan, adanya perubahan suhu.
Ada berbagai cara dalam menggambarkan diagram alir analisis kation dan anion,
salah satu cara seperti terlihat pada skema di bawah ini:
Ion- ion yang akan diidentifikasi
Pereaksi, kondisi
endapan

Ion dalam larutan

Pereaksi, kondisi

endapan

Pereaksi, kondisi

larutan

endapan

34

larutan

Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan mahasiswa dapat:


1. Menuliskan reaksi-reaksi kimia yang terjadi pada analisis identifikasi ion
2. Membedakan adanya reaksi sensitif dan reaksi spesifik
3. Menjelaskan alur analisis kation
4. Menjelaskan prosedur analisis kation tunggal dalam larutan
5. Menjelaskan prosedur analisis campuran kation dalam larutan
6. Menjelaskan pengaruh pH dalam pengendapan senyawa sulfida
7. Menjelaskan peranan larutan buffer dalam pemisahan kation
8. Mengenali senyawa kimia berdasarkan warnanya
4.1. Analisis Anion
Analisis anion biasanya diawali dengan uji pendahuluan untuk memperoleh
gambaran tentang keberadaan suatu anion atau kelompok anion. Proses analisis
selanjutnya adalah melakukan uji spesifik terhadap jenis anion tertentu. Pemisahan
secara fisik terhadap anion tidaklah begitupenting, karena uji spesifik terhadap anion
tertentu hanya peka untuk satu jenis anion, tetapi tidak peka terhadap jenis anion yang
lain.
Jika sampel yang tidak diketahui analitnya sukar larut dalam air, maka sampel
tersebut diberikan treatmen tertentu dengan suatu jenis pereaksi agar dapat dibuat
menjadi larutan. Seperti diketahui ada beberapa anion yang tidak stabil jika berada pada
medium yang bersifat asam, atau dapat bereaksi antara anion yang satu dengan lainnya.
Adanya sampel yang sukar larut, biasanya sampel tersebut didihkan bersamasama dengan padatan natrium karbonat. Perlakuan ini dimaksudkan agar anion dalam
analit dapat bereaksi dengan natrium karbonat membentuk garam natrium yang mudah
larut dalam air, dan menyisakan kationnya sebagai karbonat yang sukar larut atau produk
hidrolisisnya.
MX (s)

+ Na2 CO3(s)

------------- > MCO3 (s) + NaX(s)

NaX(s)

+ H2O(l)

------------- > NaX(aq)

35

Analisis anion yang sering dilakukan meliputi keberadaan 11 jenis anion yaitu:
sulfida (S2-), sulfit (SO32-), karbonat (CO32-), nitrit (NO2-), iodida (I-), bromida (Br-),
klorida (Cl-), fosfat (PO43-), kromat (CrO42-), nitrat (NO3-), dan sulfat (SO42-).
Uji Pendahuluan Untuk Anion
Kegiatan uji pendahuluan ini dimaksudkan untuk memisahkan adanya anion
pereduksi dan anion pengoksidasi, dan sifat anion terhadap asam sulfat pekat.
a. Deteksi adanya ion pengoksidasi
Kemungkinan adanya ion nitrit, nitrat, dan kromat ditandai oleh timbulnya warna
merah-coklat sampai hitam, jika beberapa tetes larutan sampel ditambahkan ke
dalam larutan mangan klorida dalam asam klorida pekat. Anion ini mampu
mengoksidasi Mn2+ menjadi Mn3+. Munculnya warna karena terbentuknya ion
kompleks [MnCl5]2-. Dalam medium asam tidak mungkin keberadaan anion
pereduksi terdapat bersama-sama anion pereduksi.
b. Deteksi adanya anion pereduksi
Keberadaan anion sulfida, sulfit, iodida, dan nitrit sebagai anion pereduksi dapat
dideteksi jika sampel ditambahkan ke dalam larutan yang mrengandung FeCl 3,
K3[Fe(CN)6] dan HCl encer akan mengakibatkan timbulnya suspensi atauy
endapan yang berwartna biru. Warna ini timbul karena terbentuknya
KFe[Fe(CN)6] sebagai hasil reduksi.
c. Sifat Anion Terhadap Asam Sulfat Pekat
Penggunaan asam sulfat pekat ( 18 M) dalam analisis anion tergantung pada
kemampuan anion sebagai bahan pengoksidasi dan sifat keasamanya. Uji dengan
asam sulfat ini harus dilakukan pada sampel yang berupa padatan.
Jika sampel yang diuji adalah campuran dari garam, hasil uji tidak selalu mudah
untuk diinterpretasi, karena gas yang terbentuk mungkin terperangkap.

36

Sifat-sifat anion jika ditreatmen dengan asam sulfat.


Pengamatan
Tidak ada perubahan
Perubahan warna
Gas

tak

+ as. sulfat dingin


PO43-; NO3-; SO42CrO42-(kuning) - Cr2O72-(orange)

Cr2O72-(orange) - CrO3 (merah)


berwarna, CO32- - CO2

dan tak berbau


Gas tak berwarna, S2- - H2S
berbau menyengat

SO32- - SO2

Gas berwarna

Cl- - HCl
NO2- - NO2 (coklat)
Br- - Br2 (merah coklat)
I-

- I2 (ungu)

+ H2SO4 panas
PO43- ; SO42Sama
sama
sama

NO2- - NO2
Sama
uap panas

4.2. Tes Khusus Untuk Identifikasi Anion


Anion
Sulfida:

Prosedur singkat tes khusus


Tes dilakukan langsung pada sampel padatan. Jika sampel dalam

S2-

keadaan larutan lakukan penguapan sampai diperoleh padatannya.


Penambahan HCl encer akan membebaskan H2S.
Deteksi H2S dengan kertas Pb asetat, akan timbul warna hitam PbS.
Ke dalam sampel tambahkan larutan asam sulfat encer untuk

Sulfit

membebaskan gas SO2. Gas yang timbul ini alirkan ke dalam

SO32-

larutan asam nitrat encer, barium klorida, dan sedikit KMnO 4, adanya
ion sulfit ditandai adanya endapan putih barium sulfat

37

Karbonat

Sampel yang dianalisis harus dalam keadaan padat. Sampel padatan

CO32-

yang ada dipanaskan sampai kering, kemudian tambahkan larutan


hidrogen peroksida encer dan asam sulfat encer. Gas yang timbul agar

Nitrit dan dilewatkan ke dalam larutan barium klorida. Adanya ion karbonat
nitrat.

ditandai oleh adanya endapan berwarna putih.

NO2-

ke dalam sampel tambahkan larutan besi (ii) sulfat yang baru dibuat,

NO3-

dilanjutkan untuk uji ion nitrit dan ion nitrat, sampel harus dibuat sedikit
asam karena adanya sifat pengoksidasi. dengan penambahan larutan

Halida:

asam sulfat pekat secara perlahan melalui dinding tabung. adanya cincin

Cl- ; Br- ; warna coklat ditengah-tengah larutan menunjukkan adanya ion nitrit.
I-

untuk ion nitrat, pengerjaan sama hanya larutan sampel harus dibuat
lebih asam.
Jika ion halida ini tercampur, analisis harus lebih teliti, karena timbulnya
reaksi bertahap sangat dimungkinkan karena sifat reduktor ion halida

Sulfat,

{I- > Br- > Cl- }. Dalam analisis, larutan sampel agar dibuat sedikit

SO42-

asam dengan ditambah larutan HCl

Fosfat,

sedikit CCl4, Cl2(aq) atau NaOCl sambil terus diaduk. Timbulnya warna

PO43-

ungu pada lapisan CCl4 menunjukkan adanya I-, penambahan Cl2(aq)


excess

menyebabkan

warna

encer, selanjutnya tambahkan

lapisan

berubah

menjadi

coklat,

Kromat,

menunjukkan adanya :Br-. Untuk pengujian Cl- , larutan harus bebas dari

CrO42-

ion; I- dan Br- dengan menambahkan ion peroksodisulfat {S2O82-}.


Setelah larutan terbebas dari I- dan Br-, kemudian tambahkan larutan
Ag+, timbulnya endapan putih yang larut dalam larutan amoniak pekat,
menunjukkan adanya ion Cl-.
Jika ke dalam sampel yang sedikit asam ditambah larutan BaCl 2
memberikan endapan putih, menunjukkan adanya ion sulfat.
Adanya zat pereduksi dalam sampel harus dihilangkan dengan larutan
H2SO4 pekat dan panas. Untuk analisis, tambahkan larutan ammonium
molibdat, adanya warna merah cerah, menunjukkan adanya ion fosfat.

38

Adanya ion kromat ditandai oleh warna kuning dari larutan sampel
dalam suasana basa, atau orange jika suasananya asam. Untuk uji ion
kromat , tambahkan larutan barium asetat ke dalam sampel suasana
asam. Timbulnya endapan kuning menunjukkan adanya ion kromat.
4.3. Analisis Kation
Dalam analisis kation ada beberapa langkah yang harus dilalui yaitu
mengelompokan kation dalam tiga langkah kategori.
Langkah pertama : Pemisahan kation dalam golongan
Di alam banyak kation anorganik yang dikenal, oleh sebab itu agar pelaksanaan
analisis bisa dilakukan dengan efektif perlu dilakukan pengelompokan. Kation dalam
masing-masing kelompok diendapkan sebagai suatu senyawa dengan menggunakan
pereaksi tertentu. Endapan yang dihasilkan selanjutnya dipisahkan dari filtrat melalui
teknik sentrifugasi dilanjutkan dengan dekantasi. Endapan yang diperoleh dilakukan
pengujian terhadap keberadaan kation golongan tersebut, sedangkan filtrat ditreatmen
lagi untuk analisis kation golongan berikutnya.
Langkah kedua: Pemisahan Kation-Kation Dalam golongan
Serangkaian reaksi dilakukan untuk dapat memisahkan satu kation dalam
kelompok terhadap kation yang lainnya. Pemilihan reagen untuk reaksi yang diharapkan
harus dilakukan secara hati-hati agar didapatkan keuntungan tentang kemiripan dan
perbedaan sifat-sifat kimia.
Langkah ketiga: Penegasan Tiap-Tiap Kation
Keberadaan suatu kation dikonfirmasi atau diidentifikasi dengan menggunakan
satu atau lebih reaksi spesifik untuk jenis kation tertentu sebagai reaksi penegasan atas
keberadaan kation tersebut. Reaksi spesifik merupakan suatu reaksi yang hanya
memberikan perubahan tertentu pada jenis analit tertentu pula.
Contoh reaksi spesifik:
Pb2+ + Cl-

------------- > PbCl2(s) berwarna putih yang akan larut jika dididihkan,

39

tetapi endapan putih berbentuk kristal jarum akan terbentuk kembali saat larutan telah
kembali dingin.
Diagram alir dari pemisahan kation seperti tergambar di bawah ini, merupakan
salah satu cara analisis sistematik kation.
kation
+ HCl 6 M

Filtrat berisi
kation gol II - V

Endapan Gol. I
AgCl ; Hg2Cl2 ; PbCl2

Filtrat berisi
Kation Gol III -V

+ HCl 6 M; + H2O2 3% ; + NH3 6 M; + CH3C(S)NH2

Endapan Gol II
HgS; PbS; CuS;
Sb2S3; SnS2

+ HCl; didihkan; + NH3 6 M; CH3C(S)NH2

Endapan Gol III


MnS; FeS; NiS;
ZnS; Al(OH)3;
Cr(OH)3

Filtrat berisi
Kation Gol IV - V

+ CH3COOH 6 M; uapkan; + HNO3 15 M


uapkan; + NH3 ; + (NH4)2 CO3
Filtrat berisi
Kation Gol V

Endapan Gol IV
CaCO3; BaCO3

Diagram alir pemisahan kation ke dalam golongan


4.3.1. Analisis Kation Gol. I

40

Kation Gol I terdiri atas kation: Ag+ ; Hg22+ ; Pb2+. Ketiga kation tersbut dapat
membentuk garam klorida yang sukar larut dalam air dan larutan asam. Untuk
mengendapkan golongan ini digunakan pereaksi larutan HCl berlebih. Kation Gol I
sering disaebut sebagai golongan klorida ataupun golongan perak.
Penggunaan larutan HCl berlebih dimaksudkan agar pengendapan kation gol. I
diharapkan maksimal dan dapat menghindari pengendapan BiOCl dan SbOCl.
Bi3+ + Cl- + H2O < ----------------- > BiOCl (s) + 2 H+
Sb3+ + Cl- + H2O < ----------------- > SbOCl (s) + 2 H+
Kedua reaksi kesetimbangan di atas dapat bergeser ke kiri jika [H+] diperbesar.
Penambahan HCl yang berlebihan akan memperbesar [H +], sehingga kedua
kesetimbangan tersebut akan bergeser ke kiri dan akibatnya pengendapan BiOCl dan
SbOCl tidak terjadi.
Diantara ketiga klorida golongan I ini, PbCl 2 memiliki kelarutan yang paling
besar, sehingga penambahan HCl walau berlebihan belum bisa mengendapkan Pb 2+
tersebut secara maksimal. Hal ini berakibat dalam filtrat yang berisi kation gol. II V
keberadaan ion Pb2+ tidak bisa dihindari, sehingga keberadaan ion ini sering terdeteksi
pada pengendapan kation golongan II.
4.3.2 Kation Gol. II
Kation golongan II ini terdiri dari Hg2+ ; Pb2+ ; Cu2+ ; Sb3+atau SbO+ ; Sn2+; Sn4+
dalam analisis, kation ini diendapkan sebagai garam sulfidanya. Pengendapan ini dapat
dilakukan dengan jalan penambahan asam sulfida dalam suasana asam. Kation golongan
ini sering disebut juga sebagai golongan hidrogen sulfida. Arsen dan Bismuth yang
memiliki sifat racun kuat juga termasuk golongan ini.
Garam sulfida dari kation golongan ini memiliki kelarutan yang relatif kecil,
sehingga dalam pengendapannya harus dijaga agar konsentrasi ion sulfida tetap rendah.
Hal ini dimaksudkan agar sulfida golongan II dan IV yang memiliki kelarutan relatif
lebih besar,

tidak ikut mengendap. Pengontrolan konsentrasi ion sulfida ini dapat

dilakukan dengan mengendalikannya melalui keberadaan ion H+.

41

4.3.3. Kation Golongan III


Kation yang dimasukkan ke dalam golongan ini adalah: Zn 2+; Mn2+; Fe2+ atau
Fe3+; Co3+; Ni2+; Al3+; Cr3+ yang kesemuanya diendapkan dengan asam sulfida dalam
buffer amoniak- ammonium klorida. Kelarutan garam sulfida golongan ini relatif lebih
besar dibandingkan kelarutan sulfida golongan II, sehingga dibutuhkan konsentrasi ion
sulfida yang realtif besar untuk pengendapannya. Hal ini bisa dipenuhi dengan larutan
asam sulfida basa ( pH mendekati:9)
Aluminium hidroksida dan krom hidroksida memiliki kelarutan yang relatif
kecil, sehingga adanya ion OH- yang dibebaskan oleh amoniak sudah cukup untuk
mengendapkan secara sempurna kedua hidroksida tersebut.
Kation golongan ini memiliki struktur elektron pada orbital d yang tidak penuh,
sehingga memiliki tingkat oksidasi yang bervariasi kecuali Al 3+ dan Zn2+. Hal tersebut
juga mengakibatkan terbentuknya warna-warna yang spesifik dari kation golongan ini,
terutama ion kompleksnya, sehingga pengamatan warna sering digunakan sebagai
deteksi awal dari keberadaan kation golongan ini.
4.3.4. Kation Golongan IV
Kation golongan IV hanya terdiri atas dua kation yaitu: Ca 2+ dan Ba2+. Dalam
Tabel Periodik Unsur kedua logam ini termasuk dalam golongan yang sama yaitu
golongan alkali tanah, berarti keduanya memiliki kemiripan sifat yang sangat besar dan
sulit untuk dipisaahkan. Kedua kation ini mudah terpisah dari kation golongan
sebelumnya karena garam sulfida dan garam klorida kedua kation ini bersifat mudah
larut.
Kedua kation ini diendapkan sebagai garam karbonat dalam medium buffer
amoniak ammonium klorida. Kelarutan garam kalsium kromat relatif lebih besar
dibanding dengan kelarutan barium kromat, sehingga pemisahan kedua kation ini dalam
bentuk pengendapan garam kromat sangatlah berarti. Tes uji nyala terhadap kedua kation

42

ini juga memberikan warna yang berbeda, spektrum Ca adalah merah terang, sedangkan
spektrum Ba adalah hijau kekuningan.
4.3.5. Kation Golongan V
Kation golongan V sering disebut golongan sisa, karena kation ini sangat sukar
diendapkan. Termasuk kation golongan V adalah: Mg

2+

; Na +; K +; dan NH4 +.

Keberadaan ion Ammonium biasanya dikenali melalui gas yang dibebaskannya yaitu
cukup menyengat karena timbulnya gas ammoniak.
Reaksi pembeda terhadap keberadaan ion Mg

2+

adalah timbulnya warna biru

pada senyawa Mg(OH)2 jika ditambah dengan p-nitrobenzenazorcinol.Tidak dikenal


reaksi spesifik terhadap dua kation lainnya, penegasan dari keberadaan dua kation ini
biasanya dilakukan dengan tes uji nyala. Pada uji nyala natrium memberikan warna
kuning terang dan kalium memberikan sapektrum warna ungu. Spektrum natrium akan
menopengi warna spektrum kalium, oleh sebab itu agar pengamatan terhadap spektrum
kalium dapat memberikan hasil yang pasti biasanya dilakukan dengan filter kobalt yang
dapat menyerap warna spektrum kuning dari natrium.

BAB V

43

ANALISIS KUANTITATIF
Seperti telah disebutkan di awal, bahwa analisis kuantitatif bertujuan untuk
mengetahui kuantitas atau jumlah analit yang ada didalam suatu sampel. Banyak metode
yang bisa digunakan dalam analisis ini antara laain: titrimetri, gravimetri dan metode
analisis modern (analisis instrumen) yang akan dibahas secara terpisah pada mata kuliah
Kimia Analisa Instrumen.
Dalam analisis titrimetri analit direaksikan dengan reagen tertentu yang telah
diketahui secara pasti jumlahnya dengan tepat. Pelaksanaan titrimetri sendiri bisa
dilakukan dengan jalan mengukur volume reagen yang ditambahkan, sehingga titrimetri
sering disebut dengan metode volumetri. Cara penambahan reagen dilakukan dengan
menggunakan suatu buret yang dilakukan sedikit demi sedikit atau tetes demi tetes.
Reagen yang ditambahkan melalui buret disebut dengan titran, sedangkan larutan yang
mengandung analit bisa disebut dengan titrat.
Dalam analisis gravimetri didasarkan pada penetuan jumlah zat melalui
penimbangan, dalam hal ini penimbangan hasil reaksi setelah analit direaksikan dengan
reagen tertentu. Hasil reaksi disini dapat berupa: sisa bahan; gas yang timbul; atau suatu
endapan yang terbentuk.
Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran ini diharapkan mahasiswa dapat:
1.Menjelaskan prinsip analisa titrimetri
2.Menjelaskan syarat pemakaian larutan baku standar
3.Membedakan adanya titik ekivalen dan titik akhir titrasi
4.Menentukan ekivalen dari suatu senyawa dalam analisis titrimetri
5.Menjelaskan hubungan antara molaritas dengan normalitas
6.Memilih indikator yang tepat untuk pelaksanaan suatu titrasi
7.Menghitung kadar analit dalam suatu sampel yang dianalisis

5.1. Analisis Titrimetri

44

Dalam setiap metode titrimetri, dilakukan penambahan laruatn titran kedalam


larutan titrat, dengan harapan terjadi reaksi antara analit yang ada didalam larutan titrat
dengan reagen yang ada dalam titran. Penambahan titran dilakukan sedikit demi sedikit
sampai saat dimana reagen dan analit tepat habis bereaksi. Keadaan ini disebut sebagai
titik ekivalen, dan pada saat itu pula penambahan titran harus dihentikan karena dapat
dinyatakan bahwa saat tersbut telah dicapai titik akhir titrasi. Untuk mengetahui saat
tercapainya titik ekivalen diperlukan suatu zat penunjuk yang disebut indikator.
Ada beberapa jenis metode titrimetri ynag dikenal. Penggolongan metode
titrimetri ini didasarkan pada rekasi kimia yang terjadi saat dialkukan titrasi. Jenis
metode titrimetri tersebut adalah:
a.Asidi-alkalimetri
Dalam metode asidi-alkalimetri (titrasi penetralan) didasarkan pada reaksi
penetralan asam dan basa. Larutan analit yangberupa larutan asam dititrasi dengan
larutan basa atau sebaliknya. Sebagaoi titran harus digunakan asam kuat (misalnya HCl)
atau basa kuat (misalnya NaOH). Secara umum reaksi kimia yang terjadi adalah:
LOH

H+

--------------- > L+ + H2O (analit basa,titran asam)

HA

OH-

--------------- > A- + H2O (analit asam, titran basa)

b.Oksidimetri
Dalam metode oksidimetri didasarkan adanya reaksi redoks (reduksi dan
oksidasi) antara analit dalam titrat dengan titran. Beberapa oksidator yang biasa
diguanakan dalam titrasi ini antara lain: Cerium (IV), Kalium permanganat, Kalium
bikromat, Iodometri/Iodimetri.
c. Kompleksometri
Dalam metode kompleksometri didasarkan pada reaksi pembentukan kompleks
stabil antara analit (asam lewis) dengan titran yang mengandung ligand. Kebanyakan
ligand yang digunakan dalam titrasi ini antara lain: ligand cyanat dan EDTA (Etilen
Diamine Tetra Asetat).
5.2.Analisis Proksimat

45

Analisis proksimat adalah suatu

analisis kimia untuk mengidentifikasi

kandungan nutrisi seperti: kandungan air; protein, karbohidrat, lemak dan serat pada
suatu zat makanan dari bahan pangan. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai
penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama pada standar zat makanan yang
seharusnya terkandung di dalamnya.

Protein, karbohidrat, dan air merupakan kandungan utama


pangan. Protein dibutuhkan terutama untuk

dalam bahan

pertumbuhan dan memperbaiki

jaringan tubuh yang rusak.

Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi dalam aktivitas tubuh manusia,
sedangkan garam-garam mineral dan vitamin juga merupakan faktor penting
dalam kelangsungan hidup (Winarno 1997).

Lemak yang dioksidasi secara sempurna dalam tubuh menghasilkan 9,3 kalori/g
lemak, sedangkan protein dan karbohidrat masing-masing menghasilkan 4,1 dan
4,2 kalori/g (Sediatama 1987).

Kadar air dapat ditetapkan dengan menggunakan oven pada suhu 1050 C sampai
tercapai bobot tetap.

Kadar abu dianalisis dengan cara pengabuan kering dalam tanur, pada pemanasan
suhu 5000 -6000 C selama 6 jam.

Penetapan kandungan lemak dilakukan dengan metode sokhlet dan larutan


heksan sebagai pelarut.

Protein ditetapkan dengan metode mikro kjeldahl dengan larutan asam klorida
sebagai peniter

Penetapan serat kasar melalui cara hidrolisis contoh dengan larutan asam dan
basa encer

DAFTAR PUSTAKA

46

Akhmad, S. Dan Mudjiran. Kimia Analit (PAK 250) Diktat Kuliah. FMIPA. UGM.
Yogyakarta.
Brewer, Stephen. 1980. Solving Problems in Analytical Chemistry. John Wiley & Sons.
Canada.
Fernando, Q and Michael, D, R. 1982. Calculations in Analytical Chemistry. Harrowt
Brace Jovanovich, Inc. New york, San Diego, Chicago, San fransisco, Atlanta,
London, Sydney,, Toronto.
Haryadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT. Gramedia. Jakarta
Ibnu, M. S., Endang D., Hayuni R. W., Munzil. 2004. Kimia Analitik I {Common Text
Book, Edisi Revisi} JICA. Universitas Negeri Malang.
Vogel A. T. 1979.A Textbook of Macro and semi micro Qualitative of Inorganic
Analysis. Longman. London

47

Anda mungkin juga menyukai