Anda di halaman 1dari 40

Prof. Abdul Rachman Saragih, Sp.

THT-KL(K)
Departemen THT-KL Fakultas Kedokteran
USU/RSUP.H.ADAM MALIK

TRAUMA MAKSILOFASIAL:

Fraktur tulang hidung (paling sering)

Fraktur orbita

Fraktur tulang & arkus zigoma

Fraktur tulang maksila

Fraktur tulang mandibula

3 fraktur terakhir ini memerlukan

kerjasama antara THT & bedah mulut

Perdarahan

dari lubang hidung

atau mulut
Maloklusi (kecuali fr.nasal)
Hypersalivasi
Deformitas

Memperbaiki

jalan napas
Mengontrol perdarahan
Mempertahankan fungsi
Cegah deformitas reduksi pada
fraktur

Gejala klinis

6% fraktur tulang zigoma (-) kelainan.


Trauma dari depan yang langsung merusak pipi
(tulang zigoma) perubahan tempat dari
tulang zigoma kearah posterior, medial dan
lateral.

Diplopia dan terbatasnya gerakan bola


mata

Gejala Klinis
edema periorbita dan ekimosis
perdarahan subkonjungtiva
enopthalmus, ptosis
hipestesia / anestesia saraf infra
orbitalis
epistaksis

Reduksi

: fiksasi dengan kawat baja

atau mini plate.

FRAKTUR ARKUS ZIGOMA


Tidak

sulit untuk dikenali


Rasa nyeri waktu bicara
/mengunyah.
Trismus

perubahan

letak arkus zigoma


terhadap prosessus
koronoid dan otot
temporal.

Fraktur arkus zigoma ditandai


dengan perubahan tempat dari
arkus diatasi dengan elevasi
arkus zigoma tersebut.

Pada tindakan reduksi, kadangkadang diperlukan reduksi


terbuka dipasang kawat baja
atau mini plate pada arkus yang
patah.

Gejala

Klinis: hematom periorbita, perdarahan


aktif nasofaring, nyeri, laserasi intra oral,
maloklusi, mobilitas dari arkus dentalis maxilla
(floating maxilla).

Sering

terjadi edema faring perlu trakeostomi.

Perdarahan

hebat berasal dari arteri


maksilaris interna atau arteri etmoidalis anterior.

Pemeriksaan

: Rontgen skull AP/Lateral, Waters,


& CT-Scan.

Klasifikasi

- fraktur maksila Le Fort I


- fraktur maksila Le Fort II
- fraktur maksila Le Fort III
1. Le Fort I (transversal ): patah tulang
horizontal di bawah septum nasi dengan
segmen yang tidak stabil dari palatum,
processus alveolaris sebagian sinus
maxillaris,
bagian
bawah
dari
pterygoideus os sphenoidalis.
2. Le Fort II ( Pyramidal )menunjukkan
fraktur bentuk pyramid. Garis fraktur
melintang pada pangkal hidung ke latero
distal
melewati
sutura
zygomaticomaxillaris.
3. Le Fort III (craniofacial dysjunction)
garis fraktur paralel dengan dasar
tengkorak
sehingga
tulang
wajah
terlepas dari dasar tengkorak melewati
sutura
zygomatico-frontal,
sutura
maxilla-frontal, sutura naso-frontal, dan
dasar orbita.

Penanggulangan

fraktur
maksila ditekankan
agar rahang atas & bawah
dapat menutup.

Dilakukan

fiksasi intermaksilar sehingga oklusi


gigi menjadi sempurna.

Le Fort I : Reposisi dan arch bar maxilla digantung


dengan snar wire pada tepi bawah orbita atau IMW.
Le Fort II : Reposisi dengan Rowe Forceps
Fiksasi : IDW + IMW / arch bar + suspense
Miniplate
Fiksasi wire/arch bar dipertahankan 5 6 minggu.
Le Fort III : Open reduction internal fixation
Fiksasi dengan miniplate dan wire

Paling sering terjadi o/k mandibula terpisah dari


kranium
Klinis : Adanya nyeri, bengkak, robekan mukosa
intra oral, krepitasi, maloklusi, bleeding, open
bite, trismus

Pemeriksaan : Rontgen skull AP/Lateral,


panoramic dan CT-Scan.

Airway : Bebaskan Jalan nafas


Breathing: Bila perlu pemberian oksigen
Circulation : Beri cairan yang cukup (infus)
Defibrillation (bila diperlukan)

MEMBEBASKAN JALAN NAFAS

Indikasi
:

Mengatasi sumbatan sal. nafas atas

Membantu ventilasi

Mempermudah pingisapan sekret dari traktus


tracheobronchial.

Mencegah aspirasi sekret yg ada di


rongga mulut atau dari lambung.

Pipa endotrakea terbuat dari PVC dgn cuff pada


ujungnya dan dapat diisi udara serta berukuran 7 8,5 mm utk dewasa.

20

Berdasarkan cara pemasukan:

Intubasi orotrakea ( melaului mulut )

Intubasi nasotrakea ( melalui hidung )


Komplikasi stenosis laring/trakea ( harus
dirawat di ICU dan tidak boleh melebihi 6
hari ).

Adalah tindakan membuat lubang pada


dinding anterior trakea untuk bernafas
Indikasi Trakeostomi:

Mengatasi obstruksi laring


Mengurangi dead air space pd kerusakan paru
dgn kapasitas vital yang berkurang.
Mempernudah pengisapan sekret pd keadaan
koma
Untuk memasang respirator (alat bantu nafas)
Pengambilan benda asing dari subglotik bila tidak
ada bronkoskopi.

22

23

Mengontrol Perdarahan

Perdarahan melalui hidung yang


berasal dari rongga
hidung atau daerah sekitarnya

Keluhan : ringan berat

Penatalaksanaan bergantung

lokasi & berat ringannya

Menentukan lokasi perdarahan yang tepat PENTING


karena :
a. dapat segera melakukan tindakan penghentian perdarahan
b. identifikasi pembuluh darah besar yang mendarahi lokasi
perdarahan.

Lokasi perdarahan :
1. Epistaksis anterior : paling sering dan mudah dikontrol
Sumber Littles area ( pleksus Kiesselbach )
2. Epistaksis superior (ant-superior dan post-superior)
Sumber cabang medial / lateral a.etmoidalis ant. / post.
3. Epistaksis posterior : Sumber ruptur arteri sfenopalatina

Plexus Kiesselbach

PENATALAKSANAAN

1. menghentikan perdarahan

2. mencegah komplikasi

3. Mencegah berulangnya epistaksis

a. Bersihkan hidung dari darah / bekuan


darah dengan alat pengisap ( suction )
b. Cari sumber perdarahan

c. Tampon hidung dengan kapas + adrenalin


d. Periksa TD, nadi dan pernafasan
shock : perbaiki KU
infus / transfusi K/P
injeksi menghentikan perdarahan

Ada dua cara :


a. Kauterisasi kimia :
AgNO3 20 - 30 %
Trichlor acetic acid 10 %
b. Kauterisasi listrik ( electrocauter )
Catatan :
Kauterisasi hanya efektif untuk
epistaksis anterior dan sedikit

pada perdarahan yang


minimal
kapas / kasa vaseline
+ salep antibiotika
selama 3 hari

disebut juga Tampon Bellocq


- utk perdarahan posterior
- sumber perdarahan sulit dicari /
diatasi
Prinsip :
menutup koana dan mencegah
darah dari hidung ke nasofaring
Tampon dikeluarkan 3 hari

Anestesi topikal
dan
dekongestan

Double balloon
device
Kateter foley

PRINSIP :
Jika dalam 4 - 5 hr perdarahan tidak
berhenti atau perdarahan hebat

TEKNIK :

Memperbaiki jalan napas

a. Ligasi pembuluh darah


b. Angiografi dan embolisasi
c. Reseksi submukosa
d. Kauterisasi endoskopi dan ligasi

Pembersihan & Penutupan luka

Pembersihan dan Penutupan luka


Pembersihan dilakukan dengan menyikat
dengan tehnik aseptik.
Bila ada jaringan yang nekrosis perlu
dinekrotomi
Potong tepi kulit 1 atau 2 mm.
Jahitan mukosa dengan silk 3/0 atau catgut
chromik yang halus

Anda mungkin juga menyukai