Anda di halaman 1dari 10

STUDI KASUS

PENDIDIKAN PANCASILA
BUDAYA MENCONTEK DI KALANGAN
MAHASISWA DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT
PANCASILA

Di Susun Oleh :
DEDY ALFILIANTO (115060300111045)
DESRIYAR HAFID PRATAMA ()
AFRIZAL RIVA BELAN()

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu
membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada
kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai
menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta
teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun
materil, sehingga makalah studi kasus ini terselesaikan dalam waktu yang telah
ditentukan.
Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah studi kasus ini masih
jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata
bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman
sekalian, yang kadangkala hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan
kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan
makalah-makah kami dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah studi kasus ini ialah,
mudah-mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, temanteman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau
mengambil hikmah dari judul ini sebagai tambahan dalam menambah referensi yang
telah ada.

Malang, 9 November 2014

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B. Batasan Masalah.
C. Rumusan Masalah
D. Teknik Pengumpulan Data .

BAB II PEMBAHASAN
A. Faktor-faktor penyebab Mahasiswa memilih untuk mencontek. . . . . . . . . . . . . . .
B. Mencontek bukan bentuk Gotong Royong yang sesuai nilai sila ke-5 pancasila . . . .
C. Dampak Mencontek, Melahirkan Budaya awal bagi terlahirnya seorang calon
koruptor

D.

Usaha

memberantas

budaya

mencontek.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B. Saran-saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
C. DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Mencontek di kalangan Mahasiswa di zaman sekarang ini seolah-olah menjadi hal
yang wajar bahkan seolah-olah sudah menjadi tradisi. Ketika ujian atau kuis pun tradisi
contek-mencontek hampir selalu mewarnai di setiap saat. Alasan klasik ingin mendapat nilai
bagus pun menjadi pembenaran bahwa mencontek itu halal untuk dilakukan. Mencontek
kerap sekali dianggap suatu bentuk kejasama yang dalam hal ini tercermin dalam sila ke-5.
Nilai-nilai Pancasila terkandung dalam pembukaan UUD 1945 secara yuridis memiliki
kedudukan sebagai pokok kaidah Negara yang Fundamental. Adapun pembukaan UUD 1945
yang di dalamnya memuat nilai-nilai Pancasila mengandung Empat pokok pikiran yang
bilamana dianalisis makna yang terkandung di dalamnya tidak lain adalah merupakan
penjabaran dari nilai-nilai Pancasila. Terdapat 36 butir pancasila, dan salah satunya yaitu
Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan gotong-royong yang terdapat pada sila ke-5. Gotong-royong atau
Kerjasama itu adalah kehendak untuk saling menolong, bahu membahu untuk meraih
kemajuan bersama. Dalam kerjasama setiap orang berjuang untuk suatu kepentingan baik
kepentingan umum atau kapentingan khusus bagi golongan kelempoknya. Pencapaian
kepentingan umum secara otomatis akan mengakomodasi kepentingan pribadi atau individu.
Satu masalah yang berkaitan dengan paradigma berpikir Mahasiswa adalah
mencontek sering kali di artikan sebagai bentuk kerjasama atau gotong-royong bahkan
solidaritas. Mirisnya, Kerjasama dan solidaritas ini sering disalahartikan yaitu bagaimana kita
membantu teman, baik dalam hal positif maupun negatif. Jika solidaritas diartikan sebagai
solidaritas yang positif maka akan berdampak poositif juga, yaitu semakin eratnya rasa
persatuan. Tapi jika solidaritas disalah artikan dengan memberikan contekan kepada teman
tentu saja ini akan menyimpang dari arti solidaritas yang sebenanya. Biasanya mereka
beranggapan jika tidak memberikan contekan maka akan di anggap pelit dan tidak

mempunyai teman. Hal ini yang menbuat kita serba salah sehingga kita tetap mencontek
meskipun kita tahu bahwa apa yang kita lakukan adalah hal yang salah. Kegiatan mencontek
tersebut sudah dianggap sebagai budaya yang laten atau mendarah daging, susah sekali untuk
diberantas. Itu adalah sedikit gambaran moral pendidikan di Negara Indonesia tercinta ini.

B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis memutuskan untuk mengambil
sampel dari kuisioner yang dibagikan kepada beberapa Mahasiswa Universitas Brawijaya.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah tersebut, maka penulis merumuskan
rumusan masalah sebagai berikut :
1.

Faktor-faktor penyebab Mahasiswa memilih untuk mencontek?

2.

Apakah mencontek adalah bentuk Gotong Royong yang sesuai nilai sila ke-5

pancasila?
3.

Bagaimana dampak mencontek bagi moral bangsa Indonesia Kedepannya?

4.

Bagaimana Solusi/cara memberantas kebiasaan mencontek di kalangan

Mahasiswa?

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang digunakan penulis untuk mengumpulkan data dan informasi adalah:
1. Observasi
Observasi adalah suatu cara memperoleh data dengan langsung mengamati Obyek
Studi Kasus. Sambil melakukan observasi, dilakukan pencatatan terhadap gejalagejala yang tampak.
2. Kuisioner/Angket
Angket berisi pertanyaan tentang data dan keadaan Mahasiswa yang menjadi obyek
penelitian.

BAB II
PEMBAHASAN

A.

Faktor-faktor penyebab Mahasiswa memilih untuk mencontek


Yang menjadi penyebab munculnya tindakan menyontek di kalangan Mahasiswa
bisa dipengaruhi beberapa hal. Baik yang sifatnya berasal dari dalam (internal) yakni diri
sendiri maupun dari luar (eksternal) misalnya dari dosen, orang tua maupun sistem
pendidikan itu sendiri.

Tekanan yang terlalu besar yang diberikan kepada hasil studi berupa angka dan nilai yang
diperoleh Mahasiswa dalam kuis maupun ujian semester.

Pendidikan moral baik di rumah maupun di kampus kurang diterapkan dalam kehidupan
Mahasiswa.

Sikap malas yang terukir dalam diri Mahasiswa sehingga ketinggalan dalam menguasai
mata pelajaran dan kurang bertanggung jawab.

Karena terpengaruh setelah melihat orang lain menyontek meskipun pada awalnya tidak
ada niat melakukannya.

Merasa dosen kurang adil dalam memberikan nilai.

Adanya kesempatan atau pengawasan tidak ketat.

Takut gagal karena yang bersankutan merasa belum siap menghadapi ujian dan dia tidak
ingin mengulang.

Ingin mendapat nilai tinggi

Tidak percaya diri sehingga tidak yakin pada jawabanya sendiri.

B.

Mencontek bukan bentuk Gotong Royong yang sesuai nilai sila ke-5 pancasila
Kita mengenal sejak lama ada istilah Gotong Royong di dalam pembahasan Pancasila.
Gotong royong merupakan salah satu perwujudan nyata sila-sila Pancasila di dalam
kehidupan bermasyarakat. Gotong-royong yang berarti bekerja bersama-sama untuk
mencapai suatu hasil yang didambakan. Memang sudah menjadi kodrat kita sebagai makhluk

sosial untuk tolong-menolong atau gotong-royong tanpa membedakan suku, ras, agama,
kelamin maupun jenis. Gotong-royong merupakan nilai yang terkandung dalam pancasila
yakni sila ke-lima. Namun arti dari kerjasama atau gotong-royong tersebut adalah kegiatan
saling menolong namun untuk hal positif. Hal positif tersebut diahrapkan dapat bermanfaat
kelak dikemudian hari bagi yang menolong dan yang ditolong.
Mencontek memang merupakan bentuk kerjasama atau gotong-royong, namun hal
tersebut berdampak negatif. Menyontek memberikan kesenangan sesaat yakni bisa
mengerjakan soal secara cepat tanpa berpikir dan nilainya pun bisa bagus. Dengan mencontek
terkesan seolah-olah bersolidaritas tinggi. Namun disisi lain berdampak negatif bagi yang
menyontek dan yang diconteki. Salah satunya yaitu ketergantungan terhadap orang lain
sehingga tidak mempunyai sikap kemandirian. Jadi menyontek bukan merupakan kerjasama
yang terkandung dalam nilai-nilai pancasila.

C.

Dampak Mencontek, Melahirkan Budaya awal bagi terlahirnya seorang calon koruptor
Mencontek masih menjadi Budaya di kalangan Mahasiswa. Semua orang tau bahwa
mencontek merupakan tindakan tidak jujur, dan tidak dapat di pungkiri bahwa prilaku
mencontek ini pernah di lakukan hampir oleh semua orang, dengan alasan yang berbedabeda. Budaya Mencontek ini Muncul karena tanpa adanya kesadaran tentang makna sebuah
kejujuran. Penanaman paham bahwa nilai itu segalanya, tidak di imbangi dengan penanaman
moral bahwa sebuah kejujuran itu jauh lebih berharga, mengabikatkan mencotek menjadi
sebuah budaya yang secara turun temurun terus di lakukan oleh Mahasiswa yang nantinya
akan menjadi pemimpin bangsa. Budaya Inilah yang secara tak langsung melahirkan
koruptor-koruptor baru, karena sejak kecil mereka tidak di ajarkan pentingnya sebuah
kejujuran. Hingga prilaku buruk tersebut mereka bawa hingga dewasa.
Usaha untuk membangun bangsa, tidak hanya di lakukan dengan memberantas para
koruptor yang telah mencuri uang rakyat, namun harusnya juga memberantas kebiasaan tidak
jujur yang berkembang di kalangan Mahasiswa ataupun pelajar, karena para Mahasiswa
ataupun pemuda-pemuda itulah yang nantinya akan menggantikan para pemimpin dan para
wakil yang rakyat yang kini menjabat. Jika kita membiarkan kebiasaan tidak jujur
berkembang di sekitar mereka, maka secara tak langsung banyak prilaku negatif yang akan
tertanam dalam diri mereka, sehingga melahirkan calon koruptor-koruptor baru, jika nantinya
mereka menjadi pemimpin atau para wakil rakyat. Percuma jika kita memberantas koruptor
yang merusak bangsa saat ini, namun koruptor-koruptor baru terus bertambah, melalui
metode pendidikan yang salah.

D.

Usaha memberantas budaya mencontek


Untuk memulai sesuatu memang berawal dari diri sendiri. Seperti halnya memberantas
contek-menyontek berawal dari diri kita yaitu para Mahasiswa untuk lebih giat belajar dan
meningkatkan percaya diri. Namun disamping itu perlu adanya pihak yang mendukung
sehingga contek-menyontek tersebut tidak terjadi yaitu Dosen. Berbagi cara telah dosen
lakukan untuk mencegah contek-menyontek yakni dengan memberi teguran hingga sanksi
yang berat untuk para Mahasiswa yang menyontek. Hal itu masih saja belum berhasil.
Nampaknya Mahasiswa yang menyontek lebih jeli dibandingkan dengan dosennya yang
mengawasi saat kuis atau ujian berlangsung. Namun ada satu cara yang efektif untuk
mencegah tindakan mencotek ialah dengan cara memberikan tes lisan.

BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Mencontek bukan merupakan kerjasama yang diterkandung dalam nilai pancasila sila
ke-lima. Mencontek bukanlah salah satu bentuk solidaritas, tapi justru mencontek itu adalah
bentuk dari kecurangan. mencontek adalah suatu perbuatan atau cara-cara yang tidak jujur,
curang, dan menghalalkan segala cara untuk mencapai nilai yang terbaik dalam ujian.Banyak
hal yang menyebakan seseorang untuk berani mencontek, baik itu dorongan dari diri sendiri
maupun orang lain.
Mencontek memberikan dampak yang buruk bagi Mahasiswa, karena dengan
mencontek mahasiswa cenderung tidak percaya diri dan hanya mengandalkan orang lain.
Selain itu kebiasaan mencontek juga menjadikan seorang mahasiswa itu menjadi pribadi yang
tidak jujur,sehingga melahirkan bibit-bibit koruptor dimasa mendatang.
Salah satu cara yang efektif untuk mencegah tindakan mencotek ialah dengan cara
memberikan tes lisan.

3.2. Saran
Sebaiknya bagi para Mahasiswa yang telah menjalani tradisi mencontek ini sesegara
mungkin menghilangkan kebiasaan yang buruk tersebut, dan bagi mahasiswa yang belum
pernah melakukan tradisi ini, jangan sekali-sekali untuk mencoba. Bagai obat psikotropika
sekali mencoba maka akan merasa ketagihan,begitu halnya dengan menyontek. Untuk itu sebagai
generasi penerus bangsa, sudah seharusnya kita sadar akan pentingnya pribadi yang jujur
dan memegang teguh prinsip bahwa kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana.
Untuk para dosen sebaiknya lebih tegas dalam memberikan sanksi kepada para
mahasiswanya yang contek-mencontek. Karena dari mencontek inilah akan timbul
ketergantungan pada orang lain.
Sebagai pendukung hal tersebut, orang tua diharapkan mengajarkan perilaku jujur pada
anak. Sehingga tertanam pada diri anak akan sikap jujur itu dimanapun ia berada.

Daftar Pustaka

http://blog.kenz.or.id/2006/06/01/45-butir-pengamalan-pancasila.html
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2069525-makna-sila-silapancasila/#ixzz27BOO0ksW
Alhadza, Abdullah, 2004, Masalah menyontek (Cheating) di Dunia Pendidikan,
http;//www.depdiknas.go.id/Jurnal
http://www.khairulumam.com/2011/08/tips-mengurangi-kebiasaan-mencontek.html

Anda mungkin juga menyukai